Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA

TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS


KEMILING BANDAR LAMPUNG

PROPOSAL

OLEH:
LIA RAHMAWATI (1914401059)
UMI NAFI’AH (1914401063)
FARICHA SELSA SELVARENA (1914401065)
OCTA SELVIA RAHMA (1914401082)

DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA
TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS KEMILING
BANDAR LAMPUNG

PROPOSAL

OLEH:

LIA RAHMAWATI (1914401059)


UMI NAFI’AH (1914401063)
FARICHA SELSA SELVARENA (1914401065)
OCTA SELVIA RAHMA (1914401082)

DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA
TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS KEMILING
BANDAR LAMPUNG
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya

ketersediaan pangan, kurang baiknya sanitasi, kurangnya pengetahuan tentang

gizi, menu seimbang dan kesehatan. Banyak penelitian yang mengungkapkan

bahwa faktor sosio-budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan

terjadinya masalah gizi. Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya

merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut gaya hidup.

Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan yang kadang

bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi, (Almatsier 2009).

Di tengah kemajuan ekonomi Indonesia, ternyata masih banyak kita

mengalami masalah malnutrisi. Masalah yang membelit pada balita tidak hanya

gizi kurang tetapi juga gizi lebih. Selain itu, ditemukan pula masalah stunting

(bertumbuh pendek) pada anak. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2010, dari sekitar 22 juta balita kita, prevalensi gizi kurangnya 17,9

persen. Walaupun menurun dibandingkan tahun 1990 (31 persen), tapi masih ada

sekitar 3,7 juta balita yang mengalami kekurangan gizi.

Diketahui sebanyak 4 persen balita termasuk gizi lebih, besarannya hampir

sama dengan balita kurus. Data selanjutnya menunjukkan tidak terdapat

perbedaan prevalensi balita gizi lebih pada keluarga yang termiskin (13,7 persen)

dengan keluarga terkaya (14 persen). Demikian pula tidak terdapat perbedaan

menurut kelompok umur anak, jenis kelamin, pendidikan orang tua.

1
4

Masalah-masalah gizi balita juga termasuk gizi kurang dalam level kronis

dan akut pada beberapa kelompok masyarakat. Menteri Kesehatan melaporkan,

dari total sekitar 22 juta balita kita, terdapat 900 ribu balita (atau 4,5 persen) yang

mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Fenomena malnutrisi ini merupakan

ancaman serius. Sebab terjadi di berbagai strata ekonomi, pendidikan, desa-kota,

dan lain sebagainya. Faktor lebih spesifik, ada peran faktor sosial. Yakni

rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi

pertumbuhan anak. Banyak balita diberi makan sekadarnya atau asal kenyang

padahal miskin gizi.

Soal makan asal kenyang bisa terjadi di kelas ekonomi mana saja. Termasuk

pada keluarga ekonomi mapan, dengan tingkat pendidikan tinggi. Maklumlah,

soal makan erat kaitannya dengan gaya hidup modern. Kehidupan masyarakat

kosmopolit dengan ritme hidup cepat dan tingkat konsumerisme tinggi,

menggiring pilihan pada makanan yang dicitrakan berkelas, meskipun sebenarnya

“asal kenyang" tapi miskin gizi. Inilah yang menjelaskan bagaimana restoran

cepat saji tidak pernah sepi pelanggan. Di sini lebih banyak berperan minimnya

kesadaran akan perlunya makanan, (http://www.jurnas.com/halaman,Gizi Buruk

Masih Menjadi ancaman).

Berdasarkan hasil data di Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala

Pesisir Kabupaten Nagan Raya yang mana status gizi balita di wilayah tersebut

ditemukan balita yang dibawah garis merah (BGM) yang mana dipengaruh oleh

pengetahuan dan sikap orang tua terhadap stustus gizi balita.


Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di puaskesmas Kemiling

Bandar Lampung untuk melihat sejauh mana status gizi dan kirany dapat

terselesaikan masalah status gizi yang ada di desa .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas penulis mengetahui bagaimana pengaruh

pengetahuan dan sikap orang tua terhadap status gizi anak balita di Desa Kemiling

Bandar Lampung

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengetahuan dan siakap orang tua

terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas padang Panyang UPTD

kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan raya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi

balitanya di Desa Padang Panyang Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap orang tua terhadap status gizi balita di

Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan

mengaplikasikan ilmu statistika, khususnya tentang pemodelan spasial.


Selain itu memberikan metode alternatif untuk penyelesaian masalah yang

melibatkan analisis regresi.

2. Bagi pemerintahan Kabupaten Nagan Raya, diharapkan bisa memberikan

informasi dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk meminimalkan

jumlah gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Pandang Panyang

Kabupaten Nagan Raya dengan mengkaji Pengaruhi pengetahuan dan

sikap orang tua terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas Padang

Panyang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas dan Institusi

terkait dalam mengetahui status gizi balita yang ada di wilayah

Puskesmas Padang Panyang.

2. Bagi masyarakat dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman dalam

masalah yang berkaitan dengan status gizi.

3. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa sebagai bahan masukan

untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang status gizi.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi Balita

Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya

manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk

meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi

masyarakat ( Muchtadi, 2002).

Status gizi (nutriens) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara

jaringan serta mengatur proses- proses kehidupan (Al (Suhardjo, 2003).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang tingkat kesehatan dan

kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat status

gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi, gizi

terdiri atas:

2.1.1 Karbohidrat

Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang

mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan dari

sudut dan fungsinya. Karbohidrat yang terkandung dalam makanan pada

umumnya hanya ada 3 jenis yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida

(Santoso, 2003).

6
7

Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh

tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani, fungsi utama

karbohirat yaitu:

1) Sumber utama energi yang murah.

2) Memberikan rangsangan mekanik.

3) Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran

bubur makanan serta memudahkan pembuangan tinja.

2.1.2 Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat

hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung unsur C, H, O dan unsur

khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen.

Protein nabati dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani

didapat dari hewan.

Protein berfungsi:

1) Membangun sel-sel yang rusak.

2) Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.

3) Membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap menghasilkan sekitar.

2.1.3 Lemak

Lemak merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari unsur-

unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol, apabila

bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid, fosfolipoid dan sterol. Fungsi

lemak antara lain :

1) Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan

bagi organ tertentu dari tubuh.


2) Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi

kesehatan kulit dan rambut.

3) Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang dalam lemak (

Santoso , 2003).

2.1.4 Vitamin

Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk karena disangka

suatu ikatan organic amine dan merupakan zat vitamin yang dibutuhkan untuk

kehidupan. Ternyata zat ini bukan merupakan amine, sehingga diubah menjadi

vitamin. Fungsi vitamin sebagai berikut:

1) Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme

umum, dan reproduksi.

2) Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport calsium ke

dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah susu.

3)Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan

metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacangkacangan atau

biji-bijian khususnya bentuk kecambah, mengandung vitamin E yang baik.

4) Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses yang diperlukan dalam

pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi tinggi di dalam

ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin Kdiperlukan

garam empedu dan lemak (Santoso, 2003).

2.1.5 Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang

sedikit.Mineral mempunyai fungsi :

1) Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon dan enzim.


2) Sebagai zat pengatur

1. Berbagai proses metabolisme.

2. Keseimbangan cairan tubuh.

3. Proses pembekuan darah.

4. Kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot.

2.2 Gizi
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan

secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita

yang masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang

berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang

tepat dan seimbang.

2.3 Klasifikasi Status Gizi Balita

Menurut surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 920 tahun 2002

tentang klasifikasi status gizi anak balita yang mana status gizi buruk tidak

menggunakan persen akan tetapi melainkan nilai Z-score,(Depkes, 2002).

Secara umum klasifikasi status gizi balita yang digunakan secara resmi

adalah seperti pada tabel dibawah ini :


Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS


Berat badan menurut umur (B Gizi lebih > +2 SD
B/U)
Gizi baik ? -2 SD sampai +2 SD
Gizi kurang < -2 SD sampai ? -3 SD
Gizi buruk < -3 SD
Tinggi badan menurut umur Normal ? -2 SD
(TB/U)
Pendek (stunted) < -2 SD
Berat badan menurut tinggi Normal ? -2 SD
badan (BB/TB)
Pendek (stunted) < -2 SD
Gemuk > +2 SD
Normal ? -2 SD sampai +2 SD
Kurus (wasted) < -2 SD sampai ? -3 SD

2.4 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara

langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

2.4.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung

dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Tetapi dalam penilaian ini menggunakan penilaian Antopometri (Arisman, 2004).

1) Antropometri.

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari

sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi. Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola


pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air

dalam tubuh, indeks Antropometri seperti :

(1). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Berat badan memiliki

hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan

berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan

tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi

saat ini. Dari berbagai jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikan

dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para

ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu persen terhadap

median, persentil, dan standar deviasi unit. Persen Terhadap Median. Median

adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama

dengan persentil 50.

2.4.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survey

konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini

menggunakan survey konsumsi dengan metode kuantitatif recall 24 jam.

1) Survei Konsumsi

a) Survei Konsumsi pangan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi.

b) PenggunaanPengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga,

dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan

zat gizi.
c) Metode Recall 24 jam

Untuk dapat melakukan recall, makanan dengan baik terlebih dahulu

harus mempelajari jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh

kelompok sasaran survey. Oleh karena itu kadang-kadang perlu dilakukan

survey pasar. Tujuannya adalah mengetahui sasaran berat dari tiap jenis

bahan makanan yang biasa dikonsumsi.

2) Berikut langkah-langkah kerjanya:

a) Masing-masing kelompok menyiapkan bahan makanan, misal: Bahan

makanan pokok: nasi biasa, nasi tim, bubur (masing-masing kelompok

membawa satu porsi makanan yang biasa dikonsumsi).

b) Lauk hewani: bahan yang sudah dimasak seperti telur, ikan goreng,

ayam goreng, dan lain-lain. Lauk nabati: bahan yang sudah dimasak

yang berasal dari tumbuhan seperti tahu, tempe dan lain-lain. Sayuran :

sayur bayam, kacang panjang, dan lain-lain. Buah-buahan: pisang,

jeruk, apel dan lain-lain.

c) Lakukan penimbangan terhadap masing-masing bahan makanan untuk

setiap ukuran rumah tangga yang dipakai. Catat hasil penimbangan

dalam suatu daftar ukuran rumah tangga (Notoatmodjo, 2003).

2.5 Perilaku Kesehatan

Teori Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit

atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3

kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila

mana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau

sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya, dan sebagainya.

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku

itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak

mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk

kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga

domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah

affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).


Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk

kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,

minat, kondisi fisik.

2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,

sarana.

3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan

metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.


4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

dan ada kaitannya dengan yang lain.

5) Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen pokok :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.


3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap.

2.4 Kerangka Teori

Variabel Idependen Variabel Dependen


Perilaku ( Notoadmodjo, 2011)
Status Gizi :
Pengetahuan
Sikap
Tindakan

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Idependen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan
Status Gizi
Sikap

2.6 Hipotesisi :

1. Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi anak di

Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan

Raya.

2. Ada pengaruh antara Sikap ibu dengan status gizi anak di Puskesmas Padang

Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.


17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan

Jenis penelitian ini analitik dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi

distribusi, dan dianalisa dengan menggunakan Crossectional untuk mengetahui

pengaruh pengetahuan dan sikap orang tua terhadap status gizi balitanya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala

Pesisir Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 25 sampai 30 Juli tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini semua ibu yang mempunyai balita yang ada

di desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dengan

jumlah balita 125 balita.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan di anggap mewakili populasi. Untuk mendapatkan besarnya sampel pada

penelitian ini dengan cara menggunakan rumus solvin menurut (Notoatmojo,

2005) sebagai berikut :

17
18

sampel penarikan sampel dengan menggunakan rumus Slovin:

Rumus Slovin :

N
n=
1+ ( )²

125
n = 1 + 125 (0,1)

125
= 2,25

N = 56 ibu

keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d2 = Derajat Kebebasan = 10% = 0,1

Jadi jumlah sampel sebanyak 56 orang ibu berdasarkan perhitungan

tersebut, maka responden sebanyak 56 orang ibu dan pengambilan sampel

menggunakan cara Stratified random sampling (pengambilan sampel dengan cara

berstrata).

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner yang telah disediakan meliputi data pengetahuan dan sikap orang tua

terhadap status gizi balita.


3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah diperoleh dari laporan bulanan penimbangan balita

dari Posyandu, Puskesmas dan Dinas kesehatan Nagan Raya.

Tabel 3.5 Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Keterangan
Variabel Dependen
Status Gizi Definisi Merupakan salah satu faktor yang
menentukan sumberdaya manusia dan
kualitas hidup.
Cara Ukur Menghitung BB/U
Alat Ukur Timbangan
Hasil Ukur 1. Baik
2. Kurang Baik
Skala Ukur Ordinal
Variabel Independen
1. Pengetahuan Definisi
Apa yang diketahui orang tua tentang cara
perawatan anak dengan gizi buruk
mengenai pengertian gizi buruk, penyebab
gizi buruk,tanda dan gejala gizi buruk,
penanggulangan dan pencegahan
Cara Ukur
Wawancara
Alat Ukur
Kuesioner
Hasil Ukur
1. Mengetahui
2. Tidak mengetahui
Skala Ukur Ordinal
2. Sikap Definisi Merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek.
Cara Ukur
Wawancara
Alat Ukur
Kuesioner
Hasil Ukur
1. Positif
2. Negatif
Skala Ukur
Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran
1. Status Gizi Menggunakan Indeks BB/U

Klasifikasi status gizi berdasarkan nilai Score: Klasifikasi berdasarkan BB/


U dapat dilihat dari tabel baku antropometri.

Baik : Jika dikatagorikan berat badan Normal

Kurang Baik : Jika dikatagorikan berat badan Gemuk, Kurus, dan

Kurus sekali

2. Pengetahuan dikategorikan atas :

Mengetahui : Jika responden menjawab benar ˃ 4 dari seluruh

pertanyaan yang diajukan.

Tidak mengetahui : Jika responden menjawab benar ≤ 4 dari

pertanyaan yang diajukan.

3. Sikap dikategorikan atas :

Positif : Jika responden menjawab benar ˃ 3 dari seluruh

pertanyaan yang diajukan.

Negatif : Jika responden menjawab benar ≤ 3 dari

pertanyaan yang diajukan.

3.7. Teknik Analisis Data

3.7.1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian.

Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi. Untuk uji statistik data dengan skala ordinal dan data ordinal

menggunakan uji statistik Chi Square karena sesuai dengan data yang digunakan.

Taraf kepercayaan 95% atau dengan alfa 5% (0,05), dikatakan bermakna apabila p

< 0,05 dan jika p > 0,05 dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna.

Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :

1. Bila tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

2. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai E>5, maka uji yang dipakai sebaliknya

Contiuty Correction

Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini

digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Desa Padang Panyang merupakan salah satu Desa dalam wilayah

Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh, luas wilayah

Desa Padang Panyang adalah + 21 Km2 dengan batas-batas desa adalah sebagai

berikut :

a. Utara berbatasan dengan Arongan

b. Selatan berbatasan dengan Lawa Batu

c. Timur berbatasan dengan HGU Fajar Baizury

d. Barat berbatasan dengan Kuala Trang

Dengan jumlah penduduk 1414 jiwa yang terdiri dari laki-laki 738 dan

perempuan 676.

4.1.2. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat masing-masing variabel yang diteliti

dalam bentuk distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Variabel-variabel

dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap dan status gizi balita.

22
4.1.2.1. Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Status Gizi Balita berdasarkan BB/U Di Desa
Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya tahun 2013.

No Status Gizi Balita Frekuensi BB/U %


1 Baik 47 83,9
2 Kurang Baik 9 16,1
Total 56 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.1 dari 56 orang responden, sebanyak 47 responden

memiliki status gizi balita baik yaitu (83,9%), dan 9 responden memiliki status

gizi balita yang kurang (16,1%).

4.1.2.2. Pengetahuan Ibu

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu Terhadap


Status Gizi balita di Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya 2013

No Pengetahuan Frekuensi %
1 Mengetahui 45 80,4
2 Tidak Mengetahui 11 19,6
Total 56 100
Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.2 dari 56 orang responden, mayoritas ibu-ibu

memiliki pengetahuannya mengetahui terhadap status gizi balita yaitu sebanyak

45 orang (80,4%), dan responden yang memiliki pengetahuan tidak mengetahui

sebanyak 11 orang (19,6%) terhadap status gizi balita.


4.1.2.3 Sikap Ibu

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Sikap Ibu Terhadap Status


Gizi Balita di Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir
KabupatenNagan Raya 2012
No Sikap Frekuensi %
1 Positif 46 82,1
2 Negatif 10 17,9
Total 56 100
Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.4 dari 56 responden, mayoritas responden memiliki

sikap yang positif terhadap status gizi balita yaitu sebanyak 46 orang (82,1%), dan

10 responden memiliki sikap yang negatif terhadap status gizi balita (17,9%).

4.1.3. Analisis Bivariat

4.1.3.1 Pengaruh Pengetahuan dengan Status Gizi Balita

Tabel 4.6 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Status gizi balita di Desa Padang
Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya 2013
Status Gizi balita
Pengetahuan Baik Kurang Baik Total P value OR
f % f % F %
Mengetahui 41 91,1 4 8,9 45 100
Tidak mengetahui 6 54,6 5 45,5 11 100 0,010 8,5
Jumlah 47 9 56 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.5 dapat diketahui ibu yang pengetahuan mengatakan

mengetahui sebanyak 45 orang, yang memiliki status gizi baik sebanyak 41 orang

(91,1%), sedang ibu yang mempunyai pengetahuan tidak mengetahui sebanyak 11

orang, yang memiliki status gizi balita kurang sebanyak 5 orang (45,5%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada derajat

kepercayaan 95% (α=0,05) diketahui bahwa p value = 0,010 < 0,05 jadi hasil

penelitian ada pengaruh antara pengetahuan orang tua terhadap status gizi balita.
Bila dilihat dari nilai OR yaitu 8,5 (1,7 – 41,0) artinya responden yang

pengetahuan baik 8,5 kali memiliki status gizi balita yang baik pula

dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang baik.

4.2.1.2 Pengaruh Sikap terhadap Status Gizi Balita

Tabel 4.7 Pengaruh Sikap ibu Terhadap Status gizi balita di Desa Padang
Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
tahun 2013
Status Gizi balita
Sikap Baik Kurang Baik Total P value OR
f % f % f %
Positif 41 89,1 5 10,9 46 100
Negatif 6 60,0 4 40,0 10 100 0,044 5,4
Jumlah 47 8 44 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.5 dapat diketahui ibu yang mempunyai sikap positif sebanyak

46 orang, memiliki status gizi balita baik sebanyak 41 orang (89,1%), sedangkan

ibu yang mempunyai sikap negatif sebanyak 10 orang dan yang memiliki status

gizi balita kurang baik sebanyak 4 orang (40,0%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada derajat

kepercayaan 95% (α=0,05) diketahui bahwa p value = 0,044 < 0,05 jadi hasil

penelitian ada pengaruh antara sikap orang tua terhadap status gizi balita. Bila

dilihat dari nilai OR yaitu 5,4 (1,1 – 26,2) artinya responden yang sikap positif 5,4

kali memiliki status gizi balita yang baik pula dibandingkan dengan ibu yang

mempunyai sikap negatif kurang baik.


4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Pengetahuan dengan Status Gizi balita

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 45 responden

berpengetahuan baik 41 orang, memiliki status gizi balita baik (91,1%).

Sedangkan 11 responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 5 responden

memiliki status gizi anak kurang baik (45,5%).

Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,010 ternyata nilai p value lebih

kecil dari nilai α berarti ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan

terhadap status gizi balita.

Pengetahuan merupakan faktor pemudah bagi ibu untuk meningkatkan

status gizi balita. Dengan demikian faktor ini menjadi pemicu terhadap prilaku

seorang ibu untuk menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi

atau kebiasaan, kepercayaan, pendidikan dan tingkat sosial ekonomi ibu

( Notoadmodjo, 2007).

Menurut Sari.S , 2006 ada pengaruh yang sangat berarti antara

pengetahuan dalam upaya memperbaiki prilaku. Dengan demikian meningkatkan

pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti memberi prilaku.

Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu

menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi

seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan

yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2000).


4.2.2. Pengaruh Sikap dengan Status Gizi balita

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 56 responden yang

memiliki sikap positif 41 orang, memiliki status gizi balita baik (89,1%).

Sedangkan 10 responden yang mempunyai sikap negatif sebanyak 4 responden

memiliki status gizi balita kurang baik (40,0%).

Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,044 ternyata nilai p value lebih

kecil dari nilai α berarti ada pengaruh yang signifikan antara sikap terhadap status

gizi balita.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soekidjo

Notoatmodjo (2003) bahwa sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Sugeng Hariyadi (2003) juga berpendapat bahwa sikap merupakan

penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang akan

memberikan gambaran corak bagaimana tingkah laku seseorang. Dari

mengetahui sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon atau

tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau

keadaan yang dihadapinya.

Menurut L. Green dalam buku Soekidjo Notoatmodjo (2003) sikap juga

merupakan faktor pemudah (predisposing factor) dari perilaku atau praktek. Di

sinilah dituntut kebijakan seorang ibu untuk memahami pengetahuan yang telah

didapat kemudian ia harus menentukan sikap apa yang harus diambil untuk

kepentingan anaknya kelak dimasa yang akan datang.


Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menyatakan

bahwa status gizi balita dengan Peran seorang ibu dalam memperbaiki status gizi

balita sangat menentukan kehidupan masa depan anaknya, oleh karena itu

keperdulian ibu sangat diperlukan, sebab ibu merupakan tokoh utama yang paling

bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak, terutama dalam

penyelenggaraan menu seimbang bagi balitanya, maka dari itu tingkatkan

pengetahuan dan keterampilan ibu dalam pemberian makanan sehat seimbang

(Zeitlin dkk (1990)


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Ada pengaruh antara pengetahuan ibu terhadap status gizi balita di desa

Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun

2013. Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi- square p value =

0,010 yang berarti p value <0,05

2. Ada pengaruh antara sikap ibu terhadap status gizi balita di Desa Padang

Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.

Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi- square p value = 0,044

yang berarti p value <0,05

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan dan

memberikan informasi-informasi yang bermanfaat tentang Pengetahuan

dan Sikap Ibu terhadap status gizi balita kepada ibu-ibu yang memiliki

balita agar lebih memahami pentingnya pengetahuan dan peran ibu dalam

meningkatkan status gizi balita agar status gizi balita menjadi lebih baik

dimasa yang akan datang.

2. Kepada ibu-ibu untuk selalu membawa anaknya ke posyandu pada setiap

kegaiatan yang diadakan di posyandu.

3. Disarankan kepada ibu balita untuk senantiasa memperhatikan gizi balita

agar status gizi balitanya menjadi lebih baik.

29

Anda mungkin juga menyukai