Anda di halaman 1dari 143

BUKU AJAR

KLASIFIKASI DAN KODEFIKASI TERKAIT SISTEM


GENITOURINARIA DAN REPRODUKSI
(KKPMT 4)

Disusun oleh :
dr. Sri Soenaryati Matin, M.Kes
Kriswiharsi Kun Saptorini, M.Kes(Epid)

PROGRAM STUDI D3 RMIK


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
2020

1
KATA PENGANTAR

Mata kuliah Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan Masalah Kesehatan serta Tindakan
(KKPMT), merupakan salah satu materi inti untuk mendukung profesi Perekam Medis khususnya
sebagai clinical coder. Standard kompetensi mata kuliah KKPMT yaitu mahasiswa Program Studi
D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK) mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi yang mendukung diagnosis, mampu melakukan dan menetapkan klasifikasi
dan kodefikasi diagnosis, pemeriksaan penunjang, tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-
9-CM secara akurat.
Mata kuliah KKPMT 4 atau mata kuliah Klasifikasi dan Kodefikasi terkait system
genitourinaria, system Reproduksi, perinatal-neonatal, kelainan congenital dengan diskripsi
sebagai berikut:
1. Memahami kesesuaian informasi yang mendukung diagnosis gangguan sistem genitourinaria
dan system reproduksi, perinal-neonatal serta kelainan congenital. .
2. Mampu menelusuri dan menganalisis kesesuaian informasi yang mendukung diagnosis
sistem genitourinaria, system reproduksi, perinatal-neonatal, kelainan kongenital
3. Mampu melakukan dan menetapkan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis penyakit,
pemeriksaan penunjang dan tindakan terkait system genitourinaria, system reproduksi,
perinatal-neonatal, kelainan congenital, secara akurat berdasarkan pedoman yang berlaku di
Indonesia (ICD-10 dan ICD-9-CM)
Materi KKPMT 4 diberilakn dalam kuliah blok secara integrasi anatomi, fisiologi,
patofisiologi, terminology, klasifikasi dan kodefikasi, secara teori dilanjutkan praktik. Praktik
KKPMT 4 dalam bentuk:
1. Penugasan untuk peningkatan pemahaman terkait materi. .
2. Latihan kasus-kasus untuk peningkatan kemampuan analisis kesesuaian informasi
mendukung diagnosis, kemampuan melakukan serta menetapkan klasifikasi dan kodefikasi
terkait gangguan system yang dipelajari yang meliputi diagnosis, pemeriksaan penunjang
serta tindakan.
Buku Ajar KKPMT 4 ini disusun sesuai kurikulum nasional Diploma III Rekam medis dan
infor,asi Kesehatan (RMIK) dengan tujuan memberikan kemudahan dalam belajar dan memahami
materi KKPMT 4. Untuk menambah pemahaman dan ketrampilan diharapkan mempelajari
berbagai buku kedokteran, buku terminology medis, dan ICD 10 serta ICD 9, dan yang lain.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Buku Ajar KKPMT 4 ini, dan dalam menerbitkan buku ini. Kritik dan saran sangat
kamu harapkan untuk perbaikan buku ini dimasa yang akan datang.
Semarang, 1 September 2020.
Penyusun

2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mata kuliah ini mempelajari secara tematik setiap topik secara blok baik teori maupun praktik dengan
mengintegrasikan berbagai dasar ilmu anatomi, fisiolofi, patofisiologi meliputi gejala dan tanda-tanda,
pemeriksaan pendukung diagnosis dan tindakan medis, terminology medis, serta klasifikasi-kodefikasi
penyakit dan tindakan medis meliputi penyakit atau gangguan system genitourinaria pria dan wanita,
reproduksi (kehamilan, persalinan, nifas), perinatal dan neonatal, kelainan congenital, sebagai dasar untuk
mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional Umum


Memiliki kemampuan memahami dan menganalisis serta menelusuri kesesuaian informasi
penunjang diagnosis dan mampu melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis dan tindakan
medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat pada penyakit dan tindakan terkait
Sistem genitourinaria wanita dan pria, Reproduksi (Kehamilan Persalinan Nifas), Perinatal dan
Neonatal, Kelainan congenital, sebagai dasar untuk mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi, patologi atau penyakit dan gangguan system
urinaria
2. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patologi atau penyakit dan gangguan system
genitalia pria dan wanita, dengan pemeriksaan penunjang dan tindakannya.
3. Mahasiswa memahami dan mampu menentukan kode yang tepat untuk penyakit system urinary,
system genitalia pria dan wanita, serta kode pemeriksaan penunjang dan tindakan sesuai informasi
dalam DRM.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan kehamilan, persalinan dan nifas yang normal, dan yang patologis atau
penyakit atau gangguan kehamilan, persalinan, nifas.
5. Mahasiswa mampu menganalisis dan menelusuri kesesuaian informasi penunjang diagnosis dan
mampu melakukan klasifikasi dan kodefikasi kasus-kasus genitourinaria dengan langkah-langkahnya.
6. Mahasiswa mampu menelusuri dan menganalisis informasi serta menentukan koding yang tepat untuk
penyakit atau gangguan kehamilan, persalinan, nifas, serta pemeriksaan penunjang dan tindakannya.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan perinatal dan neonatal yang normal, serta penyakit
atau gangguan yang terjadi, serta mampu menelusuri dan menganalisis informasi serta menentukan
koding yang tepat untuk penyakit atau gangguan perinatal dan neonatal serta pemeriksaan penunjang
dan tindakannya.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penyakit atau gangguan yang terjadi pada kelainan congenital, dan
mampu menelusuri dan menganalisis informasi serta menentukan koding yang tepat untuk penyakit
atau gangguan yang terjadi pada kelainan kongenital serta pemeriksaan penunjang dan tindakannya.
9. Mahasiswa mampu menganalisis dan menelusuri kesesuaian informasi penunjang diagnosis dan
mampu melakukan klasifikasi dan menentukan kode kasus-kasus kehamilan, persalinan, nifas,
perinatal dan neonatal dan kelainan congenital , serta kode pemeriksaan penunjang dan tindakan
sesuai informasi dalam DRM
3
BAB 1
SYSTEM UROLOGY

A. Pendahuluan
Sistem urinaria atau sering disebut system urologi atau sistem perkemihan adalah system organ yang
berperan dalam untuk menyaring darah dan menghasilkan urine, menyimpan, dan mengalirkan urin.
Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan
uretra.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, pada
penyakit dan gangguan system urinaria sebagai dasar untuk mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu menelusuri dan menganalisis kesesuaian informasi yang mendukung
diagnosis penyakit dan masalah kesehatan serta tindakan dari gangguan atau penyakit pada system
urinaria.

Kegiatan Belajar : anatomi, fisiologi, patologi, terminology, klasifikasi dan kodefikasi gangguan atau
masalah kesehatan system urinaria

B. Anatomi dan fisiology system urinaria.


System Urinaria terdiri dari:

Gambar 1.1 Sistem Urinaria posisi dan organ utama pada manusia

Lokasi system urinaria ada di abdomen atau perut bagian belakang, atau daerah punggung khususnya
ginjal sampai dengan perut bagian bawah khusuusnya vesika urinaria atau kandung kemih dan
disalurkan keluar bersamaan organ genitalia. Sehingga system urinaria sangat erat hubungannya
dengan genitalia, dan sering disebut sisten urogenitalia.

Ginjal:
1. Jumlah 2 buah, berbentuk seperti kacang
2. Terletak di kedua sisi columna vertebralis antara vertebra thorax 12 s/d lumbal 2, bagian atas ginjal
terlindungi costa 11 dan costa 12, di belakang peritoneum.
3. Ginjal dibungkus lapisan lemak yang membantu meredam goncangan.
4. Ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang mempunyai fungsi paling vital dalam ginjal
4
5. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu Korteks dan medula.

Gambar 1.2. Bagian-bagian Nepron dan fungsinya


Nefron:
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang
pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Nefron glomerulinya terletak pada bagian
luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau
mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.dan berbalik kembali ke cortex.

Ginjal memiliki fungsi yaitu:


1. Excresi atau pengeluaran zat sisa organic dan racun. Sisa produk metabolic mengalami filtrasi,
sekresi dan reabsorpsi, dan bahan kimia asing akan mengalami proses filtrasi dan sekresi dan
tidak direarbsorpsi.
2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit (Homeostasis). Hormone Antidiuretika (ADH) oleh
korteks ginjal melaui jalur Hipotalamic – Hipofise – Corteks Ginjal Axis, bekerja mengatur volume air dan
kadar elektrolit menjadi seimbang, dimana pada Nefron Ginjal terjadi proses filtrasi, sekresi dan
reabsorpsi dari Air, dan elektronik
3. Fungsi Pengaturan Keseimbangan Asam – Basa
4. Pengaturan produksi sel darah merah. Pada hipoksia akan merangsang ginjal menyekresi hormone
Erytropoietin yang merangsang Sumsum tulang meproduksi Sel Darah Merah
5. Pengaturan tekanan darah, dilakukan melalui pengaturan kadar Natrium plasma dan sekresi
hormone Renin.
6. Fungsi Penghasil Vit. D, untuk penyerapan calsium dari usus, tulang dan dari reabsorpsi ditubulus
Proksimal Ginjal dengan bantuan Hormon Paratiroid akan diubah menjadi bentuk bentuk aktif dari
Vitamin D.
7. Fungsi Sintesa Glucosa. dimana pada kondisi kelaparan dan puasa, ginjal dapat memenuhi
kebutuhan glucose dengan mengaktifkan jalur gluconeogenesis yang kapasitas glucose nya
sepadan dengan glucose yang dihasilkan hati.

Ureter
1. Saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inci (25 ningga 30 cm),
2. Saluran yang menghubungkan antara ginjal dengan vesica urinaria.
3. Fungsi ureter menyalurkan urine ke vesica urinaria.

Vesica Urinaria
1. Terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama rektum, organ reproduksi, bagian usus halus,
serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
2. Kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis.
3. Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular).
4. Persyarafan terdiri atas persyarafan simpatis dan parasimpatis.

Fungsi vesica urinaria:


1. Sering disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk menampung dan
menyimpan urine yang berasal dari ginjal melalui ureter.
2. Mendorong urine keluar dari tubuh melalui uretra dengan mekanisme relaksasi sphincter.
5
Uretra

Gambar 1.4. Uretra pada pria dan wanita

Uretra
1. Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih.
2. Uretra wanita panjang sekitar 2,5 s/d 4 cm, terletak diantara klitoris dan pintu vagina, lebih berisiko
terkena infeksi kantung kemih atau cystitis dan infeksi saluran kemih.
3. Uretra pada pria panjang sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis. Uretra pada pria dibagi
menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai dengan letaknya:
a. pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.
b. pars prostatica, terletak di prostat.
c. pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar bulbouretralis.
d. pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm, melintas di corpus spongiosum penis.

Fungsi Uretra:
1. Menyalurkan air kemih keluar.
2. Menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh, sebagai saluran pembuang sistem kemih
3. Pada pria sebagai bagian sistem seksual (saluran air mani dengan spermanya)

C. Patology system urinaria

Beberapa macam gangguan pada system urinaria antara lain:


1. Infeksi = gangguan atau kerusakan yang terjadi karena kuman. Perlu diketahui dimana letaknya,
penyebab, perubahan kelainan, gejala dan tanda berbeda-beda.
2. Batu = Urolithiasis = gangguan karena terdapat batu di dalam saluran kemih (ginjal, ureter,
kandung kemih)
3. Syndroma neprotik = kelainan sistem urinary yang ditandai: peningkatan protein dalam urine
(proteinuria), penurunan albumin dalam darah, dan adanya edema
4. Gangguan Kelenjar Prostat pada laki-laki,
5. Gagal ginjal Kronik = keadaan klinis ditandai penurunan fungsi ginjal yang irreversible, sehingga
perlu terapi pengganti fungsi ginjal tetap, dapat berupa dialisis atau transplantasi ginjal
6. Kanker = tumor ganas dengan gejala utama hematuria.

Gejala utama pada gangguan system urinaria


1. Hematuria = kencing berdarah: bersifat mikroskopis (bisa dilihat dari mikroskop) & makroskop bisa
dilihat bahwa kencing mengandung darah
2. Pain/Nyeri: sering pada gangguan saluran kemih karena peradangan atau obstruksi saluran
kencing, sehingga menyebabkan rasa sakit / nyeri pada daerah abdomen/sekitar pelvis
3. Oedem = pembengkakan karena ginjal tidak dapat berfungsi filteririsasi, sehingga terjadi
penumpukan cairan dalam tubuh (gagal ginjal, glomeruloneprhritis)
4. Demam: karena infeksi mikroorganisme saluran kemih
5. Hipertensi: karena fungsi ginjal memfilterisasi natrium tidak terjadi, sehingga natrium dalam jumlah
besar ada dalam darah, mengakibatkan hipertensi.

6
Beberapa gangguan system urinaria
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)/ Urinary Tract Infection (UTI)
Infeksi Saluran Kemih sering disebut = ISK yang berarti adanya mikroorganisme pada saluran
kemih, dimana terdapat koloni bakteri dalam jumlah besar pada saluran kemih. Kuman yang
tersering addalah bakteri Escherichia coli, tetapi dapat berupa akibat bakteri lain yang berhubungan
dengan penyakit menular seksual (gonorhoe). Virus dan jamur dapat menjadi penyebab meskipun
jarang.
ISK (Infeksi Saluran Kemih) dibagi menjadi 2 yaitu:
a. ISK bagian atas (kandung kemih keatas)
b. ISK bagian bawah (Kandung kemih kebawah)

Beberapa Infeksi Saluran Kemih antara lain:


• Nephtis = Nefritis yaitu infeksi pada ginjal.
Glomerulonefritis = peradangan atau inflamasi pada glomeruli
Infeksi Nefritis dan Glomerulus nefritis penyebab (etiologi), patogenesis, perubahan sel
berlainan, tetapi secara klinis gejala hampir sama.
• Pyelonefritis = Infeksi pyelum ginjal, akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau infeksi
yang terbawa darah. Sering sebagai pencetus terbentuk batu ginjal.
• Ureteritis = Infeksi pada ureter.
• Cystitis = infeksi kandung kemih, sering terjadi akibat infeksi uretra. Pada pria terjadi karena
kelainan anatomis, gangguan pengosongan kandung kemih, atau pada kondisi dipasang
kateter (selang bekemih).
• Uretritis = infeksi urethra, terjadi karena penyakit menular seksual, lecet gesekan mekanis,
penyempitan uretra.

Urine normal bersifat steril dari kuman, dan kuman sering masuk dari uretra. Pada pria lebih sedikit
infeksi dibanding wanita, karena ada pertahanan alami dimana uretra pria jauh dari rektum dan
anus, dan produksi kelenjar prostat memperlambat pertumbuhan kuman. Pada wanita lebih resiko
infeksi, karena sangat berdekatan dengan anus, dan lecet gesekan mekanis karena kedekatan
dengan vagina.

Faktor risiko infeksi saluran kemih:


• Refluks vesikoureteral (urin di kandung kemih membalik ke ureter dan ginjal), akibat neurogenic
bladder yaitu gangguan saraf pengosongan kandung kemih.
• Phimosis yaitu kulit penis pada pria yang belum atau tidak sunat, sehingga menutupi lubang
uretra
• Batu
• Pembesaran kelenjar prostat pada pria.
• Penggunaan kateter atau selang kencing
• Diabetes / penyakit gangguan kekebalan ubuh
• Hubungan seksual tanpa pengaman

Gejala dan tanda-tanda ISK antara lain:


 Tanpa gejala apabila ringan.
 Saat buang air kecil )BAK) terasa:
 Anyang-anyangen atau merasa ingin buang air kecil lebih sering.
 Merasa kesulitan saat ingin buang air kecil tetapi tidak bisa keluar.
 Nyeri saat buang air kecil (dysuria), atau ada sensasi seperti terbakar saat kencing.
 Air kencing keruh, berbau, berwarna kemerahan.
 Jumlah ar seni yang keluar hanya sedikit.
 Terasa sakit diatas tulang public

Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium microscopis urine (urinalisis) untuk


mengetahui penyebab utama ISK.

2. Batu Saluran Kemih/Kencing (Urolithiasis)


Urolithiasis merupakan suatu kondisi dimana terjadi pengendapan mineral atau zat non-mineral
pada saluran kemih dapat berupa pasir hingga seukuran batu kerikil.

7
Penyebab: urine yang jenuh dengan garam2 pembentuk batu seperti: Calcium, asam urat, batu
struvit (magnesium, amonium, fosfat), membentuk pasir halus dan bila bergabung menjadi batu
kecil kerikil.

Jenisnya menurut lokasi, antara lain


a. Batu Ginjal / Calculus of Kidney / Nephrolithiasis.
b. Batu Ureter / Calculus of Ureter / Ureterolithiasis
c. Batu Kandung Kemih / Calculus of Bladder
d. Batu Uretra / Calculus of Urethra

Gambar 1.5 Batu saluran kencing

Gejala yang muncul pada pasien dengan urolithiasis ini antara lain:
- Bila batu kecil maka gejala kurang nyata.
Rasa Nyeri dan dapat sampai kolik (nyeri luar biasa), lokasi nyeri tergantung dari letak batu.
Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang
disertai mual dan muntah, dapat disimpulkan pasien sedang mengalami kolik ginjal.
Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia. Pasien yang mengalami kolik ureter akan sering ingin merasa
berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan
darah.
Bila Batu di kandung kemih, maka nyeri perut bag bawah
- Infeksi sekunder.
Infeksi akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran
kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Staphylococcus.
Demam dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..
- Hematuria dan Kristaluria
Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air kemih.
Kristaluria adalah air kemih yang berpasir.
Bila ada infeksi, urine dapat bercampur nanah.
- Mual dan Muntah.
Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan mual dan
muntah.

Apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan penanganan maka dapat terjadi komplikasi berupa
Hidronefrosis, Infeksi Saluran Kemih (ISK), Glomerulonefritis, hingga Gagal Ginjal.

Pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis, antara lain:


 Foto Polos Abdomen (BNO)
8
Pada batu jenis tertentu seperti kalsium & oksalat akan muncul gambaran batu pada hasil foto
BNO.
 Foto Kontras (IVP)
Sedangkan pada batu jenis tertentu seperti Batu Urat, maka harus menggunakan zat kontras
untuk mengetahui adanya sumbatan berupa batu.
 USG. Pada pasien kondisis tertentu yang tidak diperbolehkan untuk foto BNO maupun IVP
dapat dilakukan pemeriksaan berupa USG saluran kemih untuk melihat adanya batu.
 Urinalisis
Penegakan secara laboratorium dapat berupa pemeriksaan urine penderita untuk dianalisis
apakah terdapat kandungan mineral yang pekat, darah hingga bakteri

Tindakan operasi dapat dilakukan apabila ukuran batu tidak bisa dikeluarkan bersama kencing,
beberapa jenis tindakannya:
 ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecah batu yang
ditembakkan dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut yang dapat memecahkan
batu menjadi pecahan yang halus, sehingga pecahan tersebut dapat keluar bersama dengan
air seni.
 URS (Uretroskopi) merupakan prosedur tindakan pemeriksaan saluran kandung kemih yang
menggunakan suatu alat yang dimasukkan melalui saluran kemih kedalam ureter kemudian
batu dipecahkan dengan gelombang pneumatik. Pecahan batu akan keluar bersama air seni.
 PCNL merupakan tindakan menghancurkan batu ginjal dengan memasukkan alat
endoskopi yang dimasukkan kedalam ginjal sehingga batu dapat dihancurkan dengan alat
tersebut. Tindakan ini memerlukan pembiusan dan rawatinap.

3. NEPHROTIC SYNDROME
Sindrom nefrotik adalah gangguan organ ginjal, dimana adanya protein dalam urine yang
menunjukkan tanda organ ginjal tidak bekerja normal.
Penyebabnya
Karena rusaknya pembuluh darah kecil (glomeruli) menyebabkan gangguan proses penyaringan,
dimana protein darah (albumin) keluar lewat urine, sehingga kadar protein darah (albumin) turun.

Gejala:
• Pembengkakan (odema) sekitar mata, pergelangan kaki, kaki. Mungkin paru-paru sesak
• Urine berbusa, ginjal melepaskan protein banyak di urine, sehingga kadar protein urine positif
dan urine berbusa.
• Berat badan meningkat, karena tubuh menampung cairan banyak,
Resiko Nefrotik sindrom
• Terjadi penggumpalan darah. Protein darah membantu mencegah terjadi pembekuan.
Sehingga protein turun mempunyai risiko darah membeku dalam pembuluh darah
• Kadar kolestrol dan trigliserida darah menjadi tinggi. Kadar protein albumin darah turun, hati
akan membuat albumin berlebih & hati juga melepaskan >> kolestrol dan trigliserida.
• Tekanan darah tinggi. Penumpukan limbah (uremia) dapat meningkatkan tekanan darah
• Mengarah ke penyakit gagal ginjal akut dan kronis. Ginjal tidak mampu menyaring darah
dengan baik dg rusaknya glomeruli, maka produk limbah menumpuk dalam darah, disebut
gagal ginjal akut.
• Risiko infeksi meningkat
• Gizi buruk. Kehilangan banyak protein darah, sehingga terjadi malnutrisi.

Neprotik syndrome terjadi antara lain pada:


a. Focal segmental glomerulosclerosis = jaringan parut di glomerulus krn penyakit lain, cacat
genetik, tidak tahu
b. Membranous nephropathy = penebalan membran glomeruli, tidak diketahui pasti.
c. Penyakit diabetes berdampak ginjal mudah rusak (terutama glomeruli).
d. Systemic lupus erythematosus berdampak ginjal dengan kerusakan serius.

4. Gagal Ginjal = Renal Failure


Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga
akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam penyaringan, pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh, seperti sodium dan kalium darah atau produksi
urin

9
Patofisiologi:
Sebagian besar penyakit ginjal menyerang nefron, mengakibatkan kehilangan kemampuan untuk
menyaring. Kerusakan nefron dapat terjadi secara cepat, sebagai akibat pelukaan atau keracunan.
Kebanyakan penyakit ginjal menghancurkan nefron secara perlahan dan diam-diam. Kerusakan
tampak setelah beberapa tahun. Sebagian besar penyakit ginjal menyerang kedua buah ginjal
sekaligus. Gagal ginjal terminal, fungsi ginjal sudah sangat buruk, ginjal sakit tidak bisa menahan
protein darah (albumin) yang seharusnya tidak dilepas ke urin (proteinuria). Berkurangnya fungsi
ginjal menyebabkan penumpukan ureum dan creatinin dalam darah.
Klasifikasi Gagal Ginjal yaitu Gagal Ginjal Kronis, dan Gagal Ginjal Akut
Faktor risiko gagal ginjal:
 Nefropati diabetic
 Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) dapat merusak jaringan pembuluh darah ginjal, dapat
menyebabkan nefrosklerosis atau kerusakan pada arteri ginjal, arteriola, dan glomeruli
 Glomerulonefritis
 Kelaianan bawaan seperti struktur kistik maupun non kist
 Trauma
 Keracunan Obat

Pemeriksaan fisik terutama adanya tanda keracunan ureum antara lain:


 Mual, muntah, nafsu makan turun
 Gatal yang berkepanjangan
 Pembengkaan (oedema)karena penumpukan cairan.
 Sesak karena penunpukan cairan
 Tekanan darah sulit dikendalikan
 Cram dan kejang otot, dll
Pemeriksaan penunjang:
 Ureum dan creatinin darah meningkat
 Protein dalam urine
 USG, MRI, dan CT scan untuk melihat kondisi ginjal
Tindakan: cuci darah, transplantasi ginjal

5. Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)


Pembesaran non-kanker dari kelenjar prostat yang dapat membatasi aliran urin (kencing) dari
kandung kemih (bladder). Prostat Hiperplasia = pembesaran glandula dan jaringan seluler kelenjar
prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan.
Kelenjar prostat mengitari leher kandung kemih dan urethra dan hipertropi prostat sering
menghalangi pengosongan kandung kemih.

Etiologi BPH belum jelas


• Perubahan keseimbangan hormon testosteron & estrogen pada usia lanjut
• Growth factor pemicu pertumbuhan stoma kel prostat
• Hidup sel-sel prostat > lama
• Proliferasi abnormal sel stem  produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat berlebihan.

Patofisiologi
• Pembesaran prostat perlahan2, menyebabkan terjadi resistensi uretra, detrusor leher vesika
kontraksi lebih kuat akan menyerang serat detrusor lebih tebal, terjadi dekompensasi yaitu tidak
mampu lagi kontraksi, maka akan terjadi retensi urin total, akan mempunyai risiko hidronefrosis
Tanda dan Gejala
• hilangnya kekuatan pancaran saat kencing
• Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih.
• Rasa nyeri saat memulai miksi
• Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).
Gejala Klinis
• Gejala Obstruktif  kencing > lama & sering mengejan
• Intermitency = terputus-putusnya aliran kencing
• Terminal dribling = menetesnya urine pada akhir kencing.
• Pancaran lemah
• Rasa tidak puas berakhirnya buang air kecil
Gejala Iritasi yaitu :
• Urgency = perasaan ingin buang air kecil sulit ditahan.
10
• Frekuensi = miksi > sering malam hari (Nocturia)
• Disuria = nyeri pada waktu kencing.

Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologi
a. Prelograf intravena
b. USG
c. Pemeriksaan Cytoskopi
D. Terminologi system urinaria (urology)

Terminologi anatomi dan fisiology system urinaria:


No Istilah medis Difinisi
1 Ginjal organ pengeluaran metabolisme tubuh dlm bentuk urin
2 Cortek Lapisan terluar dari ginjal
3 Medulla Bagian terdalam dari ginjal
4 Nephron Struktur & fungsional ginjal, t.a: simpai bowman, glomerulus, pipa berkelok atas &
pipa berkelok bawah, berjumlah sekitar satu juta & mampu membentuk urin
5 Renal pelvik b/d pelvik ginjal ; saluran berbentuk ekspansi diatas ureter
6 Ureter Aliran ginjal, pipa dari ginjal ke kandung kemih
7 Meatus Urinari Lubang / mulut urethra eksternal
8 Urinari bladder; Kantung tempat menyimpan urin yang diterima dari ureter untuk dikeluarkan melalui
kandung kemih urethra
9 Urethra Aliran urin dari kandung kemih untuk diekskresikan ke luar tubuh

Terminologi Gangguan urinaria


Kondisi klinik Definisi
Azoturea Kelebihan urin /senyawa nitrogen lainnya) dlm urin
Calculus Batu ginjal
Cistitis Peradangan pada kandung kemih
Dialisis Proses gunakan ginjal buatan utk menyaring bahan-bahan limbah dari tubuh
“floating kidneys” ; Sebuah ginjal yang terletak pada posisi/lokasi abnormal karena cedera atau cacat
ginjal mengambang lahir
Glomerulo-nephritis Radang ginjal terutama dalam glomerulus
Hydronephrosis Distensi / penumpukan air kencing pada ginjal karena sumbatan pada ureter
Nephrolithiasis Kondisi yang ditandai oleh adanya batu dalam ginjal ; penyakit batu ginjal
Nephroptosis Kondisi ginjal yang turun
Nephrorrhaphy Adanya tindakan penjahitan pada ginjal
Pyelitis Peradangan pada pelvis ginjal
Renal failure Gagal ginjal; ginjal tidak berfungsi scr normal yang akan mengakibatkan gangguan
berat thd kesehatan penderita
Renal transplant Operasi/tindakan pembedahan dengan memindahkan ginjal dari satu orang ke orang
lain untuk menggantikan ginjal yang sakit
Uremia Ada ureum dlm darah yg menimbulkan keadaan keracunan dg gejala-gejala mual,
muntah, sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, koma/kejang-kejang & nafas serta
keringat berbau kemih, disebabkan gangguan fungsi ginjal
Ureterostomy Pembuatan saluran baru untuk saluran kencing
Urethritis Peradangan pada urethra
Urinary tract infection Infeksi saluran kencing
(UTI)
Wilm‟s tumor Tumor ganas ginjal, khususnya berpengaruh pada anak usia dibawah 5 tahun

Istilah khusus
Kata Definisi
Albuminuria Kondisi abnormal dengan adanya serum albumin (protein ) dalam urine
Anuria Tidak terdapat urin
Bladder distention; distensi Kandung kemih penuh
kandung kemih
Blood chemistries; kimia Tes darah untuk fungsi ginjal, terutama BUN ( Urea, Nitrogen, Darah ) dan
darah kreatin
Blood urea nitrogen (BUN) ; Uria (nitrogen ) konsentrasi serum atau plasma; indikator penting untuk fungsi
11
Kata Definisi
Urea, Nitrogen, Darah ginjal
Catheterization Sebuah kateter (tabung/pipa) ke dalam kandung kemih untuk menghilangkan
distensi kandung kemih
Clinitest Tes untuk glukosa dalam urin / sub-sub lain dalam urin
Continent Mampu mengendalikan buang air besar dan buang air kecil
Cystoscopy Pemeriksaan visual pada saluran kencing dengan menggunakan cytoscope
Diuresis Peningkatan ekskresi urin
Dysuria Nyeri/sulit buang air kecil
Enuresis Buang air kecil tidak terkontrol, exs:ngompol (BAK saat tidur )
Frequency (urgency) Keinginan utk buang air kecil pd interval pendek , tp pemakai-an jumlah kecil
karena kapasitas kandung kemih berkurang
Hematuria Adanya darah dalam urin
Incontinent Ketidakmampuan utk mengendalikan buang air kecil & buang air besar
Intravenous pyelogram Sebuah teknik radiologi untuk memeriksa struktur dan mengevaluasi fungsi
(IVP) sistem urinari
KUB Singkatan Kidney, Ureter and Bladder
Nocturia, nycturia Pengeluaran urin di waktu malam hari
Oliguria Sekresi kemih yang berkurang, dibandingkan dengan masukan cairan; Buang air
kecil dengan jumlah sedikit
Pyuria Adanya nanah dalam urin
Retrograde Sebuah teknik radiologi utk memeriksa struktur sistem ginjal yg sangat berguna
Pyelogram utk menemukan sumbatan saluran kemih
Scan (renal) Gambar yg dihasilkan setelah pasien disuntik dg zat radioaktif. Hal ini dpt
menentukan bentuk & fungsi ginjal.
Testape Kertas khusus yg berubah warna ketika dicelupkan dlm air seni
Ultrasonography; USG Visualisasi struktur2 dlm tubuh dg merekam pantulan gelombang bunyi yg tidak
dapat didengar oleh manusia
Urinalysis (UA) Analisis urin : keasaman, kadar gula
Retensi Urin Ketidakmampuan buang air kecil krn berbagai alasan. Shg tubuh (ginjal) tetap
mengandung limbah air kencing

Penugasan Anatomi, Fisiology, Patology, Terminology System Urinaria

Latihan 1
1. Sebutkan bagian2 anatomi system urologi dalam istilah medis, bahasa inggis, bahasa Indonesia. pada
gambar system urologi terlampir ! (Gambar system urinaria)
2. Jelaskan apa fungsi masing-masing bagian dibawah ini:
a. Ginjal c. Kandung kemih (kandung kencing)
b. Ureter d. Uretra
3. Jelaskan bagaimana proses pembentukan urine dan proses pengeluaran urine.

Latihan2
Jelaskan :
a. Pengertian penyakit dan gangguan tersebut dan lokasi utama gangguan !!
b. Gejala dan tanda-tanda
c. Pemeriksaan penunjang dan Ttindakan

Penyakit dan gangguan yang sering terjadi dibawah ini:


1. Penyakit infeksi sistem urinary (ISK) dari infeksi setiap bagian system urinary:
a. Glomerulonefritis c. Cystitis
b. Pyelonefritis d. Uretritis
2. Batu ginjal, batu ureter, batu kandung kencing, batu di uretra.
3. Hipertropi prostat
4. Nephrotic syndrome
5. Gagal Ginjal

Latihan 3: Jelaskan pengertian istilah dibawah ini:


Calculus Bladder distention Renal failure Catheterization
Hydronephrosis Albuminuria Retensi Urin Intravenous pyelogram (IVP)
12
Nephrolithiasis Anuria Dialisis Retrograde Pyelogram
Nephroptosis Pyuria Nephrorrhaphy Cystoscopy
Pyelitis Continent Renal transplant Ultrasonography; USG
Dysuria Hematuria Ureterostomy Enuresis
Uremia Incontinent Diuresis Frequency (urgency)
Oliguria Nocturia, nycturia

1
2
9

10

11

5
6
12

7 8

13

14 15

13
BAB 2
SYSTEM GENITALIA PRIA DAN WANITA

A. Pendahuluan
Sistem genitalia atau sering disebut organ kelamin terdiri genitalia pria dan genitalia wanita. Sistem
genitalia adalah sistem organ seks dalam yang bekerja sama antara hasil genitalia pria dan wanita
untuk tujuan reproduksi manusia. Organ seksual sesuai jenis kelamin memiliki perbedaan yang
signifikan, yang memungkinkan untuk kombinasi materi genetik antara dua individu untuk menghasilkan
keturunan.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, pada
penyakit dan gangguan system genitalia pria dan wanita sebagai dasar untuk mencapai kompetensi
clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami anatomi dan fisiologi system genitalia pria dan genitalia
wanita, serta proses pembentukan sperma dan pembentukan ovum.

Kegiatan Belajar : anatomi, fisiologi sistem genitalia pria dan genitalia wanita

B. Anatomi dan Fisiologi Genitalia Pria

Gambar 2.1 Anatomi reproduksi pria

Organ genital (reproduksi) pria meliputi:


1. organ reproduksi internal yang meliputi:
a. testis,
b. saluran pengeluaran (epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, uretra)
c. kelenjar asesoris (vesikula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar Cowper) yang mensekresikan
getah esensial bagi kelangsungan hidup dan pergerakan sperma.
2. Organ reproduksi eksternal meliputi :
a. penis
b. skortum.

Testis
1. Sepasang, berbentuk oval terletak dalam skrotum atau kantung pelir

14
2. Testis berada di luar tubuh, karena pertumbuhan sperma membutuhkan suhu lebih rendah dari
o
suhu tubuh. Suhu dalam skrotum 2 C lebih rendah dari suhu rongga perut.
3. mengandung lipatan tubulus seminiferus (tempat pembentukan sperma) Dinding tubulus
seminiferus mengandung jaringan ikat dan jaringan epithelium benih pembentukan sperma
(spermatogenesis).
4. Berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang mengandung sel-sel Leydig penghasil hormone androgen
yaitu testosterone.

Gambar 2.2 Skema Anatomi reproduksi pria

Epididimis
1. Sepasang, saluran yang keluar testis, berkelok-kelok diluar permukaan testis kurang lebih 6 m.
2. Sebagai tempat pematangan sperma, sehingga sperma menjadi motil & mampu membuahi.
Vas deferens
Sepasang, saluran lurus keatas kelanjutan epididimis. Sebagai saluran jalan sperma dari epididimis ke
vesikula seminalis (kantung semen/ kantung mani).
Vesikula seminalis
1. Sepasang, kantung kelenjar yang berlekuk-lekuk.
2. Dindingnya mensekresikan cairan kental berwarna kekuning-kuningan dan bersifat basa (alkalis),
60% total volume semen, mengandung lendir, gula fruktosa (penyedia energi untuk pergerakan
sperma), enzim, vitamin dan hormon prostagladin.
Saluran ejakulasi
1. Sepasang, saluran pendek menghubungkan duktus vesikula seminalis dan uretra.
2. Terdapat klep yang akan menutup urine dari kandung kencing apabila terjadi ejakulasi.
Uretra
1. Satu buah, saluran disepanjang penis, memiliki lubang keluar di ujung penis.
2. Berfungsi sebagai saluran keluar urine dan saluran keluar air mani.
Kelenjar prostat.
1. Satu buah, terdapat di bawah kandung kemih.
2. Mensekresikan getahnya secara langsung ke dalam uretra berupa cairan encer berwarna putih
seperti susu mengandung enzim antikoagulan dan asam sitrat (nutrisi bagi sperma).
3. Mensekresi cairan alkali encer untuk menetralisis cairan vagina yang basa.
4. Mensekresi hormone prastaglandin
Kelenjar Cowper atau kelenjar Bulbouretra.
1. Sepasang, terletak di bawah kelenjar Prostat.
2. Mensekresikan getahnya kedalam uretra berupa mukus (lendir) jernih bersifat basa yang dapat
menetralisir urin asam yang tertinggal di sepanjang uretra.
Penis
1. Satu buah.
15
2. Tersusun dari 3 silinder jaringan erektil mirip spons berasal dari vena dan kapiler yang mengalami
modifikasi, 2 buah terletak di atas = korpus kavernosa, 1 buah terletak di bawah membungkus
uretra = korpus spongiosum.
3. Batang utama penis dilapisi kulit yang relatif lebih tebal.
4. Kepala penis (glands penis) banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
5. Gland penis ditutup lipatan kulit yang jauh lebih tipis = preputium (prepuce). Kulit ini dihilangkan
pada saat dikhitan. Sunat dianjurkan karena memudahkan membersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkena infeksi.
6. Bila terjadi suatu rangsangan, jaringan erektil akan terisi penuh oleh darah dan penis akan
mengembang dan tegang = ereksi.
7. Penis dapat berfungsi sebagai alat kopulasi bila dalam keadaan ereksi.

Gambar 2.3. Penampang penis pada reproduksi pria

Skrotum (kantung pelir)


1. Sepasang. Kantung yang didalamnya berisi testis.
2. Antara kantung dibatasi oleh sekat yang tersusun jaringan ikat dan otot polos yang menyebabkan
skrotum dapat mengendur dan berkerut, otot-otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke dinding
perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.

Rambut kemaluan
Berfungsi menyaring kotoran agar tidak langsung menempel kulit kemaluan.

C. Anatomi dan fisiologi System Genitalia Wanita

Gambar 2.4. Skema anatomi Sistem genitalia wanita

Ovarium
1. Sepasang, oval, menggantung bertaut ke uterus.
2. Ovarium terbungkus kapsul pelindung yang kuat & banyak folikel + 400.000 folikel. Dari 2 (dua)
ovarium, namun beberapa ratus yang berkembang & melepaskan ovum sejak menarche s/d
menophause secara bergantian.
3. Menghasilkan ovum, dan mensekresi hormon estrogen dan progesteron.
4. Folikel mensekresikan hormon estrogen
5. Folikel pecah melepaskan ovum, folikel berubah menjadi korpus luteum, yang mensekresi estrogen
dan progesteron. Estrogen dari korpus luteum tidak sebanyak sekresi folikel.
16
6. Jika sel telur tidak dibuahi, maka korpus luteum akan mengalami lysis dan sebuah folikel baru akan
mengalami pematangan pada siklus berikutnya.

Tuba falopii/oviduct (saluran telur)


1. Sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai disebut infundibulum
2. Berfungsi menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran bersilia,
gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus.
Uterus (rahim)
1. Satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir,
2. Bagian bawah mengecil disebut cervix.
3. Berfungsi tempat tumbuh & berkembangnya embrio,
4. Dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan.
5. Dinding sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah.
Endometrium menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.
Vagina
1. Ada selaput tipis berpembuluh darah disebut hymen, menutupi sebagian vagina. Hymen dapat
robek karena aktivitas fisik berat atau hubungan sex.
2. berfungsi sebagai alat kopulasi wanita & saluran kelahiran.
3. Dinding berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Dinding sebelah dalam bermuara
kelenjar bartholin mensekresi lendir saat rangsangan seks

Gambar 2.5. Sistem Reproduksi wanita

Mons veneris : Bagian paling atas vulva, tebal dan banyak mengandung jaringan lemak
Labium mayora :
Sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi rambut
Labium minora.
Sepasang, suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak pembuluh darah & saraf. Bagian
atas membentuk clitoris, mengelilingi vestibulum ada uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian
bawah.
Clitoris: Tonjolan kecil, banyak syaraf sehingga paling peka terhadap rangsang

D. Hormon Reproduksi Pria dan Proses Spermatogenesis


Pengertian Hormon
Dari bahasa Yunani, horman = "yang menggerakkan"
Hormon adalah zat kimia yg dihasilkan kelenjar endokrin/buntu. Kelenjar yang tidak mempunyai saluran
mengeluarkan sekresinya, masuk kedalam aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh
tubuh, menuju suatu organ target. Setelah sampai pada organ yang dituju, hormon merangsang terjadi
perubahan. Perubahan yang dikontrol hormon biasanya perlu waktu panjang.
Hormon berfungsi pengaturan metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi,
mempertahankan homeostasis, reaksi terhadap stress, dan tingkah laku.

Ciri-ciri hormon
• Diproduksi & disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah sangat kecil
• Diangkut oleh darah menuju ke sel/jaringan target
• Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat dalam sel target
17
• Punya pengaruh mengaktifkan enzim khusus
• Punya pengaruh tidak hanya thd satu sel target, tetapi dapat juga mempengaruhi beberapa sel
target yang berlainan.
Hormon kelamin Pria
Beberapa hormone yang mempengaruhi reproduksi pria antara lain:
1. Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi merangsang kelenjar
hipofisa bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormon FSH dan LH.
Follicle Stimulating Hormone/FSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior (Kelenjar Pituitary),
FSH berfungsi:
a. merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis.
b. Merangsang sel leydig untuk menghasilkan testosterone.
Luteinizing Hormone/LH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi LH:
a. merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
b. Pada pria, awal pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun terjadi peningkatan tinggi dan berat
badan yang relatif cepat bersamaan dengan pertambahan lingkar bahu dan pertambahan
panjang penis dan testis. Rambut pubis dan kumis serta jenggot mulai tumbuh.
c. Pada masa ini, pria akan mengalami mimpi basah.

2. Testosteron
Testosteron adalah hormone diproduksi di testis oleh sel Leydig.
Testosteron berfungsi :
a. Merangsang perkembangan organ seks primer pada saat embrio,
b. Pada masa pubertas testosteron mempengaruhi perkembangan alat reproduksi
c. Memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder (ciri kelamin pria, seperti: pertumbuhan rambut
kumis dan jenggot, pertambahan massa otot, perubahan suara, jakun).
d. Mendorong spermatogenesis tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma,
terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.

3. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel Sertoli juga mensekresi
suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya
ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.

4. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara
khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

18
Proses Spermatogenesis

Gambar 2.6. Proses spermatogenesis, jaringan testis dengan sperma

Spermatogenesis adalah pembentukan sperma di dalam testis, tepatnya di dalam tubulus seminiferus.
Dua sampai tiga lapis dinding luar tubulus seminiferus merupakan epithelium germinal, sel-selnya
berdeferensiasi menjadi spermatogonia sebagai prekusor sperma.
1. Spermatogonia (mengandung kromosom diploid =2n), terus-menerus memperbanyak diri
membelah secara mitosis. Setelah berulangkali membelah menjadi spermatosit primer (2n).
2. Setelah beberapa minggu, spermatosit primer membelah secara meiosis (meiosis 1) menjadi 2
buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid (n) atau 23 buah kromosom.
3. Spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis (meiosis 2) menjadi 4 buah spermatid.
4. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis
terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
5. Spermatid = calon sperma belum mempunyai ekor dan mengandung kromosom haploid (bentuk sel
epithelium). Kemudian setelah beberapa minggu mulai memanjang dan berubah bentuk menjadi
sperma yang memiliki kepala dan ekor. Perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi
6. Selama spermatogenesis, sperma yang berkembang secara perlahan-lahan didorong ke tengah
tubula seminiferus dan terus ke epididimis tempat sperma mendapatkan motilitasnya (kemampuan
bergerak).

Testis dapat memproduksi 150 juta sperma dalam waktu 24 jam. Sekali ejakulasi dapat mengeluarkan
100 juta s/d 300 juta sperma, dan bila sperma tidak dikeluarkan akan diserap secara alamiah. Di antara
sel-sel yang sedang mengalami spermatogenesis dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel sertoli
yang berfungsi sebagai penyedia nutrien dan mengatur proses spermatogenesis.

E. Hormon Reproduksi Wanita dan Proses Oogenesis

Hormon Kelamin Wanita


1. Ovarium menghasilkan hormon :
a. Estrogen; berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada
wanita.
b. Progesteron; berfungsi menyiapkan dinding uterus agar dapat menerima telur yang sudah
dibuahi.
2. Kelenjar Hipofisis Anterior
a. Follicle Stimulating 1) Wanita: merangsang perkembangan folikel pd ovarium dan sekresi
Hormon (FSH) estrogen
2) Testis: stimulasi testis  sperma
b. Luteinizing 1) Wanita: bersama dg estrogen stimulasi ovulasi & pembentukan
hormone (LH) progesterone oleh korpus luteum
19
2) Pria: stimulasi sel – sel interstitial testis  berkembang & hasilkan
testoteron
c. Prolaktin Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu
d. Oksitosin Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses
melahirkan

Hormon estrogen
Tujuan hormon estrogen
1. “Rahim". Mempersiapkan bagi kehamilan, ketebalan dinding meningkat 3-4 kali, dikelilingi
pembuluh2 kapiler (u/ kirim gizi yg dibutuhkan jika pembuahan terjadi). Otot-otot rahim kekuatan
bertambah u/ lindungi letak sel telur jika dibuahi.
2. Pertumbuhan Payudara perempuan masa pertumbuhan.
3. Estrogen akan meningkatkan penimbunan lemak di dalam payudara, & pelipatgandaan kelenjar
susu untuk persiapan menjamin bayi
4. Pembentukan bagian2 tubuh khusus perempuan lainnya antara lain: suara tinggi khas
perempuan, bentuk tubuh perempuan
5. Estrogen dalam 2 minggu di saat tepat untuk pembuahan telur, akan meningkat tajam, dan akan
pelepaskan cairan khusus dari rahim ke vagina yang berfungsi menangkap sperma dan
membawanya naik. meningkatkan gerakan sperma dan membawanya menuju sel telur

Rahim ibu berada di lingkungan yang sangat mudah terinfeksi bakteri.


Hormon Estrogen akan mempengaruhi sel-sel epitel uterus mulai melepaskan suatu asam, sehingga
memberikan lingkungan yang sesuai untuk pelipatgandaan bakteri menguntungkan (Doderlein's
bacillus), yang akan melindungi vagina dari infeksi

Hormon Progesteron
Hormon progesteron meningkatkan kekuatan estrogen. Progesteron pengaruhi indung telur dengan
mencegah dilepaskan sel telur baru. Progesteron akan menghilangkan pengaruh hormon oksitosin
(kelenjar pituiteri), dan mencegah pengeluaran telur yang telah dibuahi.
Saat mencapai dinding rahim & mulai tumbuh, sel telur yang telah dibuahi menjadi benda asing bagi
tubuh ibu, dan sel kekebalan di tubuh ibu akan menyerang sel saat berkembangbiak. Progesteron
mencegah sel2 sistem kekebalan tidak menyerang zigot di dinding rahim dan melindungi
perkembangan sekelompok sel agar tidak diserang.

Proses Oogenesis
Oogenesis = proses pembentukan ovum di dalam ovarium
Oogenesis mulai bayi wanita masih di kandungan (5 bl)
1. Dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak), dengan 46 kromosom, memperbanyak diri
(mitosis), bentuk oosit primer.
2. Oosit primer terbungkus dalam folikel yg penuh cairan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan
ovum.

20
Gambar 2.5. Perkembangan folikel dan Oogenesis

Pada saat bayi perempuan lahir,


1. Dalam tiap ovarium mengandung + 1 juta oosit primer.
2. Oosit primer alami fase istirahat sampai masa pubertas. Beberapa oosit primer mengalami
degenerasi pada usia pubertas menjadi 200.000 buah

Memasuki usia pubertas :


1. sekresi hormon estrogen akan memacu oosit primer untuk mngalami meiosis pertama
menghasilkan 2 sel berbeda ukuran yaitu oosit sekunder (berukuran besar) dan polosit primer
(berukuran kecil).
2. oosit sekunder membelah menjadi 2 yaitu ootid (berukuran besar) dan polosit sekunder (berukuran
kecil). Sedangkan polosit primer membelah menjadi 2 polosit sekunder. Sehingga pada akhir
oogenesis dihasilkan 3 polosit dan 1 ootid yang berkembang menjadi ovum
3. Oogenesis terhenti hingga terjadi ovulasi,
4. Bila tidak terjadi fertilisasi oosit sekunder akan mengalami degenerasi.

Perkembangan folikel di dalam ovarium


1. Folikel yaitu suatu kantung pembungkus yang penuh cairan yang menyediakan nutrisi bagi oosit.
2. Selama perkembangan oosit primer sehingga menjadi oosit sekunder yang berada dalam folikel.
3. Oosit primer ada dalam folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder.
4. Oosit sekunder yang ada dalam folikel tersier menjadi folikel de Graaf (folikel yang telah matang)
5. Setelah ovulasi atau lepasnya oosit sekunder folikel telur akan berubah menjadi korpus luteum.
6. Korpus luteum mengalami degenersi membentuk korpus albikan

Persiapan pertemukan Sel Telur


Telur masak dilepaskan ovarium dalam perjalanan menuju uterus. Ketika dibuahi di dalam perjalanan
ini, sel mulai kehidupan baru. Jika tidak dibuahi, akan mati dan dikeluarkan dari tubuh. Ketika
meninggalkan indung telur dan memulai perjalannya, kelenjar pituitari melepaskan LTH menuju indung
telur dan mempengaruhi "corpus luteum" untuk melepaskan progesteron.
Jika pembuahan tak terjadi, maka jumlah progesteron dan estrogen turun cepat, sehingga semua yang
disiapkan ini (pembuluh kapiler di dinding rahim yang dilipatgandakan) dikeluarkan dari tubuh lewat
proses haid (menstruasi). Pelepasan hormon FSH empat minggu kemudian di dalam kelenjar pituitari
berhubungan dengan sebuah sel telur baru yang mulai masak dalam indung telur, dan daur baru
persiapan empat-mingguan dimulai
21
Siklus Mentruasi
• Menstruasi atau haid yaitu pendarahan akibat luruhnya dinding dalam rahim (endometrium) yang
banyak pembuluh darah.
• Endometrium dipersiapkan menerima implantasi embrio.
• Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan akan luruh, maka darah keluar melalui cervix dan
vagina.
• Pendarahan secara periodik, jarak waktu menstruasi satu siklus menstruasi.
• Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi
dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi.
• Siklus ini terdiri atas 4 fase: fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi

Fase-fase dalam Mentruasi


1. Fase menstruasi = bila ovum tidak dibuahi, korpus luteum menghentikan produksi hormon
estrogen dan progesteron, maka hormon tersebut turun, sehingga endometrium luruh keluar dari
uterus dan terjadi pendarahan menstruasi.
2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi. Hormon gonadotropin (hipotalamus) memacu hipofise
sekresi FSH. FSH memacu pematangan dalam folikel, dan merangsang folikel mensekresikan
hormon estrogen. Maka terjadi pembentukan (poliferasi) dinding endometrium, sehingga Cervix
mensekresi lendir ke vagina untuk mendukung kehidupan sperma tidak mudah mati.
3. Fase Ovulasi yaitu pada hari ke 14, dimana banyaknya hormon estrogen menghambat sekresi
FSH, memacu hipofise sekresi LH, dan merangsang pelepasan oosit sekunder dan terjadilah.
4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi  14 hari (sama)
Folikel de Graaf  berkerut menjadi korpus luteum (yang mensekresi hormon progesteron dan
estrogen sedikit). Progesteron mendukung estrogen mempertebal dan menumbuhkan endometrium
siap terjadi implantasi embrio.

E. Terminologi medis:

Terminologi anatomi dan fisiology system genital (reproduksi)


No Organ Difinisi
1 Testis (pl., testes) Buah zakar; yang memproduksi semen/air mani
2 Ductus Saluran untuk ekskresi air mani & spermatozoa
3 Epididymis Anak buah zakar; ujung testis; berfungsi sebagai penyimpanan, transit &
pematangan spermatozoa
4 Vas deferens Perpanjangan dari epididimis yang menghubungkan vesikula seminalis
untuk membentuk saluran ejakulasi
5 Duktus Seminalis Kandung mani; bersama kelenjar prostat membentuk semen
6 Ejaculatory Duct vesicle/ Saluran yang dibentuk oleh duktus vas deferent dan duktus vesikula
duktus vesikula ejakulator seminalis
7 Urethra Saluran untuk pengeluaran sperma dan urin
8 Glandula Accessori Sekresi sperma; membentuk cairan semen
9 Kelenjar Prostat Kelenjar yang mengelilingi leher kandung kemih dan urethra; sekresi air
mani
10 Genitalia eksterna Skrotum dan penis
11 Ovarium Indung telur; alat kelamin wanita yang membentuk sel telur
12 Ductus Fallopii Saluran telur; tuba fallopi; tempat terjadinya fertilisasi
13 Uterus Organ untuk memberi makan janin; tempat tumbuh kembangnya janin
14 Vagina Saluran untuk kelahiran dan keluar darah menstruasi, tempat untuk
copulasi
15 Kelenjar Bartholini Kecil, mengeluarkan lendir kelenjar, letak dekat vagina
16 Genitalia eksternal Vulva : labia mayora, minora, klitoris, uretra
17 Payudara Mast; mammae; untuk laktasi
18 Ovulasi Pelepasan ovum dari ovarium untuk ditangkap fimbriae tuba fallopii.
19 Menstruasi Keluarnya darah dari vagina karena proses pembuahan tidak terjadi.
20 Endometrium Lapisan dinding dalam uterus, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh
darah, dan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi
21 Myometrium Otot uterus yang berada pada lapisan tengah dinding uetrus
22 Corpus luteum Folikel pada ovarium yang terjadi setelah ovulasi, dan menghasilkan
hormon progesterone dan estrogen.
22
Penugasan system genitalia

Latihan 1
1. Jelaskan bagian2 genitalia pria (gambar dibawah) dengan istilah medis, bahasa inggris dan Indonesia
2. Jelaskan fungsi masing-masing bagian genitalia pria tersebut.
3. Hormone apa saja yang dihasilkan terkait genitalia pria? Jelaskan fungsi hormone tersebut
4. Jelaskan proses spermatogenesis

Latihan 2
1. Jelaskan bagian genitalia wanita (gambar dibawah) dengan istilah medis, bahasa Inggris dan Indonesia
2. Jelaskan fungsi dari: Ovarium ; Tuba falopii ; Uterus ;Cervix uteri: Vagina
3. Hormone apa saja yang dihasilkan terkait genitalia wamita? Jelaskan fungsi hormon tersebut?
4. Jelaskan proses Oogenesis, perkembangan folikel, siklus mentruasi !

Latihan 3
Sebutkan istilah medis untuk masing-masing arti sebagai berikut :
1. Kelenjar kelamin laki-laki yang memproduksi air mani disebut ……………………………
2. Skrotum adalah …………………………….
3. Penis adalah ………………………………………………………………
4. Kelenjar untuk penyimpanan dan pematangan spermatozoa adalah ………………
5. Saluran sebagai alat untuk perjalanan bagi spermatozoa dan air mani disebut ………
6. Proses pembentukan sperma disebut ………………..
7. Proses pembentukan ovum di dalam ovarium ……………………..
8. Saluran untuk kelahiran, pengeluaran darah menstruasi, tempat untuk copulasi yaitu: ……
9. Organ untuk memberi makan janin; tempat tumbuh kembangnya janin yaitu ………………
10. Folikel de graf adalah ……………………..

23
Gambar Genitalia Pria

24
Gambar Genitalia Wanita

25
BAB 3
PATOLOGY SYSTEM GENITALIA (REPRODUKSI)

A. Pendahuluan
Patology sistem genitalia adalah ilmu yang mempelajari penyakit atau gangguan organ kelamin pria
dan wanita. Dengan perbedaan bentuk dan fungsi antara genitalia pria dan wanita, maka jenis penyakit
atau gangguan yang terjadi akan berbeda. Ada beberapa penyakit atau gangguan yang terjadi hanya
pada genitalia pria dan beberapa gangguan yang terjadi hanya pada genitalia wanita. Untuk penyakit
infeksi tertentu bisa terjadi pada wanita dan pria dengan penyebab yang sama, tetapi memberikan
gejala bisa sama bisa berbeda.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, pada
penyakit dan gangguan system genitalia pria dan wanita sebagai dasar untuk mencapai kompetensi
clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami, menelusuri dan menganalisis kesesuaian informasi yang
mendukung diagnosis penyakit dan masalah kesehatan serta tindakan dari gangguan atau penyakit
pada system genitalia pria dan genitalia wanita..

Kegiatan Belajar : patologi dan terminology sistem genitalia pria dan genitalia wanita

B. Patology system genitalia (reproduksi) pria


Beberapa gangguan reproduksi pria antara lain:
1. Organ yang mengalami gangguan atau perubahan bentuk atau perubahan produks
2. Infeksi reproduksi
3. Kanker

Gangguan organ antara lain:


1. Hipogonadisme, adalah penurunan fungsi testis pria
Penyebab: adanya gangguan interaksi hormon androgen dan hormone estrogen, yang bisa
menyebabkan berkurangnya karakter maskulin pada pria dan kemandulan, serta impotensi.
Penanganan penyakit hipogonadisme adalah dengan terapi hormon.
2. Kriptorkidisme, adalah gangguan yang disebabkan kegagalan satu ataupun dua testis untuk turun
dari abodemen menuju scrotum. Kelainan ini terjadi ketika masih bayi, dan menyebabkan hormon
testoteron pria tidak berkembang dengan baik.
Penanganan: pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron.
Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
3. Anorkidisme adalah penyakit dimana testis bejumlah satu atau tidak ada sama sekali.
4. Hyperthropic prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang biasanya terjadi pada usia-usia
lebih dari 50 tahun. Penyebabnya belum jelas diketahui.
5. Hernia Inguinal atau Hernia scrotalis adalah gangguan atau kelainan yang ditandai dengan
sebagian usus terdorong menembus dinding abdominal dan masuk ke selangkangan atau skrotum.
Kelainan ini terlihat sebagai suatu pembengkakan di daerah selangkangan. Kelainan ini dapat
ditangani dengan cara pembedahan.
6. Pseudohermaphrodite adalah kelainan dimana bentuk alat kelamin seperti laki-laki dan
perempuan namun tidak sempurna. Kelaminnya memiliki penis yang sangat kecil namun tidak
memiliki testis. Bahkan pada beberapa bayi ditemukan jaringan testis dan ovarium. Penyakit ini
adalah bawaan sejak lahir dan sangat langka.
7. Impotensi adalah gangguan pada laki-laki yang membuat penis tidak dapat melakukan ereksi,
sehingga sulit untuk melakukan kopulasi. Impotensi disebabkan oleh faktor organic yaitu gangguan
persyarafan dan pembuluh darah di penis seperti kencing manis, kelumpuhan syaraf tulang
belakang, sehabis operasi prostat. Juga factor psikologis atau emosional seseorang.
8. Mikropenis adalah kelainan pada laki-laki dimana penis berukuran di bawah rata-rata.
9. Ejakulasi Dini adalah gangguan dimana pria tidak dapat mengendalikan proses ejakulasi.
10. Hidrocele adalah adanya bendungan pembuluh di buah zakar yang menimbulkan tertimbunnya
cairan di kantung buah zakar, sehingga ukuran buah zakar melebihi normal. Jika buah zakar

26
mengalami gangguan, maka produksi spermatozoa akan menurun dan pada tingkat penyakit yang
berat dapat mengakibatkan kemandulan.
11. Infertilitas (kemandulan) yaitu ketidakmampuan menghasilkan ketururan. Hal ini dapat
disebabkan oleh: gangguan spermatogenesis (testis terkena sinar radio aktif, racun, infeksi,
gangguan hormon), tersumbatnya saluran sperma, jumlah sperma yang disalurkan terlalu sedikit.
12. Gynecomastia adalah pria jaringan payudara mendadak bertumbuh. Normal terjadi pada remaja
laki-laki yang belum seimbang hormon seksnya, dan akan mereda sendiri.
Bila tidak mengecil, kemungkinan terjadi tumor pada buah zakar atau kelenjar pituitary otak,
cirrhosis hati, pemakai hormon estrogen untuk kanker prostat, atau pemakaian obat golongan
steroid lain. Pasien seperti ini perlu di biopsi untuk menyingkirkan kemungkinan kanker.
13. Deviasi Seksual, seperti homoseksual, transeksual adalah keinginan untuk mengubah jenis
kelaminnya menjadi seorang wanita. Hypersex, disebabkan aktivitas hormon androgen yang terus
membanjir menambah libido pria. Bertambahnya libido, bukan berarti pria selalu perkasa.

Infeksi organ reproduksi


1. Uretritis, adalah peradangan pada bagian uretra.
Gejala: rasa gatal yang berlebihan terutama pada bagian penis, sering buang air kecil.
Penyebab: organisme yang paling sering adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum
atau virus herpes.
2. Prostatitis adalah peradangan pada kelenjar prostat.
Penyebab: bakteri Escherichia colia, maupun bukan bakteri..
Gejalanya: pembengkakan priostat yang dapat menghambat uretra sehingga timbul rasa nyeri bila
buang air kecil.
3. Epididimitis adalah peradangan pada saluran epididimis yang disebabkan infeksi
Penyebab: bakteri Escherichia Coli dan bakteri Chlamydia (PMS).
Tanda dan gejala: rasa nyeri disertai pembengkakan pada salah satu testis.
4. Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria
dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
5. Phimosis adalah gangguan penyempitan lubang uretra karena perlengketan kulup penis, sehingga
kepala penis tidak bisa terbuka sepenuhnya, menyebabkan penumpukan smegma (kotoran hasil
sekresi kelenjar kulup) di sekitar kepala penis, dan penumpukan smegma mendukung penyebaran
berbagai bakteri penyebab peradangan.
Risiko phymosis :
a. kesulitan buang urine dan urine tertahan di uretra, dapat terjadi infeksi uretra.
b. baru lahir dapat menderita phimosis fisiologis, akan menghilang setelah tiga tahun.
c. bila di usia enam atau tujuh tahun phimosis masih ada, maka perlu dilakukan sunat.
6. Kutu kelamin adalah ada kutu yang sangat kecil, berwana kelabu kecoklatan, menetap pada
rambut kemaluan. Kadang-kadang menetap dibawah kulit, menyebabkan luka-luka kecil dan gatal.
Dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut kelamin. Penanganan dan
pencegahan dengan kebersihan badan, pakaian, seprei, handukm karena kutu dapat menetap
pada kain-kain terebut

Penyakit Menular Seksual (PMS)


Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi kuman karena penularan hasil kontak seksual dengan
penderita. Beberapa penyakit menular seksual antara lain:

1. Siphilis pada pria


Siphilis sering disebut penyakit raja singa, disebabkan bakteri Treponema Pallidum, ditularkan
melalui hubungan seksual, transfusi darah, atau luka mikroskopis. Bakteri ini masuk kedalam tubuh
manusia melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa
jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat, kemudian menyebar ke seluruh tubuh
melalui aliran darah. Sifilis juga bisa menginfeksi janin dalam kandungan dan menyebabkan cacat
bawaan. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi
kembali.

Gejala Penyakit Sipilis atau penyakit Raja Singa :


Masa incubasi: setelah penularan sampai timbul gejala 9 s/d 90 hari, rata-rata 21 hari..
Stadium 1: Masa awal: 3-13 minggu setelah hubungan seks
a. benjolan dengan luka terbuka “chancre” tidak terasa sakit, di penis, anus, mulut
b. Pembesaran kelenjar limfe bisa saja muncul
c. Sembuh sendiri 4-6 minggu, tetapi kuman tetap beredar di dalam tubuh
27
Stadium 2: muncul sekitar 1-6 bulan (rata-rata 6-8 minggu) setelah infeksi pertama.
a. Ruam kemerahan tanpa rasa gatal di bagian tertentu (telapak tangan & kaki, skrotum).
b. pembesaran kelenjar getah bening,
c. demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, kehilangan berat badan, nyeri otot,kadang-kadang
disertai pusing, nyeri tulang seperti flu, yang hilang sendiri tanpa diobati.
d. akan hilang sendirinya, tetapi penyakit berlanjut.
Masa laten: 2-3 tahun pertama tidak menunjukkan gejala, tetapi tes laboratorium, hasilnya positif.
Masa lanjut: 3-10 tahun penyakit sipilis
a. timbul benjolan seperti tumor yang lunak
b. kerusakan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung, tulang, mata, dll.
Yang menyebabkan kematian.
c. Ibu hamil sipilis ditularkan kepada bayi dikandungnya, lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa
dan keterbelakangan mental.

Gambar 3.1. Terkena penyakit sifilis

Diagnosis
a. Pemeriksaan klinis pada stadium 1 dan stadium 2 sesuai gejala dan tanda dapat ditemukan,
tetapi sulit bila masuk dalam masa laten
b. Test darah menggunakan mikroskop untuk mengetahui kuman treponema pallidum (harus
dilakukan 10 menit selama pengambilan sampel)
c. Tes diagnostic dengan VDRL dan mengetahui partikel aglutinasi Treponemal Pallidum (TPHA),
Test fluorescent treponemal antibody absorption test (FTA-Abs) setelah 2-5 minggu.
d. Tes darah: tingginya limfosit
e. Test tersebut tidak mampu membedakan antara tahap-tahap penyakit.

Penanganan: pemberian antibiotika yang diberikan segera dan tepat serta terpantau dan tuntas
Pencegahan
a. Tidak melakukan hubungan seksual dengan kasus.
b. Penggunaan kondom tetapi tidak menjamin bebas terinfeksi.
c. Pastikan toilet yang digunakan higienis
d. Segera obati bila ada keluhan seperti di atas.

2. Gonorhoe (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea)


Gonorhoe sering disebut kencing nanah, disebabkan infeksi bakteri Neisseria Gonorrhoeae,
menyerang sel epitel yang ditularkan melalui hubungan seksual.

28
Gambar 3.2. Terkena penyakit gonore

Gejala Gonorhoe: 2-7 hari setelah terinfeksi.


 keluarnya cairan berwarna putih seperti nanah dari saluran kencing
 disertai rasa panas dan nyeri pada saat kencing, sering buang air kecil.
 pada pria mulut uretra bengkak dan agak merah
 Bakteri gonorhea dapat menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa nyeri pada
persendian dan dapat mengakibatkan kemandulan.
Bayi baru lahir bisa terinfeksi gonore dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi
pembengkakan kedua kelopak mata dan matanya keluar nanah. Jika infeksi tidak diobati, maka
akan menimbulkan kebutaan.

Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan kuman dari eksudat atau cairan yang keluar dari uretra, vagina atau serviks.
 Kultur: sampel diisolasi di media khusus
Manajemen terapi: Gonorhoe dapat disembuhkan dengan antibiotik secara tepat.

3. Herpes Genitalis .
Herpes genitalis disebabkan oleh virus Herpes simpleks, ditularkan melalui hubungan seksual (PMS)

Gejala penyakit herpes genetalis:


a. timbulnya rasa gatal atau sakit pada daerah kelamin, dan luka yang terbuka atau lepuhan berair.
Gejala awal timbul hari ke 4-7 setelah terinfeksi berupa gatal, kesemutan dan sakit, kemudian
muncul bercak kemerahan kecil, menjadi sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri, dan
lepuhan pecah membentuk luka yang melingkar, nyeri dan membentuk keropeng. Lepuhan dan
luka bisa di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat.
b. Bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
c. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
d. Kelenjar getah bening selangkangan agak membesar.
e. Gejala awal lebih nyeri dan lebih lama serta lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan
mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
f. Pada penderita gangguan sistem kekebalan (HIV), luka bisa sangat berat, menyebar ke bagian
tubuh lain, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan
virus.

Gambar 3.3 Penyakit Herpes Genetalis


29
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus
menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. Virus menetap
dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering
Penanganan: dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan.

4. Balanitis
Balanitis adalah peradangan penis karena jamur candida albicans.
Gejala:
 Kepala penis berlumuran jamur, tampak selaput putih susu di sekujur kepala penis dimana
biasanya akibat tertular dari pihak istri yang mengidap keputihan jamur.
 Menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat
 Pada wanita akan ke luar cairan putih kental yang menyebabkan rasa gatal
Penanganan: dapat disembuhkan dengan krim anti jamur

5. AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrome) /HIV Disease


Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human immunodeficiency virus). Virus ini menular lewat
darah dan cairan kelamin baik melalui jarum suntik, ASI, maupun melalui hubungan seksual. AIDS
menyerang pria maupun wanita.

AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merusak sistem imun pada
manusia dengan menyerang sel darah putih.
Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah. Dapat menyebabkan kematian setelah sepuluh
tahun setelah terinfeksi virus HIV.
Sampai sekarang penyakit ini belum bisa disembuhkan bahkan vaksinnya belum ditemukan
sehingga sangat berbahaya dan mematikan.

Penyakit kanker
1. Kanker Prostat.
Kanker prostat adalah kanker yang berkembang di kelenjar prostat, dan sel kanker prostat dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya terutama pada tulang dan lymph node.
Ciri-ciri kanker prostat:
 kesulitan buang air kecil
 rasa sakit di bagian prostat
 impotensi, dan lainnya.
 Gejala kanker prostat mirip dengan hyperthropic prostat
2. Kanker testis
Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis, yang bisa menyebabkan testis
membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).
3. Kanker Penis, biasanya bersifat ganas, diawali dengan borok. Namun Kasus ini tidak banyak
terjadi.

C. Patology system genitalia (reproduksi) wanita


Beberapa gangguan reproduksi wanita yang paling sering terjadi antara lain:
1. Radang dan infeksi
2. Gangguan pada : Ovarium, tuba fallopii, Uterus, Cervix, Vagina, Payudara
3. Gangguan Mentruasi
4. Infertilitas / sterilitas

Radang dan infeksi


1. Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah kumpulan penyakit pada reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang
pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul.
Gejala umum infeksi panggul:
a. nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan & kiri),
b. nyeri pada awal haid, mual,
c. nyeri saat berkemih,
d. demam,
e. keputihan dengan cairan yang kental atau berbau.
Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemasangan
AKDR (alat kontrasepsi dlm rahim, misalnya: spiral)
30
2. Infeksi vagina
Infeksi vagina biasanya menyerang wanita pada usia yang produktif khususnya bagi mereka yang
telah memiliki pasangan dan aktif melakukan kegiatan seksual.
Penyebab utamanya adalah hubungan seksual.
Gejala-gejala antara lain:
Keputihan berlebih dengan bau sangat menyengat dan disertai rasa gatal. Jika infeksi tidak diatasi
dengan serius, dikhawatirkan ada dampak infeksi yang lebih dalam lagi.

3. Penyakit Menular Seksual (PMS)


PMS atau infeksi menular seksual (IMS), adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seks yang tidak aman. Penyebaran melalui darah, sperma, cairan vagina, cairan tubuh lainnya.
Bisa terjadi penularan dari ibu kepada bayinya, saat mengandung atau melahirkan, pemakaian
jarum suntik berulang/bergantian dari orang berisiko.

Sifilis
Sifilis = raja singa adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema
pallidum. Gejala awal sifilis: terkadang gejala yang muncul sulit dikenali
a. muncul lesi atau luka tidak terasa sakit pada alat kelamin atau pada mulut, sangat mudah
menular. Luka atau lesi ini akan bertahan antara 1-2.5 bulan.
b. Infeksi berlanjut timbul ruam, demam, nyeri pada persendian, sakit kepala.
c. Kerontokan rambut,
d. Berlanjut kelumpuhan, kebutaan, demensia, impotensi, masalah pendengaran dan kematian..
Gejala sama dengan sifilis pada pria dengan stadium-stadium sesuai tahapan penyakit..

Pemeriksaan pendukung: test kuman dari lokasi lesi di sekitar vagina, tes darah VDRL.
Pengobatan: Antibiotik yang tepat.
Pencegahan: hindari hubungan seksual dengan orang berrisiko infeksi. Pemeriksaan kesehatan
pasangan yang pernah berhubungan seksual jika terdiagnosis sifilis.

Gonorhoe atau kencing nanah


Gonorhoe (kencing nanah) adalah penyakit menular seksual oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Gejala gonorhoe pada wanita:
a. Cairan vagina yang encer dan berwarna kuning atau hijau
b. Sering buang air kecil, rasa terbakar atau sakit saat buang air kecil
c. Rasa sakit perut bagian bawah pada saat berhubungan seks atau setelahnya
d. Pendarahan pada saat berhubungan seks atau setelahnya,
e. Pendarahan berlebihan ketika menstruasi, Siklus menstruasi yang terganggu
f. Gatal di sekitar kelamin
g. Demam, Kelelahan
Pemeriksaan penunjang: tes urin dan pengambilan sampel cairan bagian terinfeksi.
Pengobatan: antibiotic
Komplikasi: menyebabkan kemandulan.

Herpes Genital
Herpes genital adalah penyakit seksual disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV).
Gejala herpes genital
a. muncul beberapa hari setelah terinfeksi HSV.
b. Luka melepuh berwarna kemerahan serta rasa sakit pada wilayah genital
c. terasa gatal atau sakit saat membuang air kecil.
Virus ini dapat bersifat dorman atau tidak aktif dan bersembunyi di dalam tubuh tanpa gejala. Tapi
ketika virus ini kembali aktif, luka akan muncul kembali. Tapi luka yang terjadi biasanya lebih kecil
dan tidak terlalu sakit karena tubuh telah menghasilkan antibodi terhadap virus ini setelah pertama
kali terinfeksi. Antibodi yang sudah ada akan melawan kemunculan kembali virus ini.
Pemeriksaan penunjang: pengambilan sampel cairan dari luka yang muncul & tes darah.
Pengobatan: belum ada obat yang bisa menyembuhkan herpes genital.

Gangguan Condiloma Accuminata = kutil kelamin

31
Gangguan ini karena adanya virus human papiloma (HPV) yang berdampak pada munculnya
daging seperti kutil yang akan semakin bertumbuh dan akhirnya menjadi alasan pertumbuhan
kanker pada mulut rahim atau kanker servik.
Penyebaran virus ini melalui hubungan seksual, kontak langsung dari kulit ke kulit
Gejala:
a. Kutil kelamin muncul sekitar 1-3 bulan setelah terjadi infeksi HPV. Kutil di sekitar alat kelamin
atau area dubur, mungkin tidak menimbulkan rasa sakit, tapi rasa gatal, memerah, bisa
berdarah.
b. Sebagian orang yang sudah terinfeksi, tapi tidak pernah mengalami kemunculan kutil.
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan fisik bagian terinfeksi, tes khusus diagnosis HPV.
Pengobatan:
a. Tidak ada pengobatan atau penanganan yang bisa melenyapkan virus HPV.
b. Kutil ditangani dengan prosedur pembekuan, terapi laser, atau memakai krim, operasi untuk
mengangkat kutil besar.
Komplikasi: berisiko terkena kanker serviks, kanker penis, kanker rektum.
Penting pemeriksaan sel kanker melalui secara teratur jika terinfeksi HPV.

HIV (human immunodeficiency virus)


HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Penularan: melalui hubungan seks, berbagi alat suntik, dari ibu kepada bayinya, transfusi darah.
Patofisiologi: Sistem kekebalan tubuh akan melemah dan tidak mampu melawan infeksi.
Pengobatan: belum ada obat. Pengobatan HIV untuk memperpanjang usia dan meredakan gejala.
Gejala HIV
 tidak memiliki gejala yang jelas.
 menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga rentan terhadap berbagai infeksi.
Pemeriksaan penunjang: tes darah HIV di klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT)

Gangguan reproduksi internal antara lain:


1. Cysta
Kista adalah suatu kantong berisi cairan tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang tumbuh
tak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh
dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium
(indung telur) disebut kista ovarium.
Kista ovarium sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama
siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.
Jenis-jenis kista ovarium
a. Kista fungsional yaitu kista yang terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi
normal haid. Kista normal ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya dalam kurun 2-
3 siklus haid. Terdapat 2 macam kista fungsional:
1) Kista folikular. Kista folikuler terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai
ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur, dan bahkan
folikel tumbuh terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya,
jarang menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus haid.
2) Kista korpus luteum. Perubahan folikel menjadi korpus luteum, kadangkala setelah sel
telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya,
menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang
dengan sendiri dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10
cm) diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak
ovarium yang menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista dapat
pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.
b. Kista dermoid adalah kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit,
gigi dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masih kecil, bahkan mungkin sudah dibawa dalam
kandungan ibunya. Kista ini biasanya kering dan tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat
menjadi besar dan menimbulkan nyeri.
c. Kista endometriosis adalah Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip
dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan
berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis
karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis
yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri sanggama.

32
d. Kistadenoma adalah Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan
ovarium, biasanya bersifat jinak. Kistadenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu
organ perut lainnya dan menimbulkan nyeri.
e. Polikistik ovarium adalah terbentuk dari bangunan kista folikel yang menyebabkan ovarium
menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom polikistik ovarium yang disebabkan oleh
gangguan hormonal, terutama hormon androgen yang berlebihan. Kista ini membuat ovarium
membesar dan menciptakan lapisan luar tebal yang dapat menghaangi terjadinya ovulasi,
sehingga sering menimbulkan masalah infertilitas.

Gambar 3.7 Polycystic Ovarium


Gejala yang sering terjadi:
 nyeri panggul atau perut, karena kista mendesak organ perut lainnya.
 Jika kista ini berisi darah, kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan
nyeri tajam yang tiba-tiba.
 Kista endometrium juga menimbulkan nyeri haid dan nyeri sanggama
 Kista polikistik ovarium menghasilkan hormone berlebihan akan membuat ovarium
membesar dan menciptakan lapisan luar tebal yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi,
sehingga sering menimbulkan masalah infertilitas.

Sebagian besar dari kanker ovarium bermula dari suatu kista, maka apabila ditemukan kista
ovarium harus diakukan pemeriksaan untuk menentukan kista bersifat jinak atau ganas (kanker
ovarium). Kewaspadaan terhadap kista bersifat ganas, antara lain:
a. Kista cepat membesar
b. Kista pada usia remaja atau pasca menopause
c. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
d. Kista dengan bagian padat
e. Tumor pada ovarium

2. Kelainan pada sel telur


Kelainan sel telur dapat mengakibatkan gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi), 80%
penyebab sindrom ovarium polikistik, yang memungkinkan terjadi gangguan haid.

3. Gangguan pada tuba Fallopii antara lain:


a. Saluran telur tersumbat (bisa 1 atau 2 tuba tersumbat). Tuba tersumbat menyebabkan sperma
tak bisa bertemu dengan sel telur, sehingga pembuahan tidak terjadi berarti tidak terjadi
kehamilan. Pemeriksaan dilakukan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam
pemeriksaan röntgen (sinar X) utk melihat rahim & saluran telur.
b. Infeksi pada tuba Fallopii disebut Salphingitis

4. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang seharusnya berada di lapisan paling dalam rahim
(endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Tetapi bukan kanker.
Lokasi endometriosis antara lain:
 di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis,
 di indung telur, saluran telur, usus, kandung kemih, dalam rongga perut, dll
Gejala umum penyakit endometriosis:
 nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid, selama berolahraga, selama
berhubungan seks, atau sesudah pemeriksaan panggul.
33
 Kesuburan terganggu karena saluran telur, indung telur, organ reproduksi lainnya terganggu,
sehingga sulit hamil. Apabila bisa hamil, resiko kehamilan di luar rahim akan meningkat,
keguguran beberapa kali
 Apabila endometriosis menyebar ke otak dan paru-paru, penderita dapat mengalami
pengempisan paru-paru dan kejang saat memasuki siklus menstruasi.

Gambar 3.8 Endometriosis


Penyebab: belum diketahui alasan yang pasti mengapa endometrium sampai tumbuh di luar rahim,
tetapi banyak pada keluarganya menderita endometriosis juga.
Ada beberapa teori mengapa endometrial implant dapat sampai keluar rahim.
 Mungkin darah kotor melimpah/tumpah ke belakang rahim melalui tuba fallopian.
 Endometrium dibawa ke tempat lain melalui saluran darah atau saluran kelenjar dan bisa juga
karena wanita-wanita yang sering tertekan jiwanya (stress).
 Endometriosis muncul akibat gangguan hormonal, maka bisa diobati dengan obat-obatan
pengatur produksi hormon.
Pola hidup sehat, berfikir positif, melakukan terapi pengobatan, masih memungkinkan wanita
penderita endometriosis bisa hamil tanpa dilakukan operasi terlebih dahulu, dan penyakit tersebut
bisa berkurang.

5. Myoma Uteri

Gambar 3.9 Myoma Uteri


Myoma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di rahim.
Tergantung dari lokasinya, myoma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, lapisan dalam
rahim.
Biasanya myoma uteri yang sering menimbulkan gangguan reproduksi adalah myoma uteri yang
terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).

Gejala:
 Myoma uteri biasanya tak bergejala.
 Pendarahan tidak normal dari rahim:
o haid yang sangat banyak=hipermenorea karena meluasnya endometrium,
o nyeri saat haid (gangguan kontraksi otot rahim),

34
o haid yang lama, atau bercak darah meski tidak sedang haid).
o Perdarahan yang banyak akan berdampak kurang darah atau anemia.
 Penekanan rahim yang membesar:
o nyeri pada perut dan terasa berat pada perut bagian bawah,
o sering kencing, kesulitan dalam berkemih, sering kesulitan buang air besar
o nyeri pinggang atau kaki karena syaraf tertekan.
 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
o Kehamilan dapat mengalami keguguran
o Persalinan prematuritas, Gangguan saat proses persalinan
o Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
o Kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan
 Pada myoma yang bertangkai dapat terjadi torsi (putaran) sehingga dapat terjadi nekrosis yang
mengakibatkan sindrom abdomen akut.
 Myoma aktif saat wanita dalam usia reproduksi, sehingga saat menopause myoma uteri akan
mengecil atau sembuh.

Beberapa faktor yang mendukung terbentuknya myoma:


1. riwayat keluarga dengan myoma, haid pertama kali sebelum usia 10 tahun,
2. infeksi rahim
3. Kehamilan dan pil KB (hormonal) mempengaruhi berkembangnya myoma
Pemeriksaan:
 Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tumor padat pada abdomen bawah dan pergerakan tumor
terbatas, atau meraba tumor dari rahim dan pergerakan tumor tidak terbatas atau bebas.
 USG
 pemeriksaan kerok selaput lendir rahim (kuretase), antara lain :
 Histerosalpingogram = foto rontgen uterus diambil setelah rahim diisi zat medium (kontras)
 MRI (Magnetik Resonan Imaging), dilakukan bersama dengan penyuntikan kontras Gadolinium.
Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri masih tetap besar atau bertambah
besar, kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri

6. Polip uteri
Polip adalah jaringan yang membesar & menjulur yang biasanya diakibatkan oleh myoma uteri
yang membesar & teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina.
Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal
janin akan susah tumbuh

35
7. Ca Cervix Uteri

Gambar 3.10 Kanker Cervic Uteri

Sel-sel yang terbentuk di permukaan serviks dapat tumbuh abnormal dengan bentuk yang tidak
teratur, dan sel-sel yang tidak teratur dapat menjadi kanker. Diagnosis awal dan pengobatan dapat
mencegah perkembangan penyakit ini.
Gejala-gejala:
Tahap awal, penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati. Gejala fisik penyakit ini
pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut.
Gejala kanker serviks tingkat lanjut :
a. munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact bleeding).
b. keputihan yang berlebihan dan tidak normal.
c. perdarahan di luar siklus menstruasi.
d. penurunan berat badan drastis.
e. Kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien menderita keluhan nyeri punggung
f. hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.

Perkembangan Ca Cervix:
a. Displasia ringan (5 tahun), displasia sedang (3 tahun), displasia berat (1 tahun) menjadi kanker
stadium 0. Tahap pra kanker sering tidak menimbulkan gejala (92%).
b. Tahap kanker invasif berupa kanker stadium I sampai stadium IV
c. Menurut International Federation of Gynecologists and Obstetricians, dibagi menjadi 5 stadium
berdasarkan ukuran tumor, kedalaman penetrasi pada leher rahim dan penyebaran kanker.
Stadium-stadium tersebut adalah sebagai berikut

Stadium Perkembangan
0 Terjadi pertumbuhan kanker (karsinoma) pada jaringan epitel leher rahim
I Pertumbuhan kanker masih terbatas pada leher rahim
1a Secara mikroskopis, kanker telah menginvasi jaringan (terjadi penetrasi). Ukuran invasi
sel kanker : kedalaman < 5 mm, sedangkan lebarnya < 7 mm
1b Terjadi lesi ukuran lebih besar dari lesi stadium Ia, ukuran tumor s/d > 4 cm
II Karsinoma meluas sampai keluar leher rahim tetapi belum sampai dinding pelvis;
karsinoma menyerang vagina tapi belum mencapai 1/3 vagina bagian bawah
III Karsinoma meluas ke dinding pelvis; tidak terlihat adanya ruang kosong antara tumor dan
dinding pelvis; tumor menyerang 1/3 vagina bagian bawah; pada semua kasus juga
ditemukan adanya hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi
36
Stadium Perkembangan
IV Karsinoma meuas melewati pelvis atau mukosa kandung kemih atau rektal & dapat
menyebar ke organ yang jauh

Penyebab Ca Cervix Uteri antara lain:


a. Infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus HPV memiliki lebih dari 100 tipe,
sebagian besar tidak berbahaya dan akan lenyap sendiri. Jenis virus HPV tipe 16 dan 18,
penyebab kanker serviks paling fatal. Penularan virus HPV melalui hubungan seksual,
berganti-ganti pasangan berpindah melalui sentuhan kulit. Perkembangan ini memakan waktu
antara 5-20 tahun, mulai dari tahap infeksi, lesi pra-kanker hingga positif menjadi kanker
serviks.
b. Paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia dalam jangka waktu cukup lama.
c. Kebiasaan merokok, zat nikotin dan “racun” lain dalam darah mampu meningkatkan
kemungkinan tumbuh sel-sel abnormal pada rahim. “Cervical neoplasia adalah kondisi awal
berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang,”
d. Hubungan seksual pada usia terlalu dini meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim 2
kali dibandingkan perempuan setelah usia 20 tahun.
e. Jumlah lawan seksual, makin banyak makin meningkat risiko kanker leher rahim.
f. Jumlah kehamilan meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim.
g. Terlalu Lama Menggunakan Pil Pengontrol Kehamilan
h. Tingkat kekebalan tubuh menurun, karena terinfeksi virus HIV, gizi buruk, diet ketat,
rendahnya konsumsi vitamin A, C, dan E, berisiko terinfeksi virus HPV.
i. Genetik

Pemeriksaan penunjang:
a. Pap smear
b. Hybrid Capture II System (HCII)

Terapi: tidak dapat menjamin 100% penderita mengalami kesembuhan.


a. Operasi pengangkatan rahim
b. Radiasi
c. Kemoterapi.

Gangguan mentruasi
Gangguan mentruasi yang paling sering antara lain:
 dysmenorrhea (masalah menstruasi menyakitkan),
 menorrhagia (menstruasi yang banyak),
 oligomenorrhea ( tidak menstruasi dan/atau menstruasi tidak teratur).
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian pil hormon.
Gangguan mentruasi yang lain:
 Amenore primer ialah menstruasi yang belum terjadi walaupun sudah mencapai usia untuk
mengalami siklus menstruasi. Dapat diikuti gejala lain seperti tidak berkembangnya unsur seksual
sekunder. Gangguan Menstruasi Amenore primer bisa menjadi indikasi wanita tersebut mandul,
sehingga harus dikonsultasikan dengan dokter agar mendapatkan penanganan medis.
 Amenore sekunder ditandai dengan tidak terjadinya siklus menstruasi selama 3 - 6 bulan, pada
wanita yang sebelumnya telah mengalami siklus menstruasi.

Sterilitas atau Infertilitas


Infertilitas atau kemandulan adalah kesulitan atau ketidak mampuan terjadi pertemuan ovum dan
sperma untuk menjadi calon janin.
Fertilisasi adalah pertemuan dan bersatunya ovum dan sperma. Tidak terjadi fertilisasi atau adanya
masalah kesuburan dapat disebabkan gangguan pada wanita dan pada pria.
Ada beberapa kondisi pada seorang wanita meliputi kualitas ovum, gangguan organ yang dapat
menghambat pertemuan ovum dan sperma, gangguan penetrasi hasil fertifikasi.
Seangkan beberapa kondisi pada pria terutama gangguan kualitas sperma..

Gangguan reproduksi Lain pada wanita : Gangguan Payudara.


Penyakit yang dapat menyerang payudara, yang paling sering, yakni :
1. Radang payudara (mastitis)
2. Tumor Payudara.
Radang Payudara terjadi paling sering saat menyusui bayi.
37
Tumor Payudara meliputi tumor jinak (benigna), insitu (pra-ganas), ganas (cancer)

Kanker payudara
Cancer payudara tidak hanya terjadi pada wanita, bahkan pria juga mempunyai risiko kanker payudara.
Namun memang wanita memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan pria. Hal tersebut dikarenakan
jaringan lemak pada payudara wanita jauh lebih besar. Dan Kanker payudara bisa menyerang wanita
yang sudah menikah maupun belum menikah.

Gambar 3.11 Kanker Payudara


Ciri-Ciri Kanker Payudara
Tahap awal penderita kanker payudara tidak terasa sakit atau tidak ada ciri-ciri kanker payudara sama
sekali. Namun ketika tumor semakin membesar, ciri-ciri kanker payudara lain akan muncul, seperti
 Benjolan permanen atau tidak bisa hilang, biasanya tidak sakit dan terasa keras bila disentuh.
Selain itu, terjadi penebalan pada kulit payudara atau di sekitar ketiak
 Perubahan ukuran atau bentuk payudara
 Kerutan pada kulit payudara
 Keluarnya cairan dari payudara. Keluarnya cairan berupa darah dari bagian putting payudara
merupakan ciri-ciri kanker payudara yang sudah memasuki stadium lanjut.
 Adanya tarikan pada putting atau putting payudara mengalami pembengkakan

Faktor risiko
Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi: menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan
pertama pada umur tua > 30 th lebih berrisiko..
2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara
(pengguna kontrasepsi oral risiko tinggi mengalami kanker payudara sebelum menopause).
3. Penyakit hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas: Terdapat hubungan positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker
payudara pada wanita pasca menopause (pengaruh diet terhadap keganasan). Konsumsi lemak
sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
5. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa
risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
6. Riwayat keluarga dan faktor genetik:

Pemeriksaan menegakkan diagnosis:


1. Pemeriksaan Klinis – bila benjolan, keluarnya cairan dari puting, perubahan payudara.
2. Mamogram – Metode mendeteksi perubahan kepadatan yang tidak normal
3. Ultrasound Scan – Metode untuk mendeteksi area khusus yang ditemukan pemeriksaan
mammogram, dapat untuk mendeteksi kondisi abnormal yang tidak terlihat pada mamogram.
Sebuah ultrasound scan dapat membedakan antara massa yang solid kemungkinan kanker, atau
kista yang berisi cairan yang biasanya bukan merupakan kanker.
4. Magnetic Resonance Imaging, MRI .
5. Biopsi untuk memastikan kanker payudara, sebuah biopsi harus dilakukan di mana bagian dari
jaringan sel yang diduga kanker diangkat dan diperiksa dengan mikroskop

Perkembangan Ca mamae:
Stadium Perkembangan
0 Kanker non-invasif
I Kanker invasif kecil: (kurang dari 2 cm tanpa penyebaran ke arah kelenjar getah bening
38
aksila)
II Kanker invasive: (antara 2-5cm atau/dengan penyebaran pada kelenjar getah bening)
Kanker invasif besar: (lebih dari 5cm dengan penyebaran pada kulit atau beberapa
III
kelenjar getah bening)
IV Penyebaran yang luas atau Kanker metastatis

Pengobatan kanker
1. Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara.
Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
 Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
 Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan
kelenjar di ketiak.
 Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara (lumpectomy), yaitu
pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker. Operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang
besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
2. Radiasi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X
dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah
operasi. Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, kulit di sekitar
payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3. Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotaksis. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-
obatan yang diberikan pada saat kemoterapi
4. Lintasan metabolism yaitu Asam bifosfonat menunjukkan efektivitas menurunkan metastasis sel
kanker payudara menuju tulang, tetapi penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan efek
]
samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal

D. Terminology patology system genitalia (reproduksi)

Terminologi Medis Gangguan Reproduksi Pria


No Istilah medis Definisi
1 Benign Prostatic Pembesaran kelenjar prostat, biasanya pada laki-laki usia diatas 50 tahun
hypertrophy
(BPH)
2 Circumcisi Khitan; pengangkatan kulup/kulit luar penis
3 Cryptorchidism Testis turun; cacat perkembangan yg ditandai dg kegagalan buah zakar utk
turun ke dlm kandung buah zakar
4 Epididymitis Peradangan pada epididimis
5 Hydrocele Cairan yang terkumpul di testis
6 Orchietomy Insisi testis
7 Orchiopexy Fiksasi dari penurunan testis dalam skrotum
8 Orchitis Peradangan pada testis
9 Prostatectomi Eksisi; pengangkatan semua/sebagian dari prostat
10 Varicocele Adanya varises didekat testis
11 Vasectomi Sterilisasi pada laki-laki dg memotong/mengikat vas deferens
Terminologi Medis Gangguan Reproduksi wanita
No Istilah medis Definisi
1 Aborsi (AB) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin terbentuk sempurna (Keguguran
(miscarriage) : aborsi spontan )
2 Bartholin cyst Kronis / peradangan pada kelenjar bartolini
/absces
3 Colporrhaphy Penjahitan vagina; untuk pengelolaan medis pd cystocele dan rectocele
4 Colposcopy Pemeriksaan leher rahim dengan suatu alat colposcope
5 Cystocele Hernia dari kandung kemih ke dalam vagina
6 Dilatasi dan Dilatasi serviks dan kuret untuk mengikis endometrium dalam rahim; un-
curettage (D & C ) tuk mendiagnosa penyakit, mengoreksi pendarahan vagina, untuk aborsi
39
No Istilah medis Definisi
7 Endometriosis Keadaan terdapatnya jaringan serupa selaput lendir rahim diluar rongga
rahim (menyebar ke rongga peritoneal)
8 Fibroids Tumor jinak (leiomyoma) dari rahim
9 Fistula Hubungan abnormal antara dua organ internal, misalnya : antara kandung
kemih & vagina (vesicovaginal)
10 Hydrosalping Cairan yang mengumpul pada saluran tuba/rahim sehingga menyebabkan
distensi
11 Hysterectomy Pengangkatan uterus
12 Hysterosalpingo- Pemeriksa rongent pada rahim & saluran tuba untuk visualisasi rongga
gram rahim dan tuba
13 Laparoscopy Laparoscopy visualisasi dari rongga perineum
14 Leukorrhea Discharge; pengeluran cairan keputihan yang lengket dari vagina
15 Miscarriage Keguguran : aborsi spontan
16 Monilia (moniliasis) Infeksi oleh karena jamur pada vagina atau bagian tubuh lainnya
17 Oophorectomy Pengangkatan salah satu atau kedua ovarium
18 Pelvic examination Prosedur diagnostik dimana genitalia internal & eksternal diperiksa secara
fisik menggunakan inspeksi, palpasi, dll
19 Pelvic inflammatory Peradangan pada panggul oleh karena infeksi bakteri
disease (PID)
20 Prolaps uterus Pemburutan uteri; melorotnya uteri ke dalam vagina
21 Salpingectomy Pengangkatan pada tuba fallopi
22 Salpingitis Peradangan pada tuba fallopi
23 Infeksi Tricomonas Peradangan vagina karena parasit, ditandai cairan gatal dan bau busuk
24 Tubal ligation; Sterilisasi dengan mengikat/memotong pada kedua saluran tuba
tubektomi
25 Vaginal speculum Alat yang digunakan untuk melebarkan vagina pada pemeriksaan panggul
26 Biopsi Pengambilan dan pemeriksaan jaringan dari tubuh yang hidup untuk
menetapkan diagnosis yang tepat, sifat mikroskopis
27 Carcinoma Tumor ganas
28 GC smear Test untuk gonorrhea
29 Herpes Radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berkelompok (vesikula kecil)
30 Palpasi Menggunakan jari tangan untuk merasakan benjolan pada payudara, tumor
ovarium, dll
31 Sexually transmitted Penyakit menular dari hubungan seksual atau kontak kelamin, termasuk
disease (STD) atau clamidia, sifilis, gonorhea, herpes simpleks dan acquired immunodeficiency
veneral disease (VD) syndrome (AIDS)
32 Serologic test untuk Serangkaian tes darah untuk menentukan infeksi kelamin sifilis, misalnya :
syphilis (STS) VDRL, RPR, Kahn, dll
33 VD Penyakit menular seksual, misalnya : clamidia, sifilis, gonorhea, herpes
simpleks dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)

Penugasan Patology System Reproduksi

Penugasan 1
Jelaskan: Pengertian dari lokasi gangguan dibawah ini.
1. Hipogonadisme 4. Hyperthropic prostat 7. Impotensi 10. Hidrocele
2. Kriptorkidisme 5. Hernia Inguinal 8. Mikropenis 11. Gynecomastia
3. Anorkidisme 6. Pseudohermaphrodite 9. Ejakulasi Dini

Penugasan 2
Jelaskan!
a. Pengertian dari penyakit dibawah ini.
b. Apa tanda dan gejala yang terjadi pada penyakit atau gangguan tersebut?
c. Pemeriksaan penunjang apa yang perlu dilakukan?
Penyakit infeksi
1. Prostatitis 2. Orkitis 3. Epididimitis 4. Phymosis

40
Penugasan 3
Jelaskan!
1. Pengertian dan kelainan yang terjadi pada penyakit atau gangguan dibawah ini.
2. Apa tanda dan gejala yang terjadi pada penyakit atau gangguan tersebut?
3. Pemeriksaan penunjang dan tindakan apa yang perlu dilakukan?

Jenis Penyakit:
1. Radang dan infeksi pinggul dan vagina 4. Myoma Uteri
2. Cysta ovarium dan Polikistic ovarium 5. Cancer Cervix Uteri
3. Endometriosis 6. Cancer Mammae

Penugasan 4
Jelaskan !
1. Pengertian dan kelainan yang terjadi pada penyakit atau gangguan dibawah ini.
2. Apa tanda dan gejala yang terjadi pada penyakit atau gangguan tersebut?
3. Pemeriksaan penunjang apa yang perlu dilakukan?
Penyakit menular Seksual pada pria dan pada wanita !!:
1. Siphilis d. Kutil kelamin = Condiloma Accuminata
2. Gonorhoe e. HIV
3. Herpes genitalis

Penugasan 5:
Isilah titik-titik dibawah ini:
1. Eksisi kelenjar prostat disebut …………………….
2. Pengangkatan kulit terluar penis disebut ………………………
3. Penurunan tertis dalam skrotum Penurunan tertis dalam skrotum disebut ……………………
4. Insisi testis disebut ………………………………………………………
5. Sterilisasi pada pria memotong atau melipat vas defferent disebut …………
6. Menstruasi yang menyakitkan disebut ……………………
7. Menstruasi dengan banyak keluar darah disebut ………………
8. Peradangan pada tuba fallopi disebut …………………….
9. Pengangkatan uterus disebut ……………………..
10. Pengangkatan ovarium disebut …………….

41
BAB 4.
KLASIFIKASI DAN KODEFIKASI GANGGUAN SYSTEM UROGENITALIS

A. Pendahuluan
Klasifikasi dan kodefikasi gangguan sistem genitalia adalah ilmu yang mempelajari klasifikasi dan
penentuan kode penyakit atau gangguan organ kelamin pria dan wanita serta kode pemeriksaan
penunjang dan tindakan.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan, mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, dari
penyakit atau gangguan system genitalia pria dan wanita sebagai dasar untuk mencapai kompetensi
clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami, melakukan dan menetapkan terminology, klasifikasi dan
kodefikasi terkait diagnosis, pemeriksaan penunjang dan tindakan dari penyakit atau gangguan pada
system genitalia pria dan genitalia wanita..

