Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting

untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra

penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.

Mata merupakan bagian yang sangat peka. Walaupun mata mempunyai sistem

pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak

retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih

sering mendapat trauma dari dunia luar.

Kegawatdaruratan mata adalah gangguan pada sistem penglihatan

yang dapat bersifat permanen apabila tidak ditangani segera.Tanda dan gejala

dari kegawatdaruratan mata perlu diketahui agar penegakan diagnosis dapat

dilakukan dengan cepatdan tepat. Ketepatan diagnosis dan pengobatan yang

sesuai penting dilakukan untuk mendapat prognosis terbaik. Hal yang perlu

diperhatikan untuk mendapat prognosis terbaik pada kegawatdaruratan mata

adalah penilaian keadaan umum dan kondisi mata pasien secara cepat,

penegakan diagnosis, pengembangan strategi terapi, pengobatan yang sesuai,

persiapan pasien dengan indikasi operasi, penguasaan prinsip dan prosedur

tindakan operasi kegawatdaruratan, dan konsultasi dengan profesi lain yang

1
terkait. Berbagai macam trauma pada mata merupakan keadaan

kegawatdaruratan mata.

Trauma mata merupakan salah satu masalah kesehatan dunia.

Meskipun termasuk kasus yang masih dapat dicegah, trauma mata tetapi

menjadi salah satu penyebab mortilitas, morbiditas dan disability. Trauma

dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan

rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan

penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata

memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang

lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.

Insidensi trauma mata terbuka sekitar 3.6-3.8 per 100.000 populasi di

seluruh dunia. Berdasarkan Birmingham Eye Trauma Terminology System

trauma mata terbuka dapat diklasifikasikan menjadi laserasi dan ruptur akibat

trauma bergantung pada mekanismenya. Pada laserasi, jika terdapat celah

masuknya benda dan menyebabkan adanya jaringan yang keluar dan terjadi

pada satu waktu yang sama dan disebabkan oleh faktor yang sama dikatakan

sebagai double-penetrating globe injury atau perforasi. Namun apabila hanya

satu saja tempat paparan terjadinya luka tanpa adanya bagian mata yang

menonjol keluar didefinisikan sebagai penetrating injury.Terdapat dua puncak

angka kejadian, yang pertama pada kelompok usia dewasa muda dan lainnya

pada kelompok lansia yang di atas 70 tahun dan lebih banyak terjadi pada pria

2
dibanding wanita, mungkin dapat dihubungkan dengan kepribadian atau

perilaku pria yang memiliki karakteristik lebih agresif.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari trauma benda asing dan tajam pada mata ?

2. Apa etiologi dari trauma benda asing dan tajam pada mata?

3. Bagaimana patofisiologi dari trauma benda asing dan tajam pada mata?

4. Apa saja tanda dan gejala dari trauma benda asing dan tajam pada mata?

5. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk trauma benda asing dan tajam

pada mata?

6. Apa saja komplikasi dari trauma benda asing dan tajam pada mata?

7. Bagaimana penatalaksanaan dari trauma benda asing dan tajam pada

mata?

8. Bagaimana pengkajian klien dengan trauma benda asing dan tajam pada

mata?

9. Apa saja diagnosa keperawatan pada klien dengan trauma benda asing dan

tajam pada mata?

10. Apa saja perencanaan keperawatan pada klien dengan trauma benda asing

dan tajam pada mata?

11. Bagaimana algoritma penanganan klien dengan trauma benda asing dan

tajam pada mata?

3
12. Bagaimana SOP penanganan klien dengan trauma benda asing dan tajam

pada mata?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang

manajemen asuhan keperawatan pada klien dengan kegawatan trauma

benda asing dan tajam pada mata.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, antara lain :

a. Mengetahui pengertian dari trauma benda asing dan tajam pada mata.

b. Mengetahui etiologi dari trauma benda asing dan tajam pada mata.

c. Mengetahui patofisiologi dari trauma benda asing dan tajam pada

mata.

d. Mengetahui tanda dan gejala dari trauma benda asing dan tajam pada

mata.

e. Mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk trauma benda asing dan

tajam pada mata.

f. Mengetahui komplikasi dari trauma benda asing dan tajam pada mata.

g. Mengetahui penatalaksanaan dari trauma benda asing dan tajam pada

mata.

4
h. Mengetahui pengkajian klien dengan trauma benda asing dan tajam

pada mata.

i. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan trauma benda

asing dan tajam pada mata.

j. Mengetahui perencanaan keperawatan pada klien dengan trauma

benda asing dan tajam pada mata.

k. Mengetahui algoritma penanganan klien dengan trauma benda asing

dan tajam pada mata.

l. Mengetahui SOP penanganan klien dengan trauma benda asing dan

tajam pada mata.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah Askep Gadar Neurosensori dengan judul Manajemen Asuhan

Keperawatan pada Klien dengan Kegawatan Trauma Benda Asing dan Tajam

pada Mata ini terdiri atas 3 bab pembahasan. Pada awal makalah berisi bab

pertama yang menjelaskan tentang pendahuluan, berisi mengenai latar

belakang. Lalu dilanjutkan oleh rumusan masalah yang kemudian dijawab

dalam tujuan penulisan. Adapun sistematika penulisan yang memaparkan

bagaimana tersusunnya makalah dengan judul Manajemen Asuhan

Keperawatan pada Klien dengan Kegawatan Trauma Benda Asing dan Tajam

pada Mata.

5
Selanjutnya, pada bab kedua berisi mengenai tinjauan teori yang

membahas mengenai Manajemen Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Kegawatan Trauma Benda Asing dan Tajam pada Mata secara mendetail dan

jelas, sesuai dengan tujuan awal penulisan. Kemudian diperjelas dalam Bab

terakhir yang menjelaskan penutup dengan memaparkan kesimpulan secara

ringkas pembahasan dari makalah ini.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kegawatan Trauma Benda Asing Dan Tajam Pada Mata

1. Pengertian

Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata,

saraf mata dan atau rongga orbita karena adanya benda tajam dan benda asing

yang mengenai mata dengan keras/cepat ataupun lambat. Trauma mata dapat

menimbulkan perlukaan mata dan merupakan kasus gawat darurat mata.

Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan

kebutaan bahkan kehilangan mata. Trauma benda asing dan tajam pada mata

adalah trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang masuk ke

mata dengan cepat dan keras.

2. Etiologi

Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

a. Trauma benda asing disebabkan bulu mata, debu, kuku dan partikel lewat

udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan menyebabkan

iritasi atau abrasi. Penyebab tersering pada permukaan mata adalah lensa

kontak. Lensa yang tidak terpasang dengan benar, lensa yang terpasang

terlalu lama, lensa yang tidak dilepas ketika tidur, lensa yang tidak

7
dibersihkan dan melepaskan lensa dengan sekuat tenaga bisa

menimbulkan goresan pada permukaan mata

b. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau benda

asing yang masuk ke mata seperti kaca, logam, atau partikel kayu

berkecepatan tinggi, percikan proses pengelasan, dan peluru.

3. Patofisiologi

Keutuhan struktur anatomi mata dapat terganggu karena adanya

paparan benda seperti jarum, stik, pensil, pisau, mata panah, pulpen, kaca

maupun benda asing dan tajam lainnya yang menyebabkan perlukaan pada

mata atau bisa juga karena peluru berkecepatan tinggi atau potongan logam.

Beratnya trauma bergantung pada ukuran objek, kecepatan menembus dan

kandungan yang terdapat didalamnya. Benda yang tajam seperti pisau akan

mengakibatkan laserasi sempurna pada mata. Sementara benda yang

melayang ditentukan oleh energi kinetik dalam hal menyebabkan berat

ringannya trauma yang dialami penderita.

Luka bisa saja hanya terkena pada kornea dan tidak sampai menembus

segmen anterior yang mungkin kecil kemungkinanhilang penglihatan namun

dalam proses penyembuhannya akan meninggalkan bekas (skar). Lentikular

difus atau lokalisata terjadi akibat trauma di segmen anterior yang melibatkan

kapsul anterior dari lensa. Terbentuknya traksi pada vitreo-retina dan skar

8
beberapa saat setelah terjadinya luka di bagian posterior berperan penting

terhadap kejadian lepasnya retina (retinal detachment).

