IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA CABANG JAWA TENGAH PENDAHULUAN 5 April 2022 • Kasus pertama di laporkan di Inggris
8 April • Laporan dari Skotlandia,
2022 Wales dan Irlandia Utara
15 April • WHO menetapkan
2022 Kejadian Luar Biasa
21 April • Dilaporkan lebih dari
2022 170 kasus di 12 negara
16-30 • Kecurigaan pasien anak
April 2022 meninggal di Indonesia GEJALA KLINIS Gejala paling umum kuning/ jaundice (71,2%)
Muntah (62,7%)
BAB dempul (50%)
Diare (44,9%)
Mual/muntah (30,5%)
Nyeri perut (41,5%)
Keluhan lain: letargi (50%), demam
(30,5%), gejala respirasi (18,6%) DEFINISI KASUS Konfirmasi • Untuk saat ini belum diketahui
• Seseorang dengan hepatitis
akut (virus non-hepatitis A, B, C, D, E) dengan AST (SGOT) Probabel atau ALT (SGPT) lebih dari 500 IU/L, berusia kurang dari 16 tahun, sejak 1 Oktober 2021.
• Seseorang dengan hepatitis
akut (virus non-hepatitis A, B, C, D, E) dari segala usia yang Epi-linked memiliki hubungan kontak erat dengan kasus yang probabel, sejak 1 Oktober 2021. ALUR PENAPISAN ALUR TATALAKSANA TATA LAKSANA HEPATITIS AKUT BERAT
Perawatan umum: Pasien mengalami
•Rawat ruang isolasi untuk hepatitis fulminan mencegah penularan ke P T/INR dipantau bila didapatkan orang lain. •Tirah baring terutama pada secara berkala. tanda koagulopati fase akut. Bila ada dengan INR > 2 •Monitoring perjalanan kecenderungan yang tidak dapat klinis (terutama kesadaran) dan laboratorium peningkatan nilai dikoreksi dengan Jika dicurigai Kortikosteroid (terutama PT/INR dan PT/INR, pasien vitamin K terkait MISC maka •albumin). hanya diberikan perlu mendapatkan (gangguan fase tata laksana •Pengenalan gejala dan pada kecurigaan tanda hepatitis fulminan. perawatan di ruang akut fungsi mengikuti panduan hepatitis autoimun. rawat intensif, hepatoselular), IDAI sebelumnya. karena atau terdapat dikhawatirkan akan penurunan berlanjut menjadi kesadaran hepatitis fulminan. (ensefalopati) yang disertai koagulopati dengan INR > 1,5. A. PERAWATAN UMUM • Pasien dirawat di ruang rawat intensif untuk pemantauan secara ketat terus-menerus. TATA • Pasien dirawat di dalam ruangan yang tenang dengan seminimal mungkin stimulasi untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial mendadak. LAKSANA • Kebutuhan total cairan direstriksi menjadi 85-90% rumatan, untuk mengurangi risiko edema serebri. Keadaan hipovolemia/dehidrasi harus segera dikoreksi. GAGAL HATI • Kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan pemberian nutrisi melalui NG T . AKUT • Pemantauan pasien, mencakup:
(HEPATITIS • Saturasi oksigen.
• Urine output tiap 6 jam. FULMINAN) • Tanda vital tiap 6 jam, termasuk tekanan darah, observasi neurologis, pemeriksaan gula darah. • Elektrolit dan P T/INR tiap 12 jam. • Pemeriksaan darah perifer lengkap tiap hari. • Kultur darah dan urin saat awal perawatan dan diulang sesuai perkembangan klinis. • Obat: • Hipoglikemia diatasi dengan pemberian dekstrosa intravena. • Antibiotik sistemik dan antijamur oral profilaksis untuk menurunkan risiko infeksi • bakteri dan infeksi jamur. • Pada neonatus dapat diberikan asiklovir intravena sampai infeksi HSV dapat disingkirkan. • N-asetilsistein (NAC) intravena dapat diberikan melalui infus kontinyu 100 mg/kg/24 jam sampai INR normal. • Sedasi tidak diberikan pada gagal hati akut kecuali pasien memerlukan ventilasi mekanik. ENSEFALOPATI HEPATIK • Bila terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (hipertensi disertai bradikaradia dan/atau pola napas sentral, edema papil), dapat diberikan: • Manitol 20% 0,5 gram/kg intravena sdalam waktu 30 menit. Dosis ini dapat diulang etiap 8 jam bila osmolalitas serum kurang dari 320 mOsm/L, hemodinamik stabil, dan tidak terdapat gangguan elektrolit ATAU
MANAJEMEN • Salin hipertonik (NaCl 3%) 3 mL/kg intravena dalam waktu 1
jam; pantau kadar natrium setiap 24 jam. Ini adalah dosis untuk indikasi penurunan tekanan intrakranial dan bukan untuk KOMPLIKASI koreksi hiponatremia. • Apabila terdapat imbalans elektrolit, maka imbalans elektrolit perlu dikoreksi terlebih dahulu sebelum pemberian manitol atau salin hipertonik. • Bila terjadi kejang dapat diberikan tata laksana sesuai dengan Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus ID AI (2016). https://bit.ly/Rekomendasi_StatusEpileptikus • Pada pasien dengan koma hepatikum dapat diperlukan pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) untuk menentukan prognosis. KOAGULOPATI • Koagulopati digunakan untuk menilai prognosis dan pemantauan progresivitas penyakit. • FFP tidak diberikan untuk memperbaiki koagulopati, kecuali pada pasien yang disiapkan untuk transplantasi, akan menjalani prosedur invasif atau terdapat perdarahan. • Trombosit dipertahankan di atas 50. 000/μL. • Ranitidin atau proton pump inhibitor (PPI) dapat diberikan untuk mencegah perdarahan lambung. • Apabila terdapat gejala neurologis (penurunan kesadaran, kejang, dan/atau deficit neurologis fokal) pada pasien dengan koagulopati, perlu dipikirkan perdarahan intrakranial (pada keadaan hipokoagulabilitas) atau iskemik (pada keadaan hiperkoagulabilitas) sehingga perlu dilakukan CT scan kepala tanpa kontras. • Anggota IDAI wajib melaporkan melalui link: http://bit.ly/PelaporanKasusHepatitisAkut • Selain itu anggota IDAI wajib melaporkan:
ALUR • Ke RS tempat merawat untuk kemudian dilaporkan
melalui PHEOC Kementerian Kesehatan RI melalui:
PELAPORAN • Telp/WA: 087777591097
• Email: poskoklb@yahoo.com ditembuskan kepada contact person Dinas • Dinas Kesehatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota masing-masing
Untuk pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi
hotline IDAI: 08881999666 PENCEGAHAN Waspada gejala awal à diare, mual, muntah, sakit perut, dapat disertai demam ringan.
Jika muncul gejala awal segera bawa pasien ke
Puskesmas atau fasilitas Kesehatan terdekat KEWASPADAAN Jangan menunggu muncul gejala lanjutan seperti mata dan kiulit kuning
Jika muncul penurunan kesadaran segera ke
fasiliatas Kesehatan yang memiliki ICU TERIMA KASIH