A. Latar Belakang
Flu burung (Avian Influenza) merupakan infeksi yang
Virus H5N1
Mutasi genetik
Perubahan genetik
Re-assortment
PANDEMI
Flu burung pertama kali ditemukan pada manusia di Hongkong pada tahun 1997. Data Flu Burung dunia menyatakan ada 422 kasus, 282 meninggal dunia (WHO,Desember 2009) Indonesia terdapat 162 kasus terkontaminasi, 134 orang diantaranya meninggal dunia ( Kemenkes RI Desember 2007)
tahun 2005.
Menempati urutan teratas kasus FB (H5N1) didunia. Jumlah Kasus sebanyak 162 angka kematian 82,71%
H5N1 DI INDONESIA
Infeksi terjadi dari unggas ke manusia. Penularan dari manusia ke manusia tidak ada atau, Penularan yang sangat terbatas hanya pada kontak erat
B. TUJUAN
Sebagai acuan tatalaksana flu burung di rumah sakit dalam rangka meminimalkan kesakitan, kematian, dan penyebarannya
Tujuan Umum
Memberi informasi tentang flu burung dan penularannya Memberi petunjuk penegakan diagnostik.
TUJUAN KHUSUS
C. Ruang Lingkup
Pelayanan di Rumah Sakit
RUJUKAN
NON RUJUKAN
A. Epidemologi
WHO 2005-2009 162 kasus flu burung dengan jumlah kematian 134 orang.
Berada di 7 Provinsi (Jan- Des 2009) Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.
B. Etiologi
Merupakan anggota Orthomyxoviridae
Terdapat 2 glikoprotein :
- Hemaglutinin (H) terdiri dari H1 sampai H16 - Neuroaminidase (N) terdiri dari N1 sampai N9
Terdiri dari 3 tipe :
pemanasan 60C selama 30menit, 56C selama 3 jam, 80C selama 1 menit.
Mati dengan deterjen,disinfektan.
C. Transmisi
i.
ii.
Cara penularan - Melalui percikan (batuk/bersin) - Melalui kontak (langsung atau tidak langsung ) - Melalui udara
-Masa inkubasi 3 hari (1-7 hari) -Masa infeksius 1 hari sebelum dan 3-5 hari setelah gejala timbul. Pada anak dapat sampai 21 hari.
- Kontak langsung - Mengkonsumsi produk unggas mentah/ tidak dimasak dengan sempurna - Adanya kontak erat dengan binatang lain yang terinfeksi - Memegang/menangani sample hewan yang terinfeksi
gangguan fungsi paru dan organ tubuh yang berat menyebabkan ARDS
Kematian
E. Gejala Klinis
Demam 38C
Batuk dan nyeri tenggorok Gejala lainnya :
Pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna.
Derajat Penyakit :
Derajat 1 Derajat II : Pasien tanpa pnemonia : Pasien dengan pnemonia tanpa gagal nafas. Derajat III : Pasien dengan pnemonia dan gagal nafas Derajat iv : Pasien dengan pnemonia atau ARDS atau dengan kegagalan organ ganda
Definisi Kasus
Ditetapkan 4 Kriteria : Seseorang dalam investigasi Kasus suspek Kasus Probabel Kasus terkonfirmasi
hari dengan unggas yang mati diduga /terbukti Flu Burung. Kegiatan berupa Surveilans.
Seseorang yang menderita demam 38c disertai gejala: Batuk Pilek Sakit tenggorokan Sesak nafas
- Kontak erat - Terpajan - Mengkonsumsi produk unggas mentah/dimasak tidak sempurna - Kontak erat dengan binatang lain yang terpapar
b. Seseorang dengan demam 38C dan ILI dan disertai keadaan Leukopeni dan tampak gambaran pnemonia pada foto thorax. Disertai gejala dari tipe a sebelumnya ditambah dengan ditemukannya titer AB terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI
3. Kasus Probabel
a. Ditemukan titer AB H5 pada masa akut dan konvalesen minimum 4x, dengan pmenggunakan uji HI dari eritrosit kuda atau ELISA b. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 menggunakan uji netralisasi Atau Seseorang yang meninggal karena ISPA yang tdk dapat dijelaskan penyebabnya
- Hasil PCR H5 positif - Peningkatan 4x titer AB netralisasi untuk H5N1 dari spesimen onvalesen dibandingkan spesimen akut - Isolasi virus H5N1 - Titer AB mikronetralisasi H5N1 1/80yang diambil pd hari -14 ditambah hasil positif dari pemeriksaan serologis lainnya
ii.
Langkah Diagnostik Diagnostik Banding - Pnemonia oleh karne virus lain - Demam berdarah - Demam Tyfoid - HIV dengan infeksi - Leptospirosis - TB
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Lab non Spesifik
a. Pemeriksaan Hematologi ( Hb,Ht,Leukosit, Trombosit, Limfosit Total) b. Pemeriksaan Kimia Darah Albumin, Globulin, SGPT, SGOT, Ureum Kreatinin, C Reaktif Protein.
Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Thoraks PA dan Lateral yang harus dilakukan
pada : Ruang Gawat Darurat pada saat masuk Pada kondisi tertentu seperti setelah pemasangan ETT Sebelum pasien dipulangkan Pada saat kontrol
Gambaran Radiologis Fase awal foto thoraks dapat terlihat normal Fase lanjut : Ground glass opacity, konsolidasi homogen atau heterogen pada paru unilateral atau bilateral Biasanya lokasi sering di Lapang Bawah Paru Diagnosis Banding : Edema paru, TB, Pnemonia lainnya
pasien dengan gejala klinis flu burung(H5N1) tapi hasil foto thoraks normal
Tatalaksana di poliklinik
Melakukan anamnesis gejala
kemungkinan terdapat dalam kelompok beresiko tinggi dikirim ke ruang triase flu burung (H5N1) Dievaluasi lebih lanjut oleh tim Flu Burung (H5N1)
Tatalaksana di IGD
Bila ada informasi rujukan pasien suspek flu burung dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, maka langkah yang ditempuh :
1. 2. 3. 4. 5.
6.
Dokter yang merujuk berkonsultasi dengan dokter jaga IGD RS rujukan Dokter jaga IGD RS rujukan berkonsultasi dengan tim Flu burung Rs Rujukan Dokter tim flu burung RS rujukan berkomunikasi dgn dokter yg akan meujuk mengenai gejala flu burung, nilai leukosit dan gambaran foto thoraks Pasien suspek flu burung segera dikirim ke RS rujukan terdekat bila layak transport Pasien tanpa rujukan lakukan anamnesa dan pemeriksaan di tempat terpisah/ triase khusus flu burung. Bila suspek maka dikirim ke ruang isolasi flu burung Pasien anak yang didampingi orang tuanya maka orangtuanya harus tetap memakai alat pelindung diri (APD)
Distress nafas
Untuk Anak
Syok Septik
Gagal nafas
Gangguan hemodinamik
Nilai GCS < 12 Kejang yang tidak teratasi dengan antikonvulsan Inflamasi sistemik dan gagal organ
Terapi ANTIVIRAL
Pengobatan
Profilaksis
Oseltamivir tidak boleh diberikan pada org yg belum terpajan atau terpajan > 7hari. Kelompok resiko tinggi yg mendapat profilaksis : Petugas kesehatan yg kontak erat dengan pasien. Anggota keluarga yg kontak erat dengan pasien konfirmasi terinfeksi H5N1 Dosis profilaksis yg diberikan : 1 x 75mg selama 7-10 hari dari pajanan terakhir penggunaan profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal hingga 68minggu
Antiviral harus diberikan secepat mungkin begitu pasien didiagnosis suspek flu burung Obat bekerja sebagai neuramidase seperti oseltamivir dan zanamivir Bekerja menghambat M2 protein : Amantadin (tidak dipakai) dan Rimantadin Penggunaan oseltamivir pd wanita hamil diberikan pada awal pengobatan sambil memantau sampai melahirkan Zanamivir efektif untuk influensa musiman dapat diberikan pada bayi dibawah satu tahun dan dapat diberikan pd wanita hamil dan menyusui Dosis oseltamivir: dewasa >40kg : 75mg 2x/hari > 23-40 kg : 60 mg 2x/hari > 15-23 kg : 45 mg 2x/hari < 15 kg : 30 mg 2x/hari anak > 1tahun : 2mg/kgBB, 2x/hari selama 5hari
PUSKESMAS
RS Non Rujukan
RS Rujukan
Poli / IGD
POLI/IGD/isolasi
Rawat
Kamar jenazah
RUJUKAN PASIEN
RS atau Puskesmas yang merujuk harus menyampaikan
Disarankan dilengkapi dengan : Pemeriksaan pulse oxymetri Pemeriksaan ro.Thorak PA/lateral Pemeriksaan leukosit < 5000 m3/LPB atau > 5000 m3/LPB
Prosedur Merujuk
Dokter pengirim memberikan penjelasan kepd keluarga ttg keadaan
penyakit pasien Bila pasien blm mendapat oseltamivir sblm dirujuk, diberikan oseltamivir dlm jumlah cukup sampai ke RS rujukan Pasien menandatangani Informed Consent utk bersedia mengikuti segala prosedur penanganan medis flu burung. Lembar informed consent ditandatangani jg oleh dokter, keluarga, petugas Pasien diberi masker bedah 2 lapis dan bila hrs memakai oksigen maka masker dibuka dan diberikan 02 selama perjalanan Petugas menggunakan masker bedah 2 lapis dan sarung tangan Seluruh dokumen medik pasien disertakan pada saat pengiriman (foto rontgen, hasil laboratorium) Untuk pasien bayi dan anak harus ada yang mengantar (keluarga)
pasien lgsg dikirm ke IGD atau ruang Isolasi Dokter melakukan pemeriksaan : Anamnesa pemeriksaan fisik : tanda vital (suhu,TD,RR,nadi) Ada atau tidaknya rhonki pada pemeriksaan fisik Pemeriksaan saturasi O2 dengan pulse oksimetri tanpa O2 Dilanjutkan dengan : Pemeriksaan darah perifer lengkap Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan kimia darah : SGOT,SGPT,Ureum,Kreatinin,Albumin,Globulin Pemeriksaan analisa gas darah Untuk RS rujukan dilengkapi dengan pemeriksaan serologi dan PCR
Pada saat pasien tiba di RS Rujukan (IGD) : Dibawa lgsg ke ruang isolasi (untuk pemeriksaan dan penanganan) Lgsg masuk ruang ICU khusus untuk flu burung bila diperlukan ventilator.
Prosedur kendaraan setelah mengantar/merujuk pasien : Bersihkan dengan alat pembersih kuman, tutup selama 10 menit Cuci dengan air / lap basah Jemur / kemudian di lap kering
Resusitasi awal ( 6 jam pertama) Segera lakukan resusitasi pada pasien dengan hipotensi atau peningkatan serum laktat > 4mmol/L Target atau tujuan resusitasi Jika target ScvO2 atau SvO2 tidak tercapai - pertimbangkan penambahan cairan lagi - tranfusi paced red cell Target yang lebih tinggi yaitu 12-15 mmHg
kristaloid koloid
8 12 mmHg < 65 mmHg MAP 65 90 mmHg < 70 SvcO2 70 Pemberian Inotropik tidak ya
Goal achieved
> 90 mmHg
Pemberian vaoaktif
Keluar dari RS
2. Diagnosis Lakukan pemeriksaan kultur sebelum memulai pemberian antibiotik I. Lakukan pemeriksaan kultur darah II. Salah satu atau lebih kultur darah harus diambil perkutaneus III. Satu kultur darah diambil dari setiap peralatan akses vena yang terpasang > 48 jam IV. Kultur dari tempat lain bila secara klinis ada indikasi. Lakukan pemeriksaan pencitraan (imaging) (sinar-x USG atau scanning)
3. Terapi Antibiotik Berikan antibiotik IV sesegera mungkin Antibiotika spektrum luas Evaluasi ulang antibiotik Pertimbangkan terapi kombinasi Pertimbangkan terapi kombinasi empiris Terapi kombinasi tak lebih 3-5 hari Durasi terapi dibatasi 7 10 hari
4. Identifikasi Sumber dan Kontrol Lokasi spesifik anatomis sumber infeksi harus ditemukan dalam waktu 6 jam Evaluasi pasien untuk mencari fokus infeksi Pengecualian: infected pancreatic necrosis Pilihlah tindakan source control yg menghasilkan efikasi maksimal Cabut peralatan akses intravaskuler Lakukan tindakan source control sesegera mungkin
5. Terapi cairan Resusitasi cairan Target CVP 12 mmHg Gunakan fluid challenge tehniqua dan monitor Berikan fluid challenge denga kristloid 1000 ml atau 300-500 ml koloid Laju (rate) pemberian cairan harus diturunkan jika ada peningkatan tekanan pengisian jantung
6. Vasopresor Mempertahankan MAP 65 mmHg Pemberian norepineprin dan dopamin Epineprin, phenlefrin, atau vasopressin Vasopresin 0.03 unit/menit Gunakan epinefrin Jangan menggunakan dopamin Pada pasien yang membutuhkan vasopresor, pasang kateter arterial
7. Terapi inotropik Digunakan pada pasien dengan gangguan miokard Jangan meningkatkan cardiak indek
8.Steroid (Tidak direkomendasikan rutin pada infeksi berat virus H5N1, dosis rendah dipertimbangkan pada pasien syok septik) Pertimbangkan pemberian hidrokotison IV pada pasien syok septik Tes stimulasi ACTH tidak direkomendasikan untuk mengidentifikasikan kelompok pasien syok septik Hidrokortison lebih dipilih daripada deksametason Fludrokortison digunakan bila diperlukan Terapi steroid dapat disapih setelah vasopresor tidak lagi diperlukan Dosis kortison sebaliknya < 300 mg/hr Jangan menggunakan kortisteroid untuk menangani sepsis
i. jumlah < 5000/mm3 ii.jumlah 5000-30.000 iii. Jumlah trombosit yang lebih tinggi (50.000/mm3[50x109])
10. Ventilasi Mekanik pada Sepsis yang dipicu ALI/ARDS Kalkulasi berat badan (BB) - laki-laki = 50 + 2,3 [(TB(cm):2,5) 6-] - wanita = 45,5 + 2,3 [(TB(cm):2,5) 60] Gunakan metode ventilator Set ventilator setting untuk mencapai inisial V T = 8 ml/kg prediksi BB (PBB) Kurangi V T ml/kg pada interval 2 jam samapi V T Set inisial laju nafas Target volume tidal 6 ml/kg prediksi berat badan pasien dengan ALI/ARDS Target plateau pressure (Pplat) batas awal 30 cm H2O. Cek Pplat (0,5 detik inpiratory pause), setidaknya tiap 4 jam
Target pH: 7,30 7,45 Manajemen asidosis : (pH< 7,30) Jika Ph 7,15 -7,30 tingkatkan RR sampai Ph>7,30 Jika pH < 7,15: tingkatkan RR sampai 35 Jika Ph tetap tingkatkan 1 ml/kg bertahap sampai Ph > 7,15 Dapat diberikan NaHCO3 Manajemen alkalosis PaCO2 dapat ditingkatkan dalam batas normal,jika
dibutuhkan Target oksigenasi: PaO2 55-80 mmHg atau SpO2 88-95% Gunakan PEEP minimum 5 cm H2O
Pengaturan PEEP untuk mencegah kolaps paru ektensif pada ekspirasi ahir Pertimbangkan posisi tengkurap pada pasien ARDS yang memerlukan FiO2
Jangan menggunakan kateter artei pulmonalis untuk monitor rutin pasien ALI/ARDS
Gunakan strategis cairan konservatif pada pasien ALI yang tidak terbukti mengalami hipofungsi jaringan
11. Sedasi , Analgesia, dan Blok Neuromuskuler pada Sepsis Gunakan protokol sedasi dengan target sedasi untuk pasien ventilasi mekanik dalam keadaan kritis Dapat menggunakan bolus intermiten atau sedasi infus coninue untuk mencapai titik ahir Cegah blok neuromuskuler jika memungkinkan
12. Kontrol Glukosa Gunakan insulin IV Target gula darah < 150 mg/dl Gunakan sumber kalori glukosa dan monitor nilai gula darah setiap 1-2 jam Interpretasi glukosa darah yang rendah
13. Terapi Sulih Ginjal Hemodialisa intermiten dan Continuous Veno-Venous Haemofiltration (CVVH) dianggap sama CVVH menawarkan managemen yang lebih mudah pada pasien dengan hemodinamika tidak stabil 14. Terapi Bikarbonat Jangan menggunakan terapi bikarbonat untuk memperbaiki hemodinamik
16. Profilaksis Deep Vein Thrombosisi (DVT) Gunakan unfractionated heparin (UFH) dosis rendah atau lowmolecular weght heparin (LMWH) kecuali ada kontraindikasi Gunakan peralatan profilaksis mekanik, seperti compression stocking Gunakan kombinasi terapi farmakologi dan mekanik pada pasien yang beresiko sangat tinggi mendapat DVT Pada pasien resiko sangat tinggi, sebaiknya lebih dipilih LMWH daripada UFH 17. Pertimbangkan Keterbatasan Dukungan Diskusikan rencana perawatan lebih lanjut dengan pasien dan keluarga
Tatatlaksana Klinis di ICU untuk kasus anak 1. Penentuan derajat keparahan menggunakn metode PELOD 2. Ventilator a. Indikasi menggunakan ventilator b. Tatalaksana c. Penyapihan 3. Tatalaksan hemodinamik a.Tatalaksana syok pediatrik dilakukan setelah tatalaksana pernapasan b. tekanan darah, secara tunggal, tidak merupakan parameter yang adekuat untuk memantau pemberian cairan c. vasopresor dan obat inotropik hanya digunakan setelah resusitasi cairan yang adekuat d. STEROID e. target terapi
0 menit 5 - 10 menit
15 menit
Observasi di ICU 60 menit Tekanan darah normal, dingin, saturasi vena sentral < 70%
epinephrine norepinephrine
Katekolamin
Resisten persisten
Pemasangan kateter arteri pulmonal atau pulse contour continous cardiac output monitoring, sesuaikan cairan, inotropik, vasopresor, vasodilator dan terapi hormon untuk mencapai nilai MAP dan CVP normal serta CI >3,3 dan <6,0 L/menit/m2
4. Dissemainated Intravascular Coagulation (DIC) 5. Pemantauan keseimbangan cairan,elektrolit,gula darah dan keseimbangan asam basa harus dilakukan dengan ketat 6. Bila tidak terdapat kontraindikasi, pemberian nutrisi enteral lebih diutamakan 7. tatalaksana kejang dapat dilihat pada lampiran 8. Pematauan infeksi nosokomial dan pengunaan antibiotik dapat dilihat lampiran I. Terapi Nutrisi II. Pemantauan III. Kriteria keluar ICU
Penatalaksaan keperawatan pasien Flu Burung meliputi Manajemen keperawatan, kegiatannya dimulai - perencanaan - pengorganisasian - pengarahan - pengawasan baik sumber daya dan dana - serta manajemen asuhan pasien dengan pendekatan proses keperawatan
1. 2.
Bebreapa prinsip mendasar dalam penatalaksanaan keperawatan Flu Burung meliputi: Penerapan prinsip kewaspadaan isolasi (mengacu pada bab VII) Pengaturan tenaga baik kuantitas maupun kualitas serta surveilance kesehatan tenaga perawat yang memberikan asuhan keperawatan. Kuantitas tenaga meliputi ratio perawat berbanding pasien, baik pra ICU maupun ICU ditambah 20% faktor resiko Kualitas tenaga perawat perawat yang memiliki sertifikat pelatihan perawatan Flu Burung baik pra ICU dan ICU
1.
2.
3. 4.
5.
Manajemen asuhan pasien atau asuhan kepeawatan pasien Flu Burung adalah praktik keperawatan yang diberikan pada pasien/keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif (biopsikososiopritual) meliputi: Pengkajian Diagnosa Rencana tindakan Implemntasi Dan evaluasi keperawatan serta rencana pasien pulang (discaharge planning)
Pengkajian
pengkajian merupakan kegiatan pengumpulan data yang terkait / relevan dengan pasien. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pengkajian yang akan dirawat ICU: 1). Pengkajian pasien sebelum datang(Pre Arrival Assesment), meliputi: identitas pasien, diagnosa,alat bantu ivasiv, modus ventilasi mekanik 2). Pengkajian cepat(Quick Chek Assesment), meliputi: observasi secara cepat 3). Pengkajian lengkap ( Comprehensive Assesment) meliputi: riwayat pengkajian kesehatan yang lalu 4) pengkajian lanjut (Ongoing Assesment) meliputi kontiuitas monitoring kondisi pasien setiap sistem tubuh setiap 1 2 jam pada saat kritis
Diagnosa keperawatan
diagnosa keperawatan dirumuskan berdasakan data-data yang diperoleh dari pasien - Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik - Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan ventilasi mekanik
Rencana Tindakan
rencana tindakan keperawatan adalah alternatif pemecahan masalah yang dianggap paling tepat untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
Implementasi
Implemntasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan kesehatan
Evaluasi
tahap ahir dari proses keperawatan meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil
Perencanaan Pulang ( Discharge Planning)
Adalah suatu kegiatan dimana perawat mempersiapkan untuk tindak lanjut perawatan dirumah.
I.
Rencana Asuhan Keperawatan pada pasien Flu Burung Pengkajian fokus pengkajian meliputi aspek biopsikososialspiritual dalam data subyektif dan obyektif 1. Data subyektif - keluhan demam - riwayat kesehatan masa lalu - riwayat kesehatan keluarga - riwayat perjalanan penyakit - kondisi lingkungan - kebiasaan sehari-hari - respirasi - gastrointestinal - cerbral - ektremitas - status psikososial
2. Data Obyektif - keadaan umum - status neurologis - sistem respirasi - sistem kardiovaskuler - gastrointestinal - muskulokseletal - extremitas - aktifitas - suhu tubuh meningkat
2 A. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien tanpa ventilasi mekanik: - jalan nafas - pola nafas - gangguan pertukaran gas - ketidakmampuan perawatan diri - risti kekurangan volume cairan - risti penyebaran infeksi
2.B. diagnosa keperawatan yang mugkin muncul pada pasien dengan ventilasi mekanik sebagai berikut: - bersihkan jalan nafas - gangguan pertukaran gas - pola nafas tidak efektif/ketidakmampuan benafas spontan - resti penurunan kardiak output - intoleransi aktivitas - risti tidak efektifitasnya respon penyapihan dari ventilasi mekanik - ketidakmampuan merawat diri - risti infeksi sekunder saluran nafas
Penularan flu burung (H5N1) terjadi melalui droplet dan kontak yang tidak langsung dengan permukaan yang tercemar, namun dapat pula terjadi jika melakukan prosedur yang berpotensi menghasilkan aerosol, oleh karena itu penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan Kewaspadaan Isolasi merupakan hal yang sangat penting dalam penanggulangan flu burung.
Kewaspadaan Standard
Salah satu unsur kewaspadaan standard yang penting adalah dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak degan pasien,sekret pasien maupun alat-alat yang tercemar sekret pasien. Selain itu penerapan tentang kebersihan saluran pernapasan dan etika batuk/bersin, memberitahu pasien untuk menggunaka tissue saat mengeluarkan sekret dan membuangnya ketempat sampah terdekat, menggunakan masker pada pasien batuk, dan menjaga jarak >1 meter dari orang lain.
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi 1. Kewaspadaan kontak: langsung/tidak lansung Petugas kesehatan harus selalu menggunakan sarung tangan, masker, dan gaun pelindung selama kontak dengan pasien. Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti stetoskop, tensimeter, termometer,dll. Lakukan disinfeksi setiap selesai pakai dengan menggunakan alcohol 70% 2. Kewaspadaan percikan/droplet Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila berada <1 meter dari pasien.
Perinsip kewaspadaan berdasarkan transmisi kontak danpercikan harus diterapkan disetiap ruang perawatan isolasi, yaitu: - Ruang isolasi harus dipantau agar tetap mempunyai tekanan negatif dibanding tekanan dikoridor. - Pergantian sirkulasi udara >/= 12 kali/jam - Udara harus dibuang keluar ke area bebas yang tidak terdapat banyak orang, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air)
3. Kewaspadaan udara/airborne Prosedur yang menimbulkan aerosol memungkinkan penularan secara airbone misalnya intubasi endotrakeal, pemberian terapi dalam bentuk nebulizer atau aerosol, bronkoskopi, suction (pembersihan) jalan napas, trakeostomi, dan tindakan yang merangsang batuk harus dilakukan diruang isolasi. Petugas harus mengenakan APD lengkap, respiratir N95, pelindung mata, gaun pelindung, sarung tangan dan membersihkan tangan sesuai pedoman (internim WHO)
diminta untuk menutup hidung dan mulut dengan tissue saat batuk/bersin
Pasien ditempatkan berjarak>1 meter dari orang lain Pasien dengan klinis dicurigai terinfeksi segara dikirin ke Ruang Rawat
menggunakan sarung tangan, masker bedah, pelindung wajah: kacamata, pelindung wajah (PPI ISPA, Internim WHO)
Selama transportasi menggunakan ambulans, semua petugas mengguanakan sarung tangan, masker bedah, atau respirator N95 apabila sirkulasi udara tidak memadai
Setelah pasien diturunkan, bagian dalam ambulans dan peralatan yang telah
dipakai segera dibersihkan dengan detergen kemudian dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Pekerjaan ini dilakukan di RS rujukan oleh petugas ambulans dengan APD lengkap menggunakan apron pelindung, sarung tangan rumah tangga sebatas siku dan sepatu boot. Setelah selesai, petugas mansdi dan mengganti pakaian.
Sedapat mungkin terdiri dari: - Ruang jaga perawat (nurse station) - Ruang bersih dalam - Ante room: raung antara untuk membuat jarak antara udara ruang isolasi dengan nurse station dilengkapi dengan sinar UV - Ruang rawat isolasi pasien - Ruang dekontaminasi - Kamar mandi petugas Pintu masuk ruang isolasi harus berbeda dengan pintu keluar. Pintu harus selalu tertutup.
Petugas isolasi harus melepas baju luar dan memakai baju operasi sebelum masuk nurse station. Mencuci tangan sesuai pedoman dan memngguakan APD lengkap di ruang bersih dalam. Setelah dari ruang isolasi petugas melepaskan APD di ruang dekontaminasi. Setelah itu petugas mencuci tangannya sesuai pedoman. Untuk mencegah penyebaran flu burung di RS, semua pasien flu burung harus dirawat diruang isolasi dengan menerapkan isolasi ketat. Petugas kamar isolasi harus dipantau suhu tubuh sebelum dan sesudah kontak. Setiap kali masuk dan keluar ruang isolasi, petugas harus mencatat
Persiapan sarana - baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran tubuh. - Alas kaki tertutup sesuai ukuran kaki. -Sarung tangan bersih sampai pergelangan dan setinggi siku sesuai ukuran. -Gaun luar dan apron disposable -Penutup kepala - Respirator N95 -Kacamata pelindung - Pelindung muka - Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian barang-barang pribadi.
2.
Langkah yang dilakukan sebelum masuk keruang rawat isolasi dan saat berada dalam ruang ganti. Lakukan hal berikut: - Lepaskan semua aksesoris yang ada (cincin, jam, gelang) - Lepaskan pakaian luar - Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian pelindung - Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan, didalam lemari yang disediakan.
baju operasi masukkan kedalam kantong berlabel infeksius/ kantong kuning Sesudah mandi kenakan pakaian biasa
Penutup kepala, masker sekali pakai Apron (plastik/ gaun apron sekali pakai)
Tidak perlu
Tidak perlu
Tidak perlu
Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan handuk Cuci tangan dengan detergen dan air panas. Bilas dengan air bersih, udara atau mesin pengering
Tidak perlu
Tidak perlu
Gaun bedah
Tidak perlu
Tidak perlu
Sanitasi tangan
Ya
Sarung tangan
Celemek plastik Jas operasi Penutup kepala Masker bedah (petugas kesehatan) Masker respirator (N95) Kacamata pelindung Masker bedah
Tidak rutin
Tidak rutin Tidak rutin Tidak rutin Ya Tidak rutin Penilaian risiko ya
Ya
Tidak rutin c Ya c Tidak rutin Tidak rutin d Ya Ya Tidak rutin
Ya
Tidak rutin c Ya c Ya Tidak rutin e Ya Ya Tidak
Memroses Linen
Petugas laundry harus menggunakan APD lengkap (apron karet,
sarung tangan rumah tangga, sepatu boot, masker bedah) Jika mengumpulkan dan membawa linen kotor, tangani sedikit mungkin dan dengan kontak minimal untuk mencegah penularan dan penyebaram mikroorganisme Anggap semua bahan kain yang telah dipakai sebagai infeksius, sekalipun tidak tampak adanya kontaminasi Tidak dibenarkan memproses linen tercemar diruang perawatan Bawa linen kotor ke dalam kontainer tertutup atau kantong plastik untuk mencegah keterceceran dan batasi linen kotor itu dalam area tertutup sampai dibawa ke laundry Petugas laundry langsung memilah dengan hati-hati semua linen sebelum melaksanakan pencucian Cuci linen secara rutin dengan deterjen dan air panas
limbah dari ruang isolalsi dianggap infeksius. Sediakan wadah tanah gembus dantanah air untuk pembuangan benda tajam Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat dipasang rapat Taruh tempat sampah ditempat yang terjangkau bagi bpemakai Gunakan wadah sekali pakai. Bila menggunakan wadah daur ulang, cuci secara teratur, dengan larutan disinfektan (klorin 0,5%) dan bilas dengan air mengalir
Nasihat Pasien atau Petugas Kebersihan Bagi penunggu pasien, atau petugas kebersihan ruangan dan mengelola APD kotor, diperlakukan seperti petugas kesehatan lainnya dengan APD lemgkap
Tatalaksana terhadap jenazah flu burung dilakukan secara khusus dengan UU nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular: a. Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan perundangan yang berlaku b. Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan c. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus-hamaan bahan dan alat yang digunakan dalam tatalaksana jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
1.
Kamar jenazah a. Seluruh petugas pemulasaraan jenazah menggunakan APD lengkap b. Gunakan sepatu boot c. Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan petugas mencuci tangan dengan sabun cair dan air mengalir.
Perlakuan terhadap jenazah: luruskan tubuh, tutup mata, telinga,
dan mulut dengan kapas/plester kedap air, lepaskan alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus di plester dengan rapat. Jika diperlukan untuk memandikan jenazah, pada perlukaan khusus terhadap jenazah maka hanya dapat dilakukan oleh peugas khusus dengan tetap memperhatikan Kewaspadaan Standard. Jenazah tidak boleh dibalsem, atau disuntik pengawet.
kemudian dimasukan dalam kantong jenazah yang terbuat dari plastik yang tidak tembus air dan dimasukkan dalam peti jenazahdan diberi lakban/lem kayu sekelilingnya Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus. Autopsi akan dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan direktur RS. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi Jenazah sebaiknya hanya diantar dengan mobil jenazah Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan.
2.
Tempat pemakaman umum: - setelah prosedur jenazah selesai. Keluarga dapat turut dalam penguburan - penguburan dapat dilaksanakan ditempat pemakaman umum.
minggu setelah kontak dengan pasien flu burung (H5N1) Petugas dengan gejala demam harus segera berobat dan harus tinggal dirumah sampai 24 jam setelah panas hilang Apabila disertai batuk pilek, yang bersangkutan harus menerapkan kebersuhan pernapasan dan etiket batuk
Program kesehatan untuk petugas kesehatan adalah strategi prepreventif terhadap infeksi yang dapat ditularkan ketika melakukan kegiatan pelayanan kesehatan. Meliputi: Monitoring dan dukungan kesehatan Vaksinasi untuk infeksi saluran napas akutbila memungkinkan Suerveilans ILI untuk mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia ke manusia Terapi dan pemantauan epidemi/pandemi infeksi saluran napas akut pada petugas Menyediakan profilaksis antivirus Pengaturan petugas diperbolehkan masuk kerja kembali sesuai pengukuran risiko bila terkena infeksi Upaya dukungan psikososial
Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja petugas Menjamin keselamatan petugas dilingkungan RS Memelihara kesehatan petugas Mencegah ketidak hadiran petugas, ketidak mampuan bekerja, kemungkinan medikolegal dan KLB Unsur yang dibutuhkan: Petugas yang berdedikasi SPO yang jelas dan terisolasi Administrasi yang menunjang Koordinasi yang baik antar instalasi Penanganan paksa pajanan infeksius Pelayanan konseling Perawatan dan kerahasiaan rekam medik
Risiko pajanan petugas Kontak petugas dengan pasien Karakteristik pasien RS Dana RS
secara rinci sampai dengan penetapan berapa lama meliburkan petugas setelah terpajan - Membantu petugas dalam kecemasan atau rasa takut. Tata cara dapat meliputi:
1. Menjelaskan risiko pajanan 2. Alur manajeman dan tindak lanjut 3. Penyimpana data
5. Tatalaksana petugas sebelum dan pasca pajanan - Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi influenza secara periodik 6 bulan sekali pada saat kasus meningkat - Tatalaksana pasca pajanan adalah bila petugas melapor adanya demam segera diberi pengobatan antivirus - Dilakukan ter PCR dari bahan apusan tenggorok - Petugas segera diistirahatkan di rumah dengan penyuluhan tentang PPI - Observasi ketat suhu tubuh dan harus segera melapor kembali bila suhu meningkat atau timbul gejala tambahan lain seperti batuk/ sesak napas
Flu burung yang merupakan New Emerging Disease dalam tatalaksananya membutuhkan metode, fasilitas khusus sehingga tidak semua sarana pelayanan kesehatan mampu untuk merawat dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien flu burung. Untuk itu pemerintah telah menetapkan 100 RS rujukan sesuai 414/Menkes/SK/IV/2007 tentang penetapan rumah sakit rujukan penanggulangan flu burung.
Rujukan pada Flu Burung (H5N1) meliputi 2 aspek: a. Rujukan pasien b. Rujukan spesimen
A. Rujukan Pasien
Mengingat bahwa tidak semua sarana pelayanan kesehatan mempunyai sarana yang memadai untuk flu burung. Apabila di sarana kesehatan non rujukan flu burung mendapatkan pasien suspek flu burung harus segera mungkin merujuk pasien ke RS rujukan flu burung.
B. Rujukan Spesimen
Mengumpulkan atau mengangkut bahan spesimen klinis sebaiknya mengikuti dengan benar penerapan kewaspadaan standard upaya perlindungan untuk meminimalisasi pajanan. Bahan spesimen yang akan dikirim sebaiknya diletakkan di dalam wadah spesimen anti bocor yang memiliki penutup tersendiri untuk bahan spesimen tersebut ( yaitu plastik spesimen biohazard)
Darah 3 5 mL
EDTA 1 3 mL
Serum 2 mL
Pemeriksaan Kimia** Hb, Ht, Leukosit Trombosit Hitung Jenis Limfosit Absolute ** RT PCR*
Ket : * Litbangkes/Lab Regional/Lab RS rujukan Flu Burung (H5N1) ** Setiap Lab Sarana Kesehatan
Sekuensing H5
A. Pelaporan
1. Formulir Pelaporan
a. Pelaporan Harian Pada saat ditemukan pasien Suspek Flu Burung (H5N1) di sarana pelayanan kesehatan, maka agar dapat dilakukan verifikasi dan penetapan jumlah penderita Flu Burung (H5N1) dengan cepat diperlukan suatu sistem pelaporan cepat dari rumah sakit ke Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Propinsi serta ke Posko Flu Burung (H5N1) Ditjen P2PL yang selanjutnya diteruskan kepada Ditjen Bina Yanmed dan Menteri Kesehatan.
POSKO PENANGGULANGAN KLB KEMENTERIAN KESEHATAN RI Gedung Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan RI Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat Telepon : 021 4257125 Fax : 021 42877588
b. Pelaporan Bulanan Rumah sakit membuat laporan bulanan kasus Flu Burung (H5N1) guna keperluan Audit Medik dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
Laporan Bulanan dikirim ke alamat :
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK c/q : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Gedung Kementerian Kesehatan Lantai V Blok B Ruang 508 Jalan HR. Rasuna Said Blok X5 Kav. No. 4 9 Jakarta Selatan 12850 Telepon : 021 5222430 Fax : 021 52902046
2. Alur Pelaporan KEMENTERIAN KESEHATAN: Alur pelaporan untuk KLB influenza dibagi 2, yaitu : a) alur informal : untuk mempercepat penanganan pada pasien bukan untuk konsumsi umum/publik/media)
Kapuslitbang BMF Via telpon
DINKES Terkait
Dirjen P2PL
a) alur informal : dengan menggunakan surat resmi dan lampiran hasil laboratorium, yaitu sebagai berikut.