Enukleasi pada mata bisa diakibatkan oleh infeksi, abses vitreous,

sinekia anterior, katarak dan fractional retinal detachment. Trauma tembus

pada salah satu mata (unilateral) dapat menyebabkan reaksi inflamasi

simpatis pada mata yang tidak terkena trauma kapanpun mulai 2 minggu

sampai hitungan tahun dimana terjadi penyakit autoimun saat pigmen uveal

dikeluarkan dan masuk aliran darah menyebabkan produksi antibodi dan

akibatnya terjadi uveitis di kedua mata baik yang terpapar trauma maupun

yang tidak. Faktor resiko akan terminimalisasi apabila jaringan mata yang

terpapar trauma ini dibuang dalam waktu 2 minggu jika tidak ada lagi bukti

untuk menyelamatkan fiingsi penglihatannya dan jika pada mata yang

terpapar trauma ini tetap berlangsung proses inflamasi.

4. Tanda dan Gejala

a. Pada benda asing mata :

1) Umumnya klien mengeluh adanya sensasi benda asing (merasa

sesuatu dimata) atau penglihatan kabur

2) Nyeri

3) Klien juga bisa mengalami epifora atau fotofobia.

4) Mata merah, perdarahan dari pembuluh darah pada permukaan mata

5) Pembengkakan mata dan kelopak mata

9
b. Benda tajam

1) Tajam penglihatan menurun.

2) Tekanan bola mata rendah.

3) Bilik mata dangkal.

4) Bentuk dan letak pupil yang berubah.

5) Terlihatnya sobekan jaringan bola mata.

6) Kerusakan jaringan didalam bola mata.

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Fisik, dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman

penglihatan menggunakan kartu Snellen dan indikator pengukur

ketajaman penglihatan lain seperti cahaya dan gerak anggota tubuh.

b. Slit lamp, digunakan untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior

bola mata.

c. Tes fluoresin, digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera

kelihatan jelas.

d. Tonometri, digunakan untuk mengetahui tekakan bola mata.

e. Pemeriksaan fundus yang didilatasikan dengan oftalmoskop indirek,

untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler.

f. Tes Seidel, untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes

ini dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan

diperiksa, kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji

10
menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat

perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan

mata.

g. Pemeriksaan CT-Scan dan USG B-scan, digunakan untuk mengetahui

posisi benda asing.

h. Electroretinography (ERG), untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi

pada retina.

i. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography, mengkaji nilai normal

tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).

j. Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop, mengkaji struktur

internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.

k. Pemeriksaan Radiologi, pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat

membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.

6. Komplikasi

a. Glaukoma → Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra

okuler di dalam bola mata sehingga lapang pandang mengalami gangguan

dan visus mata menurun.

b. Infeksi → Ini bisa terjadi apabila perawatan yang dilakukan tidak

adekuat.

c. Keratitis → Peradangan pada lapisan kornea mata.

d. Ulkus kornea → Terdapatnya luka terbuka pada lapisan kornea mata.

11
e. Katarak traumatis → Katarak yang diakibatkan karena masuknya benda

hingga ke dalam lensa.

f. Perforasi → Pecahnya bola mata akibat benda tajam ataupun komplikasi

luka terbuka pada kornea yang tidak diterapi dengan baik.

7. Penatalaksanaan

Penderita secepatnya harus periksa ke Rumah Sakit yang menyediakan

dokter spesialis mata. Sebaiknya jangan lebih dari 6 jam setelah terjadi

trauma untuk menghindari terjadinya infeksi.

a. Trauma benda asing pada mata

1) Tindakan pengobatan benda asing pada permukaan mata

Mata tersebut ditetes dengan anaestetik tetes mata. Benda yang lunak

biasanya hanya menempel saja pada permukaan mata sehingga untuk

mengeluarkannya cukup dengan kapas steril. Benda yang keras

biasanya mengakibatkan suatu luka. Pengeluarannya memakai jarum

suntik secara hati-hati untuk menghindari kemungkinan perforasi.

Setelah benda asing dikeluarkan, mata dibilas dahulu dengan larutan

garam fisiologik sampai bersih. Kemudian mata diberi tetes midriatik

ringan berupa skopolamin 0,25% atau hematropin 2% disusul dengan

anti biotik lokal. Mata ditutup dengan beban kain kasa sampai tidak

terdapat tanda-tanda erosi kornea.

