Anda di halaman 1dari 14

PARTUS MACET

MK : ASUHAN KEBIDANAN KASUS KOMPLEKS

NAMA KELOMPOK

SYAHRUL SYAFITRI 2240704071


MUTIARA 2240704109
FIOLETA YL 2240704102
LIDYA PERO 2240704097
ISNAWATI 2240704108
MARVENI 2240704111
ELDHANIATI 2240704084
CILLINA 2240704068
SATRIANA REGAK 2240704096
MILES EVANA 2240704083
ELVIANI 2240704088

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami kelompok I dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Persalinan Macet.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidana Pada Kasus
Kompleks. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang asuhan
kebidanan pada kasus kompleks

Kami mengucapkan terima kasih kepada Nur Citra, S.ST,Bdn., MKeb selaku
dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Kasus Komplek. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

September, 2023

Kelompok
A. Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses yang fisiologis, namun dapat berubah menjadi patologis
sewaktu-waktu tanpa dapat diduga sebelumnya. Sebesar 30% kematian ibu terjadi pada saat
ibu persalinan. Bidan merupakan ujung tombak negara dalam program penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi.
Untuk menjalankan tugasnya bidan harus menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang
berhubungan dengan asuhan pada masa persalinan.
Beberapa pengertian dari persalinan dalam buku ajar Konsep Dasar Persalinan adalah
sebagai berikut :
1. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar
melaluijalan lahir (Sarwono, 2008).
2. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998).
3. Persalinan adalah kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong
janin melalui jalan lahir (Canningham, F. Gary, 2006).
4. Persalinan adalah kontraksi uterus yang teratur yang menyebabkan penipisan dan
dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan (Heffne, 2006).
5. Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, dan ketuban keluar dari uterus (JNPK-
KR, 2008).
Beberapa pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah
proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina
ke dunia luar. Proses tersebut dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan
berada pada posisi letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau
pertolongan, serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam (Paramitha, 2019).

B. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Yulizawati dkk (2019) dalam bukunya, terdapat beberapa factor yang
mempengaruhi persalinan antara lain:
1. Passanger
Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi persalinan normal ( Taber,
1994). Pada factor passenger, terdapat bebrapa factor yang mempengaruhi yakni
ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga
harus melalui jalan lahir, maka dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin
(Bobok, Lowdermilk & Jansen, 2004).
2. Passage away
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku (Bobak, Lowdermilk & Jansen, 2004).
3. Power
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan
dorongan janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala
akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk,2005). Ibu
melakukan kontraksi involunter secara bersamaan (Bobak, Lowdernmilk & Jansen,
2004).
4. Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak
memberikan sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberikan rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk dan jongkok (Bobak, Lowdermilk & Jansen, 2004).
5. Psychologic Respons
Proses persalinan adalah saat yang menengankan dan mencemaskan bagi wanita dan
keluarganya. Rasa takut, tegang, dan cemas mungkin menyebabkan proses kelahiran
berlangsung lambat. Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadinya
kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selam berjam-jam
dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika wanita dan keluargannya memulai
proses ikatan dengan bayi. Perawatan di lakukan untuk mendukung wanita dan
keluarganya dalam melalui proses persalinan supaya dicapai hasil yang optimal bagi
semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasannya akan mengutarakan berbagai
kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka jarang dengan spontan menceritakannya
(Bobak, Lowdernmilk & Jansen, 2004).
C. Pengertian Persalinan Macet/Lama
Menurut jurnal penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti & Ivantarina (2022)
dijelaskan bahwa :
1. Persalinan macet didefinisikan sebagai kegagalan bagian terendah janin untuk turun di
jalan lahir karena alasan mekanis meskipun memiliki kontraksi uterus yang memadai .
(Dile et al., 2020). Didiagnosis jika didapatkan adanya tanda gejala seperti durasi
persalinan memanjang, kelelahan ibu bersalin, tanda-tanda vital yang abnormal,
distensi kandung kemih, terbentuk cincin bandle di segmen bawah rahim, gawat atau
kematian janin, edema vulva, terbentuk caput, cairan ketuban berbau busuk, kental
dan mekonium (Plummer et al., 2022).
2. Persalinan macet adalah komplikasi obstetrik yang mengancam jiwa berhubungan
dengan mortalitas dan morbiditas ibu maupun janin yang signifikan serta
prevalensinya masih tinggi di negara berkembang (Jamison et al., 2016). Penyebab
paling umum dari persalinan macet adalah cepalo pelvic disproportion (CPD). Hal ini
dapat timbul sebagai akibat dari pengurangan dimensi panggul yang terjadi pada ibu
bersalin dengan kondisi malnutrisi pada masa kanak-kanak, infeksi, poliomielitis,
deformitas, penyakit sel sabit atau hamil pada usia remaja. Selain itu adanya malposisi
dan malpresentasi seperti presentasi dahi, majemuk, oksipito-posterior dan mento-
posterior dalam presentasi wajah serta malformasi kongenital (hidrosefalus, asites
janin dan kehamilan ganda). Durasi persalinan yang terlalu lama lebih dari 18 jam
lima kali berisiko mengalami ruptur uteri.

