Anda di halaman 1dari 31

PES

Plague, disebut juga penyakit pes,


adalah infeksi yang disebabkan
bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan
ditularkan oleh kutu tikus (flea)

Faktor-faktor yang memepengaruhi


penyakit pes
1.Faktor Agent: Bakteri Yersinia Pesti /
Bakteriolog Perancis A.J.E Yersin.
2.Faktor Host: Manusia
3.Faktor Environment: rumah yang kotor
atau tempat-tempat yang biasanya di
huni sebagai sarang tikus
4.Port op Entry and Exit: Kulit
5.Tranmisi: Kontak dengan tubuh binatang
yang terinfeksi, kontak fisik dengan
penderita dan bisa terjadi dari percikan
air liur oenderita yang terbawa oleh
udara

Cara penularan:
1.Cara penularan pes melalui gigitan
pinjal dari tikus
2.Masa penularan penyakit pes bubo
atau pes kelenjar adalah 2-6 hari,
sedangkan penyakit pes paru 1-3 hari.

Tanda dan Gejala


Pes Bubo (pes Kelenjar)
1 Lesu, sakit kepala, menggigil dan demam dan
rasa sakit di daerah kelenjar limfe dan ditemukan
pembengkakan kelenjar sebesar buah duku
(bubp) pada daerah lipatan paha, ketiak dan leher.
2 Septikemi Pes
3 Septikemi pes merupakan perkembangan dari pes
bubo yang infeksinya menjalar ke seluruh sistem
organ tubuh manusia melalui darah dengan gejala
demam tinggi, invaskular congulopathy,
kegagalan pada organ tubuh dari pada orang
dewasa adanya sindroma gangguan pernafasan.
Komplikasinya meliputi: radang otak, radang mata
karena pes, dan adanya abses pada hati atau
secara umum adanya.

Pnemonik Pes (Pes paru)


1.Demam, batuk secara tiba-tiba dan
keluar dahak, sakit di dada, susah
bernafas, kekurangan oxigen, muntah
darah, dapat berakibat fatal (kematian).
2.Apabila ada kejadian tersebut di atas
terutama di daerah pes segera ke
puskesmas dan rumah sakit terdekat
untuk mendapatkan pengobatan lebih
lanjut.

Cakupan Program
Hasil pemeriksaan spesimen PES
pada manusia tahun 2004-2014

Pencegahan
1. Sanitasi Lingkungan
o Pengawasan lingkungan meliputi pengawasan terhadap
tikus dan membersihkan sampah, air, sarang tikus, bahan
untuk membuat sarang tikus dan mengusahakan
konstruksi bangunan anti tikus.
2. Lingkungan rumah
o Makanan harus disimpan di tempat yang aman dan
tertutup
o Tempat penyimpanan air harus ditutup rapat dan bagian
bocor harus diperbaiki
3. Disekitar rumah
o Halaman rumah sebaiknya selalu dibersihkan dan bersih
dari kumpulan sampah
4. Di masyarakat tindakan yang tepat dilakukan:
o Sampah harus dikumpulkan dan dibuang dengan benarbenar terutama pada sampah- sampah industri termasuk
kardus yang rusak dan bahan-bahan bangunan yang dapat
menarik tikus
o Tutup dengan rapat saluran pembuangan air atau sistem
sanitasi lainnya

Pemberantasan
1.Keharusan melaporkan terjadinya penyakit
pes oleh para dokter supaya tindakan
pencegahan dan pemberantasan penyakit
dapat dijalankan. Keharusan ini tercantum
dalam undang-undang karantina danepidemi
(UU Wabah 1962).
2.Keharusan melaporkan adanya kematian
sebelum mayat dikubur. Pada mayat itu
dilakukan fungsi paru, limfa dan pada bubo.
Pes paru primer dapat dinyatakan bila cairan
paru pasitif dan pes cairan limpa negatif. Pes
paru sekunder terjadi bila cairan paru dan
cairan limpa positif. Pes septichaemi jika
cairan paru negatif dan cairan limpa positif.

3. Tindakan selanjutnya jika telah


dinyatakan diagnosa pes adalah
penderita pes paru (primer dan
sekunder) harus diisolasi dan dirawat
di rumah sakit. Penduduk di sekitar
rumah pes divaksinasi. Rumah
disemprot dengan DDT. Kemudian
rumah itu dibuka atapnya agar
matahari dapat masuk. Lalu rumah
tersebut diperbaiki kembali.
4. Suntikan anti pes secara umum.

5. Pembasmian pinjal tikus dilakukan


dengan bubuk DDT yang ditaruh pada
tempat yang biasa dilalui oleh tikus.
Bubuk DDT akan melekat pada bulu
tikus sehingga akan membunuh pinjalpinjal itu. Hal ini dapat pula dilakukan
serangkaian pemberantasan nyamuk
malaria melalui penyemprotan.
6. Pembasmian tikus dengan racun,
perangkap dan kucing.
7. Pengawasan angkutan padi dan lain-lain
dengan pikulan, gerobak, dan
sebagainya agar tikus yang tertular pes
tidak terangkut dari satu daerah ke
daerah yang lain.

8. Perbaikan rumah agar tikus tidak


bersarang di dalam rumah.
9. Tindakan kebersihan seperti
menjemur alat-alat tidur setiap
minggu. Jangan ada sisa-sisa
makanan yang berhamburan dan
menarik tikus.

Pengobatan
Upaya pengobatan terhadap
penderita penyakit pes, baik yang
menularkan maupun yang tertular
adalah sebagai berukut.
a.Untuk tersangka pes
o Tetracycline 4x250 mg biberikan
selama 5 hari berturut-turut atau
o Cholamphenicol 4x250 mg diberikan
selama 5 hari berturut-turut

b. Untuk Penderita Pes


o Streptomycine dengan dosis 3
gram/hari (IM) selama 2 hari berturutturut, kemudian dosis dikurangi
menjadi 2 garam/hari selama 5 hari
berturut-turut.Setelah panas hilang.
o Dilanjutkan dengan pemberian :
o Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2
hari berturut-turut,kemudian dosis
diturunkan menjadi 2 gram/hari
selama 5 hari berturut-turut atau
o Chlomphenicol 6-8 gram/hari selama
5 hari berturut turut, kemudian dosis
diturunkan menjadi 2 gram/hari
selama 5 hari berturut-turut.

c. Untuk pencegahan terutama


ditujukan pada:
o Penduduk yang kontak (serumah)
dengan pendeita pes bobo.
o Seluruh penduduk desa/dusun/RW
jika ada penderita pes paru.
Tetapi yang dianjurkan adalah
dengan pemberian Tertracycline
500mg/hari selama 10 hari berturutturut.

FLU BURUNG

Avian influenza adalah suatu


penyakit menular yang disebabkan
oleh virus influenza tipe A terutama
H5N1 yang ditularkan oleh unggas

Klasifikasi Kasus berdasarkan Tanda dan Gejala Flu


Burung
1. Kasus Suspek AI H5N1
Seseorang yang menderita demam panas 380 C
disertai dengan satu atau lebih gejala berikut :
o Batuk
o Sakit tenggorokan
o Pilek
o Sesak nafas (nafas pendek)
Ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini :
o Pernah kontak dengan unggas sakit/ mati mendadak
yang belum diketahui penyebabnya serta produk
mentahnya (telur, jeroan) termasuk kotoran dalam 7 hari
terakhir sebelum timbul gejala diatas. Yang dimaksud
dengan kontak adalah merawat, membersihkan kandang,
mengolah, membunuh, mengubur/ membuang/
membawa
o Pernah tinggal di lokasi yang terdapat kematian unggas
yang tidak biasa dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala diatas. Lokasi ditentukan dengan mobilisasi
unggas yang mati

o Pernah kontak dengan penderita AI


konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala diatas
o Pernah kontak dengan spesimen AI H5N1
dalam 7 hari sebelum timbul gejala diatas
o Ditemukan adanya lekopenia (<500/ l)
o Ditemukan adanya antibodi terhadap H5
dengan pemeriksaan Hemaglutinase
Inhibition (HI) test menggunakan eritrosit
kuda
Atau :Seseorang dengan menderita Acute
Respiratory Distress Sydrome (ARDS) dengan
satu atau lebih keadaan dibawah ini :
o Leukopenia (<500) atau limfositopenia
o Foto toraks menggambarkan pnemonia
atipikal atau infiltrat baru dikedua sisi paru
yang makin meluas pada serial foto

Kasus Probable AI H5N1


Adalah kasus yang memenuhi kriteria kasus
suspek dengan satu atau lebih keadaan
dibawah ini :

o Ditemukan adanya kenaikan titer


antibodi 4 terhadap H5 dengan
pemeriksaan uji HI menggunakan kuda
atau uji ELISA
o Hasil laboratorium terbatas untuk
Influenza H5 (terdeteksinya antibodi
spesifik H5 dalam spesimen serum
tunggal) menggunakan neutralisasi test.

3. Kasus konfirmasi AI H5N1


Adalah kasus suspek atau kasus probable
dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini
:

o Kultur (biakan) virus Influenza A/


H5N1 positif
o PCR Influenza A/ H5N1 positif
o Pada Imunoflurescence monoklonal
Influenza/ H5N1 pada fase
konvalesen sebanyak 4 kali atau
lebih dengan fase akut dengan
microneutralization test

Sumber Virus Flu Burung


1.Ayam sakit (leleran tubah hidung,
mulut, mata, dan kotoran ayam)
2.Unggas lain yang tertular: burung
puyuh, itik, angsa, burung peliharaan,
burung liar
3.Hewan lain: mamalia (babi)
4.Peralatan yang tercemar virus influenza
burung

Faktor-faktor yang mempengaruhi


penyebaran penyakit
1.Migrasi burung liar, maupun melalui
burung piaraan/ kesayangan, unggas
2.Lalu lintas orang dan kendaraan dari
peternakan tertular
3.Lalu lintas unggas dari peternakan
tertular

Cara Penularan
1.Penyakit ini menular melalui udara
yang tercemar oleh virus tersebut,
yang berasal dari leleran atau
kotoran unggas, air minum unggas
yang menderita infulensa burung.
2.Penularan dari manusia ke manusia
sampai saat ini belum ada bukti.
3.Mengkonsumsi daging dan telur
ayam
4.Masa penularan: 1-3 hari

Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksana flu burung
(AI) sama dengan influenza yang
disebabkan oleh virus yang patogen pada
manusia.
a.Pelayanan di Fasilitas Kesehatan non
Rujukan Flu burung
b.Pasien suspek flu burung langsung
diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (sesuai
dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS
rujukan flu burung.
c.Untuk Puskesmas yang terpencil pasien
diberi pengobatan Oseltamivir sesuai
skoring di bawah ini,

d. sementara pada puskesmas yang


tidak terpencil pasien langsung
dirujuk ke rumah sakit rujukan.
e. Kriteria pemberiaan oseltamivir
dengan sistem skoring, dimodifikasi
dari hasil pertemuaan Workshop
Case Management
Pengembangan Laboratorium
Regional Avian Influenza, bandung
20 23 April 2006

Skor
Gejala
Demam
Frekuensi napas

1
< 38

2
> 38

>N

Rhonki

Tidak Ada

Ada

Leukopeni

Tidak Ada

Ada

Kontak

Tidak Ada

Ada

Jumlah

Skor :
6 7 = Evaluasi ketat, apabila
meningkat
(>7) diberikan oseltamivir
> 7 = diberi oseltamivir.

Cara Pencegahan
1.Petugas yang berhubungan langsung dengan
sumber penularan memakai masker, kaca
mata, sarung tangan tebal, gaun pelindung,
sepatu bot karet
2.Lingkungan peternakan harus bersih
3.Semua orang yang kontak langsung harus cuci
tangan dengan desinfektan, alkohol 70%
4.Semua orang yang terpapar harus diperiksa ke
fasilitas kesehatan (puskesmas/rumah sakit),
pengobatan simtomatik, roborantina, diobati
atas rekomendasi dokter dengan antiviral
oseltamivir pada kasus tersangka
5.Menjaga kondisi badan agar tetap prima
6.Rencana imunisasi dengan vaksin H5N1 strain
Indonesia (A/Indonesia/05/2005)

Pengendalian Penyakit Flu


Burung
Tujuan
1.Mencegah perkembangan flu burung ke
tahap berikutnya
2.Penanganan sebaik-baiknya
pasien/korban flu burung pada manusia
dan hewan
3.Meminimalkan kerugian akibat
perkembangan flu burung
4.Pengelolaan pengendalian flu burung
secara berkelanjutan
5.Mengefektifkan kesiapsiagaan nasional
menghadapi pandemi influenza

Prinsip Dasar
1.Mengutamakan keselamatan
manusia
2.Mempertimbangkan faktor ekonomi
3.Menekankan upaya terintegrasi
seluruh komponen bangsa
4.Mengacu kesepakatan nasional dan
internasional, dan
5.Kesiapsiagaan dan kewaspadaan
dalam mengantisipasi pandemi
influenza .

Strategi Pengendalian Flu Burung


1.Pengendalian Penyakit pada Hewan
2.Penatalaksanaan kasus pada manusia
3.Perlindungan kelompok resiko tinggi
4.Surveilans epidemiologi pada hewan dan
manusia
5.Restrukturisasi sistem industri
perunggasan
6.Komunikasi, Informasi dan Edukasi
7.Penguatan dukungan peraturan
8.Peningkatan kapasitas
9.Penelitian kaji tindak
10.Monitoring dan evaluasi

Strategi Kesiapsiagaan Menghadapi


Pandemi Influenza (Human Influenza)
1.Penguatan Manajemen Berkelanjutan
2.Penguatan Surveilans Pada Hewan
dan Manusia
3.Pencegahan dan Pengendalian
4.Penguatan Kapasitas Respon
Pelayanan Kesehatan
5.Komunikasi, Informasi dan Edukasi

Anda mungkin juga menyukai