Anda di halaman 1dari 84

Tumor Testis

Yessi Mekarsari/42150034

dr. Gapong Sukowiratmo, Sp.B

Anatomi Testis
Terdiri dari dua organ kelenjar berbentuk oval yang
mensekresikan semen
Digantung oleh funikulus spermatikus dan terbungkus di
dalam skrotum.
Ukuran testis pada orang dewasa adalah4x3x2,5 cm
dan volume normal dari testis orang dewasa kurang
lebih 25 ml

7 bulan : testis turun menuju sckotum melalui canalis


inguinalis dibawah pengaruh hormon testosteron dari
testis.
Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah daripada
testis dextra.
Temperatur testis dalam scrotum selalu dipertahankan
dibawah temperatur suhu tubuh 2-3C untuk
kelangsungan spermatogenesis
Fungsi testis:

Spermatogenesis (terjadi dalam tubulus seminiferus),


diatur FSH
Sekresi testoteron, oleh sel Leydig, diatur oleh LH

Varikok
el

Definisi
Dilatasi abnormal pembuluh darah vena dari pleksus
pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena
spermatika interna.
Varikokel terjadi sekitar 15-20% dari semua laki-laki dan
40% dari laki-laki infertil

Etiologi
Primer (95%) : idiopatik
Sekunder : akibat penekanan dari luar misalnya tumor
ginjal atau tumor retroperitoneal.
Adanya kelainan pembuluh darah vena misalnya
penyempitan/penyumbatan dan kelainan muara vena
spermatika dektra ke dalam vena renalis dextra

Diagnosis
Anamnesis
Benjolan pada skrotum
Nyeri, kurang enak, ngilu atau rasa berat pada sisi yang
terkena
Beberapa asimtomatik, datang dengan keluhan infertil
setelah beberapa tahun menikah

Pemeriksaan Fisik
Posisi berbaring dan berdiri -- seperti meraba cacing
dalam kantung (bag of warms).
Secara klinis varikokel dibedakan dalam 4 derajat
Derajat 1 : Varikokel teraba setelah manuever valsava
(mengedan kuat) dalam posisi berdiri
Derajat 2 : Varikokel terlihat dan teraba setelah manuever
valsava dalam posisi berdiri dan hilang saat berbaring
Derajat 3 : Varikokel terlihat dan teraba dengan jelas saat
posisi berdiri maupun berbaring
Derajat 4 : Seperti derajat 3 dan telah disertai keluhan
rasa berat, ngilu, dan nyeri
Varikokel yang sulit diraba secara klinis seperti ini disebut
varikokel subklinik.

Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi, terutama Doppler
ultrasonografi. Struktur anekoik
terplintirnya tubular yang letaknya
berdekatan dengan testis. Varikokel bisa
berukuran kecil - sangat besar, dengan
beberapa pembesaran pembuluh darah
diameter 8 mm
Computed tomography
Venografi : paling sering untuk
mendeteksi varikokel yang kecil atau
subklinis

Terapi

Analisis Sperma :
Oligospermia : volume ejakulat < 1 cc
Hiperspermia : volume ejakulat > 4 cc
Aspermia : volume ejakulat 0 cc
Normozoospermia : jumlah hitungan sperma > 20 jt/cc
Hiperzoospermia : spermatozoa > 250 juta/cc
Oligozoospermia : spermatozoa 5- 20 jt/cc
Oligozoospermia ekstrim : spermatozoa < 5 jt/cc
Kriptozoospermia : Hanya ditemukan beberapa spermatozoa saja
Teratozoospermia : Morfologi spermatozoa yg normal< 30 %
Astenozoospermia : motilitas spermatozoa < 50 %

Indikasi Operasi
Pasien dengan parameter semen yang abnormal
Atrofi testikular ipsilateral atau nyeri ipsilateral testis
yang makin buruk
Teknik operasi : retroperitoneal, inguinal atau
subinguinal, laparoskopik, dan microkroskopik
varikokelektomi.