Adapun beberapa tanda dan gejala dari kondisi partus lama adalah sebagai berikut :

1. Pembukaan serviks tidak membuka (kurang dari 3 cm) dan tidak didapatkan kontraksi
uterus.
2. Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam inpartu.
3. Pembukaan serviks melewati garis waspada partograf.
4. Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengejan, tetapi tidak ada keajuan (kala II
lama atau prolonged second stage.( Amellia, 2022).

D. Etiologi Persalinan Macet


Faktor Penyebab Partus Macet Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gudina, dkk
(2016) yang dilakukan di adama hospital medical college, dari 384 persalinan sebanyak 9,6%
terjadi partus macet. Adapun penyebab partus macet tersebut yaitu sebanyak 54,1%
disebabkan karena CPD (Cephalo Pelvic Dispropostional), 29,7% karena malposisi dan
16,2% karena malpresentasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sharma (2015) di
departemen obstetrik dan ginekologi, UP rural institute of medical sciences & research,
Saifai, Etawah, Uttar Pradesh, India, dari 12.223 persalinan sebanyak 199 atau 1,63%
mengalami partus macet. Penyebab partus macet tersebut yaitu CPD (72,3%). Secsio sesarea
adalah metode untuk melahirkan bayi, terjadi mortalitas perinatal sebanyak 20,60%, kejadian
ruptur uteri sebanyak 3,5% dan mortalitas maternal sebanyak 1,5%. Adapun penyebab partus
macet tersebut diuraikan sebagai berikut (Cunningham, et al., 2018) :

1. Cephalo Pelvic Dispropostional (CPD)


Cephalopelvic dispropostinal terjadi ketika tidak adanya kesesuaian diantara kepala
janin dengan pelvis. Kondisi itu tidak memungkinkan fetus melewati pelvis dengan
mudah. Cephalopelvis disproportional dapat terjadi pada pelvis yang kecil dengan
ukuran kepala fetus yang normal, atau pelvis yang normal dengan fetus yang besar, atau
kombinasi antara fetus yang besar dengan pelvis yang kecil. Cephalopelvis
disproportional tidak dapat didiagnosa sebelum umur kehamilan berumur 37 minggu.
2. Power (kekuatan) – kontraktilitas uterus dan daya ekspulsif ibu.
3. Passage : Kelainan jalan lahir
Partus macet karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan karena kelainan pada
jaringan keras yang disebut tulang panggul dan kelainan pada jaringan lunak panggul.
Partus macet karena kelainan panggul atau bagian keras disebabkan oleh kesempitan
panggul. Panggul dibedakan menjadi tiga pintu yaitu pintu atas panggul, pintu tengah
panggul dan pintu bawah panggul. Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata
vera ≤ 10 cm atau diameter transversal ≤ 12 cm. Kesempitan pintu tengah panggul jika
diameter interspinarum < 9 cm dan diameter transversal ditambah dengan diameter
sagitalis posterior ≤ 13,5 cm, sedangkan pintu bawah panggul dianggap sempit jika jarak
antar tuber os iscii ≤ 8 cm. Jika jarak ini berkurang maka arkus pubis akan meruncing,
oleh karena itu besarnya arkus pubis dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu
bawah panggul. Kesempitan pintu atas panggul dapat berakibat persalinan menjadi lebih
lama akibat gangguan pembukaan dan banyak waktu yang digunakan untuk molase
kepala janin sedangkan kesempitan pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul dapat
menimbulkan gangguan putaran paksi. Partus macet karena kelainan jalan lahir lunak
disebakan oleh beberapa faktor yaitu kelainan vulva (atresia karena bawaan atau didapat
seperti radang atau trauma), kelainan vagina (atresia, sekat atau tumor), kelainan serviks
(atresia conglutination orivicii eksternii, cicatrices servik, servik kaku pada primi tua),
abnormalitas uteri dan tumor.
4. Passanger : kelainan janin
Keadaan normal presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk ubun-
ubun kecil dalam posisi transversal (saat memasuki pintu atas panggul) dan posisi
anterior (setelah melewati pintu tengah panggul), dengan presentasi tersebut kepala
janin akan masuk panggul dalam ukuran terkecilnya (sirkumferensia
suboksipitobregmitikus). Hal tersebut dicapai bila sikap kepala janin fleksi. Sikap yang
tidak normal akan menimpulkan kesulitan persalinan yang disebabkan karena diameter
kepala yang harus melalui panggul menjadi lebih besar. Berdasarkankelainannya, partus
macet karena kelainan passanger dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Kelainan presentasi janin Menurut Prawirohardjo (2016), Presentasi adalah titik
tunjuk untuk menentukan bagian terendah janin. Adapun Kelainan presentasi janin
dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
 Presentasi puncak kepala
Menurut Marmi, dkk (2016) presentasi puncak kepala atau disebut juga
presentasi sinsiput, terjadi apabila derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-
ubun besar menjadi bagian terendah. Pada umumnya presentasi puncak kepala
merupakan kedudukan sementara yang kemudian akan berubah menjadi
presentasi belakang kepala.
 Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi
maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Janin dengan presentasi
dahi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kemiringan anterior uterus,
kontraksi pelvis, polihidramnion dan abnormalitas kongenital misalnya,
anensefalus (Manuaba. 2015). Pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara
untuk kemudian dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala atau
presentasi muka, atau tetap menjadi presentasi dahi, oleh karena itu apabila
tidak terdapat gawat janin menunggu kemajuan persalinan dapat dilakukan. Bila
presentasinya tetap presentasi dahi, maka janin tidak dapatdilahirkan
pervaginam karena besarnya diameter oksipitomental yang harus melewati
panggul, maka tindakan seksio sesarea diperlukan untuk melahirkan janin
dengan presentasi dahi (Prawirahardjo, 2016).
 Presentasi muka
Menurut Cunningham, dkk (2018) presentasi muka merupakan presentasi
kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput mengenai punggung dan muka
terarah ke bawah. Penyebab presentasi muka yaitu adanya pembesaran leher
yang nyata atau lilitan tali pusat di sekitar leher dapat menyebabkan ekstensi,
janin anensefalus, panggul sempit, janin sangat besar, paritas tinggi dan perut
gantung.
 Presentasi bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya
bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Faktor resiko terjadinya presentasi
bokong adalah panggul sempit, terdapat lilitan tali pusat atau tali pusat pendek,
kelainan uterus (uterus arkuatum, uterus septum, aterus dupleks), terdapat tumor
di pelvis minor yang menggangumasuknya kepala janin ke pintu atas panggul,
plasenta previa, kehamilan ganda (Manuaba, 2015).
 Presentasi bahu
Presentasi bahu adalah janin dalam kondisi melintang di dalam uterus dengan
sumbu janin tegak lurus atau hampir tegak lurus dengan sumbu panjang ibu dan
bahu sebagai bagian terendah janin. Penyebab presentasi bahu yaitu dinding
perut yang kendur pada multipara, kesempitan panggul, plasenta previa,
prematuritas, kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatum, mioma uteri dan
kehamilan ganda (Manuaba, 2015).
b. Kelainan posisi janin
 Persisten Oksipito Posterior (POP)
Persisten Oksipito Posterior (POP) yaitu ubun-ubun kecil tidak berputar ke
depan, sehingga tetap berada di belakang disebakan karena usaha penyesuain
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Etiologi POP yaitu usaha
penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul, pada diameter
anteroposterior lebih besar dari diameter transversal pada panggul anterior,
segmen depan menyempit seperti pada panggul android, ubun-ubun kecil akan
sulit memutar ke depan, otot-otot dasar panggul lembek pada multipara atau
kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tak ada paksaan pada belakang
kepala janin untuk memutar ke depan (Manuaba, 2015).
 Deep Transverse Position (DTP)
Deep Transverse Position yaitu keadaan dimana pembukaan serviks telah
lengkap, kepala berada di dasar panggul dan sutura sagitalis melintang (Marmi,
dkk, 2016).
c. Partus macet karena kelainan janin. Beberapa kelainan janin yang dapat
menyebabkan partus macet yaitu :
 Makrosomia
Makrosomia adalah bayi lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram. Bayi
dengan makrosomia dapat disebakan karena ibu dengan penyakit diabetes
melitus, adanya keturunan penyakit diabetes melitus di keluarga, atau
multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya (Marmi, 2016).
 Hydrochepalus
Hydrochepalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam pentrikel otak
janin, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran suturasutura dan
ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya antara 500-1500
ml, akan tetapi dapat mencapai pula hingga 5 liter. Penyebab hidrosephalus
adalah tersumbatnya aliran cairan cerebro spinal (CSS) pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan tersebut terjadi dilatasi ruangan
CSS diatasnya. Hidrosephalus disebakan oleh satu dari tiga faktor yaitu
produksi CSS yang berlebihan, obstruksi jalur atau gangguan absorbsi CSS
(Manuaba, 2015).
 Kembar Siam
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal
ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna.
Kembar siam dibedakan menjadi dua yaitu dizigot (kembar yang berasal dari
dua sel telur yang dibuahi sperma) dan monozigot (kembar yang berasal dari
satu telur yang dibuahi sperma kemudian membelah menjadi dua). Pembelahan
pada kembar siam akan menentukan kondisi bayi. Masa pembelahan sel telur
terbagi menjadi empat waktu yaitu 0- 72 jam, 4-8 hari, 9-12 hari dan 13 hari
atau lebih. Pembelahan yang terjadi pada waktu 13 hari atau lebih akan
menghasilkan satu plasenta dan satu selaput ketuban serta karena waktu
pembelahannya yang kelamaan sehingga sel telur terlanjur berdempetan. Faktor
yang mempengaruhi waktu pembelahan dan mengakibatkan pembelahan tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet dikaitkan dengan infeksi, kurang
gizi dan masalah lingkungan (Yulizawati, et al 2022).

E. Komplikasi Maternal dan Neonatal Persalinan Macet


Persalinan macet yang tidak segera ditangani atau terabaikan akan menimbulkan
komplikasi maternal dan neonatal. Adapun komplikasi maternal akibat persalinan macet yaitu
ruptur uteri, perdarahan postpartum, anemia, syok, sepsis, transfusi darah, histerektomi,
ruptur dan cedera kandung kemih, fistula, laserasi perinium dan serviks, gejala sisa dasar
panggul, muskuloskeletal, genitouri, depresi postpartum dan kematian sedangkan komplikasi
pada neonatal yaitu sepsis, asfiksia, gangguan pernapasan, sindrom aspirasi mekoneum,
kejang, ikterus, janin mati dalam kandungan, kematian perinatal dan neonatal (Yuniarti,
2022).

Menurut penelitian literature review oleh Yuniarti & Ivantarina (2022) dikatakan bahwa
Durasi persalinan yang terlalu lama lebih dari 18 jam lima kali berisiko mengalami ruptur
uteri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Getachew et al (2021) bahwa
ibu yang melahirkan selama > 24 jam memiliki kemungkinan lebih besar untuk menghasilkan
kondisi ibu yang tidak menguntungkan seperti ruptur uteri. Hal ini kemungkinan disebabkan
adanya obstruksi dan kelelahan dinding rahim sehingga menyebabkan kedua dinding
miometrium dan peritoneum pecah yang dapat menyebabkan janin dikeluarkan ke dalam
rongga peritoneum. Akibatnya, komplikasi serius seperti perdarahan postpartum dapat terjadi
hingga berakibat terjadinya anemia berat, syok hemoragik, kebutuhan transfusi darah serta
menyebabkan kekurangan oksigen untuk janin berakhir asfiksia, cedera otak permanen.
Histerektomi pada akhirnya menjadi pilihan dalam penanganan ruptur uteri dan menjadi
bagian dari komplikasi maternal akibat partus macet (Mengesha et al., 2020). Selain itu
kelelahan dinding rahim menyebabkan kontraksi uterus tidak adekuat sehingga kala dua
memanjang yang berisiko 5 kali lebih tinggi mengakibatkan perdarahan postpartum, retensio
plasenta di kala tiga dan atonia uteri di kala empat persalinan (Nigussie, Girma, Molla,
Tamir, & Tilahun, 2022). Selaras dengan hasil studi ini yang juga menunjukkan bahwa
komplikasi yang terjadi pada ibu akibat partus macet yaitu retensio plasenta (Niemczyk et al.,
2022), ruptur uteri, perdarahan postpartum, anemia, syok (Desta et al., 2022) dan kematian
maternal (Ukke et al., 2017) sedangkan pada bayi yaitu asfiksia, gangguan pernapasan,
sindrom aspirasi mekoneum (Rohan, 2019), kematian perinatal dan neonatal (Niemczyk et
al., 2022). Partus macet dan kala dua memanjang berisiko menyebabkan terjadinya infeksi
pada ibu sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa partus macet
menyebabkan terjadinya korioamnionitis di antara ibu primipara dan multipara (Bako et al.,
2018; Rohan, 2019). Selain itu akibat partus macet yang dapat terjadi pada ibu yaitu sepsis
maternal (Getachew et al., 2021), infeksi postpartum (Roa et al., 2020) seperti endometritis
dan peritonitis (Rizvi & Gandotra, 2015). Pada janin yaitu infeksi (Harrison et al., 2015),
septikemia (Rizvi & Gandotra, 2015) dan sepsis neonatal (Bako et al., 2018). Beberapa
bakteri patogen seperti grup B Streptococcus (Streptococcus agalactiae), Enterococcus spp
dan Escherichia coli diketahui berhubungan dengan hasil ibu dan bayi baru lahir yang buruk
pada ibu dengan persalinan macet dibanding dengan yang tidak terpapar dengan jenis bakteri
patogen tersebut. E. coli di vagina selama persalinan macet sekitar 49%. Lebih tinggi 13-23%
dibanding kolonisasi yang terdapat pada ibu yang tidak mengalami persalinan macet. Tingkat
kolonisasi E. coli yang lebih tinggi mencerminkan adanya peningkatan jumlah pemeriksaan
vagina selama persalinan atau peningkatan kontaminasi vagina oleh bakteri anorektal sebagai
akibat dari persalinan lama atau macet. Kolonisasi bakteri vagina ibu dengan E. coli dikaitkan
dengan infeksi, septikemia, sepsis neonatal onset dini dan infeksi postpartum seperti
endometritis, peritonitis, infeksi saluran kemih, korioamnionitis hingga sepsis maternal
(Ngonzi et al., 2018). Persalinan macet dan lama berpengaruh terhadap komplikasi pada ibu
yaitu retensi urin pasca persalinan. Hal ini kemungkinan karena peningkatan volume sisa
kandung kemih pasca berkemih yang disebabkan seringnya kateterisasi kandung kemih,
pemeriksaan vagina, persalinan instrumental dan penggunaan analgesia epidural
(Stephansson et al., 2015). Persalinan macet juga mengembangkan hasil prevalensi tinggi
masalah di saluran kemih seperti cedera kandung kemih, ruptur kandung kemih, fistula
(Desta et al., 2022), stres inkontinensia urin, prolaps, gejala sisa musculoskeletal seperti
diastasis pubis dan nyeri pelvis kronik (Roa et al., 2020) serta distensi abdomen (Rizvi &
Gandotra, 2015). Penyebabnya ketika bagian presentasi janin menekan terusmenerus jaringan
jalan lahir, dasar kandung kemih, uretra atau kadang-kadang rektum sehingga menyebabkan
iskemia dan nekrosis jaringan (Swain, Parida, Jena, Das, & Das, 2020).
F. Asuhan Kebidanan Persalinan Macet
Penatalaksanaan kasus partus lama harus didasarkan pada diagnosisnya seperti fase laten
memanjang dan fase aktif memanjang.
1. Fase Laten Memanjang
Berikut ini adalah penatalaksanaan kasus partus lama dengan diagnosis fase laten
memanjang :
a) Apabila fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, maka harus
dilakukan penilaian ulang terhadap serviks.
b) Apabila tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada
gawat janin, maka mungkin pasien belum inpartu.
c) Apabila ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, maka harus
dilakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostalandin.
d) Melakukan penilaian ulang setiap 4 jam
e) Apabila didapatkan tanda-tanda infeksi seperti demam dan cairan vagina berbau
maka harus dilakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin.
f) Memberikan antibiotika kombinasi yaitu ampisilin 2 g IV setiap 6 jam ditambah
gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.
g) Apabila terjadi persalinan pervaginam, maka pemberian antibiotika pasca persalinan
harus dihentikan.
h) Apabila dilakukan SC, maka pemberian antibiotik dilanjutkan ditambah dengan
memberikan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai pasien bebas demam
selama 48 jam.
2. Fase Aktif Memanjang
Berikut ini adalah penatalaksanaan kasus partus lama dengan diagnosis fase aktif
memanjang :
a) Apabila tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelfik atau obstruksi dan ketuban
masih utuh, maka keruban dapat dipecahkan.
b) Apabila his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya kurang
dari 40 detik), maka harus dipertimbangkan kemungkinan adanya inertia uteri.
c) Apabila his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik), maka
harus dipertimbangkan mengenai kemungkinan adanya disproporsi, obstruksi,
malposisi atau malpresentasi.
d) Melakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his serta mempercepat
kemajuan persalinan. (Amellia, 2022).
Partus lama merupakan kasus yang juga sering terjadi bila pertolongannya dilakukan
bukan oleh tenaga kesehatan atau oleh tenaga kesehatan tetapi salah dalam pengelolaan
persalinannya.
Contoh asuhan kebidanan pada kasus persalinan macet :
Seorang ibu bersalin G1P0A0 Uk 38 minggu, masuk ruang bersalin tgl 1 Sept 2023 pkl
21.00 wite dengan hasil pemeriksaan TTV normal, DJJ normal, pembukaan serviks 3 cm,
porsio tebal, bagian terdahulu kepala, ketuban positif, hodge I, Moulage 0. Ibu Masuk
kala II persalinan pukul 06.00 wite tanggal 2 Sept 2023 dengan hasil pemeriksaan VT 10
cm, porsio lunak, bagian terdahulu kepala, hodge IV, ketuban negatif, Moulage 0, Ibu
mengatakan rasa ingin mengejan dan mengeluh sangat sakit dan terus menangis menahan
sakit serta mengatakan sangat mengantuk dan lelah menahan sakit semalaman. Ibu
mengejan 1 jam 50 menit, tetapi mengatakan bahwa kontraksinya tidak sekuat tadi
sebelum pecah ketuban. Kontraksi muncul hanya sebentar dan pendek-pendek.
1. Evaluasi awal
 Memantau kesehatan ibu dan kesejahteraan janin secara berkala, memastikan
semuanya dalam batas normal.
 Memantau kondisi psikologis ibu, memberikan dukungan emosional dan
memberikan semangat untuk ibu.
 Memantau tanda gejala pasti Kala 2 persalinan
 Mengajarkan ibu mengejan yang benar
2. Manajemen Partus Lama secara umum
 Anjurkan ibu untu rehidrasi oral baik makan dan minum
 Anjurkan ibu miring kiri dan istirahat sejenak di sela-sela kontraksi
 Berikan oksigen bila perlu sambil memantau TTV ibu
 Berikan semangat untuk ibu dan ajari cara mengejan yang benar
 Berikan perubahan posisi untuk ibu saat mengejan jika dia menginginkan nya
dan merasa lebih nyaman dengan posisi tersebut
3. Kolaborasi Tim Medis Lain
 Lakukan rujukan ke FKRTL terutama saat partograf melewati garis waspada
 Pasang infus jika dibutuhkan pemberian drip oksitosin saat sampai di FKRTL
DAFTAR PUSTAKA

Amellia. 2022. Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal & Neonatal. Pustaka Baru
Press : Yogyakarta
Pramaningtyas et al. 2019. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Persalinan Kala II
Memanjang. Majoryjournal. 1 (1).
Yuniarti et al. 2022. Literature Review : Komplikasi Maternal dan Neonatal Akibat
Persalinan Macet. SEHATMAS. 1 (3).
Amelia K et al. 2019. Buku Ajar Konsep Dasar Persalinan. Sidoarjo
Yulizawati et al. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Indomedia Pustaka :
Sidoarjo
Yulizawati et al. 2022. Distosia Pada Persalinan. Indomedia Pustaka : Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai