Anda di halaman 1dari 11

A.

KONSEP MEDIS
1.Definisi
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2010).
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi.
(Lakaman 2011).

2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa hal
(Smeltzer, 2012) yaitu:
1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2) Peritonitis.
3) Perdarahan saluran cerna.
4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5) Massa pada abdomen

3. Patofisiologi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2010).
Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan
darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan
usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,
kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan
respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas
kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi,
nyeri akut.(Arif Muttaqin, 2013).

4. Manifestasi klinis
1) Nyeri tekan.
2) Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3)   Kelemahan.
4) Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5) Konstipasi.
6) Mual dan muntah, anoreksia
5. Komplikasi
1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis
post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah
vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi.
2) Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens,
organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan. Untuk
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3) Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
4) Ventilasi paru tidak adekuat.
5)   Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
6) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7) Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).

6. Jenis-jenis laparatomi
1) Mid-line incision
2) Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5
cm).
3) Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4) Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian
bawah 4cm diatas anterior spinaliliaka, misalnya; pada operasi
appendictomy.  Latihan - latihan fisik seperti latihan napas dalam, latihan
batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan
alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post
operasi.(Smeltzer, 2012).

7. Indikasi
Tindakan laparatomi bisa ditegakkan atas indikasi pada klien dengan
apendiksitis, pangkreatitis, hernia, kista ovarium, kangker serviks, kangker ovarium,
kangker tuba falopi, kangker hati, kangker lambung, kangker kolon, kangker kandung
kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis, trauma abdomen, pendarahan
abdomen, massa abdomen, dll.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PRE OP. LAPARATOMI


a.    Pengkajian
1.    Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative:
a.       Umur
b.      Alergi terhadap obat, makanan
c.       Pengalaman pembedahan
d.      Pengalaman anestesi
e.       Tembakau, alcohol, obat-obatan
f.       Lingkungan
g.      Kemampuan self care
h.      Support system
2.    Pemeriksaan fisik
Pengkajian dasar preoperative dilakukan untuk :
a.    Menentukan data dasar
b.    Masalah pengobatan yang tersembunyi
c.    Potensial komplikasi berhubungan dengan anestesi
d.   Potensial komplikasi post op.
Fokus : Riwayat dan sistem tubuh yang mempengaruhi prosedur pembedahan. System
kardiovaskuler.
Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk mentoleransi pembedahan dan
anestesi.
Perubahan jantung: 39 % kematian perioperatif.
Sistem pernapasan: Lansia, smoker, PPOM, resiko atelektasis, kolap jaringan paru:.
a.     Mencegah pertukaran oksigen/CO2
b.    Intoleransi karena perubahan dalam dada dan paru.
c.    Regiditas cavum thoraks dan menurunnya ekspansi paru yaitu efisiensi ekskresi paru
terhadap anestesi menurun.

b.    Diagnosa keperawatan
1.    Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, prosedur preoperative.
2.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber
informasi.

c.    Rencana kaparawatan
1.    Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, prosedur preoperative
Tujuan: kecemasan klien menurun, menunjukkan relaksasi saat istirahat
Kriteria hasil:
a.       Pasien akan menunjukan kemampuan focus pada pengetahuan baru dan skil
b.      Identifikasi gejala sebagai indicator kecemasan sendiri
c.        Tidak menunjukan prilaku agresiv
Tindakan keperawatan
No
Intervensi
Rasional
1.
Monitor pasien tanda dan gejala insietas saat pengkajian keperawatan
Pengkajian seksama kondisi pasien dengan ansietas memungkinkan perawat membuat
priorotas perawatan
2.
Diskusikan persepsi pasien akan prosedur pembedahan, ketakutan yang berhubungan dengan
operasi
Diskusi akan persepsi dan ketakutan membuat pasien mengekspresikan diri sendiri dan
mengeksplore pengetahuannya.
3.
Berikan informasi prosedur sebelum operasi, penyakit pasien, dan persiapan operasi
Tindakan untuk menambah pengetahuan dan reduksi ansietas

4.
Diskuskan diskusi pada stressor yang mempengaruhi kondisi pasien
Focus diskusi memfasilitasi kemampuan pasien untuk menyatakan ketakutan dan perasaan
yang dirasakan dan membengun hubungan terapeutik.

2.    Kurangpengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber


informasi.
Tujuan:
a)    Klien mengatakan dan mematuhi prosedur pre-op.
b)   Mendemostrasikan teknik untuk mencegah komplikasi post-op.
Kriteria hasil: Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
Tindakan keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat, Meningkatkan penyembuhan dan
kebutuhan diet normalisasi usus.
2. Anjurkan peningkatan aktivitas bertahap sesuai Mncegah kelelahan, merangsang
tolernsi dan keseimbangan dengan periode sirkulasi dan normalisasi fungsi organ,
istirahat yang adekuat meningkatkan penyembuhan
d.   Implementasi keperawatan

Tindakan implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

e.    Evaluasi

Masalah klien dapat teratasi sebagian maupun sepenuhnya.

domen, dll.