Kegiatan Belajar : terminology, klasifikasi dan kodefikasi penyakit atau gangguan sistem genitalia pria
dan genitalia wanita

B. Terminologi Medis, Struktur, combining form &fungsi pada sistem urinary

Struktur Combining Fungsi


form
Ginjal/ kidneys Nephr/o Menyaring darah untuk memindahkan produk racun
Panggung ginjal/ renal Pyel/o Mengumpulkan urin yang diproduksi ginjal
pelvis
Urin/ urine Ur/o, urin/o Produk limbah cair yang akan diekskresikan
Saluran kencing/ ureters Ureter/o Menyalurkan urin dari ginjal kekandung kemih
Kandung kemih/ bladder/ Cyst/o Menyimpanurinsampaidiekskresikan
vesica urinaria
Uretra/ Urethra Urethr/o Menyalurkan urin dari kandung kemih melalui
pembukaan uretra yang diekskresikan dari tubuh
Bagian Kata
Bagian kata Arti Bagian kata Arti
dia- lengkap; melalui -pexy fiksasi
-cele hernia pyel/o Panggungginjal/ renal pelvis
cyst/o kandung kemih; kista; kantong cairan -tripsy untuk menghancurkan
-ectasis pelebaran ur/o air seni
glomerul/o glomerulus ureter/o ureter
lith/o batu urethr/o urethra
-lysis kerusakan; pemisahan; -uria buang air kecil; kondisi urin
penghancuran; melonggarkan
nephr/o Ginjal
Singkatan terkait system urinary
ARF Acut Renal Failure litho Lithotripsy
cath Catheterization Neph Nephron
CAPD Continuous Ambulatory Peritoneal NS Nephritic Syndrome
Dialysis
CRF Chronic Renal Failure OAB Overactive bladder
cysto Cystoscopy PCNL Percutaneous nephrolithotomy
ESRD End-Stage Renal Disease PCKD, Polycystic Kidney Disease
PKD
ESWL Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy RT Renal Transplantation
GN Glomerulonephritis U/A. UA Urinalysis
HD, hemodialysis UB Urinary Baldder

42
hemo
IC Interstitial cystitis UTI Urinary Tract Infection
IVP Intravenous pyelogram VCUG Voiding cystourethrography
KUB Kidneys, ureters, bladder VVF Vesicovaginal fistula
C. Klasifikasi dan Kodifikasi penyakit urinary

Termasuk dalam Bab XIV (Chapter XIV) ICD-10, Disease of the genitourinary system (N00-N99) atau
penyakit system kemih-kelamin. Vol 1 hal 603 ICD-10 th 2010.

Chapter XIV
Diseases of the genitourinary system (N00-N99)
Excludes: certain conditions originating in the perinatal period ( P00-P96 )
certain infectious and parasitic diseases ( A00-B99 )
complications of pregnancy, childbirth and the puerperium ( O00-O99 )
congenital malformations, deformations and chromosomal abnormalities ( Q00-Q99 )
endocrine, nutritional and metabolic diseases ( E00-E90 )
injury, poisoning and certain other consequences of external causes ( S00-T98 )
neoplasms ( C00-D48 )
symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory findings,not elsewhere classified ( R00-R99
)

This chapter contains the following blocks:


N00-N08 Glomerular diseases
N10-N16 Renal tubulo-interstitial diseases
N17-N19 Renal failure Urinary
N20-N23 Urolithiasis
N25-N29 Other disorders of kidney and ureter
N30-N39 Other diseases of urinary system
N40-N51 Diseases of male genital organs
N60-N64 Disorders of breast
N70-N77 Inflammatory diseases of female pelvic organs Genitalia
N80-N98 Noninflammatory disorders of female genital tract
N99 Other disorders of genitourinary tract
Asterisk categories for this chapter are provided as follows:
N08* Glomerular disorders in diseases classified elsewhere
N16* Renal tubulo-interstitial disorders in diseases classified elsewhere
N22* Calculus of urinary tract in diseases classified elsewhere
N29* Other disorders of kidney and ureter in diseases classified elsewhere
N33* Bladder disorders in diseases classified elsewhere
N37* Urethral disorders in diseases classified elsewhere
N51* Disorders of male genital organs in diseases classified elsewhere
N74* Female pelvic inflammatory disorders in diseases classified elsewhere
N77* Vulvovaginal ulceration and inflammation in diseases classified elsewhere

1. Glomerular disease (N00-N08)


Use additional code, if desired, to identify associated chronic kidney disease (N18.-)
Use additional code, if desired, to identify external cause (Chapter XX) or presence of renal failure, Acute
((N17) or Unspecified (N19).
Excludes: hypertensive renal disease ( I12.- )

Gunakan kode tambahan jika dibutuhkan untuk mengidentifikasi penyakit ginjal kronik (N18.-);
Penyebab eksternal (Bab 20) atau keadaan gagal ginjal akut (N17) atau unspecified (N19)
Exclude : penyakit ginjal hipertensi (I12.-)
N00-N07 digunakan untuk syndroma klinik
Disediakan karakter ke -4 ( .0  .9 ) padahal. 604 Vol 1, untuk melengkapi sub-divisi N00-N07
Subdivisi .0 - .8 tidak digunakan kecuali telah ada hasil PA (patologi-anatomik), biopsy atau
autopsy
N05 Unspecified nephritic syndrome
[See before N00 for subdivisions ]
Includes: glomerular disease
glomerulonephritis NOS
nephritis
nephropathy NOS and renal disease NOS with
morphological lesion specified in .0-.8 before N00.-
Excludes: nephropathy NOS with no stated morphological lesion (N28.9)
43
renal disease NOS with no stated morphological lesion (N28.9)
tubulo-interstitial nephritis NOS ( N12 )

Bila tidak disertai pemeriksaan PA/biopsi autopsi atau tanpa kelainan morphology maka akan
masuk pada exclude (…with no stated morphological lesion ) N28.9
Berikut karakter ke-4
o Minor glomerular abnormality
Minimal change lesion
o Focal and segmental glomerular lesions
Focal and segmental:
–hyalinosis
· sclerosis
Focal glomerulonephritis
o Diffuse membranous glomerulonephritis
o Diffuse mesangial proliferative glomerulonephritis
o Diffuse endocapillary proliferative glomerulonephritis
o Diffuse mesangiocapillary glomerulonephritis
Membranoproliferative glomerulonephritis, types 1 and 3, or NOS
o Dense deposit disease
Membranoproliferative glomerulonephritis, type 2
o Diffuse crescentic glomerulonephritis
Extracapillary glomerulonephritis
o Other
Proliferative glomerulonephritis NOS
o Unspecified

N08 * Gangguan glomerular pada penyakit yang terklasifikasi di bab lain.


Kode ganda dengan N08* bertanda dagger (+)

2. Renal tubulo-interstitial diseases (N10-N16)


Includes: pyelonephritis
Excludes: pyeloureteritis cystica ( N28.8 )
Use additional code, if desired, to identify associated chronic kidney disease (N18.-)
Gunakan kode tambahan, jika dibutuhkan, utk mengidentifikasichronic kidney disease/ penyakit
ginjal kronis yang berkaitan (N18.-)
N10 Acute tubulo-interstitial nephritis
Acute:
· infectious interstitial nephritis
· pyelitis
· pyelonephritis
Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
Beberapa kategori (N10, N11) dapat diberi kode tambahan B95-B98 untuk agen penyebab infeksi

N14 Drug- and heavy-metal-induced tubulo-interstitial and tubular conditions


Use additional external cause code (Chapter XX), if desired, to identify toxic agent.
Beberapa kategori (N14) dapat diberi kode tambahan bab 20 untuk agen toksiknya

3. Renal Failure (N17-N19)


Terhadap kode tambahan Bab XX untuk sebab luar (agen eksternal)
Perhatikan juga exclusion yang cukup luas pada blok kategori ini

4. Urolithiasis (N20-N23)
N20 Calculus of kidney and ureter
Includes: calculous pyelonephritis
Excludes: with hydronephrosis ( N13.2 )
Bila dengan hydronephrosis maka exclude
N21 Calculus of lower urinary tract
Includes: with cystitis and urethritis
N21.0 Calculus in bladder
Calculus in diverticulum of bladder
Urinary bladder stone
Excludes: staghorn calculus ( N20.0 )
N21.1 Calculus in urethra
N21.8 Other lower urinary tract calculus
N21.9 Calculus of lower urinary tract, unspecified

44
N22* Calculus of urinary tract in diseases classified elsewhere
N22.0* Urinary calculus in schistosomiasis [bilharziasis] ( B65.-† )
N22.8* Calculus of urinary tract in other diseases classified elsewhere
N23 Unspecified renal colic

5. Other disorders of kidney and ureter (N25-N29)


Excludes: with urolithiasis ( N20-N23 )

N25 Disorders resulting from impaired renal tubular function


Excludes: metabolic disorders classifiable to E70-E90
N25.0 Renal osteodystrophy
Azotaemic osteodystrophy
Phosphate-losing tubular disorders
Renal:
· rickets
· short stature
N25.1 Nephrogenic diabetes insipidus

N26 Unspecified contracted kidney


Atrophy of kidney (terminal)
Renal sclerosis NOS
Excludes: contracted kidney with hypertension ( I12.- )
diffuse sclerosing glomerulonephritis ( N18.- )
hypertensive nephrosclerosis (arteriolar)(arteriosclerotic) ( I12.- )
small kidney of unknown cause ( N27.- )

N27 Small kidney of unknown cause


N27.0 Small kidney, unilateral
N27.1 Small kidney, bilateral
N27.9 Small kidney, unspecified

6. Other disease of urinary system (N30-N39)

Excludes: urinary infection (complicating):


· abortion or ectopic or molar pregnancy ( O00-O07 , O08.8 )
· pregnancy, childbirth and the puerperium (O23.- , O75.3 , O86.2 )
· with urolithiasis ( N20-N23 )
Terdapat beberapa pengecualian (termasuk pada kehamilan, abortus atau mola)
Jika terdapat batu/calculusmasuk kategori lain

N30 Cystitis
Use additional code, if desired, to identify infectious agent (B95-B97) or responsible external agent
(Chapter XX).
Excludes: prostatocystitis ( N41.3 )

D. Terminologi Medis, Struktur, combining form dan fungsi pada Organ Genitalia

Struktur Combining form Fungsi


Penis Pen/I, phalll/I Alat hubungan seksual dan pengeluaran urin
Testicles, Orch/o, orchid/o, test/i, test/o, Memproduksi sperma dan hormone testosteron
testis testicul/o
Ovarium Oophor/o, ovari/o Memproduksi sel telur dan hormone wanita
Tuba falopii Salping/o Menangkap sel telur yang matur, tempat
fertilisasi dan transport sel telur ke uterus
Uterus Hyster/o, metr/o, metri/o, uter/o Melindungi dan mendukung perkembangan janin
Vagina Vagin/o, colp/o Alat hubungan seksual dan pengeluaran
menstuasi serta persalinan
Placenta Placent/o Nutrien untuk janin

E. Koding pada Organ Genitalia

Koding System Genitalia Pria


1. Blok Kategori  N40-N51
2. Kategori Asterisk N51*

45
3. N41, N43.1, N45, N48, N49  Dapat diberikan kode tambahan untuk identifikasi agen penyebab
infeksi (B95-B97)

Diseases of male genital organs (N40-N51)


Sama artinya Benign Prostatic
N40 Hyperplasia of prostate Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat
Adenofibromatous jinak adalah kondisi ketika kelenjar prostat
hypertrophy mengalami pembengkakan,
Enlargement (benign) of prostate
namun tidak bersifat kanker.
Hypertrophy (benign)
Median bar (prostate)
Prostatic obstruction NOS
Excludes: benign neoplasms of prostate ( D29.1 ) Perhatikan exclude
N41 Inflammatory diseases of prostate
Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
N41.0 Acute prostatitis
N41.1 Chronic prostatitis
N41.2 Abscess of prostate Menggunakan kode tambahan B95-98
N41.3 Prostatocystitis sebagai kode agen penyebab
N41.8 Other inflammatory diseases of prostate
N41.9 Inflammatory disease of prostate, unspecified
Prostatitis NOS

N42 Other disorders of prostate


N42.0 Calculus of prostate
Prostatic stone
N42.1 Congestion and haemorrhage of prostate
N42.2 Atrophy of prostate
N42.3 Dysplasia of prostate�
Low grade dysplasia
Excludes: high grade dysplasia of prostate (D07.5) Perhatikan exclude

N43 Hydrocele and spermatocele


Includes: hydrocele of spermatic cord, testis or tunica vaginalis Menggunakan kode
Excludes: congenital hydrocele ( P83.5 ) tambahan B95-98 sebagai
N43.0 Encysted hydrocele kode agen penyebab
N43.1 Infected hydrocele
Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.

N44 Torsion of testis


Torsion of:
· epididymis Menggunakan kode
· spermatic cord tambahan B95-98 sebagai
· testicle kode agen penyebab
N45 Orchitis and epididymitis
Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
N45.0 Orchitis, epididymitis and epididymo-orchitis with abscess
Abscess of epididymis or testis
N45.9 Orchitis, epididymitis and epididymo-orchitis without abscess
Epididymitis NOS
Orchitis NOS

N46 Male infertility


Azoospermia NOS
Oligospermia NOS

N47 Redundant prepuce, phimosis and paraphimosis


Adherent prepuce
Tight foreskin
Perlu hasil pemeriksaan patologi
N48 Other disorders of penis anatomi untuk memastikan
N48.0 Leukoplakia of penis apakah termasuk neoplasam/
Balanitis xerotica obliterans kanker atau bukan
46
Kraurosis of penis
Excludes: carcinoma in situ of penis ( D07.4 )
N48.1 Balanoposthitis
Balanitis
Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.

N48.2 Other inflammatory disorders of penis


Abscess Menggunakan kode
Boil of corpus cavernosum and penis
Carbuncle
tambahan B95-98 sebagai
Cellulitis kode agen penyebab
Cavernitis (penis)
Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
N48.3 Priapism
Painful erection
N48.4 Impotence of organic origin Perlu diberi kode tambahan
Use additional code, if desired, to identify cause. untuk penyebabnya.
Excludes: psychogenic impotence ( F52.2 ) Jika penyebabnya adalah
N48.5 Ulcer of penis factor psikogenik maka di
N48.6 Induratio penis plastica kode di F52.2
Peyronie's disease
Plastic induration of penis
N48.8 Other specified disorders of penis
Atrophy
Hypertrophy Menggunakan kode
Thrombosis tambahan B95-98 sebagai
of corpus cavernosum and penis kode agen penyebab
N48.9 Disorder of penis, unspecified

N49 Inflammatory disorders of male genital organs, not elsewhere classified


Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
Excludes: inflammation of penis ( N48.1-N48.2 )
orchitis and epididymitis ( N45.- )
N49.0 Inflammatory disorders of seminal vesicle
Vesiculitis NOS
N49.1 Inflammatory disorders of spermatic cord, tunica vaginalis and vas deferens
Vasitis
N49.2 Inflammatory disorders of scrotum

N50 Other disorders of male genital organs


Excludes: torsion of testis ( N44 )
N50.0 Atrophy of testis
N50.1 Vascular disorders of male genital organs
Haematocele NOS
Haemorrhage of male genital organs
Thrombosis

N51* Disorders of male genital organs in diseases classified elsewhere


N51.0* Disorders of prostate in diseases classified elsewhere
Prostatitis:
· gonococcal ( A54.2† )
· trichomonal ( A59.0† )
· tuberculous ( A18.1† )
N51.1* Disorders of testis and epididymis in diseases classified elsewhere
Chlamydial:
· epididymitis ( A56.1† )
· orchitis ( A56.1† )
Gonococcal: Perhatikan bahwa
· epididymitis ( A54.2† ) N51* adalah
· orchitis ( A54.2† ) kode ganda, dimana
Mumps orchitis ( B26.0† ) kode dagger (+)
Tuberculosis of: berbeda sesuai
· epididymis ( A18.1† )
· testis ( A18.1† )
dengan
N51.2* Balanitis in diseases classified elsewhere penyebabnya.
Balanitis:
· amoebic ( A06.8† )
· candidal ( B37.4† )
47
N51.8* Other disorders of male genital organs in diseases classified elsewhere
Filarial chylocele, tunica vaginalis ( B74.-† )
Herpesviral [herpes simplex] infection of male genital tract ( A60.0† )
Tuberculosis of seminal vesicle ( A18.1† )

Koding System Genitalia Wanita


N60-N64 Penyakit pada Payudara
N70-N77 Penyakit inflamasi pada Organ Panggul Wanita
N80-N98 Penyakit Non- Inflamasi pada Traktus Genitalia Wanita
N99 Penyakit lain pada Traktus Genitourinaria
Kategori asterisk (9 kategori)
N08* N16* N22* N29* N33*
N37* N51* N74* N77*

1. Disorders of breast (N60-N64)


Perhatikan
Excludes: disorders of breast associated with childbirth ( O91-O92 )
Jika terkait dengan persalinan
N60 Benign mammary dysplasia dikode di O91-O92
Includes: fibrocystic mastopathy
N60.0 Solitary cyst of breast
Cyst of breast
N60.1 Diffuse cystic mastopathy
Cystic breast
Excludes: with epithelial proliferation ( N60.3) Fibroadenosis adalah kondisi
N60.2 Fibroadenosis of breast
yang mempengaruhi payudara
Excludes: fibroadenoma of breast ( D24)
N60.3 Fibrosclerosis of breast
Cystic mastopathy with epithelial proliferation Fibroadenoma adalah tumor
N60.4 Mammary duct ectasia jinak yang terjadi pada payudara
N60.8 Other benign mammary dysplasias
N60.9 Benign mammary dysplasia, unspecified

N61 Inflammatory disorders of breast


Abscess (acute)(chronic)(nonpuerperal) of:
· areola
· breast
Carbuncle of breast
Mastitis (acute)(subacute)(nonpuerperal):
· NOS
· infective
Excludes: neonatal infective mastitis ( P39.0 )
N62 Hypertrophy of breast
Gynaecomastia
Hypertrophy of breast:
· NOS
· massive pubertal
N63 Unspecified lump in breast
Nodule(s) NOS in breast
N64 Other disorders of breast
N64.0 Fissure and fistula of nipple
N64.1 Fat necrosis of breast
Fat necrosis (segmental) of breast
N64.2 Atrophy of breast

2. Inflammatory diseases of female pelvic organs (N70-N77)


Excludes: those complicating:
· abortion or ectopic or molar pregnancy ( O00-O07 , O08.0 )
· pregnancy, childbirth and the puerperium ( O23.- , O75.3 , O85 , O86.- )

N70 Salpingitis and oophoritis Perhatikan excludes: bila yang mempengaruhi:


Includes: abscess (of): - Aborsi atau kehamilan ectopic atau molar (O00-O07, O08.0)
· fallopian tube - Kehamilan, persalinan, masa nifas (O23, O75.3, O85, O86.-)
· ovary
· tubo-ovarian
pyosalpinx
salpingo-oophoritis
48
tubo-ovarian inflammatory disease
Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
N70.0 Acute salpingitis and oophoritis
N70.1 Chronic salpingitis and oophoritis
Menggunakan kode
Hydrosalpinx tambahan B95-98 sebagai
N70.9 Salpingitis and oophoritis, unspecified kode agen penyebab
N71 Inflammatory disease of uterus, except cervix
Includes: endo(myo)metritis
metritis
myometritis
pyometra
uterine abscess
Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
N71.0 Acute inflammatory disease of uterus
N71.1 Chronic inflammatory disease of uterus
N71.9 Inflammatory disease of uterus, unspecified
Menggunakan kode
N72 Inflammatory disease of cervix uteri tambahan B95-98 sebagai
Cervicitis kode agen penyebab
Endocervicitis with or without erosion or ectropion
Exocervicitis
Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
Excludes: erosion and ectropion of cervix without cervicitis ( N86 )

N73 Other female pelvic inflammatory diseases


Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
N73.0 Acute parametritis and pelvic cellulitis
Abscess of:
· broad ligament
· parametrium
Pelvic cellulitis, female specified as acute
N73.1 Chronic parametritis and pelvic cellulitis
Any condition in N73.0 specified as chronic

N74* Female pelvic inflammatory disorders in diseases classified elsewhere


N74.0* Tuberculous infection of cervix uteri ( A18.1† )
N74.1* Female tuberculous pelvic inflammatory disease ( A18.1† )
Tuberculous endometritis Perhatikan kode
N74.2* Female syphilitic pelvic inflammatory disease (A51.4†, A52.7†) ganda, yaitu dagger
N74.3* Female gonococcal pelvic inflammatory disease ( A54.2† ) dan asterisk
N74.4* Female chlamydial pelvic inflammatory disease ( A56.1† )
N74.8* Female pelvic inflammatory disorders in other diseases classified elsewhere

N76 Other inflammation of vagina and vulva


Use additional code (B95-B97), if desired, to identify infectious agent.
Excludes: senile (atrophic) vaginitis ( N95.2 )
N76.0 Acute vaginitis
Vaginitis NOS Menggunakan kode tambahan
Vulvovaginitis: B95-98 sebagai kode agen
· NOS
penyebab
· acute
N76.1 Subacute and chronic vaginitis
Vulvovaginitis:
· chronic
· subacute

N77* Vulvovaginal ulceration and inflammation in diseases classified elsewhere


N77.0* Ulceration of vulva in infectious and parasitic diseases classified elsewhere
Ulceration of vulva in:
· herpesviral [herpes simplex] infection ( A60.0† )
· tuberculosis ( A18.1† )
N77.1* Vaginitis, vulvitis and vulvovaginitis in infectious and parasitic diseases classified
elsewhere
Perhatikan kode ganda,
Vaginitis, vulvitis and vulvovaginitis in:
· candidiasis ( B37.3† )
yaitu dagger dan asterisk
· herpesviral [herpes simplex] infection ( A60.0† )
· pinworm infection ( B80† )
N77.8* Vulvovaginal ulceration and inflammation in other diseases classified elsewhere
49
Ulceration of vulva in Behçet's disease ( M35.2† )

3. Noninflammatory disorders of female genital tract (N80-N98)


N80 Endometriosis
N80.0 Endometriosis of uterus
Adenomyosis
N80.1 Endometriosis of ovary
N80.2 Endometriosis of fallopian tube
N80.3 Endometriosis of pelvic peritoneum
N80.4 Endometriosis of rectovaginal septum and vagina
N80.5 Endometriosis of intestine
N80.6 Endometriosis in cutaneous scar
N80.8 Other endometriosis
N80.9 Endometriosis, unspecified

N81 Female genital prolapse


Excludes: genital prolapse complicating pregnancy, labour or delivery ( O34.5 )
prolapse and hernia of ovary and fallopian tube (N83.4 )
prolapse of vaginal vault after hysterectomy ( N99.3 )
N81.0 Female urethrocele
Excludes: urethrocele with:
· cystocele ( N81.1 )
· prolapse of uterus ( N81.2-N81.4 )
N81.1 Cystocele
Cystocele with urethrocele
Prolapse of (anterior) vaginal (wall) NOS
Excludes: cystocele with prolapse of uterus ( N81.2-N81.4 ) Perhatikan
N81.2 Incomplete uterovaginal prolapse
pengecualian
Prolapse of cervix NOS
Uterine prolapse: /exclude
· first degree
· second degree
N81.3 Complete uterovaginal prolapse
Procidentia (uteri) NOS
Third degree uterine prolapse
N81.4 Uterovaginal prolapse, unspecified
Prolapse of uterus NOS

N82 Fistulae involvingfemale genital tract


Excludes: vesicointestinal fistulae ( N32.1 )

N83 Noninflammatory disorders of ovary, fallopian tube and broad ligament


Excludes: hydrosalpinx ( N70.1 )
N83.0 Follicular cyst of ovary
Cyst of graafian follicle
Haemorrhagic follicular cyst (of ovary)
N83.1 Corpus luteum cyst
Haemorrhagic corpus luteum cyst
N83.2 Other and unspecified ovarian cysts
Retention cyst
Simple cyst } of ovary
Excludes: ovarian cyst:
· developmental ( Q50.1 )
· neoplastic ( D27 )
polycystic ovarian syndrome ( E28.2 )
N83.3 Acquired atrophy of ovary and fallopian tube
Perhatikan pengecualian
N83.4 Prolapse and hernia of ovary and fallopian tube
/exclude
N84 Polyp of female genital tract
Excludes: adenomatous polyp ( D28.- )
placental polyp ( O90.8 )
N84.0 Polyp of corpus uteri
Polyp of:
· endometrium
· uterus NOS
Excludes: polypoid endometrial hyperplasia ( N85.0 )

N85 Other noninflammatory disorders of uterus, except cervix


50
Excludes: endometriosis ( N80.- )
inflammatory diseases of uterus ( N71.- )
noninflammatory disorders of cervix except malposition ( N86-N88 )
polyp of corpus uteri ( N84.0 )
uterine prolapse ( N81.- )

N85.0 Endometrial glandular hyperplasia


Hyperplasia of endometrium:
· NOS
· cystic
· glandular-cystic
· polypoid
N85.1 Endometrial adenomatous hyperplasia
Hyperplasia of endometrium, atypical (adenomatous)
N85.2 Hypertrophy of uterus
Bulky or enlarged uterus
Excludes: puerperal hypertrophy of uterus ( O90.8 )
N85.3 Subinvolution of uterus
Excludes: puerperal subinvolution of uterus ( O90.8 )
N85.4 Malposition of uterus
Anteversion
Retroflexion of uterus
Retroversion
Excludes: that complicating pregnancy, labour or delivery ( O34.5, O65.5 ) Perhatikan
N85.5 Inversion of uterus pengecualian
Excludes: current obstetric trauma ( O71.2 ) /exclude
postpartum inversion of uterus ( O71.2 )

N86 Erosion and ectropion of cervix uteri


Decubitus (trophic) ulcer
Eversion } of cervix
Excludes: with cervicitis ( N72 )

Displasia cervix, vagina dan vulva pada kategori N87, N89, N90 dibagi menjadi golongan sebagai
berikut:
CIN I, VIN I, VAIN I : Displasia sedang
CIN II, VIN II, VAIN II : Displasia moderat
CIN III, VIN III, VAIN III : Displasia berat (Ca Insitu)  masuk kategori Neoplasma / Cancer.
N87 Dysplasia of cervix uteri
Excludes: carcinoma in situ of cervix ( D06.- )
N87.0 Mild cervical dysplasia
Cervical intraepithelial neoplasia [CIN], grade I
Perhatikan pengecualian
N87.1 Moderate cervical dysplasia
Cervical intraepithelial neoplasia [CIN], grade II /exclude
N87.2 Severe cervical dysplasia, not elsewhere classified
Severe cervical dysplasia NOS
Excludes: cervical intraepithelial neoplasia [CIN], grade III, with or without mention of severe
dysplasia ( D06.- )
N87.9 Dysplasia of cervix uteri, unspecified

N88 Other noninflammatory disorders of cervix uteri


Excludes: inflammatory disease of cervix ( N72 )
polyp of cervix ( N84.1 )
N88.0 Leukoplakia of cervix uteri

N89 Other noninflammatory disorders of vagina


Excludes: carcinoma in situ of vagina ( D07.2 )
inflammation of vagina ( N76.- )
senile (atrophic) vaginitis ( N95.2 )
trichomonal leukorrhoea ( A59.0 )
N89.0 Mild vaginal dysplasia
Vaginal intraepithelial neoplasia [VAIN], grade I Perhatikan
N89.1 Moderate vaginal dysplasia pengecualian /exclude
Vaginal intraepithelial neoplasia [VAIN], grade II
N89.2 Severe vaginal dysplasia, not elsewhere classified
Severe vaginal dysplasia NOS

51
Excludes: vaginal intraepithelial neoplasia [VAIN], grade III, with or without mention of severe
dysplasia ( D07.2 )
N89.3 Dysplasia of vagina, unspecified

N90 Other noninflammatory disorders of vulva and perineum


Excludes: carcinoma in situ of vulva ( D07.1 )
current obstetric trauma ( O70.- , O71.7-O71.8 )
inflammation of vulva ( N76.- )
N90.0 Mild vulvar dysplasia
Vulvar intraepithelial neoplasia [VIN], grade I
N90.1 Moderate vulvar dysplasia
Vulvar intraepithelial neoplasia [VIN], grade II
N90.2 Severe vulvar dysplasia, not elsewhere classified
Severe vulvar dysplasia NOS
Excludes: vulvar intraepithelial neoplasia grade III, [VIN] with or without mention of severe dysplasia
(D07.1)
N90.3 Dysplasia of vulva, unspecified

N91 Absent, scanty and rare menstruation


Excludes: ovarian dysfunction ( E28.- )
N91.0 Primary amenorrhoea
Failure to start menstruation at puberty.
N91.1 Secondary amenorrhoea
Absence of menstruation in a woman who had previously menstruated

N92 Excessive, frequent and irregular menstruation


Excludes: postmenopausal bleeding ( N95.0 )
N92.0 Excessive and frequent menstruation with regular cycle
Heavy periods NOS
Menorrhagia NOS
Polymenorrhoea
N92.1 Excessive and frequent menstruation with irregular cycle
Irregular intermenstrual bleeding
Irregular, shortened intervals between menstrual bleeding
Menometrorrhagia
Metrorrhagia

N94 Pain and other conditions associated with female genital organs and menstrual cycle
N94.0 Mittelschmerz
N94.1 Dyspareunia
Excludes: psychogenic dyspareunia ( F52.6 )
N94.2 Vaginismus Perhatikan
Excludes: psychogenic vaginismus ( F52.5 ) pengecualian /exclude
N94.3 Premenstrual tension syndrome
N94.4 Primary dysmenorrhoea
N94.5 Secondary dysmenorrhoea

N95 Menopausal and other perimenopausal disorders


Excludes: excessive bleeding in the premenopausal period (N92.4 )
postmenopausal:
· osteoporosis ( M81.0 )
· with pathological fracture ( M80.0 )
· urethritis ( N34.2 )
premature menopause NOS ( E28.3 )
N95.0 Postmenopausal bleeding
Excludes: that associated with artificial menopause ( N95.3 )

N96 Habitual aborter


Investigation or care in a nonpregnant woman
Relative infertility
Excludes: currently pregnant ( O26.2 )
with current abortion ( O03-O06 )

N97 Female infertility


Includes: inability to achieve a pregnancy
sterility, female NOS
Excludes: relative infertility ( N96 )
N97.0 Female infertility associated with anovulation

52
N97.1 Female infertility of tubal origin
Associated with congenital anomaly of tube
Tubal:
· block
· occlusion
· stenosis

F. Prosedur dan Tindakan Medis

Prosedur utama adalah prosedur yang paling signifikan, yang dilakukan untuk mengobati/mengatasi
diagnosis utama. Prosedur/ tindakandibedakanmenjadi
1. Operative menggunakanruangoperasi ICD 9 CM hal 153
2. Non operative tidakmenggunakanruangoperasi

10..OPERATIONS ON THE URINARY SYSTEM (55-59)


Meliputi :
55 Operations on kidney
56 Operations on ureter
57 Operations on urinary bladder
58 Operations on urethra
59 Other operations on urinary tract

Beberapa terminology medis tindakan yang digunakan adalah


• -otomy : incisi
• -ostomy : prosedur pembuatan lubang untuk mengalirkan sumbatan
• -ectomy : eksisi, memotong

56.3 Diagnostic procedures on ureter


56.31 Ureteroscopy
56.32 Closed percutaneous biopsy of ureter
Excludes: endoscopic biopsy of ureter (56.33)
56.33 Closed endoscopic biopsy of ureter
Cystourethroscopy with ureteral biopsy
Transurethral biopsy of ureter Beberapa kategori
Ureteral endoscopy with biopsy through ureterotomy menggunakan istilah
Ureteroscopy with biopsy close/ open
Excludes: percutaneous biopsy of ureter (56.32)
56.34 Open biopsy of ureter
56.35 Endoscopy (cystoscopy) (looposcopy)of ileal conduit
56.39 Other diagnostic procedures on ureter
Excludes: microscopic examination of specimen from ureter (91.21-91.29)

11. OPERATION ON THE MALE GENITAL ORGANS (60-64)


Prosedur medis pada genital pria : 60-64
Beberapa istilah : Ectomy ; Ostomy ; Otomy ; Biopsy

60 Operations on prostate and seminal vesicles


Includes: operations on periprostatic tissue
Code also any application or administration of an adhesion barrier substance (99.77)
Excludes: that associated with radical cystectomy (57.71)
60.0 Incision of prostate
Drainage of prostatic abscess
Prostatolithotomy
Excludes: drainage of periprostatic tissue only (60.81)
60.1 Diagnostic procedures on prostate and seminal vesicles
60.11 Closed [percutaneous] [needle] biopsy of prostate
Approach:
transrectal
transurethral
Punch biopsy
60.12 Open biopsy of prostate
60.13 Closed [percutaneous] biopsy of seminal vesicles
Needle biopsy of seminal vesicles
60.14 Open biopsy of seminal vesicles

53
60.15 Biopsy of periprostatic tissue
60.18 Other diagnostic procedures on prostate and periprostatic tissue
Excludes: microscopic examination of specimen from prostate (91.31-91.39)
x-ray of prostate (87.92)
60.19 Other diagnostic procedures on seminal vesicles
Excludes: microscopic examination of specimen from seminal vesicles (91.31-91.39)
x-ray:contrast seminal vesiculogra (87.91)
other (87.92)
60.2 Transurethral prostatectomy
Excludes: local excision of lesion of prostate (60.61)
60.21 Transurethral (ultrasound) guided laser induced prostatectomy (TULIP)
Ablation (contact) (noncontact) by laser
Perhatikan teknik/
60.29 Other transurethral prostatectomy
Excision of median bar by transurethral approach
metode dan jenis
Transurethral electrovaporization of prostrate (TEVAP) tindakannya
Transurethral enucleative procedure
Transurethral prostatectomy NOS
Transurethral resection of prostate (TURP)

12. OPERATION ON THE MALE GENITAL ORGANS (60-64)


Prosedur medis pada genital wanita : 65-71
Beberapa istilah yang dipakai : Otomy, Ostomy, Ectomy, Biopsy, Laparoscopy, Unilateral, Bilateral

65 Operations on ovary
Code also any application or administration of an adhesion barrier substance (99.77)

65.0 Oophorotomy
Salpingo-oophorotomy
65.01 Laparoscopic oophorotomy
65.09 Other oophorotomy

65.1 Diagnostic procedures on ovaries


65.11 Aspiration biopsy of ovary
65.12 Other biopsy of ovary
65.13 Laparoscopic biopsy of ovary
65.14 Other laparoscopic diagnostic procedures on ovaries
65.19 Other diagnostic procedures on ovaries
Excludes: microscopic examination of specimen from ovary (91.41-91.49)

65.2 Local excision or destruction of ovarian lesion or tissue


65.21 Marsupialization of ovarian cyst
Excludes: that by laparoscope (65.23)
65.22 Wedge resection of ovary
Excludes: that by laparoscope (65.24)
65.23 Laparoscopic marsupialization of ovarian cyst
65.24 Laparoscopic wedge resection of ovary
65.25 Other laparoscopic local excision or destruction of ovary
65.29 Other local excision or destruction of ovary
Bisection of ovary
Cauterization of ovary
Partial excision of ovary
Excludes: biopsy of ovary (65.11-65.13)
that by laparoscope (65.25)

65.3 Unilateral oophorectomy


65.31 Laparoscopic unilateral oophorectomy
65.39 Other unilateral oophorectomy
Excludes: that by laparoscope (65.31)

65.4 Unilateral salpingo-oophorectomy


65.41 Laparoscopic unilateral salpingo-oophorectomy
65.49 Other unilateral salpingo-oophorectomy

65.5 Bilateral oophorectomy


65.51 Other removal of both ovaries at same operative episode
Female castration
Excludes: that by laparoscope (65.53)
65.52 Other removal of remaining ovary
54
Removal of solitary ovary
Excludes: that by laparoscope (65.54)
65.53 Laparoscopic removal of both ovaries at same operative episode
65.54 Laparoscopic removal of remaining ovary

Penugasan Klasifikasi dan Kodefikasi System Urogenitalia (Urinaria dan Genitalia)

Penugasan 1 Terminology system urinaria

Isilah titik-titik dibawah ini:


Istilah Medis Pilihan
1. Urination, urine ………..,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, dia-
2. Ureter ……………………………………. ureter/o
3. Urethra …………………………………….. -ectasis
4. Lengkap, melalui ……………………….. -uria
5. Pembesaran, peregangan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, urethr/o

6. Operasi incise pada renal pelvis adalah ………… Pyelotomy ; pyeloplasty


7. Pengeluaran darah pada ureter disebut ………… Ureterorrhagia ; urethrorrhagia
8. Pengeluaran urin yang terus menerus disebut … Incontinence ; polyuria
9. Istilah ketiadaan pembentukan urin pada ginjal Anuria ; nocturia ; oliguria ; polyuria
disebut
10. Operasi penjahitan kandung kemih disebut … cystorrhaphy; cystorrhagia ; cystorrhexis ;
nephrorrhaphy
11. Membebaskan/ menghilangkan ginjal dari adhesi Nephrolithiasis ; nephrolysis ;
disebut ……….. nephropyosis ; pyelitis
12. Jumlah urin yang sedikit disebut ………. Diuresis ; dysuria ; enuresis ; oliguria
13. Proses buatan penyaringan produk racun dari Diuresis ; hemodialysis ; homeostasis
darah pasien disebut ……… hydroureter

14. Inflamasi pada kandung kemih (bladder) disebut ……………………………………………..


15. Kondisi dimana terdapat batu pada ureter disebut ………………………………………….
16. ESWL = ……………………………………………………………………………………………
17. IVP = ……………………………………………………………………………………………….
18. HD = ……………………………………………………………………………………………….
19. NS = ………………………………………………………………………………………………
20. ESRD = ……………………………………………………………………………………………
21. Incisi meatus urin untuk membesarkan bukaan disebut ………………………………………

Penugasan 2 Terminology system genitalia

Isilah titik-titik dibawah ini:

Istilah Medis Pilihan


1. Menstruasi cervic/o
2. Kehamilan oophor/o
3. Wanita orchid/o
4. Vagina hyster/o
5. Cervix -gravida
6. Uterus salping/o
7. Ovarium colp/o
8. Testicle gynec/o
9. Tuba falopii men/o

10. Lapisan dalam uterus disebut Corpus ; endometrium ; myometrium ; perimetrium


11. Pembuahan telur setelah terjadi konsepsi disebut Embryo ; fetus ; gamete ; zygote

55
Istilah Medis Pilihan
12. Istilah untuk inflamasi pada vulva disebut ……… Vulvodynia ; vulvitis
13. Varises vena pada testis disebut cryptorchidism ; hydrocele ; phimosis ; variocele
14. Pemeriksaan visual secara langsung jaringan Colposcopy ; endovaginal ultrasound;
cervix dan vagina menggunakan endoscope hysteroscopy ; laparoscopy
khusus disebut

15. Endocervicitis = ……………………. ……………………… ………………


Artinya ………………………………………………………………………………………
16. Hysterosalpingography = ……………………. ……………………… ……
Artinya ……………………………………………………………………………………………
17. Anorchism = ……………………. ……………………… …………
Artinya ……………………………………………
18. Menometrorrhagia = ……………………. ……………………… ……………
Artinya ……………………………………………………………………………………………
19. Hernia yang menonjol ke vagina disebut …………………………………………………..
20. Inflamasi pada endometrium adalah …………………………………………………………….
21. Operasi perbaikan ovarium adalah ………………………………………………………………
22. Operasi penjahitan uterus disebut ………………………………………………………………
23. Inflamasi pada vulva dan vagina disebut ………………………………………………..
24. Operasi fiksasi penempatan ovarium disebut ………………………………
25. Endo - hyster/o -cele
metr/i -it is
oophor/o -plasty
vagin/o -pexy
vulv/o -rrhaphy
-rrhexis

Penugasan 3. Koding

Tentukan lead term dan kode yang tepat dengan langkah-langkahnya.


1. Cystitis iradiasi pasca prosedur
2. Gagal ginjal pasca prosedur
3. Gangguan renal-tubulo interstisil
4. Glumerulonefritis membranosa difuse akut
5. Infeksi saluran kemih karena Escherichia coli
6. Gagal ginjal stadium akhir
7. Stricture pada vas deferens
8. Infeksi herpes simplex pada saluran genital pria
9. Calculus pada prostate
10. Vasitis karena Tuberkulosis
11. Hypogonadotrophy pada laki2
12. Hernia inguinal bagian kiri
13. Pseudohermaphroditism pada laki2 dengan androgen
14. Abses pada kandung kemih/ bladder
15. Salpingitis dan oophoritis kronis disebabkan Staphylococcus
16. Bartholinitis karena virus kondiloma akuminata
17. Endometriosis pada tuba falopii
18. Prolaps uterus ke dalam vagina (inkomplit)
19. Furuncle pada vulva karenabakteri Staphylococcus aureus
20. Infeksi Saluran Kencing /Urinary Tract Infection disebabkan infeksi bakteri E. coli (Escherichia coli)

56
BAB 5
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS

A. PENDAHULUAN
Reproduksi adalah proses biologis suatu individu untuk menghasilkan individu baru, yang dialami dalam
kehidupan oleh mahluk hidup untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Tahapan proses
reproduksi pada manusia melalui pertemuan sperma dengan ovum disebut proses pembuahan.
Selanjutnya terjadilah proses kehamilan yang dialami seorang wanita yang dilanjutkan persalinan dan
nifas. Untuk mengetahui apakah kehamilan, persalinan, nifas yang terjadi ada kelainan, maka perlu
mempelajari bagaimana kehamilan, persalinan, nifas yang normal.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, pada
penyakit dan gangguan kehamilan, persalinan, nifas pada wanita yang mengalami proses reproduksi
tersebut sebagai dasar untuk mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami kehamilan, persalinan, nifas yang normal sebagai dasar
memahami kondisi yang tidak normal.

Kegiatan Belajar : kehamilan, persalinan, nifas normal.

B. KEHAMILAN
Reproduksi adalah proses yang terjadi pada mahluk hidup untuk mempertahankan kelestarian jenisnya.
Reproduksi pada manusia diawali peleburan sperma dengan ovum yang menghasilkan zigot.

Gambar 5.1 Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis

Sel sperma dan sel telur memiliki tahap pembentukan yang berbeda dengan sel tubuh lainnya. Sel
kelamin terbentuk melalui pembelahan meiosis. Selama pembelahan,setiap sel membelah dua kali
berturut-turut sehingga membentuk empat sel anakan. Satu spermatosit akan membentuk empat
sperma matang. Sedangkan pada sel telur, satu oosit akan membentuk satu ovum fungsional yang
57
ukurannya lebih besar dari tiga ovum disfungsional lainnya. Ukuran sel telur jauh lebih besar dari sel
sperma, oleh karena itu saat akan terjadi pembuahan ribuan sel sperma berebut untuk bisa membuahi
sebuah sel telur.

Sel telur yang berhasil dibuahi dan bersatu dengan sperma. Proses pertemuan sel telar dan sperma
disebut fertilisasi, dan akan membentuk satu zygot. Zygot akan membelah diri dan bergerak menuju ke
dalam ringga rahim, dalam 7 - 10 hari setelah sel telur dibuahi akan melekat pada mukosa rahim dan
melakukan proses menetap atau "tertanam" (nidasi/implantasi) pada dinding rahim, yang merupakan
masa kritis sebuah kehamilan terjadi dengan sukses.

Gambar 5.2 Fertilisasi, perkembangan zygot

Berikut ini gambaran detil proses pembuahan


 Sel telur dikeluarkan dari permukaan ovarium sekitar hari ke 14 sebelum siklus haid berikutnya.
 Sel telur ditangkap oleh Fimbriae tuba Fallopii berjalan di dalam tuba menuju uterus karena cilia
dan kontraksi otot.

58
 Sperma masuk ke dalam tuba falopi, ia akan bertemu dengan ovum, terjadilah pembuahan yang
disebut konsepsi atau fertilitasi pada umumnya terjadi pada sepertiga dari panjang saluran telur.
 Sel yang sudah dibuahi akan membelah diri dalam 24 jam, secara berulang membentuk bola sel
disebut zigot. Zigot terus membelah diri selama berjalan di dalam saluran.
 Zigot (bola sel) berisi cairan yang disebut blastosit sampai di rongga rahim.
 Implantasi terjadi sekitar hari ke 7, biasanya bagian atas rahim di sisi ovarium mengeluarkan sel
telur. Pada hari ke 10, embrio sudah tertanam erat. Pada beberapa wanita mengalami spotting
(sedikit bercak perdarahan) selama 1 s/d 2 hari.
 Lapisan rahim makin tebal dan leher rahim ditutupi dengan lender tebal sampai bayi lahir.
 Masa embrionik mulai fertilisasi sampai minggu ke-8. Setelah minggu ke-8 embrio disebut sebagai
janin.

Gambar 5.3 Perkembangan embrio


Tahap perkembangan Embrio
1. Zigot adalah hasil peleburan ovum dan sperma, terbentuk akan berkembang menjadi embrio,
dimana sifat induk jantan akan berpadu dengan sifat induk betina.
2. Morula: kumpulan sel berbentuk bola hasil pembelahan zigot yang terus menerus.
3. Blastula: kumpulan sel berbentuk bola yang berongga (blastocoels) yang berisi cadangan
makanan.
4. Gastrula: kumpulan sel yang terdiri dari tiga lapisan (ektoderm, mesoderm dan endoderm). Ketiga
lapisan ini terbentuk dari hasil migrasi (pengkutuban) sel-sel blastula.
5. Morfogenesis dan organogenesis: tahap pembentukan organ dan morfologi tubuh.

Ketika embrio menempel (implantasi) ke rahim, akan terbentuk plasenta. Tiga membran yang terdiri
dari :
1. Amnion: membungkus embrio, menghasilkan cairan amnion yang berfungsi melindungi embrio dari
benturan.
2. Korion: lapisan tempat terjadinya pertukaran unsur makanan, limbah metabolisme, antibodi antara
ibu dan embrio.
3. Alantois: membran yang menghubungkan embrio dengan ibu, membran inilah yang kemudian
akan membentuk plasenta (tali pusar).

Plasenta adalah organ berbentuk cakram, mengandung pembuluh darah ibu (maternal) dan embrio.
Melalui plasenta, janin atau embrio mendapatkan nutrisi dari ibunya, dan terjadi pertukaran gas
respirasi pembuangan limbah hasil metabolisme janin, sebagai jembatan ibu dan bayi yang
dikandungnya. Plasenta yang terbentuk, menghasilkan hormone “Human Chorionic Gonadotropin”
(HCG), yang ditemukan dalam darah dan urine, yang dideteksi melalui test kehhamilan/ test pack
dengan waktu paling cepat 3-4 minggu

Beberapa tanda dan gejala kehamilan antara lain:


1. Terlambat haid, tetapi jika sudah biasa terlambat haid harus dipantau dengan tanda lainnya.
2. Nyidam atau keinginan untuk makan makanan tertentu. Mual awal kehamilan, tetapi dapat
berlangsung selama terjadinya proses kehamilan. Kehilangan nafsu makan, biasanya mulai dari
hari 8 -10 setelah proses pembuahan. Beberapa bau tertentu dapat menyebabkan mual. Kondisi ini
biasanya terjadi kuartal kedua hingga kuartal terakhir.

59
3. Bercak (spotting), karena implantasi embrio pada dinding rahim (hari ke 8-10) setelah
pembuahan.
4. Sakit punggung dan sakit kepala akibat peningkatan mendadak dalam kadar hormon.
5. Struktur payudara menjadi lembut, membengkak, mulai dari minggu pertama atau kedua
setelah terjadinya proses pembuahan. Sekitar puting (areola) berubah warna dan muncul garis
gelap, yang terlihat dari perut ke pusat daerah kemaluan wanita.
6. Mulas dan sembelit adalah tanda kehamilan lainnya. Rahim yang membengkak akan mendorong
lambung yang mengakibatkan terjadinya masalah pencernaan. Tingginya tingkat hormon, sampai
batas tertentu juga bertanggung jawab untuk terjadinya masalah ini.
7. Perasaan ingin sering buang air kecil, karena terdesak rahim yang membesar.
8. Pembesaran abdomen : Pada usia kehamilan 12 minggu, uterus biasanya teraba di dinding
abdomen tepat diatas simfisis; kemudian uterus membesar secara bertahap sampai akhir
kehamilan.
9. Denyut jantung janin, dideteksi dengan stetoskop usia kehamilan 17 – 19 minggu, dengan
Doppler usia kehamilan 10 minggu, dengan ekokardiografi dapat mendeteksi sejak 48 hari setelah
HPHT terakhir.
10. Gerakan janin terdeteksi oleh pemeriksa setelah usia kehamilan sekitar 20 minggu.
11. Meningkatnya pigmentasi kulit dan munculnya striae pada abdomen.
12. Pertambahan berat badan selama hamil
13. Terjadi hemodilusi pada kehamilan 30 minggu, sehingga terjadi anemia bila Hb < 11 gr%
14. Perubahan suasana hati dan sensitive bisa stress pada tahap awal kehamilan.

Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah untuk mengetahui kondisi ibu dan janin:
1. perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin,
2. mendeteksi penyakit , kelainan, risiko pada kandungan, untuk dapat dilakukan penanganan secara
dini.
3. memantau kondisi ibu dan bayi supaya proses persalinanya berjalan lancer.

Gambar 5.4. Pemeriksaan ibu hamil

Beberapa pemeriksaan fisik pada kehamilan antara lain:


1. Pemeriksaan Berat Badan tiap periksa, untuk mengetahui pertambahan berat badan.
2. Pemeriksaan Tinggi Badan sekali saat ibu memeriksakan kehamilan, untuk mengetahui risiko
ukuran panggulibu. Tinggi badan ibu terlalu pendek, dikhawatirkan memiliki panggul sempit.
3. Pemeriksaan tekanan darah untuk mengetahui penyakit penyerta dan identifikasi awal pre-eklamsi.
4. Pemeriksaan Perut untuk melihat:
a. posisi atas rahim, termasuk tinggi fundus uteri untuk mengetahui usia kehamilan.
b. pertumbuhan janin dan posisi janin.
5. Pemeriksaa Detak Jantung apakah janin dalam kondisi sehat dan baik. Permeriksaan detak jantung
menggunakan Teknik Doopler sehingga ibu hamil dapat mendengarkan detak janin yang
dikandungnya.
60
6. Pemeriksaan Dalam untuk mengetahui:
a. ada tidaknya kehamilan, penyakit kehamilan atau gangguan kehamilan.
b. kondisi abnormal di dalam rongga panggul,
c. mengetahui letak janin.
7. Pemeriksaan Kaki untuk mengetahui adanya pembengkakan (oedema) sebagai tanda pre-eklamsi,
dan kemungkinan varices .