12
2) Tindakan pengobatan benda asing dalam bola mata

Setiap benda di dalam bola mata merupakan sesuatu yang asing

sehingga pada dasarnya harus dikeluarkan. Hal-hal yang harus

dipertimbangkan adalah:

a) Jenis benda asing tersebut, apakah benda inert atau benda

reaktip.

b) Akibat yang timbul apabila benda tersebut tidak dikeluarkan.

c) Akibat yang timbul waktu mengeluarkan benda asing tersebut.

Apabila benda asing tersebut inert, maka haruslah dilihat apaka

benda tersebut menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu

fungsi mata atau tidak. Bila tidak menimbulkan reaksi mekanik yang

mengganggu, maka sebaiknya dibiarkan saja dan perhatian ditujukan

pada perawatan luka perforasi yang diakibatkannya. Bila benda

tersebut adalah benda reaktip, maka harus dikeluarkan.

b. Trauma benda tajam pada mata

1) Tindakan awal

a) Tindakan awal adalah tutup mata dan lakukan kompres es untuk

menurunkan perdarahan.

b) Kurangi kecemasan klien.

c) Jangan memberi pengobatan dalam bentuk apapun dan apabila

terdapat benda asing yang tertinggal sangat tidak disarankan untuk

diambil, sebaiknya mata dibebat dengan plester.

13
d) Kirim klien ke rumah sakit secepat mungkin. Jika jaringan lepas,

kirim jaringan dalam wadah yang dibungkus dengan es. Jika

benda menonjol, stabilkan sebelum dikirim. Shield temporer perlu

diberikan pada cedera karena gelas/botol/kaca, plastik tutup sprei

dan cangkir plastik.

2) Tindakan di rumah sakit

a) Pemeriksaan visus jika klien dapat membuka mata

b) Membersihkan kelopak mata

c) Pemberian antibiotik

d) Pembedahan :

 Preoperasi : karena menggunakan anastesi umum, maka klien

harus dipuasakan sebelumnya. Klien perlu diberi antibiotik

intravena, kalau perlu tetanus booster.

 Pascaoperasi: antibiotik dan pemantauan mata terhadap tanda

dan gejala infeksi serta batasi aktivitas.

B. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kegawatan Trauma Benda Asing

Dan Tajam Pada Mata

1. Pengkajian

a. Pengkajian Primer

1) Bagaimana terjadinya trauma mata

14
Tanggal, waktu dan lokasi kejadian trauma perlu dicatat. Hal

ini perlu untuk mengetahui apakah trauma ini terjadi pada waktu

seseorang sedang melakukan pekerjaan sehari-hari. Perlu juga

ditanyakan apakah alat-alat yang digunakan waktu terjadi trauma,

apakah penderita waktu menggunakan kacamata pelindung atau

tidak, kalau seandainya memakai kacamata, apakah kacamata itu

turut pecah sewaktu terjadinya trauma.

2) Menentukan obyek penyebab trauma mata.

    Menanyakan secara terperinci komposisi alat sewaktu

terjadinya trauma. Apakah alat berupa paku, pecahan besi, kawat,

pisau, jenis kayu, bambo dll. Perlu juga ditanyakan apakah alat

tersebut berupa benda tajam atau tumpul, atau ada kemungkinan

bercampurnya dengan debu dan kotoran lain.

3) Menentukan lokasi kerusakan intra okuler.

Untuk menentukan lokasi kerusakan pada mata, perlu diketahui

jarak dan arah penyebabnya trauma mata, posisi kepala, dan arah

penderita melihat pada waktu terjadi trauma.

4) Menetukan kesanggupan sebelum trauma.

Pada pengkajian ditanyakan apakah ada penyakit mata

sebelumnya, atau operasi mata sebelum terjadi trauma pada kedua

matanya. Perlu ditanyakan apakah perubahan visus terjadi secara

15
tiba-tiba atau secara berangsur-angsur sebagai akibat ablasio retina,

atau vitrium hemorrage

b. Pengkajian Sekunder

1) Identitas pasien meliputi nama, usia (dapat terjadi pada semua usia),

pekerjaan, jenis kelamin (kejadian lebih banyak pada laki-laki

daripada wanita).

2) Keluhan utama

Klien biasanya mengeluh adanya penurunan penglihatan, nyeri pada

mata, danketerbatasan gerak mata.

3) Riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat penyakit yang mungkin diderita klien seperti

DM yang dapat menyebabkan infeksi yang pada mata sulit sembuh.

