KONSEP MEDIS
1.Definisi
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2010).
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi.
(Lakaman 2011).
2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa hal
(Smeltzer, 2012) yaitu:
1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2) Peritonitis.
3) Perdarahan saluran cerna.
4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5) Massa pada abdomen
3. Patofisiologi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2010).
Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan
darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan
usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,
kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan
respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas
kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi,
nyeri akut.(Arif Muttaqin, 2013).
4. Manifestasi klinis
1) Nyeri tekan.
2) Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3) Kelemahan.
4) Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5) Konstipasi.
6) Mual dan muntah, anoreksia
5. Komplikasi
1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis
post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah
vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi.
2) Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens,
organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan. Untuk
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3) Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
4) Ventilasi paru tidak adekuat.
5) Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
6) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7) Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).
6. Jenis-jenis laparatomi
1) Mid-line incision
2) Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5
cm).
3) Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4) Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian
bawah 4cm diatas anterior spinaliliaka, misalnya; pada operasi
appendictomy. Latihan - latihan fisik seperti latihan napas dalam, latihan
batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan
alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post
operasi.(Smeltzer, 2012).
7. Indikasi
Tindakan laparatomi bisa ditegakkan atas indikasi pada klien dengan
apendiksitis, pangkreatitis, hernia, kista ovarium, kangker serviks, kangker ovarium,
kangker tuba falopi, kangker hati, kangker lambung, kangker kolon, kangker kandung
kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis, trauma abdomen, pendarahan
abdomen, massa abdomen, dll.
b. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, prosedur preoperative.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
c. Rencana kaparawatan
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, prosedur preoperative
Tujuan: kecemasan klien menurun, menunjukkan relaksasi saat istirahat
Kriteria hasil:
a. Pasien akan menunjukan kemampuan focus pada pengetahuan baru dan skil
b. Identifikasi gejala sebagai indicator kecemasan sendiri
c. Tidak menunjukan prilaku agresiv
Tindakan keperawatan
No
Intervensi
Rasional
1.
Monitor pasien tanda dan gejala insietas saat pengkajian keperawatan
Pengkajian seksama kondisi pasien dengan ansietas memungkinkan perawat membuat
priorotas perawatan
2.
Diskusikan persepsi pasien akan prosedur pembedahan, ketakutan yang berhubungan dengan
operasi
Diskusi akan persepsi dan ketakutan membuat pasien mengekspresikan diri sendiri dan
mengeksplore pengetahuannya.
3.
Berikan informasi prosedur sebelum operasi, penyakit pasien, dan persiapan operasi
Tindakan untuk menambah pengetahuan dan reduksi ansietas
4.
Diskuskan diskusi pada stressor yang mempengaruhi kondisi pasien
Focus diskusi memfasilitasi kemampuan pasien untuk menyatakan ketakutan dan perasaan
yang dirasakan dan membengun hubungan terapeutik.
e. Evaluasi
domen, dll.
b. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, prosedur preoperative.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
c. Rencana kaparawatan
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, prosedur preoperative
Tujuan: kecemasan klien menurun, menunjukkan relaksasi saat istirahat
Kriteria hasil:
a. Pasien akan menunjukan kemampuan focus pada pengetahuan baru dan skil
b. Identifikasi gejala sebagai indicator kecemasan sendiri
c. Tidak menunjukan prilaku agresiv
Tindakan keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Monitor pasien tanda dan gejala insietas saat Pengkajian seksama kondisi pasien
pengkajian keperawatan dengan ansietas memungkinkan
perawat membuat priorotas perawatan
2. Diskusikan persepsi pasien akan prosedur Diskusi akan persepsi dan ketakutan
pembedahan, ketakutan yang berhubungan membuat pasien mengekspresikan diri
dengan operasi sendiri dan mengeksplore
pengetahuannya.
3. Berikan informasi prosedur sebelum operasi, Tindakan untuk menambah
penyakit pasien, dan persiapan operasi pengetahuan dan reduksi ansietas
4. Diskuskan diskusi pada stressor yang Focus diskusi memfasilitasi
mempengaruhi kondisi pasien kemampuan pasien untuk menyatakan
ketakutan dan perasaan yang dirasakan
dan membengun hubungan terapeutik.
e. Evaluasi
Tujuan:
Kriteria hasil:
Tindakan keperawatan
No. Intervensi Rasional
Mengetahui tanda awal terjadinya infeksi
1. Monitor tanda-tanda vital
perawatan luka dengan tekhnik aseptic dapat
Lakukan tehnik perawatan luka dengan mencegah berkembangbiaknya
2.
tehnik septik dan aseptik mikroorganisme penyebab infeksi
Observasi penyatuan luka, karakter drainage, mengetahui secara dini tanda infeksi atau
3. memperburuknya kondisi luka.
adanya inflmasi
dengan nutrisi yang baik dapat
4. Berikan nutrisi yang adekuat meningkatkan daya tahan tubuh
antibiotika menurunkan jumlah
mikroorganisme dan juga dapat membunuh
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika mikroorganisme dengan penggunaan secara
teratur.
Kriteria hasil: Menetapkan pola nafas yang normal / efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda
hipoksia lainnya.
Tindakan keperawatan
No. Intervensi Rasional
1. Observasi frekuensi dan kedalaman Mencegah obstruksi jalan nafas.
pernafasan, perluasan rongga dada, retraksi
atau pernafasan cuping hidung.
2. Ventilasi dalam yang aktif membuka Dilakukan untuk meningkatkan atau
alveolus, mengeluarkan sekresi, mening- memaksimalkan pengambilan oksigen.
katkan pengangkutan oksigen, membuang
gas anestesi, batuk membantu pengeluaran
sekresi dari sistem pernafasan.
3. Auskultasi suara nafas. Dengarkan adanya kumur-kumur, mengi,
crow dan atau keheningan setelah ekstubasi.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal seperti melalui kateter, selang, jalur
normal seperti muntah.
Tujuan: Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil:
Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, sebagaimana ditunjukan dengan
adanya tanda-tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik, turgor
kulit normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urine individu yang sesuai.
Tindakan keperawatan
No Intervensi Rasional
Ukur dan catat pemasukan dan
Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe
1. pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan
prosedur operasi yang dilakukan.
gastrointestinal).
Tanda-tanda haemoragik usus dan/atau
2. Pantau tanda-tanda vital. pembentukan hematoma, yang dapat
menyebabkan syok hipovalemik.
Monitor hasil laboratorium sesuai indikasi Hasil laboratorium menambah keadaan objektif
(osmolalitas urine <200mOsm/kg, dari ketidakseimbangan. Penurunan osmolalitas
3. osmolalitas serum >300 mOsm/kg, serum urine berhubungan dengan diuresis, peningkatan
sodium >145 mEq/L, peningkatan level serum osmolalitas, serum sodium dan
BUN dan hematokrit) hematokrit menunjukan hemokonsentrasi
Edema dapat terjadi karena perpindahan cairan
4. Perhatikan adanya edema berkenaan dengan penurunan kadar albumin
serum/protein.
5. Pertahankan patensi penghisapan NGT. Meningkatkan dekompresi usus untuk
menurunkan distensi atau kekuatan pada garis
jahitan dan menurunkan mual atau muntah ,
yang dapat menyrtai anastesi, manipulasi usus,
atau kondisi yang sebelumnya ada, missal
kanker.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan, perubahan sensasi.
Tujuan: Integritas kulit kembali normal
Kriteria hasil:
a) Pasien akan menunjukan perwatan optimal kulit dan luka secara rutin
b) Menunjukan intgritas kulit dan membrane mukosa adekuat (temperature jaringan, elastisitas,
hidrasi, pigmentasi, dan warna)
c) Mencapai pemulihan luka tepat waktu tanpa ada komplikasi.
Tindakan keperawatan
No. Intervensi Rasional
Monitor karakteristik luka meliputi lokasi, Permulaan pengkajian yang merupakan
ada/tidaknya dan karakter eksudat, langkah awal utnuk memberikan perawatan
ada/tidaknya jaringan nekrotik, ada/tidaknya individual. Penemuan abnormal dapat menjadi
1. tanda-tanda infeksi (nyeri, bengkak, data untuk masalah dan dapat digunakan
kemerahan, peningkatan sushu, penurunan untuk pedoman perencanaan perawatan
fungsi).
Pencegahan komplikasi luka terhadap
Bersihkan dan ganti balutan (wound care)
2. luka dengan teknik steril.
kontaminasi silang dan membantu
penyembuhan luka.
Pencegahan kerusakan kulit merupakan salah
3. Minimalisir penekanan pada bagian luka. satu penanganan mudah masalah sebelum
kerusakan kulit berkembang
Pantau tanda-tanda vital dengan sering, Pasien dengan kondisi post pembedahan
perhatikan demam, takipneu, takikardi dan beresiko tinggi mengalami komplikasi.
4. gemetar. Periksa luka dengan sering Evaluasi segera dapat menjadi ukuran
terhadap bengkak insisi berlebihan, inlamasi pencegahan dan penanganan dini.
drainage.
Menurunkan imunokompentesi, ini
mempengaruhi pemulihan luka pada infeksi.
5. Berikan antibiotic sesuai indikasi
Meningkatkan vaskulitis dan fibrosis pada
jaringan penyambung, mempengaruhi
4. Implementasi keperawatan
Tindakan implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
5. Evaluasi
Tujuan evaluasi antara lain :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik
e. Sebagai tanggung jawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.