Gambar 5.5. Pemeriksaan Ibu hamil.

Pemeriksaan pendukung kehamilan:


1. Pemeriksaan Urin:
a. memastikan kehamilan (test kehamilan),
b. mengetahui fungsi ginjal ibu hamil dengan pemeriksaan protein urine risiko pre-eklamsi
c. mengetahui kadar gula dalam darah, mengetahui ibu diabetes mellitus. .
2. Pemeriksaan Darah untuk mengetahui:
a. kesehatan umum ibu hamil.
b. pemeriksaan AFP (alpha fetoprotein) yang rendah (15-20 minggu) untuk mengetahui
kemungkinan down sindorm pada janin.
3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG).

Untuk mengetahui usia kehamilan dapat diketahui dari:


1. Rumus Naegle untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL) = hari + 7, bulan – 3, tahun + 1
2. Gerakan pertama fetus dapat dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu
3. Palpasi abdomen untuk menentukan posisi dan letak janin
4. Perkiraan tinggi fundus uteri

Tabel 5.1. Perkiraan umur kehamilan dari palpasi tinggi fundus uteri
Umur hamil TFU Keterangan
8 mgg Blm teraba Sebesar telur bebek
12 mgg Di atas simfisis Sebesar telur angsa
16 mgg ½ pusat - simfisis Sebesar kepala bayi
20 mgg Di pinggir bawah pusat --
61
Umur hamil TFU Keterangan
24 mgg 24 minggu tepat di atas pinggir pusat --
28 mgg 3 jr ats pusat / 1/3 pusat – Px --
32 mgg ½ pusat – Px --
36 mgg 1 jr di bwh Px Kepala masih berada di atas pintu panggul.
40 mgg 3 jr bwh Px Fundus uteri turun kembali, karena kepala janin
masuk ke rongga panggul.

Perkembangan janin dalam rahim:


Tabel 5.2. Perkembangan janian dalam kandungan.
Umur Panjang
Pembentukan Organ
Kehamilan Fetus
4 minggu 7,5-10 mm Rudimental mata, telinga dan hidung
8 minggu 2,5 cm Hidung, kuping, jari-jemari mulai di bentuk. Kepala menekuk ke dada.
12 minggu 9 cm Daun telinga lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai terbentuk, alat
kandungan luar terbentuk namun belum berdiferensiasi.
16 minggu 16-18 cm Genitalia eksterna terbentuk dan dapat di kenal, kulit tipis dan warna
merah.
20 minggu 25 cm Kulit lebih tebal, rambut mulai tumbuh di kepala dan rambut halus (lanugo)
tumbuh di kulit.
24 minggu 30-32 cm Kedua kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata serta kulit keriput. Kepala
besar. Bila lahir, dapat bernapas tapi hanya beberapa jam saja.
28 minggu 35 cm Kulit warna merah di tutupi verniks kaseosa. Bila lahir, dapat bernapas,
menangis pelan dan lemah.
32 minggu 40-43 cm Kulit merah dan keriput. Bila lahir, kelihatan seperti orang tua dn kecil.
36 minggu 46 cm Muka berseri tidak keriput. Bayi premature.
40 minggu 50-55 cm Bayi cukup bulan. Kulit licin, verniks kaseosa banyak, rambut kepala
tumbuh baik, organ-organ baik.

Gambar 5.6. Hasil Ultrasonografi sesuai usia kehamilan.


C. PERSALINAN

Persalinan adalah proses melahirkan bayi dalam kandungan ibu. Proses melahirkan bayi sangat
beresiko baik bagi ibu maupun bayi dalam kandungan.

Proses persalinan ini terbagi dalam 3 tahap, diantaranya yaitu:


62
1. Kala 1 atau tahap Pembukaan = In partu (partus mulai).
Tahap pembukaan ada dua fase yaitu
a. Fase Laten: pembukaan serviks berlangsung lambat, biasanya pembukaan mencapai 3 cm
b. Fase aktif: fase ini terbagi lagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, deselerasi dan steady

Proses yang terjadi pada Kala 1 atau tahap pembukaan, antara lain:
a. munculnya lendir bercampur darah, karena serviks sudah mulai mendatar dan membuka,
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di bagian karnalis servikalis.
b. Kontraksi rahim secara periodik agar bayi terdorong ke jalan lahir dan bayi mengikuti jalur
lahir, sehingga terjadi mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka (pembukaan jalan lahir).
c. Waktu antara 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan selanjutnya.
d. Kontraksi semakin kuat dan semakin intensif, ibu mungkin mengalami rasa sakit yang luar
biasa dan merasakan ada suatu tekanan sangat besar dari arah perut bawah, rasa ingin
buang air besar. Masa paling sulit bagi ibu, menjelang pembukaan jalan lahir sudah mendekati
sempurna.
e. Jika pembukaan jalan lahir bayi sudah mencapai 10 cm berarti jalur pembukaan telah
lengkap atau sempurna dan bayi dalam kandungan ibu telah siap untuk dikeluarkan dari rahim.
f. Bayi sudah siap untuk dilahirkan dan proses melahirkan memasuki tahap kedua.

2. Kala 2 atau tahap Pengeluaran Bayi.


a. Rasa sakit bagian perut mulai stabil dan terkordinir, cepat, kuat, lebih lama, 2-3 menit sekali.
b. Kepala janin sudah turun masuk ruang panggul, sehingga terjadi tekanan pada otot panggul
yang secara otomatis/ reflek memunculkan rasa mengejan.
c. Ibu akan merasa seperti ingin buang air besar, ditandai anus terbuka.
d. Bayi telah turun kebawah mendekati panggul, lalu mendorong otot dan saraf menuju ke
panggul, ibu mulai merasakan keinginan untuk mengejan/ mendorong.
e. Setelah leher rahim terbuka secara penuh/lebar, proses melahirkan baru dimulai. Kadang-
kadang terjadi leher rahim belum membuka lebar dan bayi masih belum turun ke panggul,
tetapi ibu merasa ingin mengejan dan mendorong, sehingga disarankan ibu untuk mendorong
secara perlahan selama tahap tersebut, atau meminta menahan tidak mengejan/mendorong
dengan menghindari atau menahan gerakan otot perut atau menahan napas. Bila leher rahim
ibu telah terbuka lebar, tetapi ibu tidak merasakan keinginan untuk mengejan dan mendorong,
maka akan lebih baik bila ibu menunggu sampai posisi bayi berada dibawah mendekati leher
rahim dan memacu gerakan mendorong ibu.
f. Pada saat mengejan, kepala janin sudah mulai terlihat, dan vulva (bagian luar dari vagina)
terbuka dan perineum (daerah diantara anus dan vagina) meregang, kontraksi otot pada leher
rahim berubah menjadi perasaan untuk memacu agar si bayi keluar.
g. Ibu akan merasakan tekanan yang kuat pada daerah perineum yang sifatnya elastis, namun
jika diperkirakan perlu untuk pengguntingan daerah perineum untuk mencegah terjadi
perobekan paksa pada daerah perineum oleh kuatnya tekanan bayi.
h. Proses persalinan membuat kondisi emosional dan kondisi fisik yang kelelahan karena
mengejan dan mendorong sekeras yang ibu bisa. Peran suami, dokter, bidan, yang
mendampingi untuk memberikan semangat berjuang menyelesaikan kelahiran bayinya.
Dengan mengambil waktu istirahat sejenak atau jeda sebelum mengejan kembali secara
perlahan seiring dengan irama kontraksi, serta minum (berenergi) bisa membantu ibu untuk
memulihkan jiwa dan kelelahan tubuh ibu. Dokter/bidan yang menangani proses kelahiran
dapat memberitahukan kemajuan proses persalinan untuk memberi semangat kemajuan yang
dicapai ibu.
i. Dengan mengejan secara berangsur-angsur, akan keluar bagian kepala bayi, diikuti seluruh
badan bayi. Bayi yang akan lahir sebenarnya sedang menyesuaikan posisi dengan berbagai
gerakan di daerah panggul ibu, sehingga posisi kepala dapat mencapai posisi yang tepat. Saat
bayi dilahirkan meminta untuk mengejan dan mendorong secara perlahan untuk mempermudah
kepala bayi keluar.

3. Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta


Kala 3 dimulai setelah bayi lahir sampai dengan keluarnya plasenta.
Proses yang terjadi:

63
a. Proses melahirkan plasenta berlangsung antara 5-30 menit.
b. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
c. Uterus mengecil dan teraba mengeras karena kontraksi.

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan selama dua jam.
Kemungkinan pengeluaran darah cukup banyak setelah plasenta lepas, karena darah berasal dari
pembuluh darah yang cukup banyak dari dinding rahim tempat terlepasnya plasenta. Perdarahan
disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim.

D. NIFAS

Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali
kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu

Proses yang terjadi pada masa nifas antara lain:


1. Adanya perubahan fisik
a. Uterus (Rahim), setelah persalinan uterus ± 1 kg, karena involusio (jumlah sel tidak banyak
berkurangm tetapi ukuran sel otot uterus berubah) beratnya turun pada akhir minggu ke 1 +
500 gram, akhir minggu ke 2 + 300 gram, kemudian turun + 100 gram.
b. Pembuluh darah ekstra uteri ukuran mengecil mendekati ukuran sebelum hamil.
c. Serviks (Leher rahim) menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari s/d 1 minggu.
Bentuk mulut serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4
bulan
d. Vagina yang bengkak serta lipatan akan hilang, kembali seperti semula setelah 3-4 minggu.
e. Abdomen menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut sebaiknya diikuti olahraga
atau senam penguatan otot-otot perut.
f. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah
warna menjadi keputihan. Kulit setelah melahirkan, hiperpigmentasi pada muka, leher,
payudara, kulit lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan.

2. Pengeluaran lochea karena Involusio uterus


Involusio uteri yaitu lapisan yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik dan keluar
bersama-sama cairan dan darah disebut lochea. Biasanya berwarna merah, kemudian semakin
lama semakin pucat, dan berakhir dalam waktu 3-6 minggu (lochea rubra Lochea Serosa
Lochea Alba

3. Payudara membesar selama hamil dan menyusui, akan kembali normal setelah masa menyusui.
Laktasi atau pengeluaran ASI. Selama kehamilan hormon estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan kelenjar lactiverus payudara dan merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI
saat kadar hormon estrogen dan progesterone menurun. Pelepasan ASI oleh hormon prolaktin, dan
hisapan bayi memicu pelepasan ASI. Cairan pertama ASI yang keluar sesudah ibu melahirkan
adalah kolostrum, mengandung campuran kaya protein, mineral, antibody dari pada ASI yang telah
mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran.

4. Perubahan system tubuh lain


a. Endokrin diproduksi oleh kelanjar hypofise anterior akan meningkat dan menekan produksi
FSH (Folicle Stimulating Hormone), sehingga fungsi ovarium tertunda. Menurunnya hormone
estrogen dan progesteron, akan mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula.
b. Hemokonsentrasi yaitu volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal.

Tanda dan gejala nifas :


1. Perubahan fisik :
a. Uterus (Rahim) mengecil kembali normal, Cerviks dan vagina kembali normal.
b. Abdomen menjadi lembek dan kendor, garis-garis biru (striae) menjadi keputihan
c. Hiperpigmentasi kulit menghilang secara perlahan-lahan..
2. Pengeluaran lochea karena Involusio uterus (lochea rubra Lochea Serosa Lochea Alba
3. Payudara membesar dan menghasilkan ASI.

64
E. TERMINOLOGY KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS.

No Istilah medis Penjelasan


1 Antepartum Periode dari konsepsi sampai persalinan
2 Amnion (BOW) Kantung ketuban; (bag of waters)
3 Apgar Evaluasi dari kondisi fisik bayi baru lahir, dilakukan 1 – 5 menit setelah kelahiran,
berdasarkan 5 faktor (frekuensi jantung, upaya respirasi, warna kulit, tonus otot,
respon refleks ) yang mencerminkan kemampuan bayi untuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan diluar uteri
4 Cephalopelvic Suatu kondisi dimana kepala janin terlalu besar untuk ukuran panggul ibu
disproportion (CPD)
5 Episiotomi Suatu tindakan insisi/sayatan pada perineum dan vagina untuk
mempermudah/melonggarkan jalan lahir
6 EDC Expected date of confinement (due date); jatuh tempo; perkiraan tanggal
persalinan
7 Gestasi Periode dari konsepsi sampai kelahiran; kehamilan
8 Gravida Kehamilan
9 Inseminasi Pemasukan mani kedalam liang senggama; artifisial inseminasi buatan adalah
pembuahan sel telur secara tidak alami
10 Intrapartum Periode dari mulai persalinan sampai jam pertama setelah melahirkan
11 LMP Last mentrual period (due date); periode menstruasi terakhir; menopouse
12 Lochia Discharge dari vagina selama 1 sampai 2 minggu pertama setelah melahirkan
13 Meconium Tinja pertama pada bayi baru lahir, warna hijau tua
14 Multigravida Wanita yang telah mengalami kehamilan lebih dari satu kali
15 Multipara Wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali/lebih dari satu bayi
16 Periode Neonatal Periode 4 minggu pertama setelah lahir
17 Obstetrical index (OB Jumlah kehamilan, istilah persalinan, aborsi dan kelahiran mati bagi seorang
index) wanita yang telah mengalaminya
18 Pelvimeter Alat yang digunakan untuk mengukur kapasitas dan diameter panggul wanita
19 Placenta Organ untuk petukaran gas, nutrisi, limbah antara ibu dan janin; ari-ari
20 Postpartum Periode 6 minggu setelah kelahiran bayi
21 Prenatal Sebelum kelahiran
Primigravida Seorang wanita yang baru mengalami kehamilan untuk yang pertama
22 Primipara Seorang wanita yang baru mengalami persalinan untuk yang pertama kali
23 Presentasi Posisi bayi dalam kandungan yang mengacu pada arah saluran kelahiran
24 Trimester Periode 12 minggu
25 Vernix cavernosa Substansi berlemak yang melapisi kulit janin dalam rahim dan menjaga agar
kulit tersebut tidak menjadi basah oleh cairan ketuban.

Penugasan

Latihan1
Jelaskan secara singkat dan jelas !!
1. Apa yang dimaksud dengan fertilisasi?
2. Bagaimana proses ferlitisasi terjadi?
3. Bagaimana perkembangan hasil fertilisasi menjadi janin? jelaskan!
4. Apa saja tanda-tanda dan gejala adanya kehamilan? Jelaskan !
5. Apa saja pemeriksaan fisik untuk mengetahui proses kehamilan yang sehat? Jelaskan !
6. Apa saja pemeriksaan pendukung untuk mengetahui proses kehamilan sehat? Jelaskan !
7. Apa saja pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui usia kehamilan? Jelaskan !
8. Apa yang dimaksud dengan persalinan?
9. Bagaimana proses persalinan terjadi? Jelaskan !
10. Apa saja tanda dan gejala proses persalinan Kala 1, Kala 2, Kala 3? Jelaskan
11. Apa yang dimaksud dengan Nifas? Bagaimana proses nifas terjadi?
12. Apa saja tanda dan gejala Nifas? Jelaskan !

Latihan 2
Isilah dengan istilah medis
1. Organ reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur adalah …………………………………
2. Saluran sebagai tempat terjadinya fertilisasi adalah ……………………………………………….
65
3. Organ wanita sebagai tempat perkembangan janin adalah …………………………………….
4. Saluran untuk kelahiran dan coitus adalah ………………………………………………………………
5. Evaluasi kondisi bayi saat lahir disebut
……………………………………………………………………....
6. Seorang wanita yang sedang hamil disebut
………………………………………………………………...
7. 4 (empat) minggu pertama setelah kelahiran (bayi) disebut ……………………………………….....
8. Periode 6 (enam) minggu setelah kelahiran (ibu) disebut ……………………………………………....
9. Plasenta adalah ………………………………………………………………………………………………
10. Kehamilan pertama disebut ..............................................................................................

66
BAB 6
MATERI PATOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS

A. PENDAHULUAN
Tahapan proses reproduksi pada manusia melalui pertemuan sperma dengan ovum disebut proses
pembuahan. Selanjutnya terjadilah proses kehamilan yang dialami seorang wanita yang dilanjutkan
persalinan dan nifas. Diharapkan selama proses kehamilan, persalinan, nifas, diakhiri dengan ibu
selamat bayi sehat. Patologi Kehamilan, Persalinan , Nifas adalah mempelajari gangguan atau penyakit
terkait dengan kesuburan, gangguan saat kehamilan, gangguan persalinan, maupun gangguan nifas.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, pada
penyakit dan gangguan kehamilan, persalinan, nifas pada wanita yang mengalami proses reproduksi
tersebut sebagai dasar untuk mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami, menelusuri dan menganalisis kesesuaian informasi yang
mendukung diagnosis terkait gangguan kehamilan, persalinan, nifas.

Kegiatan Belajar : patologi dan terminology gangguan kehamilan, persalinan, nifas .

B. GANGGUAN FERTILISASI
Fertilisasi adalah pertemuan dan bersatunya ovum dan sperma. Tidak terjadi fertilisasi atau adanya
masalah kesuburan dapat disebabkan gangguan pada wanita dan pada pria.

Gangguan kesuburan pada wanita:


1. Tidak terjadi ovulasi
a. Haid tidak teratur tanda ovulasi tidak selalu terjadi setiap siklus atau sama sekali tak terjadi
ovulasi.
b. Usia wanita lebih dari 40 tahun, ovum sudah tua, sel telur semakin sedikit, risiko abortus.
c. Ovarium polikistik, terjadi kegagalan ovulasi (ovum tidak sampai matur/matang untuk dilepas).
2. Gangguan organ reproduksi antara lain:
a. Gangguan tuba fallopii bisa karena infeksi menyebabkan buntu/tidak normal, akan
menghambat pertemuan sperma dengan sel telur, atau mengganggu perjalanan sel telur yang
telah dibuahi.
b. Gangguan pada uterus (Mioma uteri, endometriosis), akan mengganggu proses tumbuh dan
berkembangnya endometrium untuk kesiapan hasil pembuahan di uterus
c. Gangguan cervix uteri. Cervix menghasilkan lendir saat ovulasi agar sperma dapat berenang
melewati cervix menuju tuba fallopii. Kualitas lendir cervix dapat mempengaruhi jalannya
sperma.
d. Gangguan vagina karena infeksi akan meningkatkan keasamannya, sehingga sperma mati,
dan vagina mengkerut bisa mengakibatkan kesulitan transportasi sperma.
3. Kegagalan implantasi yaitu kemampuan yang rendah untuk menerima hasil pembuahan tersebut.
4. Tidak diketahui penyebabnya disebut infertility idiophatic

Faktor penyebab yang paling sering terjadi pada gangguan infertilitas wanita antara lain:
1. Kelainan hormonal
2. Infeksi
3. Gangguan organ
4. Genetic

Pemeriksaan infertilitas pada wanita antara lain


1. Pemeriksaan darah – untuk memeriksa kadar hormon yang terkait dengan ovulasi
2. Laparoskopi
3. Radiologi- histerosalpingografi
4. Ultrasonografi – untuk melihat kemungkian adanya mioma uteri

67
Terapi tergantung pada penyebab, pilihan terapi antara lain :
1. Terapi hormon – untuk memicu ovulasi.
2. Pembedahan – untuk membebaskan perlekatan tuba falopii, endometriosis, mioma uteri.
3. “In vitro fertilisation” (IVF), dimana konsepsi dilangsungkan di laboratorium dan hasil fertilisasi
ditanamkan ke rahim yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Gangguan kesuburan pada pria antara lain:


1. Kualitas sperma yang kurang baik (jumlah maupun kualitas), antara lain karena:
a. Tidak terdapat sperma ( azoospermia), atau jumlah sperma sedikit ( oligospermia )
b. Bentuk sperma abnormal terganggunya kemampuan untuk menembus sel telur
c. Gangguan motilitas yaitu sperma kurang mampu berenang di dalam saluran reproduksi
wanita.
Faktor risiko terjadinya gangguan kesuburan:
a. Varikokel yaitu pembesaran pembuluh darah di skrotum, akan mengganggu sirculasi darah
testis, sehingga testis kurang oksigen & suhu meningkat, yang mempengaruhi produksi
sperma.
b. Faktor gaya hidup: merokok, minum alcohol, narkoba, obat-obatan tertentu, gizi buruk, berat
badan berlebih atau terlalu rendah, terpapar pestisida, dll
c. Antibodi pada pria dapat menyebabkan hilang kemampuan sperma menembus sel telur
d. Masalah pada testis – dapat disebabkan oleh cedera , infeksi atau kemoterapi.
e. Gangguan kesuburan yang tak dapat dijelaskan (idiophatic)
2. Masalah Hormonal. Kadar hormon reproduksi pria kurang optimal. Tidak diketahui penyebabnya
disebut sebagai gangguan kesuburan : unexplained” atau “ idiopatik “.
3. Blokade sistem reproduksi pria disebabkan oleh infeksi, cidera, cacat bawaan, tindakan
vasektomi. Sperma dibuat dalam testis, menuju epidedimis, lewat vas defferent masuk vesicula
seminalis. Kemudian bercampur cairan vesicula seminalis dengan semen dari prostat, mendorong
sperma ke urethra dan keluar melalui penis.
4. Gangguan fungsi
a. Impotensia–ketidak mampuan penis untuk ereksi secara memadai agar dapat melakukan
penetrasi saat sanggama, mungkin sperma tidak dapat masuk.
b. Prostatektomi – efek samping adalah infertiliti , impotensia dan inkontinensia
c. Gangguan tertentu – sklerosis multiple , diabetes, menyebabkan gangguan ereksi dan ejakulasi

Pemeriksaan gangguan kesuburan pada pria :


1. Analisa sperma-sediaan sperma diperiksa di laboratorium, dicari kelainan sperma & antibodi
2. Pemeriksaan darah – menentukan kadar hormon
3. Biopsi testis
4. Pemeriksaan ultrasonografi – untuk memeriksa organ reproduksi antara lain kelenjar prostat

Pilihan terapi
Tidak ada terapi untuk memperbaiki kualitas sperma, tetapi cara untuk meningkatkan kemungkinan
terjadi kehamilan dengan kualitas sperma yang ada, tergantung penyebabnya, antara lain :
1. Terapi hormon – bila kuantitas sperma rendah disebabkan oleh rendahnya hormon gonadotropin
2. Inseminasi artifisial – semen dikumpulkan & dipekatkan dan kemudian dimasukkan kedalam
uterus
3. Fertilisasi in-vitro – konsepsi dilakukan di laboratorium dan sel telur hasil konsepsi tersebut di
masukkan kembali ke dalam uterus

C. GANGGUAN KEHAMILAN ATAU RISIKO KEHAMILAN

Faktor risiko kehamilan dan persalinan.


Factor risiko atau kondisi tertentu atau kelainan sebelum kehamilan, yang dapat memberikan dampak
risiko pada ibu maupun janin selama kehamilan dan persalinan antara lain:
1. Umur ibu:
a. Hamil dengan umur ibu kurang 20 tahun (usia remaja). Organ reproduksi remaja belum
matang menerima kehamilan, kesiapan psikologis untuk menjalani hidup berumah tangga,
sehingga berpengaruh bagi ibu muda. Risiko yang mungkin dialami: perdarahan pasca
persalinan, pre-eklamsi sampai eklamsi, bayi beresiko kecacatan kongenital. Risiko lain
predisposisi terjadi kanker serviks karena kontak seksual pertama kali di usia muda.
b. Hamil dengan umur diatas 35 tahun. Semakin tua umur wanita maka kualitas sel telur
semakin menurun, sehingga resiko bayi dengan kelainan/cacat sangat besar, resiko hamil
68
kembar, menderita diabetes gestasional, sehingga bayi berat badan besar, tekanan darah
tinggi, resiko bayi dengan kelainan kemungkinan terjadi keguguran di awal kehamilan.

2. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm. Tinggi badan ibu mempengaruhi bentuk panggul sebagai
jalan lahir bayi agar dapat lahir dengan lancar. Tinggi badan kurang dari 145 cm beresiko terjadi
panggul sempit, tidak sesuai dengan ukuran bayi, sehingga risiko bayi tidak bisa dilahirkan secara
normal. Namun tidak semua ibu hamil dengan tinggi kurang dari 145cm harus operasi Caesar,
tergantung dari kesesuaian antara bentuk panggul dengan besar bayi.

3. Berat badan ibu kurang dari 45 kg (Ibu KEK = Kurang Energi Kronis) atau lingkar lengan atas
kurang dari 23,5 cm. Ibu KEK sangat berpengaruh terhadap asupan nutrisi ke janin, fungsi
plasenta bisa mengalami penurunan, dengan risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

4. Jarak anak
a. Jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun. Alat reproduksi
memerlukan waktu untuk dapat berfungsi dengan sempurna minimal 2 tahun. Ibu melahirkan
jarak kurang dari 2 tahun, beresiko 3 kali lebih besar melahirkan bayi dengan gangguan
perkembangan (resiko autism).
b. Jarak kehamilan terakhir dengan kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun
(Primisekunder) Terlalu lama tidak punya anak lagi, sehingga perkembangan organ
reproduksi seperti kehamilan pertama, sehingga proses persalinan relative lama seperti
kehamilan pertama kali.

5. Jumlah anak lebih dari 4. seringnya melahirkan. Komplikasi selama kehamilan yaitu perdarahan
antepartum, terlepasnya sebagian atau seluruh bagian plasenta yang bisa menimbulkan kematian
janin, tertutupnya jalan lahir oleh plasenta.

6. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas sebelumnya:


a. abortus, lahir mati. Mola hidatidosa, bayi cacat congenital,
b. Persalinan dengan komplikasi: ekstraksi vacum, manual plasenta, perdarahan, perlu transfuse
darah, operasi caecar (section caecaria)
c. Nifas dengan komplikasi: perdarahan post partum, infeksi masa nifas, post partum blues.

7. Riwayat penyakit sebelumnya. Penyakit ibu berpengaruh terhadap kehamilan, apalagi


penyakit yang berlangsung lama, dapat mengancam kesehatan dan kehidupan janin. Beberapa
penyakit risiko pada kehamilan antara lain:
a. Anemia. Kadar Hb turun berdampak janin tidak mendapat pasokan oksigen yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangannya janin, ada resiko premature, meningkatkan risiko bayi
dengan asfiksia (gangguan pernapasan), berat badan lahir rendah, sehingga risiko kematian
tinggi. Bagi ibu ada risiko terjadi perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi, sehingga risiko
kematian ibu tinggi. Anemia dapat membuat ibu merasa lelah dan lemah. Terapi dengan
asupan zat besi dari pola makan sehari-hari gizi tinggi.
b. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini, mempunyai
risiko pre-eklamsi dan eklamsi.
c. Penyakit Menular Seksual (PMS) dapat menyebabkan janin terinfeksi, seperti: HIV , syphilis,
gonorhoe, sehingga terjadi kerusakan organ tertentu dari bayi, BBLR, premature.
d. Gangguan kelenjar gondok seperti hypothyroid dapat menyebabkan cacat pada janin.
Hypertyroid dapat menyebabkan gagal jantung.
e. Epilepsi, bila serangan kejang terjadi saat kehamilan akan berbahaya bagi janin, sehingga
dapat terjadi keguguran maupun kematian janin dalam kandungan. Sehingga pengobatan
rutin sangat penting selama kehamilan.
f. Sedang/pernah menderita penyakit kronis lain: TB, kelainan jantung-ginjal-hati, tumor dan
keganasan, asma. Selain itu ibu dengan penyakit yang membutuhkan obat terus menerus,
harus hati-hati, karena obat yang diminum dapat menjadi racun bagi janin. Ibu dengan riwayat
penyakit tersebut membutuhkan pemeriksaan, pengawasan, perawatan khusus, karena risiko
dapat terjadi pada ibu dan janin selama kehamilan maupun saat persalinan.
g. Depresi dapat mengakibatkan depresi saat kehamilan, persalinan maupun nifas.
h. Riwayat keluarga menderita penyakit DM, hipertensi, dan riwayat cacat kongenital.Diabetes,
dapat berbahaya bagi ibu dan janin, sehingga perlu dikendalikan sebelum hamil.

69
Pemeriksaan pendukung dan terapi/tindakan: disesuaikan jenis penyakit atau gangguan yang
ada dan upaya meminimalkan risiko selama kehamilan maupun risiko dalam proses persalinan.

Kehamilan risiko tinggi


Kehamilan resiko tinggi adalah suatu keadaan kondisi ibu hamil atau proses kehamilan yang
mempunyai resiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal kehamilan, yang bisa menyebabkan janin
yang dikandungnya tidak dapat tumbuh dengan sehat, dan dapat menimbulkan kematian ibu dan janin.
Tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang
dikandungnnya dalam keadaan bahaya, yang perlu mendapat pertolongan segera di rumah sakit
(hospital emergency).
Beberapa tanda bahaya yang sering terjadi pada Ibu hamil:

1. Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan ibu hamil muda mual dan muntah secara berlebihan
atau terus menerus, napsu makan sangat rendah, sehingga ibu kekurangan cairan dan asupan
makanan, berakibat ibu sangat lemah dan juga berbahaya bagi janin, yang perlu perawatan
intensif. Penyebabnya adalah terjadi perubahan metabolisme tubuh pada ibu, faktor psikologis.
Hiperemesis Gravidarum pada trimester 2 dapat meningkatkan risiko preeklamsia, risiko plasenta
yang lepas dari dinding rahim.
Terapi/tindakan:
a. Mengatur pola makan bergizi seimbang, hindari jenis makanan yang memicu mual.
b. Kekurangan makanan dan cairan perlu dikoreksi dengan pemberian cairan infus. Jika tidak
dikoreksi, buruk pengaruhnya terhadap anak di kandungan maupun pada diri ibu sendiri

2. Abortus
Perdarahan (bleeding) melalui jalan lahir pada kehamilan merupakan tanda bahaya yang dapat
berakibat kematian ibu dan atau janin.
Beberapa kondisi saat hamil bisa terjadi perdarahan pervaginam antara lain:
a. Perdarahan pada kehamilan sebelum 3 bulan = kurang 20 minggu. Perdarahan yang banyak,
dapat disebabkan:
1) Abortus,
2) Kehamilan mola hidatidosa.
3) Kehamilan ectopic yaitu perdarahan disertai nyeri perut bawah yang hebat pada ibu
terlambat haid 1-2 bulan, dapat disebabkan kehamilan diluar kandungan atau kehamilan
ektopik.
b. Perdarahan pada kehamilan 7-9 bulan,antara lain:
1) Perdarahan sedikit-sedikit tetapi terus atau banyak, disebabkan plasenta previa
2) abrupsio plasenta

Abortus = keguguran
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan
sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500
gram.

Penyebab terjadinya abortus antara lain:


a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, karena: kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat
menempel hasil pembuahan tidak bagus/kurang sempurna, dan pengaruh zat zat berbahaya
bagi janin (radiasi, obat-obatan, tembakau, alcohol), infeksi virus.
b. Kelainan plasenta, gangguan pembentukan pembuluh darah plasenta karena hipertensi
kronis.
c. Penyakit khronis ibu: radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan, toxoplasma.
d. Kelainan organ reproduksi ibu: gangguan mulut rahim, bentuk rahim, mioma uteri, dll.
e. Trauma .
Gambaran Klinis
Perdarahan pervaginam (mulai bercak sampai bergumpal) dan / atau nyeri perut bagian bawah.

Proses abortus ada beberapa antara lain:


a. Abortus Imminens (ancaman Keguguran): perdarahan pervaginam sedikit, nyeri perut tidak
ada atau sedikit. Belum ada pembukaan serviks.
b. Abortus Insipiens (keguguran sedang berlangsung): perdarahan pervaginam banyak
(dapat bergumpal-gumpal), nyeri perut hebat, terdapat pembukaan serviks, kadang-kadang
tampak jaringan hasil konsepsi di ostium serviks.
70
c. Abortus Inkompletus (keguguran tidak lengkap): perdarahan pervaginam banyak, nyeri
perut sedang-hebat, keluar jaringan hasil konsepsi sebagian, ostium serviks terbuka atau
mulai tertutup.
d. Abortus Kompletus (keguguran lengkap): perdarahan pervaginam mulai berkurang –
berhenti, tanpa nyeri perut, ostium serviks sudah tertutup, keluar jaringan hasil konsepsi utuh,
seluruhnya.
e. Missed Abortion (keguguran yang tertahan): abortus dengan hasil konsepsi tetap tertahan
intra uterin selama 2 minggu /lebih, perdarahan pervaginam sedikit, tanpa nyeri perut, ostium
serviks masih tertutup, pembesaran uterus tidak sesuai (lebih kecil) dari usia gestasi
seharusnya.
Diagnosis
a. Terlambat Haid (amenorhea) kurang dari 20 minggu.
b. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi.
c. Rasa nyeri di daerah atas simpisis.
d. Pembukaan ostium serviks.
Penatalaksanaan/tindakan:
a. Abortus Imminens: istirahat total sampai perdarahan berhenti.
b. Abortus Insipiens, abortus incompletus: kuretase (curettage)
c. Abortus Kompletus: Evaluasi komplikasi abortus: anemia dan infeksi
d. Missed Abortion: Evaluasi hematologi rutin, uji hemostasis (waktu perdarahan & pembekuan).
Bila terjadi gangguan faal hemostasis: transfusi trombosit & komponen darah lain, kemudian
kuretase.
Komplikasi Abortus
a. Perdarahan (hemorrhage);
b. Perforasi;
c. Infeksi dan tetanus;
d. Syok

Istilah medis abortus:


a. Aborsi spontan/alamiah adalah abortus berlangsung tanpa tindakan apapun
b. Aborsi buatan/sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si
pelaksana aborsi
c. Aborsi Terapeutik/Medis adalah pengguguran kandungan buatan atas indikasi medic yang
matang. Contoh: ibu hamil dengan penyakit darah tinggi menahun, penyakit jantung parah
yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
d. Abortus habitualis (keguguran berulang) = keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
e. Abortus infeksius = aborus infeksius adalah keguguran yang disertai dengan infeksi genital
f. Abortus septik = keguguran dengan infeksi berat sampai penyebaran kuman ke peredaran
darah (tanda: sakit berat, panas tinggi, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, syok)

3. Mola Hidatidosa adalah disebut hamil anggur. Proses kehamilan terjadi dimana embrio tidak
menjadi janin, tetapi menjadi gelembung-gelembung kecil yang menyerupai anggur.

Tanda dan gelaja:


a. Awal kehamilan positif, gejala hamil muda kadang dialami lebih berat
b. Denyut Jantung Janin negative dan tidak ada gerakan janin,
c. Rahim lebih besar dari umur kehamilan,
d. Terjadi pendarahan secara terus menerus.
e. Keluar gelembung-gelembung mirip anggur
71
Mola hidatidosa ini harus dikeluarkan, karena dapat terjadi perdarahan hebat berakhir kematian,
serta dapat memicu terbentuknya kanker, sehingga harus segera dibersihkan.
Pemeriksaan dengan:
a. HCG (human chorionic gonadotrophin) urin atau serum untuk pemeriksaan kehamilan,
b. Pemeriksaan USG (ultrasonografi) terlihat gelembung seperti bola-bola kecil, tidak ada bentuk
janin. Bayangan mirip bayi tersebut hanya gelembung darah yang membeku bernama mola.
c. uji Sonde
Pengobatan: membersihkan rahim (kuret), atau pengangkatan rahim.

4. Kehamilan Ektopik disebut kehamilan di luar kandungan. Sel telur yang sudah dibuahi tidak
melekat di rahim, tetapi melekat di tempat lain seperti: saluran telur, leher rahim, atau di rongga
perut. Kehamilan ektopik ini disebabkan karena ada infeksi di saluran falopi. Gejalanya: sakit pada
panggul, pendarahan yang tidak biasa, hingga pingsan.
Pemeriksaan pendukung: USG
Terapi/tindakan: operasi pengambilan jaringan kehamilan ektopik.

5. Plasenta Previa.
Plasenta yang normal akan melebar ke arah atas, menjauhi leher rahim (cervix). Plasenta previa
merupakan gangguan posisi plasenta berada di bagian bawah rahim/dekat cervix atau plasenta
dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir, sehingga risiko perdarahan tak dapat dihindari.
Gejala-gejala Plasenta Previa
a. Pendarahan sebelum kelahiran, tanpa disertai rasa sakit, biasanya terjadi pada tiga bulan
terakhir masa kehamilan. Pendarahan dapat terjadi secara tiba-tiba, volume darah bisa banyak
atau sedikit, dan pendarahan dapat berhenti dengan sendirinya dan muncul kembali.
b. Ada yang mengalami kontraksi dan nyeri di punggung atau perut bagian bawah.

Gambar 6.1 Plasenta previa


Faktor Risiko Plasenta Previa
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko plasenta previa antara lain:
a. Pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
b. Pernah menjalani operasi Caesar, operasi rahim pada myoma, kuretase, dll.

Pemeriksaan penunjang Diagnosis Plasenta Previa


a. USG.
b. Hindari pemeriksaan fisik melalui vagina selama kehamilan untuk mengurangi risiko
pendarahan.
c. Pantau detak jantung bayi.

Plasenta previa dapat dibagi dalam 4 kategori.


a. Kategori 1 – plasenta hanya tertanam di rahim bagian bawah tanpa menutupi lubang serviks.
b. Kategori 2 – plasenta mencapai lubang serviks bagian dalam, tetapi tidak menutupinya (low-
lying)
c. Kategori 3 – plasenta menutupi sebagian lubang serviks (marginal)
d. Kategori 4 – plasenta menutupi seluruh lubang serviks termasuk saat lubang serviks terbuka
dan melebar (total).

Penanganan dan Tindakan:


Belum memasuk proses persalinan:
a. Istirahat sebanyak-banyaknya, hubungan sek dihindari, transfusi darah jika perlu.
72
b. Dipantau untuk mencapai unur kehamilan yang cukup (minimal 36 minggu):
1) Tingkat keparahan pendarahan
2) Kondisi kesehatan sang ibu dan bayi, upaya perbaiki kesehatan ibu dan perkembangan
janin.
3) Posisi plasenta dan bayi.
Apabila pendarahan tidak berhenti, dianjurkan section caesar meski usia kandungan belum cukup,
agar tidak berakibat fatal bagi ibu dan bayi

Proses persalinan pada plasenta previa:


a. Plasenta previa kategori 1 dan 2, diizinkan melahirkan secara normal.
b. Plasenta previa kategori 3 dan 4, dengan section caesar.
Risiko plasenta previa: anemia, sehingga dipantau Hb
6. Abrupsio plasenta
Sinonim abruption plasenta = ablasio plasentae = apopleksi plasenta = solusio plasenta.
Abruptio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding uterus lengkap maupun parsial pada usia
20 minggu atau lebih yang terjadi saat kehamilan bukan saat persalinan (sebelum bayi lahir).
Perdarahan terjadi yang berasal dari tempat menempelnya plasenta. Perdarahan dapat keluar
melalui vagina, tetapi dapat tersembunyi karena terperangkap dibelakang plasenta yang terlepas.
Pada kondisi placental abruption kemungkinan besar bayi mengalami kelahiran prematur, anemia
janin, lahir berat rendah, dan menyebabkan ibu kehilangan darah yang sangat signifikan.

Gambar 6.2. Abrupsio plasenta


Penyebab plasenta abrupsi
a. Cedera perut karena kecelakaan atau jatuh
b. Mengecilnya volume uterus secara mendadak karena kehilangan yang signifikan dari cairan
ketuban
c. Tali pusat normal sangat pendek
d. Pengembangan akut tekanan darah tinggi
e. Dapat terjadi pada pre-eklamsi
Gejala plasenta abrupsi
 Perdarahan vagina
 Nyeri pada perut, dirahim atau pada punggung.
 Kontraksi uterus bisa ada bisa tidak.
Pemerlksan:
 Tekanan darah: hipertensi kehamilan, bila hipotensi tanda kehilangan darah banyak. Apabila
gejala syok tidak disertai perdarahan pervaginam, harus dicurigai perdarahan tersembunyi.
 Abdomen: Uterus peningkatan tonusnya. Pada perdarahan tersembunyi uterus makin
membesar.
 Denyut Jantung janin menurun yang merupakan tanda-tanda hipoksia janin.
 Pemantauan Hb Ibu.
Penanganan:
Bila berat segera persalinan dini untuk menyelamatkan ibu dan janin dengan pervaginam
atau Operasi seksio caesaria.

7. Pre-eklamsi dan eklamsi sering disebut keracunan kehamilan.


Preeklamsia atau keracunan kehamilan akan ditandai sebagai berikut : naiknya tekanan darah ibu
hamil, terdapatnya protein dalam urin, serta timbulnya pembengkakan pada tubuh (oedema).
73
Eklamsi adalah pre-eklamsi diikuti kejang, dan sering menyebabkan kematian ibu serta janin.
Sebelum kejang didahului makin keadaan umum memburuk, sakit kepala, mual, nyeri ulu hati,
muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang

Faktor resiko terjadinya preeklamsi pada ibu hamil:


 Usia ibu hamil terlalu tua / muda, multiparitas, anak pertama, jarak kehamilan terlalu jauh.
 Kehamilan kembar atau hamil kelebihan berat badan.
 Hipertensi kronis, akan berdampak pre-eklamsi, plasenta lepas dari dinding rahim, resiko
premature atau BBLR. Disarankan mengurangi konsumsi garam.
 Penyakit ginjal.
 Ibu dengan riwayat pernah preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.
Pemeriksaan pendukung: Pemeriksaan tensi dan protein urine.
Terapi/tindakan:
 Perawatan intensif untuk ibu dan janin dalam kandungan.
 Apabila janin sudah cukup umur (aterm) atau cukup kuat untuk kehidupan, dapat dilakukan
operasi section caecaria.

8. Diabetes Gestasional adalah kadar gula dalam darah meningkat dan akan kembali normal setelah
melahirkan. Dengan kadar glukosa ibu yang tinggi, maka kadar glukosa pada janin meningkat,
sehingga bayi bisa lahir dengan berat lahir di atas 4 kg. Kondisi ini tentu dapat menyulitkan proses
persalinan, bayi berisiko mengalami diabetes atau kelainan bawaan. Bagi ibu berisiko perdarahan
masa kehamilan.
Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan gula pada urine dan pemeriksaan gula darah.
Tindakan: Kontrol konsumsi gula, perlu melakukan aktivitas ringan.

9. Berat badan ibu hamil tidak naik atau naik berlebihan. Selama kehamilan berat badan ibu naik
sekitar 9-12 kg, karena pertumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu akibat kehamilan
(pregnancy cause), mulai hamil umur 4 bulan sampai menjelang persalinan. Bila berat badan ibu
tidak naik, pertumbuhan janin mungking terganggu. Apabila berat badan naik berlebihan, kadang
disertai tungkai dan mata kaki yang membengkak, tekanan darah meninggi, air seni keruh, nyeri
kepala, dan penglihatan berkunang-kunang, kemungkinan pre-eclampsia dapat menjadi eclampsia
Pemeriksaan pendukung: pemeriksaan deteksi dini pre-eklamsi untuk berat badan berlebih.
Terapi/tindakan: pengaturan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil.

10. Gerakan janin melemah atau berkurang atau tidak ada setelah kehamilan 4 bulan (normal mulai
ada gerakan janin) selama dalam 12 jam, risiko kehidupan bayi mungkin terancam.
Pemeriksaan pendukung
 Pemeriksaan Denyut Jantung Janin
 USG untuk memastikan kondisi kesehatan janin.
Terapi/tindakan:
 Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat
 ibu makan dan minum dengan baik
 Apabila janin sudah meninggal, harus segera dikeluarkan.

11. Kelainan janin:


a. Kelainan letak janin sampai umur 9 bulan. Keadaan normal kepala janin berada di bagian
bawah rahim menghadap ke arah punggung ibu, menjelang persalinan kepala bayi turun dan
masuk ke rongga panggul ibu. Kelainan letak janin antara lain : letak sungsang, letak lintang,
menjelang persalinan dapat mengalami kesulitan dalam persalinan dan berbahaya bagi
kehidupan bayi.
b. Kelainan jumlah janin : kembar, dampit
c. Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
d. Janin mati dalam rahim
Pemeriksaan pendukung:
a. Pemeriksaan fisik perut
b. Pemeriksaan kesehatan janin melalui: Denyut jantung janin dan gerakan janin
c. USG
Terapi/tindakan: sesuai kelainan yang terjadi.

74
12. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW). = Ketuban Pecah Dini (KPD). Keadaan normal
ketuban pecah menjelang persalinan, setelah ada tanda awal persalinan, dan cairan ketuban
berwarna jenih kekuningan. Bila ketuban telah pecah dan cairan ketuban keluar sebelum ibu
mengalami tanda-tanda persalinan, janin dan ibu akan mudah terinfeksi.
Penyebabnya antara lain:
a. berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri .
b. infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik
Pemeriksaan pendukung:
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru.
Terapi/tindakan:
a. Minimalkan pengeluaran air ketuban dengan istirahat total
b. Pemantauan kemungkinan terjadi infeksi
c. Pemantauan proses persalinan
d. Bila ada resiko infeksi dan membahayakan ibu dan janin, segera akhiri kehamilan dengan
induksi proses persalinan baik pervaginam maupun operasi caecaria.

13. Hidramnion
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi jumlah air ketuban melebihi dari batas
normal. Keadaan normal air ketuban berjumlah antara 1-2 liter. Kasus hidramnion ketuban antara
4-5 liter. Oligo hidramnion adalah kondisi kekurangan air ketuban. Trimester kedua, janin mulai
berkemih, menelan, dan menghirup cairan amnion. Proses ini untuk mengatur pengendalian
volume cairan (keadaan normal).

Penyebab hidramnion: belum diketahui dengan jelas. Beberapa temuan antara lain:
a. Hidramnion pada kasus anensefalus karena peningkatan cairan meningen ke rongga amnion,
dan peningkatan produksi kemih akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak
terlindung.
b. Hidramnion pada atresia esophagus karena janin tidak dapat menelan.
c. Hampir separuh kasus hidramnion sedang dan berat, ditemukan ada anomaly janin. Dan
sebagian besar ganguan perinatal terjadi pada wanita nondiabetik yang mengalami hidarmnion.
d. Hidramnion pada ibu diabetes selama hamil trimester ketiga masih belum dapat dijelaskan
e. Oligo hidramnion terjadi pada kelainan janin dengan anuria

Gejala Klinis Hidramnion / Manifestasi Klinis Hidramnion


a. Akibat tekanan di dalam & disekitar uterus terhadap organ-organ didekatnya, terjadi
peregangan berlebih, ibu dapat mengalami dispnea, dan mungkin dapat bernafas apabila
dalam posisi tegak.
b. Oedema ekstremitas bawah, vulva, dinding abdomen, akibat penekanan vena besar oleh
uterus.
c. Kadang-kadang terjadi oliguria berat akibat obstruksi ureter oleh uterus yang sangat besar.

Pada hidramnion kronik, penimbunan cairan bertahap, sehingga ibu mentoleransi tanpa banyak
keluhan. Pada hidramnion akut, distensi (tekanan) abdomen cepat, menyebabkan gangguan serius
dan mengancam. Hidramnion akut cenderung muncul pada kahamilan dini (minggu ke 16 sampai
20), uterus cepat membesar, bisa menyebabkan persalinan sebelum usia 28 minggu, atau bila
parah harus dilakukan intervensi.
Diagnosis Hidramnion
a. Uterus membesar dan tegang, sulit meraba bagian2 janin dan sulit mendengar denyut jantung
janin.
b. USG
Penanganan Hidramnion
a. Derajad ringan menunggu persalinan sampai ketuban pecah spontan.
b. Diuretika, pembatasan garam, terapi indometasin untuk hidramnion simtomatik
Prognosis untuk bayi pada kehamilan hidramnion berat adalah buruk.
a. Hambatan pertumbuhan janin, mortalitas perinatal makin meningkat pada kelahiran preterm,
b. Prolaps tali pusat saat selaput ketuban pecah,
c. Solusio plasenta sewaktu ukuran uterus berkurang secara cepat, semakin memperburuk hasil.
d. Disfungsi uterus atau atonia uteri karena over distensi berdampak perdarahan postpartum.
e. Kelainan presentasi janin dan intervensi operasi juga lebih sering terjadi.

75
14. Kehamilan daluwarsa yaitu kehamilan telah mencapai usia lebih dari 42 minggu. Kehamilan yang
melewati usia normal (38-42 minggu) dianggap sebagai kelainan, karena berisiko tinggi pada bayi.
Ibu akan susah melahirkan karena bayi semakin besar dan plasenta sudah terlalu tua untuk
mencukupi kebutuhan bayi.
Penanganan: segera diupayakan terjadi persalinan dengan induksi.

15. Infeksi. Demam Tinggi >38ºC, dapat merupakan gejala infeksi dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan
mengompres untuk menurunkan suhu .

Kematian janin dalam kandungan:


Kematian janin dalam trimester pertama sampai dengan 20 minggu disebut keguguran.
Dengan tanda-tanda : perdarahan per vagina cukup banyak, dan sering disertai jaringan embrio.
Pemeriksaan: USG
Terapi/tindakan: Pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu bisa dilakukan kuretase atau aspriasi
vakum.
Kematian janin dalam kandungan saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau trimester kedua
disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD). Jika janin sudah meninggal di dalam kandungan, maka rahim
tidak akan membesar lagi dan berhenti sesuai usia kehamilan, maka kehamilan harus diakhiri.

Faktor penyebab:
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
2. Pre-eklampsia dan eklampsia
3. Perdarahan, karena plasenta previa (plasenta yang menutupi jalan lahir), atau solusio plasenta
(terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di uterus sebelum bayi lahir), maka HB ibu dan
janin turun dapat memicu kematian janin.
4. Kelainan kongenital (bawaan) bayi
5. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya,
maka ibu akan membentuk zat antibodi.
6. Janin yang hiperaktif bisa mengakibatkan tali pusat terpelintirdan akan tersumbat.
7. Bila air ketuban habis, maka tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya, terjadi gawat
janin yaitu janin kekurangan oksigen dan makanan, ditandai dengan detak jantung janin kencang,
lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah rata-rata.
8. Kehamilan lewat waktu (postterm) lebih dari 42 minggu, plasenta akan mengalami penuaan
sehingga fungsinya akan berkurang. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau,
dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan
cara diinduksi.
9. Infeksi saat hamil, demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin tidak tahan panas ibunya.
10. Kelainan kromosom.

Janin yang meninggal jangan dibiarkan di dalam rahim lebih dari 2 minggu, karena akan memengaruhi
faktor pembekuan darah Ibu dimana fibrinogen ibu turun darah ibu agak sulit membeku, sehingga bila
terjadi perdarahan pada proses persalinan akan sulit berhenti.
Bagi ibu yang ingin mempunyai anak, apabila terjadi kematian janin pada kehamilan sebelumnya dan
dapat diketahui penyebabnya, maka ibu dapat memulai program kehamilan kembali dan melakukan
antisipasi agar tidak terjadi kembali.

Pemeriksaan pendukung:
1. Denyut Jantung Janin dan gerakan janin dalam kandungan
2. USG
Penanganan:
Pada kehamilan di atas 12 minggu, dilakukan induksi persalinan atau diberikan obat untuk membuka
jalan lahir, lalu dibiarkan keluar spontan, bila perlu dilanjutkan dengan tindakan kuretase.

76
D. GANGGUAN PERSALINAN DAN NIFAS

Faktor risiko persalinan adalah kondisi tertentu yang perlu diwaspadai dalam proses persalinan untuk
menentukan apakah persalinan diharapkan pervaginam atau harus dilakukan operasi section
caecaria
1. Kepala janin belum masuk panggul karena beberapa factor:
a. Kesalahan memperkirakan umur kehamilan
b. Panggul sempit atau bentuk panggul tidak normal
c. Lilitan tali pusat yang menghambat kepala janin masuk panggul
d. Tumor yang menghalangi kepala masuk panggul
e. Plasenta previa
f. Kelainan posisi kepala janin.

2. Posisi janin dalam kandungan


Selama berada di dalam rahim, janin melakukan aktivitas sesuai perkembangan dan
kemampuannya. Maka letak janin sering berubah-ubah. Tubuh yang kecil dan ruang di dalam rahim
yang luas memungkinkan ia bergerak bebas. Makin besar janin maka ruang gerak makin terbatas.
Posisi yang paling aman adalah posisi anterior yaitu bayi letak kepala menghadap ke punggung ibu
dengan leher tertekuk kedepan, dagu menempel dada dan kedua lengan melipat di dada. Jika janin
tidak berada dalam posisi atau letak tersebut, maka persalinan bisa menjadi sulit dan mungkin
persalinan tidak dapat dilakukan melalui vagina Ada beberapa posisi janin dalam kandungan antara
lain: posisi kepala (posisi anterior, posterior, muka), dan posisi sungsang, posisi lintang. Posisi
tersebut akan mempengaruhi cepat atau lambatnya sebuah proses persalinan.

Gambar 6.3. Posisi janin dalam kandung dengan risiko persalinan


Posisi kepala:
a. Posisi anterior suatu posisi bayi yang ideal atau berada pada tempat yang terbaik, posisi
anterior disebut sebagai posisi yang dapat mempercepat proses kehamilan.
b. Posisi posterior dimana letak tulang tengkorak janin sangat berdekatan dengan tulang
belakang sang Ibu yang bisa menyebabkan rasa kurang nyaman, janin akan menjauhi tulang
belakang, sehingga membuat cairan ketuban dalam rahim akan cepat pecah saat proses
persalinan masih berjalan di awal, serta proses persalinan dapat lebih lama.

77
c. Presentasi Puncak Kepala disebut presentasi sinsiput yaitu posisi janin letak kepala dengan
ubun-ubun besar merupakan bagian terendah, risiko lingkaran kepala yang akan melalui jalan
lahir relative lebih besar dan perputaran kepala saat keluar lebih sulit dibandingkan dengan
letak belakang kepala.
1) Pemeriksaan : Pemeriksaan vagina, USG.
2) Tindakan: upayakan persalinan per vaginam, kecuali ada distorsi, maka dilakukan section
caesaria.
d. Presentasi Dahi yaitu posisi janin dengan kepala pada pertengahan antara versi dan ekstensi,
dengan diameter mento vertikal 13 cm
Pemeriksaan : Pemeriksaan vagina, USG.
Tindakan
a. Persalinan per vaginam dapat terjadi, tetapi ada risiko: CPD, prolapsus tali pusat lebih
besar.
b. Operasi Sectio caesaria.
e. Presentasi Muka yaitu posisi janin dengan kepala dan tulang belakang ekstensi, tetapi lutut
fleksi sehingga letak fetus dalam uterus dalam bentuk huruf S, muka langsung di dibagian os.
Internum.
Pemeriksaan:
1) Pemeriksaan dalam vagina harus hati-hati untuk menghindari trauma mata.
2) USG untuk memastikan diagnosis presentasi muka.
Tindakan:
1) Persalinan per vaginam dapat terjadi, tetapi dengan resiko: CPD, trauma perineum berat,
muka memar dan oedem.
2) Operasi Sectio caesaria

Posisi sungsang
Posisi sungsang dimana pantat bayi terletak di bagian bawah rahim (mendekati leher rahim)
sedangkan kepalanya berada dibagian atas rahim. Letak sungsang antara lain: letak bokong saja
di bagian bawah rahim; letak kaki,

Posisi lintang
Posisi lintang dimana sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu, dengan kepala pada
sisi yang satu dan bokong pada sisi lain.

Untuk letak yang mempunyai risiko tinggi, maka tindakannya:


a. Dilakukan upaya memutar janin pada letak yang diharapkan, sekarang jarang dilakukan.
b. Bila tidak memungkinkan maka perlu kesiapan ibu menghadapi persalinan section caecaria.

78
3. Janin kembar

Gambar 6.4. Kondisi bayi kembar


Janin kembar dengan kondisi terpisah, maka saat persalinan dapat dilakukan pervaginam.
Janin kembar dengan kondisi ada sebagian tubuh saling melekat, maka saat persalinan tidak dapat
dilakukan pervaginam, tetapi siap untuk operasi section cecarian.

4. Persalinan preterm
Persalinan preterm atau sering disebut premature adalah persalinan terjadi „belum waktunya‟, di
mana janin sudah keluar pada usia kehamilan 20 hingga 37 minggu.
Beberapa keadaan yang menimbulkan persalinan preterm antara lain:
a. Ibu dengan Hipertensi, diabetes.
b. Perkembangan janin terhambat, kelainan rhesus darah
c. Gangguan plasenta seperti: Solusio plasentae, Plasenta previa, lilitan tali pusat
d. Kontraksi uterus yang dini, ketuban pecah terlalu dini, dan kehamilan ganda.

Dampak
a. Pembentukan organ-organ dalam bayi yang belum sempurna dapat menyebabkan kelainan,
seperti Respiratory Distress Syndrome (RDS), Intra Ventricular Haemorrhage (IVH) dan
Necrotizing Enterocolitis (NEC).
b. Komplikasi kelainan otak
c. Pertumbuhan anak terhambat
d. Daya penglihatan dibawah normal
Penanganan : Observasi dan optimalisasi keadaan ibu

4. Persalinan lewat waktu = persalinan serotinus


Persalinan lewat waktu disebut postterm atau serotinus adalah persalinan melewati 42 minggu.
Diagnosis usia kehamilan lebih 42 minggu didasarkan hitungan usia kehamilan (misalnya rumus
Naegele), sampai umur kehamilan 42 minggu tidak muncul his (mules). Kehamilan lewat waktu
dapat membahayakan, terutama pada janin yang bisa mengakibatkan kematian jika tidak segera
ditangani.
Risiko yang terjadi pada serotinus:
a. Penuaan plasenta, maka terjadi fungsi plasenta menurun, sehingga mengakibatkan bayi
kekurangan asupan oksigen dan nutrisi.
b. Cairan ketuban berubah warna dan kental. Kurangnya pasokan oksigen, janin bisa buang air
besar di dalam rahim, yang menyebabkan cairan ketuban berwarna hijau pekat. Cairan ketuban
ini dapat terhisap masuk ke dalam pernafasan bayi, sehingga harus segera dihisap ke luar agar
bayi tidak mengalami gangguan pernafasan, jika tidak diatasi mengakibatkan kematian bayi.
c. Cairan ketuban berkurang bahkan bisa mengering habis.
79
d. Dapat terjadi distosia (kesulitan melahirkan) karena aksi uterus tidak terkoordinir dan
pendarahan setelah melahirkan.
Penanganan
a. menentukan keadaan janin dalam kandungan
b. dilakukan induksi persalinan untuk memberikan rangsangan agar dapat lahir pervaginam.
c. Bila tidak ada kemajuan dilakukan operasi caesar

Kondisi penyulit pada proses persalinan:

1. Persalinan lama (Partus lama).


Persalinan berlangsung sejak ibu mulai merasa mulas sampai kelahiran bayi, biasanya kurang dari
12 jam. Ibu yang melahirkan anak kedua dan selanjutnya biasanya lebih cepat dari ibu yang
melahirkan anak pertama. Bila bayi belum lahir lebih dari 12 jam sejak mulainya mulas, disebut
terlalu lama.
Distosia yaitu persalinan yang sulit dan tidak terjadi kemajuan.
Disebabkan beberapa faktor:
a. kecemasan dan ketakutan
b. pemberian analgetik kuat/terlalu cepat pada persalinan & pemberian anastesi sebelum fase
aktif.
c. Abnormalitas tenaga ekspulsi terkait HIS yaitu His Hipotonic, His Hipertonic, His tidak
terkordinasi.
d. abnormalitas pada panggul atau jalan lahir
e. kelainan pada letak janin dan bentuk janin.

Pemeriksaan dan tindakan:


a. Nilai segera keadaan umum ibu hamil dan janin, panggul sempit dan obstruksi jalan lahir..
b. Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan.
c. Jika his berhenti, pembukaan serviks tidak berubah, tidak ada gawat janin, disebut belum
inpartu/ persalinan palsu. Jika ketuban tidak pecah, tidak ada tanda infeksi, pasien boleh rawat
jalan.
d. Apabila ada Cephalo Pelvix Disproporsi (CPD) sebaiknya melakukan Section Cesarian (SC).

Distosia Kelainan Tenaga atau His


a. His Hipotonik yaitu kelainan kontraksi uterus kurang kuat, lebih singkat, jarang daripada biasa,
sehingga perubahan pada cervix yaitu pendataran atau pembukaan lambat.
Penanganan:
1) Keadaan Umum ibu diperbaiki, kandung kencing & rectum dikosongkan.
2) Perbaiki His, jika his makin teratur masuk dalam kala 1 fase aktif, jika ketuban masih utuh
lakukan amniotomi (pecahkan ketuban), induksi persalinan
3) Jika tidak ada kemajuan pada fase aktif Kala 1, jika ada tanda-tanda infeki (demam, cairan,
berbau): dilakukan SC.
b. His Hipertonik (his terlampau kuat), dapat menyebabkan persalinan selesai sangat singkat
(partus presipitatus). Bahaya bagi ibu dapat terjadi perlukaan luas jalan lahir (servik, vagina,
perineum). Bagi bayi dapat mengalami perdarahan dalam tengkorak karena mengalami
tekanan kuat dalam waktu sangat singkat.
Penanganan: Perlukaan jalan lahir diatasi, pantau dan perbaiki kondisi bayi.
c. His tidak terkoordinasi disebut incoordinate hipertonik uterin contraction, dimana His berubah-
ubah, tonus otot uterus meningkat juga di luar his, kontraksinya tidak berlangsung seperti
biasa, karena tidak ada sinkronisasi kontraksi bagian2, menyebabkan his tidak efisien
mengadakan pembukaan. Tonus otot uterus naik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras
dan lama bagi ibu dan menyebabkan hipoksia pada janin.
Penanganan: simtomatis, bila ketuban pecah, pembukaan belum lengkap, dipertimbangkan
SC.

80
Distosia karena kelainan panggul atau persangkaan panggul sempit
1. Pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke-36.
2. Pada primapara dengan perut menggantung.
3. Pada multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.
4. Kelainan letak pada hamil tua.
5. Kelainan bentuk badan (cebol,scoliose,pincang,dll)
6. Osborn positif.
Tindakan: persalinan operasi section caesaria.
2. Perdarahan saat persalinan dan nifas
Pada saat proses persalinan maupun nifas terjadi perdarahan pervaginam yang dapat menjadi
penyebab kematian ibu.
Penyebab perdarahan antara lain:
a. Atonia uteri = uterus tidak berkontraksi, sehingga pembuluh darah dimana plasenta melekat
terbuka, sehingga akan terjadi perdarahan yang hebat dan dapat menyebabkan kematian ibu.
Penyebab: partus lama, multipara, anestesi dalam, pembesaran uterus berlebihan (kembar,
hidramnion, janin besar)
Tindakan:
1) massase uterus dan pemberian obat pemacu kontraksi uterus (intra vena & infuse).
2) Pastikan tidak ada sisa plasenta.
3) Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompressi dan dipasang tampon.
4) Bila tidak ada perbaikan, maka dilakukan histerectomi.

b. Robekan jalan lahir = laserasi jalan lahir, maka dilakukan pemeriksaan teliti letak robekan
dan perbaiki robekan.
Robekan dapat terjadi pada:
1) Robekan cervix akan menimbulkan perdarahan banyak karena cervix kaya pembuluh
darah.
2) Robekan Vagina jarang terjadi, biasanya karena tindakan ekstraksi forsep. ,
3) Robekan perineum. hampir semua persalinan pertama dan juga pada persalinan
berikutnya. Robekan perineum pada saat kepala janin lahir terlalu cepat.
4) Robekan perinium di bagi 4 :
a) Tingkat 1 : robekan hanya selaput lendir vagina atau tanpa mengenai, kulit perineum
b) Tingkat 2 : Robekan mengenai selaput lendir vagina & otot perinea transversalis tapi
tidak mengenai springter ani.
c) Tingkat 3 : Robekan mengenai seluruh perinium & otot springter ani
d) Tingkat 4 : Robekan sampai mukosa rectum
5) Laserasi traktus genitalia terjadi perdarahan berlangsung lama, kontraksi uterus kuat.

c. Retensio plasenta = plasenta belum keluar setelah 30 menit


Penyebab:
1) plasenta belum lepas dari dinding rahim, karena kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepas, atau plasenta melekat erat pada dinding uterus.
2) Plasenta sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum lahir, karena tidak ada usaha untuk
melahirkan atau kesalahan penanganan kala 3,
Tindakan;
1) Cek apakah plasenta telah lepas. Apabila plasenta telah lepas, usahakan segera
dikeluarkan dengan ibu mengejan dan membantu pengeluaran plasenta.
2) Apabila belum berhasil lakukan pengeluaran plasenta dengan manual plasenta.
3) Bila ada sisa plasenta, lakukan kuretase.

d. Ruptura uteri = uterus sobek karena upaya paksa untuk mengeluarkan bayi. Risiko kematian
ibu dan bayi tinggi
Tindakan: histerectomi, atasi risiko infeksi dan Hb rendah serta shock.

e. Inversio uteri = keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk
kedalam kavum uteri.

81
Gambar 6.5. Inversio uteri
Pembagian :
1) Inversio uteri ringan, Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum
keluar dari ruang rongga rahim.
2) Inversio uteri sedang, Terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
3) Inversio uteri berat, Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar
vagina.
Penyebab invertio uteri:
1) Factor memudahkan karena uterus lembek, lemah, tipis dindingnya, yang terjadi pada
grandemultipara, atonia uteri, kelemahan kandungan, tekanan intra abdomen tinggi
(mengejan dan batuk).
2) Tarikan tali pusat yang berlebihan dan pada manual plasenta yang dipaksakan.
Tindakan:
1) Reposisi uterus secepat mungkin per vaginam.
2) Bila gagal lakukan reposisi dengan laparotomi
Pemeriksaan penunjang untuk perdarahan :
a. Darah Hb. Bila Hb rendah beri transfusi darah.
b. Uji pembekuan darah

3. Distosia Bahu

Gambar 6.6. Distosia bahu.


Distosia bahu adalah kesulitan persalinan pada saat melahirkan bahu bayi. Keadaan dimana salah
satu bahu tersangkut pada tulang kemaluan dan tertahan dalam jalan rahim.
Predisposisi terjadi karena:
 Ibu ada riwayat Diabetes Melitus, kemungkinan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4000
gr.
 Ibu dengan obesitas, ada risiko jalan lahir lebih sempit karena terisi jaringan lemak.
 Ada CPD atau ketidak sesuaian antara kepala bayi dengan panggul.
Bila sebelumnya sudah ada predisposisi CPD, persiapan operasi section caesaria.
Komplikasi distosia bahu:
 Bagi bayi dapat terjadi kesakitan dan kematian intrapartum (dalam proses persalinan) dengan
terjadi anoksia (kekurangan oksigen) yang menyebabkan kerusakan otak bayi, serta kerusakan
dan kelumpuhan syaraf bahu atau dapat terjadi fraktur tulang klavicula bayi.
 Bagi ibu dapat terjadi lacerasi perineum dan vagina yang luas. Bila ada upaya mendorong
uterus berisiko ruptura uteri.
Penanganan:
 Segera dilakukan berbagai tindakan untuk membebaskan bahu, sehingga bayi lahir
pervaginam.
82
 Jika tindakan tersebut gagal, kadang bayi dapat didorong kembali ke dalam vagina dan
dilahirkan melalui operasi sesar.

4. Prolapsus Korda Umbilikalis

Gambar 6.7. Tali pusat menumbung


Prolapsus Korda Umbilikalis adalah suatu keadaan dimana korda umbilikal (tali pusar) mendahului
bayi, yaitu keluar dari jalan lahir. Pada keadaan ini, jika bayi mulai memasuki jalan lahir, tali pusar
akan tertekan sehingga aliran darah ke bayi terhenti. = Tali pusat menumbung.

KOMPLIKASI PERSALINAN
1. Syok adalah gangguan sirkulasi darah ke jaringan, sehingga kebutuhan oksigen tidak terpenuhi.
Gejala klinisnya berupa tekanan darah turun, nadi cepat dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis
jari-jari, sesak napas, penglihatan kabur, gelisah dan oliguria/ anuria.
Penyebab:
 Syok hemoragik, yaitu syok karena pendarahan banyak (abortus, kehamilan ektopik, mola
hidatidosa, plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, atonia uteri, laserasi jalan lahir,
perdarahan post partum;.
 Syok neurogenik, karena rasa sakit hebat (kehamilan ektopik, solusio plasenta, saat
persalinan)
 Syok kardiogenik, karena kontraksi otot jantung yang tidak efektif (infark myocard, decom
cordis)
 Syok endotoksik/septik, karena lepasnya toksin pada infeksi (abortus septik, infeksi pasca
persalinan)
 Syok anafilaktik, yaitu karena alergi atau hipersensitivitas terhadap obat-obatan.

2. Emboli Air Ketuban adalah masuknya cairan amnion kedalam sirkulasi ibu, sehingga menjadi
emboli dan menyebabkan kolaps pada ibu pada saat persalinan. Kejadian ini lebih sering pada
kontraksi uterus yang kuat dan spontan atau induksi. Terjadi waktu air ketuban pecah dan ada
pembuluh darah yang terbuka pada plasenta atau serviks.
Gejala: mendadak gelisah, sesak nafas, kejang-kejang dan meninggal.

3. Infeksi intrapartum: yaitu infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi ini terjadi pada perlakuan
periksa dalam lebih dari dua kali (kemungkinan kondisi kurang steril), keadaan Ibu yang lemah,
ketuban pecah dini, atau penyakit infeksi pada vagina.

KOMPLIKASI SELAMA MASA NIFAS


Masa nifas berlangsung selama 4-6 minggu, dapat terjadi komplikasi antara lain:
1. Perdarahan masa nifas
Penyebab perdarahan masa nifas:
a. Atonia uteri. Pre disposisi atonia uteri karena:
 Distensi (peregangan) rahim berlebihan pada hamil kembar, polihidramnion, janin besar.
 Pemanjangan masa persalinan.
 Grandemultiparitas (paritas sebesar 5 atau lebih).
c. Cedera jalan lahir..
d. Jaringan plasenta yang tertahan.
e. Inversio uteri yaitu “pembalikan bagian dalam ke luar” menyebabkan pendarahan disertai syok

2. Infeksi masa nifas atau “Sepsis nifas


Infeksi masa nifas adalah peradangan yang disebabkan masuknya kuman kedalam alat genital
pada waktu persalinan dan nifas. infeksi masa nifas yang dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Faktor Predisposisi:
83
 Perdarahan, Trauma persalinan, Partus lama, Retensio plasenta.
 Keadaan Umum ibu turun (anemia dan malnutrition).
 Ada luka memudahkan infeksi masuk pada perineum, vagina, serviks atau endometrium,
menjalar ke jaringan sekitarnya (thrombophlebitis, parametritis, salpingitis, peritonitis)
Tanda:
 suhu tubuh ≥ 38⁰C,terjadi lebih dari 2 hari yang beruntun, dan dalam 10 hari pertama masa
nifas,
 keluarnya cairan (dari lubang rahim) yang berbau bercampur darah, dapat mengancam jiwa ibu
 Endometriosis disertai nyeri perut. Peritonitis disertai nyeri perut dan perut kembung dan
tegang.

3. Bendungan ASI = adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
kelenjar susu yang tidak dikosongkan dengan sempurna
Faktor predisposisi:
 Faktor hormon
 Hisapan bayi, pengosongan payudara, cara menyusui.
 Kelainan pada puting susu

Gejala:
 Payudara penuh terasa panas, berat dan keras, mengkilat dan kemerahan, membengkak,
sangat nyeri.
 ASI mengalir tidak lancar, ASI tidak mengalir dengan mudah.
 puting susu teregang menjadi rata puting susu teregang menjadi rata
 kadang-kadang demam
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
 Menyusui dini, susui bayi,
 keluarkan ASI dengan tangan atau pompa,
 Perawatan payudara.
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
Kompres hangat payudara, upayakan puting mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi, pengurutan
(masase) payudara

4. Infeksi Payudara = Mastitis.


Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara.
Tanda-tanda & gejala: Demam, Mamae membesar dan nyeri, kulit merah, bisa terjadi abses.
Pencegahan: perawatan putting susu, bila ada luka bayi jangan menyusu pada mammae tersebut
dan air susu dapat dikeluarkan dengan pijitan.
Pengobatan: pemberian susu pada bayi dihentikan, berikan antibiotika, sangga payudara. Bila
abses, nanah dikeluarkan insisi sejajar duktus lactiferous agar mencegah kerusakan pada duktus
laktiferus.

Gangguan Psikologis masa nifas.


1. Post Partum Blues adalah perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil, sehingga sulit
menerima kehadiran bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2 minggu sejak kelahiran
bayi. & akan hilang sendiri sekitarnya 10-14 hari setelah melahirkan.
2. Depresi Post Partum yaitu kondisi emosi ibu kurang stabil
3. Post Partum Psikosa, dimana wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik
(schizoaffektif disorder), mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.

D. TERMINOLOGI MEDIS

No Istilah Medis Penjelasan


1 Aborsi (AB) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin terbentuk sempurna (Keguguran :
(miscarriage) aborsi spontan )
2 Amniocentesis Mengambil sampel cairan ketuban selama kehamilan untuk pemeriksaan
3 Apgar Evaluasi dari kondisi fisik bayi baru lahir, dilakukan 1, 5 menit setelah kelahiran,
berdasarkan 5 faktor (frekuensi jantung, upaya respirasi, warna kulit, tonus otot,
respon refleks ) yang mencerminkan kemampuan bayi untuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan diluar uteri
4 Anesthesia (OB) Kehilangan indera perasa/sensasi, terutama hilangnya sensasi rasa sakit untuk
84
No Istilah Medis Penjelasan
persiapan prosedur operasi
5 Bloody show Pengeluaran darah ; pendarahan
6 Cephalopelvic Suatu kondisi dimana kepala janin terlalu besar untuk ukuran panggul ibu
disproportion (CPD)
7 Caesarean Prosedur pembedahan dengan insisi pada perut sampai ke uterus untuk
(C.Section) pengeluaran/kelahiran bayi
8 Coomb‟s test Suatu tes darah untuk mendiagnosis bayi baru lahir, apabila dicurigai adanya
kondisi anemia hemolitik
9 Dystocia Gangguan persalinan ditandai adanya kelemahan tenaga untuk mengejan
10 Ectopic (extrauterine) Kehamilan diluar kandungan; diluar rahim/uteri, misalnya : di tuba fallopi,
ovarium, rongga peritoneum , dll
11 Episiotomi Suatu tindakan insisi/sayatan pada perineum dan vagina untuk
mempermudah/melonggarkan jalan lahir
12 Fetal heart tones Bunyi jantung janin yang dapat didengar melalui perut ibu, saat kehamilan
(FHT, fht)
13 Persalinan Forcep Forcep : alat untuk menarik keluar kepala janin
14 ICN intensive care nursery; ruang perawatan intensive
15 Inersia uteri his yang sifatnya lebih lemah, singkat dan jarang dibandingkan dari his normal.
16 Induksi Persalinan yang dapat dimulai dengan bantuan obat
17 Inseminasi Pemasukan mani kedalam liang senggama; artifisial inseminasi buatan adalah
pembuahan sel telur secara tidak alami
18 LMP Last mentrual period (due date); periode menstruasi terakhir; menopouse
19 Obstetrical index (OB Jumlah kehamilan, istilah persalinan, aborsi dan kelahiran mati bagi seorang
index) wanita yang telah mengalaminya
20 Stillborn (sb) Lahir mati
21 Test-tube baby Lahir mati oleh karena terjadi pembuahan ovum diluar rahim
22 Tetania uteri His yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksassi rahim.
23 Toxemia Keracunan sistemik tubuh oleh produk bakteri/jaringan yang rusak; kondisi
patologis, dasarnya gangguan metabolisme pada wanita hamil, dimanifestasi
dengan hipertensi, edema,dll. Memungkinkan terjadi pre-eklampsia/eklampsia

PENUGASAN

Latihan ke 1
1. Apa yang dimaksud dengan fertilisasi?
2. Apa saja penyebab penurunan kesuburan pada wanita? Jelaskan!
3. Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk mengetahui gangguan kesuburan wanita? Jelaskan !
4. Apa saja penyebab penurunan kesuburan pria? Jelaskan!
5. Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk mengetahui gangguan kesuburan pria? Jelaskan !

Latihan ke 2
Jelaskan tentang penyakit atau gangguan kehamilan dibawah ini:
a. Pengertian gangguan tersebut.termasuk dimana terjadinya? Jelaskan !!
b. Gejala dan tanda apa yang ada? Jelaskan
c. Pemeriksaan penunjang mendukung diagnosis gangguan tersebut?
d. Tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi penyakit atau gangguan tersebut?

Penyakit atau gangguan tersebut antara lain:


1. Hyperemesis gravidarum 6. Pre-eklamsi dan eklamsi
2. Abortus 7. Diabetes Gestational
3. Kehamilan ektopik 8. Ketuban pecah dini.
4. Plasenta previa 9. Hidramnion
5. Abroptio Plasenta = Solusio Plasenta 10. Kematian janin dalam kandungan

85
Latihan 3
Jelaskan:
a. Pengertian dan kelainan apa saja yang terjadi pada penyakit atau gangguan dibawah ini?
b. Gejala dan tanda apa yang ada? Jelaskan
c. Pemeriksaan penunjang.
d. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit atau gangguan tersebut?

Penyakit atau gangguan dalam persalinan dan nifas tersebut antara lain:
1. Kepala janin belum masuk panggul 6. Janin kembar
2. Posisi janin letak lintang 7. Persalinan lama (Partus lama).
3. Posisi janin letak sungsang 8. Distosia Bahu
4. Persalinan preterm 9. Prolapsus Korda Umbilikalis
5. Persalinan lewat waktu = persalinan serotinus

Penyakit atau gangguan dalam persalinan dan nifas tersebut antara lain:
10. Perdarahan saat persalinan 14. Ruptura uteri
11. Perdarahan saat nifas 15. Inversio uteri
12. Robekan jalan lahir 16. Emboli Air Ketuban
13. Retensio plasenta

86
BAB 7
Kehamilan, Persalinan,dan nifas (O00-O99) (Pregnancy, Childbirth and Puerperium)
ICD 10 BAB XV

A. Pendahuluan
Klasifikasi dan kodefikasi gangguan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari klasifikasi dan penentuan
kode penyakit atau gangguan kehamilan, persalinan, nifas serta kode pemeriksaan penunjang dan
tindakan.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan, mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, dari
penyakit atau gangguan reproduksi yaitu gangguan kehamilan, persalinan dan nifas sebagai dasar
untuk mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami, melakukan dan menetapkan terminology, klasifikasi dan
kodefikasi terkait diagnosis, pemeriksaan penunjang dan tindakan dari gangguan pada kehamilan,
persalinan, dan nifas.
Kegiatan Belajar : terminology, klasifikasi dan kodefikasi gangguan kehamilan, persalinan, nifas.

B. Pengertian istilah umum dalam Obstetri


Beberapa pengertian
1. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat – akibat tertentu pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan
2. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar untuk
mengakhiri kehamilan tersebut, terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran seperti
abortus imminens, insipiens, komplit, inkomplit, dan missed abortion.
3. Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan, terminologi untuk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi atau
abortus provokatus
4. Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
5. Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada
di dalam uterus
6. Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam
uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan
dalam kavum uteri, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus
7. Abortus kompletus adalah peristiwa pengeluaran lengkap seluruh jaringan hasil konsepsi
sebelum usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram.
8. Abortus habitualis adalah kejadian abortus berulang pada 3 kehamilan atau lebih berturut – turut.
9. Missed abortion adalah embrio/fetus meninggal dalam kandungan dan masih tertahan dalam
kandungan.
10. Kehamilan ektopik : kehamilan yang berkembang diluar rahim, biasanya didalam tuba falopi
11. Mola hidatidosa/hamil anggur : kehamilan abnormal berupa tumor jinak yg terbentuk akibat
kegagalan pembentukan janin
12. Blighted ovum : sel telur yg telah dibuahi dlm rahim tidak berkembang mjd embrio
13. Kelahiran hidup adalah pengeluaran hasil konsepsi dari ibunya, yang setelah pemisahan tersebut
bernafas atau menunjukkan bukti lain kehidupan, misalnya denyut jantung, denyut tali pusat, atau
gerakan nyata otot rangka, berapa pun usia kehamilan, baik tali pusat telah dipotong atau pun
plasenta masih melekat.
14. Kematian janin adalah kematian sebelum pengeluaran atau penarikan lengkap hasil konsepsi
dari ibunya, berapa pun lama kehamilan; kematian ditunjukkan oleh fakta bahwa setelah
pemisahan tersebut janin tidak bernafas atau menunjukkan bukti lain kehidupan, misalnya denyut
jantung, denyut tali pusat, atau gerakan nyata otot rangka.
87
15. Berat lahir adalah berat janin atau bayi yang didapatkan setelah lahir.
– Untuk lahir hidup, berat lahir hendaknya ditimbang pada jam pertama kehidupan sebelum
terjadi penurunan nyata berat badan pasca kelahiran. Walau pun tabulasi statistik membuat
pengelompokan 500-an gram untuk berat lahir, pencatatan jangan menurut pengelompokan
tersebut. Berat sesungguhnya harus dicatat menurut hasil penimbangan.
– Definisi berat lahir “rendah”, “sangat rendah”, dan “sangat rendah sekali” tidak membentuk
kategori eksklusif. Di bawah batas setiap kelompok tercakup kelompok di bawahnya, sehingga
tumpang-tindih. Misalnya “rendah” juga berarti “sangat rendah” dan “sangat rendah sekali”,
dan “sangat rendah” juga mencakup “sangat rendah sekali”.
– Berat lahir rendah: <2500 g
– Berat lahir sangat rendah: <1500 g
– Berat lahir sangat rendah sekali: <1000 g.
16. Lama kehamilan diukur dari hari pertama „last normal menstrual period‟ atau hari pertama haid
terakhir (HPHT). Usia kehamilan dinyatakan dalam hari penuh atau minggu penuh (misalnya 280-
286 hari penuh setelah HPHT dianggap 40 minggu kehamilan).
Untuk menghitung usia kehamilan dari tanggal HPHT dan hari lahir, harus diingat bahwa
– hari pertama adalah hari „0‟ dan bukan hari „1‟; jadi hari 0-6 adalah „minggu 0‟;
– hari 7-13 adalah „minggu 1‟;
– dan minggu ke-40 adalah „minggu 39‟.
Kalau tanggal HPHT tidak diketahui, usia kehamilan harus didasarkan pada perkiraan klinis
terbaik. Untuk mencegah kesalahpahaman, tabulasi hendaknya berisi minggu dan hari.
17. Masa perinatal dimulai dari 22 minggu lengkap (154 hari) kehamilan (saat berat lahir biasanya
500 g), sampai 7 hari lengkap setelah lahir.
18. Masa neonatal dimulai sejak lahir sampai 28 hari lengkap. Kematian neonatus dini terjadi dalam
7 hari pertama kehidupan, dan lanjut setelah 7 hari tapi belum lengkap 28 hari kehidupan.
19. Usia kematian pada hari pertama kehidupan (hari 0) harus dicatat dalam menit atau jam lengkap
kehidupan. Untuk hari kedua (hari 1), ketiga (hari 2) dan selama 27 hari lengkap kehidupan, usia
pada waktu meninggal harus dicatat dalam satuan hari.

C. KODING
Bab ini berisi kode yang menjelaskan semua kondisi obstetrik. Masa obstetrik adalah dari konsepsi
sampai dengan 42 hari (6 minggu) setelah melahirkan.
Blok-blok kode tersusun menurut kemajuan kehamilan, yaitu sejak pembentukan awal janin sampai
melahirkan dan selanjutnya masa nifas.
Cara lain untuk mengingat urutan adalah menurut pembagian periode antenatal, kelahiran, dan
postnatal.

Lead term yang dipakai adalah


1. abortion(terdapat Tabel untuk membantu menentukan kode komplikasi)
2. pregnancy (terutama pada „complicated by‟ dan „management affected by‟)
3. Maternal care
4. labour (usaha melahirkan) - labor
5. delivery(persalinan)
6. puerperal (nifas).

Bab XV Kehamilan, Persalinan,dan Nifas


A. Kode O00-O99
B. Terbagi dlm 8 blok tiga karakter kategori :
C. O00-O08 Kehamilan yang berakhir dg keguguran
D. O10-O16 Gangguan Oedema , Proteinuria dan Hipertensi pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
E. O20-O29 Gangguan maternal lain yang terutama berhubungan dengan kehamilan
F. O30-O48 Perawatan maternal terkait janin, kantung ketuban, dan kemungkinan masalah
persalinan
G. O60-O75 Komplikasi persalinan dan kelahiran
H. O80-O84 Persalinan
I. O85-O92 Komplikasi yang terutama berkaitan dengan nifas
J. O95-O99 Kondisi obstetrik lain, NEC

88
Pengecualian :
K. Penyakit tertentu dan injury yang mempengaruhi kehamilan, persalinan dan nifas yang
diklasifikasikan di tempat lain
L. Penyebab eksternal (untuk mortalitas ) (V, W, X, Y)
M. Cedera, keracunan dan akibat sebab luar tertentu (S00-T88.1, T88.6-T98)
N. Penyakit Mental dan Perilaku berkaitan dengan Masa Nifas (F53.-)
O. Tetanus Obstetric (A34)
P. Nekrosis Kelenjar Hipofisis Pasca Persalinan (E23.0)
Q. Puerperal Osteomalacia (M83.0)
R. Pemeriksaan :
a. Kehamilan risiko tinggi (Z35.-)
b. Kehamilan normal (Z34.-)

Blok kategori
1. Kehamilan yang berakhir dengan abortus (O00-O08)
• Meliputi semua abortus
• Excl : kehamilan berlanjut pada gestasi ganda setelah abortus satu janin atau lebih
(O31.1)
O00 Ectopic pregnancy
• Incl : ruptured ectopic pregnancy/ kehamilan ektopik terganggu (KET)
• Gunakan kode tambahan dari O08.-, kalau perlu, untuk identifikasi komplikasi.
• Pada O00.0 Kehamilan abdomen terdapat Excl : lahir hidup pada kehamilan abdomen
(O83.3) dan asuhan ibu untuk janin hidup pada hamil abdomen (O36.7)
O01 Hydatidiform mole
• Gunakan kode tambahan dari O08.-, kalau perlu, untuk identifikasi komplikasi.
• Excl : malignant hydatidiform mole (D39.2)
O02 Produk abnormal lain dari pembuahan
• Gunakan kode tambahan dari O08.-, kalau perlu, untuk identifikasi komplikasi.
• Excl : Papyraceous fetus (O31.0)
O03 Abortus spontan
• Incl : keguguran
• Subdivisi 4 karakter kategori pd hal 642 vol 1 ICD 10 digunakan utk kategori O03-O06
• Note: Abortus inkomplit meliputi hasil konsepsi yang tertinggal setelah abortus

Pada kategori 003-006Subdivisi karakter ke-empat (hal 642 Vol 1)


• 0Inkomplit, dengan komplikasi infeksi saluran genital dan pelvik dengan kondisi pada
O08.0
• 1 Inkomplit, dengan komplikasi perdarahan terlambat dan berlebihandengan kondisi
pada O08.1
• 2 Inkomplit, dengan komplikasi embolismedengan kondisi pada O08.2
• 3 Inkomplit, dengan komplikasi lain dan tidak dijelaskandengan kondisi pada O08.3 –
O08.9
• 4 Inkomplit, tanpa komplikasi
• 5 Komplit atau tidak jelas, dengan komplikasi infeksi saluran genital dan pelvik dengan
kondisi pada O08.0
• 6 Komplit atau tidak jelas, komplikasi perdarahan terlambat dan berlebihan dengan
kondisi pada O08.1
• 7 Komplit atau tidak jelas, dengan komplikasi embolisme dengan kondisi pada O08.2
• 8  Komplit atau tidak jelas, dengan komplikasi lain dan tidak jelas dengan kondisi pada
O08.3 – O08.9
• 9  Komplit atau tidak jelas, tanpa komplikasi
O04 Abortus medis
• Incl : pengakhiran kehamilan secara legal atau untuk terapi
O05 Abortus lain
O06 Abortus yang tidak dijelaskan
• Incl : abortus induksi NOS
O07 Usaha abortus yang gagal
• Incl : usaha induksi abortus yang gagal
• Excl : abortus inkomplit (O03-O06)
O08 Komplikasi abortus dan hamil ektopik atau mola

89
• Catatan: Kode ini disediakan terutama untuk pengkodean morbiditas. Penggunaan kategori
ini mengacu aturan morbiditas dan petunjuk pada volume 2.

Aturan koding 1 : Untuk O08 Komplikasi setelah abortus, kehamilan ektopik dan mola
• Kode-kode ini tidak digunakan utk „Kondisi Utama‟, Kecuali kalau episode perawatan adalah
untuk mengatasi komplikasi, misalnya komplikasi abortus sebelumnya.
• Bisa digunakan sebagai kode tambahan pada kategori O00-O02 untuk identifikasi komplikasi,
atau O03-O07 untuk memberikan rincian yg lengkap tentang komplikasinya.
Contoh 1
• Kondisi utama : Ruptura kehamilan tuba dengan syok.
• Spesialisasi: Ginekologi.
• Kode : Kehamilan tuba yang ruptur (O00.1) sebagai „Kondisi Utama‟. Untuk kode tambahan
bisa dipakai O08.3 (syok setelah abortus, kehamilan ektopik dan mola).
Contoh 2 :
• Kondisi Utama : Abortus inkomplit dengan rahim tembus.
• Spesialisasi : Ginekologi.
• Kode : Abortus tidak komplit dengan komplikasi lain atau tidak dijelaskan (O06.3) sebagai
„Kondisi Utama‟. Sebagai kode tambahan dipilih O08.6 (kerusakan organ dan jaringan pelvis
setelah abortus, kehamilan ektopik dan mola).
Contoh 3 :
• Kondisi Utama : Disseminated intravascular coagulation setelah abortus di tempat lain.
• Spesialisasi : Ginekologi.
• Kode : Perdarahan terlambat dan berlebihan setelah abortus dan kehamilan ektopik dan
mola (O08.1) sebagai „Kondisi Utama‟. Kode lain tidak perlu karena abortus dilakukan pada
episode perawatan yang berbeda.

2. Edema, proteinuria dan kelainan hipertensi pada kehamilan, persalinan dan nifas (O10-O16)
• Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi dengan albuminuria atau edema antara kehamilan
20 minggu dan akhir minggu pertama pascalahir.
• Eklampsia adalah kejang/koma tanpa penyebab lain, yang terjadi pada periode waktu yang
sama.
• Wanita hamil dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, edema muka atau tangan,
albuminuria >1+, atau tekanan darahnya naik 30 mmHg (sistolik) atau 15 mmHg (diastolik)
walau pun tidak melebihi 140/90 mmHg harus dianggap preeklampsia.
• Preeklampsia ringan muncul sebagai hipertensi perbatasan, edema yang tidak responsif, atau
albuminuria. Pasien dengan tekanan darah 150/110 mmHg, edema yang nyata, albuminuria
>3+, gangguan penglihatan, atau nyeri perut memiliki preeklampsia berat.
O10 Hipertensi yang sebelumnya telah ada mempersulit Kehamilan, Persalinan & Nifas
• Incl : kondisi berikut dengan proteinuria yang telah ada sebelumnya
• Excl : yang terjadi dengan proteinuria yang meningkat atau yang timbul kemudian (O11)
O11 Kelainan hipertensi yang sebelumnya telah ada diperberat oleh proteinuria
• Incl : Kondisi pada O10.- yang dipersulit oleh peningkatan proteinuria,
• Pre-eclampsia yang timbul pada masalah lain (superimposed pre-eclampsia)
O12 Edema dan proteinuria akibat kehamilan [gestational] tanpa hipertensi
O13 Hipertensi akibat kehamilan tanpa proteinuria yang nyata
• Incl : Hipertensi akibat kehamilan (gestational hypertension) NOS; Pre-eklampsia ringan
O14 Hipertensi akibat kehamilan dengan proteinuria yang nyata
• Exc : pre-eklampsia yang timbul pada masalah lain (superimposed pre-eclampsia) (O11)
O15 Eklampsia
• Incl : kejang yang terjadi setelah timbulnya kondisi O10-O14 dan O16
O16 Hipertensi maternal yang tidak dijelaskan

3. Kelainan maternal lain pada kehamilan (O20-O29)


• Catatan: Kategori-kategori O24.- dan O25 melibatkan kondisi berikut walau pun terjadinya
bisa pada waktu melahirkan atau nifas
• Excl : Asuhan ibu untuk masalah janin, amnion, dan mungkin melahirkan (O30-O48)
Penyakit ibu yang bisa diklasifikasikan di tempat lain, tapi mempersulit Kehamilan,
persalinan & nifas (O98-O99)

90
O20 Perdarahan pada kehamilan dini
• Excl : hamil yang berakhir dengan abortus (O00-O08)
O21 Muntah berlebihan pada kehamilan
• Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah selama hamil yang menyebabkan berat
badan berkurang, dehidrasi dan asidosis/ketosis. Keadaan ini berbeda dari „morning
sickness‟ dengan mual dan muntah, tapi berat badan terus bertambah dan tanpa dehidrasi.
O22 Komplikasi vena pada kehamilan
• Excl : embolisme pulmonalis pada obstetri (O88.-), sebagai komplikasi dari:
abortus, hamil ektopik atau mola (O00-O07, O08.7),
persalinan dan nifas (O87.-)
O23 Infeksi saluran genitourinarius pada kehamilan
O24 Diabetes mellitus pada kehamilan
• Incl : pada kelahiran dan nifas
O25 Malnutrisi pada kehamilan
• Incl : Malnutrisi pada kelahiran dan nifas
O26 Asuhan ibu untuk kondisi lain yang banyak berhubungan dengan kehamilan
O28 Penemuan abnormal pada pemeriksaan antenatal ibu
• Excl : penemuan diagnostik yg terklasifikasi ditempat lain, lihat Alphabetical Index
perawatan ibu
untuk masalah janin, amnion atau melahirkan (O30-O48)
O29 Komplikasi anaesthesia selama kehamilan
• Incl : komplikasi ibu akibat pemberian anestetik umum atau lokal, analgesik atau penenang
lain selama kehamilan.
• Excl : komplikasi anestesia selama
abortus, kehamilan ektopik atau mola (O00-O08),
persalinan dan melahirkan (O74.-)
nifas (O89.-)

4. Asuhan ibu sehubungan dengan masalah janin, amnion dan mungkin melahirkan (O30-O48)
• Blok ini cukup besar dan mencakup berbagai kondisi yang digunakan untuk kode alasan
asuhan untuk ibu.
• Kondisi tersebut adalah kehamilan ganda, kelainan presentasi (letak dan bagian terdepan)
janin, disproporsi (kesenjangan perbandingan ibu dan janin), kelainan organ pelvik, kelainan
dan masalah janin, kelainan cairan dan selaput amnion, kelainan plasenta, persalinan palsu,
dan kehamilan memanjang (lebih dari 42 minggu).
• Kode ini bisa dipakai untuk menjelaskan alasan asuhan saat admisi untuk pengakhiran
kehamilan, perawatan antenatal, induksi persalinan, dan intervensi prosedur sewaktu
melahirkan.
• Perhatikan keterangan pada inclusion dan exclusion term.
O30 Multiple gestation (kehamilan ganda)
• Excl : komplikasi yang khusus pada kehamilan ganda (O31.-)
O31 Komplikasi yang khusus pada kehamilan ganda
• Excl :
o malpresentasi dari satu atau lebih janin (O32.5),
o kembar siam penyebab disproporsi (O33.7),
o kelahiran tertunda kembaran kedua dari kehamilan ganda. (O63.2),
o dengan obstructed labour – kelahiran terhalang (O64-O66)
O32 Asuhan ibu untuk malpresentasi fetus yang diketahui atau dicurigai.
Presentasi normal adalah ‘occiput anterior’, yaitu ubun-ubun kecil di anterior ibu. Presentasi lain
bisa „occiput posterior‟, muka, dahi, dan bokong („breech‟) atau sungsang. Presentasi bahu bisa
terjadi ketika janin melintang (oblique or transverse) terhadap ibu.
• Incl : kondisi berikut sebagai alasan untuk observasi, perawatan, atau asuhan obstetri lain,
seksio
cesar sebelum persalinan (kala I) dimulai.
• Excl : kondisi berikut dengan obstruksi persalinan (O64.-)
O33 Asuhan ibu untuk disproporsi yang diketahui atau dicurigai
• Incl : kondisi berikut sebagai alasan untuk observasi, perawatan, atau asuhan obstetri lain,
seksio
cesar sebelum persalinan (kala I) dimulai.
• Excl : kondisi berikut dengan dengan obstruksi persalinan (O65-O66)
O34 Asuhan ibu untuk known or suspected abnormality of pelvic organs
91
• Incl : kondisi berikut sebagai alasan untuk observasi, perawatan, atau asuhan obstetri lain,
seksio cesar sebelum persalinan (kala I) dimulai.
• Excl : kondisi berikut dengan dengan obstruksi persalinan (O65.5)
O35 Asuhan ibu untuk kelainan dan kerusakan janin yang diketahui atau dicurigai
• Incl : kondisi berikut pada janin sebagai alasan untuk observasi, perawatan, atau asuhan
obstetri
lain, seksio cesar sebelum persalinan (kala I) dimulai.
• Excl : asuhan ibu untuk disproporsi yang diketahui atau dicurigai (O33.-)
O36 Asuhan ibu untuk masalah lain yang diketahui atau dicurigai pada janin
• Incl : kondisi berikut pada janin sebagai alasan untuk: observasi, perawatan atau asuhan
obstetri
lain, atau untuk pengakhiran kehamilan.
• Excl : kelahiran yang dipersulit oleh stress [distress] janin (O68.-)
sindroma transfusi plasenta (O43.0)
O40 Polyhydramnios
• Incl : Hydramnios
O41 Kelainan lain pada cairan dan selaput ketuban
• Excl : ketuban pecah dini – premature rupture of membranes (O42.-)
O42 Premature rupture of membranes - ketuban pecah dini
O43 Kelainan plasenta
• Excl : asuhan ibu untuk pertumbuhan janin yang lambat akibat insufisiensi plasenta (O36.5),
placenta praevia (O44.-),
pemisahan prematur plasenta [abruptio placentae] (O45.-)
O44 Placenta praevia
O45 Pemisahan prematur plasenta [abruptio placentae]
O46 Perdarahan antepartum, not elsewhere classified
• Excl :perdarahan pada kehamilan dini (O20.-),
perdarahan intrapartum NEC (O67.-)
placenta praevia (O44.-),
pemisahan prematur [abruptio] plasenta (O45.-)
O47 False labour – persalinan palsu
O48 Prolonged pregnancy
• Incl : Post-dates, post-term

5. Komplikasi persalinan dan kelahiran (O60-O75)


Usia janin : Pre-term : kehamilan < 37 minggu(< 259 hari)
Term : kehamilan 37 mgg s/d < 42 mgg (259 s/d 293 hr)
Post-term : kehamilan ≥ 42 minggu (294 hari)
O60 Kelahiran preterm
• Incl : Awal persalinan (spontan) sebelum lengkap 37 mgg kehamilan
O61 Kegagalan induksi persalinan
O62 Kelainan kekuatan persalinan
O63 Long labour – partus lama
O64 Persalinan terhambat/penyulit (obstructed labour) akibat malposisi dan malpresentasi fetus
O65 Persalinan terhambat akibat kelainan pelvik ibu
O66 Persalinan terhambat lainnya
O67 Persalinan dipersulit oleh perdarahan intrapartum, NEC
• Excl : placenta praevia (O44.-), abruptio placentae (O45.-),
perdarahan antepartum NEC (O46.-),
perdarahan postpartum (O72.-)
O68 Persalinan dipersulit oleh fetal stress [distress]
• Incl : “fetal distress” pada persalinan dan kelahiran akibat pemberian obat
O69 Persalinan dan kelahiran dipersulit oleh komplikasi tali pusat
O70 Laserasi perineum sewaktu melahirkan
• Incl : episiotomy yang diperlebar oleh laserasi
• Excl : laserasi obstetrik tinggi tersendiri di vagina (O71.4)
O71 Trauma obstetrik lainnya
• Incl : kerusakan oleh instrumen
O72 Postpartum haemorrhage
• Incl : perdarahan setelah kelahiran janin atau bayi

92
O73 Tertahannya plasenta dan selaput ketuban, tanpa perdrahan
O74 Komplikasi anestesia selama persalinan dan kelahiran
• Incl : komplikasi maternal akibat pemberian anestetik umum atau lokal, analgesia atau
sedasi lain sewaktu persalinan dan melahirkan
O75 Komplikasi lain persalinan dan kelahiran, not elsewhere classified
• Excl : infeksi nifas (O86.-), sepsis nifas(O85)

6. Persalinan (O80-O84)
O80 Kelahiran spontan tunggal
• Incl : kasus dengan bantuan tidak ada atau minimal, dengan atau tanpa episiotomy
Kelahiran pada kasus yang sama sekali normal
O81 Kelahiran tunggal dengan forsep dan ekstraktor vakum
• Excl : kegagalan penggunaan ekstraktor vakum atau forseps (O66.5)
O82 Kelahiran tunggal dengan seksio sesar
O83 Kelahiran tunggal lain yang terbantu
O84 Kelahiran ganda
• Gunakan kode tambahan (O80-O83), kalau perlu untuk menunjukkan cara kelahiran
masing-masing janin atau bayi.

Aturan koding 2 : Persalinan (O80-O84)


a. Kode O80-O84 partus persalinan digunakan sebagai kondisi utama jika pada kasus di
mana satu-satunyainformasi yang dicatat oleh dokter adalah
cara persalinan atau metode persalinan saja tanpa ada penyulit persalinan.
b. Kode O80-O84 dapat digunakan sebagai kode tambahan (opsional/sekunder) untuk
menunjukkan metode atau jenispersalinan di mana kondisiutamanya adalah penyulit
persalinannya. Kecuali jika penyulitnya kode O42.0 (KPD sampai dg 24 jam) dan O42.1 (KPD
setelah 24 jam) maka O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama.
Contoh 4
Kondisi utama : Kehamilan.
Kondisi lain :–
Prosedur : Kelahiran dengan forseps rendah
Kode : kelahiran dengan forseps rendah (O81.0) sebagai „Kondisi Utama‟, karena
informasi
lain tidak tersedia (aturan 2A)
Contoh 5
Kondisi utama : Melahirkan
Kondisi lain : Kegagalan percobaan persalinan
Prosedur : Seksio sesar
Kode : Kegagalan percobaan persalinan (O66.4) sebagai „Kondisi Utama‟.Seksio Sesar
yang tidak dijelaskan (O82.9). dipakai sebagai kode tambahan (Aturan 2B)
Contoh 6
Kondisi utama : Melahirkan anak kembar.
Kondisi lain :–
Prosedur : Kelahiran SC
Kode : Kehamilan kembar (O30.0) sebagai „Kondisi Utama‟.Kehamilan ganda, semua SC
(O84.2), dipakai sebagai kode tambahan
Contoh 7
Kondisi utama : Hamil cukup bulan, melahirkan janin mati 2800 g.
Kondisi lain :–
Prosedur : Kelahiran spontan
Kode : Perawatan ibu dengan kematian dalam rahim (O36.4) karena penyebab spesifik
kematian janin tidak bisa ditentukan.
Contoh 8
Diagnosis utama : Ketuban Pecah Dini kurang dari 24 jam
Diagnosis sekunder : -
Tindakan : Seksio sesar
Diberi kode caesarean section delivery, unspecified (O82.9) sebagai kondisi utama dan Premature
rupture of membranes, onset of labour within 24 hours (O42.0), dapat digunakan sebagai kondisi
tambahan (Aturan 2B)

7. Komplikasi yang berhubungan dengan nifas (O85-O92)


93
• Note: Kategori O88.-, O91.- and O92.- melibatkan kondisi yang tercantum walau pun kalau
ini terjadi di waktu hamil dan melahirkan..
• Kecuali: kelainan jiwa dan tingkah-laku yang berhubungan dengan nifas (F53.-),
tetanus obstetri (A34), osteomalasia nifas (M83.0)

O85 Puerperal sepsis


• Endometritis, demam, peritonitis, atau septikemia pada masa nifas
• Gunakan kode tambahan dari (B95-B98), kalau perlu, untuk identifikasi agen menular.
• Excl : septikaemia selama persalinan (O75.3),
emboli obstetrik bersifat pyaemik dan septik (O88.3)
O86. Infeksi nifas lainnya
• Gunakan kode tambahan dari (B95-B98), kalau perlu, untuk identifikasi agen menular.
• Excl : infeksi selama persalinan (O75.3)
O87. Komplikasi vena di saat nifas
• Incl : pada saat persalinan, melahirkan dan nifas
• Excl : komplikasi vena pada kehamilan (O22.-), embolisme obstetrik (O88.-)
O88 Obstetric embolism
• Incl : emboli paru-paru pada kehamilan, melahirkan dan nifas
• Excl : embolisme pada abortus, kehamilan ektopik atau mola (O00-O07, O08.2)
O89 Komplikasi anestesia pada waktu nifas
• Incl : Komplikasi maternal akibat anestetik umum atau lokal, analgesik atau sedasi lain yang
diberikan pada waktu nifas
O90 Komplikasi nifas, not elsewhere classified

O91 Infeksi mammae sehubungan dengan melahirkan


• Incl : kondisi berikut ini sewaktu kehamilan, nifas, atau laktasi
O92 Kelainan lain mammae dan laktasi sehubungan dengan melahirkan
• Incl : kondisi yang tercantum selama kehamilan, nifas, atau laktasi

Persalinan dlm INA-CBGs


• Pasien seksio sesar dalam satu episode rawat dilakukan tindakan sterilisasi maka kode
tindakan sterilisasi tidak perlu diinput ke dalam aplikasi INA-CBG.
• Persalinan normal maupun tidak normal tidak diperbolehkan menginput kode high risk
pregnancy ( Z35.5, Z35.6, Z35.7, dan Z35.8 ) ke dalam aplikasi INA-CBG.

8. Kondisi obstetrik lain, not elsewhere classified (O94-O99)


• Note: Untuk penggunaan kategori O95-O97, rujukan perlu dibuat pada Volume 2.
• Subkategori yang ada pada O98-O99 (Penyakit ibu yang bisa diklasifikasikan di tempat lain,
tapi mempersulit KMN) harus diutamakan untuk „KU‟, dibandingkan dengan kategori di luar Bab
XV, kalau dinyatakan mempersulit kehamilan, diperberat oleh kehamilan, atau merupakan
alasan perawatan obstetri. Kode yang relevan dari bab lain bisa digunakan sebagai kode
tambahan untuk memperjelas kondisi.

094 Gejala sisa (Sequelae) komplikasi kehamilan, kelahiran dan nifas


• Note : Kategori ini digunakan untuk koding morbiditas hanya untuk mengindikasi kondisi di
kategori O00-O75 dan O85-O92 sebagai penyebab gejala sisa, dimana hal itu dapat
diklasifikasikan di tempat lain. Gejala sisa meliputi kondisi spesifik seperti akibat terlambat,
atau kondisi yang muncul 1 th atau lebih setelah serangan kondisi penyebab
• Tidak dapat digunakan untuk komplikasi kronik kehamilan, persalinan dan nifas. Kode hal
tersebut di O00-O75 dan O85-O92.
• Excl : menghasilkan kematian (O96.-, O97.-)
O95 Kematian obstetrik yang penyebabnya tidak dijelaskan
• Incl :Kematian ibu akibat penyebab yang tidak dijelaskan sewaktu kehamilan, persalinan &
nifas
O96 Kematian akibat obstetri yang terjadi >42 hari tapi <1 tahun setelah melahirkan
• Gunakan kode tambahan bila perlu untuk identifikasi penyebab kematian obstetrik (langsung
atau tidak langsung)
O97 Kematian akibat sekuel dari penyebab obstetrik langsung
• Incl : Kematian akibat obstetrik langsung yang terjadi 1 tahun atau lebih setelah melahirkan.
• Gunakan kode tambahan bila perlu untuk identifikasi penyebab kematian obstetrik (langsung
atau tidak langsung)
94
O98 Penyakit infeksi dan parasit ibu c.e. tapi mempersulit KMN
• Incl :kondisi berikut kalau mempersulit kehamilan, dipersulit oleh kehamilan, atau menjadi
alasan untuk asuhan obstetrik.
• Gunakan kode tambahan bila perlu (Chapter I), untuk identifikasi kondisi spesifik.
• Excl : tetanus obstetrik (A34),
kalau alasan perawatan ibu adalah bahwa penyakit diketahui atau dicurigai telah
mengganggu janin (O35-O36)
penyakit HIV (B20-B24), bukti laboratorium HIV (R75),
status infeksi asymptomatic HIV (Z21),
sepsis nifas (O85), infeksi nifas (O86.-)
O99 Penyakit maternal lainnya c.e. tapi mempersulit KMN
• Note: Kategori ini mencakup kondisi yang mempersulit kehamilan, diperberat oleh
kehamilan, atau menjadi alasan utama asuhan obstetri, namun Indeks Alfabet tidak
menunjuk rubrik spesifik di Chapter XV.
• Gunakan kode tambahan, kalau diperlukan untuk mengidentifikasi kondisi spesifik
• Excl : penyakit infeksi dan parasit (O98.-);
cedera, keracunan dan konsekwensi tertentu lain dari penyebab luar (S00-T98)
kalau alasan asuhan ibu adalah kondisi ini diketahui atau dicurigai telah mengganggu
janin (O35-O36).

Aturan koding 3 : untuk O98-O99


(Penyakit ibu yg diklasifikasilkan di tempat lain tapi mempersulit kehamilan, persalinan &
nifas)
• Sub kategori yg tersedia harus diutamakan untuk kondisi utama drpd kategori diluar Bab XV,
jika pd kondisi ini dinyatakan mempersulit kehamilan atau mrp alasan perawatan obstetri. Kode
yg relevan dg bab-bab lain digunakan sbg diagnosa sekunder.

Contoh 9
Kondisi utama : Toxoplasmosis.
Kondisi lain : Hamil
Spesialisasi : Klinik perawatan antenatal beresiko tinggi
Kode : Penyakit protozoa yang mempersulit KMN (O98.6) sebagai „Kondisi Utama‟.
B58.9 (toxoplasmosis, tidak dijelaskan) digunakan untuk kode tambahan

Penugasan

Latihan soal 1:
Tentukan lead term dan kodenya dengan langkah-langkahnya
 Kondisi Utama : KPD
Kondisi Lain : Partus spontan
Keterangan : G1P0A0 38 mgg datang dengan KPD 8 jam yang lalu. Hasil USG menunjukkan terdapat
1 janin dengan presentasi kepala

2. Kondisi Utama : G1P0A0 Hamil Aterm PEB (Pre eklampsia berat)


Kondisi Lain : Oligohidramnion, Sectio Caesarea
Keterangan : G1P0A0 38 mgg, janin tunggal, letak membujur preskep belum inpartu dengan kaki
bengkak Tensi : 180/120 DJJ (denyut jantung janin):140x/m)

3. Kondisi Utama : Bekas SC


Komplikasi : Fetal Distress (meconium staining +)
Keterangan : G2P1A0 37 mgg dengan bekas SC, DJJ 11-11-12, His -, lap operasi : bayi perempuan BB
2900 gr, 57 cm, meconium staining +)

4. Kondisi Utama : Pre eklampsia berat


Kondisi Lain : Sungsang, Oligohidramnion, SC
Keterangan : G1P0A0 40 mgg, letak sungsang, hipertensi gestasional

5. Kondisi Utama : Bekas SC 2X


Kondisi Lain : lilitan tali pusat
Keterangan : G3P2A0 39 mgg, SC 2X, lilitan tali pusat

95
Latihan soal 2 :
Tentukan lead term dan kodenya dengan langkah-langkahnya
6. Abortus spontan, inkomplit dengan perdarahan berlebihan
7. Varises vena kaki pada kehamilan
8. Persalinan kembar, hidup
9. Plasenta lepas sebelum waktunya
10. Anemia defisiensi protein komplikasi kehamilan

96
BAB 8
PERKEMBANGAN JANIN, PERINATAL DAN NEONATAL

A. Pendahuluan
Janin adalah hasil pembuahan yang berkembang selama dalam kandungan ibu (kehamilan). Janin
yang telah lahir disebut Bayi baru lahir. Perinatal adalah masa dimulai dari janin dengan umur
kehamilan 22 minggu sampai 7 hari setelah bayi lahir. Neonatal adalah bayi baru lahir sampai umur 28
hari (1 biulan). Kondisi bayi baru lahir sangat dipengaruhi kondisi perkembangan janin selama dalam
kandungan, proses persalinan, dan perawatan setelah dilahirkan. Untuk mengetahui adakah kelainan
perinatal dan neonatal, maka perlu dipahami perkembangan janin yang normal, bayi baru lahir yang
normal. Sehingga bisa memahami kondisi patologis bayi baru lahir selama perinatal maupun selama
neonatal.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, pada
penyakit dan gangguan bayi baru lahir selama perinatal maupun neonatal sebagai dasar untuk
mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami perkembangan janin normal, bayi baru lahir yang
normal.
2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami gangguan atau kondisi patologis pada bayi baru lahir,
sehingga mampu menganalisis dan menelisuri kesesuaian informasi penunjang diagnosis pada
gangguan bayi baru lahir (perinatal dan neonatal).
Kegiatan Belajar : bayi baru lahir normal dan patologis bayi baru lahir.

B. Perkembangan Janin dan Bayi Baru Lahir normal

Tanda janin berkembang antara lain;


1. Perut ibu membesar sesuai usia kandungan
2. Penambahan berat badan ibu sesuai usia kandungan
3. Denyut Jantung Janin (DJJ) normal
4. Gerakan Janin dalam kandungan
5. Tumbuh kembang janin dalam kandungan dapat diketahui dengan pemeriksaan USG.

Ciri-ciri bayi lahir sehat antara lain:


1. Setelah lahir bayi segera menangis, hingga ada istilah ketika bayi lahir menangis semua senang.
2. Pernafasannya teratur
3. Banyak bergerak, sangat aktif bergerak.
4. Warna kulit kemerahan, jika kuning itu tanda ada kelainan
5. Minimal berat badan baru lahir yang sehat 2,5 Kg.= 2500 gr
6. Seluruh anggota badan lengkap dan sempurna, termasuk lubang mulut, lubang dubur, dan pusar.
7. Feses hari ke 1 s/d 7 berwarna hijau, kemudian berubah menguning.
8. Warna urine jernih atau kekuningan
9. Warna bagian konjungtiva mata putih, tidak berwarna kuning.

97
Gambar 8.1 Bayi baru lahir normal.
Bayi lahir sehat akan segera menangis, bila tangisan tidak terdengar berarti ada kelainan. Manfaat
tangisan pertama adalah untuk melonggarkan saluran pernafasan sehingga berjalan dengan baik. Pada
bayi baru lahir yang tidak menangis akan melakukan tindakan resusitasi yang berguna untuk
merangsang mereka menangis. Caranya: menepuk-nepuk kaki bayi baru lahir sambil diberi stimulus,
menghisap lendir di tenggorokan bayi

Bayi yang baru lahir:


1. Dipenuhi vernix yaitu substansi mirip keju yang melindungi kulit bayi saat di dalam rahim.
2. Kulit bayi dilapisi bulu halus yang hitam, bernama lanugo, yang akan lenyap dalam 2 bulan.
3. Warna kulit mula-mula kelihatan biru tua, tetapi setelah bayi mulai bernafas berubah merah jambu
sehat.
4. Kepala bayi kerap kali kelihatan salah bentuk dan lancip, akibat perjalanannya melalui saluran
kelahiran, karena tulang kepala fleksibel yang memungkinkan kepala bisa berubah bentuk supaya
lebih pas dengan pelvis ibunya. Bentuk atau benjolan ini akan hilang pada 48 jam kehidupannya
pertama.
5. Puncak kepala ada titik bernama anterior fontanelle (ubun-ubun), tempat tepi keempat tulang
bertemu tetapi tidak sampai rapat, dan posterior fonatelle yang ukurannya jauh lebih kecil.
Keduanya tertutup oleh selaput tebal yang sangat liat, yang semakin kecil dan akhirnya lenyap
dalam waktu 18 bulan.
6. Wajah bayi tampak datar, telinga, hidung, pipi, kelihatan berkerut atau lecet, hilang hari pertama.
7. Ada bayi penuh dengan rambut, sering rontok beberapa bulan pertama, untuk tumbuh kembali
kemudian.
8. Leher bayi yang baru lahir bisa kelihatan begitu pendek dan tersembunyi.
9. Tali pusar setelah dipotong, mengering warnanya menjadi kuning dan akhirnya terlepas.

C. Gangguan Bayi baru lahir selama perinatal dan neonatal

Gangguan atau kondisi risiko pada Bayi baru lahir:


1. Bayi lahir dengan gangguan nafas dan jantung (asfiksia)
2. Bayi lahir dengan Premature
3. Bayi lahir lebih dari 42 minggu = Bayi serotinus = post mature
4. Bayi lahir dengan berat badan rendah atau kurang dari 2,5 kg (BBLR) dan
Bayi lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg = Berat Badan Lahir Besar (BBLB) = 4500 gr
5. Bayi Lahir dengan trauma kelahiran.
6. Infeksi tetanus sering disebut Tetanus neonatorum.
7. Bayi dengan kulit kuning (icterus) = icterus neonatorum

1. BAYI ASFIKSIA
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. Sehingga dapat menurunkan Oxigen (O2) dan meningkatnya CO2, yang dapat menimbulkan
akibat buruk pada kehidupan lebih lanjut.

Pada saat Bayi lahir, untuk mengetahui apakah ada gangguan atau risiko kesehatan yang bisa
menyebabkan kematian, maka dilakukan penilaian dengan APGAR SCORE untuk mengetahui
apakah bayi dalam keadaan asfiksia atau tidak. Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa Inggris:
Apgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr.
Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan
bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran.
98
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria
sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian
dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata "Apgar" sebagai singkatan dari
Appearance, Pulse, Gremace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks,
tonus otot/keaktifan, dan pernapasan).

Secara klinis, skor APGAR digunakan untuk diagnosa dan klasifikasikan derajat asfiksia secara
cepat:
• menit ke-1, menunjukkan beratnya asfiksia.
• menit ke-5 , korelasi dengan morbiditas dan mortalitas
• menit ke -10
Klasifikasi asfiksia:
a. Asfiksia berat dengan APGAR score : 0 - 3
b. Asfiksia sedang dengan APGAR score : 4 - 6
c. Asfiksia ringan atau sedikit asfiksia dengan APGAR score : 7 – 9
d. Bayi normal dengan APGAR score: 10

Bayi dengan score 7 – 9 bayi dalam ICD 10 dianggap tidak memerlukan kode khusus.
Jika bayi baru lahir bernafas megap-megap atau lemah, segera dilakukan tindakan resusitasi bayi
baru lahir.

Gambar 8.2. Bayi baru lahir dengan risiko dalam incubator

Asfiksia dapat terjadi selama antepartum, intrapartum, dan postpartum dengan penyebab:
a. faktor ibu :
• Penyakit yang diderita ibu yang menyebabkan hipoksia ibu (ibu kekurangan oxygen)
• Pre-eklamsi dan eklamsi
• Kehamilan post mature
b. faktor plasenta : solusio plasenta, plasenta previa
c. faktor tali pusat seperti :lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolapsus tali pusat, simpul tali pusat
d. Keadaan bayi : Premature
99
e. Faktor persalinan:
• Partus lama, persalinan sulit (partus macet /distosia, sungsang)
• Ketuban pecah dini akan mudah terjadim infeksi
• Persalinan dengan tindakan (vacuum extraksi)

Tindakan pada bayi baru lahir dengan asfiksia, tergantung beratnya asfiksia.
Untuk asfiksia ringan tahap awal :
a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Mengatur posisi bayi memperlancar alur pernafasan dengan kepala ekstensi
c. Mengisap lendir mulut dan hidung
d. Mengeringkan bayi dan merangsang taktil dengan menepuk tepalak kaki, tangan,
Bila belum berhasil dilakukan tahap ventilasi dengan sungkup
Untuk asfiksia sedang dan berat perlu perawatan intensif di rumah sakit.

2. BAYI PREMATURE
Bayi lahir prematur jika persalinan terjadi bayi 20 minggu mencapai usia 37 minggu di dalam rahim.
Bayi premature yang lahir sebelum mencapai usia 32 minggu, sering kali mengalami berbagai
masalah kesehatan.

Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicunya kelahiran prematur yang sering tidak terprediksi:
a. Infeksi. Beberapa jenis infeksi pada sistem reproduksi dan saluran kemih. Bakteri
mengeluarkan substansi yang dapat melemahkan selaput di sekitar kantong amniotik (kulit
ketuban) dan menyebabkan ketuban pecah lebih dini, juga bakteri dapat menyebabkan
inflamasi (peradangan) dan infeksi pada rahim, yang menyebabkan persalinan dini (premature).
Infeksi-infeksi tersebut antara lain:
1) Penyakit menular seksual seperti klamidia, gonore dan trikomoniasis.
2) Infeksi saluran kencing/asymptomatic bacteriuria yang umumnya tidak disertai gejala,
sehingga wanita hamil perlu menjalani pemeriksaan urin untuk mendeteksi kemungkinan
adanya bakteri.
Bagi yang pernah mengalami persalinan dini, perlu menjalani pemeriksaan dan penanganan
bakteri untuk mengurangi risiko kelahiran prematur.
b. Penyakit atau kondisi tertentu berisiko mengalami persalinan premature, antara lain:
1) Penyakit tertentu: diabetes, gangguan ginjal, tekanan darah tinggi, anemia selama
kehamilan.
2) Gangguan Plasenta : plasenta previa, plasenta abruption, bisa memicu kelahiran bayi
premature
3) Struktur serviks yang membuka dan menutup tanpa kontraksi dapat menyebabkan
kelahiran prematur. Kondisi serviks yang tidak normal ini dapat terjadi sejak lahir atau
akibat operasi serviks.
4) Menjalani operasi di rongga perut selama mengandung (misalnya: appendectomy, batu
empedu).
c. Gaya hidup. Kebiasaan buruk dapat membuat seseorang lebih rentan melahirkan lebih cepat,
seperti:
1) Merokok saat hamil.
2) Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang.
3) Kurang mengonsumsi makanan-makanan bernutrisi.
d. Faktor risiko lain atau beberapa kondisi spesifik lain yang membuat seorang wanita lebih
berisiko melahirkan prematur, antara lain:
1) Jarak kehamilan sebelumnya kurang dari enam bulan. Usia ibu kurang dari 17 atau lebih
dari 35 tahun saat hamil. Berat tubuh kurang atau lebih dari normal sebelum hamil.
Aktivitas fisik yang berat.
2) Mengandung lebih dari satu bayi.
3) Pernah mengalami aborsi atau keguguran beberapa kali. Sebagian persalinan prematur
cenderung atau ada faktor genetis
4) Beberapa kali mengalami pendarahan saat hamil, terutama di trimester terakhir.
5) Mengalami trauma, depresi, kekerasan, atau cidera saat hamil. Stres tinggi menyebabkan
pelepasan hormon yang memicu kontraksi dan kelahiran prematur.
6) Kehamilan melalui bayi tabung.
7) Mengonsumsi obat diethylstilboestrol (DES) saat hamil.
8) Menggunakan kontrasepsi IUD saat pembuahan dan IUD masih ada di posisinya saat
hamil.
100
Risiko bayi dengan premature:
"Organ tubuh bayi prematur belum berfungsi dengan baik dan berisiko mengalami masalah
kesehatan," Semakin muda usia kelahiran, maka risiko komplikasi, sehingga perlu perawatan
khusus.

Gangguan yang sering terjadi antara lain:


a. Saluran pernapasan (organ paru-paru).
b. Sistem peredaran darah (jantung).
c. Sistem pencernaan, menyebabkan gangguan menerima nutrisi, lambung berukuran kecil
(membatasi jumlah makanan/cairan), dan menyebabkan bayi muntah.
d. Sistem saraf pusat (otak), perdarahan otak biasa terjadi minggu pertama kelahiran, terutama
bayi premature lahir kurang dari 34 minggu.
e. Sistem penglihatan, Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia
retrolental)
f. Infeksi, karena daya tahan tubuh yang belum berkembang sempurna.
Komplikasi pada bayi prematur pun tak hanya terjadi pascalahir, tetapi juga saat mereka dewasa.
Risiko bayi lahir premature sering terkait dengan perkembangan organ tubuh, apabila kurang
sempurna akan berdampak risiko setelah dewasa, antara lain:
a. Kurang cerdas di sekolah
b. Tubuh lebih kecil
c. Gangguan perilaku, akibat kelemahan sistem syaraf , missal: anak gelisah, emosi, terlambat
bicara.
d. Masalah kejiwaan, karena sistem fungsi otaknya belum sempurna. Mereka lebih mudah
depresi dan gangguan psikis.

3. BAYI SEROTINUS
Bayi yang terlambat lahir atau masa kandungan melebihi kandungan normal hingga mencapai 42
minggu memiliki risiko kesehatan yang tinggi. Semakin lama usia kandungan semakin tinggi risiko
komplikasi.
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
b. Tidak diketahui.
c. Riwayat kehamilan sebelumnya lewat waktu
d. Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus (cacat pada janin), penyebab yang jarang
terjadi.
e. Faktor genetik juga dapat memainkan peran.

Risiko pada bayi baru lahir dengan serotinus: = post term = post mature = prolong pregnancy
a. Fungsi plasenta menurun, membuat bayi kelaparan saat berada dalam rahim (berkurangnya
pasokan nutrisi dan oksigen pada bayi). terhambatnya perkembangan dan pertumbuhan bayi.
b. Menurunnya cairan amino (air ketuban), dapat mengakibatkan kondisi gawat pada bayi.
c. Tingginya resiko meninggal dalam perut ibu (still birth), karena tidak optimalnya fungsi plasenta
dan berkurangnya volume cairan amino.
d. Meningkatnya resiko sulit proses kelahiran bayi, jika kondisi kesehatan ibu terganggu,
Tingginya kemungkinan trauma persalinan.
e. Kemungkinan bayi menghirup dan menelan mekonium, berakibat komplikasi saluran
pernafasan atau terjadi gangguan fungsi paru dan infeksi pernafasan, sehingga kesulitan saat
bernafas (asfiksia).
f. Meningkatnya resiko bayi mengalami kelainan cerebral palsi, yaitu terganggu pada motorik,
gangguan pada otak besar dan kecil yang berakibat terganggunya fungsi perintah untuk
menggerakkan tubuh.
g. Hilangnya lapisan lemak yang melindungi kulit, kulit bayi akan mengering, pecah-pecah,
mengkerut, serta mengelupas sejak mereka berada dalam kandungan ibu. Kemudian kuku
pada jari tangan dan kakinya panjang yang dapat menyebabkan kulit pada bayi mudah tergores
dan luka oleh kukunya sendiri.

Penanganan:
Pada kehamilan post term (lebih 42 minggu), harus segera dilakukan proses persalinan dengan
induksi. Apabila tidak berhasil terpaksa dlakukan tindakan sectio cesaria,

101
4. BBLR = Berat Bayi Lahir Rendah dan BBLB = Berat Bayi Lahir Lebih
Saat lahir bayi beratnya kurang dari 2500 gram, disebut bayi berat lahir rendah (BBLR). Sedangkan
bayi lahir dengan berat di atas 4000 gram maka disebut bayi berat lahir besar (BBLB).

Resiko Bayi berat lahir rendah;


a. Rentan mengalami infeksi,
b. Gangguan pernapasan,
c. Suhu tubuh rendah (hipotermia),
d. Badan kuning (ikterus).

Resiko bayi yang lahir dengan berat badan lebih atau besar (BBLB):
a. Mengalami hipoglikemia (kadar gula darah dibawah normal), beberapa saat setelah dilahirkan.
Keadaan ini berbahaya, bisa menyebabkan bayi kejang, kekurangan oksigen, kerusakan sel
otak.
b. Rentan mengalami penyakit diabetes mellitus atau kencing manis ketika ia telah dewasa.

Penyebabnya Bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR):


a. Umur ibu hamil yang sangat muda, jarak lahir yang pendek, ibu yang mempunyai banyak anak.
b. Ibu hamil kurang darah, gizi buruk,
c. Penyakit yang diderita oleh ibu ketika masa kehamilan.

Penyebab bayi yang lahir dengan berat badan besar (BBLB):


a. Ibu menderita diabetes militus atau ibu kegemukan.
b. Faktor genetik
c. Usia kehamilan yang lebih (lebih dari 42 minggu)

Penanganan BBLR
a. Diatetic: Bayi dengan BBLR, sering reflek menghisapnya masih lemah, maka ASI dipompa dan
perlu diberikan dengan pipa lambung atau pipet.
Apabila memungkinkan bisa dengan sendok selama perawatan dan dilanjutkan ASI dari
ibunya.
b. Mempertahankan suhu tubuh.
c. Memantau kesehatan dan perkembangan bayi.

5. TRAUMA LAHIR = TRAUMA BAYI SAAT KELAHIRAN


Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain :
a. Makrosomia
b. Prematuritas
c. Disproporsi cefalo pelvic (CPD)
d. Distosia, Persalinan lama. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.
Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat
e. Persalinan dengan tindakan: dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps), dengan sectio
caesaria
f. Kelainan letak: kelahiran sungsang, presentasi bokong, presentasi muka, letak lintang

Beberapa kelainan pada bayi baru lahir akibat trauma lahir adalah sebagai berikut :
a. Perlukaan jaringan lunak
1) Perlukaan kulit, karena pergunaan alat-alat, risiko luka kulit adalah infeksi sekunder.
2) Eritema, ptekiae (perdarahan dibawah kulit), karena presentasi muka dan persalinan
dengan alat.
3) Perdarahan subaponeurotik (perdarahan akibat pecahnya vena-vena), terjadi pada
persalinan dengan alat, kadang-kadang kepala bentuk asimetris. Dapat menimbulkan
anemia, syok, hiperbilirubinemia.
4) Trauma m. sternokleidomastoideus (trauma otot), karena persalinan sungsang usaha
melahirkan kepala bayi. Bila dibiarkan, otot sembuh, tetapi lebih pendek dari normal. Perlu
fisioterapi dengan cara pengurutan setempat dan peregangan leher secara pasif ke sisi
yang berlawanan.
5) Caput Succedaneum merupakan edema bawah kulit akibat penekanan jalan lahir pada
persalinan letak kepala, berbentuk benjolan setelah bayi lahir, biasanya menghilang setelah
2-5 hari.
102
6) Cephal hematoma (pengumpulan darah di atas tulang tengkorak), karena perdarahan
subperiosteal pada tulang temporal dan parietal. Terjadi pada persalinan lama atau dengan
alat. Gejala lanjut dapat terjadi anemia dan hiperbilirubinemia, kadang fraktur tulang
tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial. Bila tidak ada gejala lanjut dapat
menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu.
7) Perdarahan subkonjungtiva, pada persalinan biasa maupun pada yang sulit. Hilang setelah
1-2 minggu

b. Perdarahan intra kranial


1) Perdarahan subdural, biasanya persalinan dengan CPD dengan dipaksakan.
2) Perdarahan subependimal dan intraventrikuler, disebabkan oleh hipoksia pada bayi-bayi
prematur.
3) Perdarahan subarakhnoidal, perdarahan sering pada bayi-bayi premmatur dan hipoksia
saat lahir.
Bayi dengan perdarahan intra kranial menunjukkan gejala-gejala asfiksia yang sukar diatasi.
Bayi setengah sadar, merintih, pucat, sesak nafas, muntah dan kadang-kadang kejang. Bayi
dapat meninggal atau hidup terus tanpa gejala-gejala lanjut atau dengan gejala-gejala
neurologik yang beraneka ragam, tergantung pada tempat dan luasnya kerusakan jaringan otak
akibat perdarahan.

c. Patah tulang
1) Fraktur klavikula, terjadi apabila kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan sempurna terjadi
setelah 7-10 hari
2) Fraktur humeri, karena kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak
kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Imobilisasi lengan
dengan ikat lengan ke dada.
3) Fraktur tulang tengkorak, akibat penggunaan cunam atau forceps yang salah, atau CPD
4) Fraktur femoris, disebabkan oleh kesalahan teknik dalam pertolongan pada presentasi
sungsang.
5) Fraktur dan dislokasi tulang belakang, biasanya terjadi jika dilakukan traksi kuat untuk
melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk melahirkan bahu (presentasi
kepala). Fraktur atau dislokasi tulang belakang servikal bagian bawah dan torakal bagian
atas, dapat terjadi perdarahan setempat hingga destruksi total medulla spinalis. Keadaan
bayi mungkin buruk sejak kelahiran, disertai depresi pernafasan, syok dan hipotermia.
Kalau keadaannya parah dapat memburuk dengan cepat sampai menimbulkan kematian
dalam beberapa jam. Pada bayi selamat, pengobatan yang dilakukan bersifat suportif dan
sering terdapat cedera permanen.

d. Perlukaan susunan saraf


1) Paralisis nervus facialis (syaraf wajah), karena ekstraksi cunam. Kalau bayi menangis
adanya pergerakan pada sisi wajah yang tidak lumpuh, sembuh beberapa hari tanpa
tindakan khusus.
2) Paralisis nervus frenikus, menyebabkan paralisis diafragma, bila paralisis berat bayi dapat
terjadi gangguan pernafasan (dispneu dan sianosis). Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan röntgen torak.
3) Paralisis plexus brachialis, ditemukan kelemahan untuk fleksi, abduksi, serta memutar ke
luar disertai hilangnya refleks biseps dan Moro, kelemahan otot-otot fleksor pergelangan,
sehingga bayi kehilangan refleks mengepal. Kelainan ini akibat tarikan yang kuat di daerah
leher saat lahirnya bayi, pada persalinan sungsang, apabila dilakukan traksi yang kuat
dalam usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat
terjadi pada janin dengan bahu lebar.
4) Paralisis pita suara, mungkin timbul pada setiap persalinan dengan traksi kuat di daerah
leher.
5) Kerusakan medulla spinalis. akibat regangan longitudinal tulang belakang karena tarikan,
hiperfleksi, atau hiperekstensi pada kelahiran.

e. Perlukaan lain
Perdarahan intra abdominal, terjadi akibat teknik yang salah dalam memegang bayi pada
ekstraksi persalinan sungsang. Gejala yang dapat dilihat ialah adanya tanda-tanda syok, pucat,
anemia, dan kelainan abdomen tanpa tanda-tanda perdarahan yang jelas. Ruptur hepar, lien
103
dan perdarahan adrenal merupakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan perdarahan ini.
Operasi serta transfusi darah dini dapat memperbaiki prognosis bayi.

6. TETANUS NEONATORUM
Tetanus neonatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada bayi yang berusia dibawah 28
hari, dengan gejala klinik yang khas dimana timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan
kesulitan membuka mulut dan menetek, serta kejang-kejang pada saat beberapa hari setelah lahir.
Penyakit tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit yang berbahaya dan memiliki tingkat
morbiditas yang tinggi. Maka dari itu penyakit tetanus neonatorum harus segera ditangani.

Apa penyebab penyakit tetanus neonatorum?


Penyakit tetanus neonatorum disebabkan oleh bakteri clostridium tetani sifatnya anaerob (tidak
membutuhkan oksigen). Akibat pemotongan tali pusat tidak aseptik, dan proses partus yang kurang
steril.

Faktor Penyebab penyakit tetanus neonatorum


a. Penggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali pusat
b. Cara perawatan tali pusat
c. Kekebalan ibu terhadap tetanus, merupakan faktor-faktor yang berperan meningkatkan risiko
Patofisiologi penyakit tetanus neonatorum
Kuman tetanus masuk kedalam tubuh bayi, melalui tali pusat. Awalnya kuman masuk dalam bentuk
spora. Kemudian bila didaerah potongan tali pusat tidak mengandung oksigen yang cukup, maka
spora akan berkembang menjadi bentuk vegetatif yang dapat menghasilkan racun (toksin).

Toksin tersebut dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit, menyerang sistem saraf
dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
kekakuan / ketegangan dan spasme otot. Kekakuan dimulai pada tempat masuknya kuman atau
pada otot yang kecil seperti otot pipi/ masseter disebut: trismus). Jika toksin masuk ke sum-sum
tulang belakang, maka terjadi kekakuan yang makin berat pada anggota gerak, otot-otot bergaris di
dada, perut dan timbul kejang seluruh tubuh, jika toksin mencapai sistem saraf pusat.

Toksin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga terjadi gangguan pada pernafasan,
metabolisme, hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular,
penyempitan jalan nafas, hipertensi, gangguan irama jantung, demam tinggi, merupakan penyulit
akibat gangguan saraf otonom, yang dulu jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal
sebelum gejala timbul.

Bagaimana gejala penyakit tetanus neonatorum?


Penyakit tetanus neonatorum biasanya baru memperlihatkan gejala-gejala tetanus pada hari ketiga
setelah kelahiran. Hal ini disebabkan karena adanya masa inkubasi tetanus yang umumnya antara
3 – 12 hari. Penyakit tetanus neonatorum terjadi mendadak dengan otot yang makin bertambah
terutama pada rahang dan leher.

Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus. Tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum ( karena tidak dapat menghisap)
b. Mulut mencucut seperti mulut ikan
c. Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis
d. Kaku kuduk sampai opistotonus
e. Dinding Abdomen kaku, mengeras, dan kadang-kadang terjadi kejang
f. Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus sardunikus.
g. Ekstermitas biasanya terulur atau kaku
h. Tiba-tiba bayi sensitive terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis
lemah.
i. Terjadi penurunan kesadaran

Penanganan penyakit tetanus neonatoum


Dalam penanganan penyakit tetanus neonatorum harus dilakukan perawatan intensif.

104
7. IKTERUS NEONATORUM
Ikterus neonatorum (Ikterus: kuning , Neonatorum:bayi baru lahir) adalah kondisi munculnya warna
kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin (pigmen empedu)
pada kulit dan selaput mata sebagai akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (disebut juga:
hiperbilirubinemia).

Warna kekuningan pada bayi baru lahir umumnya merupakan kejadian alamiah (fisologis), namun
adakalanya menggambarkan suatu penyakit (patologis).
Bayi berwarna kekuningan yang alamiah (fisiologis) atau bukan karena penyakit tertentu dapat
terjadi pada 25% hingga 50% bayi baru lahir cukup bulan (masa kehamilan yang cukup), dan
persentasenya lebih tinggi pada bayi prematur.

Patofisiologi:
Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin dalam eritrosit, menjadi zat heme dan globin,
proses berikutnya, zat-zat ini akan berubah menjadi bilirubin bebas atau indirect. Kadar bilirubin
bebas tinggi bersifat racun; sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisir, hati akan
mengubah bilirubin indirect menjadi direct yang larut dalam air.

Masalah:
Pada bayi yang baru lahir terjadi perubahan dari sel darah merah atau eritrosit saat di dalam
kandungan menjadi sel darah merah di luar kandungan. Sel-sel darah merah yang ada di dalam
kandungan akan hancur dan digantikan oleh sel darah merah di luar kandungan. Sel darah merah
yang hancur tersebut di dalam proses penghancurannya menghasilkan bilirubin indirek. Bilirubin
indirek ini agar dapat dibuang dari dalam tubuh memerlukan enzim uridildiphosphoglukoronil
transferase (UDPGT). Proses tersebut dilakukan di dalam hati menjadi bilirubin direk lalu masuk ke
dalam usus. Di dalam usus, lalu diproses bersama dengan kuman-kuman di dalam usus. Hasil
akhirnya lalu dibuang bersama dengan buang air besar (BAB).

Selain itu, usus bayi baru lahir juga masih bersih belum terdapat kuman-kuman yang dapat
mengubah bilirubin direk agar dapat dibuang bersama dengan BAB dan pergerakan atau
motilitasnya juga belum maksimal sehingga bilirubin direk tersebut dapat diserap kembali melalui
usus dan masuk ke dalam hati lagi.

Organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam mengeluarkan bilirubin
bebas, dan setelah beberapa hari, hati mengalami pematangan, maka proses pembuangan bilirubin
bisa berlangsung lancar. Masa "matang" organ hati pada setiap bayi tentu berbeda-beda. Namun
umumnya, pada hari ketujuh organ hati mulai bisa melakukan fungsinya dengan baik, setelah
berumur 7 -10 hari. Pada bayi baru lahir dengan warna kuning karena proses alami (fisiologis),
tidak berbahaya dan tidak diperlukan pengobatan khusus, kondisi tersebut akan hilang dengan
sendirinya.

Ikterus neonates alamiah (ikterus neonatus fisiologis) adalah sebagai berikut:


a. Warna kekuningan nampak pada hari kedua sampai hari keempat.
b. Warna kuning berangsur hilang setelah 10-14 hari.
c. Kadar bilirubin (pigmen empedu) dalam darah TIDAK LEBIH DARI dari 12 mg%.

Ikterus neonatus patologis (penyakit), antara lain:


d. Warna kekuningan nampak pada bayi sebelum umur 36 jam.
e. Warna kekuningan cepat menyebar kesekujur tubuh bayi.
f. Warna kekuningan lebih lama menghilang, biasanya lebih dari 2 minggu.
g. Adakalanya disertai dengan kulit memucat (anemia).
h. Kadar bilirubin (pigmen empedu) dalam darah lebih dari 12 mg% pada bayi cukup bulan dan
lebih dari 10 mg% pada bayi prematur.

Gejala lain pada Ikterus patologis


a. Hiperbilirubin dikarenakan faktor penyakit atau infeksi. Misalnya akibat virus hepatitis,
toksoplasma, sifilis, malaria, penyakit/kelainan di saluran empedu atau ketidakcocokan
golongan darah (rhesus).
b. biasanya disertai suhu badan yang tinggi (demam), berat badan tak bertambah,
c. bayi kurang aktif, misalnya kurang menyusu

105
Selain karena proses normal dari perubahan sel darah merah di dalam kandungan menjadi sel
darah merah di luar kandungan, ikterus neonatorum dapat bersifat patologis karena disebabkan
oleh:
a. Inkompatibilitas golongan darah, inkompatibilitas rhesus. Hal ini terjadi apabila terjadi
perbedaan antara golongan dara ibu dengan golongan darah atau rhesus bayi sehingga terjadi
pernghancuran dari sel darah merah bayi;
b. Bentuk dari sel darah merah yang tidak normal sehingga mudah pecah atau hancur;
c. Gangguan enzim di dalam sel darah merah, contohnya G6PD;
d. Lebam yang luas di kepala karena proses persalinan yang lama dan penggunaan vakum untuk
membantu persalinan;
e. Infeksi yang berat;
f. Sumbatan di saluran pencernaan.

Pemeriksaan pendukung Diagnosis


a. Pemeriksaan fisik: kulit berwarna kuning, dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang
hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan
pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang. Tekan kulit bayi
dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan.
Keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning.
b. Bilirubin Serum. Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin
total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2 minggu.
c. Bilirubinometer Transkutan, dengan instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip
memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm.
d. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO. Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah
otak, dapat terjadi ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang
rendah.
Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan,
tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan
memerlukan terapi sinar secepatnya untuk memulai terapi sinar.

Gambar 8.3 Icterus neonatorum dan tindakan penyinaran

Pengobatan
Pada bayi-bayi ikteris neonatorum fisiologis dapat dijemur di bawah sinar matahari pagi antara 7-9
pagi selama 15 menit. Sinar matahari mengandung sinar biru-hijau yang dapat mengubah bilirubin
indirek menjadi bilirubin yang lebih mudah dibuang. Selain itu, matahari pagi berguna sebagai
sumber vitamin D.

Pada bayi-bayi ikterus patologis dapat dilakukan fototerapi dengan menggunakan sinar berwarna
biru – hijau yang dapat mengubah dari bilirubin indirek agar menjadi bentuk bilirubin yang lebih
mudah buang hingga keluar dari dalam tubuh dan tidak berbahaya. Pada bayi-bayi peningkatan
kadar bilirubin indirek yang tetap tinggi walaupun telah dilakukan foto terapi, dapat dilakukan
tranfusi tukar agar kadar bilirubin menurun.

Risiko ikterus neonatorum patologis tidak diterapi dengan adekuat, dapat terjadinya
kernikterus. Bilirubin indirek dapat menembus sawar otak atau lapisan otak sehingga dapat
merusak dari sel-sel saraf dalam jumlah banyak, kerusakan bersifat permanen dan dapat
menyebabkan kecacatan. Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang
paling berat terjadi kematian, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada
tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.
106
PENUGASAN

Penugasan 1.
1. Jelaskan tanda-tanda bayi lahir sehat
2. Jelaskan bagaimana menilai dengan APGAR

Penugasan 2
Jelaskan gangguan atau kondisi pada bayi baru lahir dibawah ini yang meliputi:
a. Pengertian
b. Risiko yang mungkin terjadi pada bayi?
c. Gejala, tanda-tanda dan risiko pada bayi

Gangguan atau kondisi risiko pada Bayi baru lahir:


1. Bayi asfiksia
2. Bayi Premature
3. Bayi lahir lebih dari 42 minggu = Bayi serotinus
4. Bayi lahir dengan berat badan rendah atau kurang dari 2,5 kg (BBLR)
5. Bayi lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg = Berat Badan Lahir Besar (BBLB)
6. Bayi Lahir dengan trauma kelahiran.
7. Infeksi tetanus sering disebut Tetanus neonatorum.
8. Bayi dengan kulit kuning (icterus)

107
BAB 9
CERTAIN CONDITIONS ORIGINATING IN THE PERINATAL PERIOD
(Kondisi-kondisi tertentu yang berasal dalam Periode Perinatal)
CHAPTER XVI (P00-P96)

A. Pendahuluan
Klasifikasi dan kodefikasi gangguan Perinatal dan neonatal adalah ilmu yang mempelajari klasifikasi
dan penentuan kode penyakit atau gangguan Bayi baru lahir selama periode perinatal sampai neonatal
serta kode pemeriksaan penunjang dan tindakan.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan, mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, dari
penyakit atau gangguan bayi baru lahir dalam periode perinatal dan neonatal sebagai dasar untuk
mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami, melakukan dan menetapkan terminology, klasifikasi dan
kodefikasi terkait diagnosis, pemeriksaan penunjang dan tindakan dari gangguan bayi baru lahir selama
perinatal dan neonatal
Kegiatan Belajar : terminology, klasifikasi dan kodefikasi gangguan perinatal dan neonatal.

B. Koding Perinatal dan Neonatal


Bab ini mengenai kondisi yang berhubungan dengan janin dan bayi baru lahir yang bermula pada masa
perinatal. Masa perinatal dimulai dari 22 minggu lengkap (154 hari) kehamilan (saat berat lahir biasanya
500 g), sampai 7 hari lengkap setelah lahir.
Includes : kondisi yang bermula pada period perinatal walau selanjutnya berakhir dengan kematian
bayi
atau morbiditas.
Excludes: Congenital malformation, deformation & chromosomal abnormalities (Q00-Q99)
Endocrine, nutritional and metabolic diseases (E00-E99)
Injury, poisoning and certain other consequences of external causes (S00-T98)
Neoplasms (C00-D48)
Tetanus neonatorium (A33)

Terklasifikasi dalam Blok:


P00-P04 P05-P08 P10-P15
P20-P29 P35-P39 P50-P61
P70-P74 P75-P78 P80-P83
P90-P96

Hanya ada satu kode asterisk : P75* Meconium ileus

P00-P04 Fetus& Newborn affected by maternal factors & ….


(Janin dan bayi baru lahir dipengaruhi oleh faktor ibu dan oleh komplikasi kehamilan, persalinan
dan persalinan)
Incl: kondisi ibu yang dimaksud apabila ditentukan sebagai penyebab mortalitas atau morbiditas pada
janin atau bayi baru lahir
P00 Janin/bayi terpengaruh kondisi ibu yang mungkin tidak ada kaitan dengan kehamilan yang sedang
berjalan.
Perhatikan kelompok kategori pada masing-masing kode P00.- (hal 680-681)
P01 Janin/bayi terpengaruh komplikasi maternal akibat kehamilan
P02 Janin/bayi terpengaruh komplikasi plasenta, tali pusat dan membranes.
P03 Janin/bayi terpengaruh komplikasi lain-lain terkait persalinan dan kelahiran
P04 Janin/ bayi terpengaruh oleh zat berbahaya yang masuk melalui plasenta atau ASI
Includes: efek non-teratogenik dari zat yang ditularkan melalui plasenta
Excludes: Malformasi kongenital(Q00-Q99)
Ikterus neonatal dari hemolisis berlebihan lainnya karena obat atau racun yang
ditularkan dari ibu (P58.4)
108
Disorders related to length of gestation & fetal growth (P05-P08)
(Gangguan terkait dengan usia kehamilan & pertumbuhan janin)
P05 Pertumbuhan janin lambat dan malnutrisi janin
P07 Gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah, tidak
diklasifikasikan di tempat lain
Note: Bila data BB dan usia kehamilan tersedia, maka yang menjadi prioritas adalah data BB.
Includes: kondisi yang terdaftar, tanpa spesifikasi lebih lanjut, sebagai penyebab kematian,
morbiditas atau perawatan tambahan, pada bayi baru lahir
Excludes: berat badan lahir rendah karena pertumbuhan janin lambat dan malnutrisi janin (P05.-)
P08 Gangguanterkaitmasakehamilanpanjangdanberat badan lahir yang tinggi
Note : Ketika berat lahir dan usia kehamilan keduanya tersedia, prioritas harus diberikan pada
berat lahir.
Includes: kondisi yang terdaftar, tanpa spesifikasi lebih lanjut, sebagai penyebab mortalitas,
morbiditas atau perawatan tambahan, pada janin atau bayi baru ahir
Perhatikanbatasukuran BB/jumlahharimasakehamilanpada masing2 kategori

Birth Trauma (P10-P15)


(Trauma Lahir)
P10 Laserasi&perdarahanintrakranialakibat trauma lahir
Excludes: perdarahanintracranial padajaninatau fetus
NOS (P52.9)
. karena anoxia atau hypoxia (P52.-)
P11 Cederalahirpadasusunansarafsentral lain
P12 Cederalahirpadatengkorakkepala
P13 Cederalahirpadakerangka
P14 Cederalahirpadasistem saraf perifer
P15 Cederalahirlainnya

Respiratory and cardiovascular disorders specific to the perinatal period(P20-P29)


(Gangguan pernapasan dan kardiovaskular spesifik pada periode perinatal)
P20 Hipoksia intrauterin
Includes :denyut jantung janin abnormal
janin atau intrauterin: · Asidosis · Anoxia · Asfiksia · Distress · Hipoksia
mekonium dalam liquorbagian mekonium
Excludes :perdarahan intrakranial karena anoxia atau hipoksia (P52.-)
P21 Asfiksia lahir
Note :Kategori ini tidak digunakan untuk skor Apgar rendah tanpa menyebutkan asfiksia atau
masalah pernapasan lainnya.
Exclude: hipoksia intrauterin atau asfiksia (P20.-)
P22 Distres pernapasan padabayi baru lahir
Excl :kegagalan pernafasan pada bayi baru lahir (P28.5)
P23 Pneumonia kongenital
Incl: pneumonia infektif yang didapat dalam rahim atau selama kelahiran
Excl: pneumonia neonatal yang dihasilkan dari aspirasi (P24.-)
P24 Sindrom aspirasi neonatal
Incl :pneumonia neonatal yang dihasilkan dari aspirasi
P25 Emfisema interstitial dan kondisi terkait yang berasal dari periode perinatal
P26 Perdarahan pulmonal yang berasal dari periode perinatal
P27 Penyakit pernapasan kronis yang berasal dari periode perinatal
P28 Penyakit pernapasan kronis yang berasal dari periode perinatal
Excl :malformasi kongenital pada sistem pernapasan (P30-Q34)
P29 Gangguan kardiovaskular yang berasal dari periode perinatal
Excl :malformasi kongenital dari sistem sirkulasi (Q20-Q28)

Infections Specific To The Perinatal Period(P35-P39)


(Infeksi khusus pada periode perinatal)
Includes :Infeksi yang didapat dalam rahim atau selamakelahiran
Excludes :Status infeksi [HIV] asimtomatik (Z21)
Kongenital : . infeksi gonococcal (A54.-) . Pneumonia (P23.-) . Sifilis (A50.-) ... dst.
P35 Penyakit virus kongenital
109
P36 Sepsis bakteri pada bayi baru lahir
Includes: congenital septicaemia
P37 Penyakit infeksi dan parasit kongenital lainnya
Excl: sifilis kongenital (A50.-) ; enterokolitis nekrosis pada janin atau bayi baru lahir (P77) ;
diare neonatal: ·Menular (A00-A09) Tidak menular (P78.3);
ophthalmia neonatorum karena gonococcus (A54.3); tetanus neonatorum (A33)
P38 Omphalitis bayi baru lahir dengan atau tanpa perdarahan ringan
P39 Infeksi lain yang spesifik pada periode perinatal

Haemorrhage&Haematological Disorders Of Fetus& Newborn (P50-P61)


(Gangguan hemoragik dan hematologis padajanin dan bayi baru lahir)
Excludes: stenosis kongenital & penyempitan saluran empedu(O44.3)
Crigler-Najjar syndrome (E80.5) ; Dubin-Johnson syndrome (E80.6) ; Gilbert‟s syndrome
(E80.4) ;
herediter hemolitik anaemia(D55-D58)

P50 Kehilangan darah janin


Excl: anemia bawaan dari kehilangan darah janin (P61.3)
P51 Perdarahan pusar bayi baru lahir
Excl: omphalitis dengan perdarahan ringan (P38)
P52 Perdarahan nontraumatik intrakranial janin dan bayi baru lahir
Incl:perdarahan intrakranial karena anoxia atau hipoksia
Excl :perdarahan intrakranial karena cedera: · Kelahiran (P10.-) · Maternal (P00.5) · Lainnya (S06.-)
P53 Penyakit hemoragik janin dan bayi barunlahir
Incl: KekuranganVit K padabayibarulahir
P54 Pendarahan neonatal lainnya
Excl:kehilangan darah janin (P50.-) perdarahan pulmonal yang berasal dari perinatal periode(P26.-)
P55 Penyakit hemolitik janin & bayi baru lahir
P56 Hydrops fetalis karena perdarahan penyakit
Excl:hydropsfetalis NOS (P83.2)
hydropsfetalis NOS
.Bukan karena penyaki themolitik (P83.2)
P57 Kernicterus
P58 Penyakit kuning neonatal karena berlebihan lainnya
Excl:ikterus karena isoimunisasi (P55-P57)
P59 Penyakit kuning dari yang lain &penyebabtidak spesifik
Excl:karena kesalahan metabolisme bawaan (E70-E90) kernicterus (P57.-)
P60 Disseminated intravascular coagulation padajanindanbayibarulahir
Incl :Sindrom defibrinasi janin atau bayi baru lahir
P61 Gangguan hematologis perinatal lainnya
Excl :transien hypogammaglobulinaemia pada bayi (D80.7)

Transitory Endocrine & Metabolic disorders Specific to Fetus & Newborn (P70-P74)
(Gangguan endokrin dan metabolik transisional khusus untuk janin dan bayi baru lahir)
Includes: gangguan endokrin sementara dan metabolik yang disebabkan oleh respons bayi terhadap
faktor endokrin dan metabolik ibu, atau penyesuaiannya dengan keberadaan extrauterine.
P70 Gangguan gangguan metabolisme karbohidrat khusus untuk janin dan bayi baru lahir
P71 Gangguan neonatal transisional kalsium dan metabolisme magnesium
P72 Gangguan endokrin neonatal sekunder lainnya
Excl : hipotiroidisme kongenital dengan atau tanpa gondok (E03.0-E03.1)
goid dyshormogenetic (E07.1)
Sindrom Pendred (E07.1)
P74 Gangguan elektrolit neonatal dan metabolik sementara lainnya

Digestive system disorders of fetus and newborn (P75-P78)


(Gangguan sistem pencernaan janin dan bayi baru lahir)
P75* Ileus meconium pada fibrosis kistik (E84.1!)
P76 Obstruksi usus lainnya pada bayi baru lahir
P77 Enterokolitis nekrosis pada janin atau bayi baru lahir
P78 Gangguan sistem pencernaan perinatal lainnya

110
Conditions involving the integument & temperature regulation of fetus & newborn (P80-P83)
( Kondisi yang melibatkan integumen & pengaturan suhu janin & bayi baru lahir )
P80 Hipotermia pada bayi baru lahir
P81 Gangguan lain dari pengaturan suhu bayi baru lahir
P83 Kondisi lain dari integumen khusus untuk janin dan bayi baru lahir
Excl: malformasi kongenital kulit dan integumen (Q80-Q84); cradle cap (L21.0); dermatitis
popok [serbet] (L22); hydrops fetalis karena penyakit hemolitik (P56.-);
Infeksi kulit bayi baru lahir (P39.4); sindrom kulit terkena stafilokokus (L00)

Other Disorders Originating In The Perinatal Period (P90-P96)


( Gangguan Lain yang Berasal Pada Periode Perinatal)
P90 Kejang bayi baru lahir
Excl:kejang neonatal benign (familial) (G40.3)
P91 Gangguan lain status serebral bayi baru lahir
P92 Masalah menyusui pada bayi baru lahir
P93 Reaksi dan intoksikasi karena obat-obatan diberikan pada janin & bayi baru lahir
Incl :Sindrom abu-abu dari pemberian kloramfenikol pada bayi baru lahir
Excl: penyakit kuning karena obat atau racun yang ditularkan dari ibu atau diberikan pada bayi
baru lahir
(P58.4); reaksi dan intoksikasi dari opiat ibu, obat penenang dan obat lainnya (P04.0-
P04.1, P04.4); gejala penarikan dari: · Penggunaan obat-obatan ketergantungan ibu
(P96.1) · Penggunaan terapeutik obat pada bayi baru lahir (P96.2)
P94 Gangguan tonus otot bayi baru lahir
P95 Kematian janin penyebab yang tidak spesifik
Incl : janin yang matiNOS
Stillbirth NOS
P96 Kondisi lain yang berasal pada periode perinatal.

PENUGASAN.

Tentukan lead term dank ode yang tepat dengan langkah-langkahnya.


1. BBLR 900 gram
2. Trauma lahirpada femur
3. Lahir mati
4. Tuberkulosis kongenital
5. Bayi lahir usia 42 minggu dengan BB 4000 gram
6. Bayi lahir menunjukkan sakit akibat perawatan kemoterapi ibu
7. Congenital sepsis, streptococcal B
8. Gagal ginjal kongenital
9. Masalah pemberian makanan pada bayi baru lahir
10. Bayi prematur (BBLR, 1450 gram), apgar skor 3 per menit, pneumotoraks, respiratory distress
syndrome
11. Non traumatic intra ventricular haemorrhage, grade 2, newborn
12. Fraktur clavicula akibat cedera lahir
13. Aspirasi air ketuban (meconeum)
14. Bayi lahir, detak jantung disritmia
15. Bayi lahir dengan hepatitis B
16. Bayi lahir dengan infeksi saluran kemih
17. Bayi lahir kuning akibat gangguan feeding ASI

111
BAB 10
KELAINAN KONGENITAL

A. PENDAHULUAN
Kelainan kongenital atau bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur, dapat terjadi kelainan fungsi maupun metabolisme organ
tubuh bayi.
Ada beberapa type kelainan congenital, yang berdampak pada gangguan fungsi seseorang
untuk menjalankan kehidupan secara normal. Untuk menentukan diagnosis kelainan congenital
sering memerlukan pemeriksaan dan upaya untuk dilakukan tindakan perbaikan.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, pada
kelainan congenital sebagai dasar untuk mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami, menelusuri dan menganalisis kesesuaian informasi yang
mendukung diagnosis terkait kelainan congenital.
Kegiatan Belajar : jenis kelainan congenital, pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan.

B. Pengertian kelainan congenital dan factor penyebab


Kelainan congenital sering disebut Cacat bawaan adalah kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak dalam kehidupan hasil konsepsi sel telur yang dapat disebabkan oleh faktor genetik
maupun non genetik. Kelainan kongenital dapat terjadi kelainan fungsi maupun metabolisme organ
tubuh.
Sinonim lainnya Congenital malformation, Birth defect , congenital disorder, chromosomal abberation or
genetic disorder.

Kelainan struktur terjadi akibat hilangnya bagian tubuh tertentu, kelainan pembentukan bagian tubuh
tertentu, kelainan bawaan pada kimia tubuh. Kelainan struktur utama yang paling sering ditemukan;
kelainan jantung, spina bifida dan hipospadia.
Kelainan metabolisme biasanya berupa hilangnya enzim atau tidak sempurnanya pembentukan
enzim. Kelainan ini berbahaya dan bisa fatal, tetapi biasanya tidak menimbulkan gangguan yang nyata
pada anak. Contoh kelainan metabolisme: penyakit Tay-Sachs (penyakit fatal pada sistem saraf pusat),
fenilketonuria.

Kelainan kongenital ditemukan waktu bayi lahir, beberapa waktu setelah kelahiran bayi. diketahui
selama kehidupan fetus.
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan atau multipel.

Kelainan kongenital dapat menyebabkan terjadi:


 abortus, lahir mati, kematian segera setelah lahir.
 kematian bayi dalam bulan2pertama kehidupan, karena kelainan kongenital yang cukup berat.
 umumnya dilahirkan bayi berat lahir rendah atau bayi kecil untuk masa kehamilannya, dengan
kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal minggu pertama kehidupan
Hal ini seakan-akan merupakan seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan risiko terjadinya
kelainan bawaan.

Beberapa faktor etiologi diduga dapat mempengaruhi terjadi kelainan kongenital:


1. Kelainan Genetik dan Khromosom.
Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh
manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.
Kelainan genetik dari ayah atau ibu, sesuai hukum Mendel, kelainan dapat diwarisi bayi sebagai
unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Adanya kelainan
kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu kemungkinan tersebut, apabila
diperiksa kemungkinan ada kelainan kromosom.

112
Contoh: kelainan kromosom autosom trisomi 21 yaitu sindroma Down (mongolism), kelainan
kromosom kelamin yaitu sindroma Turner.

2. Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk
organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut.
Contoh: deformitas organ tubuh adanya kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes
valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)

3. Faktor infeksi.
Infeksi pada trimester pertama kehamilan (periode organogenesis), dapat menimbulkan kelainan
kongenital, karena gangguan pertumbuhan suatu organ tubuh, dan dapat meningkatkan
kemungkinan abortus. Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen
Contoh:
 Infeksi virus Rubella pada trimester pertama kehamilan, dapat terjadi kelainan kongenital pada
mata (katarak), sistem pendengaran (tuli), kelainan jantung bawaan, keterbelakangan mental,
cerebral palsy
 Infeksi virus sitomegalovirus, kelainan kongenital yang mungkin dijumpai adanya gangguan
pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
 Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata, gangguan
pendengaran, gangguan dalam belajar, pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan mental,
atau serebral palsy.
 Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau
selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, serebral palsy,
gangguan penglihatan atau pendengaran, bahkan kematian bayi.
 Sindroma varicella kongenital, bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan
tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih
kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.

4. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga
sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya.
Contoh:
 thalidomide dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia.
 Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum hamil muda.
 Pemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin.
Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang
tidak perlu. Kecuali memang terpaksa harus minum obat, perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya
akibatnya terhadap bayi.

5. Faktor Kondisi bu
MongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan ibu mendekati masa menopause.
Kondisi rahim ibu, bayi berada di dalam cairan ketuban yang merupakan pelindung terhadap
trauma. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya
kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit, bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru
dan anggota gerak, atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses
pembentukan air kemih. Cairan ketuban yang terlalu banyak, terjadi jika janin mengalami gangguan
menelan karena kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus) atau kelainan saluran cerna,
(misalnya atresia esofagus).

6. Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan dengan kelainan kongenital, antara lain: Bayi yang
dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme, diabetes mellitus.

7. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali dapat menimbulkan kelainan kongenital pada
janin. Radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan mengakibatkan mutasi pada gene
yang mungkin dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi dilahirkannya. Radiasi untuk
diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindari pada masa hamil muda.

8. Faktor gizi
113
Kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital, antara lain:
defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain. Salah satu zat yang penting
untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan risiko
terjadi spina bifida atau kelainan saraf lainnya. Maka sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal
sebanyak 400 mikrogram/hari. Juga mengkonsumsi gizi yang baik.

9. Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor
lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia,
hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Inkompatibilitas Rh, terjadi
jika ibu dan bayi memiliki faktor Rh yang berbeda.

Beberapa jenis kelainan Gen


1. Autosomal dominan. Jika suatu kelainan atau penyakit muncul meskipun hanya terdapat 1 gen
yang cacat dari salah satu orang tuanya, maka kelainan ini bersifat autosomal dominan. Misalnya
akondroplasia dan sindroma Marfan.
2. Autosomal resesif. Jika terjadinya suatu kelainan bawaan memerlukan 2 gen yang masing-masing
berasal dari kedua orang tua, maka kelainan ini bersifat autosomal resesif. Misalnya penyakit Tay-
Sachs atau kistik fibrosis.
3. X-linked. Jika seorang anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari ibunya,
maka kelainan ini bersifat X-linked, karena gen tersebut dibawa oleh kromosom X. Laki-laki hanya
memiliki 1 kromosom X yang berasal dari ibunya (perempuan memiliki 2 kromosom X, 1 berasal
dari ibu dan 1 berasal dari ayah). Oleh karena itu gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan
menimbulkan kelainan pada anak laki-laki, karena laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari
gen tersebut. Misalnya hemofilia dan buta warna.
4. Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa menyebabkan kelainan bawaan.
Suatu kesalahan yang terjadi saat pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi
terlahir dengan jumlah kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bayi terlahir dengan
kromosom yang telah mengalami kerusakan. Misalnya adalah sindroma Down (trisomi 21).
Semakin tua usia seorang wanita saat hamil (terutama diatas usia 35 tahun) maka semakin besar
kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya.
5. Kelainan bawaan karena mutasi genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak
diketahui penyebabnya). Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya
kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja
terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik pada keluarga ayah ataupun ibu,
atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.

Tipe tipe Kelainan Kongenital


Berdasarkan patogenesis, kelainan kongenital dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Malformasi
a. Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan
dari satu atau lebih proses embriogenesis.
b. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau
menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap.
c. Beberapa contoh malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit,
defek penutupan tuba neural, stenosis pylorus, spina bifida, dan defek sekat jantung.
Malformasi dapat digolongkan menurut berat ringannya , menjadi :
a. Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan
gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup. Contoh malformasi pada otak,
jantung, ginjal, ekstrimitas, saluran cerna.
b. Malformasi minor adalah suatu kelainan tidak akan menyebabkan problem kesehatan serius
dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik, misalnya kelainan pada daun telinga,
lipatan pada kelopak mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra puting susu

2. Deformasi
a. Deformasi terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang abnormal sehingga mengubah
bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang semula berkembang normal, misalnya
kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil).
b. Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterusataupun faktor ibu s
eperti primigravida (hamil pertama) , panggul sempit, abnormalitas uterus, kehamilan
kembar.
114
3. Disrupsi
a. Defek struktur yang disebabkan oleh iskemia (kekurangan suplai darah ke jaringan),
perdarahan atau perlekatan
b. Disrupsi misalnya helaian-helaian membran amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas
dan melekat ke berbagai bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak, serta muka.
c. Baik deformasi maupun disrupsi biasanya mengenai struktur yang semula berkembang normal.
4. Displasia
a. Adalah kelainan struktur akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam
jaringan di seluruh tubuh.
b. Terjadi penyimpangan biokimia di dalam sel, seperti kelainan produksi enzim atau sintesis
protein akibat mutasi gen.
c. Displasia dapat terus-menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.

C. Macam-macam kelainan kongenital.


Beberapa kelainan bawaan yang sering ditemukan:
1. Sumbing. Celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing)

Gambar 10.1 Bibir dan palatum sumbing


a. Cleft lip and palate atau Labioplatoschizis atau sumbing bibir dan celah lelangit/langit-langit
mulut/ palatum
b. Sumbing bibir dan celah langit-langit adalah terdapatnya celah pada bibir atas yang disertai
celah pada langit-langit mulut sehingga menimbulkan adanya hubungan langsung antara
hidung dengan mulut.
c. Labiopalatoshizis atau bibir sumbing adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit – langit
rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan
langit – langit tidak tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan.

2. Kelainan jantung bawaan.

Gambar 10.4 Kelaianan jantung bawaan

Beberapa kelainan jantung antara lain:


 Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri
dan kanan)
 Patent ductus arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika
masih berada di dalam rahim tidak menutup sebagaimana mestinya setelah bayi lahir)
 Stenosis katup aorta atau pulmonalis (penyempitan katup aorta atau katup pulmonalis)
 Koartasio aorta (penyempitan aorta)
 Transposisi arteri besar (kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis)

115
 Sindroma hipoplasia jantung kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak
terbentuk sempurna)
 Tetralogi Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi arteri
besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan
jantung bawaan (misalnya obat anti-kejang fenitoin, talidomid dan obat kemoterapi). Penyebab
lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes selama hamil.

3. Defek tabung saraf.


Gangguan defek tabung syaraf terjadi pada awal kehamilan, saat terbentuk bakal otak dan korda
spinalis. Dalam keadaan normal, membentuk tabung saraf pada hari ke 29 setelah pembuahan.
Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan terjadi defek tabung saraf. Bayi dengan
kelainan ini banyak yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera setelah lahir.
Ada 2 macam defek tabung saraf yang paling sering ditemukan :
a. Spina bifida, dimana kolumna spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda
spinalis.
b. Anensefalus, terjadi jika beberapa bagian otak tidak terbentuk

Gambar 10.2 Spina bifida

4. Clubfoot. Istilah clubfoot digunakan untuk menggambarkan sekumpulan kelainan struktur pada
kaki dan pergelangan kaki, dimana terjadi kelainan pada pembentukan tulang, sendi, otot dan
pembuluh darah.

Gambar 10.3 kelainan kaki

5. Anencephalus, microcephalus, hydrocephalus

Gambar 10.5 Anencephalus, microcephalus, hidrocephalus

Anencephalus yaitu kelainan bayi terlahir tanpa sebagian otak dan tengkoraknya.

116
Mikrosefalus adalah kelainan otak dengan ukuran kepala lebih kecil dari rata-rata berdasarkan
umur dan jenis kelamin. Mikrosefalus sering kali terjadi akibat kegagalan pertumbuhan otak pada
kecepatan yang normal.
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak.
Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada orang
dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat.
6. Cerebral palsy.
Cerebral palsy atau lumpuh otak yaitu penyakit yang menyebabkan gangguan gerakan dan
koordinasi tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan perkembangan otak, yang biasanya
terjadi saat anak masih di dalam kandungan. Gangguan perkembangan otak ini juga dapat terjadi
ketika proses persalinan atau dua tahun pertama setelah kelahiran. Biasanya baru diketahui
beberapa minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir, tergantung kepada beratnya kelainan.
Keluhan dapat bersifat permanen dan kecacatan.
Gangguan syaraf motorik a.l:
 Cenderung menggunakan satu sisi tubuh. Misalnya menyeret salah satu tungkai saat
merangkak, atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.
 Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak (motorik), seperti merangkak atau duduk.
 Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, misalnya saat mengambil suatu benda.
 Gaya berjalan tidak normal, seperti berjinjit, menyilang seperti gunting, atau tungkai terbuka
lebar.
 Otot kaku atau malah sangat lunglai, tremor, gerakan tidak terkontrol (athetosis).
Gangguan sensorik a.l:
 Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri, masih mengompol.
 Gangguan penglihatan dan pendengaran serta .gangguan berbicara (disartria).
 Kesulitan dalam menelan (disfagia), mengeluarkan air liur atau ngiler.
Gangguan kecerdasan.

7. Kretinism terjadi pada ibu hamil yang kekurangan zat yodium.

Gambar 10.6 Penderita kretin

Kretinisme adalah penyakit hipotiroidisme bawaan yang dapat menyebabkan keterbelakangan


mental dan kelainan pertumbuhan pada anak. Penderita kretinisme akan menunjukkan gejala
kekerdilan, keriput di dahi, lidah membengkak, kulit menebal kasar. Keterbelakangan mental
disertai satu atau lebih kelainan syaraf seperti gangguan pendengaran, gangguan bicara,
serta gangguan sikap tubuh dalam berdiri dan berjalan dari ringan sampai berat atau gangguan
pertumbuhan (cebol)

8. Dislokasi panggul bawaan, terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam kantung panggul.

9. Fibrosis kistik. Penyakit ini terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pencernaan.
Tubuh tidak mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk
lendir yang kental dan lengket.

117
10. Polydactily yaitu jumlah jari lebih dari normal

Gambar 10.6 Polydactily


11. Kelainan saluran pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus
halus dan usus besar, rektum serta anus. Beberapa kelainan saluran pencernaan yang bisa terjadi
adalah:
a. Atresia esofagus
Esophageal atresia yaitu kerongkongan tidak terbentuk sempurna, sehingga makanan dari
mulut tidak bisa ke perut. Saat menyusu batuk, muntah, tercekik. Sebelum operasi, bayi tidak
bisa disusui melalui mulut. Pemeriksaan USG. Esophageal atresia dianggap keadaan darurat
operasi, untuk memperbaiki esofagus begitu bayi berhasil distabilkan. Sehingga kerusakan
tenggorokan tidak sempat terjadi dan bayi bisa segera disusui.
b. Hernia diafragmatika
Congenital diaphragmatic hernia (CDH) adalah ada lubang abnormal pada diafragma yang
membatasi rongga dada dan perut, menyebabkan organ abdomen masuk kedalam rongga
dada, akan menekan paru yang berdampak paru menjadi kecil dan tidak berkembang,
sehingga mengalami permasalahan pernafasan. Derajat CDH mulai ringan sampai berat.
Pemeriksaan: USG untuk mempelajari keadaan rongga dada dan abdomen memprediksi
keparahan CDH, fetal MRI melihat lebih jelas keadaan organ lain, fetal echocardiography,
melihat keadaan jantung. Tindakan:
 Perawatan intensif neonatal di NICU untuk asupan oksigen dan menstabilkan kondisi bayi.
 ECMO (extracorporeal membrane oxygenation). bantuan mesin pengganti jantung dan
paru
 Operasi sebaiknya dilakukan 48-72 jam setelah bayi dilahirkan.
c. Stenosis pylorus
Stenosis pilorus adalah kondisi penyempitan pilorus pada bayi. Pilorus adalah saluran yang
membawa makanan dan minuman dari lambung ke duodenum (usus 12 jari). Penyempitan
pylorus dapat berakibat makanan dan minuman dari lambung tidak bisa memasuki usus 12 jari.
Keluhan biasanya terjadi bayi 2-8 minggu. Keadaan ini menyebabkan bayi mengalami muntah
yang menyembur, dehidrasi, turun berat badan, dan merasa lapar setiap saat.
Pemeriksaan USG perut. Foto Rontgen kerongkongan, lambung, dan duodenum (OMD)
dengan member zat warna (kontras) barium, menjadi pilihan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas pada pilorus.
Tindakan operasi pyloromyotomy dengan laparoskopi.
d. Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung terjadi ketika saraf di usus besar tidak terbentuk dengan sempurna.
Saraf ini berfungsi mengontrol pergerakan usus besar. Jika saraf usus besar tidak terbentuk
sempurna, usus besar tidak dapat mendorong feses keluar. Akibatnya, feses akan menumpuk
di usus besar.
Gejala : bayi baru lahir tidak buang air besar (BAB) dalam 48 jam setelah lahir, muntah-muntah
dengan cairan berwarna coklat atau hijau, perut buncit, rewel.
Pemeriksaan Foto Rontgen dengan kontras dari dubur (melihat kondisi usus besar).
Tes mengukur kekuatan otot usus dengan alat balon dan sensor tekanan (memeriksa fungsi
usus). Biopsi jaringan usus besar ada tidaknya kerusakan syaraf.
Pengobatan dengan operasi laparoskopi atau bedah terbuka.operasi penarikan usus. Untuk
bayi biasanya operasi ostomi, bila kondisi sudah stabil dan kuat dilakukan operasi penarikan
usus (pull-through surgery) yaitu membuang bagian dalam usus besar yang tidak bersaraf,
menarik dan menyambungkan usus yang sehat langsung ke dubur atau anus.
e. Gastroskisis dan omfalokel yaitu cacat lahir yang menyebabkan beberapa organ dalam tubuh
keluar melalui lubang di perut.
Omphalocele yaitu lubang terbentuk di pusar si bayi, kantong membran yang transparan
menutupi usus dan organ yang terpapar lainnya. Kantung ini membantu melindungi organ dari
cairan amnion yang mengelilingi bayi di dalam rahim.
118
Gastroschisis, yaitu lubang terbentuk di samping pusar, sehingga usus bisa masuk, tetapi tidak
ada kantung pelindung yang mengelilingi organ, sehingga cairan amnion bisa mengiritasi usus
menyebabkan usus menjadi bengkak atau bengkok.
Tindakan: operasi untuk memasukkan usus dan organ lain yang terkena ke lokasi yang tepat.
f. Atresia anus yaitu lubang anus tidak sempurna, dan perlu ditangani segera dengan operasi.
Gejala : Tinja pertama tidak keluar dalam jangka waktu 24-48 jam setelah lahir, tinja keluar dari
vagina, pangkal penis, skrotum, atau uretra, perut membesar. Tindakan membuat colostomi
yaitu pembuatan lubang di dinding perut dihubungkan dari usus, dan kotoran ditampung dalam
colostomy bag. Pada Operasi kedua pembuatan anus untuk bayi. Apabila setelah operasi
kedua tidak terjadi penyempitan pada anus, ketiga menutup lubang dan mengembalikan ke
dalam perut bayi sebagaimana mestinya.
g. Atresia bilier yaitu kondisi tertutupnya saluran empedu, akibatnya, cairan empedu menumpuk
di dalam hati, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hati, sehingga terbentuk jaringan
parut (fibrosis), yang bisa mengakibatkan sirosis. Pada bayi yang baru lahir, termasuk kondisi
serius yang berbahaya. Empedu berperan dalam proses pencernaan lemak dan vitamin larut
lemak, seperti vitamin A, D, E dan K. Cairan empedu juga berfungsi membuang racun dan zat
limbah lain keluar dari tubuh.
Gejala : minggu ke 2-3 setelah dilahirkan, bayi kuning akan bertambah parah. Urine berwarna
gelap, pembesaran hati (hepatomegali) dan atau limpa (splenomegali), tinja warna pucat
disertai bau menyengat, lambatnya pertumbuhan bayi.
Pemeriksaan USG perut, dan atau Cholangiography (foto Rontgen pada saluran empedu).
Tindakan: operasi Kasai, dengan memotong bagian saluran empedu yang tertutup, lalu
menggantinya dengan bagian dari usus halus. Operasi Kasai dilakukan sebelum bayi berusia 3
bulan bila saluran empedu yang tertutup berada di luar organ hati. Bila tidak segera ditangani,
bayi atresia bilier akan mengalami sirosis dalam 6 bulan, dan gagal hati dalam 1 tahun.

12. Anemia sel sabit, merupakan suatu kelainan sel darah merah yang memiliki bentuk abnormal
(seperti bulan sabit), yang menyebabkan anemia kronis, serangan nyeri dan gangguan kesehatan
lainnya.

13. Sindroma Down,


Sindroma down atau down syndrome merupakan sekumpulan kelainan pada anak-anak yang
dilahirkan dengan kelebihan kromosom nomor 21 pada sel-selnya. Mereka mengalami
keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan gambaran fisik lainnya yang khas; kelainan ini
sering disertai dengan kelainan jantung.

Gambar 10.5 Down Syndrome


Down Syndrome adalah kelainan genetic yang menyerang kromosom nomor 21, dimana kromosom
nomor 21 miliknya tidak terbelah menjadi dua (diploid) seperti orang kebanyakan, melainkan
kromosom nomor 21 akan membelah sebanyak tiga (triploid) hingga jumlah kromosom yang
dimilikinya menjadi 47 kromosom..yang menyebabkan keterbelakangan mental. Down Syndrome
hanya menyerang kromosom nomor 21. Jika menyerang kromosom lain, maka syndrome yang
diderita akan berbeda.

Ciri-ciri down syndrome:


1. Anak yang mengalami down syndrome dapat bervariasi, dari yang tidak nampak sama sekali,
tampak minimal, hingga muncul tanda yang khas, adanya keterbelakangan perkembangan
mental dan fisik.
2. Mempunyai tubuh pendek, lengan atau kaki kadang-kadang bengkok, kepala lebar, wajah
bulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung lebar dan datar, kedua lubang hidung
terpisah lebar, jarak lebar antar kedua mata, kelopak mata mempunyai lipatan epikantus,
119
sehingga mirip dengan orang oriental, iris mata kadang-kadang berbintik, yang disebut bintik
“Brushfield”, biasanya mudah mengenalnya pada pandangan pertama.
3. Tangan dan kaki kelihatan lebar dan tumpul, telapak tangan sering memiliki garis tangan
abnormal, yaitu hanya mempunyai sebuah garis mendatar saja. Ibu jari kaki dan jari kedua
kadang tidak rapat.
4. Mata, hidung, dan mulut biasanya tampak kotor serta gigi rusak, karena mereka tidak sadar
untuk menjaga kebersihan dirinya sendiri.

14. Super Female Syndrome


Pengertian
Sindrom Triple-X adalah satu jenis variasi kromosom disebabkan oleh perwujudan 3 kromosom X
(trisomi) dalam gamet, akibat abnormalitas pembelahan kromosom menjadi gamet semasa meiosis.
Kariotip penderita sindrom Triple-X mempunyai 47 kromosom.

Ciri-ciri Super female syndrome


 Fenotip perempuan, tetapi umur 22 tahun mempunyai alat kelamin luar seperti kepunyaan bayi
 Alat kelamin dalam dan payudara tidak berkembang dan ia sediit mendapat gangguan mental.
 Menstruasi sangat tidak teratur, ovarium dalam keadaan seperti menopause, pemeriksaan
mikroskopis dari ovarium menunjukkan kelainan pada pembentukan folikel ovarium, dan dari 63
sel yang diperiksa maka 51 sel memiliki 47 kromosom, sedang kromosom tambahan ialah
kromosom-X.
 Umumnya penderita lebih tinggi, tetapi berat badan tidak sebanding dengan tingginya.

15. Sindroma fragile X. Sindroma ini ditandai dengan gangguan mental, mulai dari ketidakmampuan
belajar sampai keterbelakangan mental, perilaku autis dan gangguan pemusatan perhatian serta
hiperaktivitas. Gambaran fisiknya khas: wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar dan
persendiannya sangat lentur (terutama sendi jari tangan). Sindroma ini lebih banyak ditemukan
pada anak laki-laki.

16. Distrofi otot. Distrofi otot adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan lebih dari 40
macam penyakit otot yang berlainan, yang kesemuanya ditandai dengan kelemahan dan
kemunduran yang progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.

17. Sindroma alkohol pada janin. Sindroma ini ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan,
keterbelakangan mental, kelainan pada wajah dan kelainan pada sistem saraf pusat.

Peneriksaan menegakkan diagnose kelaianan congenital.


 Setelah lahir, kelainan kongenital ditemukan dengan pemeriksaan fisik, radiologik, laboratorik.
 Diagnosisi pre/ante natal atau pemeriksaan janin intra uterine atas indikasi, karena ibu mempunyai
faktor resiko (kelaianan kongenital dalam keluarga, umur ibu, dll), kemungkinan adanya kelainan
kongenital. Skrining prenatal bisa membantu menentukan adanya infeksi atau keadaan lain pada
ibu yang berbahaya bagi janin dan membantu menentukan adanya kelainan bawaan tertentu pada
janin.

Tidak ada tes yang sempurna, Seorang bayi mungkin terlahir dengan kelainan bawaan meskipun hasil
tesnya negatif. Jika tes memberikan hasil yang positif, maka biasanya perlu dilakukan tes lebih lanjut.

Beberapa test pre natal antara lain:


 Test darah ibu.
 ultrasonografi,
 pemeriksaan air ketuban = amniosentesis. Cara ini dapat didiagnose: kelainan kromosome,
phenylketonuria, galaktosemia, defek tuba neralis terbuka (anensefali serta meningocele).
 darah janin pada kasus thallasemia.

Kelainan bawaan yang bisa diketahui melalui skrining prenatal adalah:


- Defek tabung saraf (spina bifida, anensefalus) - Sindroma Down
- Kelainan kromosom lainnya - Kelainan metabolisme yang diturunkan
- Kelainan jantung bawaan - Kelainan bentuk saluran pencernaan
dan ginjal
- Sumbing bibir atau langit-langit mulut - Kelainan bawaan tertentu pada anggota gerak
- Tumor bawaan
120
Penanganan
 Kelainan kongenital berat dapat memerlukan tindakan bedah, untuk kelaianan kongenital bersifat
medik, dan kelainan kongenital koreksi kosmetik.
 Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, harus dibicarakan dengan orang
tuanya tentang kemungkinan faktor penyebab, penanganan dan prognosisnya.

Pencegahan
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi risiko terjadinya kelainan bawaan :
 Tidak merokok dan menghindari asap rokok,
 Menghindari alkohol , menghindari obat terlarang, menghindari zat-zat yang berbahaya.
 Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
 Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
 Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
 Mengkonsumsi suplemen asam folat
 Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi

Vaksinasi
Vaksinasi membantu mencegah penyakit akibat infeksi. Meskipun semua vaksin aman diberikan pada
masa hamil, tetapi akan lebih baik jika semua vaksin yang dibutuhkan telah diberikan sebelum hamil.
Seorang wanita sebaiknya menjalani vaksinasi berikut:
 Minimal 3 bulan sebelum hamil : MMR
 Minimal 1 bulan sebelum hamil : varicella
 Aman diberikan pada saat hamil
o Booster tetanus-difteri (setiap 10 tahun)
o Vaksin hepatitis A
o Vaksin hepatitis B
o Vaksin influenza (jika pada musim flu kehamilan akan memasuki trimester kedua atau
ketiga)
o Vaksin pneumokokus

Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal
yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan
riwayat kelainan bawaan baik pada keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya
telah melahirkan anak-anak yang sehat.

PENUGASAN KELAINAN KONGENITAL

1. Apa pengetian kelainan kongenital ?


2. Kelainan kongenital dapat terjadi dalam bentuk kelainan struktur. Jelaskan dan beri contoh !!
3. Kelainan kongenital dapat terjadi dalam bentuk kelainan metabolisme. Jelaskan dan beri contoh !!
4. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadi kelainan kongenital. Jelaskan mengapa bisa terjadi
kelainan kongenital dan atau berikan contoh !!
5. Kelainan GEN dapat menjadi penyebab terjadi kelainan kongenital. Jelaskan jenis genetika yang dapat
menyebabkan kelainan kongenital !!

Ada beberapa kelainan yang sering terjadi


Jelaskan masing-masing pengertian dan gangguan yang terjadi pada kelainan kongenital tersebut!
a. Lokasi
b. bentuk kelainan
c. gejala utama).

Kelainan kongenital tersebut antara lain:


1. Spina bifida
2. Bibir sumbing
3. Bibir dan langi-langit sumbing
4. Tetralogy fallot
5. Ventricel septal defect
6. Hydrocephalus
7. Cerebral palsy
121
8. Clubfoot
9. Kretinism
10. Polydactily
11. Atressia oesofagus
12. Atressia ani
13. Penyakit Hirschsprung
14. Sindroma Down
15. Super Female Syndrome
16. Anemia sel sabit

122
BAB 11
MALFORMASI, DEFORMASI & KELAINAN KROMOSOM KONGENITAL (BAB XVII)
(Q00-Q99)

A. Pendahuluan
Klasifikasi dan kodefikasi kelainan congenital adalah ilmu yang mempelajari klasifikasi dan penentuan
kode kelainan congenital serta kode pemeriksaan penunjang dan tindakan. Kelainan congenital terjadi
hamper disemua system tubuh, tergantung jenis atau type serta tingkat keparahan dari kelainan
congenital tersebut.

Tujuan Instruksional umum:


Pada akhir perkuliahan, mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri
kesesuaian informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis,
pemeriksaan penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, dari
kelainan congenital sebagai dasar untuk mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan Instruksional khusus:


Mahasiswa diharapkan mampu memahami, melakukan dan menetapkan terminology, klasifikasi dan
kodefikasi terkait diagnosis, pemeriksaan penunjang dan tindakan dari kelainan kngenital.
Kegiatan Belajar : terminology, klasifikasi dan kodefikasi kelainan congenital.

B. KODING

Hal-hal penting pd bab ini


• Kategori 3 angka dimulai dari Q00-Q99
• Tidak terdapat kategori asterisk
• Pengecualian : inborn error (kesalahan bawaan) karena metabolisme (E70-E90)

Bab ini berisi blok kategori berikut :


• Q00-Q07 : Malformasi kongenital pada sistem saraf
• Q10-Q18 : Malformasi kongenital pada mata, telinga, wajah dan leher
• Q20-Q28 : Malformasi kongenital pada sistem sirkulasi
• Q30-Q34 : Malformasi kongenital pada sistem respirasi
• Q35-Q37 : Bibir dan palatum
• Q38-Q45 : Malformasi kongenital lainnya pada sistem pencernaan
• Q50-Q56 : Malformasi kongenital pada sistem genitalia
• Q60-Q64 : Malformasi kongenital pada sistem urinari
• Q65-Q79 : Malformasi kongenital dan deformasi pada sistem muskuloskeletal
• Q80-Q89 : Malformasi kongenital lain
• Q90-Q99 : Kelainan kromosom, NEC

Q00-Q07 : Malformasi kongenital pada sistem saraf


Q00 Anencephaly dan malformasi serupa
• Anencephaly : sebagian besar tulang tengkorak dan otak bayi tidak terbentuk
• Craniorachischisis : kondisi tidak terbentuknya kranium sampai ke punggung
belakang
• Iniencephaly : bahagian kepala terbengkok secara ekstrem ke tulang belakang
dan kepala pula menghadap ke atas.
Q01 Encephalocele
Includes: encephalomyelocele, hydroencephalocele, hydromeningocele, cranial,
meningocele, cerebral, meningoencephalocele
Encephalocele : Kondisi di mana jaringan otak berada di sebuah rongga di luar
kepala
Q02 Microcephaly
Microcephaly : ukuran kepala bayi jauh lebih kecil dari ukuran normal kepala bayi
berusia dan dengan jenis kelamin yang sama.
123
Q03 Congenital hydrocephalus
Congenital hydrocephalus : kelainan sejak lahir dimana terjadi penumpukan cairan di
dalam otak yang mengakibatkan meningkatnya tekanan pada otak.
Q04 Other congenital malformations of brain
Q05 Spina bifida
Spina bifida = meningocele : cacat lahir yang ditandai dengan terbentuknya celah atau
defek pada tulang belakang dan sumsum tulang belakang bayi
Q06 Malformasi kongenital lainnya dari sumsum tulang belakang
Q07 Kongenital malformamasi yang lain pada sistem syaraf

Q10-Q18 : Malformasi kongenital pada mata, telinga, wajah dan leher


• Q10 Malformasi kongenital pada kelopak, aparatus lakrimalis, dan orbita
• Q11 Anophthalmos, microphthalmos dan macrophthalmos
• Q12 Malformasi kongenital lensa
• Q13 Malformasi kongenital segmen anterior mata
• Q14 Malformasi kongenital segmen posterior mata
• Q15 Malformasi kongenital lain pada mata
• Q16 Malformasi kongenital telinga sehingga mengganggu pendengaran
• Q17 Malformasi kongenital lain dari telinga
• Q18 Malformasi kongenital lain pada muka dan leher

Q10 Malformasi kongenital pada kelopak, aparatus lakrimalis, dan orbita


• Congenital ptosis adalah kelopak mata yang turun atau menggantung dan tidak
dapat membuka sempurna saat memandang lurus kedepan. Biasanya unilateral (1
sisi), terjadi karena kesalahan pembentukan otot kelopak mata.
Q11 Anophthalmos, microphthalmos dan macrophthalmos
• Anoftalmia : tidak adanya bola mata di dalam rongga orbita.
• Mikroftalmia : seluruh mata terlalu kecil dan volume bola mata dapat berkurang
sampai 2/3 normal. Sering merupakan akibat infeksi dalam kandungan misal akibat
sitomegalovirus atau toksoplasmosis
Q12 Malformasi kongenital lensa
• Katarak kongenital terjadi dimana lensa menjadi buram sewaktu dalam kandungan
terutama pada minggu ke enam perkembangan janin
Q13 Malformasi kongenital segmen anterior mata
• Coloboma iris : lubang yang terdapat pada struktur iris.
• Megalokornea adalah suatu ukuran kornea yang abnormal (> 13 mm).
Q14 Malformasi kongenital segmen posterior mata
Q15 Malformasi kongenital lain pada mata
• Glaucoma of newborn= infantile glaucoma = primary congenital open angle
glaucoma adalah suatu keadaan tekanan bola mata yang meninggi, menimbulkan
kerusakan pada mata dan memburuknya ketajaman penglihatan pada masa bayi
atau pada masa kanak-kanak
Q16 Malformasi kongenital telinga sehingga mengganggu pendengaran
• Congenital absence = Atresia artinya tidak adanya/ tidak terbentuknya
• congenital malformations = kelainan bawaan
Q17 Malformasi kongenital lain dari telinga
• Microtia adalah kelainan dimana tidak terbentuknya dengan sempurna bagian
telinga.
• Pinna/ telinga luar yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia).
• Lop Ear = Bat's Ear adalah suatu cacat lahir bawaan yang ditandai dengan telinga
yang lebih menonjol dan lebih besar daripada telinga normal (menyerupai telinga
kelelawar).
• Otosklerosis adalah gangguan pendengaran yang disebabkan karena kekakuan
tulang-tulang pendengaran sehingga tidak dapat menghantarkan getaran suara

124
• Sinus preauricular adalah sebuah lubang kecil di depan telinga yang mirip bekas
tindikan, namun merupakan kelainan bawaan sejak lahir

Q18 Malformasi kongenital lain pada wajah dan leher


• Macrostomia : Mulut yang sangat lebar akibat gagalnya penyatuan prosesus
mandibula dan maksila
• Sindrom Ablepharon-Macrostomia / Ablepharon-Macrostomia Syndrome (AMS)
merupakan kelainan bawaan yang sangat jarang terjadi. Kondisi ini ditandai
dengan kecacatan pada daerah kepala dan wajah, kulit, jari-jari, serta genitalia.

Q20-Q28 : Malformasi kongenital sistem sirkulasi


• Q20 Malformasi kongenital rongga dan koneksi jantung
• Q21 Malformasi kongenital septum jantung
• Q22 Malformasi kongenital katup pulmonalis dan trikuspid
• Q23 Malformasi kongenital katup aorta and mitral
• Q24 Malformasi kongenital lain pada jantung
• Q25 Malformasi kongenital arteri besar
• Q26 Malformasi kongenital vena besar
• Q27 Malformasi kongenital lain sistem pembuluh darah perifer
• Q28 Malformasi kongenital lain sistem sirkulasi

Congenital Heart Disease/ Penyakit jantung bawaan (PJB)


• Merupakan suatu kelainan pembentukan struktur jantung atau pembuluh darah besar
yang keluar dari jantung
• Contoh penyakit Jantung bawaan :
– PDA : Patent ductus Arteriosus : kegagalan menutupnya duktus arteriosus
yaitu pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan pembuluh paru – paru
– ASD : Atrial Septal Defect : kebocoran pada sekat serambi
– VSD : Ventrikular Septal Defect : lubang antara bilik kiri dan bilik kanan, terjadi
kerusakan katup jantung akibat lubang pada septum ventrikel
• Stenosis pulmonary adalah menutupnya arteri pulmonaris
• Tetralogy fallot merupakan penyakit jantung sianotik, kelainan multiple pada jantung
• Coarctatio aorta adalah penyempitan pada aorta.
• Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.
• Congenital aneurisma adalah pelebaran abnormal atau penggelembungan sebagian
arteri akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah .

Q30-Q34 : Malformasi kongenital sistem pernafasan


• Q30 Malformasi kongenital hidung
• Q31 Malformasi kongenital larynx
• Q32 Malformasi kongenital trachea dan bronchus
• Q33 Malformasi kongenital paru-paru
• Q34 Malformasi kongenital lain pada sistem pernafasan

Malformasi kongenital hidung (Q30)


• Septum deviasi / tulang hidung bengkok. Beberapa bentuk kelainan septum, yaitu:
bentuk C atau S.
• Krista, yaitu adanya penonjolan tulang rawan septum yang memanjang dari depan ke
belakang.
• Spina yaitu penonjolan tulang rawan septum dengan bentuk sangat runcing serta
pipih.
• Sineka yaitu bertemunya krista septum dan melekat dengan konka di hadapannya.

Atresia Koana (Q30.0)


• Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh karena kelainan pertumbuhan tulang-
tulang dan jaringan ikat.
125
Congenital subglotic stenosis (Q31.1) :
 Penyempitan (stenosis) pada 2-3 cm dari pita suara
Laringomalacia (Q31.5)
 Merupakan kelainan kongenital laring yang menyebabkan sumbatan jalan nafas

Tracheomalacia congenital (Q32.0) :


 Perlunakan (kolaps) cincin tulang rawan trachea sehingga jalan napas menjadi lebih
lemah dan mudah kolaps

Malformasi sistem pernapasan pada paru-paru (Q33)


• Cystic fibrosis (CF) paru adalah kelainan genetik yang menyebabkan abnormalitas
pada sel penghasil mukus (Cairan lengket dan tebal). Pada penderita CF paru, mukus
akan mengendap dalam saluran napas sehingga mengganggu proses pertukaran
oksigen.
• Abnormalitas pembentukan trakea dan paru dapat berupa atresia atau fistula trakea.
• Atresia trakea : tidak ditemukan trakea dan paru.
• Fistula adalah sambungan yang abnormal antara trakea dan esofagus.

Q35-Q37 : Cleft lip dan cleft palate


• Kecuali: Sindroma Robin (Q87.0)
• Q35 Cleft palate
• Q36 Cleft lip
• Q37 Cleft palate dengan cleft lip

Pengertian;
1. Cleft lip and palate atau Labioplatoschizis atau sumbing bibir dan celah lelangit/langit-
langit mulut/ palatum
2. Sumbing bibir dan celah langit-langit adalah terdapatnya celah pada bibir atas yang
disertai celah pada langit-langit mulut sehingga menimbulkan adanya hubungan
langsung antara hidung dengan mulut.
3. Labiopalatoshizis atau bibir sumbing adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit
– langit rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini
disebabkan bibir dan langit – langit tidak tumbuh dengan sempurna pada masa
kehamilan.

Klasifikasi Labiopalatoschizis
Berdasarkan organ yang terlibat
• Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas
• Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas
• Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum
Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
• Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung
• Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
Berdasarkan letak celah
• Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
• Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir
• Midline : celah terjadi pada tengah bibir

Q38-Q45 : Malformasi kongenital sistem pencernaan lain


• Q38 Malformasi kongenital lain lidah, mulut dan pharynx
• Q39 Malformasi kongenital oesophagus
• Q40 Malformasi kongenital lain saluran pencernaan atas
• Q41 Absen, atresia and stenosis kongenital usus halus
• Q42 Absen, atresia and stenosis kongenital usus besar
• Q43 kelainan lain dari Malformasi kongenital di usus halus
126
• Q44 Malformasi kongenital kantong empedu, saluran empedu dan hati
• Q45 Malformasi kongenital lain sistem pencernaan

Q38 Malformasi kongenital lain lidah , mulut dan pharynx


• Glossoptosis merupakan pembentukan abnormal lidah, yaitu suatu kondisi ketika
posisi lidah ada di belakang dan juga mudah jatuh ke belakang. Hal ini menyebabkan
lidah bayi jatuh ke belakang ke arah tenggorokan. Kondisi ini dapat menutup saluran
pernapasan dan membuat penderita sulit untuk bernapas.
• Makrognasia : pembesaran rahang
• Mikrognatia adalah kecilnya ukuran salah satu atau semua bagian mandibula
• Macroglossia merupakan suatu keadaan lidah yang mempunyai ukuran lebih besar
dari normal menyebabkan kesulitan makan, menelan, berbicara, dan
• Tongue tie Short Frenulum / Ankyloglossia : kelainan congenital yang disebabkan
oleh frenulum (pengikat lidah) pendek. Hal ini menyebabkan mobilitas lidah terbatas.
Tindakan frenotomi,yaitu pengirisan frenulum.
• Tongue tie dapat dibagi menjadi 4 tipe:
• tipe 1 : frenulum terikat sampai ujung lidah
• tipe 2 : frenulum terikat 1-4 mm dibelakang tipe 1
• tipe 3 : frenulum terikat di tengah lidah dan biasanya kuat dan kurang elastis
• tipe 4 : frenulum terikat dipangkal lidah, namun tebal dan tidak elastis
sehingga mobilitas lidah sangat terbatas.

Q39 Malformasi kongenital oesophagus


• Steanosis piloris adalah penyempitan bagian ujung lambung menuju usus halus
• Hypertrophic pyloric stenosis adalah penyumbatan pada saluran gaster disebabkan
terlalu berkembangnya (hipertropi) otot pada persambungan gaster dan usus,
akibatnya bayi akan memuntahkan kembali makanan yang diberikan
• Atresia oesofagus yaitu pada ujung esofagus buntu

Q40 Malformasi kongenital lain saluran pencernaan atas


• Kelainan Dinding Abdominal (Omphalocele dan Gastroschisis)
– Omphalocele : kelainan lahir yang ditandai dengan keluarnya organ yang ada di
dalam rongga perut bayi, seperti lambung, usus, dan hati, melalui pusar.
– Gastroschisis adalah Kondisi usus bayi tergantung keluar tubuh tanpa lapisan
pelindung melalui lubang di dekat pusar

Q41 Kongenital absen, atresia dan stenosis pada usus halus


• Atresia Duodeni : duodenum tidak terbuka secara sempurna sehingga menghalangi
jalannya makanan dari lambung menuju usus untuk dicerna.

Q42 Absen, atresia and stenosis kongenital usus besar


• Absence = Atresia = ketiadaan
• Stenosis = suatu penyempitan

Q43 Kelainan lain dari Malformasi kongenital di usus halus


• Hirschsprung disease adalah suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglion
para simpatis dari pleksuss messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal
• Atresia Anus (Anus Imperforatus) adalah suatu keadaan dimana lubang anus tidak
terbentuk.

Q44 Malformasi kongenital kantong empedu, saluran empedu dan hati


• Penyakit kuning atau jaundice merupakan suatu kondisi medis ketika terjadinya
perubahan warna menjadi kekuningan pada kulit, bagian putih dari mata, dan juga
membran mukosa seseorang. Penyakit kuning sendiri terjadi karena kadar bilirubin
dalam sirkulasi darah seseorang meningkat.
127
• Atresia Biliary adalah keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk / tidak
berkembang secara normal

Q50-Q56 : Malformasi kongenital pada organ-organ genital


• Kecuali: sindroma resistensi androgen (E34.5); sindroma femininasi testis (E34.5) dan
sindroma yang terkait dengan anomali jumlah dan bentuk kromosom (Q90-Q99)
• Q50 Malformasi kongenital ovarium, tuba fallopii dan ligamentum latum
• Q51 Malformasi kongenital uterus dan cervix
• Q52 Malformasi kongenital lain genitalia wanita
• Q53 Undescended testicle
• Q54 Hypospadia
• Q55 Malformasi kongenital lain organ genitalia pria
• Q56 Indeterminate sex dan pseudohermafroditism
Pengertian:
 Agenesis Vagina : tidak adanya vagina
• Atresia serviks : perkembangan yang tidak sempurna dari vagina bagian atas atau
uterus bagian bawah
• Pada anak laki-laki bisa ditemukan kelainan :
• Hipospadia : lubang penis yang terletak di batang, bukan ujung penis
• Epispadia : pembukaan saluran kencing (tabung tempat keluarnya urin dari
kandung kemih).
• Kriptorkismus adalah kondisi bayi laki-laki lahir tanpa salah satu atau kedua testis
(buah zakar) di kantung skrotum.
• Genitalis ambigus adalah pseudohermafrodit, kelamin bayi menjadi tidak jelas, yaitu
apakah dia laki-laki atau perempuan..

Q60-Q64 : Malformasi kongenital sistem perkemihan


• Q60 Agenesis ginjal dan defek reduksi ginjal lainnya
• Q61 Cystic kidney disease
• Q62 Cacat obstruktif kongenital pelvis ginjal dan malformasi kongenital ureter
• Agenesis ginjal (tidak terbentuknya ginjal) adalah suatu kondisi di mana seseorang
lahir dengan kehilangan salah satu atau kedua ginjalnya.
– Unilateral Renal Agenesis (URA) adalah tidak adanya satu ginjal.
– Bilateral Renal Agenesis (BRA) adalah tidak adanya kedua ginjal.
• Policystic kidney disease (PKD) adalah penyakit dimana sekelompok kista muncul di
dalam ginjal. Kista adalah benjolan jinak atau nonkanker yang berisi cairan
menyerupai air

Q65-Q79 : Malformasi dan deformasi kongenital sistem muskuloskeleton


• Q65 Deformitas kongenital panggul
• Q66 Congenital deformities of feet
• Q67 Deformitas muskuloskeleton kongenital pada kepala, muka, spina dan dada
• Q68 Deformitas kongenital muskuloskeleton lainnya
• Q69 Polidaktili
• Q70 Sindactili
• Q71 Cacad reduksi anggota atas
• Q72 Cacad reduksi anggota bawah
• Q76 Malformasi kongenital spina dan tulang rongga dada

Q77 Osteochondrodysplasia dengan cacad pertumbuhan tulang panjang dan vertebra


• Osteokondrodisplasia : tulang atau tulang rawan tumbuh abnormal
• Dwarfisme : penderita bertumbuh cebol
• Osteopetrosis : tulang menjadi bertambah padat karena tidak seimbangnya proses
pembentukan tulang dengan penghancuran tulang

128
Q78 Osteokhondrodisplasia lainnya
• Osteogenesis imperfekta : tulang rapuh dan penurunan massa tulang (osteopenia)
• Torticollis : terjadi akibat adanya tarikan otot pada tulang tengkuk, sehingga
menyebabkan adanya distorsi pada leher.
Q79 Malformasi kongenital sistem muskuloskeleton, not elsewhere classified
• Distrofi otot adalah penyakit pada otot yang ditandai dengan kelemahan dan
kemunduran yang progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.
• Atrofi otot = Otot mengecil = tidak terbentuk sebagaimana mestinya

Q80-Q89 : Malformasi kongenital lainnya


• Q80 Congenital ichthyosis
• Q81 Epidermolysis bullosa
• Q82 Malformasi kongenital kulit lainnya
• Q83 Malformasi kongenital mammae
Pengertian:
• Harlequin ichthyosis adalah penyakit genetik yang ditandai dengan kulit yang kering, menebal,
dan bersisik menyerupai sisik ikan.
• Epidermolisis bulosa (EB) adalah kelompok penyakit keturunan yang menyebabkan kulit
menjadi rapuh dan mudah melepuh. Lepuhan dapat terjadi akibat cedera ringan, paparan
cuaca panas, gesekan atau garukan
• Kelenjar Susu Politelia : Puting tambahan.
• Polimastia : suatu sisa garis putting susu yang terletak di tempat lain berkembang menjadi
kelenjar susu yang sempurna.
• Inverted nipple (putting terbalik) : ductus lactiferus bermuara kedalam lubang epitel yang asli,
gagal berbalik keluar menjadi putting.
• Rambut Hipertrikosis : pertumbuhan rambut yang berlebihan disebabkan oleh peningkatan
pembentukan folikel-folikel rambut, mungkin terbatas pada daerah-daerah tubuh tertentu
(daerah dorsal garis tengah) atau dapat pula diseluruh tubuh
• Atrikia : tidak adanya rambut secara bawaan

Q90-Q99 : Kelainan kromosom, yang tidak diklasifikasikan ditempat lain


• Q90 Sindroma Down
• Q91 Sindroma Edwards and Sindroma Patau
• Q92 Trisomi lain dan trisomi parsial pada autosome, n.e. c.
• Q93 Monosomi dan penghapusan dari autosom, n.e.c.
• Q95 Balanced rearrangements dan structural markers, n.e.c.
• Q96 Turner's syndrome
• Q97 Kelainan kromosom sex lainnya, fenotipe wanita, n.e.c.
• Q98 Kelainan kromosom sex lainnya, fenotipe pria, n.e.c.
• Q99 Kelainan kromosom lain, n.e.c
Pengertian
• Sindrom Down adalah kelainan genetik yang disebabkan ketika pembelahan sel
menghasilkan bahan genetik tambahan dari kromosom 21.
• Sindrom down menyebabkan penampilan wajah yang khas, cacat intelektual,
keterlambatan perkembangan, dan dapat terkait dengan tiroid atau penyakit jantung
• Kelainan trisomi adalah kelainan yang terjadi pada kromosom. Normalnya sel dalam
tubuh memiliki 23 pasang kromosom atau 46 buah. Pada kelainan trisomi terjadi
penambahan jumlah kromosom sehingga jumlah kromosom menjadi 47
• Turner syndrome atau sindrom Turner adalah kelainan genetik pada wanita yang
menyebabkan penderitanya bertubuh pendek dan mengalami gangguan kesuburan.

129
Latihan kasus
Tentukan lead term dank ode dibawah ini:
1. Hydrocephalus sejak lahir 6. Cheiloscizis keduanya
2. Spina bifida cervical dengan 7. Hypospadia perineral
hydrocephalus 8. Chimera 46.XX/46 XY
3. Katarak congenital 9. Celah langit2 medial
4. Ventriculer septal defect 10. Bayi lahir dengan katarak cortical,
congenital karena ibu kena rubella saat
5. Laryngocele hamil.

130
LATIHAN KASUS GENITOURINARIA
(Pertemuan ke 7)

Tujuan intruksional umum


Pada akhir perkuliahan, mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri kesesuaian
informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis, pemeriksaan
penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, dari kasus-kasus
gangguan atau penyakit urogenital sebagai dasar untuk mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan instruksional khusus:


1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan analisis dan menelusuri kesesuaian informasi dari kasus-
kasus urogenital.
2. Mahasiswa mampu melakukan dan menetapkan terminology, klasifikasi dan kodefikasi terkait
diagnosis, pemeriksaan penunjang dan tindakan dari gangguan atau penyakit genitourinaria.

Kegiatan Belajar : penugasan untuk dilakukan diskusi kasus.

PENUGASAN
– Pembagian kelompok mahasiswa terdiri 2 orang.
– Setiap kelompok menyelesakan 5 kasus
– Setiap kelompok menyampaikan hasil analisis kasus dan penetapan kode dengan langkah2nya.
– Kelompok yang lain memberikan tanggapan.

Kasus-kasus Urogenital
Type A
1. Tentukan lead term dan kodingnya dengan langkah-langkah yang jelas untuk diagnosis dan
pemeriksaan atau tindakandibawah ini !! (5)
a. Urinary Tract Infection disebabkan bakteri Proteus
b. Pemeriksaan USG dengan hasil Diagnosis Dysplasia pada prostat
c. Tindakan pengangkatan Prostate

2. Tentukan lead term dan kodingnya dengan langkah-langkah yang jelas untuk diagnosis dan
pemeriksaan atau tindakandibawah ini !! (5)
a. Vasitis karena Tuberkulosis
b. USG saluran kencing, dengan hasil diagnosis Cystitis iradiasi pasca prosedur
c. Tindakan pengangkatan tuba fallopii parsial untuk sterilisasi

3. Ny Y 49 tahun, keluhan nyeri perut hilang timbul. Kecing keluar darah 1 minggu. Pemeriksaan darah Hb
10 gr%, ureum dan creatinin normal. Pemeriksaan urine: kristal positif banyak dan sel darah.
Pemeriksaan IVP menunjukkan hidronephrosis kiri ringan dan batu ureter kiri, eksresi dan sekresi
kedua ginjal baik. Diagnosis : hydronephrosis dengan batu di ureter kiri dan diagnosis komplikasi
anaemia. Diberikan obat untuk penghancur batu dan obat anaemia.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!

4. Bpk Dd umur 50 tahun, keluhan sering sulit kencing, dan semalam tidak dapat kecing. Pemeriksaan
perut bawah: kandung kemih penuh. Diagnosis sementara retensio urine. Dilakukan kateterisasi urine.
Kemudian dilakukan USG menunjukkan ada batu pada prostate. Diagnosis: calculus prostate dengan
komplikasi retensio urine. Tindakan insisi prostate untuk mengambil batu
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

131
5. Ibu NN 25 tahun, keluhan sering nyeri pada perut bagian bawah kiri, kadang-kadang kolik, sering keluar
keputihan warna kekuningan. Dilakukan USG menunjukkan ada radang pada tuba fallopii dan vagina.
Pemeriksaan laboratorium cairan vagina menunjukkan bakteri Escherichia Coli positif. Diagnosis utama
radang tuba fallopii dan radang vagina karena Escherichia Coli positif
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis yang lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!

Type B
6. Tentukan lead term dan kodingnya dengan langkah-langkah yang jelas untuk diagnosis dan
pemeriksaan atau tindakandibawah ini !! (5)
a. Infeksi saluran kemih karena Escherichia coli
b. Pemeriksaan USG dengan hasil diagnosis Inkompetensia pada servix uteri
c. Tindakan pengangkatan uterus

7. Tentukan lead term dan kodingnya dengan langkah-langkah yang jelas untuk diagnosis dan
pemeriksaan atau tindakandibawah ini !! (5)
a. Salpingitis dan oophoritis kronis disebabkan Staphylococcus
b. Gangguan renal-tubulo interstisil karena toxoplasma
c. Tindakan vasectomy untuk sterilisasi (KB) pada pria

8. Bpk Bj 45 tahun, keluhan pinggang sering sakit. Pemeriksaan foto rontgent abdomen: ada batu di ginjal.
Pemeriksaan Intra Vena Pyelografi (IVP) : batu pada ginjal kanan, radang pada ginjal kanan, filtrasi
urine masih bagus. Pemeriksaan urine : kristal banyak. Diagnosis: Neprolithiasis dan Nephritis chronis,
belum siap operasi sehingga diberikan obat penghancur batu dan mengatasi infeksi ginjal.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!

9. Seorang laki–laki umur 17 tahun, badan meriang, ada benjolan pada scrotum, scrotum merah dan
nyeri saat diperiksa, teraba ada cairan di scrotum. Kemudian dilakukan pengambilan cairan scrotum
atau aspirasi percutan dari hydrocele. Cairan yang diambil diperiksa laboratorium menunjukkan adanya
infeksi streptococcus positif. Diagnosa Hydrocele dengan infeksi testis karena streptococcus
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnose utama kasus tersebut!!
b. Kode yang tepat dari diagnosis komplikasi kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari Pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan dari kasus tersebut !!

10. Ibu Df umur 36 tahun mempunyai 5 anak, sering nyeri pada perut bagian, sering terasa mengganjal
pada daerah perut bawah, bila mentruasi banyak. Penderita pucat dan lemah, USG menunjukkan
incomplete prolapsus uterovaginal derajad satu. Pemeriksaan darah menunjukkan Hb 10 gr %
Diagnosis utama Incomplete Prolapsus uteri derajad satu, dan diagnosis lain anaemia. Kemudian
dilakukan perbaikan (repair) dari inversion uterus.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

Type C
11. Tentukan lead term dan kodingnya dengan langkah-langkah yang jelas untuk diagnosis dan
pemeriksaan atau tindakandibawah ini !! (5)
a. Vulvovaginitis kronik disebabkan Escherichia coli
b. Stricture pada vas deferens kemudian dilakukan repair dari vas deferens
c. Tindakan pengangkatan ovarium kiri

132
12. Anak laki-laki, 3 tahun, Anamnesa: keluhan bila kencing menangis, masih menggunakan pampers.
Pemeriksaan menunjukkan kulit kulup penis (preputium) tidak bisa ditarik kebelakang, kepala penis
merah. Pemeriksaan urine: kuman Escherichia Coli positif. Diagnosis utama Phymosis dengan
diagnosis komplikasi Balanoposthitis karena Escherichia Coli. Diberikan pengobatan infeksi dan
dilakukan operasi pengambilan kulup pada kepala penis.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis komplikasi pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari Pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

13. Anak Ali umur 5 tahun, keluhan sering lemes dan bengkak kedua pelupuk mata. Tensi 110/90.
Pemeriksaan urine protein positif. Pemeriksaan darah: albumin darah turun, creatinin dan ureum
normal, Hb 10 gr%. Pemeriksaan USG menunjukkan Diffuse membranous glomerulonephritis
Diagnosis : neprotic syndrome congenital dengan komplikasi anaemia.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!

14. Ny KK umur 30 tahun, keluhan nyeri perut bagian bawah kiri, haid sering tidak teratur. Bila kencing
sering sakit dan keluar sedikit-sedikit. Dilakukan USG menunjukkan cysta ovarium kiri mendesak
kandung kemih. Pemeriksaan urine rutin menunjukkan leucocyt dan erytrocyt positif. Diagnose utama:
Cysta ovarium dan diagnosis komplikasi infeksi kandung kemih. Dilakukan pengangkatan cysta dan
obat antibiotic untuk mengatasi infeksi.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis komplikasi pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

15. Ny Z umur 25 tahun, keluhan nyeri perut kanan bawah, demam, muntah, sering keluar cairan putih dari
vagina dan berbau amis. Pemeriksaan USG abdomen: ada peradangan pelvic. Pemeriksaan cairan
vagina : kuman gonorhoe ++. Diagnosis: vulvovaginitis dan peradangan pelvic karena gonorrhoe.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis yang lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!

Tipe D
16. Tentukan lead term dan kodingnya dengan langkah-langkah yang jelas untuk diagnosis dan
pemeriksaan atau tindakandibawah ini !! (5)
a. Furuncle pada vulva karenabakteri Staphylococcus aureus
b. Dilakukan USG menunjukkan diagnosis Abses pada kandung kemih
c. Tindakan pemasangan kateter untuk keluarkan urine dari kandung kemih

17. Tn Mr 56 tahun, keluhan perut bawah sakit, tidak bisa keluar kencing semalam kemudian dipasang
kateter berdarah. Pemeriksaan retrograde cystourethrogram menunjukkan penyempitan uretra.
Pemeriksaan urine rutin menunjukkan infeksi pada kandung kemih. Diagnose: stricture uretra, cystitis,
dan trauma pada uretra. Pengobatan untuk mengatasi infeksi
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!

18. Tn Sg 45 tahun, keluhan nyeri perut lebih 3 hari, terasa kenceng2 dan sakit. Untuk kencing panas dan
sangat nyeri dan sering sulit kencing. Pemeriksaan fisik: daerah scrotum merah, nyeri tekan pada perut
bawah dan keluar secret putih dari uretra. Pemeriksaan secret uretra dengan hasil kuman gonorhoe
positif. Diagnose: radang uretra dan epididymis serta prostatitis karena Gonorrhoe.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
133
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari Pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!

19. Seorang pasien wanita umur 36 tahun dengan keluhan bila haid sakit dan sangat banyak. Dilakukan
pemeriksaan USG menunjukkan adanya Myoma uteri. Dilakukan pemeriksaan darah menunjukkan Hb
10 gr % yang berarti ada diagnosis komplikasi anaemia. Maka dirawat dengan diagnosi utama Myoma
uteri, dan diagnosis komplikasi anaemia. Kemudian dilakukan laparoscopi dengan pengangkatan uterus
supra cervical.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis komplikasi pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

20. Ibu Nk umur 30 tahun, sering mengeluh perut bagian bawah kanan nyeri. . dan sudah menikah 10
tahun belum mempunyai anak. Mentruasi lancar. Dilakukan pemeriksaan USG menunjukkan tuba
falopii infeksi dan terdapat endometriosis yang menempel pada tuba fallopii.Pemeriksaan darah Hb 10
gr%. Diagnosis: Infeksi tuba fallopii dan endometriosis dengan komplikasi anaeima
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis yang lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!

Type E
21. Tentukan lead term dan kodingnya dengan langkah-langkah yang jelas untuk diagnosis dan
pemeriksaan atau tindakandibawah ini !! (5)
a. Bartholinitis karena virus kondiloma akuminata
b. DiagnosaUtama : Benign Prostatic Hyperplasia, Tindakan : Transurethral electro vaporization
prostat
c. Tindakan cuci darah

22. Tn KN 50 tahun, sudah 1 bulan sering pusing dan muntah, kaki bengkak. Pernah sebelumnya
didiagnosis dokter gangguan ginjal tetapi tensi masih bagus. Pemeriksaan tensi 180/110 mmHg,
Dilakukan pemeriksaan darah: Hb 8 gr%, Ureum tinggi kreatinin tinggi. Diagnosis: gagal ginjal kronis
dengan hipertensi. komplikasi anaemia, dilakukan cuci darah dan transfuse darah.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5)
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

23. Tn A umur 65 tahun, keluhan 3 bulan kencing sulit dan sering sakit. Pemeriksaan USG menunjukkan
pembesaran kelenjar prostat dengan retensio urine. Diagnosis hypertropi prostate dengan retensi urine.
Dilakukan pemasangan kateter untuk mengeluarkan urine, kemudian dilakukan operasi pengangkatan
prostat melalui suprapubic atau transvesical
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

24. Ibu An umur 37 tahun, pucat, mengeluh nyeri perut bagian bawah khususnya saat haid, haid tidak
lancar, hasil. Pemeriksaan darah Hb 10 gr%. Pemeriksaan USG didapatkan ada endometrium
menempel di ovarium. Diagnose utama endometriosis pada ovarium dengan komplikasi anaemia.
Kemudian dilakukan tindakan :laparosopy resection pada ovarium
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5)
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis komplikasi pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari dua pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

134
25. Ibu My umur 35 tahun punya anak 3. 1 tahun terakhir bila mentruasi sering banyak dan sakit sekali.
Kencing sering tidak lancar. Semalam belum kencing dan perut sakit. Dilakukan pemeriksaan perut
bawah: kandung kencing penuh, Diagnosis sementara retensio urine. Kemudian dipasang kateter untuk
mengeluarkan kencing. Pemeriksaan USG pada uterus menunjukkan ada Myoma yang cukup besar
yang menekan kandung kemih. Diagnosis: Myoma uteri dengan retensio urine. Kemudian dilakukan
Laparoscopic supracervical hysterectomy [LSH]
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

Type F
26. Tentukan lead term dan kodingnya dengan langkah-langkah yang jelas untuk diagnosis dan
pemeriksaan atau tindakandibawah ini !! (5)
a. Prostatocystitis disebabkan infeksi Escherichia Coli
b. Gagal ginjal stadium akhir dan dilakukan cuci darah
c. Biopsi jaringan testis

27. Tn As umur 25 tahun, keluhan pusing, mual dan muntah, sering nyeri pinggang, dan hari ini pinggang
nyeri sekali. Pemeriksaan USG saluran kencing:ada batu pada ginjal dan hidronephrosis.Pemeriksaan
urine: ada kristal banyak. Diagnosis: baru ginjal dengan hidroneprosis. Dilakukan
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) untuk memecah batu pada ginjal,.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari Pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

28. Tn AA 28 tahun, bila kencing sakit, dan sering kencing. Pemeriksaan penis terdapat lesi atau luka pada
kulit penis yang tidak sakit dan ada nanah yang keluar dari penis. Cairan nanah diperiksa kuman
Gonorhoe +++. Pemeriksaan apusan lesi di kulit penis untuk diperiksa kuman sifilis ternyata +++.
Pemeriksaan darah : VDRL positif. Diagnosis: uretritis gonorhoe, dan syphilis. Kemudian diberikan obat
untuk Gonorhoe dan sekaligus untuk siphilisnya.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari Pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!

29. Ibu Bn umur 37 tahun, mengeluh nyeri perut kanan bawah, sering demam, saat haid sangat nyeri dan
haid tidak lancar. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan polyp pada endometrium, dan pembengkaan
tuba fallopii kanan. Pemeriksaan darah rutin : leucocyt tinggi, LED tinggi menunjukkan infeksi.
Diagnosis : Polyp pada endometrium dengan radang pada tuba fallopii. Kemudian dilakukan operasi
partial pada uterus untuk mengambil polyp tersebut.
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari Pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
d. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

30. Ibu VS umur 40 tahun, mengeluh ada benjolan di payudara kanan atas. Pemeriksaan payudara teraba
benjolan sebesar kelereng mudah digerakkan dan tidak nyeri. Pemeriksaan mammografi payudara
kanan: menunjukkan ada benjolan sebesar kelereng terlokalisir dan tidak menyebar,. Kemudian
dilakukan biopsy tertutup. Hasil pemeriksaan Patology Anatomi menunjukkan Fibroadenosis dari
payudara. Diagnosis: Fibroadenosis payudara. Kemudian dilakukan pengangkatan benjolan (excisi)
Tentukan dengan langkah-langkah yang jelas untuk (5):
a. Kode yang tepat dari diagnosis utama pada kasus tersebut !!
b. Kode yang tepat dari pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut !!
c. Kode yang tepat dari tindakan pada kasus tersebut !!

135
LATIHAN KASUS
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, PERINATAL-NEONATAL, KELAINAN KONGENITAL
(Pertemuan ke 13 DAN 14)

Tujuan intruksional umum


Pada akhir perkuliahan, mahasiswa D3 RMIK diharapkan mampu menganalisis dan menelusuri kesesuaian
informasi penunjang diagnosis untuk melakukan klasifikasi dan kodefikasi diagnosis, pemeriksaan
penunjang dan tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM secara akurat, dari kasus-kasus
gangguan atau penyakit urogenital sebagai dasar untuk mencapai kompetensi clinical coder.

Tujuan instruksional khusus:


1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan analisis dan menelusuri kesesuaian informasi dari kasus-
kasus kehamilan, persalinan, nifas, perinatal-neonatal, kelainan kongenital
2. Mahasiswa mampu melakukan dan menetapkan terminology, klasifikasi dan kodefikasi terkait
diagnosis, pemeriksaan penunjang dan tindakan dari gangguan atau penyakit kehamilan, persalinan,
nifas, perinatal-neonatal, kelainan kongenital

Kegiatan Belajar : penugasan untuk dilakukan diskusi kasus.

PENUGASAN
– Pembagian kelompok mahasiswa terdiri 2 orang.
– Setiap kelompok menyelesakan 5 kasus
– Setiap kelompok menyampaikan hasil analisis kasus dan penetapan kode dengan langkah2nya.
– Kelompok yang lain memberikan tanggapan.

Kasus kehamilan
1. Ibu Bulan hamil 4 bulan datang ke dokter spesialis kebidanan, keluar darah dengan jaringan kecil-kecil.
Hasil pemeriksaan USG menunjukkan tidak ada janin dalam uterus, Pemeriksaan Hb 7 gr%. Diagnosa
hamil anggur dengan komplikasi anaemia, kemudian oleh dokter dilakukan kuretase dan dilakukan
transfuse darah.
Pertanyaan:
a. Apa pengertian hamil anggur
b. Tentukan lead term dan kode diagnosa utama tersebut dengan langkahnya !!
c. Tentukan lead term dan kode diagnosa lain pada kasus tersebut dengan langkahnya !!
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan serta tindakan pada kasus tersebut dengan
langkahnya !!.

2. Ibu SR 25 tahun dengan keluhan terlambat haid 2 bulan. Sudah mempunyai anak 1 orang dan
melahirkan sekali, belum pernah abortus. Kemudian dilakukan test urine untuk kehamilan dan ternyata
positif. Dua minggu yang lalu pernah keluar darah sedikit, perut sakit semalam, tetapi sudah hilang
sakitnya dan sudah tidak keluar darah dan perut tidak bertambah besar. USG : missed abortion.
Diagnosis Missed Abortion. Dilakukan kuretase
Pertanyaan:
a. Apa pengertian Missed abortion?
b. Bagaimana penulisan kasus tersebut dengan G… P … A …
c. Tentukan lead term kode diagnosa utama kasus tersebut dengan langkahnya !!
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan serta tindakan.

3. Ibu Ami 20 tahun, G1P0A0 hamil 3 bulan, sudah pernah periksa kehamilan. Keluhan 3 minggu yang
lalu pernah keluar darah, perut sakit semalam, tetapi sekarang tidak keluar darah, tetapi perut tidak
bertambah besar. Pemeriksaan USG menunjukkan missed abortion. Pemeriksaan darah Hb 10 gr%,
pemeriksaan trombocyt darah 160.000. Diagnosis Missed Abortion dengan Anaemia. Dilakukan
curettage.
Pertanyaan
a. Apa pengertian Missed abortion?
b. Apa maksud G1P0A0 ?
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama kasus tersebut dengan langkahnya !!
d. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain kasus tersebut dengan langkahnya !!
e. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan penujang, dan tindakan dengan langkahnya !!

136
4. Ibu Ami 25 tahun dengan G1P0A0 hamil 3 bulan, dan sudah pernah periksa kehamilan. Keluhan 2
minggu yang lalu pernah keluar darah sedikit, perut sakit semalam, tetapi sudah hilang sakitnya. Saat
ini sudah tidak keluar darah dan tidak sakit, tetapi perut tidak bertambah besar. Pemeriksaan USG
menunjukkan missed abortion. Pemeriksaan darah HB 12 gr%, trombocyt darah 90.000 (normal
150.000). Diagnosis Missed Abortion dengan thrombocytopenia. Kemudian dilakukan transfuse
trombocyt, sampai trombocyt normal, dilanjutkan curettage.
Pertanyaan
a. Apa pengertian diagnosis utama pada kasus ibu tersebut?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama kasus tersebut dengan langkahnya !!
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain kasus tersebut dengan langkahnya!!
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan penunjang dan tindakan dengan langkahnya !!

5. G3P2A0, 30 tahun datang dengan keluhan keluar bercak-bercak darah dari kemaluan. Usia kehamilan
18 minggu. Pemeriksaan Hb 10,5 gr%. Diagnosis: ancaman abortus dengan anaemia. Dokter
menyarankan untuk istirahat dengan pemberian makanan bergizi. Perlu evaluasi kondisi kandungan.
Pertanyaan:
a. Apa diagnosis utama kasus tersebut, dan apa pengertiannya.?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosa utama kasus tersebut dengan langkahnya !!
c. Tentukan lead term dan kode diagnosa lain kasus tersebut dengan langkahnya !!
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan kasus tersebut dengan langkahnya !!.

6. Ibu Ami 25 tahun dengan G1P0A0 hamil 3 bulan, dan sudah pernah periksa kehamilan. Keluhan 2
minggu yang lalu sakit perut, keluar darah sedikit-sedikit sampai saat ini, disertai gumpalan seperti
daging. Pemeriksaan USG menunjukkan masih ada bagian janin yang belum keluar. Pemeriksaan
darah Hb 10 gr%, Diagnosis Abortion tidak lengkap dengan Anaemia. Dilakukan curettage.
Pertanyaan
a. Apa pengertian diagnosis utama pada kasus ibu tersebut?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama dengan langkahnya !!
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain dengan langkahnya!!
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan penujang,dan tindakan dengan langkahnya !!

7. Ibu S 20 tahun belum pernah hamil, datang 30 Mei 2020, keluhan bila makan dan minum akan muntah
terus menerus, lemes, terlambat haid. Hari pertama haid terakhir 25 maret /2 April 2020. Tensi 100/60,
tanda dehidrasi. Pemeriksaan test urine Positif hamil. USG: hamil 8 minggu. Pemeriksaan Hb 10
gr%. Diagnosis: Hyperemesis gravidarum dengan anaemia dan dehidrasi. Dilakukan perawatan
mengatasi dehidrasi, dan pemberian makanan yang meminimalkan muntah.
Pertanyaan:
a. Apa pengertian dari hyperemesis gravidarum ?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama kasus tersebut dengan langkahnya?
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain pada kasus tersebut dengan langkahnya?
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan pada kasus tersebut dengan langkahnya !!.

8. Ibu AA 38 tahun, G4P2A1, keluhan pusing, kaki bengkak, kencing berbusa serta tensi 160/90mmHg
dan usia kehamilan 8 bulan. Pasien sebelum hamil tidak ada riwayat hipertensi. Dilakukan
pemeriksaan urine : protein urine positif. Pemeriksaan fundus uteri hamil 32 minggu, DJJ positif,
normal dan teratur, gerak janin positif. Pemeriksaan USG: bayi normal, Diagnosis: Pre-eklamsi
sedang. Dilakukan perawatan intensif.
Pertanyaan:
a. Apa yang dimaksud dengan G4P2A1 ?
b. Apa diagnosis utama kasus tersebut, dan apa pengertiannya.?
c. Tentukan lead term dan kode diagnosa utama tersebut dengan langkahnya !!
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan pada kasus tersebut dengan langkahnya !!.

9. Ibu H 35 tahun hamil ketiga, datang ke RS sudah kenceng2 untuk melahirkan. Sebelumnya pernah
melahirkan membuka perut. Untuk persalinan ini dilakukan dengan membuka perut. Diagnosis:
persalinan SC karena pernah SC, lahir bayi perempuan satu hidup.
Pertanyaan :
a. Tentukan lead term dan kode diagnosa utama pada kasus tersebut ?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain pada kasus tersebut !!
c. Tentukan lead term dan kode tindakan pada kasus tersebut

137
10. Ibu Ali 40 th G5P3A1 hamil 32 minggu, keluhan 2 minggu terakhir bila kenceng keluar darah cukup
banyak. Pemeriksaan : keluar darah dari vagina saat ada kontraksi uterus. Pemeriksaan Hb 10,5 gr%,
USG: plasenta total menutupi cervix. Diagnosis utama Plasenta previa total dengan komplikasi
Anaemia. Dilakukan istirahat total.
Pertanyaan
a. Apa yang dimaksud dengan G5P3A1 ?
b. Apa diagnosis utama kasus tersebut, dan apa pengertiannya.?
c. Tentukan lead term dan kode diagnosa utama tersebut dengan langkahnya !!
d. Tentukan tentukan lead term dan kode diagnosa lain kasus tersebut dengan langkahnya !!
e. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan kasus tersebut dengan langkahnya !!.

Kasus Bayi
1. Seorang bayi dilahirkan oleh ibu yang menderita stenosis trikuspidal, dengan berat 2300 gr, menangis
kuat.
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada bayi baru lahir !!
b. Tentukan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !!.

2. Seorang bayi dilahirkan dengan sectio cesaria oleh ibu yang menderita gagal ginjal kronik. Umur hamil
32 minggu berat 2000 gr.
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada bayi baru lahir !!
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !!.

3. Seorang bayi dilahirkan oleh ibu dengan bayi kembar tiga, dilakukan operasi buka perut untuk
melahirkan.
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada bayi baru lahir !!
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !!.

4. Seorang bayi lahir di Rumah Sakit dari ibu hamil 32 minggu dengan plasenta previa, dan proses
kelahiran dilakukan operasi section caesaria. Bayi lahir dengan Berat Bayi 2000 gr, menangis kuat.
a. Tentukan kode tindakan persalinan pada kasus ibu !!
b. Tentukan kode diagnosis utama pada kasus bayi tersebut !!
c. Tentukan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !!

5. Seorang bayi yang lahir berat badan 5000 gr, dilakukan operasi membuka perut untuk melahirkan
bayinya
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada bayi baru lahir !!
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !!.

6. Seorang bayi lahir mengalami trauma pada tulang tengkorak ketika ibu melahirkan dibantu dengan
forcep.
Tentukan lead term dan kode diagnosa pada pasien tersebut ?

7. Seorang bayi yang lahir dari seorang ibu dengan diabetes gestational, hasil pemeriksaan USG ibu
ternyata bayi besar. Kemudian dilakukan operasi membuka perut untuk melahirkan bayi, berat bayi lahir
5000 gr.
a. Tentukan kode diagnosis utama pada bayi baru lahir !!
b. Tentukan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !!.

8. Alenka dilahirkan oleh ibu menjalani proses kelahiran yang sulit yaitu partus lama, sehingga harus
mendapat pertolongan persalinan dengan vakum ekstraksi. Akibatnya ia menderita memar (bruise) di
kulit kepalanya.
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada bayi baru lahir tersebut !
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada bayi baru lahir !

9. Bayi Nn umur 6 hari, kuning sudah 2 hari. Pemeriksaan : kulit & mata kuning. Pemeriksaan darah
bilirubin (+), pemeriksaan urine bilirubin (+). Diagnosis: Icterus neonatorum. Dilakukan phototherapy
untuk bayi baru lahir.
Pertanyaan:
a. Apa pengertian icterus neonatorum ?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama kasus tersebut !!
c. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan dan tindakan kasus tersebut !!
138
10. Seorang bayi baru lahir dari seorang ibu G2P1A0 hamil 40 minggu, umur 30 tahun, ibu sering alcohol.
Bayi berat lahir 2100 gram, panjang badan 47 cm, jenis kelamin wanita. Diagnosa oleh dokter BBLR.
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada bayi baru lahir tersebut !
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada bayi baru lahir !

Kasus Ibu dan Bayi baru lahir


1. Ibu L 40 tahun hamil 32 minggu, keluhan pusing, nyeri kepala, mual. Pemeriksaan tensi 160/90,
pemeriksaan urine protein +++, kaki bengkak. Diagnose utama: pre-eklamsi. Kondisi ibu semakin
kurang baik, kemudian dilakukan proses persalinan section caesaria. Bayi lahir satu dengan berat
bayi 2000 gr, APGAR score 6-7-9. Dilakukan Pada DRM bayi dengan Diagnosis utama asfiksia
sedang, BBLR, diagnosis lain sesuai kondisi ibu.
Kasus ibu
a. Jelaskan pengertian dari diagnosis utama pada kasus ibu tersebut? 
b. Tentukan lead term dan koding yang tepat dari diagnosis utama dengan langkah-langkahnya.
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain dengan langkahnya!!
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan penunjang kasus tersebut !!
e. Tentukan lead term dan kode tindakan pada kasus tersebut !!
Kasus bayi:
a. Jelaskan pengertian dari diagnosis utama pada kasus bayi tersebut?
b. Tentukan lead term dan koding yang tepat dari diagnosis utama kasus bayi dengan langkah-
langkahnya.
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain dengan langkahnya!!

2. Ibu Cicik 35 th G4P3A0 hamil 34 minggu, keluhan 2 minggu terakhir sering kenceng dan keluar darah
cukup banyak. Pemeriksaan : keluar darah cukup banyak dari vagina terutama saat ada kontraksi
uterus. Pemeriksaan Hb 8 gr%, USG: plasenta total menutupi cervix. Diagnosis utama Plasenta previa
total dengan komplikasi Anaemia. Dilakukan transfusi darah dan istirahat total. Selama dalam
perawatan kenceng makin sering dan teratur dengan perdarahan cukup banyak, kemudian dilakukan
operasi untuk melahirkan bayinya. Bayi lahir menangis kuat dengan berat 2000 gr.
Kasus Ibu
a. Apa diagnosis utama kasus tersebut, dan apa pengertiannya.?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosa utama tersebut dengan langkahnya !!
c. Tentukan tentukan lead term dan kode diagnosa lain kasus tersebut dengan langkahnya !!
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan dan tindakan kasus tersebut dengan langkahnya !!.
Kasus bayi:
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus bayi tersebut !!
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !!

3. Ny Tata umur 20 tahun, G1PoAo hamil 34 minggu dengan ketuban pecah dini, dan ternyata tali pusat
menumbung. diagnosis ketuban pecah dini dan tali pusat menumbung.Akhirnya dilakukan tindakan
section caesaria dengan harapan bayi bisa tetap hidup. Kondisi Bayi lahir hidup dengan berat bayi
hanya 2100 gram.
Kasus ibu
a. Apa pengetian dari ketuban pecah dini?Apa pengertian tali pusat menumbung ?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus ibu tersebut!!
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus ibu tersebut !!
d. Tentukan lead term dan kode tindakan pada kasus ibu !!
Kasus bayi
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada bayi baru lahir tersebut !!
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada bayi baru lahir tersebut !

4. Ibu 30 tahun G3P2A0 datang dalam keadaan inpartu lebih dari 12 jam bayi belum keluar. Periksa
gula darah tinggi. Pemeriksaan USG : bayi besar. Diagnosis ibu partus lama dengan diabetes
gestational. Dilakukan operasi membuka perut untuk melahirkan bayi. Kondisi bayi lahir hidup
dengan berat 4500 gr. Dilakukan pemeriksaan gula darah pada bayi dengan hasil Bayi mengalami
hypoglycemia dan diberikan pemberian glucose segera.
Kasus ibu:
a. Apa diagnosis utama kasus tersebut, dan apa pengertiannya.?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus ibu !!
c. Tentukan lead term dank ode diagnosis lain pada kasus ibu tersebut
139
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan pada kasus ibu !!
e. Tentukan lead term dan kode tindakan pada kasus ibu.
Kasus bayi
f. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada bayi baru lahir !!
g. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !!.
h. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan penunjang pada kasus bayi tersebut !

5. Ibu Dini 34 tahun G4P3Ao, hamil 40 minggu, dalam proses melahirkan dirumah ditolong dukun bayi.
Penderita datang dengan sangat kesakitan dibagian perut, dan hasil pemeriksaan dokter didapatkan
uterus mengalami rupture. Hb 8 gr%, Diagnosis: Ruptur uterus selama persalinan dengan anaemia.
Kemudian dilakukan pengangkatan uterus. Kemudian dilakukan transfuse darah pada ibu. Bayi
meninggal sebelum lahir.
Kasus ibu
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus ibu tersebut
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain pada kasus tersebut !
c. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan dan tindakan pada kasus ibu tersebut !
Kasus bayi
d. Tentukan lead term dan kode diagnosis pada bayinya !!.

6. Ibu EE 24 tahun hamil pertama 9 bulan, datang ke RS untuk melahirkan. Posisi bayi letak kepala,
tanda2 persalinan. Dilakukan pelebaran jalan lahir dengan membuat irisan pada perineum, persalinan
spontan, lahir bayi satu, hidup. Diagnosis: persalinan aterm, letak kepala, spontan, Ternyata bayi
mengalami bibir sumbing.
Kasus ibu
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus ibu tersebut !
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus ibu tersebut !
c. Tentukan lead term dan kode tindakan pada kasus ibu tersebut!
Kasus bayi
d. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus bayinya tersebut! !

7. Ibu KM hamil 40 minggu, ke RS karena perut sakit, keluar darah dan lendir, pembukaan cervix
lengkap. Setelah 15 jam tidak ada kemajuan persalinan, his lemah. Diagnosa: partus lama dg
atonia uteri. Dilakukan induksi oksitoxin. Setelah 1 jam, persalinan pervaginam, bayi satu hidup BB
3500 gr, menangis kuat.
Kasus Ibu
a. Tentukan lead term dan kode diagnosa pada pasien tersebut, dengan langkahnya !!
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis yang lain dari kasus tersebut dengan langkahnya !!
c. Tentukan lead term dan kode tindakan pada kasus ibu tersebut diatas.
Kasus bayi:
d. Tentukan lead term dan kode diagnosis kasus bayi tersebut dengan langkahnya !!.

8. Lydia 31 tahun G3P2Ao dirawat inap pada tanggal 15 Maret 2020 dengan keluhan perut sudah besar
belum merasa mau melahirkan. Dilakukan anamnesa: Hari pertama haid terakhir 20 Mei 2019.
Diagnosis : kehamilan lebih 42 minggu (serotinus). Kemudian Dokter melakukan upaya memacu
(induksi) dengan pemberian oxytocin. Setelah 15 jam bayi belum lahir, dan mengalami kesulitan
mengejan, sehingga dilakukan tindakan vacum ekstraksi untuk membantu proses persalinan bayi.
Bayi lahir laki-laki hidup berat 3500 gr, menangis kuat.
Kasus Ibu:
a. Kapan seharusnya Hari Perkiraan Lahir (HPL) dari kasus tersebut?
b. Jelaskan pengertian dari diagnosis utama pada kasus ibu tersebut?
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus ibu !!
d. Tentukan lead term dan kode disgnosis lain pada ibu !!
e. Tentukan lead term dan kode tindakan diagnosis pada kasus ibu !!
Kasus bayi
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis pada bayi tersebut !

9. Ibu DS 26 tahun G2P1A0, datang ke IGD dengan keluar cairan rembes dari jalan lahir, kenceng-
kenceng teratur sejak 8 jam lalu. Hamil 34 minggu, posisi kepala sudah masuk panggul, pembukaan
cervix uteri lengkap. Diagnosis: Proses persalinan kala 2, pre-term, spontan pervaginam. Bayi lahir
hidup berat 2000 gr, panjang 30 cm, APGAR 5-6-7. Diagnosis bayi : premature, BBLR, Aspiksia
sedang. Dirawat di PICU untuk perkembangan.
140
Kasus Ibu:
a. Jelaskan pengertian dari diagnosis utama pada kasus ibu tersebut?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus ibu !!
c. Tentukan lead term dan kode disgnosis lain pada ibu !!
d. Tentukan lead term dan kode tindakan diagnosis pada kasus ibu !!
Kasus bayi
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis pada bayi tersebut !

10. Ibu Ginem umur 35 tahun G3P2A0 dengan umur kehamilan 39 minggu, datang ke rumah sakit untuk
melahirkan, karena pada proses persalinan sebelumnya dilakukan membuka perut. Hasil pemeriksaan
bayi letak sungsang, Diagnosis: persalinan aterm, pernah sectio cesaria, letak sungsang. Proses
persalinan dengan bantuan membuka perut. Lahirkan bayi perempuan satu dengan berat 4500 gr.
Kasus Ibu:
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus ibu !!
b. Tentukan lead term dan kode disgnosis lain pada ibu !!
c. Tentukan lead term dan kode tindakan pada kasus ibu !!
Kasus bayi
d. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus bayi baru lahir !!
e. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi baru lahir !

11. Seorang wanita umur 40 tahun G3P2A0 hamil 34 minggu, dengan keluhan tiba-tiba nyeri pada perut
dan perut cepat membesar dan tegang, pucat, lemas. Dilakukan pemeriksaan USG menunjukkan
abruption plasenta. Pemeriksaan Hb 8 gr%. Denyut jantung janin lemah. Diagnose utama: Abruptio
Plasenta dengan komplikasi anaemia serta fetal distress. Kemudian dilakukan operasi Sectio cesaria,
bayi satu laki-laki, APGAR scor 7-8-10, Berat bayi 2100 gr.
Kasus ibu:
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus ibu tersebut !!
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain pada kasus ibu tersebut !!
c. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan penunjang pada kasus ibu tersebut !!
d. Tentukan lead term dan kode tindakan pada kasus ibu tersebut !!
e. Tentukan diagnosis utama dan diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut serta tentukan
kodenya !!
Kasus bayi:
f. Tentukan lead term dan kode diagnosis kasus bayi tersebut dengan langkahnya !!.

12. Ibu Dn 40 tahun G3P2A0 hamil 34 minggu, dengan keluhan tiba-tiba nyeri perut dan perut cepat
membesar dan tegang, pucat, lemas. Dilakukan pemeriksaan USG menunjukkan abruption plasenta.
Pemeriksaan Hb 8 gr%. Denyut jantung janin lemah. Diagnose utama: Abruptio Plasenta dengan
komplikasi anaemia serta fetal distress. Kemudian dilakukan operasi Sectio cesaria, bayi satu laki-laki,
APGAR scor 5-6-8, Berat bayi 2100 gr.
Kasus Ibu
a. Apa pengertian diagnosis utama pada kasus ibu tersebut?
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama kasus ibu tersebut dengan langkahnya !!
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain pada kasus ibu tersebut dengan langkahnya !!-
d. Tentukan lead term dan kode pemeriksaan penunjang kasus ibu dengan langkahnya !!
e. Tentukan lead term dan kode tindakan pada kasus ibu dengan langkahnya !!
Kasus bayi
f. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus bayi tersebut !!
g. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !!

Kelainan congenital
1. Seorang anak 8 tahun dengan kelainan bibir dan langit-langit sumbing pada bagian medial. Dan terjadi
komplikasi radang khonis pada hidung. Kemudian dilakukan operasi untuk memperbaiki kondisi
sumbing pada langit-langit dan bibir tersebut
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus tersebut!!
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis komplikasi pada kasus tersebut !!
c. Tentukan lead term dan kode tindalan pada kasus tersebut !!.

2. Rafael 3 th menderita Syndroma Down dengan kelainan kromosom Trisomy 21, tipe mitotic
nondisjunction. Datang ke RS karena sesak nafas. Dilakukan foto thorax dengan hasil
bronchopneumonia. Diagnosis utama bronchopneumonia dan diagnosis lain Down syndrome.
141
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus tersebut !
b. Tentukan lead term dan kode tindakan pemeriksaan pada kasus tersebut !
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis lain pada kasus tersebut !

3. Seorang bayi dilahirkan oleh ibu yang menderita gagal ginjal kronik. Bayi lahir dengan berat badan
2500 gr, APGAR scor 8-9-10, setelah dilakukan pemeriksaan teliti ternyata bayi mengalami kelainan
bawaan berupa VSD ringan (Ventricel Septal Defect).
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama pada kasus bayi tersebut !!
b. Tentukan lead term dan kode diagnosis kelainan bawaan pada kasus bayi tersebut !!
c. Tentukan lead term dan kode diagnosis lainnya pada kasus bayi tersebut !

4. Anak dengan polydactily dilakukan amputasi kemudian dilakukan rekontruksi dengan osteoplasty
dengan implantasi tulang dan kulit untuk perbaikan bentuk.
a. Tentukan lead term dan kode diagnosis utama dari kasus anak tersebut !.
b. Tentukan lead term dan kode tindakan pertama dari kasus tersebut !
c. Tentukan lead term dan kode tindakan kedua dari kasus tersebut.!

142
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015, Gangguan Kehamilan, Hamil.co.id.


Kementrian Kesehatan, 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan, www.edukia.org
Nadesul Hendrawan, 2007, 14 Gangguan Kehamilan yang perlu diwaspadai,
https://bibilung.wordpress.com
Zaen Umar, 2008, Penyakit-Penyakit yang mempengaruhi Kehamilan dan Persalinan, Medan,
USU press.
WHO, 2010, International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th
Revision (ICD-10).
WHO, 2010, International Claccification of Disease 9th Revision Clinical Modification (CD-9-CM).
Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Manajemen Informasi Kesehatan, 2013, Silabus
Diploma III Rekam Medis & Informasi Kesehatan
Lily Kresnowati, 2010, Modul KPT II (Morbiditas Coding), Program Studi RMIK Fakultas
Kesehatan Udinus

143

Copy protected with Online-PDF-No-Copy.com

Anda mungkin juga menyukai