Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH

KESEHATAN PADA BALITA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas MK Keperawatan Komunitas

Dosen Pengajar Agustina Rahmawati S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

1. Siti Rohama 1810201098

2. Nur Afifah Juni M 1810201099

3. Masriyati Vitria Savitri 1810201100

4. Feni Sabrina 1810201101

5. Edtincia Helen Puspa Kirana 1810201102

6. Windi Anggraini 1810201103

7. Anis priani 1810201104

8. Sylvia Puspa Ananda 1810201105

9. Adevia Putri Sekar Ningrum 1810201106

10. Novita Sri Rahayu 1810201107

11. Linda Ayu Riska 1810201108

12. Siti Nur Khalimah 1810201109

13. Emi Herawati 1810201110

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN
A . Latar belakang

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Anak balita rentan untuk menjadi gizi buruk karena balita merupakan anak yang dalam masa
tumbuh kembang. Gizi buruk menyebabkan 10,9 Juta kematian anak balita didunia setiap
tahun. Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena
berbagai disfungsi yang dialami. Ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah
kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemi (kadar gula dalam darah dibawah
kadar normal), dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani tapi tidak
di follow up dengan baik yang mengakibatkan anak tidak dapat mengejar ketinggalannya
maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun
perkembangannya.(1) Kejadian gizi buruk pada 2 tahun pertama kehidupan dapat
menyebabkan kerusakan organ otak tidak dapat diperbaiki, balita gagal tumbuh (BBLR,
kecil, pendek, kurus), hambatan

perkembangan kogntif, menurunkan produktivitas pada usia dewasa, balita gizi buruk
memiliki sistem daya tahan tubuh yang lemah sehingga mereka sering sakit (lebih sering
menderita penyakit yang parah) dan kemungkinan meninggal dunia. Gangguan tumbuh
kembang anak akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Anak
yang menderita kurang gizi berat mempunyai rata-rata IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan
rata-rata IQ anak yangtidak kurang gizi. Kenyataan ini tentu berdampak pada kualitas
Sumber daya Manusia (SDM) suatu bangsa.

B .Tujuan Belajar

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian gizi dan gizi kurang gizi.


2. Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor penyebab kurang gizi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi kurang gizi.
4. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan komunitas dengan masalah
kesehatan pada balita.
5. Mahasiwa mampu membuat SAP Keperawatan Komunitas dengan masalah kesehatan
pada balita.

BAB II

PEMBAHASAN

A . Pengertian

1. Definisi Gizi

Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara


normal melalui proses digesti,absobsi,transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tidak ada satu jenis makanan
yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat,
tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu,setiap orang perlu mengkonsumsi Air Susu
Ibu(ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting
dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.makan-makanan
beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.makanan yang beraneka ragam yaitu
makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas
mampun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut trigma makanan yaitu
makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur, apabila terjadi
kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan yang
beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur.

Makanan sumber tenaga antara lain: beras, jagung,gandum, umbi-umbian, kenang


sagu, roti. Makanan zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-
kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging,
susu serta hasil olahan seperti keju. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-
sayurab dan buah-buahan makanan yang mengandung berbagai vitamin dan mineral. Yang
berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
2. Definisi Kurang Gizi

Menurut Suparisa (2002:18) malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan


atau kelebihan secara relatif maupun absolut saat lebih zat gizi. Menurut Ngastiyah
(2005:258) gizi kurang pada keadaan awalnya tidak ditentukan kelainan tapi pada keadaan
lanjut akan didapatkan kadal albumin rendah sedangkan kadar globulin meninggi. Menurut
Almatsier (2002 :303) Gizi kurang disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi
secara umum dan kurang sumber protein.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gizi kurang adalah suatu keadaan
yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang sumber protein, penyerapan yang
buruk atau kehilangan zat gizi secara berlebih.

3. Faktor penyebab kurang gizi


a) Tidak tersedianya makanan secara adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial
ekonomi. Kemiskinan sangat indentik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat.
Data indonesia dinegara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik
antar kurang giza dan kemiskinan. Proporsi anak malnutrisis berbanding terbalik
dengan pendapatan. Maki kecil pendapatan penduduk, maka makin tinggi persentasi
anak yang kekurangan gizi

b) Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan alamiah terbaik
bagi bayi yaitu ASI yang tepat dan sesudah usia 6 bulan anak tidak menpat makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dengan tepat baik jumlah dan kualitasnya akan
berkonsekuensi terhadap status gizi bayi.

c) Infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan
infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran yang sukar diputuskan karena
keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan
menyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisis sendiri akan memberikan dampak
buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi

4. Patofisiologi

Sebenarnya Malnutrisi (gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat
banyak faktor. Fakto-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu host, agen,
environment (Supariasa 2002). memang faktor diet makanan memegang peranan penting
tetapi faktor lain ikut menentukan dalam keadaan keluarga makanan tubuh selalu berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.kemampuan
tubuh untuk mempergunakan kerbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk mnyimpan karbohidrat
sangat sedikit sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibat katabolisme
protein terjadi setelah bebrapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
menjadi karbohidrat dihepar dan diginjal selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam
lemak. Gliseraal dan keton bodies asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai
memecah protein lagi setelah kira-kira kehilanga separuh tubuh.