Kapuslitbang BMF
i.
Laporan Harian Tersangka Flu Burung (H5N1) Nama RS : Tgl membuat laporan :
Catatan : 1. Laporan dikirim setiap hari kerja selambat-lambatnya jam 14.00 waktu setempat 2. Keterangan dapat diisi dengan keadaan pasien meninggal/hidup/mati
Penanggung Jawab
TTD
NO
IDENTITAS
RIWAYAT KONTAK
PEMERIKSAAN FISIK
LAB
RADIOLOGI
POST MORTEM
KET
PENANGGUNG JAWAB
B. SISTEM PEMBIAYAAN Pembiayaan pasien Flu Burung (H5N1) menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan RI tertuang dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 756/MENKES/SK/IX/2006 Tentang Pembebasan Biaya Pasien Penderita Flu Burung (H5N1) yang ditetapkan pada tanggal 20 September 2006.
Pembebasan biaya tersebut berlaku bagi pasien yang dirawat di rumah sakit rujukan Flu Burung (H5N1) dan rumah sakit non rujukan Flu Burung (H5N1) (pemerintah maupun swasta) yang menerima pasien sebelum dirujuk ke rumah sakit rujukan Flu Burung
Biaya administrasi; Biaya pelayanan dan perawatan di IGD, Ruang Isolasi, Ruang ICU dan jasa dokter;
3. 4. 5.
Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi); Obat-obatan dan bahan habis pakai; Biaya rujukan;
6.
setiap petugas medis (dokter dan perawat) di Rumah sakit yang menerima pasien Flu
Burung (H5N1) menjelaskan segala tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut baik kepada diri sendiri (jika mungkin) mungkin keluarganya secara jelas dan terperinci sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.
Peralatan Rumah Tangga Lantai Kamar Mandi / WC Kamar Pasien Kain/linen kotor Sampah dan Tempat Sampah
mati adalah penting untuk tindakan pengendalian dalam rangka mencegah penyebaran.
3. Dekontaminasi areal peternakan dan kandang ayam akan membantu pengendalian penyebaran penyakit. 4. Burung yang mati dan kotorannya harus dikubur.
5.
6.
Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani secara benar dan dibuang.
Sepatu yang digunakan harus didekontaminasi.
7. Orang yang sakit seperti flu harus memperhatikan tindakan pencegahan tambahan.
8. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ketika akan mengunjungi teman ataupun saudara yang dirawat di fasilitas kesehatan.
9. Pada daerah yang terjangkit Flu Burung (H5N1), jangan memakan daging yang berasal dari unggas atau binatang yang sakit atau mati. Bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi semua jenis unggas baik yang sehat maupun yang sakit dari peternakan yang terinfeksi Flu Burung (H5N1) tersebut.
10. Pada daerah di luar radius 1 km daerah terjangkit, harus memahami dan melakukan langkah-langkah tindakan pencegahan.
LAMPIRAN LAMPIRAN
Pedoman penggunaan antibiotik
Antibiotik Dosis Frekuensi Relative cost Keterangan
Penisilin G
50.000 unit/kg/kali Dosis tunggal maks.4.000.000 unit 50 mg/kg/dosis tunggal maks.2 gram 50 mg/kg/kali dosis tunggal maks. 2 gram
Tiap 4 jam
Rendah
S. Pneumoniae
Cetriaxone
1 x / hari
Tinggi
Cefuroxime
Tiap 8 jam
Tinggi
Clindamycin
Tiap 6 jam
Rendah
Group A strep., S. aureus, S.pneumoniae (alternatif untuk anak yang alergi thd beta lactam, lebih jarang menimbulkan flebitis pd pemberian IV dr pd eritromisin) S.pneumonia, Chlamidia pneumonia,Mycopla sma pneumonia
Eritromisin
Tiap 6 jam
Rendah
Lab. Regional : 1. Bagian Mikrobiologi FK Univ Indonesia, Jakarta 2. Bagian Mikrobiologi FK Univ Islam, Sumatera Utara 3. Bagian Mikrobiologi FK Univ Diponegoro, Semarang 4. Bagian Mikrobiologi FK Univ Udayana, Bali 5. Bagian Mikrobiologi FK Univ Hasanuddin, Makasar 6. BLK Palembang, Palembang 7. BLK Bandung, Jawa Barat 8. BLK Surabaya, Jawa Timur
system d. Air sterizer dengan burning & filter e. Modular minimal = 3x3 m2
Tentang pembebasan biaya pasien penderita flu burung, menteri kesehatan RI Keputusan menteri kesehatan nomer 1372/Menkes/SK/IX/2005 Tentang penetapan kejadian luar biasa (KLB) flu burung ( Avian influenza) Keputusan menteri kesehatan nomer 1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang penetapan flu burung sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah serta pedoman penggulangannya Peraturan menteri kesehatan nomer 1575/Menkes/Per/IX/2005 tentang struktur organisasi dan tata kerja departemen kesehatan Keputusan menteri kesehatan nomer 756/MENKES/SK/IX/2006 tanggal 20 september 2006 tentang pedoman prosedur penggantian biaya penanganan pasien penderita flu burung