Disusun Oleh :
Albarry Muqowwy Rahmawati Paonganan
Mega Sri M Robi Kustiawan
Novi Rohmawati Syindi Devi W
Nur Khalifah Tilka Asyaratun K
Nurul Munawarah Handri Vias A
Strangulasi atau gangguan aliran darah pada organ, seperti pada torsio testis,
priapismus, parafimosis. Strangulasi biasanya ditandai dengan kondisi dengan nyeri
hebat. Jika sudah mengalami strangulasi biasanya tindakan atau penanganannya yaitu
operatif yang harus segera dilakukan. Strangulasi pada urogenital biasanya juga
sangat jarang ditemui.
1. Torsio testis
a. Pengertian
Torsio testis adalah kondisi terpuntirnya funiculus sprematikus yang
berakibat terjadinya gangguan alirah darah pada testis. Keadaan ini diderita
oleh 1 diantara 4000 ribu pria yang berumur kurang dari 25 tahun,dan paling
banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Disamping itu
tidak jarang janin yang masih berada dalam uterus atau bayi baru lahir
menderita torsio testis yang tidak terdiagnosa sehinggan mengakibatkan
kehilangan testis baik unilateral maupun bilateral.
b. Penyebab
Penyebab pasti torsio testis masih belum diketahui secara jelas. Meski begitu,
ada sejumlah faktor yang diduga membuat seorang laki-laki lebih berisiko
mengalami torsio testis, yaitu:
1) Berusia antara 12-16 tahun.
2) Pernah menderita torsio testis.
3) Memiliki ayah atau saudara yang pernah mengalami torsio testis.
4) Pernah mengalami cedera pada area kelamin, misalnya akibat kecelakaan
atau saat berolahraga.
c. Tanda dan gejala
1) Pasien mengeluh nyeri hebat didaerah skrotum yang sifatnya mendadak
dan diikuti pembekakan pada testis. Keadaan ini dikenal sebagai akut
skrotum
2) Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut bagian bawah sehingga
jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut
3) Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah,rewel atau tidak mau
menyusu
4) Pada pemeriksaan fisik testis membengkak
5) Letaknya lebih tinggi (design sign)
6) Lebih horizontal daripada testis sisi kontralateral (angel sign)
7) Kadang pada torsio testis yang baru terjadi dapat diraba adanya lilitan atau
penebalan funiculus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai
dengan demam
8) Pemeriksaan penunjang yang dapat membedakan torsio testis dengan
keadaan skrotum lainnya adalah dengan memakai stetoskop doppler,USG
doppler dan yang kesemuanya bertujuan menilai aliran darah ke testis.
9) Pada torsio testis tidak didapatkan aliran darah ke testis sedangkan ada
peradangan akut testis, terjadi peningkatan aliran darah ke testis.
d. Pathofisiologi
Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekat
dan menjauhi rongga abdomen guna mempertahankan suhu ideal untuk
testis.
Adanya kelainan penyangga testis menyebabkan testis dapat mengalami
torsio jika bergerak secara berlebihan
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan pergerakan yang berlebihan
antara lain adalah perubahan suhu yang mendadak, ketakutan, latihanfisik
yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi atau trauma
yang mengenai skrotum.
Terpuntirnya funiculus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah
testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema testis dan iskemia yang
akhirnya testis akan menjadi nekrosis.
e. Tindakan
1) Detorsi Manual
Detorsi Manual adalah mengembalikan posisitestis ke asalnya,
yaitu dengan memutar testis kearah berlawanan dengan arah torsio.
Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar
testis kearah lateral terlebih dahulu, bila tidak terjadi perubahan dilakukan
pemutaran ke arah sebaliknya.
Hilanganya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah
berhasil,jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan
2) Operasi
Tindakan operasi ditujukan untuk mengembalikan posisi testis
pada arah yang benar dan setelah itu dilakukan penilaian viabilitas testis
yang mengalami torsio. Jika testis masih viable dilakukan ordopeksi
(fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian dilanjutkan ordopeksi pada
testis kontralateral.
2. Parafimosis
a. Pengertian
Parafimosis adalah preputium penis yang diretraksi sampai sulkus
koronarius dan tidak dapat dikembalikan pada kondisi semula sehingga timbul
jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius.
Retraksi preputium kearah proksimal biasanya dilakukan saat
bersenggama atau masturbasi atau setelah dilakukan pemasangan kateter. Jika
preputium tidak secepatnya dikembalikan ke tempat semula, dapat
menyebabkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran arteri
berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis dan terasa nyeri.
Jika dibiarkan bagian penis di bagian distal jeratan makin membengkak yang
akhirnya dapat mengalami nekrosis glans penis.
b. Penyebab
Parafimosis biasanya terjadi ketika kulup penis tidak bisa kembali ketika
diperiksa atau setelah melakukan suatu prosedur. Penyebab lain meliputi:
1) Infeksi
2) Trauma fisik pada area genital
3) Memiliki kulup penis yang lebih ketat daripada normal
4) Menarik kulup penis ke belakang dengan kasar
5) Membiarkan kulup penis tertarik ke belakang dalam jangka waktu cukup
lama
c. Gejala
Gejala parafimosis yang sering dikeluhkan penderitanya meliputi:
d. Tindakan
1) Preputium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan cara
memijat glans selama 3-5 menit,diharapkan edema berkurang dan secara
perlahan-lahan preputium dikembalikan pada tempatnya
2) Jika usaha ini tidak berhasil dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga
reputium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses
inflamasi menghilang, pasien dianjurkan untuk dilakukan sirkumsisi.
e. Komplikasi Parafimosi
Komplikasi serius dapat terjadi jika parafimosis tidak segera ditangani.
Komplikasi muncul akibat gangguan aliran darah dan oksigen ke kepala penis.
Komplikasi tersebut meliputi:
f. Pencegahan Parafimosis
Selain dengan sunat, menjaga kebersihan penis merupakan cara utama
dalam mencegah kondisi seperti parafimosis. Langkah-langkah sederhana
yang bisa dilakukan meliputi:
3. Priapismus
a. Pengertian
Priapismus adalah ereksi penis yang berkepanjangan tanpa diikuti
dengan hasrat seksual dan sering disertai dengan rasa nyeri. Priapismus adalah
ereksi penis yang berkepanjangan (lebih dari 4 jam) tanpa diikuti dengan
hasrat seksual dan sering disertai dengan rasa nyeri. Istilah priapismus berasal
dari kata Yunani priapus yaitu nama dewa kejantanan pada Yunani kuno.
Priapismus merupakan salah satu kedaruratan di bidang urologi karena jika
tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kecacatan yang
menetap berupa disfungsi ereksi (DE) (Brant, et.al., 2007).
b. Etiologi
Menurut etiologinya priapismus dibedakan dalam 2 kategori yaitu priapismus
primer dan sekunder. Priapismus sekunder dapat disebabkan oleh:
1) Kelainan pembekuan darah
2) Trauma paraperineum atau genetalia
3) Gangguan neurogenik (pengaruh anestesi regional atau paraplegia)
4) Penyakit keganasan
5) Pemakaian obat-obatan tertentu (alcohol, psikotropika)
6) Pasca injeksi intravernosa dengan zat vasoaktif
c. Klasifikasi
Ereksi penis yang berkepanjangan pada priapismus dapat terjadi karena :
d. Manajemen Tatalaksana
Tatalaksana tipe iskemik harus dilakukan dalam waktu 4 jam (setelah
72 jam biasanya jaringan ireversibel dan menyebabkan DE permanen), dapat
dicoba (walaupun tidak ada bukti klinis yang jelas) dengan kompress es di
perineum, olah raga,ejakulasi, enema air dingin pada non iskemik, namun
pada tipe iskemik, maka harus dilakukan tindakan segera berupa:
Aspirasi darah (teknik non operatif) pada corpora penis (menggunakan
abocath 16-18Fr pada arah 10 dan 2, menjauhi kompleks neuravaskular
bundle di arah jam 12 dan urethra di arah jam 6), aspirasi hingga ditemukan
darah merah terang. Proses ini dapat disertai irigasi Nacl 0.9% di dalam
korpora penis, dan pemberian injeksi cavernosa penis dengan phenileprin 200
ng per 3-5 menit (max 1mg/jam) yaitu suatu obat alfa-1 adrenergic selektif
yang bekerja pada reseptor alfa di pembuluh darah dan menyebabkan
vasokontriksi, dengan harapan dapat terjadi detumescence penis. Teknik ini
dapat digunakan pada kasus tipe iskemik atau non iskemik (Sung & Moon,
2013).
Terapi pilihan lain dengan teknik operatif. Intervensi bedah, harus
segera dilakukan setelah manajemen konservatif gagal setelah 1 jam
dilakukan (tanda kegagalan adalah masih adanya kerasnya korpus yang
berkelanjutan, nyeri persisten, asidosis korpus, anoxia, glukopenia berat, dan
absennya aliran darah di korpus pada dopler US, serta terus meningkatnya
tekanan intra korporal. Teknik yang digunakan berupa penile shunt yang
terbagi menjadi 4 yaitu: (Sung & Moon, 2013)