Proses patogenesis terlihat pada faktor lingkungan dan manusai yang didukung oleh
asupan-asupan zat-zat gizi, akibat kekurangan zat gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh
digunakan untuk memenuhi kebutuhan , apabila keadaan ini berlangsung lama. Maka
simpanan zat gizi ini akan digolongkan sebagai malnutrisi. Walaupun hanya beru dengan
ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat. Pada keadaan ini yang
muncul adalah pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan menghilangnya
lemak dibawah kulit. Kelainan demikian merupakan proses psikologis untuk kelangsungan
jaringan hidup tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan.

5. WOC
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A . Skenario 2

Hasil survey dari seluruh balita di Kampung Mlangi sebanyak 78 atau 1,9 %
dinyatakan mengalami gizi buruk, dengan penyakit penyerta tuberkulosis, jumlah anggota
keluarga melebihi sumber daya yang dimiliki keluarga. Tingkat pendapatan keluarga di
bawah UMR kabupaten Sleman. Rentang usia balita gizi buruk ini antara 9-50 bulan, 67,4%
dialami oleh balita perempuan, 19,6 % mempunyai riwayat berat badan lahir rendah dan
selama 3 bulan terakhir balita ini mengalami diare (60,9%), demam (67,4%), batuk pilek
(76,1%) dan sesak napas (32,6%). Dilihat dari pekerjaan, 54,3 kepala keluarga tidak memiliki
pekerjaan tetap dan pendapatan dibawah UMR.

Hasil windshield survey menunjukkan banyak anak-anak bermain di halaman tanpa


memakai alas kaki. Anak-anak bermain tanah sambil makan jajanan, seperti chitos, cilok dan
pilus. Angka kecacingan cukup tinggi, sebanyak 54 % dan mengeluh perut buncit dan berat
badan tidak naik.

Hasil wawancara dengan Kepala Desa, mengatakan sudah ada program penanganan
gizi buruk di tingkat kelurahan, yakni dalam bentuk pemberian PMT berupa biskuit dan susu.
Menurut kader kesehatan, rata-rata kunjungan balita ke posyandu 50% dan kegiatan yang
dilakukan di posyandu telah mengikuti sistem 5 meja, namun fungsi penyuluhan kesehatan di
meja 4 tidak berjalan. Hasil dari diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion)
sebagian besar ibu mengatakan perasaan ibu yang memiliki anak gizi buruk : “biasa-biasa
saja”, “merasa minder dan malu ” dan “malas membawa anak ke posyandu,karena takut
dimarahi oleh ibu kader”. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kondisi balita gizi buruk di
kelurahan Mlangi ini belum mengarah ke marasmus dan kwashiorkor. Hasil food record ,
keluarga menunjukkan belum dapat memenuhi kecukupan gizi balita dalam sehari.

I PEMBAHASAN TUTORIAL SKENARIO 2

A . Klarifikasi istilah atau konsep yang belum dipahami

1. kwashiorkor
2. Marasmus
3. PMT
4. tuberkulosis
5. windshiled survey

B Analisis Jawaban Dari Istilah Yang Belum Dimengerti

6. kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai akibat adanya
kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang
dibutuhkan. Kwashiorkor merupakan bentuk dari malnutrisi protein-energi yang
berhubungan dengan defisiensi protein yang ekstrim dan dikarakteristikan dengan
edema, hipoalbunemia, anemia dan pembesaran hati. Umumnya masih terdapat lemak
subkutan, dan uscular wasting tertutupi oleh adanya edema serta adanya retardasi
pertumbuhan.

Kwashiorkor merupakan kurang energi protein tingkat berat yang disebabkan


oleh asupan protein yang inadekuat dengan asupan energi yang cukup.

kwashiorkor adalah malnutrisi karena kekurangan protein meski asupan


energinya cukup, maka marasmus adalah kekurangan asupan energi atau kalori dari
semua bentuk makronutrien, mencakup karbohidrat, lemak, dan protein.
kwashiorkor yakni bentuk malnutrisi yang terjadi karena kekurangan protein.
Kekurangan protein yang parah ini bisa menyebabkan retensi cairan, sehingga
membuat perut menjadi terlihat kembung.

7. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan asupan energi atau kalori dari semua bentuk
makronutrien, mencakup karbohidrat, lemak, dan protein. Kondisi ini paling
banyak ditemukan pada anak berusia di bawah 2 tahun.

Marasmus adalah bentuk malnutrisi parah. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa
saja yang memiliki kekurangan gizi parah, namun lebih sering terjadi pada anak-
anak, khususnya di negara berkembang. Kondisi ini bisa terjadi ketika tubuh tidak
mendapatkan cukup protein dan kalori.

Marasmus adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya kalori dan cairan
dalam tubuh, serta menipisnya cadangan lemak. Hal ini mengakibatkan otot-otot
tubuh mengecil

8. PMT
PMT adalah pemberian makanan tambahan adalah program intervensi bagi
balita yang menderita kurang gizi untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk
mencukupi kebutuhan gizi.

PMT pada balita adalah pemberian makanan atau minuman yang mengandung
zat gizi pada balita untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Pemberian makanan tambahan (PMT) merupakan program intervensi terhadap


balita yang menderita kurang gizi dimana tujuannya ialah untuk meningkat- kan
status gizi anak serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak sehinggga
tercapainya status gizi dan kondisi gizi yang baik sesuai dengan usia anak
tersebut.

9. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi paling sering menyerang
jaringan paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis
(TB) paru ini dapat menyerang semua usia dengan kondisi klinis yang berbeda-
beda atau tanpa dengan gejala sama sekali hingga manifestasi berat. Tuberkulosis
(TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Sampai
sekarang ini belum ada satu negara pun di dunia yang bebas dari tuberkulosis
(TB).

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi paru menular yang masih
menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang.

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama


menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel
yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.

10. windshiled survey


Windshield Survey merupakan pengamatan terhadap suatu wilayah untuk
mendapatkan gambaran umum situasi dan keadaan suatu wilayah, yang
didapatmelalui wawancara dengan penduduk setempat, tokoh masyarakat dan
observasi lingkungan.

Windshield Survey adalah sebuah survei penilaian masyarakat yang dilakukan


dengan cara berkeliling dengan mobil atau menggunakan transportasi umum
untuk melakukan pengamatan tentang ,asyarakat dan dinamikanya.

C . Analisis Data Pengkajian Keperawatan

Melakukan analisis data pengkajian keperawatan komunitas dan rumuskan masalah


keperawatan menggunakan buku NANDA. Hasil analisis data pengkajian komunitas
didokumentasikan mengikuti format sebagai berikut:
NO ANALISIS DATA MASALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS
1 Survei: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
 Hasil survey mengatakan jumlah anggota keluarga melebihi sumber daya terkait masyarakat dengan masalah sumber
yang dimiliki keluarga daya yang dimiliki dikampung mlangi.
 3 bulan terakhir balita ini mengalami diare (60,9%), demam (67,4%), (NANDA, 2018-2020)
batuk pilek (76,1%) dan sesak napas (32,6%).

Wawancara:
 Menurut kader kesehatan, rata-rata kunjungan balita ke posyandu 50%
dan kegiatan yang dilakukan di posyandu telah mengikuti sistem 5 meja,
namun fungsi penyuluhan kesehatan di meja 4 tidak berjalan.
Observasi:
 banyak anak-anak bermain di halaman tanpa memakai alas kaki.
 Anak-anak bermain tanah sambil makan jajanan, seperti chitos, cilok dan
pilus

2 Survei: Defisien kesehatan komonitas berkaitan dengan


 Hasil survey dari seluruh balita di Kampung Mlangi sebanyak 78 atau 1,9 masalah yg di alami oleh kelurahan nogotirto.
% dinyatakan mengalami gizi buruk, dengan penyakit penyerta (NANDA, 2018-2020)
tuberkulosis.
 selama 3 bulan terakhir balita ini mengalami diare (60,9%), demam
(67,4%), batuk pilek (76,1%) dan sesak napas (32,6%).

Wawancara:
 balita gizi buruk belum mengarah ke marasmus dam kwashiorkor
 Hasil food record , keluarga menunjukkan belum dapat memenuhi
kecukupan gizi balita dalam sehari.

Observasi:
 Angka kecacingan cukup tinggi, sebanyak 54 % dan mengeluh perut
buncit dan berat badan tidak naik.

3 Survei: Perilaku kesehatan cenderung beresiko


 Dilihat dari pekerjaan, 54,3 kepala keluarga tidak memiliki pekerjaan berhubungan dengan kurang Pemahaman
tetap dan pendapatan dibawah UMR. masyarakat dusun mlagi tentang kesehatan.
Wawancara: (NANDA, 2018-2020)
 Menurut kader kesehatan, rata-rata kunjungan balita ke posyandu 50%
 Hasil dari diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion) sebagian
besar ibu mengatakan perasaan ibu yang memiliki anak gizi buruk :
“biasa-biasa saja”, “merasa minder dan malu ” dan “malas membawa
anak ke posyandu,karena takut dimarahi oleh ibu kader”.
Observasi:
 anak anak bermain tanpa memakai alas kaki.
 Anak-anak bermain tanah sambil makan jajanan, seperti chitos, cilok dan
pilus.
 Angka kecacingan cukup tinggi, sebanyak 54 % dan mengeluh perut
buncit dan berat badan tidak naik.

D . Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas


NO DIAGNOSA A B C D E F G H I J K TOTAL
KEPERAWATAN SKORE
1 Ketidakefektifan 5 3 4 2 3 2 4 3 2 2 3 33
pemeliharaan
kesehatan terkait
masyarakat dengan
masalah sumber daya
yang dimiliki
dikampung mlangi.

2 Defisien kesehatan 5 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 36
komonitas berkaitan
dengan masalah yg di
alami oleh kelurahan
nogotirto

3 Perilaku kesehatan 5 4 5 3 3 3 3 3 3 2 3 37
cenderung beresiko
berhubungan dengan
kurang Pemahaman
masyarakat dusun
mlagi tentang
kesehatan

Keterangan:

A= Resiko terjadi G= Tempat

B= Resiko parah H= waktu

C= Potensi untuk pendidikan kes I= Dana

D= Minat masyarakat J= Fasilitas kesehatan

E= Mungkin diatasi K= sumber daya

F= Sesuai dengan program kes


Pembobotan rentang 1-5 , yaitu :

1 : sangat rendah, 2 : rendah, 3 : cukup, 4 : tinggi , 5 : sangat tinggi

E . Rumusan Prioritas Diagnosa Keperawatan Komunitas

11. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang Pemahaman masyarakat dusun mlagi tentang kesehatan
12. Defisien kesehatan komonitas berkaitan dengan masalah yg di alami oleh kelurahan nogotirto
13. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait masyarakat dengan masalah sumber daya yang dimiliki dikampung mlangi.

NO DATA DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1 Survei: Domain 1 Promosi Manajemen
 Dilihat dari pekerjaan, 54,3 kepala Kesehatan lingkungan:komunitas :
keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap
dan pendapatan dibawah UMR. Kelas 2 Manajemen -Monitor status resiko
Wawancara: Kesehatan kesehatan yang sudah
 Menurut kader kesehatan, rata-rata diketahui
kunjungan balita ke posyandu 50% Perilaku Kesehatan -Mendorong lingkungan
 Hasil dari diskusi kelompok terarah Cenderung Beresiko aktif untuk berpartisipasi
(Focus Group Discussion) sebagian besar (00188) hal. 145 dalam keselamatan
ibu mengatakan perasaan ibu yang (NANDA 2018-2020) komunitas
memiliki anak gizi buruk : “biasa-biasa -Melakukan program
saja”, “merasa minder dan malu ” dan edukasi untuk kelompok
“malas membawa anak ke beresiko
posyandu,karena takut dimarahi oleh ibu -Bekerjasama dengan
kader”. kelompok dilingkungan
untuk memastikan aturan
Observasi: pemerintah yang sesuai
 anak anak bermain tanpa memakai alas
kaki.
 Anak-anak bermain tanah sambil makan
jajanan, seperti chitos, cilok dan pilus.
 Angka kecacingan cukup tinggi, sebanyak
54 % dan mengeluh perut buncit dan berat
badan tidak naik.

2 Survei: Domain 1 Promosi NOC: status


 Hasil survey dari seluruh balita di Kesehatan kesehatan
Kampung Mlangi sebanyak 78 atau 1,9 % komunitas (2701)
dinyatakan mengalami gizi buruk, dengan Kelas 2 Manajemen hal.534 (NANDA
penyakit penyerta tuberkulosis. Kesehatan 2018-2020)
 selama 3 bulan terakhir balita ini - status kesehatan
mengalami diare (60,9%), demam Defisien Kesehatan bayi dari skala 2
(67,4%), batuk pilek (76,1%) dan sesak Komunitas (00215) menjadi 3
napas (32,6%). hal.144 (NANDA 2018- - status kesehatan
2020) anak dari skala 2
Wawancara: menjadi 4
 balita gizi buruk belum mengarah ke - tingkat
marasmus dam kwashiorkor partisipasi dalam
 Hasil food record , keluarga menunjukkan program
belum dapat memenuhi kecukupan gizi kesehatan
balita dalam sehari. komunitas dari
skala 3 menjadi 4
Observasi: - prevalensi
 Angka kecacingan cukup tinggi, sebanyak program
54 % dan mengeluh perut buncit dan berat peningkatan
badan tidak naik. kesehatan dari
skala 3 ke 4
Tingkat partisipasi
dalam pelayanan
perawatan
kesehatan
preventif dari
skala 3 menjadi 4

3 Survei: Domain 1 Promosi Perilaku Promosi -inisiasi skrining risiko


 Hasil survey mengatakan jumlah anggota Kesehatan Kesehatan (1602) hal 484 kesehatan yang berasal
keluarga melebihi sumber daya yang (NANDA 2018-2020) dari lingkungan
dimiliki keluarga Kelas 2 Manajemen
 3 bulan terakhir balita ini mengalami Kesehatan - Melakukan -berpartisipasi dalam tim
diare (60,9%), demam (67,4%), batuk perilaku multidisiplin untuk
Ketidakefektifan
pilek (76,1%) dan sesak napas (32,6%). kesehatan mengidentifikasi ancaman
Pemeliharaan Kesehatan
secara rutin terhadap keselamatan
(00099) hal.146 (NANDA
Wawancara: dari skala 2 dikomunitas
2018-2020)
 Menurut kader kesehatan, rata-rata menjadi skala
kunjungan balita ke posyandu 50% dan 4 -lakukan program edukasi
kegiatan yang dilakukan di posyandu telah - mendapatkan untuk kelompok berisiko
mengikuti sistem 5 meja, namun fungsi imunisasi yg di
penyuluhan kesehatan di meja 4 tidak rekomendasika -berkolaborasi dalam
berjalan. n dari skala 2 mengembangkan program
Observasi: menjadi skala aksi dikomunitas

 banyak anak-anak bermain di halaman 4

tanpa memakai alas kaki. - memperoleh


pemeriksaan
 Anak-anak bermain tanah sambil makan rutin dari skala
jajanan, seperti chitos, cilok dan pilus 2 menjadi 4
- menggunakan
perilaku yang
menghindari
resiko dari
skala 1
menjaid 4

F . Implementasi, Evaluasi dan RTL


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI ANALISIS RTL
PENDUKUNG PENGHAMBAT
1 Perilaku Kesehatan Cenderung Struktur:
Beresiko (00188) hal. 145
(NANDA 2018-2020)
Proses:
Hasil:
2 Defisien Kesehatan Komunitas Struktur:
(00215) hal.144 (NANDA 2018-
2020)
Proses:

Hasil:
3 Ketidakefektifan Pemeliharaan Struktur:
Kesehatan (00099) hal.146
(NANDA 2018-2020)
Proses:

Hasil:
G . SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TOPIK : Pentingnya Gizi

POKOK PEMBAHASAN : Pentingnya Gizi Bagi Anak

SASARAN : Keluarga

WAKTU : 15.30-16.00 WIB

HARI/TANGGAL :26 Oktober 2020

TEMPAT : Balai Desa

PENYULUHAN :
I. ANALISA DATA
A. LATAR BELAKANG
Masa kanak kanak bisa saja menjadi masa emas bagi pertumbuhan anak, dimana masa
ini anak memiliki kecenderungan untuk lebih dominan rasa ingin tahu dan banyak mencoba.
Sebagai orang tua tentu hanya bisa mengawasi anaknya, namun beberapa orangtua masih
kurang memahami terkait lingkungan bermain anak ang kemudian bisa menjadi penghalang
pertumbuhan bagi anak.

Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Penelitian di bidang nutrisi
mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit,
khususnya dalam menentukan diet yang optimal.Sehingga gizi menjadi penting dalam hal
tumbuh kembang anak. Namun masih sedikit orangtua yang tidak mneyadari kekurangan gizi
pada anaknya.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, kondisi gizi anak telah menunjukkan
perbaikan. Pada masalah stunting terjadi penurunan prevalensi pada anak balita dari 37,21%
di tahun 2013 menjadi 30,79% tahun 2018. Demikian juga apabila dibandingkan dengan data
prevalensi stunting pada balita tahun 2016 (Sirkesnas), yaitu 33,60 persen. Selain itu
perbaikan gizi juga tercermin dari penurunan kekurangan gizi (underweight) pada anak balita
dari 19,6% pada 2013 menjadi 17,68% pada 2018. Penurunan wasting atau anak balita kurus
dari 12,12% pada 2013 menjadi 10,19% tahun 2018.
B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT
1. Masyarakat sudah pernah mendapatkan pendidikan mengenai status gizi anak
2. Orantua kesulitan dalam memantau lingkungan bermain anak
3. Media yang cocok adalah power point, dan video
4. Masalah yang dihadapi adalah ketidaktahuan terhadap pendidikan status gizi bagi
tumbuh kembang anak.

C. KEBUTUHAN MASYARAKAT
1. Memenuhi pengetahuan orangtua terhadap status gizi yang baik bagi anak
2. Edukasi terhadap pemantauan status gizi
3. Edukasi terhadap pemberian asupan makan anak
4. Hambatan yang dihadapi orangtua adalah upah yang minim untuk memenuhi
kecukupan gizi anak
5. Orangtua yang cuek terhadap status gizi anak.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :


Setelah diberikan edukasi, diharapkan orangtua dapat menegtahui asupan gizi yang
baik bagi anak agar tumbuh kembang anak tidak mengalami gangguan.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :


Orangtua dapat memenuhi asupan gizi yang baik bagi anak.

IV. MATERI PEMBELAJARAN


A. Pengertian Gizi
Gizi adalah persediaan bahan-bahan atau makanan yang dibutuhkan organisme
maupun sel-sel untuk bertahan hidup. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan dan medis,
gizi dapat merujuk pada ilmu atau praktik konsumsi serta penggunaan makanan.Tak hanya
tentang metabolisme, gizi pun berbicara mengenai bagaimana penyakit yang dapat dicegah
atau diminimalkan dengan makanan yang sehat.Dengan demikian, pengertian gizi juga
berfokus pada bagaimana cara kita mengenali proses munculnya penyakit yang disebabkan
oleh faktor bahan pangan. Mulai dari pola makan yang buruk, intoleransi terhadap makanan,
hingga alergi makanan.

B. Jenis Gizi yang Diperlukan Oleh Tubuh


1. Makronutrien
Makronutrien berarti nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh. Jenis
gizi ini dibagi lagi menjadi makronutrien yang menyumbang energi dan yang tidak.
2. Makronutrien energi
Makronutrien energi meliputi karbohidrat, protein, dan lemak :
- Karbohidrat, Karbohidrat memiliki molekul-molekul yang terdiri atas monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Polisakarida dianggap lebih baik daripada monosakarida.
Kenapa?Pasalnya, polisakarida lebih kompleks sehingga butuh waktu lama untuk diserap
ke dalam aliran darah dan tidak memicu lonjakan gula darah yang besar.Karena itu,
semakin kompleks karbohidrat yang Anda konsumsi, nutrisi yang Anda dapatkan akan
semakin baik. Contoh karbohidrat kompleks adalah gandum utuh, nasi merah, dan biji-
bijian. Sedangkan jenis karbohidrat sederhana meliputi nasi putih, roti putih, dan pasta.
- Protein, Protein disusun oleh 20 jenis asam amino. Sebagian asam amino disebut esensial
karena tidak bisa diproduksi oleh tubuh, sehingga harus didapatkan melalui makanan.
Sementara sebagian lainnya termasuk nonesensial sebab bisa diproduksi sendiri oleh
tubuh.Isoleucine, histidine, leucine, lysine, methionine, phenylalanine, tryptophan,
threonine, dan valine merupakan contoh asam amino esensial. Sementara asam amino
nonesensial meliputi aspartic acid, cysteine, glutamic acid, alanine, arginine, asparagine,
glutamine, glycine, proline, serine, dan tyrosine.Ahli gizi merekomendasikan makanan
berprotein seperti ikan, gandum utuh, kacang-kacangan, dan daging unggas.
- Lemak, Lemak sejatinya termasuk salah satu gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
berfungsi dengan baik. Mulai dari membantu organ-organ dalam menghasilkan hormon,
melumasi persendian, menyerap vitamin tertentu, dan menjaga kesehatan otak. Banyak
orang menghindari asupan lemak karena takut akan terkena penyakit, padahal Anda dapat
mengganti dengan lemak sehat seperti alpukat, keju, telur, kacang, minyak kelapa untuk
memenuhi kebutuhan lemak dalam tubuh.

3. Serat, Sebagian besar serat terdiri atas karbohidrat. Nutrisi ini penting untuk mendukung
pertumbuhan bakteri baik dalam sistem pencernaan. Seperti yang sudah diketahui, sumber
serat berasal dari sayur dan buah-buahan.
4. Air, Air sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh. Kebutuhan air tiap orang juga
berbeda-beda dan dipengaruhi oleh banyak hal. Misalnya ukuran tubuh, usia, aktivitas
fisik, suhu lingkungan, kondisi kesehatan, dan pola makan. Meski begitu, orang dewasa
umumnya dianjurkan untuk minum setidaknya 2 liter air setiap hari.
5. Mikronutrein, adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil, dan terdiri
atas berbagai mineral serta vitamin :
- Mineral, Di samping oksigen, karbon, hidrogen, dan nitrogen, tubuh juga memerlukan
mineral dari makanan. Terdapat berbagai mineral yang penting untuk proses biokimia
manusia. Misalnya, kalium, klorida, natrium, kalsium, fosfor, magnesium, zinc, zat besi,
mangan, tembaga, iodin, selenium, dan molibdenum.Dalam pola makan seimbang,
kebutuhan mineral akan tercukupi dengan baik. Mineral juga terkadang ditambahkan ke
produk tertentu agar dapat memenuhi kebutuhan Anda. Proses penambahan ini disebut
fortifikasi.
- Vitamin, Vitamin tidak dapat diproduksi secara cukup, sehingga manusia perlu
memperolehnya dari bahan pangan. Vitamin terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni
vitamin yang larut dalam air (seperti vitamin A, D, E, K) dan vitamin yang larut dalam
lemak (vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, B12, dan C).Vitamin larut air akan keluar
lebih cepat melalui urine setelah dikonsumsi. Karena itu, vitamin jenis ini perlu
dikonsumsi dengan lebih teratur.Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak mudah
menumpuk di tubuh karena sulit dihilangkan dengan cepat. Penumpukan vitamin secara
berlebihan ini disebut hipervitaminosis.

C. Penyebab Gizi Tidak Terpenuhi


Malnutrisi atau yang dikenal sebagai gizi buruk terjadi ketika asupan gizi dan nutrisi
dari makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Kondisi gizi
buruk tidak terjadi dalam waktu yang cepat. Berikut ini beberapa penyebab gizi buruk:
1. Kondisi kesehatan yang terjadi dalam jangka panjang sehingga menyebabkan
kehilangan nafsu makan, muntah, sakit, diare, penyakit hati, kanker, dan penyakit
paru-paru.
2. Kesehatan mental seperti depresi atau skizofrenia yang memengaruhi keinginan
untuk makan.
3. Kondisi yang mengganggu kemampuan untuk menyerap nutrisi atau mencerna
makanan.
4. Perekonomian yang rendah sehingga anak tidak memperoleh makanan dengan
gizi dan nutrisi yang cukup.

D. Dampak Negatif Gizi Tidak Terpenuhi


1. Badan Kurus, pendek dan kegemukan, Gizi buruk akan berdampak pada tumbuh kembang
yang tidak sempurna. Tubuh anak-anak akan terhambat bahkan bisa menyebabkan
terhentinya pertumbuhan sebelum waktunya. Tubuh anak bisa menjadi pendek (stunting)
dan kurus (wasting).
2. Reisko terkena penyakit infeksi, Dampak gizi buruk lainnya yang dapat dialami anak-anak
adalah risiko terkena penyakit infeksi. Hal ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang
rentan terhadap penyakit karena kekurangan nutrisi dalam tubuh. Kekurangan nutrisi pada
tubuh juga akan membuat fungsi organ tubuh terganggu.
3. Kecerdasan berkurang, Anak-anak yang menderita gizi buruk sejak bayi, mengalami
penurunan kecerdasan. Bahkan 65% dari anak-anak yang menderita malnutrisi memiliki
IQ di bawah 90. Hal ini disebabkan pembentukan jaringan otak tidak sempurna akibat
kurang nutrisi.
4. Kematian, Dampak terburuk dari kondisi gizi buruk adalah kematian. Anak-anak yang
memiliki kondisi pertumbuhan yang tidak sempurna seperti tubuh yang pendek,
mempunyai risiko meninggal empat kali lebih besar dibandingkan anak yang sehat.

E. Pengobatan Gizi yang Tidak Terpenuhi pada Anak


Pengobatan gizi buruk pada anak tergantung pada kesehatan dan tingkat malnutrisi
yang diderita. Penderita gizi buruk membutuhkan asupan nutrisi berupa protein dan kalori
yang mencukupi. Akan tetapi, pemberian nutrisi pada anak harus dilakukan secara bertahap.
Di tahap awal, anak-anak yang mengalami gizi buruk harus diberi asupan kalori yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan energinya. Setelah kebutuhan kalori terpenuhi, asupan
protein dapat diberikan. Beri makanan yang mengandung kalori dan protein melalui camilan.
Minuman yang diberikan juga harus mengandung kalori dengan kadar yang tinggi.Ketika
memberikan makanan yang mengandung protein kepada anak, berikan protein dari kadar
yang paling rendah secara bertahap. Kemudian naikkan kadar protein perlahan agar saluran
pencernaan anak tidak terkejut dengan makanan mengandung asupan protein dan kalori yang
tinggi. Namun, pastikan ketika melakukan perawatan, tetap berkonsultasi dengan dokter
untuk menjaga dan mengontrol keadaan anak yang mengalami gizi buruk.

V. METODE
- Ceramah
- Diskusi kelompo
VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
N
WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
O
1. 5 menit PEMBUKAAN : 1) Menjawab salam
1) Memberikan salam 2) Mendengarkan dan
2) Perkenalan memperhatikan
3) Menjelaskan TIU dan TIK 3) Menjawab pertanyaan
4) Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5) Pre test
2. 15 menit INTI : 1) Menjawab pertanyaan
1) Menjelaskan materi : penyuluhan
- Pengertian gizi 2) Mendengarkan dan
- Jenis Gizi yang Diperlukan memperhatikan
Oleh Tubuh 3) Bertanya kepada penyuluh apabila
- Penyebab Gizi Tidak masih ada yang belum jelas
Terpenuhi
- Dampak Negatif Gizi Tidak
Terpenuhi
2) Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk
menanyakan materi yang
belum jelas
3) Menyimpulkan materi

3. 8 menit EVALUASI: M menjawab pertanyaan


1) Memberikan pertanyaan
kepada peserta (post test)
2) Memberikan motivasi dan
penguatan positif jika
jawaban benar dan
membetulkan jika masih
ada kekurangan.

4. 2 menit PENUTUP : Menjawab salam


Mengucapkan salam penutup.

VII. MEDIA
1. Power point
2. Video

VIII. SUMBER BAHAN


Internet

IX. EVALUASI
Gizi adalah persediaan bahan-bahan atau makanan yang dibutuhkan organisme
maupun sel-sel untuk bertahan hidup. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan dan medis,
gizi dapat merujuk pada ilmu atau praktik konsumsi serta penggunaan makanan.Tak hanya
tentang metabolisme, gizi pun berbicara mengenai bagaimana penyakit yang dapat dicegah
atau diminimalkan dengan makanan yang sehat.Dengan demikian, pengertian gizi juga
berfokus pada bagaimana cara kita mengenali proses munculnya penyakit yang disebabkan
oleh faktor bahan pangan. Mulai dari pola makan yang buruk, intoleransi terhadap makanan,
hingga alergi makanan.
BAB IV

PENUTUP

A . KESIMPULAN

Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti,absobsi,transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung
semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan
produktif.

B . SARAN

Sebaiknya ibu balita dengan anak gizi buruk dan kurang lebih ranji berkunjung ke
posyandu sehingga kondisi berat badannya dapat terpantau dengan baik. Selain itu pihak
kesehatan perlu memberikan pengetahuan atau penyuluhan pada ibu tentang penyebab status
gizi balita.serta perlu fasilitas kesehatan yang baik dan terjangkau pada daerah yang paling
banyak balita dengan setatus gizi buruk dan kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Adini Yandi, R. (2016). Anak Perempuan Usia Lima Tahun dengan Kwashiorkor. Medical
Proffesion Journal Of Universitas Lampung.

Anggraeny, O., Dianovita, C., Putri, E. N., Sastrina, M., & Dewi, R. S. (2016). Korelasi
Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Status Protein, Imunitas, Hemoglobin, dan
Nafsu Makan Tikus Wistar Jantan. Indonesian Journal of Human Nutrition.

Hosang, K. H., Umboh, A., & Lestari, H. (2017). Hubungan Pemberian Makanan Tambahan
Terhadap Perubahan Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang di Kota Manado. E-CliniC.
https://doi.org/10.35790/ecl.5.1.2017.14760

Kenedyanti, E., & Sulistyorini, L. (2017). Analisis Mycobacterium Tuberkulosis dan Kondisi
Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru. Jurnal Berkala Epidemiologi.

Muchtar, N. H., Herman, D., & Yulistini, Y. (2018). Gambaran Faktor Risiko Timbulnya
Tuberkulosis Paru pada Pasien yang Berkunjung ke Unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Andalas. https://doi.org/10.25077/jka.v7i1.783

Wahyuningsih, S., & Devi, M. I. (2017). Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan
(Pmt) Pada Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Jakenan Kabupaten Pati. CENDEKIA
UTAMA Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama
Kudus.
Kemenkes. Tingkatkan Status Gizi Masyarakat.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19081600004/kemenkes-tingkatkan-status-gizi-
masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai