MAKALAH
Oleh :
Devi Ayu Anggraeni
‘130317456
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i Keperawatan maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dengan judul “ Patofisiologi,
Farmakologi Dan Terapi Diet Pada Gangguan Sistem Kegawat Daruratan”.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................5
A. Kesimpulan...............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan Kegawat Daruratan (emergency Nursing) Adalah
bagian dari keperawatan dimana perawat memberikan asuhan kepada klien
yang sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan karena sakit
atau kecelakaan (Ekawati dkk, 2018)
Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit
tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya
standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu
penanganan gawat darurat dengan respons time yang cepat dan tepat
(KepMenKes, 2009). Sebagai salah satu penyedia layanan pertolongan,
dokter dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat
agar dapat menangani kasus-kasus kegawatdaruratan (Herkutanto, 2007;
Napitupulu, 2015).
Berdasarkan hal di atas, penulis sebagai mahasiswa keperawatan
tertarik untuk membahas tentang masalah yang ada pada keperawatan
gawat darurat, yang tertuang pada judul “Patofisiologi, Farmakologi Dan
Terapi Diet Pada Gangguan Sistem Kegawat Daruratan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana patofisiologi, farmakologi dan terapi diet pada pasien
Syok?
2. Bagaimana patofisiologi, farmakologi dan terapi diet pada pasien
Trauma Dada?
3. Bagaimana patofisiologi, farmakologi dan terapi diet pada pasien
Infark Miokardium?
4. Bagaimana patofisiologi, farmakologi dan terapi diet pada pasien
Trauma Kepala?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Syock
1. Pengertian Syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika
sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolism jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung
pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan
pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini
kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka
akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang
menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme sel sehingga
seringkali menyebabkan kematian pada pasien (Jesenggar, 2016).
Suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang
menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme
jaringan. (Rupii dalam Green, 2013) Keadaan kritis akibat
kegagalan sistem sirkulasi dalam mencukupi nutrien dan oksigen
baik dari segi pasokan & pemakaian untuk metabolisme selular
jaringan tubuh sehingga terjadi defisiensi akut oksigen akut di
tingkat sekuler.(Tash Ervien S dalam Green, 2013) .
2. Patofisiologi Syok
1) Syok Hypovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan
di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat
sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi
yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering
timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan
perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal
merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering
ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat
7
3. Farmakologi Syok
1) Farmakologi Syok Hypovolemik
a. Pemberian Cairan
Jangan memberikan minum kepada
penderita yang tidak sadar, mual-mual,
muntah, atau kejang karena bahaya
terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
Jangan memberi minum kepada penderita
yang akan dioperasi atau dibius dan yang
mendapat trauma pada perut serta kepala
(otak).
Penderita hanya boleh minum bila penderita
sadar betul dan tidak ada indikasi kontra.
Pemberian minum harus dihentikan bila
penderita menjadi mual atau muntah.
Cairan intravena seperti larutan isotonik
kristaloid merupakan pilihan pertama dalam
melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler,
volume interstitial, dan intra sel. Cairan
plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang
diberikan harus seimbang dengan jumlah
13
Pemasangan drain.
Aspirasi (thoracosintesis)
Operasi (bedah thoraxis)
13) Pasang kateter foley 14) Konsul bedah syaraf bila terdapat
indikasi operasi
3) Sprain
Sprain adalah injuri dimana sebagian ligament robek,
biasanya disebabkan memutar secara mendadak dimana
sendi bergerak melebihi batas normal. Organ yang sering
terkena biasanya lutut, dan pergelangan kaki, cirri
utamanya adalah nyeri, bengkak dan kebiruan pada daerah
injuri.
Patofisiologi
Kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari
dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya
yang tidak semestinya, pemelintiran atau
mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau
25
Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam
jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio
dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih
rentan rusak dibanding orang lain. Saat pembuluh
darah pecah maka darah akan keluar dari
pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal,
menjadi Kontusio atau biru. Kontusio memang
dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah.
Faktor usia juga bisa membuat darah mudah
menggumpal. Semakin tua, fungsi pembuluh darah
ikut menurun (Hartono Satmoko dalam Nurbaeti,
2012).
2. Farmakologi Trauma Muskuloskeletal
Berikan vaksinasi tetanus dan juga antibiotik sebagai profilaksis
infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan adalah :
Generasi pertama cephalosporin (cephalotin 1 – 2 g
dibagi dosis 3 -4 kali sehari) dapat digunakan untuk
fraktur tipe I Gustilo
Aminoglikosid (antibiotik untuk gram negatif) seperti
gentamicin (120 mg dosis 2x/hari) dapat ditambahkan
untuk tipe II dan tipe III klasifikasi Gustilo.