B.            ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PRE OP. LAPARATOMI


a.    Pengkajian
1.    Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative:
a.       Umur
b.      Alergi terhadap obat, makanan
c.       Pengalaman pembedahan
d.      Pengalaman anestesi
e.       Tembakau, alcohol, obat-obatan
f.       Lingkungan
g.      Kemampuan self care
h.      Support system
2.    Pemeriksaan fisik
Pengkajian dasar preoperative dilakukan untuk :
a.    Menentukan data dasar
b.    Masalah pengobatan yang tersembunyi
c.    Potensial komplikasi berhubungan dengan anestesi
d.   Potensial komplikasi post op.
Fokus : Riwayat dan sistem tubuh yang mempengaruhi prosedur pembedahan. System
kardiovaskuler.
Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk mentoleransi pembedahan dan
anestesi.
Perubahan jantung: 39 % kematian perioperatif.
Sistem pernapasan: Lansia, smoker, PPOM, resiko atelektasis, kolap jaringan paru:.
a.     Mencegah pertukaran oksigen/CO2
b.    Intoleransi karena perubahan dalam dada dan paru.
c.    Regiditas cavum thoraks dan menurunnya ekspansi paru yaitu efisiensi ekskresi paru
terhadap anestesi menurun.

b.    Diagnosa keperawatan
1.    Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, prosedur preoperative.
2.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber
informasi.

c.    Rencana kaparawatan
1.    Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, prosedur preoperative
Tujuan: kecemasan klien menurun, menunjukkan relaksasi saat istirahat
Kriteria hasil:
a.       Pasien akan menunjukan kemampuan focus pada pengetahuan baru dan skil
b.      Identifikasi gejala sebagai indicator kecemasan sendiri
c.        Tidak menunjukan prilaku agresiv
Tindakan keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Monitor pasien tanda dan gejala insietas saat Pengkajian seksama kondisi pasien
pengkajian keperawatan dengan ansietas memungkinkan
perawat membuat priorotas perawatan
2. Diskusikan persepsi pasien akan prosedur Diskusi akan persepsi dan ketakutan
pembedahan, ketakutan yang berhubungan membuat pasien mengekspresikan diri
dengan operasi sendiri dan mengeksplore
pengetahuannya.
3. Berikan informasi prosedur sebelum operasi, Tindakan untuk menambah
penyakit pasien, dan persiapan operasi pengetahuan dan reduksi ansietas
4. Diskuskan diskusi pada stressor yang Focus diskusi memfasilitasi
mempengaruhi kondisi pasien kemampuan pasien untuk menyatakan
ketakutan dan perasaan yang dirasakan
dan membengun hubungan terapeutik.

2.    Kurangpengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber


informasi.
Tujuan:
a)    Klien mengatakan dan mematuhi prosedur pre-op.
b)   Mendemostrasikan teknik untuk mencegah komplikasi post-op.
Kriteria hasil: Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
Tindakan keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat, Meningkatkan penyembuhan dan
kebutuhan diet normalisasi usus.
2. Anjurkan peningkatan aktivitas bertahap sesuai Mncegah kelelahan, merangsang
tolernsi dan keseimbangan dengan periode sirkulasi dan normalisasi fungsi organ,
istirahat yang adekuat meningkatkan penyembuhan
d.   Implementasi keperawatan

Tindakan implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

e.    Evaluasi

Masalah klien dapat teratasi sebagian maupun sepenuhnya.

C.            ASUHAAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OP. LAPARATOMI


a.    Pengkajian
1.    Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
2.    Keluhan utama
3.    Riwayat kesehatan klien
a)    Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil sebelum
akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secara medis.
b)   Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah mengalami penyakit saluran cerna sebelumnya?
Apakah pernah dilakukan operasi pada daerah perut sebelumnya?
Tentukan riwayat konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok pasien.
Riwayat konsumsi alkohol yang rinci sangat penting.
Obat apa yang pernah dikonsumsi oleh pasien?
Pernahkah pasien mendapat terapi untuk penyakit saluran cerna, termasuk terapi yang
mungkin merupakan penyebab gejala?
c)    Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes melitus,atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu.
d)   Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan  pasien  dalam  keluarga  status emosional meningkat, interaksi meningkat, interaksi
sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak
harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-
hari.
4.    Aktivitas sehari-hari (sebelum dan selama sakit)
a.       Pola Nutrisi
b.      Pola Eliminasi
c.       Pola Personal Hygiene
d.      Pola Istirahat dan Tidur
e.       Pola Aktivitas dan Latihan
f.       Seksualitas/reproduksi
g.      Peran
h.      Persepsi diri/konsep diri
i.        Kognitif diri/konsep diri
j.        Kognitif perseptual
5.    Pemeriksaan fisik
a.         Kepala
pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau riwayat operasi.
b.        Mata
penglihatan adanya kekaburan, akibat akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II),
gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memutar bola mata
(nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan boal mata kalateral (nervus VI).
c.         Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karna terganggu pada nervus olfatorius (nervus I).
d.        Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah ) akibat kerusakan nervus vagus adanya kesulitan dalam
menelan.
e.         Dada
Inspeksi         : kesimetrisan bentuk, dan kembang kempih dada.
Palpasi           : ada tidaknya nyeri tekan dan massa.
Perkusi          : mendengar bunyi hasil perkusi.
Auskultasi     : mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.
f.         Abdomen
Inspeksi         : bentuk, ada tidaknya pembesaran.
Auskultasi     : mendengar bising usus.
Perkusi          : mendengar bunyi hasil perkusi.
Palpasi           : ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.
g.        Ekstremitas
Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 201
Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan pemeriksaan.
Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya berkurang.
Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh.
2. Diagnosa keperawatan
a.  Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan neuromuskular, ketidakseimbangan perseptual /
kognitif, peningkatan ekspansi paru, energi, obstruksi trakeobronkial.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal seperti melalui kateter, selang, jalur
normal seperti muntah.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan, perubahan sensasi.
3. Rencana keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah.
  Tujuan: Nyeri teratasi.
Kriteria Evaluasi :
1.        Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / dihilangkan.
2.        Tampak santai, dapat beristirahat / tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Tindakan keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri atau ketidaknyamanan Analisa secara seksama karekteristik nyeri
dengan skala 0 – 10. membatu diffirensial diagnosis nyeri.
Standarisasi skala nyeri menunjang
keakuratan
2. Ajarkan teknik manajemen nyeri : nafas Manajemen pengalihan fokus perhatian
dalam, guide imagery, relaksasi, visualisasi nyeri. Pendidikan pada pasien untuk
dan aktivitas terapeutik. mengurangi nyeri, setiap orang memiliki
perbedaan derajat nyeri yang dirasakan
3. Kaji secara komprehensif kondisi nyeri Laporan pasien merupakan indikator
termasuk lokasi, karakteristik, onset, durasi, terpercaya mengenai eksistensi dan
frekuensi, kuantitas atau kualitas nyeri, dan intensitas nyeri pada pasien dewasa. Baru
faktor presipitasi/pencetus. atau peningkatan nyeri memerlukan medikal
evaluasi segera.
4. Observasi secara verbal atau nonverbal Respon verbal dapat menjadi indikasi
ketidaknyamanan adanya dan derajat nyeri yang dirasakan.
Respon non verbal menampilkan kondisi
nyeri.
5. Informasikan pasien prosedur yang dapat Tindakan persiapan kondisi pasien sebelum
meningkatkan nyeri dan tawarkan koping prosedur dan membantu mpasien
adaptif. menetapkan koping sehubungan dengan
kebutuhan penanganan stres akibat nyeri.
6. Berikan analgesic, narkotika, sesuai indikasi. Menurunkan laju metabolic dan iritasi usus
karena oksin sirkulasi/local, yang membantu
menghilangkan nyeri dan meningkatkan
penyembuhan. mengontrol atau mengurangi
nyeri untuk meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kerja sama dengan aturan
terapeutik.

b.    Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.

Tujuan:

Kriteria hasil:

a.       Klien tidak mengakami infeksi

b.      Luka cepat sembuh tanpa komplikasi

Tindakan keperawatan
No. Intervensi Rasional
Mengetahui tanda awal terjadinya infeksi
1. Monitor tanda-tanda vital
perawatan luka dengan tekhnik aseptic dapat
Lakukan tehnik perawatan luka dengan mencegah berkembangbiaknya
2.
tehnik septik dan aseptik mikroorganisme penyebab infeksi
Observasi penyatuan luka, karakter drainage, mengetahui secara dini tanda infeksi atau
3. memperburuknya kondisi luka.
adanya inflmasi
dengan nutrisi yang baik dapat
4. Berikan nutrisi yang adekuat meningkatkan daya tahan tubuh
antibiotika menurunkan jumlah
mikroorganisme dan juga dapat membunuh
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika mikroorganisme dengan penggunaan secara
teratur.

c.    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan neuromuskular, ketidakseimbangan perseptual /


kognitif, peningkatan ekspansi paru, energi, obstruksi trakeobronkial.

Tujuan: Pola nafas efektif.

Kriteria hasil: Menetapkan pola nafas yang normal / efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda
hipoksia lainnya.
Tindakan keperawatan
No. Intervensi Rasional
1. Observasi frekuensi dan kedalaman Mencegah obstruksi jalan nafas.
pernafasan, perluasan rongga dada, retraksi
atau pernafasan cuping hidung.
2. Ventilasi dalam yang aktif membuka Dilakukan untuk meningkatkan atau
alveolus, mengeluarkan sekresi, mening- memaksimalkan pengambilan oksigen.
katkan pengangkutan oksigen, membuang
gas anestesi, batuk membantu pengeluaran
sekresi dari sistem pernafasan.
3. Auskultasi suara nafas. Dengarkan adanya kumur-kumur, mengi,
crow dan atau keheningan setelah ekstubasi.
d.  Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal seperti melalui kateter, selang, jalur
normal seperti muntah.
Tujuan: Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil:
Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, sebagaimana ditunjukan dengan
adanya tanda-tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik, turgor
kulit normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urine individu yang sesuai.
Tindakan keperawatan
No Intervensi Rasional
Ukur dan catat pemasukan dan
Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe
1. pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan
prosedur operasi yang dilakukan.
gastrointestinal).
Tanda-tanda haemoragik usus dan/atau
2. Pantau tanda-tanda vital. pembentukan hematoma, yang dapat
menyebabkan syok hipovalemik.
Monitor hasil laboratorium sesuai indikasi Hasil laboratorium menambah keadaan objektif
(osmolalitas urine <200mOsm/kg, dari ketidakseimbangan. Penurunan osmolalitas
3. osmolalitas serum >300 mOsm/kg, serum urine berhubungan dengan diuresis, peningkatan
sodium >145 mEq/L, peningkatan level serum osmolalitas, serum sodium dan
BUN dan hematokrit) hematokrit menunjukan hemokonsentrasi
Edema dapat terjadi karena perpindahan cairan
4. Perhatikan adanya edema berkenaan dengan penurunan kadar albumin
serum/protein.
5. Pertahankan patensi penghisapan NGT. Meningkatkan dekompresi usus untuk
menurunkan distensi atau kekuatan pada garis
jahitan dan menurunkan mual atau muntah ,
yang dapat menyrtai anastesi, manipulasi usus,
atau kondisi yang sebelumnya ada, missal
kanker.
e.   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan, perubahan sensasi.
Tujuan: Integritas kulit kembali normal
Kriteria hasil:
a)    Pasien akan menunjukan perwatan optimal kulit dan luka secara rutin
b)   Menunjukan intgritas kulit dan membrane mukosa adekuat (temperature jaringan, elastisitas,
hidrasi, pigmentasi, dan warna)
c)    Mencapai pemulihan luka tepat waktu tanpa ada komplikasi.
Tindakan keperawatan
No. Intervensi Rasional
Monitor karakteristik luka meliputi lokasi, Permulaan pengkajian yang merupakan
ada/tidaknya dan karakter eksudat, langkah awal utnuk memberikan perawatan
ada/tidaknya jaringan nekrotik, ada/tidaknya individual. Penemuan abnormal dapat menjadi
1. tanda-tanda infeksi (nyeri, bengkak, data untuk masalah dan dapat digunakan
kemerahan, peningkatan sushu, penurunan untuk pedoman perencanaan perawatan
fungsi).
Pencegahan komplikasi luka terhadap
Bersihkan dan ganti balutan (wound care)
2. luka dengan teknik steril.
kontaminasi silang dan membantu
penyembuhan luka.
Pencegahan kerusakan kulit merupakan salah
3. Minimalisir penekanan pada bagian luka. satu penanganan mudah masalah sebelum
kerusakan kulit berkembang
Pantau tanda-tanda vital dengan sering, Pasien dengan kondisi post pembedahan
perhatikan demam, takipneu, takikardi dan beresiko tinggi mengalami komplikasi.
4. gemetar. Periksa luka dengan sering Evaluasi segera dapat menjadi ukuran
terhadap bengkak insisi berlebihan, inlamasi pencegahan dan penanganan dini.
drainage.
Menurunkan imunokompentesi, ini
mempengaruhi pemulihan luka pada infeksi.
5. Berikan antibiotic sesuai indikasi
Meningkatkan vaskulitis dan fibrosis pada
jaringan penyambung, mempengaruhi

4. Implementasi keperawatan
Tindakan implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
5. Evaluasi
Tujuan evaluasi antara lain :
a.       Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
b.      Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
c.       Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d.      Mendapatkan umpan balik
e.       Sebagai tanggung jawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai