Disusun Oleh:
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Anak balita rentan untuk menjadi gizi buruk karena balita merupakan anak yang dalam masa
tumbuh kembang. Gizi buruk menyebabkan 10,9 Juta kematian anak balita didunia setiap
tahun. Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena
berbagai disfungsi yang dialami. Ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah
kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemi (kadar gula dalam darah dibawah
kadar normal), dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani tapi tidak
di follow up dengan baik yang mengakibatkan anak tidak dapat mengejar ketinggalannya
maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun
perkembangannya.(1) Kejadian gizi buruk pada 2 tahun pertama kehidupan dapat
menyebabkan kerusakan organ otak tidak dapat diperbaiki, balita gagal tumbuh (BBLR,
kecil, pendek, kurus), hambatan
perkembangan kogntif, menurunkan produktivitas pada usia dewasa, balita gizi buruk
memiliki sistem daya tahan tubuh yang lemah sehingga mereka sering sakit (lebih sering
menderita penyakit yang parah) dan kemungkinan meninggal dunia. Gangguan tumbuh
kembang anak akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Anak
yang menderita kurang gizi berat mempunyai rata-rata IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan
rata-rata IQ anak yangtidak kurang gizi. Kenyataan ini tentu berdampak pada kualitas
Sumber daya Manusia (SDM) suatu bangsa.
B .Tujuan Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A . Pengertian
1. Definisi Gizi
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gizi kurang adalah suatu keadaan
yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang sumber protein, penyerapan yang
buruk atau kehilangan zat gizi secara berlebih.
b) Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan alamiah terbaik
bagi bayi yaitu ASI yang tepat dan sesudah usia 6 bulan anak tidak menpat makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dengan tepat baik jumlah dan kualitasnya akan
berkonsekuensi terhadap status gizi bayi.
c) Infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan
infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran yang sukar diputuskan karena
keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan
menyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisis sendiri akan memberikan dampak
buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi
4. Patofisiologi
Sebenarnya Malnutrisi (gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat
banyak faktor. Fakto-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu host, agen,
environment (Supariasa 2002). memang faktor diet makanan memegang peranan penting
tetapi faktor lain ikut menentukan dalam keadaan keluarga makanan tubuh selalu berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.kemampuan
tubuh untuk mempergunakan kerbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk mnyimpan karbohidrat
sangat sedikit sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibat katabolisme
protein terjadi setelah bebrapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
menjadi karbohidrat dihepar dan diginjal selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam
lemak. Gliseraal dan keton bodies asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai
memecah protein lagi setelah kira-kira kehilanga separuh tubuh.
Proses patogenesis terlihat pada faktor lingkungan dan manusai yang didukung oleh
asupan-asupan zat-zat gizi, akibat kekurangan zat gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh
digunakan untuk memenuhi kebutuhan , apabila keadaan ini berlangsung lama. Maka
simpanan zat gizi ini akan digolongkan sebagai malnutrisi. Walaupun hanya beru dengan
ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat. Pada keadaan ini yang
muncul adalah pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan menghilangnya
lemak dibawah kulit. Kelainan demikian merupakan proses psikologis untuk kelangsungan
jaringan hidup tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan.
5. WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A . Skenario 2
Hasil survey dari seluruh balita di Kampung Mlangi sebanyak 78 atau 1,9 %
dinyatakan mengalami gizi buruk, dengan penyakit penyerta tuberkulosis, jumlah anggota
keluarga melebihi sumber daya yang dimiliki keluarga. Tingkat pendapatan keluarga di
bawah UMR kabupaten Sleman. Rentang usia balita gizi buruk ini antara 9-50 bulan, 67,4%
dialami oleh balita perempuan, 19,6 % mempunyai riwayat berat badan lahir rendah dan
selama 3 bulan terakhir balita ini mengalami diare (60,9%), demam (67,4%), batuk pilek
(76,1%) dan sesak napas (32,6%). Dilihat dari pekerjaan, 54,3 kepala keluarga tidak memiliki
pekerjaan tetap dan pendapatan dibawah UMR.
Hasil wawancara dengan Kepala Desa, mengatakan sudah ada program penanganan
gizi buruk di tingkat kelurahan, yakni dalam bentuk pemberian PMT berupa biskuit dan susu.