Metronidazole (500 mg dosis 2x/hari) dapat ditambahkan
untuk mengatasi kuman anaerob.
G. Konsep Dasar Kegawatan Obstetri
1. Pengertian Kegawatan Obstetri
Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu
kondisi yang dapat mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi
selama kehamilan, ketika kelahiran bahkan saat hamil. Sangat
banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan yang bisa
mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.
Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat
27
a. Anti cemas
Golongan Benzodiazepine mula kerjanya cepat dan masa
kerjanya singkat
Alprazolam: dosis: 0,5 – 4 mg, frekuensi: 3 kali/
hari
Lorazepam: dosis: 1 – 10 mg, frekuensi: 3 kali/ hari
Diazepam: dosis 2 -15 mg, frekuensi: 3 kali/ hari
Lama pemberian: 2 - 4 minggu, karena berpotensi
menimbulkan ketergantungan
Hati2: depresi pernafasan
b. Anti depresi
Amitriptilin 75-150 mg/ hari 2-3x
Maproptilin 75-150 mg/ hari 2-3x
Sertraline 50-200 mg/ hari 1x
Fluoxetine 20-6- mg/ hari 1x
Venlavaxine 75-375 mg/ hari 1x
2. Farmakologi
a. Bebaskan jalan napas
b. Berikan oksigen 100% atau sesuai kebutuhan
c. Pasang infuse Dextrose 5% atau NaCL 0,9% dan cairan
koloid jika diperlukan
d. Pemberian antidotum Nalokso
Tanpa hipoventilasi berikan Narcan 0,4 mg IV
Dengan hipoventilasi berikan Nalokson (Narcan) 1
-2 mg IV
Jika dalam 5 menit tidak ada respon maka berikan 1
– 2 mg Narcan hingga ada respon berupa
peningkatan kesadaran, dan fungsi pernapasan
membaik
Rujuk ke ICU jika dosis Narcan telah mencapai 10
mg dan belum menunjukkan adanya perbaikan
kesadaran
Berikan 1 ampul Narcan/500 cc dalam waktu 4-6
jam mencegah terjadinya penurunan kesadaran
kembali
Observasi secara invensif tanda-tanda
vital,pernapasan, dan besarnya ukuran pupil klien
dalam 24 jam
Pasang intubasi, kateterisasi, sonde lambung serta
EKG
Puasakan klien untuk menghindari aspirasi
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi
darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism
jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor
utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah
2. Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax
ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam
atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax
akut
33
4.Trauma dada
adalah
abnormalitas
rangka dada
yang disebabkan
oleh benturan
pada
5.dinding dada
yang mengenai
tulang rangka
dada, pleura
paru-paru,
diafragma
ataupun isi
6.mediastinal baik
oleh benda tajam
35
maupun tumpul
yang dapat
menyebabkan
gangguan system
7. pernafasan.
Trauma dada
adalah masalah
utama yang
paling sering
terjadi pada
bagian
8.emergency.
Cidera pada dada
dapat mengenai
tulang-tulang
sangkar dada,
36
dada, pleura
paru-paru,
diafragma
ataupun isi
12. mediastinal baik
oleh benda tajam
maupun tumpul
yang dapat
menyebabkan
gangguan system
13. pernafasan.
Trauma dada
adalah masalah
utama yang
paling sering
38
terjadi pada
bagian
14. emergency.
Cidera pada dada
dapat mengenai
tulang-tulang
sangkar dada,
pleura dan paru-
paru,
15. diagfragma
atau organ-organ
dalam
mediastinum
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsismanto. 2018. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
Trauma Thoraks (Hemathoraks). Retrevied from (Accesed 21 Maret 2020,
Pukul 12.00 WIB)
2. Priambudi, Willy dkk. 2010. Isu dan Trend Keperawatan Gawat Darurat.
Retrevied from... (Accesed 20 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB)
3. Wardani, Ida Aju Kusuma. 2017. Manajemen Kegawat Daruratan
Psikiatri di Pelayanan Fasilitas Kesehatan Primer. Jurnal. Retrevied from
http://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/171f4c81c204ccbada
7484be66cf0150.pdf (Accesed 21 Maret 2020, Pukul 20.00 WIB)
4. Pragawati. 2014. Laporan Pendahuluan Trauma Abdomen. Retrevied from
https://id.scribd.com/doc/239777008/LP-Trauma-Abdomen (Accesed 21
Maret 2020, Pukul 21.00 WIB)
5. Ekawati dkk. 2018. Makalah Psikiatri. Retrevied from
https://id.scribd.com/document/423631224/393101022-askep-
40