Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU BEDAH UMUM

PERSIAPAN PASIEN PRE-OPERASI

Nama Anggota Kelompok


1) Firgilius Arifandi (1809010006)
2) Brilian S. Ndun (1809010008)
3) Elisabeth Terru Leo (1809010015)
4) Leonardus E.P.C Pratama (1809010028)
5) Maria I. Amuna (1809010029)
6) Marianus Y. M. Datur (1809010037)
7) Angelica Noni Togola (1809010038)
8) Cayse. I. Dairo Lolang (1809010040)
9) Virgin B. Banunaek (1809010045)
10) Natalia Putri Melani (1809010050)
11) Teklania N. Ringgi (1809010051)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh
karena berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Persiapan Pasien Pre-Operasi”, dengan baik dan tepat
waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan Drh. Tri Utami, M.Sc selaku dosen mata kuliah Ilmu Bedah
Umum. Selain itu, untuk menambah wawasan pembaca maupun penulis
mengenai komponen penjahitan luka dan teknik penjahitan luka yang sering
digunakan dalam praktik medis veteriner.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik melalui material maupun dukungan, dalam penulisan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis berharap akan kritik dan saran yan dapat membangun untuk penulisan
berikutnya.

Kupang, 4 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata pengatar ...........................................................................................................................i
Daftar isi ...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penilaian Status Kesehatan Pasien................................................................................2
2.2 Rekam Medik................................................................................................................3
2.3 Persiapan Pasien Pre-Operasi.......................................................................................5
2.4 Posisi Rebah Pasien......................................................................................................8
BAB III PENUUPT
3.1 Simpulan ......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembedahan pada hewan dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan
keadaan normal dari gangguan atau penyakit, menyelamatkan nyawa pasien
dan menunjang diagnosis. Untuk itu sebelum dilakukan pembehadan, perlu
adanya langkah-langkah yang menunjang dan meyakinkan untuk dapat
dilakukan pembedahan. Beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum
memastikan hewan tersebut harus dioperasi, diantaranya melakukakn
penilaian kesehatan terhadap hewan tersebut dengan melihat sejarah (history
hewan), pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan laboratorium. Rekam medik
pasien sangat dibutuhkan, untuk dapat melihat kembali catatatn
perkembangna dari pasien dan juga catatan pengobatan yang sudah pernah
dilakukan, agar dapat membantu dalam penegakkan diagnosis.
Sebelum dilakukan pembedah pada hewan, perlu dilakukan juga
persiapan hewan pre-operasi unutk melihat stabilisasi hewan, pembatasan
pakan sampai pada persiapan daerah pre-operasi. Posisi rebah pasien
sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan operasi. Untuk itu, pada
makalah kali ini akan dibahas lebih lanjut terkait dengan persiapan pasien
pre-operasi dimulai dari penilaian status kesehatan hingga posisi rebah
pasien.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaiamana proses penilaian status kesehatan hewan ?
 Apa itu rekam medik terkait dengan hasil pemeriksaan fisik ?
 Bagaimana prosedur persiapan hewan pre-operasi yang perlu dilakukan ?
 Bagaimana posisi rebah pasien ketika akan dilakukan pembedahan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiwa mampu
memahami dan menjelaskan proses penilaian status kesehatan hewan, rekam
medik, prosedur persiapan hewan pre-operasi serta posisi rebah pasien ketika
akan dilakukan pembedahan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penilaian Status Kesehatan Hewan
Dalam praktik umum, dokter hewan seringkali sudah mengetahui
pasien yang akan dioperasi. Untuk itu, sangan diperlukana adanya penilaian
status kesehatan terhaadap hewan yang akan dioperasi. Penilian status
kesehatan hewan pre-operasi dapat dilihat berdasarkan :
 Sejarah Hewan
Pemeriksaan sejarah hewan diperoleh dari pemilik hewan yang
tujuannya untuk mengetahui masalah yang terjadi pada hewan.
Riwayat menyeluruh dari sang pemilik atau perawat sangat penting
untuk mengevaluasi secara akurat proses penyebab penyakit dan
mengidentifikasi kelainan lain yang mungkin mempengaruhi hasil
pembedahan. Meskipun dalam keadaan darurat, sejarah singkat pada
akhirnya harus diperoleh. Sejarah hendaknya mencakup sinyal, pola
makan, olahraga, lingkungan, problem medis di masa lalu, pengobatan
terkini (khususnya anti-radang, antimikroba, dan terapi berpotensi
bersifat nefiba atau hepatotoxik), dan bukti yang konsisten dengan
infeksi.
 Pemeriksaan Fisik
Hewan itu harus dievaluasi secara sistematis selama pemeriksaan
fisik, dan semua sistem tubuh hendaknya disertakan. Kondisi umum
binatang itu (kondisi tubuh, sikap, dan status mental) harus
diperhatikan.
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bergantung pada pemeriksaan fisik hewan
dan status kesehatan hewan. Pemeriksaan labaratorium meliputi
Penentuan hematokrit dan total protein (TP) cukup bagi hewan muda
dan sehat yang menjalani prosedur elektif (mis, ovarioektomi,
declawing) dan untuk kesehatan hewan dengan penyakit lokal.

2
Pemeriksaan biokimia dan urine yang terbatas (misalnya, blood urea
nitrogen, kreatinin, urin gravitasi tertentu).
Berikut merupakan tabel klasifikasi status fisik pada hewan (F. A.
Mann, 2011) :
Status Fisik Kondisi Pasien Contoh

1. Pasien normal dan sehat Ovariohisterektomi elektif;


orchiectomy elektif

2. Pasien dengan penyakit terlokalisasi Fraktur; ligamen cruciatum kranial


atau penyakit sistemik ringan pecah; laserasi kulit; pengangkatan
massa kulit (E: Fraktur terbuka)

3. Pasien dengan penyakit sistemik yang Gagal ginjal; demam;


parah hiperadrenokortisisme; dehidrasi;
anemia (E: perforasi gastrointestinal)

4. Pasien dengan penyakit sistemik yang Setiap kondisi yang rentan untuk
parah yang mengancam kehidupan mengembangkan respons inflamasi
sistemik; gagal jantung (E: Dilatasi
lambung-volvulus)

5. Pasien sekarat tidak diharapkan untuk Respon inflamasi sistemik yang


hidup dengan atau tanpa operasi berkembang menuju disfungsi multi
organ; trauma dengan syok
dekompensatori (E: Volvulus usus)

6. Pasien brain-dead yang organnya Saat ini tidak ada contoh hewan
dapat diambil untuk tujuan sumbangan

2.2. Rekam Medik


Rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan
lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Berkas ini merupakan
suatu berkas yang memiliki arti penting bagi pasien, dokter, tenaga kesehatan
serta rumah sakit atau klinik. Rekam medis berguna untuk menelusuri riwayat

3
medis pasien sehingga dokter bisa memberikan diagnosa dan pelayanan
medis yang tepat terhadap pasien. Catatan medis veteriner harus memenuhi
persyaratan, dan juga memastikan bahwa praktisi veteriner dapat memenuhi
persyaratan tersebut sebagai standar praktik yang sesuai.
Rekam medis veteriner adalah bukti dokumenter tentang penyakit,
perawatan, dan pengobatan hewan tersebut. Rekam medis sebagai dasar untuk
review dan evaluasi perawatan medis yang diberikan. Praktisi veteriner harus
memastikan bahwa catatan veteriner memuat informasi yang cukup jelas
mengidentifikasi hewan sebagai penatalaksanaan dan pengobatan klinis.
Catatan medis harus mencakup:
 Identifikasi klien
 Tanggal dirawat
 Identifikasi hewan
 Riwayat
 Temuan pemeriksaan fisik
 Diagnosis sementara dan akhir
 Pilihan pengobatan tersedia
 Perawatan yang diberikan, diresepkan atau disediakan
 Catatan kemajuan (untuk pasien rawat inap)
 Komunikasi dengan klien
 Formulir persetujuan
 Catatan atau laporan lain seperti: Laporan pencitraan, laporan
laboratorium, laporan nekropsi, laporan spesialis / rujukan, catatan
bedah, catatan anestesi, rekam gigi, catatan perawatan rawat inap
Sebelum melakukan prosedur bedah, dokter hewan perlu membaca
hasil rekam medis pasien agar dapat melakukan prosedur dengan baik dan
benar sesuai dengan hasil analisa pada rekam medis.

4
2.3. Persiapan Pasien Pre-Operasi
Pemilihan dan persiapan pasien bedah memerlukan perhatian pada
sejumlah pemeriksaan detail. Pasien harus selalu menerima pemeriksaan
physical, diikuti oleh pemeriksaan laboratorium yang sesuai. Sejarah yang
saksama membantu menentukan sejauh mana pemeriksaan fisik dan
laboratorium yang dibutuhkan. Memperoleh informasi pre-operasi juga
memungkinkan pembandingan status binatang itu sebelum dan sesudah
pembedahan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan pre-operasi
pada hewan diantaranya :
1) Pre-Operasi Daerah Operasi
 Stabilisasi Hewan
Stabilisasi pasien penting dilakukan sebelum operasi seakurat
mungkin. Kadang-kadang, stabilisasi tidak mungkin, dan surgical
intervensi harus dilakukan dengan cepat. Namun, menggantikan
defisit cairan dan memperbaiki asam-base dan elektrolit abnormalitis

5
sebelum induksi anestesi biasanya dapat dibenarkan. Cairan intravena
ditunjukkan untuk semua hewan yang sedang menjalani anestesi
umum dan pembedahan, termasuk hewan yang sehat yang menjalani
prosedur elektif. Perlunya antibiotik yang bersifat perioperasi
ditentukan oleh penyakit hewan itu dan prosedurnya. Rekomendasi
untuk antibiotik prophylaxis dan terapi diberikan dengan pembahasan
tentang gangguan spesifik
 Pembatasan Pakan
Pembatasan pakan pada hewan dewasa biasanya tidak diberikan pakan
atau dibiarkan berpuasa selama 6-12 jam sebelum operasi untuk
mencegah emesis dan pneumonia intraoperatif atau post-operatif. Jika
akan dilakukan operasi usus besar maka hewan dibiarkan berpuasa
selama 48 jam pre-operasi. Sedangkan pada hewan muda tidak
dibiarkan puasa terlalu lama karena dapat menyebabkan
hypoglycemia
 Ekskresi
Sebelum anestesia, hewan harus defekasi dan urinasi. Dan untuk
operasi kolon mungkin dibutuhkan enema dan pengosongan vesika
urinari secara alami atau dengan mengunakan kateter
 Perawatan Rambut
Hewan dimandikan 1 hari sebelum operasi untuk menghilangkan
rambut yang rontok, debris, parasit ekstenal. Rambut daerah operasi
harus dicukur danlLokasi pencukuran harus cukup besar untuk
mengantisipasi perpanjangan daerah insisi, kontaminasi luka,
penambahan lokasi insisi. Pencukuran dilakuan dengan menggunakan
blade 40/pisau cukur. Sedangkan jika hewan dengan rambut lebat
harus digunting terlebih dahulu dan dilakukan pencukuran dengan
berlawanan arah tumbuh rambut. Jika operasi ekstremitas atas maka
daerah ekstremitas bawah dapat diberi glove sehingga tidak perlu
dicukur. Ekstremitas bawah diletakkan di luar daerah steril operasi.

6
 Sebelum Dibawa ke Meja Operasi
Daerah insisi harus dibersihkan, Lubrikan/creme mata pada
kornea/konjunctiv, apabila hewan tersebut merupakan hewan jantan
maka preputiumnya harus dibersihkan dengan antiseptik dan kulit
dibersihkan dengan sabun antibakteri serta semua bentuk kotoran atau
minyak dihilangkan sehingga semua prosedur yang akan dilaksanakan
dalam keadaan steril.
 Posisi hewan
Daerah operasi harus dapat dijamah operator, Hewan diikat dengan
tali, Hindari penggunaan bahan yang mempengaruhi: Fungsi respirasi,
Sirkulasi perifer dan Muskuloskeletal, Alat monitor dipasangkan dan
Heating pad disediakan.
 Preparasi kulit steril
Setelah hewan diposisikan dengan tepat menggunakan spons steril
yang dipegang dengan forceps steril maka dilakukan teknik sterilisasi
yaitu: spons diusapkan dari daerah insisi (tengah-tengah) kemudian ke
perifer dengan gerakan melingkar, Spons tidak boleh diusapkan dari
perifer ke tengah, Apabila digunakan providone-iodine dan alkohol,
biasa scrubbing dilakukan 3x masing-masing 5 menit, namun metode
ini kurang efektif karena alkohol dapat mengurangi waktu kontak
iodin, efisiensi berkurang, cairan berlebih di meja/rongga tubuh.
Harus dilap dengan spons steril, Setelah providone-iodine kering,
diberi iodine 10% pada lokasi operasi 2. Apabila digunakan
chlorhexidine untuk preparasi cukup 30 detik, 2x aplikasi.
Chlorhexidine berikatan dengan keratin sehingga lebih tahan tetapi
dapat dibersihkan dengan saline.
 Drapping
Apabila akan digunakan cauter maka berikan jarak waktu antara
operasi dan preparasi agar tidak terjadi reaksi terbakar. Pada anjing
jantan apabila insisi melebihi pubis, praeputium di-klem ke satu arah

7
dengan towel clamp. Tujuan draping adalah untuk mempertahankan
daerah steril sekitar tempat insisi. Draping harus dilakukan oleh
operator setelah menggunakan atribut steril, kain diletakkan di perifer
daerah insisi, kemudian difiksasi dengan towel clamp, tidak
digerakkan berlebih karena udara yang masuk dapat membawa
partikel nonsteril. Kain di luar daerah operasi dianggap tidak steril,
Setelah kain di-clamp, tidak boleh digeser ke daerah insisi atau steril.
Kain steril terakhir dipasang 1 buah dengan menutupi seluruh meja
operasi. Lubang pada kain dipasangkan pada daerah insisi
2.4. Posisi Rebah Pasien
Penentuan posisi tergantung pada lokasi bedah yang diusulkan. Posisi
hewan saat operasi terutama pada hewan kesayangann (anjing dan kucing)
terdapat empat posisi dasar yaitu dorsal recumbency (rebah dorsal), lateral
recumbency (rebah lateral), ventral recumbency (rebah ventral) dan
modifikasi ventral recumbency (menungging).
 Dorsal recumbency (rebah dorsal)
Posisi rebah dorsal hewan saat operasi biasanya diterapkan untuk
melakukan operasi di daerah abdominal, operasi daerah servical,
operasi kastrasi, dan operasi reseksi glandula mammae. Penentuan
posisi tertentu tergantung pada prosedur yang akan dilakukan. Untuk
prosedur perut, hewan ditempatkan dalam posisi punggung telentang
dengan keempat kakinya diikat secara longgar ke meja operasi.
Beberapa tabel operasi dirancang dengan kemampuan penyesuaian
untuk membentuk V-trough. Untuk kastrasi anjing, anjing
ditempatkan dan diikat pada posisi yang sama seperti pada prosedur
abdominal

8
 Lateral recumbency (rebah lateral)
Posisi rebah lateral hewan saat operasi biasanya diterapkan untuk
melakukan operasi pada daerah mata, telinga, lumbal, operasi daerah
ginjal dan lien, operasi ovaryectomy dan untuk operasi orthopedi.
Untuk sebagian besar prosedur ortopedi, hewan ditempatkan dalam
posisi berbaring miring (Gambar 10.28). Jika tungkai kanan adalah
tempat pembedahan, hewan ditempatkan dalam posisi berbaring
lateral kiri. Jika tungkai kiri adalah fokus, hewan diposisikan dalam
posisi berbaring lateral kanan
.

 Ventral recumbency (rebah ventral)


Posisi rebah ventral hewan saat operasi biasanya diterapkan untuk
melakukan operasi pada daerah leher dan operasi laminectomy. Untuk
pendekatan ventral ke daerah cervikal (Gambar 10.26), tungkai toraks
diikat secara kaudal dengan tali, dan bantalan yang digulung
ditempatkan di bawah leher. Rahang atas dikencangkan ke meja
dengan selotip untuk menjaga simetri. Alat bantu pemosisian lateral di
sepanjang dada biasanya juga diperlukan untuk mempertahankan
posisi lurus. Untuk pendekatan punggung ke leher (Gambar 10.27),
bantalan yang digulung ditempatkan di bawah leher dan kepala diikat
dengan selotip di atas tonjolan oksipital.

9
 Modifikasi ventral recumbency (menungging)
Posisi hewan menungging saat operasi biasanya diterapkan untuk
melakukan operasi pada daerah anal, operasi pada daerah perineum,
dan operasi pada daerah vulva dan vagina. Untuk prosedur perineum
(Gambar 10.30), hewan biasanya ditempatkan dalam posisi berbaring
di bagian perut. Tungkai toraks diikat ke meja dan tungkai panggul
diikat sehingga menggantung di tepi di ujung meja. Handuk gulung
ditempatkan di antara meja dan dahan untuk bantalan. Ekor dipasang
di belakang dengan selotip. Untuk uretrostomi perineum kucing,
kucing dapat ditempatkan dalam posisi dorsal berbaring dengan
tungkai panggul ke depan untuk memfasilitasi akses ke perut jika
diperlukan uretrostomi prapubik.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penilaian status kesehatan hewan dapat dilihat berdasarkan sejarah
(history) hewan yang didapat melalui pemilik hewan tersebut, pemeriksaan
fisik dan juga pemeriksaan klinin. Klasifikasi status kesehatan hewan
meliputi : pasien normal dan sehat, pasien dengan penyakt sistemik ringan,
pasien dengan penyakit sistemik parah, pasien dengan penyakit sistemik
oarah yang dapat mengancam kehidupan, pasien yang tidak diharapkan untuk
hidup dengan atau tanpa operasi serta pasien dengan brain-dead.
Sebelum melakukan prosedur bedah, dokter hewan perlu membaca
hasil rekam medis pasien agar dapat melakukan prosedur dengan baik dan
benar sesuai dengan hasil analisa pada rekam medis. Rekam medic berisi
tentang identifikasi klien, tanggal dirawat, identifikasi hewan, riwayat,
temuan pemeriksaan fisik, diagnosis sementara dan akhir, pilihan pengobatan
tersedia, perawatan yang diberikan, diresepkan atau disediakan, catatan
kemajuan (untuk pasien rawat inap), komunikasi dengan klien, formulir
persetujuan, catatan atau laporan lain seperti: laporan pencitraan, laporan
laboratorium, laporan nekropsi, laporan spesialis atau rujukan, catatan bedah,
catatan anestesi, rekam gigi, catatan perawatan rawat inap.
Persiapan pre-operasi daerah hewan meliputi stabilisasi hewan,
pembatasan pakan, ekskresi, perawatan rambut, sebelum dibawa ke meja
opeasi, posisi hewan, preparasi kulit steril dan drapping. Penentuan posisi
tergantung pada lokasi bedah yang diusulkan. Posisi hewan saat operasi
terutama pada hewan kesayangann (anjing dan kucing) terdapat empat posisi
dasar yaitu dorsal recumbency (rebah dorsal), lateral recumbency (rebah
lateral), ventral recumbency (rebah ventral) dan modifikasi ventral
recumbency (menungging).

11
Daftar Pustaka

Amanda, M. 2014. Smaall Animal Anesthesia Techniques. UK: Wiley Blackwell


Fossum,Welch Theressa. 2013. Small Animal Surgery. St. Louis Missouri :
Elsevier
Mann, F. A., C. M. Gheorghe., Yoon. Hun Young. 2011. Fundamentals Of
Animal Surgery. UK : Wiley Blackwell

12

Anda mungkin juga menyukai