• Primer
• Sekunder
Klasifikasi
• Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu:
1.Hidrokel testis
• Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada
anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2.Hidrokel funikulus
• Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga
pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya
tetap sepanjang hari.
3.Hidrokel komunikan
• Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga
prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah
yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
Diagnosis
• Pada anamnesa biasanya pasien atau keluarganya mengeluhkan adanya benjolan di kantong
skrotum yang tidak nyeri.
• Pada pemeriksaan palpasi pada skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau
lunak tergantung pada tegangan di dalam hidrokel.
• Palpasi hidrokel seperti balon yang berisi air.
• Bila jumlah cairan minimum, testis relatif mudah diraba.
• Sedangkan bila cairan yang terkumpul banyak, testis akan sulit diraba. Permukaan biasanya halus.
• Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa hidrokel dengan cahaya di
dalam ruang gelap. Hidrokel berisi cairan jernih dan mentransiluminasi (meneruskan) berkas
cahaya. Kegagalan transiluminasi dapat terjadi akibat penebalan tunika vaginalis karena infeksi
kronik, massa di skrotum tersebut bukan hidrokel atau kulit skrotum yang sangat tebal, sehingga
harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Penatalaksanaan
• Penatalaksaan pada bayi ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan
sembuh sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah
besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
1.Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami
hipoksia karena kekurangan oksigen.
2.Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
3.Peningkatan suhu testis.
4.Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan,
memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke
testis kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan
dan pada akhirnya terjadi infertilitas.
Gambaran klinis dan diagnosis
• Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan di atas testis yang terasa nyeri.
• Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, dengan memperhatikan keadaan skrotum kemudian
dilakukan palpasi. Jika diperlukan, pasien diminta untuk melakukan manuver valsava atau
mengedan. Jika terdapat varikokel, pada inspeksi dan papasi terdapat bentukan seperti kumpulan
cacing-cacing di dalam kantung yang berada di sebelah kranial testis.
• Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkatan/derajat:
• Derajat kecil: adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien melakukan manuver valsava
• Derajat sedang: adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa melakukan manuver valsava
• Derajat besar: adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya tanpa melakukan manuver
valsava.
Penatalaksanaan
• Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya
melakukan operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa
varikokel yang telah menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan
spermatogenesis merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu terapi.
• Tindakan yang dikerjakan adalah:
1.ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka
atau bedah laparoskopi,
2.varikokelektomi (cara Ivanisevich,) atau secara perkutan dengan memasukkan
bahan sklerosing ke dalam vena spermatika interna ( embolisasi ).