4) Riwayat penyakit sekarang

Yang perlu dikaji adalah jenis trauma, bahan yang menyebabkan

trauma, lama terkena trauma, dan tindakan apa yang sudah dilakukan

pada saat trauma terjadi dan sebelum dibawa ke RS.

5) Riwayat psikososial

Pada umumnya klien mengalami berbagai derajat ansietas, gangguan

konsep diri dan ketakutan akan terjadinya kecacatan mata, gangguan

penglihatan yang menetap atau mungkin kebutaan. Klien juga dapat

mengalami gangguan interaksi sosial.

c. Pemeriksaan fisik

16
1) Keadaan Umum

Klien dengan trauma mekanik tajam kondisinya lemah, nyeri pada

mata, kesadaran composmentis.

2) Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital seperti tekanan darahnya akan meningkat ndainya

cepat akibat cemas dan kurang istirahat.

3) Kepala dan Rambut

Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, warna dan distribusi rambut

serta kulit kepala apa ada moca, pembengkakan, nyeri tekan, keadaan

tengkorak dan kulit kepala.

4) Mata

Inspeksi gerakan mata, kelopak mata yaitu bentuk, keadaan kulit dan

pertumbuhan rambut, konjungtiva dan sclera yaitu kemerahan.

Kemungkinan adanya perdarahan pada bilik mata.

5) Telinga

Mengamati telinga luar, bentuk, warna, lesi, dan adanya massa,

palpasi kartilago telinga luar adanya nyeri, pintu masuk lubang teliga

adanya peradangan, perdarahan/ kotoran.

6) Hidung

Inspeksi bentuk tulang hidung, warna kulit hidung, pembengkakan,

kesimetrisan lubang hidung, palpasi adanya nyeri tekan tulang

hidung.

17
7) Mulut

Amati bibir, warna bibir, trauma, lesi dan massa, gigi dan gusi,

kebersiahan mulut dan ulkus lidah.

8) Tengkuk

Amati adanya kaku kuduk dan palpasi nyeri tekan.

9) Thorak dan abodemen

Thorak: inspeksi postur, bentuk dan kesimetrisan ekspansi serta

keadaan kult, palpasi dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan

kesimetrisan ekspansi.

10) Abdomen: memeriksa bentuk, luka, umbilikus, palpasi nyeri tekan,

adanya retraksi, auskultasi bising usus.

11) Ekstremitas

Memeriksa ukuran otot, adanya kontraktur, tremor, tonus otot, odem,

nyeri tekan, krepitasi.

12) Genetalia

Mengkaji buang air kecil, frekuensi, adanya kelainan warna urine dan

bau.

d. Pemeriksaan khusus pada mata :

1) Visus (menurun atau tidak ada)

2) Gerakan bola mata (terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian

pergerakan bola mata)

18
3) Adanya perdarahan, perubahan struktur konjugtiva, warna, dan

memar.

4) Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita.

5) Pelebaran pembuluh darah perikornea.

6) Hifema.

7) Robek kornea

8) Perdarahan dari orbita.

9) Blefarospasme.

10) Pupul tidak beraksi terhadap cahaya, struktur pupil robek.

11) Tes fluoresens positif.

12) Edema kornea.

13) Nekrosis konjugtiva/sklera.

14) Katarak.

e. Data Penunjang Lain

1. Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral

mungkin mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea,

vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina.

1) Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/

massa, trauma, arteri cerebral yang patologis atau karena adanya

kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma.

2) Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal

tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).

19
3) Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur

internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik (D.0077)

b. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan Pengelihatan (D.0085)

c. Risiko Infeksi (D.0142)

d. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi (D.0111)

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1 Nyeri Akut b.d Agen Tingkat Nyeri (L. 08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan intervensi
pencedera fisik
1. Observasi
keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan tingkat nyeri
- lokasi, karakteristik, durasi,
menurun dan kontrol nyeri
frekuensi, kualitas,
meningkat dengan kriteria
intensitas nyeri
hasil :
- Identifikasi skala nyeri
1. Tidak mengeluh nyeri
- Identifikasi respon nyeri
2. Tidak meringis non verbal
- Identifikasi faktor yang
3. Kemampuan mengenali
memperberat dan
penyebab nyeri
memperingan nyeri
meningkat
2. Terapeutik
4. Kemampuan
menggunakan teknik non - Berikan teknik

20
farmakologis meningkat
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur

3. Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan Persepsi Sensori Persepsi Sensori (L.09083) Minimalisasi Rasangsangan

21
b.d Gangguan Pengelihatan Setelah dilakukan intervensi (I.08241)
keperawatan selama … x ...
jam persepsi sensori 1. Observasi
membaik. Dengan kriteria
hasil: - Periksa status mental, status
1. Verbalisasi melihat sensori, dan tingkat
bayangan meningkat kenyamanan (mis. nyeri,
kelelahan)

2. Terapeutik

- Diskusikan tingkat toleransi


terhadap beban sensori
(mis. bising, terlalu terang)
- Batasi stimulus lingkungan
(mis. cahaya, suara,
aktivitas)
- Jadwalkan aktivitas harian
dan waktu istirahat
- Kombinasikan
prosedur/tindakan dalam
satu waktu, sesuai
kebutuhan

3. Edukasi

- Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
(mis. mengatur

22
pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)

4. Kolaborasi

- Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
- Kolaborasi pemberian obat
yang mempengaruhi
persepsi stimulus

3. Risiko Infeksi Tingkat infeksi (L. 14137) Pencegahan Infeksi


Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi:
keperawatan selama … x ...
- Monitor tanda gejala infeksi
jam derajat infeksi menurun,
lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil :
1. Tidak ada kemerahan
2. Terapeutik
2. Nyeri menurun
- Batasi jumlah pengunjung
3. Tidak mengalami - Berikan perawatan kulit
gangguan kognitif pada daerah edeme
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknik aseptik

23
pada pasien berisiko tinggi

3. Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala


infeksi
- Ajarkan cara memeriksa
luka
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

4 Defisit Pengetahuan b.d Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan


(L.12111) 1. Observasi:
Kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi kesiapan dan
keperawatan selama … x ... kemampuan menerima
jam tingkat pengetahuan informasi
meningkat, dengan kriteria - Identifikasi faktor-faktor
hasil : yang dapat meningkatkan
1. Perilaku sesuai anjuran dan menurunkan motivasi
meningkat perilaku perilaku hidup
2. Kemampuan menjelaskan bersih dan sehat
pengetahuan suatu topik
meningkat 2. Terapeutik:

3. Persepsi yang keliru - Sediaakan materi dan media


terhadap masalah pendidikan kesehatan
menurun - Jadwalkan pendidikan
4. Menjalani pemeriksaan kesehatan sesuai
yang tidak tepat menurun kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk

24
bertanya

3. Edukasi

- Jelaskan faktor risiko yang


dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

C. Algoritma Penanganan Trauma Benda Asing/Tajam Pada Mata

ALGORITMA TRAUMA MATA

25
D. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Trauma Benda Asing

Dan Tajam Pada Mata

POLITEKNI Standar Operasional Prosedur (SOP)


K Penatalaksanaan Trauma Tajam

26
KESEHATAN dan Benda Asing Pada Mata
Definisi :
KEMENKES
Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata,
KALTIM
kelopak mata, saraf mata dan atau rongga orbita karena
adanya benda tajam dan benda asing yang mengenai mata
dengan keras/cepat ataupun lambat.
Tujuan :
Jl. Wolter
Mencegah kerusakan lanjut pada mata
Monginsidi No. Anamnesis :
38 Samarinda Trauma tembus pada mata dapat diakibatkan oleh benda
tajam atau benda asing lainnya yang mengakibatkan
terjadinya robekan jaringan mata secara berurutan, misalnya
mulai dari palpebra, kornea, uvula, sampai mengenai lensa.
Pemeriksaan :
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing lainnya
yang masuk kedalam bola mata akan mengakibatkan tanda-tanda
bola mata tembus seperti :
 Tajam penglihatan yang menurun
 Tekanan bola mata yang rendah
 Bilik mata dangkal
 Bentuk dan letak pupil yang berubah
 Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sclera
 Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa,
badan kaca atau retina
 Konjungtivis kemotis
Prosedur Tindakan :
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Menempatkan alat di dekat klien
3. Mencuci tangan
B. Tatalaksana Trauma Mata

27
1. Anamnesis berapa lama, macam kecelakaan dan tindakan yang telah
diambil
2. Memberikan tetes mata anestetik
3. Membuka mata dengan tidak menekan bola mata, Tarik kelopak
mata keatas dengan jari tetap menempel tepi tulang orbita.
Pada Trauma Tajam/Benda Asing
1. Pemberian antibiotik spektrum luas
2. Pemberian obat sedasi dan analgetik sesuai indikasi
3. Pemberian toksoid tetanus
4. Pengangkatan benda asing, jika tidak berhasil maka dilakukan
tindakan pembedahan untuk penanganan lebih lanjut
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar pemeriksaan
Evaluasi :
Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum, selama dan sesudah
prosedur
Dokumentasi :
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur
2. Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, selama dan sesudah
prosedur
Referensi :
1. Agus P, dkk. 2000. Kedaruratan Medik. Jakarta Pusat: Binarupa Aksara
2. Sidarta, Ilyas. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

28
3. Vaughan D, Asbury J. 2013. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC

E. Telaah Jurnal Evidence Based Nursing (EBN)

1. Kasus Trauma Benda Asing pada Kornea

Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang dengan keluhan sensasi benda

asing pada mata kanannya. Keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu

ketika pasien sedang memotong besi dengan gurinda dan serpih-an besi

terpancar ke mata. Kejadian ini disertai dengan rasa nyeri berskala 7

dari 10, mata menjadi merah namun tidak terdapat penurunan tajam

penglihatan. Segera setelah kejadian itu, pasien langsung mencuci mata

dengan menggunakan air keran dan menggunakan tetes mata

kombinasi dexamethasone, neomycin sulphate,dan polymyxin B sulphate.

Kemudian pasien berobat ke RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Pasien bekerja sebagai pekerja las yang kesehariannya menggunakan alat

pelindung diri tetapi pada saat kejadian, pasien tidak menggunakan alat

pelindung mata karena merasa hanya melakukan pemotongan besi sementara

saja. Pasien belum pernah mengalami kejadian serupa dan belum pernah

memiliki keluhan pandangan kabur ataupun penggunaan kacamata

sebelumnya. Pada pemeriksaan visus didapatkan tajam penglihatan mata

kanan 6/9 dan mata kiri 6/6. Pada pemeriksaan oftalmologi mata kanan

didapatkan blefarospasme dan lakrimasi. Pada pemeriksaan dengan

slitlampdidapatkan serpihan benda asing dengan ukuran sekitar 0,5x0,5

29
mm dalam kornea mata kanan diarah jam 8 antara regio parasentral dan

perifer kornea sekitar 1/3 ketebalan storma anterior. Bilik mata depan,

iris mata, reflekspupil,dan lensa mata dalam batas normal dan tidak

terdapat tanda-tanda kerusakan. Pemeriksaan pada mata kiri pasien

dalam batas normal. Benda asing di kornea dikeluarkan secara lembut

di depan slit lamp dengan menggunakan jarum spuit berukuran 25G

dananestesi topikal pantocaine 0,5%. Pengangkatan benda asing

menyisakan ulkus 1/3 tebal stroma kornea pasca tindakan. Pasien diberikan

gentamycin salep mata dan dilakukan eye patching yang digunakan selama

transportasi ke rumah pasien. Pasien diberikan gentamycin salep mata

tiga kali sehari untuk mata kanan sebagai pengobatan selama di rumah.

Satu hari setelah pengangkatan benda asing, pasien datang untuk kontrol.

Hasil pemeriksaan menunjukkan tajam penglihatan mata kanan 6/7,5

dan mata kiri 6/6. Blefarospasme menghilang dan lakrimasi minimal.

Pada pemeriksaan dengan slit lamp didapatkan ulkus kornea berukuran

<0,5x0,5 mm pada kornea mata kanan diarah jam 8antara regio

parasentral dan perifer kornea sekitar <1/3 ketebalan stroma anterior

yang telah terepitelisasi

2. Pembahasan

Hasil pemeriksaan oftalmologi didapatkan penurunan tajam

penglihatan. Pasien tidak memiliki riwayat keluhan pandangan kabur

30
ataupun penggunaan kacamata sebelumnya. Jika dilihat dari aksis

visual pasien, posisi benda asing tidak sepenuhnya menutupi jalan cahaya,

akan tetapi investasi benda asing di kornea mata dapat mengakibatkan

perubahan struktur kornea mata yang dapat mengakibatkan perubahan

indeks refraksi kornea. Selain itu, perubahan indeks refrasi dari matriks

ekstrafibriler dapat mengakibatkan terjadi-nya light scattering. Indeks

refraksi kornea berbeda-beda pada tiap lapisannya. Epitel kornea memiliki

indeks refraksi 1,40 (SD±0,005), stroma 1,380 (SD±0,005), dan permukaan

posterior 1,373 (SD ±0,001). Tindakan yang dilakukan pada pasien ini ialah

pengangkatan benda asing meng-gunakan jarum 25G dengan sebelumnya

di berikan tetes mata anestesi lokal Pantocaine 0,5% sebanyak 1 tetes di

depan slit lamp. Setelah tindakan, pasien diberikan salepmata Gentamycin

sebagai profilaksis terhadap risiko infeksi patogen. Profilaksis dapat berupa

salep mata, tetes mata,atau kombinasi dari kedua terapi. Pasien juga

diberikan eye patchingyang bertujuan untuk melindungi mata dari benda

asing dan patogen selama dalam perjalanan pulang. Pasien dianjurkan

untuk membuka eye patching ketika telah berada di rumah. Penggunaan eye

patching cende-\rung memiliki waktu penyembuhan yang lebih lambat

dibandingkan tanpa eye patching. Penggunaan eye patching juga membuat

pasien harus melihatdengan satu mata yang akan memengaruhi depth

perception pada penglihatan tiga dimensi yang dapat meningkatkan risiko

tertabrak atau jatuh ketika berjalan atau naik turunanak tanga. Selain itu,

31
penggunaan eye patchingjuga dapat berisiko terciptanya lingkungan

lembab dan hangat yang men-dukung pertumbuhan bakteri. Pemeriksaan

oftalmologi satu hari setelah tindakan didapatkan perbaikan tajam

penglihatan menjadi 6/7,5dari yang sebelumnya 6/9. Blefarospasme sudah

menghilang, dan pasien tidak merasakan nyerilagi. Epitel kornea sudah

terbentuk pada ulkus akibat sisa pengangkatan benda asing sehari

sebelumnya.

BAB III

PENUTUP

32
A. KESIMPULAN

Trauma benda asing dan tajam pada mata adalah trauma pada mata akibat

benda tajam atau benda asing yang masuk ke mata dengan cepat dan keras.

Trauma benda asing disebabkan bulu mata, debu, kuku dan partikel lewat udara

dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan menyebabkan iritasi atau

abrasi. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau benda

asing yang masuk ke mata seperti kaca, logam., Ulkus kornea, Katarak traumatis

dan Perforasi. Penderita yang mengalami trauma mata secepatnya harus periksa

ke Rumah Sakit yang menyediakan dokter spesialis mata. Sebaiknya jangan lebih

dari 6 jam setelah terjadi trauma untuk menghindari terjadinya infeksi.

B. SARAN

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam melakukan asuhan keperawatan,

perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien

trauma mata. Dalam rangka mengatasi masalah resiko gangguan penglihatan

pada klien trauma tajam dan benda asing pad mata maka tugas perawat yang

utama adalah sering mengobservasi kebutuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Agus P, dkk. 2000. Kedaruratan Medik. Jakarta Pusat: Binarupa Aksara

Akbar, Muhammad; et all. 2019. Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palbebra

33
Inferior Et Causing By A Fishing Hook. Jurnal Medical Profession Vol. 1.

Hung Kuo Hsuan, Yang Chang Sue.,et al. 2011. Management of Double-Penetrating

Ocular Injury with Retained Intraorbital Metallic Foreign Body. Journal of

The Chinese Medical Association 2011;74:525.

Muswinda, Putri. 2014. Konsep Trauma Mata. Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

Universitas Nahdlatul Ulama : Surabaya.

Ozil. 2018. Asuhan Keperawatan Trauma Mata. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah.

Permatasari Syaefullah, Sufia. 2019. Kegawatdaruratan Mata Akibat Trauma

Mekanik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran : Bandung.

Rahmawati Lubis, Rodiah. 2014. Trauma Tembus Pada Mata. Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara : Medan.

Ratri, Katharina. 2019. Hubungan Trauma Mekanik pada Mata Terhadap Tajam

Penglihatan Hasil Koreksi Terbaik Pasien Di RSUD DR. Soetomo Surabaya.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga: Surabaya.

Sidarta, Ilyas. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi

1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Edisi 1. Jakarta : PPNI

Vaughan D, Asbury J. 2013. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC

34

Anda mungkin juga menyukai