Teknik Operasi
Teknik Retroperitonral (Palomo).
Keuntungan : isolasi vena
spermatika interna ke arah
proksimal, dekat dengan lokasi
drainase menuju vena renalis kiri.
Kekurangan : sulit menjaga
pembuluh limfatik karena sulitnya
mencari lokasi pembuluh
retroperitoneal, dapat menyebabkan
hidrokel post operasi.

Teknik Inguinal
Saluran spermatika dielevasi
ke arah insisi, untuk
memudahkan pengelihatan.
Pembuluh limfatik dapat
dikenali dan disingkirkan,
sehingga menurunkan
komplikasi hidrokel

Teknik laparaskopi
Teknik embolisasi
Dilakukan dengan anestesi
intravena sedasi dan local
anestesi. Kateter dimanuever
ke bawah vena menuju
kanalis inguinalis internal
kemudian vena atau
cabangnya diembolisasi
dengan injeksi besi atau
platinum spring-like
embolization coils.

Evaluasi Pascaoperasi
- Bertambahnya volume testis
- Perbaikan hasil analisis semen (yang dikerjakan setiap 3
bulan)
- Pasangan menjadi hamil

Komplikasi
7% Pembentukan hidrokel
cedera arteri testis yang dapat menyebabkan atrofi
testis, gangguan spermatogenesis, atau keduanya.

Prognosis
sekitar 66-70% mengalami perbaikan jumlah semen,
40-60% mengalami peningkatan angka konsepsi.

Hidrokoke
Definisi
l

Definisi
penumpukan cairan yang
berlebihan diantara
lapisan parietalis dan
viseralis tunika vaginalis.

Etiologi
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis
aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis
belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara
idiopatik (primer) dan sekunder (tumor, infeksi, atau
trauma pada testis/epididimis) produksi cairan yang
berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe
atau vena di dalam funikulus spermatikus.

Klasifikasi
Berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
Hidrokel primer. Pada anak akibat kegagalan penutupan
prosesus vaginalis.
Hidrokel sekunder. Pada orang dewasa, dapat disebabkan
oleh kelainan testis atau epididimis (radang atau proses
neoplastik).
Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis produksi
cairan berlebihan

Berdasarkan kejadian:
Hidrokel akut. Biasanya berlangsung dengan cepat dan
dapat menyebabkan nyeri. Cairan rwarna kemerahan
mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
Hidrokel kronis. Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan
peregangan tunika secara perlahan dan walaupun akan
menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang
menyebabkan nyeri.

Menurut letak kantong hidrokel :


Hidrokel testis. Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi
testis sehingga testis tak dapat diraba.
Hidrokel funikulus, terletak di sebelah kranial dari testis,
sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di
luar kantong hidrokel.
Hidrokel Komunikan. Terdapat hubungan antara prosesus
vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus
vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.

Gejala Klinis
Anamnesis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum
yang tidak nyeri
Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya
benjolan dikantong skrotum tidak berubah sepanjang
hari, sedangkan pada hidrokel komunikan besarnya
dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat
anak menangis.

Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri.
Jika pada posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan
pasien pada posisi supine.
Tampak benjolan di skrotum dengan konsistensi kistus.
Tonjolan tidak terlihat : lakukan valsava maneuver untuk
meningkatkan tekanan intaabdominal.
Pada anak : menyuruh meniup balon, atau batuk.
Pada bayi : memberikan tekanan pada abdomen (palpasi
dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas
kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga
akan menimbulkan tonjolan

Pada hidrokel testis: testis tak dapat diraba


Pada hidrokel funikulus : testis dapat diraba dan berada
di luar kantong hidrokel.
Pada hidrokel komunikan : kantong hidrokel terpisah
dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga
abdomen

Pemeriksaan Penunjang :
Transluminasi, pada scrotum
menunjukkan cairan dalam tunika
vaginalis mengarah pada hidrokel.
Merah menunjukkan rongga yang
mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel
Ultrasonografi, membantu melihat
adanya hernia, kumpulan cairan
(hidrokel), vena abnormal
(varikokel) dan kemungkinan
adanya tumor.

Terapi
Bayi : tunggu 1 tahun. Jika tetap ada atau bertambah
besar : koreksi
Pada hidrokel kongenital : pendekatan inguinal karena
seringkali disertai hernia inguinalis sehingga pada saat
koreksi sekaligus melakukan herniografi
Pada hidrokel testis dewasa : pendekatan scrotal
dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong
hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong
hidrokel sesuai cara Lord.

Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel :


Analgesik. Bayi dan Anak: ibuprofen 10 mg/kg setiap 6
8 jam. Paracetamol 15 mg/kg setiap 6 8 jam.
Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang
(seperti naik sepeda) harus dihindari
Anak usia sekolah, aktivitas olahraga harus dibatasi 4
6 minggu
Pasien dapat kembali sekolah atau bekerja 1 3 hari
post operasi

Komplikasi
Trauma
Atrofi testis
Cedera pada struktur korda spermatika,
perdarahan/skrotum hematoma, dan cedera saraf
genitofemoralis ilioinguinal akibat terjebak atau dibagi
selama pendekatan inguinal.
Infeksi luka pasca operasi juga dapat terjadi sehingga
harus diberi antibiotik

Prognosis
Setelah operasi angka rekurensi adalah kurang dari 1%

Orkit
is

Definisi
Reaksi inflamasi akut pada testis sekunder terhadap infeksi.
Umumnya berhubungan dengan infeksi mumps virus
Orchitis dapat terjadi bersama dengan epididimitis.
Epididimitis adalah peradangan saluran sperma yang
terletak di belakang testis.Umumnya disebabkan oleh
bakteri (Neisseria gonorrhoeae pada pria berusia 14-35
tahun, dan Escherichia coli paling umum pada anak laki-laki
yang < 14 tahun dan pada pria > 35 tahun)

Etiologi
Bakteri dan virus. Virus yang paling sering
menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps).
Orkitis sering dihubungkan dengan infeksi prostat atau
epididimis, serta merupakan manifestasi dari penyakit
menular seksual (misalnya gonore atau klamidia).
Pada pasien immunocompromised juga dapat terjadi
orkitis dengan agen etiologi berikut: Mycobacterium
avium complex, Cryptococcus neoformans, Toxoplasma
gondii, Haemophilus parainfluenzae, dan Candida
albicans.

Faktor resiko untuk orkitis yang


tidak berhubungan dengan
penyakit menular seksual adalah :
Imunisasi gondangan yang tidak
adekuat
Usia lanjut (>45 menit)
Infeksi saluran kemih berulang
Kelainan saluran kemih

Faktor resiko untuk orkitis


yang tidak berhubungan
dengan penyakit menular
seksual adalah :
Berganti ganti pasangan
Riwayat penyakit menular
seksual pada pasangan
Riwayat gonore atau
penyakit menular seksual
lainnya

Diagnosis
Anamnesis
Pembengkakan skrotum
Testis yang terasa berat, membengkak, dan teraba
lunak
Pembengkakan selangkangan pada sisi testis yang
terkena
Demam dan menggigil
Mual, sakit kepala

Pemeriksaan fisik
pembesaran skrotum
Eritematous kulit skrotum dan lebih hangat
Pembengkakakn kelenjar getah bening inguinal
epididimis membesar terkait dengan epididymo-orchitis
Pada pemeriksaan rektal, ada prostat berawa lunak
(prostatitis). sering dikaitkan dengan epididymo-orchitis.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah. Dapat ditemukan leukositosis
Jika ada risiko faktor seksual perlu dilakukan pemeriksaan
urinalisis dan kultur urin
Color Doppler ultrasonografi, untuk melihat kemungkinan torsi
testis. Temuan dari testis berukuran normal dengan aliran
menurun adalah diagnosis torsi, sedangkan temuan dari
epididimis yang besar dengan penebalan dan peningkatan
aliran lebih mengarah pada epididimitis / orchitis.

Terapi
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi
skrotum.
Kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara
seksual :
Antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore
dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau
azitromisin. Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak
lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan
gonorrhea karena sudah resisten.

Komplikasi
60% atrofi testis.
7-13% gangguan kesuburan.

Prognosa
Sebagian besar kasus mumpsorchitis sembuh secara
spontan dalam 3-10 hari. Dengan cakupan antibiotik
yang tepat, sebagian besar kasus orchitis bakteri
menyelesaikan tanpa komplikasi.

Torsio
Testis

Definisi
Suatu keadaan dimana spermatic
cord yang terpeluntir yang
mengakibatkan terjadinya
strangulasi dari pembuluh darah.
Testis dapat menjadi infark dan
mengalami atrophy jika tidak
mendapatkan aliran darah lebih
dari enam jam

Etiologi
Kelainan sistem penyangga testis (anomali bell-clapper)
Trauma. Kontraksi otot kremaster yang berlebihan.
Misalnya perubahan suhu yang mendadak atau trauma
yang mengenai skrotum, seperti saat berenang, ketakutan,
latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat,
defekasi atau trauma yang mengenai scrotum.
Faktor keturunan juga diperkirakan memiliki pengaruh
sebesar terhadap risiko terjadinya torsio testis (11.4%).
Faktor hormonal INSL3 dan reseptor RXLF2 telah diduga
menjadi gen penyebab munculnya keadaan torsio testis.

Patofisiologi
Normalnya, otot kremaster berfungsi menggerakkan testis
mendekati dan menjauhi rongga abdomen guna
mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan
sistem penyangga testis menyebabkan testis dapat
mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan.
Pergerakan yang bebas tersebut ditemukan pada keadaankeadaan sebagai berikut :

Mesorchium yang panjang.


Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal.
Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis

Pada neonatus, testis biasanya belum menempati cavum


skrotum sehingga melekat kepada tunika vaginalis
predisposisi torsi tipe extravaginal.
Penggabungan yang inadekuat testis ke dinding skrotum
biasanya dapat didiagnosa pada hari ke 7-10 kelahiran.
Sedangkan pada kejadian torsio testis usia muda hingga
dewasa dikarenakan perlekatan yang kurang kuat dari tunika
vaginalis dengan otot dan fascia yang membungkus funikulus
spermatikus. Akibatnya, testis menjadi lebih leluasa untuk
berotasi di dalam tunika vaginalis, sehingga disebut juga torsi
tipe intravaginal. Kelainan ini biasa disebut sebagai Bell
Clapper Deformity.

Diagnosis
Anamnesis
Nyeri hebat yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa
faktor predisposisi.
Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah,
Scrotum yang membengkak pada salah satu sisi
Demam
Mual atau muntah
Sakit kepala ringan
Jarang : rasa panas dan terbakar saat berkermih (membedakan dengan
orchio-epididymiti)
Bayi : gelisah, rewel, atau tidak mau menyusui

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: testis membengkak,
letaknya lebih tinggi (Dermings
sign) dan lebih horisontal (Angels
sign) daripada testis sisi kontralateral,
Palpasi: kadang dapat diraba adanya
lilitan atau penebalan funikulus
spermatikus, nyeri saat palpasi dan
bertambah jika skrotum diangkat
melewati pubis ke atas (Prehn sign).
Reflex cremaster secara umum hilang
pada torsio testis (100% sensitif dan
66% spesifik).

Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap : normal atau
peningkatan leukosit pasien. Namun
pemeriksaan ini tidak membantu dan
sebaiknya tidak rutin dilakukan.
sedimen urine : Urinalisis biasanya
dilakukan untuk menyingkirkan
adanya infeksi pada traktus
urinarius.
Ultrasonografi Doppler berwarna :
tidak ada aliran darah ke testis

Diagnosis banding
Epididimitis akut : Nyeri scrotum akut disertai demam, nanah dari uretra,
adanya riwayat coitus suspectus), atau pernah menjalani kateterisasi uretra
sebelumnya. Jika testis yang terkena dinaikkan epididmis akut : nyeri akan
berkurang (Prehns sign positif). Torsio testis : nyeri tetap (Prehns sign
negative). Pemeriksaan urin : leukosituria dan bakteriuria.
Hernia skrotalis inkarserata : Benjolan yang dapat keluar dan masuk ke
dalam skrotum.
Tumor testis : Benjolan tidak nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis
Edema scrotum yang dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, adanya
sumbatan saluran limfe inguinal, kelainan jantung, idiopatik
Torsio appendiks testis : kondisi jinak dan jaringan nekrotik akan direabsorpsi
tanpa sekuele. Keluhan : nyeri skrotum akut, biasanya berlokasi di kutub atas
testis (point tenderness), sering di skrotum sisi kiri. Sebagian pasien dapat
menahan nyeri sampai beberapa hari sebelum mencari pertolongan, skrotum
eritema dan bengkak

Penatalaksanaan
Non operatif
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke
asalnya, yaitu dengan jalan memutar testis ke arah
berlawanan dengan arah torsio (open book)
Arah torsio yang biasanya ke medial sehingga memutar
testis ke arah lateral dahulu.

