FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN Co-Asistensi BIDANG REPRODUKSI
Dr. Sri Gustina, M.Si Dr. Drh Fika Yuliza Purba, M.Sc
NIP. 19860720 201012 2 004
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Tanggal Pengesahan :
Tanggal Ujian :
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari distokia
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari distokia
1.3.3 Untuk mengetahui tanda klinis dari distokia
1.3.4 Untuk mengetahui bentuk-bentuk distokia
1.3.5 Untuk mengetahui cara mendiagnosis distokia
1.3.6 Untuk mengetahui penanganan distokia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian distokia
Distokia adalah kesukaran dalam proses kelahiran yang diakibatkan oleh
faktor induk atau fetus, sehingga untuk terjadinya kelahiran diperlukan bantuan
manusia. Penyebab kesukaran dalam proses kelahiran pada sapi meliputi tiga
faktor utama yaitu kekurangan tenaga pada induk untuk mengeluarkan fetus,
adanya gangguan pada organ reproduksi induk, dan adanya kelainan pada
fetusnya. Kejadian distokia secara umum terjadi pada sapi yang pertama kali
melahirkan (premipara) daripada sapi yang sudah beberapa kali melahirkan
(pluripara) (Febrianila et al., 2018).
1.2 Etiologi distokia
Distokia pada ternak disebabkan oleh dua faktor umum yaitu: (1) faktor
maternal dan (2) faktor fetal. Faktor maternal yaitu faktor yang disebabkan dari
induknya, seperti adanya penyempitan saluran kelahiran sehingga serviks tidak
dilatasi sepenuhnya atau hal lain yang menghalangi masuknya fetus secara normal
ke dalam saluran kelahiran seperti ukuran pelvis yang kecil karena betina belum
dewasa tubuh dan adanya cacat anatomis atau patologis. Faktor fetal yaitu faktor
yang disebabkan dari fetusnya, seperti ukuran fetus yang terlalu besar, kematian
fetus, maldisposisi fetus yang merupakan penyebab paling umum terjadinya
distokia. Faktor lain yang mempengaruhi kejadian distokia adalah manajemen
pemberian pakan, penyakit dan exercise (latihan) (Wulan, 2017).
1.3 Tanda klinis
Menurut Jackson (2004), tanda klinis yang bisa diamati pada sapi yang
mengalami distokia yaitu:
1. Kelahiran pada tahap pertama yang berkepanjangan dan tidak progresif.
Kejadian ini disebabkan karena kegagalan dilatasi serviks yang
merupakan penyebab distokia sapi paling umum, tidak ada kontraksi
uterus dan amnion sering kali masih utuh. Tidak adanya kontrasi yang
efektif biasanya akibat hipokalsemia dengan tanda-tanda milk fever saat
kelahiran.
2. Induk sapi berusaha keras untuk melakukan perejanan selama 30 menit
namun tidak nampak fetus mengambil postur kelahiran, biasanya
disebabkan karena otot perut hewan tidak mampu berkontraksi atau
mengejan dengan baik. Selain itu pada sapi yang sangat tua, otot perut
mungkin sudah tertarik melebihi kapasitas elastisitas alamiahnya. Kondisi
sakit yang melibatkan abdomen, diafragma dan dada seperti
retikulitis/perikarditis dapat menghambat upaya mengejan.
3. Kegagalan fetus untuk dikirim ke vulva dalam waktu 2 jam setelah
amnion muncul biasanya dipengeruhi oleh ukuran tulang pelvis yang
terlalu kecil untuk lewatnya fetus. Maternal immaturity adalah penyebab
paling umum dan sering terjadi sebagai akibat sapi dara dikawinkan pada
umur terlalu muda dan disebabkan ketika fetus lebih besar dari ukuran
normal.
4. Fetus mengalami malpresentaion yang jelas, malposture, atau
maldisposition.
1.5 Diagnosis
Diagnosa distokia biasanya dilakukan dengan mengabungkan informasi
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan awal dan persiapan untuk
menangani kasus distokia dimulai dengan memperoleh beberapa informasi
mengenai pasien yang berupa anamnesa. Dalam kasus penanganan distokia hal-
hal yang sebaiknya ditanyakan ialah waktu perkiraan kelahiran, apakah kelahiran
sebelumnya tidak mengalami masalah, apakah ini kelahiran pertamannya, dan
sudah berapa lama waktu persalainan sapinya. Riwayat kesehatan sapi pun juga
penting untuk diketahui (Mekonnen dan Moges, 2016).
Pemeriksaan pada sapi dimulai dengan pemeriksaan umum yang berupa suhu
tubuh, pulsus, inspeksi abdomen dan beberapa abnormalitas signifikan yang
terlihat dapat berupa cairan yang keluar dari vulva. Pemeriksaan spesifik dapat
dilakukan dengan menempatkan sapi di kandang jepit dan melakukan
pemeriksaan vagina serta pemeriksaan rectum. Pada pemeriksaan vagina hal yang
biasanya dilakukan ialah melihat apakah serviks sudah terbuka atau tidak
sedangkan pada pemeriksaan rectum ialah dengan memasukkan tangan dokter ke
dalam rectum dan meraba keadaan uterus yang biasanya mendiagnosa indikasi
torsi uteri (Mekonnen dan Moges, 2016).
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Distokia adalah kesukaran dalam proses kelahiran yang diakibatkan oleh
faktor induk atau fetus, sehingga untuk terjadinya kelahiran diperlukan bantuan
manusia. Penyebab kesukaran dalam proses kelahiran pad sapi meliputi tiga
faktor utama yaitu kekurangan tenaga ada induk untuk mengeluarkan fetus,
adanya gangguan pada organ reproduksi induk, dan adanya kelainan pada
fetusnya.
4.2 Saran
Kasus distokia adalah salah satu kasus yang sering ditemukan pada sapi Bali
khususnya di daerah Polewali Mandar, hal ini diakibatkan sapi tersebut
kekurangan nutrisi ataupun anak dari sapi tersebut lebih besar dari induknya
(biasanya hasil inseminasi buatan). Perlunya diberikan pemahaman ke masyarakat
ataupun inseminator agar perkawinan silang antara sapi Bali dan sapi
limosin/Simental dapat dikurangi untuk mencegah kasus distokia.
DAFTAR PUSTAKA
Hikmawaty, A Gunawan, RR Noor dan Jakaria. 2014. Identifikasi Ukuran Tubuh
Dan Bentuk Tubuh Sapi Bali Di Beberapa Pusat Pembibitan Melalui
Pendekatan Analisis Komponen Utama. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 02(1): 231-237.
Jackson PGG. 2004. Handbook of Veterinary Obstetric. Elseiver Saunders
Company.
Mekonnen, M. dan N. Moges. 2016. A Review on Dystocia in Cows. European
Journal of Biological Sciences. 8(3) : 91-100.
Schuenemann GM. 2012. Calving Management in Dairy Herds: Timing of
Intervention and Stillbirth. The Ohio State University:Ohio (USA).
Wulan Sri Ratna Sari. 2017. Penanganan Kasus Distokia Pada Sapi Perah Di
PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan. [Tugas Akhir]. Program Profesi
Dokter Hewan. Universitas Hasanuddin.