Menurut kader kesehatan, rata-rata kunjungan balita ke posyandu 50% dan kegiatan yang
dilakukan di posyandu telah mengikuti sistem 5 meja, namun fungsi penyuluhan kesehatan di
meja 4 tidak berjalan. Hasil dari diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion)
sebagian besar ibu mengatakan perasaan ibu yang memiliki anak gizi buruk : “biasa-biasa
saja”, “merasa minder dan malu ” dan “malas membawa anak ke posyandu,karena takut
dimarahi oleh ibu kader”. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kondisi balita gizi buruk di
kelurahan Mlangi ini belum mengarah ke marasmus dan kwashiorkor. Hasil food record ,
keluarga menunjukkan belum dapat memenuhi kecukupan gizi balita dalam sehari.
1. kwashiorkor
2. Marasmus
3. PMT
4. tuberkulosis
5. windshiled survey
6. kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai akibat adanya
kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang
dibutuhkan. Kwashiorkor merupakan bentuk dari malnutrisi protein-energi yang
berhubungan dengan defisiensi protein yang ekstrim dan dikarakteristikan dengan
edema, hipoalbunemia, anemia dan pembesaran hati. Umumnya masih terdapat lemak
subkutan, dan uscular wasting tertutupi oleh adanya edema serta adanya retardasi
pertumbuhan.
7. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan asupan energi atau kalori dari semua bentuk
makronutrien, mencakup karbohidrat, lemak, dan protein. Kondisi ini paling
banyak ditemukan pada anak berusia di bawah 2 tahun.
Marasmus adalah bentuk malnutrisi parah. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa
saja yang memiliki kekurangan gizi parah, namun lebih sering terjadi pada anak-
anak, khususnya di negara berkembang. Kondisi ini bisa terjadi ketika tubuh tidak
mendapatkan cukup protein dan kalori.
Marasmus adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya kalori dan cairan
dalam tubuh, serta menipisnya cadangan lemak. Hal ini mengakibatkan otot-otot
tubuh mengecil
8. PMT
PMT adalah pemberian makanan tambahan adalah program intervensi bagi
balita yang menderita kurang gizi untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk
mencukupi kebutuhan gizi.
PMT pada balita adalah pemberian makanan atau minuman yang mengandung
zat gizi pada balita untuk memenuhi kebutuhan gizi.
9. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi paling sering menyerang
jaringan paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis
(TB) paru ini dapat menyerang semua usia dengan kondisi klinis yang berbeda-
beda atau tanpa dengan gejala sama sekali hingga manifestasi berat. Tuberkulosis
(TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Sampai
sekarang ini belum ada satu negara pun di dunia yang bebas dari tuberkulosis
(TB).
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi paru menular yang masih
menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang.
Wawancara:
Menurut kader kesehatan, rata-rata kunjungan balita ke posyandu 50%
dan kegiatan yang dilakukan di posyandu telah mengikuti sistem 5 meja,
namun fungsi penyuluhan kesehatan di meja 4 tidak berjalan.
Observasi:
banyak anak-anak bermain di halaman tanpa memakai alas kaki.
Anak-anak bermain tanah sambil makan jajanan, seperti chitos, cilok dan
pilus
Wawancara:
balita gizi buruk belum mengarah ke marasmus dam kwashiorkor
Hasil food record , keluarga menunjukkan belum dapat memenuhi
kecukupan gizi balita dalam sehari.
Observasi:
Angka kecacingan cukup tinggi, sebanyak 54 % dan mengeluh perut
buncit dan berat badan tidak naik.
2 Defisien kesehatan 5 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 36
komonitas berkaitan
dengan masalah yg di
alami oleh kelurahan
nogotirto
3 Perilaku kesehatan 5 4 5 3 3 3 3 3 3 2 3 37
cenderung beresiko
berhubungan dengan
kurang Pemahaman
masyarakat dusun
mlagi tentang
kesehatan
Keterangan:
11. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang Pemahaman masyarakat dusun mlagi tentang kesehatan
12. Defisien kesehatan komonitas berkaitan dengan masalah yg di alami oleh kelurahan nogotirto
13. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait masyarakat dengan masalah sumber daya yang dimiliki dikampung mlangi.
Hasil:
3 Ketidakefektifan Pemeliharaan Struktur:
Kesehatan (00099) hal.146
(NANDA 2018-2020)
Proses:
Hasil:
G . SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SASARAN : Keluarga
PENYULUHAN :
I. ANALISA DATA
A. LATAR BELAKANG
Masa kanak kanak bisa saja menjadi masa emas bagi pertumbuhan anak, dimana masa
ini anak memiliki kecenderungan untuk lebih dominan rasa ingin tahu dan banyak mencoba.
Sebagai orang tua tentu hanya bisa mengawasi anaknya, namun beberapa orangtua masih
kurang memahami terkait lingkungan bermain anak ang kemudian bisa menjadi penghalang
pertumbuhan bagi anak.
Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Penelitian di bidang nutrisi
mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit,
khususnya dalam menentukan diet yang optimal.Sehingga gizi menjadi penting dalam hal
tumbuh kembang anak. Namun masih sedikit orangtua yang tidak mneyadari kekurangan gizi
pada anaknya.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, kondisi gizi anak telah menunjukkan
perbaikan. Pada masalah stunting terjadi penurunan prevalensi pada anak balita dari 37,21%
di tahun 2013 menjadi 30,79% tahun 2018. Demikian juga apabila dibandingkan dengan data
prevalensi stunting pada balita tahun 2016 (Sirkesnas), yaitu 33,60 persen. Selain itu
perbaikan gizi juga tercermin dari penurunan kekurangan gizi (underweight) pada anak balita
dari 19,6% pada 2013 menjadi 17,68% pada 2018. Penurunan wasting atau anak balita kurus
dari 12,12% pada 2013 menjadi 10,19% tahun 2018.
B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT
1. Masyarakat sudah pernah mendapatkan pendidikan mengenai status gizi anak
2. Orantua kesulitan dalam memantau lingkungan bermain anak
3. Media yang cocok adalah power point, dan video
4. Masalah yang dihadapi adalah ketidaktahuan terhadap pendidikan status gizi bagi
tumbuh kembang anak.
C. KEBUTUHAN MASYARAKAT
1. Memenuhi pengetahuan orangtua terhadap status gizi yang baik bagi anak
2. Edukasi terhadap pemantauan status gizi
3. Edukasi terhadap pemberian asupan makan anak
4. Hambatan yang dihadapi orangtua adalah upah yang minim untuk memenuhi
kecukupan gizi anak
5. Orangtua yang cuek terhadap status gizi anak.
3. Serat, Sebagian besar serat terdiri atas karbohidrat. Nutrisi ini penting untuk mendukung
pertumbuhan bakteri baik dalam sistem pencernaan. Seperti yang sudah diketahui, sumber
serat berasal dari sayur dan buah-buahan.
4. Air, Air sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh. Kebutuhan air tiap orang juga
berbeda-beda dan dipengaruhi oleh banyak hal. Misalnya ukuran tubuh, usia, aktivitas
fisik, suhu lingkungan, kondisi kesehatan, dan pola makan. Meski begitu, orang dewasa
umumnya dianjurkan untuk minum setidaknya 2 liter air setiap hari.
5. Mikronutrein, adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil, dan terdiri
atas berbagai mineral serta vitamin :
- Mineral, Di samping oksigen, karbon, hidrogen, dan nitrogen, tubuh juga memerlukan
mineral dari makanan. Terdapat berbagai mineral yang penting untuk proses biokimia
manusia. Misalnya, kalium, klorida, natrium, kalsium, fosfor, magnesium, zinc, zat besi,
mangan, tembaga, iodin, selenium, dan molibdenum.Dalam pola makan seimbang,
kebutuhan mineral akan tercukupi dengan baik. Mineral juga terkadang ditambahkan ke
produk tertentu agar dapat memenuhi kebutuhan Anda. Proses penambahan ini disebut
fortifikasi.
- Vitamin, Vitamin tidak dapat diproduksi secara cukup, sehingga manusia perlu
memperolehnya dari bahan pangan. Vitamin terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni
vitamin yang larut dalam air (seperti vitamin A, D, E, K) dan vitamin yang larut dalam
lemak (vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, B12, dan C).Vitamin larut air akan keluar
lebih cepat melalui urine setelah dikonsumsi. Karena itu, vitamin jenis ini perlu
dikonsumsi dengan lebih teratur.Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak mudah
menumpuk di tubuh karena sulit dihilangkan dengan cepat. Penumpukan vitamin secara
berlebihan ini disebut hipervitaminosis.
V. METODE
- Ceramah
- Diskusi kelompo
VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
N
WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
O
1. 5 menit PEMBUKAAN : 1) Menjawab salam
1) Memberikan salam 2) Mendengarkan dan
2) Perkenalan memperhatikan
3) Menjelaskan TIU dan TIK 3) Menjawab pertanyaan
4) Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5) Pre test
2. 15 menit INTI : 1) Menjawab pertanyaan
1) Menjelaskan materi : penyuluhan
- Pengertian gizi 2) Mendengarkan dan
- Jenis Gizi yang Diperlukan memperhatikan
Oleh Tubuh 3) Bertanya kepada penyuluh apabila
- Penyebab Gizi Tidak masih ada yang belum jelas
Terpenuhi
- Dampak Negatif Gizi Tidak
Terpenuhi
2) Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk
menanyakan materi yang
belum jelas
3) Menyimpulkan materi
VII. MEDIA
1. Power point
2. Video
IX. EVALUASI
Gizi adalah persediaan bahan-bahan atau makanan yang dibutuhkan organisme
maupun sel-sel untuk bertahan hidup. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan dan medis,
gizi dapat merujuk pada ilmu atau praktik konsumsi serta penggunaan makanan.Tak hanya
tentang metabolisme, gizi pun berbicara mengenai bagaimana penyakit yang dapat dicegah
atau diminimalkan dengan makanan yang sehat.Dengan demikian, pengertian gizi juga
berfokus pada bagaimana cara kita mengenali proses munculnya penyakit yang disebabkan
oleh faktor bahan pangan. Mulai dari pola makan yang buruk, intoleransi terhadap makanan,
hingga alergi makanan.
BAB IV
PENUTUP
A . KESIMPULAN
Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti,absobsi,transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung
semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan
produktif.
B . SARAN
Sebaiknya ibu balita dengan anak gizi buruk dan kurang lebih ranji berkunjung ke
posyandu sehingga kondisi berat badannya dapat terpantau dengan baik. Selain itu pihak
kesehatan perlu memberikan pengetahuan atau penyuluhan pada ibu tentang penyebab status
gizi balita.serta perlu fasilitas kesehatan yang baik dan terjangkau pada daerah yang paling
banyak balita dengan setatus gizi buruk dan kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Adini Yandi, R. (2016). Anak Perempuan Usia Lima Tahun dengan Kwashiorkor. Medical
Proffesion Journal Of Universitas Lampung.
Anggraeny, O., Dianovita, C., Putri, E. N., Sastrina, M., & Dewi, R. S. (2016). Korelasi
Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Status Protein, Imunitas, Hemoglobin, dan
Nafsu Makan Tikus Wistar Jantan. Indonesian Journal of Human Nutrition.
Hosang, K. H., Umboh, A., & Lestari, H. (2017). Hubungan Pemberian Makanan Tambahan
Terhadap Perubahan Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang di Kota Manado. E-CliniC.
https://doi.org/10.35790/ecl.5.1.2017.14760
Kenedyanti, E., & Sulistyorini, L. (2017). Analisis Mycobacterium Tuberkulosis dan Kondisi
Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru. Jurnal Berkala Epidemiologi.
Muchtar, N. H., Herman, D., & Yulistini, Y. (2018). Gambaran Faktor Risiko Timbulnya
Tuberkulosis Paru pada Pasien yang Berkunjung ke Unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Andalas. https://doi.org/10.25077/jka.v7i1.783
Wahyuningsih, S., & Devi, M. I. (2017). Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan
(Pmt) Pada Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Jakenan Kabupaten Pati. CENDEKIA
UTAMA Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama
Kudus.
Kemenkes. Tingkatkan Status Gizi Masyarakat.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19081600004/kemenkes-tingkatkan-status-gizi-
masyarakat.html