Operatif
Hasil pembedahan tergantung dari lamanya iskemia
Saat pembedahan, dilakukan juga tindakan preventif pada
testis kontralateral
Jika testis masih viable : orkidopeksi (fiksasi testis) pada
tunika dartos kemudian disusul pada testis kontralateral.
Orkidopeksi : menggunakan benang yang tidak diserap
pada tiga tempat untuk mencegah agar testis tidak
terpuntir kembali.
Testis yang sudah mengalami nekrosis : pengangkatan testis
(orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi
kontralateral.

Komplikasi
Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu
yang lama akan menyebabkan atrofi testis (meningkat
bila torsio telah terjadi 8 jam)
Komplikasi lain: Infark testis, hilangnya testis, infeksi,
serta infertilitas

Prognosa
5 - 6 jam : prognosis baik 100%.

HERNIA
INGUINALIS

Definisi
Hernia merupakan protrusi atau
penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan.
Hernia iguinalis lateralis adalah
suatu keadaan dimana sebagian
usus masuk melalui sebuah lubang
pada dinding perut ke dalam
kanalis inguinalis

Etiologi
Faktor kongenital
faktor yang didapat

Patofisiologi
tiga mekanisme yang mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu :
kanalis inguinalis yang berjalan miring
struktur muskulus oblikus internus abdominis yang
menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi
fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum
Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.

kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus


vaginalis yang terbuka (baik kongenital maupun didapat),
tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites,
kelemahan otot dinding perut karena usia, defisiensi otot,
dan hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok,
penuaan atau penyakit sistemik.
Post apendektomi menjadi faktor risiko terjadi hernia
inguinalis karena kelemahan otot dinding perut antara lain
terjadi akibat kerusakan nervus ilioinguinalis dan nervus
iliofemoralis.

Hernia inguinalis indirek = hernia inguinalis lateralis,


karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam
kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari annulus inguinalis ekternus. Berlanjut
sampai ke skrotum, yang disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis direk (15% dari semua hernia
inguinalis) = hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach

Diagnosis
Anamnesis
benjolan pada daerah inguinal, terutama saat mengedan, batuk,
atau mengangkat beban berat. Hilang saat berbaring (Hernia
Reponibilis).
*pada anak dapat terlihat saat menangis atau mengejan, lalu
benjolan hilang saat keadaan istirahat.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : benjolan inguinal pada setinggi cincin interna
atau eksterna atau pembengkakan skrotum yang
ukurannya dapat berkurang atau berfluktuasi saat
mengedan, batuk
Palpasi : ada benjolan, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi.
Jika ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia
inguinalis lateralis.
Hernia lateralis : bentuk lonjong
Hernia medialis : bentuk bulat

Pada bayi, hernia inguinalis lateralis dapat diketahui dengan meletakkan bayi
terlentang dengan kaki lurus dan tangan diatas kepala sehingga bayi
menangis (meningkatkan tekanan intra abdomen) : benjolan di tuberkulum
pubis (cincin eksterna) atau pembengkakan di dalam skrotum.
Jari menutup angulus inguinalis, pasien diminta mengedan : benjolan tidak
keluar (hernia inguinalis lateralis), benjolan keluar (hernia inguinalis medialis)
-- = Tes oklusi
Jari telunjuk masuk menyusuri kanalis inguinalis, ambil kulit setebal tebalnya
dan pasien mengedan : dirasakan di ujung jari (hernia inguinalis lateralis),
dirasakan di samping/sisi jari (hernia inguinalis medialis) -- = Tes taktil
Jari II di anulus internus, jari III di anulus eksternus, jari IV di fossa ovalis (1 cm
di atas ligamentum inguinal) : dorongan pada jari II (hernia inguinalis
lateralis), dorongan pada jari III (hernia inguinalis medialis) -- = Tes Zieman
Dan jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, disebut hernia
skrotalis

Tatalaksana
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan
melakukan reposisi dan pemakaian penyangga untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi bimanual : tangan kiri memegang hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit
tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Berhasil : siapkan untuk operasi berikutnya. Jika tidak :
Segera operasi dalam waktu 6 jam

Operasi : herniotomi dan hernioplastik.


Herniotomi : pembebasan kantong hernia sampai
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau
ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil
annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi

Pada hernia ireponibel dapat terjadi kalau isi hernia


terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitonial
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia
sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan
gejala obstruksi usus

Prognosis
Hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat
baik.
Komplikasi pada anak hanya sekitar 2%.
Infeksi pasca bedah 1%,
recurent < 1%.

Kanker
Testis

Definisi
Kanker testis adalah
pertumbuhan sel sel
ganas didalam testis
yang bisa menyebabkan
testis membesar atau
menyebabkan adanya
benjolan di dalam
skrotum

Etiologi
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, faktor risiko :
Kriptorkismus, berisiko 4-8 kali lipat
Kanker testis sebelumnya.
Genetika. Pasien dengan sindrom Klinefelter (47XXY) memiliki 6-10
kali lipat
Riwayat keluarga. Penderita kanker testis 2% memiliki riwayat
keluarga. Saudara laki laki memiliki risiko 8 10 kali
Infertilitas, pada pria berisiko 3 kali menjadi kanker testis.
Paparan. Paparan dietilstilbestrol (DES) dalam rahim berhubungan
dengan kriptorkismus.

Klasifikasi
1. Germinal
Seminoma : Klasik, anaplastik, spermatositik
Non seminoma : Karsinoma sel embrional,
koriokarsinoma, teratoma, tumor yolk sac

2. Non germinal
Tumor sel Leydig
Tumor sel Sertoli
Gonadoblastoma

Diagnosis
Anamnesis
Testis membesar atau rasa tidak nyaman pada testis
Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah
Ginekomastia
Nyeri pinggang (akibat perluasan nodus retroperineal), nyeri pada
abdomen, penurunan berat badan, dan kelemahan umum dapat
diakibatkan oleh metastasis
Jika telah metastasis pada kelenjar getah bening dapat dijumpai
adanya massa leher. Nyeri dada, hemoptisis, dan sesak napas dapat
menyajikan gejala adenopati mediastinum atau metastasis paru-paru.

Pemeriksaan penunjang
USG skrotum. Seminoma : hypoechoic serta tanpa
daerah kistik, sedangkan nonseminomatous :
hyperechoic homogen dengan kalsifikasi, daerah kistik,
dan margin tidak jelas.

Penanda tumor :
FP (Alfa Feto Protein), diproduksi oleh embrional,
teratokarsinoma, atau tumor yolk sac. Tidak
diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan seminoma
murni
HCG (Human Chorionic Gonadotropin), meningkat pada
semua pasien koriokarsinoma, 40-60% pada
karsinoma embrional, 5-10% pada seminoma murni.
LDH (lactic dehydrogenase), meningkat pada 30%
sampai 80% dari pasien dengan seminoma murni

Biopsi jaringan
Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke
paru-paru)
CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke
organ perut

Staging (TNM)
PTX : Tumor primer tidak dapat dinilai (jika orchiectomy radikal belum
dilakukan, Tx digunakan)
pT0 : Tidak ada bukti tumor primer (misalnya, bekas luka histologis di testis)
PTis : Intratubular germ cell neoplasia (karsinoma in situ)
pT1 : Tumor terbatas pada testis dan epididimis tanpa pembuluh darah /
invasi limfatik, atau invasi tumor ke tunika albuginea tetapi tidak tunical
vaginalis
pT2 : Tumor terbatas pada testis dan epididimis dengan pembuluh darah /
invasi limfatik, atau tumor memperluas melalui tunika albuginea dengan
keterlibatan tunika vaginalis
PT3 : Tumor menginvasi spermatika cord dengan atau tanpa pembuluh darah /
invasi limfatik
PT4 : Tumor menginvasi skrotum dengan atau tanpa pembuluh darah / invasi
limfatik

NX atau PNX : kelenjar getah bening regional tidak bisa dinilai


N0 atau pN0 : Tidak ada daerah metastasis kelenjar getah
bening
N1 atau pN1 : Metastasis dengan kelenjar getah bening massa
2 cm atau kurang dalam dimensi terbesar; atau beberapa
kelenjar getah bening, tidak lebih dari 2 cm dalam dimensi
terbesar
N2 atau PN2 - Metastasis dengan massa kelenjar getah bening
lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dalam dimensi
terbesar; atau kelenjar getah bening beberapa, salah satu
massa yang lebih besar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm
dalam dimensi terbesar.
N3 atau pN3 - Metastasis dengan massa kelenjar getah bening
lebih dari 5 cm dalam dimensi terbesar

MX - metastasis Jauh tidak dapat dinilai


M0 - Tidak ada metastasis jauh
M1 - metastasis Jauh
M1a - nodal Nonregional atau metastasis paru
M1b - Distant metastasis selain ke kelenjar getah
bening nonregional dan paru-paru

Serum marker (S)

Staging menurut penyebarannya


Stadium I : kanker belum menyebar ke luar testis.
Stadium II : kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening di perut.
Stadium III : kanker telah menyebar ke luar kelenjar
getah bening, bisa sampai ke hati atau paru-paru

Terapi
Pembedahan : pengangkatan testis (orkiektomi dan
pengangkatan kelenjar getah bening (limfadenektomi).
Radiasi
Kemoterapi.
Pencangkokan sumsum tulang

Tumor seminoma
Stadium I : orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
Stadium II: orkiektomi, radiasi kelenjar getah bening dan kemoterapi
dengan sisplastin
Stadium III

: orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.

Tumor non-seminoma:
Stadium I : orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi perut
Stadium II : orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan diikuti
dengan kemoterapi
Stadium III : diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.

Prognosis
Seminoma:
Good Prognosis
Any primary site
No nonpulmonary visceral
metastases
Normal AFP, any hCG, any LDH
Intermediate prognosis
Any primary site
Nonpulmonary visceral
metastases
Normal AFP, any hCG, any LDH

Artinya :
Good : 5 tahun bertahan hidup 86%; 5
tahun PFS 82%
Intermediate : 5 tahun bertahan hidup
72%; 5 tahun PFS 67%
Tidak ada pasien seminoma
diklasifikasikan sebagai poor
prognosis

Nonseminoma (NSGCT):
Good Prognosis :
AFP < 1.000 ng / mL,
hCG < 5.000 IU / mL (1.000 ng /mL)
LDH < 1,5 kali
Intermedeiate Prognosis :
AFP 1.000 - 10.000 ng / mL
hCG 5000 IU / L sampai 50.000 IU / L
LDH 1,5-10 kali
Poor prognosis :
AFP >10.000 ng / mL
HCG > 50.000 IU / mL (10.000 ng / mL)
LDH > 10 kali batas atas normal

Artinya :
Good : 5 tahun bertahan
hidup 92%; 5 tahun
progression-free survival
(PFS) 89%
Intermediate : 5 tahun
bertahan hidup 80%; 5 tahun
PFS 75%
Poor : 5 tahun bertahan
hidup 48%; 5 tahun PFS 41%

DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2016. Available
http://www.cancer.org/acs/groups/content/@research/documents/docume
nt/acspc047079.pdf
. Accessed: 20 Juni, 2016.
Bogaert G, Orye C, De Win G. Pubertal screening and treatment for
varicocele do not improve chance of paternity as adult.J Urol. 2013 Jun.
189(6):2298-303
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2664231/
Gat Y, Bachar GN, Zukerman Z, Belenky A, Gornish M. Varicocele: a
bilateral disease.Fertil Steril. 2004 Feb. 81(2):424-9
Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003.
8,145-148.
Sjamsuhidajat R, Wim De Jong.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. 799.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai