Anda di halaman 1dari 28

MENJAHI

T
LUKA
KELOMPOK 13

● YUNI TRI WINANTI


P1337420617045

● ALIFA NUR FITRIYANI


P1337420617052

● DAMAR DARMAWAN
P1337420617061

● BIAN FIRMANSYAH
P1337420617062
01. DEFINISI LUKA DAN
PENJAHITAN LUKA

02. JENIS
JAHITAN

03. TEKNIK
MENJAHIT YANG
BENAR
DEFINISI LUKA
DAN
01. PENJAHITAN
LUKA
LUKA

Luka merupakan rusaknya kontunitas


jaringan. Luka dapat disebabkan oleh
trauma benda tajam maupun benda tumpul,
perbahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik maupun gigitan hewan.
Proses Penyembuhan Luka
  Fase Proses Tanda & Gejala
I Inflamasi Peradangan Berwarna kemerahan, bila
disentuh terasa hangat/panas,
mengalami pembengkakan
disekitar luka, sakit bila ditekan
dan terjadi gangguan fungsi
pada daerah yang terluka

II Proliferasi Regenerasi/fibroplasia Terdapat jaringan granulasi

III Remodelling Pematangan dan perupaan Terbentuk jaringan parut


kembali
Penyembuhan luka pada kulit terjadi
secara epimorfis yatu jaringan yang
rusak akan diganti oleh jaringan ikat
yang tidak sama dengan jaringan yang
sebelumnya sehingga apabila sembuh
maka jaringan tidak akan kembali
seperti semula.
Penyembuhan Luka
dibedakan menjadi 2
PRIMER 1

2 SEKUND
ER
PENJAHITAN
LUKA
Prosedur yang dilakukan dengan cara
menyatukan kembali jaringan yang terputus
dengan menggunakan benang. Dalam
penjahitan luka perlu diperhatikan dalam
pemilihan jenis benang jahit seperti
bahannya, susunan filamennya dan sifatnya
yang absordable (dapat diserap) atau non-
absordable (tidak dapat diserap).
JENIS
JAHITAN 02.
BERDASARKAN WAKTU

Jahitan Primer
Jahitan primer merupakan jahitan yang
dilakukan segera setelah terdapat luka atau
luka terbentuk.

Jahitan
Sekunder
Jahitan sekunder merupakan jahitan yang dilakukan
setelah jahitan primer terlepas atau longgar. Jahitan
sekunder dilakukan supaya memperkuat jahitan
primer, menghilangkan dead space serta mencegah
akumulasi cairan.
BERDASARKAN POLA
JAHITAN

Interrupted
1
Suture

2 Continous Suture
Merupakan jahitan yang antara
satu jahitan dengan jahitan
yang lain tidak terhubung.
Seperti jahitan simple,
subtikuler, matras vertikal
maupun matar horizontal.
Interrupted Jahitan ini dilakukan dengan
menjahit tepi luka dengan satu
Suture jahitan kemudian dipotong.
Penjahitan dilakukan dari
tengah kemudian dilanjutkan
pada setiap pertengahan dari
insisi yang tersisa. Jahitan
ini dapat digunakan untuk luka
yang infeksi karena mudah
membuka jahitan jika ada satu
tempat yang mengalami infeksi
sehingga tidak mengganggu
KEKURANGAN
DAN
KELEBIHAN
KEKURANGAN KELEBIHAN
Membutuhkan banyak Mudah
benang
Lama Dilakukannya Jahitan lebih kuat dan
aman karena bila satu
benang terlepas maka
yang lan tidak akan
ikut lepas
Bekas jahitan lebih Kemungkinan kecil
terlihat mengikat sistem
sirkulasi sehingga
mengurangi resiko edema
Mudah untuk mengatur
tepi-tepi luka
Continous Suture

Continous sutre merupakan kebalikan dari interupted suture yaitu jahitan


yang dilakukan menggunakan benang tanpa terputus antara satu jahitan
dengan jahitan yang lainnya. Untaian benang dapat diikat pada setiap
ujung jahitan. Jahitan ini biasanya digunakan pada bagian peritoneum
atau permukaan dinding abdomen, serta tidak disarankan untuk jahitan
yang infeksi. Jahitan ini dapat dilakukan dengan cepat dan menggunakan
sedikit simpul. Sedangkan kerugiannya adalah apabila terdapat salah satu
benang yang putus atau terlepas maka jahitan yang lain ikut terlepas.
TEKNIK
03. MENJAHIT
Simple Interupted Suture
Teknik penjahitan ini dapat dilakukan pada
semua luka, dan apabila tidak ada teknik
penjahitan lain yang memungkinkan untuk
diterapkan. Terbanyak digunakan karena
sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul
sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau
bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah
yang banyak bergerak karena tiap jahitan
saling menunjang satu dengan lain.
Simple Continous Suture
Simple Continous juga disebut jahitan jelujur
yang menempatkan simpul hanya pada ujung-
ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah
satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka
seluruhnya. Jahitan ini sangat sederhana, sama
dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak
disarankan penggunaannya pada jaringan ikat
yang longgar, dan sebaiknya tidak dipakai untuk
menjahit kulit.
Running Locked Suture
Jahitan jelujur terkunci merupakan variasi jahitan jelujur
biasa, dikenal sebagai stitch bisbol karena bentuk akhir
dari garis jahitan berjalan terkunci. Teknik ini biasa
digunakan untuk menutup peritoneum. Teknik jahitan ini
dikunci bukan disimpul, dengan simpul pertama dan
terakhir dari jahitan jelujur terkunci adalah terikat. Cara
melakukan penjahitan dengan teknik ini hampir sama
dengan teknik jahitan jelujur, bedanya pada jahitan
jelujur terkunci dilakukan dengan mengaitkan benang
pada jahitan sebelumnya, sebelum beralih ke tusukan
berikutnya.
Subticuler Continous Suture
Jahitan subkutis dilakukan untuk luka pada
daerah yang memerlukan kosmetik, untuk
menyatukan jaringan dermis/kulit. Teknik ini tidak
dapat diterapkan untuk jaringan luka dengan
tegangan besar. Pada teknik ini benang
ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan
dermis sehingga yang terlihat hanya bagian
kedua ujung benang yang terletak di dekat
kedua ujung luka. Hasil akhir pada teknik ini
berupa satu garis saja.
Mattress Suture
Jahitan matras dibagi menjadi dua, yaitu
matras vertical dan matras horizontal.
Prinsip teknik penjahitan ini sama, yang
berbeda adalah hasil akhir tampilan
permukaan. Teknik ini sangat berguna
dalam memaksimalkan eversi luka,
mengurangi ruang mati, dan mengurangi
ketegangan luka. Kelemahan teknik
penjahitan ini adalah penggarisan silang.
Risiko penggarisan silang lebih besar
karena peningkatan ketegangan di seluruh
dengan menjahit secara mendalam di bawah
luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit
tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena
didekatkannya tepi-tepi luka, bagian yang
terlihat pada jahitan disisi insisi terlihat
vertikal terhadap garis insisi tetap pada posisi
parallel. Indikasi utama penggunaan vertical
matress suture adalah untuk mengangkat
permukaan pinggir luka, yaitu bila tepi luka
tidak sama tinggi sehingga jika dengan jahitan
simple interrupted tepi luka (epitel dengan
epitel) tidak bertemu (inversi). Vertical
mattress suture sering digunakan pada bagian
tubuh yang memiliki kecenderungan untuk
inverted. Beberapa peneliti percaya bahwa
penggunaan vertical mattress suture yang
menyebabakan pinggir luka mengalami eversi
lebih baik dibandingkan teknik penjahitan luka
yang lain. Vertical matres berfungsi untuk
menyamakan permukaan sayatan.
Teknik jahitan matras horizontal dilakukan dengan
penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm
dari tusukan pertama. Keuntungannya adalah
memberikan hasil jahitan yang kuat. Teknik ini
dipergunakan biasanya pada luka yang memiliki jarak
kedua permukaan pinggir luka yang cukup jauh,
sehingga regangan cukup kuat. Jahitan ini
dipergunakan sebagai initial suture untuk
mendekatkan dua permukaan pinggir luka. Teknik
suture ini juga cukup efektif dalam memegang
permukaan kulit luka yang rapuh seperti kulit di
telapak tangan dan kaki. Teknik ini juga efektif untuk
hemostasis akibat perdarahan bawah kulit di tepi luka
(misalnya di kulit kepala). Horizontal mattress suture
juga berguna untuk aproksimasi tanpa mengganggu
sesuatu struktur yang berjalan sejajar dengan luka
sayatan, seperti pembuluh darah, nervus dan lain-lain.
PROSEDUR
MENJAHIT
PERSIAPAN ALAT & BAHAN
Alat Bahan
Minor set steril - NaCl
- Wadah dari logam - Povidon Iodine 10%
- Needle holder/ pemegang jarum - Perhidrol 3%
jarum dengan ujung segi tiga - Lidocain 2%
- Jarum dengan ujung bulat - Klorin 0,5%
- Pinset anatomi - Kasa steril
- Pinset chirrurgis - Plester
- Gunting Benang - Spuit 3cc
- Gunting jaringan - Benang side no 3.0
- Klem arteria berujung lurus/ - Benang catgut no. 3.0
bengkok
- Kain steril
PROSEDUR TINDAKAN

1. Menentukan jenis luka


2. Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan tindakan medik
3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam keadaan steril
4. Menentukan jenis benang dan jarm yanng akan digunakan
5. Memilih antiseptik dan desinfektan yang diperlukan
6. Melakukan cuci tangan
7. Memaka sarung tangan steril
8. Melakukan tindakan aseptik antiseptik
A. dimulai dari tengah ke tepi secara sentrifugal
B. menggunakan kasa dan povidon iodine
9. Melakukan anestesi lokal
10. Melakukan debidremen luka
11. Pasang kasa steril
12. Lakukan eksplorasi luka untuk mencari perdarahan aktif, jaringan-jaringan
mati/rusak.
13. Desinfeksi menggunakan povidon iodine
14. Menjahit luka
15. Melakukan dressing
16. Melakukan dekontaminasi
17. Memberikan edukasi perawatan luka
18. Menentukan prognosis
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai