TESTIS
• Pada masa janin dan neonatus, lapisan parietal yang menempel pada
muskulus dartos masih belum banyak jaringan penyanggahnya
sehingga testis, epididymis dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak
dan memungkinkan untuk terpluntir pada sumbu funiculus
spermatikus
Torsio testis adalah terpluntirnya funiculus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah
pada testis. Adanya kelainan system penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika
bergerak secara berlebihan.
Beberapa keadaan yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu antara lain :
3. Batuk
5. Defekasi
Terpluntirnya funiculus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga testis mengalami
hipoksia, edema testis, dan iskemia. Pada akhirnya testis akan mengalami nekrosis.
KLINIS
• Pembengkakan pada testis dimana letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal
daripada testis sisi kontralateral
Detorsi Manual
• Mengembalikan posisi testis ke asalnya yaitu dengan jalan memutar testis ke arah
berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke arah medial maka
dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu, kemudia jika tidak terjadi
perubahan dicoba detorsi ke arah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi
menandakan bahwa detorsi telah berhasil.
Operasi
• Tindakan operasi bertujuan untuk mengembalikan posisi testis pada arah yang
benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian viabilitas testis yang
mengalami torsio, mungkin masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis.
• Jika testis masih viable, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos
kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.
• Priapismus sekunder :
1. Gangguan mekanisme outflow sehingga darah tidak dapat keluar dari jaringan
erektil atau
2. Adanya peningkatan inflow aliran darah arteriel yang masuk ke jaringan erektil
Tabel Perbedaan Priapismus Iskemik dan Non Iskemik
Low Flow (iskemik )– Veno Oklusif High Flow ( non iskemik ) - Arteriel
Onset Pada saat tidur Setelah trauma
Nyeri Mula-mula ringan menjadi sangat nyeri Ringan sampai sedang
Ketegangan penis Sangat tegang Tidak terlalu tegang
Darah kavernosa
Warna Hitam Merah
pO2 <30 mmHg >50 mmHg
pCO2 >80 mmHg <50 mmHg
pH <7,25 >7,5
USG Doppler Tidak ada aliran Ada aliran dan fistula
Arteriografi Pembuluh darah utuh Malformasi arterio-vena
• Priapismus jenis iskemik ditandai dengan adanya iskemia atau anoksia pada otot
polos kavernosa. Nekrosis otot polos kavernosa terjadi setelah 24-48 jam. Lebih
dari 48 jam terjadi pembekuan darah dalam kavernosa dan terjadi destruksi
endotel sehingga jaringan trabekel kehilangan daya elastisitasnya. Jika tidak
diterapi, detumensi terjadi setelah 2-4 minggu dan otot polos yg mengalami
nekrosis diganti oleh jaringan fibrosa sehingga kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan ereksi maksimal
• Priapismus non iskemik banyak terjadi setelah mengalami suatu trauma pada
daerah perineum atau setelah operasi rekonstruksi arteri pada disfungsi ereksi.
Prognosisnya lebih baik daripada jenis iskemik dan ereksi dapat kembali seperti
sediakala.
Diagnosis
• Anamnesis dan pemeriksaan yang teliti diharapkan dapat
mengungkapkan etiologi priapismus.
• Pemberian kompres air es pada penis atau enema larutan garam fisiologis dingin
dapat merangsang aktivitas simpatik sehingga memperbaiki aliran darah
kavernosa
PEMERIKSAAN PENUJANG
- TEST RAPID
- KULTUR SEKRET: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI
PENATALAKSANAAN
• Pembersihan lokal sederhana jika disebabkan karena higine kurang
baik
• Krim Hidrokortison 0,5% dan salep antibiotik 2 kali sehari
• Jika terbukti penyebabnya streptokus diberikan ampicilin sistemik
• Jika keadaan berulang sebaiknya setelah infeksi dianjurkan untuk
sirkumsisi
Fimosis dan Parafimosis
Fimosis
gangguan yang timbul pada organ kelamin bayi laki-laki dimana kulit
kepala penis (preputium) melekat pada bagian kepala (glans) dan
mengakibatkan tersumbatnya lubang di bagian air seni, sehingga bayi
dan anak kesulitan dan kesakitan saat kencing.
Etiologi
• Genetik
• Dapatan, misalnya karena infeksi atau benturan.
Gejala klinis
• Bayi atau anak sukar berkemih
• Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit preputium
menggelembung seperti balon
• Preputium tidak bisa ditarik kearah pangkal
• Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/Air seni keluar
tidak lancar
Patofisiologi
• Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir, karena terdapat
adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai usia 3-4
tahun, penis tumbuh dan berkembang. Debris yang dihasilkan oleh
epitel preputium (smegma) mengumpul di dalam preputium dan
perlahan-lahan memisahkan preputium dengan glans penis. Smegma
terjadi dari sel-sel mukosa preputium dan glans penis yang mengalami
deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya
Komplikasi
• infeksi pada uretra kanan dan kiri
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
• Dilakukan tindakan sirkumsisi
• Dilakukan tindakan teknik bedah preputioplasty
• Diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) 2 kali per hari selama 20-30 hari
2. Konservatif
• Jaga hygiene daerah pantat dan penis