Anda di halaman 1dari 128

Kurikulum FK USU 2020 1

BUKU PANDUAN MAHASISWA

BLOK

Gastrointestinal system

MEDICAL EDUCATION UNIT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Penyusun
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 2

Aldy Safruddin Rambe


Imam Budi Putra
Zaimah Z Tala
Dina Keumala Sari
Dewi Masyithah Darlan
Milahayati Daulay
Gema Nazri Yanni
Steven Tandean
Budi Irwan
Dian Dwi Wahyuni
Dewi Saputri
Feby Yanti Harahap
Fitriyani Nasution
Imelda Rey
Jelita Siregar
Jessy Chrestella
Nuraiza Meutia
Putri C. Eyanoer
Rusdiana
Supriatmo
Tri Widyawati

I. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 3

Masalah saluran cerna di Indonesia merupakan masalah yang banyak dikeluhkan pasien
di tingkat pelayanan primer, mulai dari keluhan paling ringan seperti perut kembung
sampai ke perdarahan saluran cerna serta kanker yang dapat menyebabkan kematian.

Keluhan utama ini bukan hanya mempengaruhi kenyamanan seseorang tetapi juga
berdampak pada daya gerak seseorang yang pada gilirannya akan menurunkan
produktivitas masyarakat. Pengaruh terhadap produktivitas ini dicerminkan oleh angka
tidak masuk kerja sampai ke angka kematian yang ditimbulkan oleh kelainan saluran
cerna.

Meskipun peranan fisik diagnostik (anamnesis dan pemeriksaan fisik) serta laboratorium
serta histopathology penting sebagai awal langkah menegakkan diagnostik, kemajuan
dalam pemakaian alat penunjang diagnostik dan terapi dibidang saluran cerna ,hati dan
pankreatobilier seperti endoskopi, Ct scan, ERCP, EUS, MRCP, RFA dll perlu diketahui
oleh mahasiswa kapan perlu dilakukan serta interpretasinya , dengan tetap
memperhatikan cost effective dan efisien.

Tindakan pencegahan terhadap penyakit saluran cerna perlu ditingkatkan juga deteksi
dini agar mendapatkan kan prognosis yang lebih baik.

Penyakit hati terutama infeksi virus cukup tinggi di Indonesia. Hepatitis virus terutama
hepatitis virus B (HBV) and hepatitis C (HCV) sudah menjadi beban di Indonesia.
Pemahaman yang lebih baik mengenai HBV dan HCV sangat penting untuk
pencegahan. Untuk itu mahasiswa perlu memahami cara menegakkan diagnosis dan
pencegahan penularan hepatitis termasuk vaksinasi , serta berbagai komplikasinya
mencakup sirosis dan kanker hati.

Blok sistem Gastrointestinal ini dibagi dalam dua sub-blok, yaitu blok GIS-1 dan blok GIS-
2, yang masing-masing mempunyai beban kredit sebesar 3 SKS. Secara keseluruhan,
kedua sub-blok ini akan dilaksanakan selama 5 minggu.

Tujuan umum blok ini membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan
dalam melakukan promosi, prevensi, menegakkan diagnosis penyakit, memberi terapi,
dan tindakan rehabilitasi terhadap penderita serta waktu dan kondisi yang perlu untuk
dirujuk terhadap masing masing penyakit pada sistem saluran cerna atas dan bawah,
serta penyakit yang melibatkan fungsi hati dan sistem pankreatobilier.

II.PRASYARAT MAHASISWA

Blok Gastrointestinal ini merupakan salah satu dari blok Tahap II (Pathological
Sciences) dalam struktur kurikulum. Mahasiswa pada Tahap II adalah mahasiswa
yang telah melalui Tahap I (Basic Medical Sciences), mahasiswa ini telah mencapai
keterampilan generik yaitu keterampilan belajar sepanjang hayat, dan dasar-dasar
ilmu kedokteran.

III. TUJUAN BLOK

Tujuan Pendidikan Dokter FK USU ialah mendidik mahasiswa melalui pengalaman


belajar agar mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku professional

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 4

sebagai dokter umum yang memberikan pelayanan kesehatan primer dengan


menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan
nasional dan global, yang mempunyai tanggung jawab berlandaskan etika, moral
dan profesionalisme, mempunyai 5 profil dokter WHO, 7 Kompetensi Kurikulum
Nasional dan Kompetensi pendukung kekhususan FK USU.

TUJUAN UMUM

Melalui blok Gastrointestinal ini mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi yang


harus dimiliki oleh seorang dokter layanan primer, yaitu:
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan klinik dasar
3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
4. Pengelolaan masalah kesehatan
5. Pengelolaan informasi
6. Mawas diri dan pengembangan diri
7. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktek

TUJUAN KHUSUS

Setelah menyelesaikan Blok Sistem Gastrointestinal ini mahasiswa diharapkan


mampu:

1. Berkomunikasi efektif baik verbal maupun nonverbal secara santun dalam


upayanya mengelola pasien dengan masalah Sistem Gastrointestinal dengan
mengintegrasikan penalaran klinis dan biomedis sehingga menunjang terciptanya
kerja sama yang baik antara dokter dengan pasien, keluarga, komunitas, dalam
penanganan masalah dermatologi.
2. Melakukan anamnesis (dan pemeriksaan fisik) yang lengkap dengan teknik yang
tepat serta mencatat riwayat penyakit secara lengkap dan kontekstual.
3. Menjelaskan semua prosedur klinik rutin dan menganalisis data sekunder pasien
dengan kelainan kulit dengan mengintegrasikan ilmu biomedik dan ilmu klinik.
4. Memilih berbagai prosedur klinik, laboratorium, dan penunjang lain dan
menafsirkan hasilnya.
5. Melakukan tindak pencegahan dan tindak lanjut dalam tata laksana masalah kulit
dengan mempertimbangkan keterbatasan ilmu dalam diagnosis maupun tata
laksananya.
6. Mencari, mengumpulkan, menyusun, dan menafsirkan informasi menyangkut
masalah kulit dari berbagai sumber dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi,
tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta surveilans dan pemantauan
status kesehatan pasien.
7. Peka terhadap tata nilai pasien dan mampu memadukan pertimbangan moral dan
pengetahuan/keterampilan klinisnya dalam memutuskan masalah etik yang
berkaitan dengan gangguan Sistem Gastrointestinal .
8. Mengembangkan ketertarikan dalam melakukan riset yang berkaitan dengan
masalah-masalah Sistem Gastrointestinal .

IV. SASARAN PEMBELAJARAN

Sasaran pembelajaran terminal

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 5

Bila dihadapkan pada data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, dan
epidemiologik penyakit Sistem Gastrointestinal, mahasiswa tahap II yang telah
menjalani blok Sistem Gastrointestinal mampu menafsirkan data tersebut dan
menerapkannya dalam langkah pemecahan masalah yang baku termasuk tindakan
pencegahan dan rujukan, dengan menggunakan teknologi kedokteran dan teknologi
informasi yang sesuai, dengan selalu memperhatikan konsep dan pertimbangan etik.

Sasaran pembelajaran penunjang


Setelah menyelesaikan blok Sistem Gastrointestinal, maka:
1. Apabila diberi data sekunder tentang kelainan sistem
Gastrointestinal,mahasiswa mampu:
a. Merumuskan masalah kesehatan pasien.
b. Menjelaskan struktur makroskopik dan mikroskopik serta faal organ dan
jaringan sistem Gastrointestinal .
c. Menjelaskan patofisiologi dan mekanisme suatu kelainan atau keadaan
patologik dalam sistem Gastrointestinal .
d. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding penyakit sistem
Gastrointestinal
e. Menjelaskan sifat farmakologi obat yang digunakan untuk kelainan sistem
Gastrointestinal (farmakodinamik dan farmakokinetik)
f. Menyusun rencana tata laksana kelainan atau gangguan sistem
Gastrointestinal.
g. Menjelaskan prognosis suatu penyakit sistem Gastrointestinal beserta alasan
yang mendasarinya.
h. Mencari informasi tentang lingkup dan materi sistem Gastrointestinal melalui
sistem teknologi informasi (IT system).
i. Melakukan analisis etik tentang gangguan sistem Gastrointestinal .
j. Menjelaskan komplikasi pada kelainan sistem Gastrointestinal serta rencana
penanggulangannya

2. Apabila diberi kasus atau pasien simulasi dengan kelainan/penyakit Sistem


Gastrointestinal, mahasiswa mampu:
a. Melakukan anamnesis mengenai kelainan sistem Gastrointestinal dengan
menerapkan kemampuan komunikasi efektif.
b. Melakukan pemeriksaan fisik sistem Gastrointestinal .
c. Menetapkan pemeriksaan penunjang tertentu untuk menegakkan diagnosis
kelainan sistem Gastrointestinal .
d. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang kelainan sistem
Gastrointestinal .
e. Menetapkan diagnosis berdasarkan gejala dan tanda pada pasien serta
menjelaskan mekanisme yang mendasarinya.
f. Menyusun rencana tatalaksana masalah/penyakit sistem Gastrointestinal
secara komprehensif (termasuk rencana pencegahan, rehabilitasi dan
rujukan).

3. Bila diberi data masalah kelainan/penyakit sistem Gastrointestinal dalam suatu


komunitas, mahasiswa mampu:
a. Menentukan besarnya masalah kelainan/penyakit sistem Gastrointestinal
dalam masyarakat.
b. Menentukan faktor penyebab/ risiko kelainan/ penyakit Sistem
Gastrointestinal dan dapat menghubungkan faktor tersebut dengan kelainan/
penyakit sistem Gastrointestinal yang didapat.
c. Membuat rencana pencegahan primer dan sekunder dan rencana rehabilitasi
kelainan/penyakit sistem Gastrointestinal .

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 6

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 7

LINGKUP BAHASAN GASTRO INTESTINAL SYSTEM

OUTLINE PERKULIAHAN
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
Pendahuluan Pengenalan Memberikan gambaran umum mengenai blok ICT dan Ketua Blok GIS-F1
Blok sistem Gastro Intestinal System melalui ceramah dan
Gastrointestinal pemutaran film

BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM -1

Lingkup bahasan-1:Struktur Organ Sistem Gastrointestinal

Embryologi 1. Pembentukan dan 1.1. Menjelaskan perkembangan alat-alat yg Departemen Anatomi GIS1-K1
(Organoge- perkembangan alat- berasal dari foregut 1. dr. Fitriani
nesis) alat saluran cerna 1.2.Menjelaskan perkembangan alat-alat yg Lumongga, SpPA
berasal dari midgut 2. dr. Sufitni, M.Kes,
1.3.Menjelaskan perkembangan alat-alat yg SpPA
berasal hindgut
Struktur anatomi 2. Pembagian rongga 2.1 Mengidentifikasi cavum oris propii
sistem gastro mulut 2.2 Mengidentifikasi vestibulum oris
intestinal
3. Struktur anatomi gigi 3.1. Mengidentifikasi bagian-bagian dari gigi
3.2. Mengidentifikasi jenis-jenis gigi

4. Struktur anatomi 4.1.Mengidentifikasi jenis-jenis kelenjar liur


kelenjar liur 4.2.Mengidentifikasi bagian-bagian dari
kelenjar liur major

5. Struktur anatomi 5.1. Mengidentifikasi bagian-bagian dari


articulatio dan otot articulatio temporo-mandibularis
otot mastikasi 5.2.Mengidentifikasi otot-otot yang berperan
pada proses mastikasi
6. Struktur anatomi 6.1. Mengidentifikasi batas-batas dari pharynx
pharynx dan 6.2.Mengidentifikasi bagian-bagian dari
oesophagus pharynx
6.3.Mengidentifikasi otot-otot yang
membentuk dinding pharynx
Mengidentifikasi bagian-bagian dari
oesophagus

7. Struktur anatomi 7.1.Mengidentifikasi otot-otot dinding perut


dinding perut & 7.2.Mengidentifikasi vagina musc recti
peritoneum abdominis
7.3.Mengidentifikasi Linea alba
7.4.Mengidentifikasi Linea semilunaris,Linea
semilcircularis, trigonum lumbale
7.5.Mengidentifikasi umbilicus
7.6.Mengidentifikasilig. Inguinale,
lig.interfoveolare,anulus inguinalis
superficialis,anulus inguinalis profundus,
canalis inguinale
7.7.Menjelaskan inervasi motorik & sensorik
7.8.Menjelaskan vaskularisasi dinding perut
7.9.Mendefinisikan peritoneum parietale
&visceral
7.10.Menjelaskan alat-alat intraperitoneal &
retroperitoneal
7.11.Mengidentifikasikan mesenterium,
mesocolon transversum,
messosigmoideum, omentum mayus,
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 8

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
omentum minus, lig. phrenicolienale,
lig.gastrolienale, bursa omentalis &
foramen epiploicum
8. Struktur anatomi 8.1. Mengidentifikasi gaster, bentuk,letak & Departemen Anatomi GIS1-K2
gaster alat penggantungnya 1, dr. Fitriani
8.2. Mengidentifikasi bagian permukaan Lumongga, SpPA
dalam & permukaan luar gaster , spincter 2. dr. Sufitni, M.Kes,
pada gaster SpPA
8.3. Menjelaskan hubungan gaster dengan
alat sekitarnya

9.Struktur anatomi 9.1. Mengidentifikasi duodenum, bagian-


intestinum bagian & gambaran permukaan
dalamnya
9.2. Menjelaskan hubungan duodenum
dengan alat sekitarnya
9.3. Mengidentifikasi jejunum & ileum
9.4. Menjelaskan pembagian
intestinum,hubungan dengan peritoneum
dan lapisan-lapisannya
9.5. Menyebutkan perbedaan jejenum &
ileum
9.6. Mengidentifikasi Caecum,appendix
vermicularis, colon ascenden, colon
transversum, colon descenden, colon
sigmoid & rectum
9.7. Menyebutkan perbedaan intestinum
tenue & crassum
10 Hepar, vesica 10. 1 Mengidentifikasi permukaan & tepi
vellea, pancreas & hepar,lobus & segmentum
lien 10. 2 Menjelaskan kedudukan hepar dengan
alat-alat sekitarnya
10. 3 Menjelaskan sirkulasi darah di hepar &
pembuluh darah yang keluar masuk
hepar
10. 4 Mengidentifikasi porta hepatis & alat-alat
yang melaluinya
10. 5 Menjelaskan bagian & letak vesica fellea
serta salurannya
10. 6 Mengidentifikasi bagian & letak
pancreas serta salurannya
10. 7 Menjelaskan bagian lien, letak & alat
penggantungnya
11 Vascularisasi, 11. 1 Mengidentifikasi cabang-cabang aorta
innervasi & aliran abdominalis & distribusinya
lymph alat-alat dalam 11. 2 Menjelaskan vena porta & pembuluh
perut vena lain di abdomen
11. 3 Menjelaskan saraf simpatis &
parasimpatis diperut
11. 4 Menjelaskan aliran lymphe abdomen
Struktur 12. Histologi dari : 12.1 Menjelaskan struktur dari Departemen Histologi GIS1-K3
Mikroskopis dari Rongga mulut , • Mukosa mulut , 1. dr. Feby Yanti
Traktus Esofagus,Gaster • Lidah Harahap,
Digestifus Mukosa mulut, • epitel lidah M.Ked(PA),
Papil lidah, esophagus, • papil viliformis Sp.PA
gaster : • papillafungiformis
cardia . fundus , 2. dr. Lokot Donna
• p. cirkumvalata Lubis,
korpus, pylorus • p. Voliata
M.Ked(PA),
12.2 . Menjelaskan struktur dinding dari
• esophagus Sp.PA

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 9

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
• mukosa
• submukosa
• muskularis
• serosa
• kelenjar esophagus
12.3.Gaster
• Mukosa gaster
• Submukosa
• Muskularis
• Serosa
• Gastric pit
12.4.Kelenjar lambung/
• Sel2l kelenjar lambung
• sel induk
• sel mucus leher
• sel Parietal ( Oksintik)
• sel Zymogen (Chief sel)
• sel Enteroendokrin
13.Usus halus 13.1. Menjelaskan struktur dari
Usus halus duodenum Dinding :
, yeyunum, ileum • Usus halus
• Mukosa
• Villi intestinal
• Plika intestinal
• Kelenjar intestinal
• Sel absorbtif
• Sel Goblet
• Sel Paneth
• Sel M ( lipatan mikro )
• Sumukosa
• Muskularis
• Serosa
• Plak peyeri
14.Usus halus 14.1. Menjelaskan struktur dari dinding :
Kolon • Kolon
appendik vermiformis • Mukosa
• Submukosa
• Muskularis
• Serosa
15.Rectum/anus 15.1. Menjelasksn struktur dari dinding
Rektum • Rektum/anus
anus • Mukosa
• Submukosa
• Muskularis
• Serosa
• Pleksus vena

Kelenjar pada 16.Kelenjar liur 16.1. Menjelaskan struktur dari : Departemen Histologi GIS1-K4
saluran cerna • Kelenjar Parotis 1. dr. Feby Yanti
• Kelenjar submandidibularis Harahap,
• Kelenjar lingualis M.Ked(PA),SpPA

16.Pankreas 16.2. Menjelaskan struktur Pancreas : 2. dr. Zulham,


• Bagian eksokrin M.Biomed, Ph.D
• Bagian endokrin

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 10

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
17.Hepar 18.1. Menjelaskan struktur Hepar :
• Lobules hepar
• Hepatosit
• System sirkulasi
• Triad porta
18. Kandung empedu 19.1. Menjelaskan struktur dnding kandung
empedu :
• Mucosa
• Muscular
• Adventitia

Lingkup bahasan-2 : Fisiologis Sistem Pencernaan


Fisiologi sistem 19.Fungsi umum 19.1.Menjelaskan fungsi umum bagian-bagian Departemen Fisiologi GIS1-K-5
pencernaan saluran cerna sistem pencernaan. 1. dr. Nuraiza Meutia,
19.2.Memahami regulasi umum saluran cerna Ph.D
19.3.Menjelaskan gerakan-gerakan pada 2. dr. Eka Roina
saluran cerna. Megawati, M.Kes

20.Proses pencernaan 20.1.Menjelaskan fungsi fisiologi saliva,


dalam rongga pengaturannya proses salivasi dan sifat
mulut sekresinya.
20.2.Menjelaskan fungsi masing-masing jenis
gigi
20.3.Menguraikan proses pencernaan
mekanis dan enzimatis dalam rongga
mulut.
20.4.Menjelaskan mekanisme mengunyah
dan pengaturannya

21. Proses menelan 21.1.Menguraikan 3 fase menelan


21.2.Menjelaskan fungsi dan mekanisme
kerja sfingter esofagus atas dan bawah.

22. Fungsi lambung 22.1.Menguraikan gerakan lambung dan Departemen Fisiologi GIS1-K6
fungsinya. 1. dr. Nuraiza Meutia,
22.2.Menjelaskan mekanisme defensif Ph.D
lambung. 2. dr. Eka Roina
22.3.Menjelaskan fungsi cairan lambung dan Megawati, M.Kes.
mekanisme sekresinya.
22.4.Menguraikan fungsi antrum dan pyloric
sphincter dalam proses pencernaan dan
pengosongan lambung

23. Fungsi usus halus 23.1.Menguraikan fungsi duodenum, jejunum


dan ileum.
23.2.Menjelaskan hubungan gerakan usus
halus dengan gerakan lambung

24. Fungsi organ 24.1.Menjelaskan fungsi pankreas dalam Departemen Fisiologi GIS1-K7
aksesori proses pencernaan makanan dan 1. dr. Nuraiza Meutia,
pencernaan pengaturan sekresinya. Ph.D
24.2.Menjelaskan fungsi empedu dalam 2. dr. Eka Roina
proses pencernaan makanan dan Megawati, M.Kes
pengaturan sekresinya
24.3.Menjelaskan peran hepar terkait dengan
proses pencernaan makanan.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 11

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
25. Absorbsi di saluran 25. 1. Menguraikan mekanisme absorpsi
cerna nutrien di saluran cerna
25. 2. Menjelaskan mekanisme absorpsi air &
elektrolit di saluran cerna.
25. 3. Menjelaskan mekanisme absorpsi trace
mineral di saluran cerna.
25. 4. Menjelaskan bentuk keseimbangan
sekresi dan absorbsi cairan di
sepanjang saluran cerna
26.Fungsi usus besar 26. 1. Menguraikan fungsi bagian-bagian
colon, gerakan colon dan
pengaturannya.
26. 2. Menjelaskan hubungan peregangan
lambung dengan gerakan colon dan
refleks defekasi.
26. 3. Menjelaskan absorpsi di colon
26. 4. Menjelaskan fungsi rectum dan anus.
26. 5. Menjelaskan mekanisme defekasi.

Biokimia Sistem 27.Proses pencernaan 27.1. Menjelaskan proses pencernaan dan Departemen Biokimia GIS1-K-8
Pencernaan & absorbsi, peristiwa absorbsi sebagai peristiwa pemasokan 1. dr. Rusdiana,
pemasokan energi energi bagi tubuh manusia M.Kes
bagi tubuh manusia 2.dr. T. Helvi
Mardiani, M.Kes
28.Enzim amilase, 28. 1. Membedakan 3 subklas enzim
lipase dan protease hydrolase yang bekerja terhadap 3
jenis bahan makanan pokok
28. 2. Menentukan tempat di sepanjang
saluran pencernaan mana ke-3 subklas
enzim dapat bekerja secara optimal
29.Biosintesis HCL 29.1. Menjelaskan proses biosintesis asam
lambung HCL lambung dan peranannya dalam
proses pencernaan enzimatik.
30.Biosintesis cairan 30.1. Menjelaskan proses biosintesis cairan
empedu empedu dan peranannya dalam proses
pencernaan enzimatik.
30.2. Menginterpretasikan gangguan
pencernaan yang disebabkan oleh
kelainan enzim.
30.3. Menyebutkan hasil akhir pencernaan
sempurna dari 3 jenis bahan makanan
pokok.
31.Absorpsi zat-zat 31.1. Membedakan proses absorpsi aktif dan
makanan pasif
32.Zat-zat yang 32.1. Mengidentifikasikan zat-zat yang
diabsorpsi secara aktif diabsorpsi secara aktif dan atau pasif.
dan atau pasif.
33.Zat-zat yang 33.1. Mengidentifikasikan zat-zat yang
diangkut kehati diangkut ke hati tanpa proses dalam sel
tanpa proses dalam mukosa usus halus dengan zat-zat yang
sel mukosa usus diproses.
halus dengan zat-
zat yang diproses.
34.Dehidrasi dan 34.1. Menjelaskan dehidrasi dan gangguan
gangguan elektrolit elektrolit yang disebabkan gangguan
yang disebabkan reabsorpsi air di sepanjang saluran
gangguan pencernaan.
reabsorpsi air di

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 12

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
saluran penernaan.
35.Proses 35.1. Membedakan proses deaminasi dan
pembusukan proses dekarboksilasi yang disebabkan
oleh enzim-enzim dari flora usus
36.Zat-zat yang 36.1. Menyebutkan zat-zat yang terbentuk
terbentuk dari dari proses deaminasi dan
proses deaminasi & dekarboksilasi oleh flora usus
dekarboksilasi oleh
flora usus
37.Mikroorganisme 37.1.Mengambil kesimpulan dari keberadaan
dalam usus flora usus bagi tubuh
38.Pencernaan
karbohidrat dalam
saluran cerna
menghasilkan
monosakarida
39.Proses pencernaan
makanan
karbohidrat shg
menghasilkan
glukosa
40.Interkonversi zat-
zat galaktosa,
fruktosa dalam sel
hepar/ mukosa
usus halus

Lingkup bahasan-3 :Kelainan-kelainan pada Sistem Gastrointestinal

Penyakit pada 41. Memahami 41.1. Kelainan pada rongga mulut Departemen GIS1-K-9
rongga mulut Penyakit pada • Herpes stomatitis Peny.Dalam
dan esophagus Rongga mulut • Oral thrush, acute necrotizing dr. Ilhamd, SpPD,
ulcerative gingivitis KGEH
41.2. Kelainan pada oesophagus
• Odinofagia
• Disfagia
42. Memahami 42.1. Menjelaskan pengertian Departemen GIS1-K-10
Penyakit odinofagia,disfagia serta gangguan Peny.Dalam
Esophagus motilitas esofagus Prof. Dr. dr. Gontar
42.2. Menjelaskan gangguan passage Alamsyah Siregar,
esofagus akibat tumor esofagus atau SpPD, KGEH
striktura esofagus
42.3. Menjelaskan pemeriksaan penunjang
pada ggn passage esofagus
42.4. Menjelaskan patogenesa varises
esofagus
42.5. Memahami batasan untuk referal ke
Dept. Peny. Dalam atau ke Dept .Bedah
43.Esophageal 43.1. Memahami esophageal atresia Departemen Bedah GIS1-K-11
atresiaCorrosive 43.2. Memahami Corrosive lesions of 1. Prof.dr.Bachtiar
lesions of esophagus Surya, SpB-KBD
esophagus 43.3. Memahami Reflux esophagitis 2. dr.Liberty SIrat,
Reflux esophagitis 43.4. Memahami Gastro esophageal reflux SpB-KBD
Gastro esophageal
reflux
44.Gastro esophageal 44.1. Memahami Gastro esophageal reflux Departemen Anak GIS1-K-12
reflux pada anak pada anak 1. Prof. dr. Atan Baas
Sinuhahji, SpA(K)
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 13

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
2. Dr. dr. Supriatmo,
SpA(K)
Kelainan pada 45.Kelainan pada 45.1. Memahami Departemen Bedah GIS1-K-13
diaphraghma, diaphragma • Diaphragmatic hernia (congenital) 1. Prof.dr.Bachtiar
dinding • Hiatus hernia Surya, SpB-KBD
abdomen,dan 2. dr.Syafruddin
hernia inguinal 46.Kelainan dinding 46.1. Memahami Nasution, SpB-
abdomen dan • Femoral hernia KBD
hernia • Epigastric hernia
Inguinal hernia • Incisional hernia
(direct dan indirect) • Umbilical hernia
47. Memahami 47.1. Menjelaskan sindroma dyspepsia baik Departemen GIS1-K-14
Gastritis fungsional maupun organik scr klinik Peny.Dalam
47.2. Menjelaskan tukak lambung akibat Prof. Dr. dr. Gontar
NSAID atau kuman Helicobacter pylori Alamsyah Siregar,
47.3. Menjelaskan strategi pemeriksaan SpPD, KGEH
penunjang pada dyspepsia fungsional
dan organik
47.4. Menjelaskan dan memahami strategi
penanganan dan pengobatan dari
dyspepsia fungsional dan organik
48.Memahami 48.1. Menjelaskan penyebab hematemesis Departemen GIS1-K-15
Hematemesis et dan melena akibat ggn pada lambung Peny.Dalam
Melena 48.2. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Prof. Dr. dr. Gontar
penyebab hematemesis et melena Alamsyah Siregar,
48.3. Menjelaskan penanganan hematemesis SpPD, KGEH
et melena serta kapan untuk merefer
pasien ke Dept. Peny. Dalam
49.Memahami Tumor 49.1. Menjelaskan patogenesa tumor lambung
Lambung 49.2. Menjelaskan pemeriksaan secara klinis,
serologis, endoskopis dan radiologik
tumor lambung
49.3. Menjelaskan dan memahami kapan
mengirim pasien ke Dept. Bedah
Kelainan pada 50. Memahami Tukak 50.1. Menjelaskan penyebab Tukak Duodeni Departemen GIS1-K-16
duodenum Duodeni oleh NSAID atau kumah Helicobacter Peny.Dalam
pylori Dr.dr. Taufik Sungkar,
50.2. Menjelaskan pemeriksaan penunjang M.Ked(PD), SpPD,
pada Tukak Duodeni baik secara invasif KGEH
maupun non invasif
50.3. Menjelaskan dan memahami strategi
pengobatan Tukak Duodeni
51. Memahami 51. 1. Maldigestion Departemen Anak GIS1-K-17
maldigestion,malab 51. 2. Malabsorption 1. Prof. dr. Atan Baas
sorption, gagal 51. 3. Gagal tumbuh Sinuhahji, SpA(K)
tumbuh dan 51. 4. Enteritis 2. Dr.dr. Supriatmo,
enteritits SpA(K)

Kelainan pada 52. Memahami 52. 1. Intestinal atresia Departemen Bedah GIS1-K-18
usus halus intestinal atresia, 52. 2. Meckel's diverticulum 1. dr.Syafruddin
meckel’s 52. 3. Umbilical fistula, omphalocele Nasution, SpB-
diverticulum gastroschisis KBD
52. 4. Malrotation 2. dr. Budi Irwan,
52. 5. Pyloric stenosis SpB-KBD
52. 6. Intussussception
53.Memahami kelainan 53.1. Menjelaskan pengertian dan penyebab Departemen GIS1-K-19
fungsi usus halus serta penanganan dari Maldigestion Peny.Dalam
53.2.Menjelaskan dan memahami pengertian dr. Ilhamd, SpPD,

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 14

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
dan penyebab serta penanganan dari KGEH
Malabsorption
Kelainan pada 54.Memahami kelainan 54.1. Menjelaskan dan dapat memahami Departemen GIS1-K-20
usus fungsional usus Irritable Bowel Syndrome Peny.Dalam
besar/colon besar/colon 54.2. Menjelaskan penanganan dari Irritable Dr. dr. Rustam
Bowel Syndrome Effendi YS, SpPD,
KGEH
55.Memahami kelainan 55.1.Menjelaskan penyebab dari diare kronik
organik usus 55.2.Menjelaskan pemeriksaan penunjang
besar/colon dari diare kronik
55.3. Menjelaskan dan memahami kapan
merefer pasien ke Dept.Peny.Dalam
atau Dept.Bedah
56.Memahami 56.1. Menjelaskan pengertian dan penyebab
Hematokezia Hematokezia
56.2.Menjelaskan pemeriksaan penunjang
pada Hematokezia
56.3. Menjelaskan dan memahami kapan
merefer pasien ke Dept.Peny.Dalam
atau Dept.Bedah
57.Memahami Tumor 57.1. Menjelaskan patogenesa dari Tumor
Colon Colon /Colorectal
57.2.Menjelaskan pemeriksaan penunjang
untuk Tumor Colorectal
57.3.Menjelaskan dan memahami kapan
pasien di refer ke Dept. Bedah
58.Memahami 58.1 Necrotizing enterocolitis Departemen Anak GIS1-K-21
Necrotizing 1. Prof. dr. Atan Baas
enterocolitis Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
Kelainan pada 59. Memahami prolaps 59. 1. Prolaps rectum Departemen Bedah GIS1-K-22
rectum rectum dan 59. 2. Hemorrhoids 1. Dr. dr. Adi
hemorrhoids Muradi Muhar,
Sp.B-KBD
2. dr. Edwin Saleh,
Sp.B-KBD
60. Memahami 60. 1. (Peri)anal abses Departemen Bedah GIS1-K-23
perianal abses, 60. 2. Fistula perianal 1. dr. Budi Irwan,
fistula perianal, 60. 3. Fisura ani SpB-KBD
fisura ani 60. 4. Tumor rektum 2. dr.Liberty SIrat,
60. 5. Atresia ani SpB-KBD
60. 6. Penyakit Hirschsprung

Kelainan Akut 61. Memahami 61. 1. Peritonitis Departemen Bedah GIS1-K-24


Abdomen peritonitis, 61. 2. Abscess in Pouch of Douglas 1. dr. Budi Irwan,
perforation 61. 3. Perforation SpB-KBD
61. 4. Mesenteric lymphadenitis 2. Dr. dr. Asrul,
Sp.B-KBD
62. Memahami acute 62. 1. Acute Appendicitis Departemen Bedah GIS1-K-25
appendicitis 62. 2. Appendicular abscess 1. Dr. dr. Adi
Muradi Sp.B,
KBD
2. dr. Edwin Saleh,
Sp.B-KBD
63. Memahami ileus 63.1 Ileus obstruktif Departemen Bedah GIS1-K-26
obstruktif 1. dr. Edwin Saleh,
Sp.B-KBD
2. Dr. dr. Asrul,
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 15

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
SpB KBD
64. Memahami 64.1 Peritonitis tuberculosis Departemen Anak GIS1-K-27
peritonitis 1. Prof. dr. Atan Baas
tuberculosis Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
Kelainan pada 65.Memahami Ikterus 65.1. Menjelaskan dan memahami penyebab Departemen GIS1-K-28
Hati ikterus hepatik dan post hepatik Peny.Dalam
65.2. Menjelaskan pemeriksaan serologis, Dr. dr. Masrul Lubis,
USG, endoskopi (ERCP) pada SpPD, KGEH
pemeriksaan penunjang ikterus hepatik
dan post hepatik
65.3. Menjelaskan kapan pasien hepatik dan
post hepatik direfer ke Dept.Peny.Dalam
atau Dept. Bedah
66.Memahami 66.1. Menjelaskan penyebab hepatitis akut, Departemen GIS1-K-29
Hepatitis hepatitis kronik, hepatitis viral dan non Peny.Dalam
viral, serta transmisi dan gejala klinisnya Prof. Dr. dr. Gontar
66.2. Menjelaskan pemeriksaan serologis Alamsyah Siregar,
serta USG SpPD, KGEH
66.3. Menjelaskan penanganan hepatitis akut
dan hepatitis kronik tanpa komplikasi
66.4. Menjelaskan dan memahami imunisasi
hepatitis viral A dan B
67.Memahami Liver 67.1. Menjelaskan patogenesa dari liver Departemen GIS1-K-30
failure dan Portal failure serta komplikasi dari liver failure Peny.Dalam
hypertension 67.2. Menjelaskan penanganan hepatik Dr. dr. Masrul Lubis,
ensefalopatik secara umum SpPD, KGEH
67.3. Menjelaskan dan memahami pentingnya
peningkatan kualitas hidup pada
penderita liver failure
67.4. Menjelaskan patogenesa portal
hypertension
68.1. Menjelaskan mengenai hepatik tumor
68.Memahami Hepatic serta pemeriksaan penunjangnya
Tumor 68.2. Menjelaskan dan memahami kapan
merefer pasien ke Dept. Peny. Dalam
dan Dept. Bedah

Kelainan pada 69.Memahami 69.1. Menjelaskan gejala klinik dari Departemen GIS1-K-31
pancreas, Pankreatitis pankreatitis akut dan kronik Peny.Dalam
empedu dan 69.2. Mengerti dan memahami kapan merefer Dr.dr. Imelda Rey,
saluran empedu pasien ke Dept.Peny.Dalam dan Dept. M.Ked(PD), SpPD,
Bedah KGEH
70. Memahami Tumor 70.1. Menjelaskan gejala klinis dari tumor
Pankreas pankreas
70.2. Menjelaskan dan memahami
pemeriksaan penunjang dari tumor
pankreas
70.3. Menjelaskan dan memahami kapan
merefer pasien ke Dept.Bedah
71.Memahami 71.1.Menjelaskan gejala klinis kolesistitis akut
Kolesistitis dan dan kronik
Kolelitiasis 71.2. Menjelaskan gejala klinis kolelitiasis
71.3. Menjelaskan dan memahami
pemeriksaan penunjang untuk
Kolelitiasis
71.4. Menjelaskan dan memahami kapan
pasien merefer ke Dept. Bedah

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 16

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
72. Memahami 72. 1. Chole(docho)lithiasis Departemen Bedah GIS1-K-32
choledocholithiasis, 72. 2. Hydrops of gall bladder 1. Prof. dr. Bachtiar
hydrops of gall 72. 3. Empyema of Gall bladder Surya, Sp.B-
bladder 72. 4. Tumor pankreas KBD
2. Dr.dr. Asrul,
Sp.B-KBD

BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM- 2

Lingkup bahasan-4 :Kelainan-kelainan pada Sistem Gastrointestinal Anak

Kelainan 73. Memahami 73. 1. Pendahuluan Gastroenterologi Anak Departemen Anak GIS2-K-1
saluran cerna Gastroenterologi 73. 2. Keseimbangan Cairan Tubuh 1. Prof. dr. Atan Baas
pada anak Anak 73. 3. Konstipasi Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
74. Memahami 74. 1. Muntah Departemen Anak GIS2-K-2
muntah, gangguan 74. 2. Encephalopathy 1. Prof. dr. Atan Baas
menelan, perut 74. 3. Gangguan Menelan Sinuhahji, SpA(K)
gembung 74. 4. Perut gembung 2. Dr.dr. Supriatmo,
74. 5. Perdarahan saluran cerna pada anak SpA(K)
74. 6. Sakit perut
75. Memahami failure 75. 1. Failure to thrive (gangguan Departemen Anak GIS2-K-3
to thrive pertumbuhan) 1. Prof. dr. Atan Baas
75. 2. Absorpsi makromolekuler oleh usus Sinuhahji, SpA(K)
75. 3. Pentingnya daya tahan tubuh alami 2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
76. Memahami 76. 1. Diare / Gastroenteritis Departemen Anak GIS2-K-4
Gastroenteritis 76. 2. Gastroenteritis dengan dehidrasi 1. Prof. dr. Atan Baas
pada anak 76. 3. Peranan antidiare pada diare akut Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
77. Memahami 77. 1. Jaundice / Hepatitis pada anak Departemen Anak GIS2-K-5
jaundice pada anak 77. 2. Biliary atresia 1. Prof. dr. Atan Baas
Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
78. Memahami 78. 1. Intoleransi Laktosa / Food intolerance Departemen Anak GIS2-K-6
intoleransi laktosa 78. 2. Pemberian cairan rumatan pada bayi & 1. Prof. dr. Atan Baas
anak / Dehidration Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
79. Memahami food 79. 1 Food allergy Departemen Anak GIS2-K-7
allergy 1. Prof. dr. Atan Baas
Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)

Lingkup bahasan-5 :Infeksi pada Sistem Gastrointestinal

Infeksi Bakteri 80. Pyogenic cocci ( 80.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat Departemen GIS2-K-8
Staphylo-coccus pertumbuhan Staphylococcus aureus Mikrobiologi
aureus) 80.2. Menjelaskan patogenesis & faktor 1. dr. Dian Dwi
virulensi Wahyuni, SpMK
80.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium 2. dr. Sri Amelia,
Menyebutkan therapy & pencegahan M.Kes
81. Enterobac- 81.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
teriaceae ( Sal- pertumbuhan Enterobacteriaceae

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 17

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
monella, Shigella, 81.2. Menjelaskan patogenesis & faktor
Yersinia, E.coli virulensi
Enteropatho-gen, 81.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
Klebsiella, 81.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
Citobacter,
Enterobacter)
82. Vibrionaceae (V. 82.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
cholera, V. pertumbuhan Vibrionaceae
parahemolyticus, 82.2. Menjelaskan patogenesis & faktor
V.vulnificus) virulensi
82.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
82.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
83. Campylobacter (C. 83.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
jejuni) pertumbuhan C.jejuni
83.2. Menjelaskan patogenesis & faktor
virulensi
83.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
83.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
84. Helicobacter (H. 84.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
pylori) pertumbuhan H. Pylori
84.2.Menjelaskan patogenesis & faktor
virulensi
84.3.Menjelaskan diagnosa laboratorium
84.4.Menyebutkan therapy & pencegahan
85. Bacillaceae (B. 85.4. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
cereus, Cl. pertumbuhan Bacillaceae
Perfringens, Cl 85.2. Menjelaskan patogenesis & faktor
botulinum, virulensi
Cl.difficile) 85.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
85.4.Menyebutkan therapy & pencegahan
Infeksi Virus 86. Rotavirus 86.1. Menyebutkan sifat-sifat rotavirus Departemen GIS2-K-9
Menjelaskan pathogenesis & transmisi Mikrobiologi
86.2.Menjelaskan gejala klinis 1. dr. Dian Dwi
86.3.Menjelaskan diagnosa lab Wahyuni, SpMK
86.3. Menjelaskan imunitas terhadap virus 2. dr. Sri Amelia,
tersebut M.Kes
86.4. Menyebutkan therapy
86.5. Menjelaskan epidemiologi &
pencegahan
87. Norwalk virus 87.1. Menyebutkan sifat-sifat norwalk virus
87.2. Menjelaskan pathogenesis & transmisi
87.3.Menjelaskan gejala klinis
87.4.Menjelaskan diagnosa lab
87.5.Menjelaskan imunitas terhadap virus
tersebut
87.6. Menyebutkan therapy
87.7. Menjelaskan epidemiologi &
pencegahan
88. Calici virus 88.1.Menyebutkan sifat-sifat calicivirus
88.2. Menjelaskan pathogenesis & transmisi
88.3.Menjelaskan gejala klinis
88.4.Menjelaskan diagnosa lab
88.5.Menjelaskan imunitas terhadap virus
tersebut
88.6.Menyebutkan therapy
88.7.Menjelaskan epidemiologi & pencegahan
89. Virus Hepatitis tipe 89.1.Menyebutkan sifat-sifat hepatitis tipe A
A 89.2.Menjelaskan pathogenesis & transmisi
89.3.Menjelaskan gejala klinis

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 18

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
89.4.Menjelaskan diagnosa lab
89.5.Menjelaskan imunitas terhadap virus
tersebut
89.6.Menyebutkan therapy
89.7.Menjelaskan epidemiologi & pencegahan
Infeksi Jamur 90. C. albicans, C. 90.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
parapsilosis pertumbuhan Candida
90.2. Menjelaskan patogenesis
90.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
90.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
91. Actinomyces 91.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
israelia pertumbuhan Actinomyces israelia
91.2. Menjelaskan patogenesis
91.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
91.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
92. Aspergilus sp 92.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
pertumbuhan Aspergillus sp
92.2. Menjelaskan patogenesis
92.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
92.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
93. Trichoderma sp 93.1.Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
pertumbuhan Trichoderma sp
93.2. Menjelaskan patogenesis
93.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
93.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
94.Paecilomyces 94.1.Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
variotii pertumbuhan Paecilomyces variotii
94.2.Menjelaskan patogenesis
94.3.Menjelaskan diagnosa laboratorium
94.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
Infeksi Parasit 95. Infestasi 95.1. Menjelaskan daur hidup parasit Departemen GIS2-K-10
trematoda usus penyebab Fasiolopsiasia buski dan Parasitologi
dan hati: Fasioliasis hepatica 1. dr. Adelina H.
Fasiolopsiasis dan 95.2. Menjelaskan patogenesis/patofisiologi Sinambela, MKT
Fasioliasis Fasiolopsiasia buski dan Fasioliasis 2. dr. Dewi Saputri,
hepatica MKT
95.3.Menentukan pemeriksaan laboratorium
yang sesuai untuk Fasiolopsiasia buski
dan Fasioliasis hepatica
95.4. Menentukan diagnosa parasitologis dari
Fasiolopsiasia buski dan Fasioliasis
hepatica
95.5. Menerapkan upaya pencegahan
Fasiolopsiasia buski dan Fasioliasis
hepaticaterhadap individu, keluarga dan
masyarakat
96. Infestasi cestoda 96.1. Menjelaskan daur hidup parasit Departemen GIS2-K-11
usus :taeniasis penyebab taeniasis saginata, taeniasis Parasitologi
saginata,taeniasis solium dan hymenolepiasis nana 1. dr. Adelina H.
solium, taeniasis 96.2. Menjelaskan patogenesis/patofisiologi Sinambela, MKT
asiatica dan taeniasis saginata, taeniasis solium 2. dr. Yunilda
hymenolepiasis dan taeniasis asiatika Andriyani, MKT,
nana 96.3. Membandingkan patogenesis taeniasis SpParK
saginata, taeniasis solium dan
taeniasis asiatika
96.4. Menentukan pemeriksaan laboratorium
yang sesuai untuk taeniasis saginata,
taeniasis solium, taeniais asiatika dan
hymenolepiasis nana
96.5. Menentukan diagnosa parasitologis dari
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 19

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
taeniasis saginata, taenaisis solium,
taeniais asiatika dan hymenolepiasis
nana
96.6. Menerapkan upaya pencegahan
taeniasis saginata, taeniasis solium,
taeniasis asiatika dan hymenolepiasis
nana.
97. Infestasi protozoa 97.1. Menyebutkan vektor mekanik yang Departemen GIS2-K-12
usus : amoebiasis, berperan pada amoebiasis Parasitologi
giardiasis, 97.2. Menjelaskan daur hidup parasit 1. Dr. dr. Lambok
balantidiasis penyebab amoebiasis, giardiasis dan Siahaan, MKT
balantidiasis 2. Dr. dr. Dewi
97.3. Menjelaskan patogenesis/patofisiologi Masyitah Darlan,
amoebiasis, giardiasis dan balantidiasis DAP&E, MPH,
97.4. Menentukan pemeriksaan laboratorium SpParK
yang sesuai untuk amoebiasis,
giardiasis dan balantidiasis
97.5. Menentukan diagnosa parasitologis dari
amoebiasis, giardiasis dan balantidiasis
97.6. Menerapkan upaya pencegahan
amoebiasis, giardiasis dan
balantidiasis terhadap individu, keluarga
dan masyarakat

Lingkup bahasan-6 :Kelainan Patologi Anatomi dari Saluran Cerna

Kelainan 98. Memahami 98.1. Menjelaskan jenis kelainan yang Dept. Patologi GIS2-K-13
Patologi Penyakit Pada dijumpai pada rongga mulut. Anatomi
Anatomi dari Rongga Mulut 98.2. Menjelaskan deskripsi dan proses 1. Dr. dr. Lidya
Saluran Cerna patologi herpes stomati tis, oral thrush, Imelda Laksmi,
acute necrotizing ulcerative gingivitis M.,Ked(PA), SpPA
2.dr. Jessy
99. Memahami Tumor 99.1.Menjelaskan deskripsi dan patologi Chrestella,
Pada Rongga mucocele, pyogenic granuloma dan M.Ked(PA), SpPA
Mulut tumor jinak squamous papilloma,
fibroma lipoma, neurofibroma dan
hemangioma
99.2. Menjelaskan deskripsi tumor ganas
rongga mulut carcinoma
101. Memahami 101.1.Menjelaskan deskripsi dan patologi
Penyakit Kelenjar sialolithiasis, parotiditis dan sjorgen
Ludah syndrome
101.2.Menjelaskan tumor jinak kelenjar ludah
101.3.Menjelaskan deskripsi dan patologi
pleomorphic tumor dan arthin tumor
101.4.Menjelaskan deskripsi dan patologi
adenocarcinoma, mucoepdermoid
carcinoma dan adenoid cystic
carcinoma
102. Memahami 102.1. Menjelaskan patologi kelainan akibat
Penyakit anatomi dan pergerakan esophagus
Esophagus 102.2. Menjelaskan patologi proses inflammasi
esophagus
102.3. Menjelaskan deskripsi dan patologi
reflux esophagitis
102.4.Menjelaskan patologi esophageal
squamous cell carcinoma
103. Memahami 103.1.Menjelaskan proses patologi gastritis
Gastritis 103.2. Menjelaskan perbedaan morfologi
gastritis akut dan gastritis khronis

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 20

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
104. Memahami 104.1.Menjelaskan deskripsi dan proses
Tumor lambung patologi gastric adeno carcinoma
104.2. Menjelaskan deskripsi dan proses
patologi gastric lymphoma

105. Memahami 105.1.Menjelaskan proses patologi


Kelainan Anomali hirschprung disease dan congenital
Pada Usus megacolon

106. Memahami 106.1.Menjelaskan proses patologi Ischemic


Kelainan Bowel disease
Pembuluh Darah 106.2. Menjelaskan proses patologi
Usus Haemorrhoid

107. Memahami 107.1. Menjelaskan patologi infectious


Penyakit Yang enterocolitis
Berhubungan 107.2. Menjelaskan proses patologi
Dengan Diarhea malasorption syndrome

108. Memahami 108.1. Menjelaskan proses patologi Chron


Idiopathic Disease
Inflammatory 108.2. Menjelaskan proses patologi Ulcerative
Bowel Disease Colitis

109. Memahami 109.1. Menjelaskan deskripsi dan proses


Polyps Usus patologi non neoplastic polyps dan
adenomatous polyps
110. Memahami 110.1. Menjelaskan deskripsi dan proses
Tumor Usus patologi multiple poly posis syndrome
110.2. Menjelaskan deskripsi dan proses
patologi colorectal
110.3. Menjelaskan dskripsi dan proses
patologi small intestine adenocarcinoma
110.4. Menjelaskan deskripsi dan proses
patologi carcinoid tumor
110.5. Menjelaskan deskripsi dan proses
patologi lymphoma
111. Memahami 111.1. Menjelasakan deskrisi penyakit dan Dept. Patologi GIS2-K-14
Hepatitis, Liver transmisi Hepatitis Viral Akut. Anatomi
Failure, Portal 111.2.Menjelaskan deskripsi penyakit dan 1. dr. Causa Trisna
Hypertension transmisi Hepatitis Viral Khronik Mariedina,
111.3.Menjelaskan deskripsi dan patologi dari M.Ked(PA), SpPA
Acute Liver Failure 2. Dr. dr. Betty,
111.4. Menjelaskan deskripsi dan patologi M.Ked(PA), SpPA
Liver Chirosis
111.5. Menjelaskan deskripsi dan patologi
Portal Hypertension
112. Memahami 112.1. Menjelaskan deskripsi,penyebab dan
Hepatic Tumor aspek patologi Hemangiona , Adenoma
pada hepar
112.2. Menjelaskan deskripsi , penyebab dan
aspek patologi Hepatocellular
carcinoma, Cholangiocarcinoma,
Hemangio sarcoma dan metastatic
Tumor
113. Memahami 113.1. Menjelaskan desripsi, simptom,

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 21

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
Penyakit mekanisme dan aspek patologi dari
Obstruktif Cholelithiasis, Biliary Colic, Acute
Saluran Empedu Chocystitis dan Ascending Cholangitis
114. Memahami 114.1. Menjelaskan deskripsi, kondisi dan
Gallbladder patologi Adenocarcinoma of the
Cancers Gallbladder dan Adenocarcinoma of the
Extrahepatic Biliary Ducts

Lingkup bahasan-7 :Pemeriksaan Penunjang Sistem Gastro Intestinal


Diagnostik 115. Kelainan 115.1. Menjelaskan patogenese Dept. Patologi Klinik GIS2-K-15
laboratorium laboratorium Tes hiperbilirubinemia 1. dr. Zulfikar Lubis,
hepar dan fungsi hati dan Menjelaskan patogenese abnormalitas SpPK(K)
pankreas empedu pada SGOT (AST), SGPT (ALT), Alkaline 2.dr. Jelita Siregar,
hepatitis Fosphatase dan Gt M.Ked(Clin-Path),
SpPK(K)

116. Kelainan 116.1. Menjelaskan patogenese kelainan


laboratorium laboratorium Prothombine time, SPE,
pada sirosis AFP, DCP, PIVKA
hepatis dan
hepatoma

117. Kelainan 117.1. Menjelaskan patogenese kelainan Dept. Patologi Klinik GIS2-K-16
laboratorium laboratorium amylase, lipase dan Ca 1. dr. Zilfikar Lubis,
pada pankreatitis 19-9 SpPK(K)
dan Ca Pankreas 2.dr. Suliarni, SpPK
Diagnostik labo- 118. IgM HAV. IgG 118.1. Menjelaskan makna dari masing-
ratorium viral total HAV, HBsAg masing serologi marker viral hepatitis
marker hepatitis Anti HBs, Anti
HBc, Anti Hbe,
Anti HCV

Diagnostik 119. Menyebutkan 119.1. Menyebutkan ukuran normal Departemen GIS2-K-17


radiologi untuk cakupan tract.digestivus Radiologi
kelainan saluran tract.digestivus 119.2. Menjelaskan metode pemeriksaan 1. Prof. dr. Abdul
cerna untuk Rasyid, Sp.Rad,
119.3. Mengetahui kelainan tract.digestivus : Ph.D
119.4.Plain abdomen foto; Invertogram/knee 2. dr. Evo Elidar,
chest posisi Sp.Rad
119.5. Sialografi
119.6. Oesophagografi
119.7. Maag-duodenal foto/mdf/ba meal
119.8. Barium follow throughColon in loop/ba
enema
119.9. LopografiAppendicogram
119.10.USG abdomen ( upper + lower)
119.11.Computed tomografi dgn dan tanpa
kontras
120. Peran radiologi 120.1. Peran radiologi untuk kelainan saluran Departemen GIS2-K-18
untuk cerna Radiologi
pemeriksaan 1. Prof. dr. Abdul
saluran cerna Rasyid, Sp.Rad,
Ph.D
2. Dr. Evo Elidar,
Sp.Rad

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 22

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
Diagnostik 121. Hasil autopsy 121.1.Menjelaskan akibat drawning pada Departemen Forensik GIS2-K-19
forensik untuk saluran cerna pada: lambung 1. dr. Asan Petrus,
kelainan saluran * Drawning 121.2.Menjelaskan lama kematian dari isi M.Ked(For), SpF
cerna * Lamanya Kematian lambung 2. dr. Agustinus
Autopsi * Keracunan 121.3.Menjelaskan tanda-tanda keracunan Sitepu,
Lambung * Trauma 121.4.Menjelaskan tanda-tanda trauma M.Ked(For), SpF
* Penyakit 121.5.Menjelaskan tanda-tanda penyakit

Autopsi Hepar 122. Hasil autopsy 122.1.Menjelaskan tanda-tanda kongesti


saluran cerna pada: 122.2.Menjelaskan tanda-tanda trauma
* Aspeksia 122.3.Menjelaskan tanda-tanda penyakit
* Trauma
* Penyakit
Autopsi Ginjal 123. Hasil autopsy 123.1.Menjelaskan tanda-tanda kongesti
saluran cerna pada: 123.2. Menjelaskan tanda-tanda trauma
* Aspeksia 123.3.Menjelaskan tanda-tanda penyakit
* Trauma
* Penyakit
Autopsi Limpa 124. Hasil autopsy 124.1.Menjelaskan tanda-tanda kongesti
saluran cerna pada: 124.2.Menjelaskan tanda-tanda trauma
* Aspeksia 124.3.Menjelaskan tanda-tanda penyakit
* Trauma
* Penyakit
1. Obat-obat yg 17.1 17.1.1 Menjelaskan patofisiofarmakologi Departemen GIS2-K-20
mpengaruhi Patofisiofarmakol mual dan muntah Farmakologi
motilitas sl ogi mual dan 17.2.1 Menjelaskan penggolongan obat mual 1. dr. Tri Widyawati,
cerna muntah dan muntah ( 5-HT3 antagonist, MSi,Ph.D
(antiemetik, 17.2 Obat yang phenothiazines & butyrophenone, 2. dr. Zulkarnain
prokinetik, digunakan untuk antagonis dopamin, H1 antihistamin, Rangkuti, MSi
antispasmodi mengatasi antikolinergik,benzodiazepin,
k, antidiare) keadaan mual cannabinoids,corticosteroids)
dan muntah 17.2.2 Menjelaskan aspek farmakologi obat
17.3 untuk mual dan muntah
Patofisiofarmakol 17.3.1 Menjelaskan patofisiofarmakologi diare
ogi diare 17.4.1 Menjelaskan penggolongan obat untuk
17.4 Obat yang diare ( adsorben, adstringen, opioid,
digunakan untuk antikolinergik,relaksan)
mengatasi diare 17.4.2 Menjelaskan aspek farmakologi obat
17.5 Katartik untuk diare
Laksansia 17.5.1 Menjelaskan aspek farmakologi katartik
laksansia

2. Farmakologi 18.1 18.1.1 Menjelaskan patofisiofarmakologi tukak Departemen GIS2-K-21


obat yang Patofisiofarmakologi peptik Farmakologi
digunakan tukak peptic 18.2.1 Menjelaskan penggolongan obat untuk 1. dr. Tri Widyawati,
untuk tukak 18.2 Obat yang tukak peptik (antasida, antagonis H2, MSi, Ph.D
peptik dan digunakan untuk PPI, analog PG, antimuskarinik, 2. dr. Zulkarnain
IBS tukak peptik antibiotik) Rangkuti, MSi
18.3 18.2.2 Menjelaskan aspek farmakologi obat
Patofisiofarmako untuk tukak peptik ((antasida, antagonis
ogi IBS H2, PPI, analog PG, antimuskarinik,
18.4 Obat yang antibiotik)
digunakan untuk IBS 18.3.1 Menjelaskan patofisiofarmakologi IBS
18.4.1 Menjelaskan penggolongan obat untuk
IBS (Sulfadiazine, dll)
18.4.2 Menjelaskan aspek farmakologi obat
untuk IBS (sulfadiazine, dll)
Gastroesopha- 141. Gangguan sistem 141.1.Memahami medical nutrition therapy Departemen Ilmu Gizi GIS2-K-22
geal reflux GI-Hepatobilier pada GERD 1. Prof, Dr. dr. Dina
disease (GERD) terhadap asupan 141.2.Memahami general principles dari Keumala Sari, MG,

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 23

Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
nutrisi medical nutrition therapy SpGK
141.3.Memahami strategy to manage reflux 2. dr. Fitriyani
141.4.Memahami micronutrient yang Nasution, M.Gizi,
dibutuhkan berupa B12, iron, calcium SpGK
141.5.Memahami peranan dari n-3 and n-6
fatty acids
141.6.Memahami parameters for nutrition
evaluation
141.7.Memahami medical nutrition therapy
berupa energy, carbohydrate, lipid,
protein, viatmin and minerals, herbal
supplement
141.8.Memahami medical nutrition therapy
pada IBS
141.9.Memahami nutrient intake
141.10.Memahami diet for specific GI pattern
of IBS
141.11.Memahami role of foods in the
management of the symptoms
Cirrhosis 142. Pengaruh 142.1.Dapat menilai perubahan patologis
makanan/minuma saluran cerna
n spesifik
terhadap gejala
GI
143. Status Gizi pada 143.1.Dapat menjelaskan jenis
penyakit GI- makanan/minuman yang dapat
Hepatobilier menimbulkan gejala GI
Irritable bowel 144. Terapi Nutrisi 144.1.Dapat menilai status gizi penyakit GI
syndrome Medik pada kronis dan penyakit hati
penyakit GI- 144.2.Menjelaskan modifikasi diet pada
Hepatobilier gangguan GI
144.3.Menjelaskan bentuk terapi nutrisi medik
pada penyakit GI kronis dan penyakit
hati kronis
144.4.Menyebutkan kebutuhan zat gizi utama
pada penyakit hati kronis
Global Strategy 145. Epidemiologi • Menjelaskan prinsip epidemiologi, Departemen IKK/IKM GIS2-K-23
Hepatitis B 146. Transmisi gambaran penyakit, distribusi dari hepatitis 1. Dr. dr. Juliandi
Prevention 147. Clinical Features B dan pencegahan Harahap, MA
148. Geographical • Menjelaskan program imunisasi hepatitis 2. Dr. dr. Rina
distribution • Menjelaskan pencegahan penularan dari Amelia, MARS
149. Routine infant ibu ke bayi
vaccination • Mampu memberikan informasi kepada
150. Prevention of masyarakat, keluarga dan pasien tentang
perinatal HBV manajemen strategi pencegahan hepatitis
tansmission B
151. Catch-up • Menjelaskan manajemen pengelolaan
vaccination of vaksin hepatistis
older persons
152. Management
guideline
153. Information for
health workers
and parents
154. Vaccine
155. Monitoring vaccine

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 24

OUTLINE PRAKTIKUM
Kode
No. Uraian Kegiatan Waktu Departemen
Tahapan

BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM -1

Praktikum 1 Anatomi Saluran Gastrointesinal GIS1-Pr1 3 x 50' Anatomi


Struktur Histologi lapisan dinding dan organ
Praktikum 2 GIS1-Pr2 3 x 50' Histologi
yang berhubungan dengan saluran pencernaan
Pemeriksaan Ultrasonografi dan Endokospi
Praktikum 3 GIS1-Pr3 3 x 50' Histologi
pada saluran pencernaan
Praktikum 4 Bilirubin GIS1-Pr4 3 x 50' Biokimia

BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM -2

Praktikum 1 Pemeriksaan Transudat & Eksudat GIS2-Pr1 3 x 50' Patologi Klinik

Praktikum 2 Pemeriksaan tinja GIS2-Pr2 3 x 50' Patologi Klinik


Susunan Pencernaan dan Hati serta saluran Patologi
Praktikum 3 GIS2-Pr3 3 x 50'
empedu Anatomi
Bentuk sediaan obat& cara pemberian obat
Praktikum 4 GIS2-Pr4 3 x 50' Farmakologi
pada sistem gastrointestinal

OUTLINE SKILLS LAB

Kode
Uraian Kegiatan Skills Lab Waktu Ruangan
Tahapan
Anamnesis, pemeriksaan fisik sistem GIS-SL1 3 x 50’ Ruang skills lab
Gastrointestinal
Prosedur Pemasangan NGT (Naso Gastric GIS-SL2 3 x 50’ Ruang skills lab
Tube)
Prosedur Pemasangan Infus (Intravenous GIS-SL3 3 x 50’ Ruang skills lab
Catheter Insersion)
Keterampilan Klinis DRE GIS-SL4 3 x 50’ Ruang skills lab
GIS-SL5 3 x 50’ Ruang skills lab

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 25

B. LINGKUP BAHASAN BLOK PENDUKUNG

COMMUNITY RESEARCH PROGRAM 5

Poko
Strategi
k Subpokok Kode Narasumbe
Specific Learning Objectives Pembelaja
Baha bahasan Tahapan r
ran
san
Progn Critical • Menggunakan data dan bukti DK GIS1- dr. Putri
osis Appraisal pengkajian ilmiah untuk menilai Prognosis CRP5-DK3 Eyanoer,
• relevansi dan validitasnya 1 MSc. Ph.D
• Menerapkan metode riset dan
statistik untuk menilai
kesahihan informasi ilmiah
• Menerapkan keterampilan
dasar pengelolaan informasi
untuk
• menghimpun data relevan
menjadi arsip pribadi
• Menerapkan keterampilan
dasar dalam menilai data untuk
• melakukan validasi informasi
ilmiah secara sistematik
• Meningkatkan kemampuan
secara terus menerus dalam
• merangkum dan menyimpan
arsip

Critical • Menggunakan data dan bukti DK CRP5-DK4 dr. Yuki


Appraisal pengkajian ilmiah untuk menilai Prognosis Yunanda,
• relevansi dan validitasnya 2 MKes
• Menerapkan metode riset dan
statistik untuk menilai
kesahihan informasi ilmiah
• Menerapkan keterampilan
dasar pengelolaan informasi
untuk
• menghimpun data relevan
menjadi arsip pribadi
• Menerapkan keterampilan
dasar dalam menilai data untuk
• melakukan validasi informasi
ilmiah secara sistematik
• Meningkatkan kemampuan
secara terus menerus dalam
• merangkum dan menyimpan
arsip

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 26

Review/Ple Mendapatkan feed back dari Pleno CRP5-PP2 TIM


no Pakar mahasiswa Pakar 2x50”
Diagnostik Mendiskusikan permasalahan Prognostis
Prponostis prognostis

Harm Harm EBM • Menjelaskan pengertian Harm Kuliah CRP5-K5 Dr. dr.
EBM Arlinda Sari,
• Menjelaskan work sheet Harm MKes
Dr. dr.
• Menjelaskan komponen validity Juliandi, MA
• Menjelaskan komponen
important
• Menjelaskan komponen
applicability
Work • Memahami pengertian Kuliah CRP5-K6 Dr. dr.
Sheet prognosis Arlinda Sari,
MKes/
• Memahami work sheet
Dr. dr.
prognosis Juliandi,
• Memahami komponen validity MKes
• Memahami komponen importan
• Memahami komponen
aplicability

BLOK BIOETIC AND HUMANITIES PROGRAM

MATERI KULIAH BAHASA INDONESIA

Pokok Bahasan Kode Tahapan

Ragam Wacana Argumentasi BHP-IND-K5

Lanjutan dalam bentuk tugas BHP-IND-K6

Ragam Wacana Persuasi BHP-IND-K7

Lanjutan dalam bentuk tugas BHP-IND-K8

Ragam Wacana Deskripsi BHP-IND-K9

MATERI KULIAH BAHASA INGGRIS

Pokok Bahasan Kode Tahapan


Writing an Outline for a Presentation BHP-ENG-K5
Doing a Presentation Based on an Outline BHP-ENG-K6
Writing a Paragraph in Chronological Order BHP-ENG-K7
Writing a Paragraph in Descriptive Form BHP-ENG-K8
Writing a Paragraph in Argumentative Form BHP-ENG-K9

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 27

C.REFERENSI

GASTRO INTESTINAL SYSTEM

Buku Teks
Edisi/T
Departemen Judul Buku Penulis Penerbit Hal
ahun

Parasitologi Foundation of Gerald D S, Larry R Mc Graw Hill 2005 405-407, 436-


Parasitology 437, 448
Medical Parasitology Markel and Voges WB Saunders 1999 276-279, 330,
347-348, 342-
345
Tropical Medicine Hunter’s WB Saunders 2000 719-721, 783-
785, 787-790
Diagnostic Medical Lynne Shore ASM Press 2007 6-56, 357-380,
Parasitology ,edisi Garcia 411-444
kelima
Essensial of Medical Apurba Sankar Jaypee 2014 24-150, 156-
Parasitology Sastry, Sandhya Brothers 189, 190-219
Bhat K Medical
Publishers
Buku Ajar Inge Sutanto FKUI 2008 51-61,74-93,
Parasitplogy (editor) 107-137
Kedokteran, edisi
keempat
Patologi Basic pathology Rubin, Kumar 2006 543
Anatomi Pathology Rubin 2006 668
Farmakologi Basic & Clinical BG. Katzung 9th 1034
Pharmacology
Fisika Medical Physica Cameron J.R. Jhon Wiley & 109-110
Kedokteran Sons
Basic Science for Ryan B 81
Nurses
Medical Webster J.G Jhon Wiley & 99-102
Instrumentation Sons
Patologi Klinik Clinical Diagnosis Richard A. Mc 21st
and Management by Pherson, Matthew /2007
Laboratory Methods R. Pincus
Clinical Chemistry in Philip D. Mayne 6th /
Diagnosis and 2005
Treatment
Gizi Krause and Mahan’s Raymond JL & Elsevier 15th /
Food & The Nutrition Morrow K 2021
Care Process
The Essential Pocket Width M & Jones & 3rd/
Guide for Clinical Reinhard T Bartlett 2021
Nutrition Learning
Anatomi Alat-alat Dalam Kahle, Leonard, Hipokrates 6/ 212-51
Paltzer 1999
Atlas of Human Spatelhotz, Hand JB Lippincott 7th
Anatomy Co
Fisiologi Guyton dan Hall Buku John Hall Elsevier 12th/20
Ajar Fisiologi (Singapore) 14
Kedokteran Pte Ltd
Fisiologi Manusia dari Lauralee Sherwood EGC 9th /
Sel ke Sistem 2018
Buku Ajar Fisiologi Kim E Barret EGC 24th /
Kedokteran Ganong 2015
Biokimia Harper’s Murray RK, Lange 2014/3
Biochemistry Granner DK, Medical 0th ed.
Mayes PA Books, Mc
Graw-Hill
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 28

Mikrobiologi Medical Microbiology Jawetz, Melnick & Lange Medical 22nd


Adelberg's Book Ed.,200
1
Bedah Buku-Ajar Ilmu Bedah Hidayat S Penerbit Buku 2017/e
Wim de Jong Kedokteran disi-4
EGC
Schwartz’s Principles F.Charles McGraw-Hill 2019/E
of Surgery Brunicardi, et al disi-11
ATLS 10th Edition ATLS American 2018/
Student Manual College 10th
Surgeon
Forensik Forensic Pathology Bernard Knight Oxford Univer- 2nd /
sity Press 1996
Principle of Forensic Apurba Nandy New Central 1996
Medicine Book Agency
(P) LTD.
Histologi Junquiera’s Basic Anthony l. Mc Graw Hill 13th /
Histology, Text and Mescher, Ph.D Eduction 2013
Atlas
Histology and Cell Abraham L. Elsevier 4th / 469-558
Biology Kierszenbaum Saunders 2016
Penyakit Harrison's principles Jameson, J. L Mc Graw Hill 2018
of internal medicine
Dalam

Textbook of Tadataka Yamada Lippincott 2018


Gastroenterology MD, David H Alpers Williams &
MD, Loren Laine Wilkins
MD, Neil Kaplowitz Publishers
MD, Chung
Owyang MD, Don
W Powell MD
Penatalaksanaan Rustam Effendi-YS EGC 2019
Klinis Kelainan
Gastrointestinal
Radiologi Textbook of David Sutton
Radiology and
Medical Imaging Vol.
1&2
Learning Abdominal Antonio Luna Springer 2012
Imaging
Guide to Radiological Nick Watson Elsevier 2018/
Procedures 7th
IKK Petunjuk
Pelaksanaan
Imunisasi Hepatitis B.
Dirjen
Pemberantasan
Penyakit Menular &
Penyehatan
Lingkungan
Pemukiman DepKes
RI 1996

Anak Nelson’s textbook of Behrman RE, Philadelphia: 2016/


Pediatrics Cliegman RM, Arvin WB Saunders 20th ed
AM Company

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 29

BLOK PENDUKUNG

COMMUNITY RESEARCH PROGRAM 5


Buku Teks
Departemen Judul Buku Penulis Penerbit Edisi

IKM/IKP/IKK How to teach EBM Sharon, et al

Dasar-dasar metodologi Sudigdo Sastroasmoro CV Sagung 2002


Penelitian Klinis Seto, Jakarta

Clinical Methodology Fletcer and Fletcer Lange

Riset Epidemiologi Bhisma Murti UGM pers 1996

VI. METODA PENGAJARAN

PEMUTARAN FILM

Pemutaran film bertujuan memberikan wawasan dan gambaran mengenai luasnya


lingkup Sistem Gastrointestinaldan membangkitkan minat mahasiswa untuk
memahami blok ini.

KULIAH

Kuliah hanya bertujuan untuk memberikan konsep dasar dalam memahami materi-
materi yang berhubungan dengan Sistem Gastrointestinal, sehingga akan
memudahkan mahasiswa dalam membaca buku teks, dan referensi lainnya. Kuliah
tidak bertujuan untuk memberikan isi keseluruhan dari materi, dengan demikian
kepada mahasiswa diwajibkan untuk membaca referensi yang dianjurkan.

PROBLEM BASE LEARNING (PBL)

Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua) kali
diskusi untuk setiap pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali pertemuan pleno, yang dihadiri
para pakar dari setiap departemen terkait dengan blok Sistem Gastrointestinal
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 12-15
mahasiswa dan didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator
bukan narasumber, dan berlangsung selama 3x50 menit untuk setiap pertemuan
tutorial.

Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam


belajar mandiri, menentukan materi pembelajaran, mencari informasi sesuai dengan
kebutuhannya, mengasah keterampilan berfikir kritis (critical thinking) melalui
masalah yang relevan dengan keadaan sebenarnya yang diberikan dalam pemicu,
serta mengkomunikasikannya secara efektif dalam diskusi maupun presentasi.

Kegiatan PBL pada blok ini terdiri dari lima kasus, setiap kasus didiskusikan dalam
dua kali pertemuan diskusi dan diakhiri dengan satu kali pertemuan pleno.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 30

BELAJAR MANDIRI

Agar lingkup materi dapat dikuasai dengan baik, pada saat melaksanakan kegiatan
belajar mandiri, mahasiswa diharapkan melaksanakan proses belajar dengan
tahapan sebagai berikut :

1. Mengkaji lingkup bahasan dengan membaca referensi yang dianjurkan, karena


kuliah pada hakikatnya hanya memberikan konsep dasar dari materi, dan
pertemuan tutorial akan memicu mahasiswa untuk mengintegrasikan pemahaman
konsep dalam menyelesaikan masalah.
2. Mencari dan mempelajari materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di
perpustakaan, dapat berupa handout, buku teks, jurnal ilmiah, CD-ROM, atau
informasi dari sumber terpercaya di internet.
3. Diskusi dengan narasumber apabila diperlukan.

PRAKTIKUM

Praktikum dilaksanakan di laboratorium Anatomi, Histologi,Patologi Anatomi,


Biokimia, Patologi Klinik, Mikrobiologi, Parasitologi, danFarmakologisesuai jadwal
kegiatan. Mahasiswa dibagi dalam 10 (sepuluh) kelompok yang terdiri dari 45
mahasiswa perkelompok, yang akan dibimbing oleh seorang staf pengajar.

Sebelum praktikum akan dilakukan quiz untuk mengukur kesiapan mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum.

Tujuan umum praktikum adalah agar mahasiwa:


1. Meningkatkan pemahaman akan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan
dan belajar mandiri.
2. Menjelaskan perbedaan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan.
3. Menginterpretasi hasil praktikum yang diselenggarakan dalam bentuk
percobaan.
4. Menyimpulkan hasil praktikum.
5. Membandingkan hasil kelompoknya dengan hasil kelompok lain.
6. Membuat laporan hasil praktikum yang antara lain menjelaskan kaitan hasil
praktikum dengan konsep-konsep yang mendasarinya.
7. Menerapkan kejujuran ilmiah dengan melaporkan hasil yang didapatkan pada
praktikum sebagaimana adanya.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 31

VII. SARANA DAN PRASARANA


RUANG KULIAH

Kuliah dilaksanakan di secacra daring (online)


.
RUANG DISKUSI / TUTORIAL

1. Diskusi dilaksanakan di ruang-ruang berikut

No. Kelompok Diskusi Ruang Diskusi

KELAS A (Gedung Baru)


1. A1 Ruang Diskusi 1
2. A2 Ruang Diskusi 2
3. A3 Ruang Diskusi 3
4. A4 Ruang Diskusi 4
5. A5 Ruang Diskusi 5
6. A6 Ruang Diskusi 6
7. A7 Ruang Diskusi 7
8. A8 Ruang Diskusi 8
9. A9 Ruang Diskusi 9
10. A10 Ruang Diskusi 10
11. A11 Ruang Diskusi 11
12. A12 Ruang Diskusi 12
KELAS B (GEDUNG A. HAKIM)
13. B1 Ruang Diskusi 1
14. B2 Ruang Diskusi 2
15. B3 Ruang Diskusi 3
16. B4 Ruang Diskusi 4
17. B5 Ruang Diskusi 5
18. B6 Ruang Diskusi 6
19. B7 Ruang Diskusi 7
20. B8 Ruang Diskusi 8
21. B9 Ruang Diskusi 9
22. B10 Ruang Diskusi 10
23. B11 Ruang Diskusi 11
24. B12 Ruang Diskusi 12

2. Pleno Pakar dilaksanakan secara daring (online)

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 32

RUANG PRAKTIKUM

Praktikum dilaksanakan di secara daring (online)


- Departemen Anatomi
- Departemen Histologi
- Departemen Patologi Anatomi
- Departemen Biokimia
- Departemen Patologi Klinik
- Departemen Mikrobiologi
- Departemen Farmakologi

SKILLS LAB.

Kegiatan skills lab

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 33

VIII. EVALUASI MAHASISWA


1. Blok Utama
Komponen evaluasi pembelajaran mahasiswa pada blok utama terdiri dari:

Ujian Mid term = 40%

Ujian Final term = 40%

Proses tutorial = 20%

Total = 100%

Ujian mid dan final term merupakan ujian tulis berbentuk pilihan berganda
(multiple choice questions) yang terdiri dari materi perkuliahan dan tutorial.
Proses tutorial dinilai oleh setiap fasilitator terhadap kinerja dan kompetensi yang
diperlihatkan oleh setiap mahasiswa selama proses tutorial berlangsung.

2. Blok Pendamping
Komponen evaluasi pembelajaran mahasiswa pada blok pendamping terdiri dari:

Ujian Tengah Semester = 50%

Ujian Akhir Semester = 50%

Total = 100%

Komposisi ini akan berubah apabila dosen yang bersangkutan memberikan


tugas dengan bobot maksimal 20%.

KETENTUAN UJIAN
Setiap mahasiswa harus mematuhi Buku Panduan Akademik. Ketentuan
ujian untuk Tahun Akademik 2012-2013 adalah sebagai berikut:
1. Kehadiran minimal kegiatan kuliah 80%, tutorial 80%, pleno pakar 80%, dan
praktikum 100%.
2. Apabila berhalangan hadir dalam proses kegiatan akademik tersebut,
mahasiswa harus menyerahkan surat pemberitahuan (izin atau keterangan sakit
dari dokter) kepada Divisi SDM Medical Eduation Unit (MEU) dan menyimpan
sendiri satu kopi serta surat tanda terima dari Divisi SDM sebagai arsip pribadi
seandainya diperlukan sesewaktu.
3. Ketentuan bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran minimal tanpa
pemberitahuan:
A. Mahasiswa tidak berhak mengikuti ujian.
B. Mahasiswa tidak berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan.
C. Ujian remedial hanya dapat diikuti pada semester bersangkutan tahun
akademik berikutnya: remedial semester ganjil dilakukan pada semester
ganjil dan remedial semester genap pada semester genap tahun akademik
berikutnya.
4. Ketentuan bagi mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian pada jadwal
reguler dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan:

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 34

A. Mahasiswa bersangkutan harus menyerahkan surat pemberitahuan (izin


atau keterangan sakit dari dokter) kepada Divisi Assessment MEUdan
menyimpan sendiri satu kopi surat tersebut sebagai arsip seandainya
diperlukan sesewaktu.
B. Mahasiswa pada poin A boleh mengikuti ujian pada jadwal remedial
semester berjalan.
C. Mahasiswa yang tidak mengikuti ujian tanpa keterangan akan diberi nilai NA
dan tidak berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan.
D. Mahasiswa pada poin C hanya dapat mengikuti ujian remedial pada
semester bersangkutan tahun akademik berikutnya.
5. Ketentuan ujian remedial dan grand remedial:
A. Mahasiswa yang berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan
adalah mahasiswa yang tidak lulus (nilai D dan E) yang kehadirannya pada
kegiatan akademik cukup, atau mahasiswa yang berhalangan mengikuti
ujian pada jadwal reguler dengan surat keterangan (izin atau sakit).
B. Mahasiswa yang lulus dengan nilai C dan C+ hanya boleh mengikuti ujian
remedial satu kali, yakni pada semester berikutnya atau pada saat grand
remedial.
C. Nilai maksimal yang diperoleh melalui ujian remedial adalah B.
D. Ujian grand remedial berlangsung pada semester ganjil.

IX. MODUL CLINICAL SKILLS LAB

PERATURAN KEMAHASISWAAN MENGIKUTI SKILLS LAB

1. Pada saat mengikuti skills lab, mahasiswa diwajibkan memakai jas putih
laboratorium

2. Divisi Skills lab mengeluarkan buku modul skills lab di setiap blok sebagai
panduan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan skills lab.
Kehadiran setiap mahasiswa harus 100%. Mahasiswa yang tidak hadir karena
alasan yang dapat dibenarkan, seperti :
a. Sakit
b. Terkena musibah
c. Mendapat tugas dari Fakultas atau Universitas.
d. Atau alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan yang telah diajukan dan
mendapat persetujuan sebelumnya, dapat meninggalkan kegiatan pendidikan
setelah menyampaikan keterangan tertulis dari pihak yang berwenang
(dokter atau Pimpinan Fakultas) dan diserahkan kepada pengelola sekills lab
paling lambat satu hari kerja setelah ketidakhadiran kecuali untuk alasan c
dan d paling lambat satu hari sebelum ketidakhadiran mahasiswa tersebut.

3. Mahasiswa tidak boleh mengganti jadwal skills lab kecuali karena alasan di atas.

4. Mahasiswa yang tidak hadir tersebut wajib menggantikan skills lab di kelompok
yang lain atau pada jadwal khusus yang telah ditetapkan oleh pengelola (special
treatment).

5. Apabila mahasiswa tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut di atas


kehadirannya dianggap tidak memenuhi syarat.
Mahasiswa yang tidak memenuhi syarat kehadiran 100% tidak boleh mengikuti
ujian dan nilainya menjadi 0.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 35

UJIAN/EVALUASI SKILLS LAB

Evaluasi mahasiswa untuk Skills Lab dibuat dalam bentuk OSCE (Objective
Structure Clinical Examination) yang dilakukan di setiap akhir semester. OSCE
dilaksanakan dalam beberapa station dan di dalam setiap station mahasiswa akan
melakukan satu ketrampilan klinis yang diujikan dan dinilai oleh seorang penguji.
Syarat mengikuti OSCE: Mahasiswa harus mengikuti seluruh kegiatan skills lab
yang dijadwalkan dan apabila tidak, harus menggantinya sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

NILAI KELULUSAN

Nilai kelulusan untuk setiap CSP (Clinical Skills Program) adalah nilai A (> 80) untuk
semua keterampilan yang diujikan dan jika tidak mencapai nilai tersebut,
mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengikuti ujian remedial.

UJIAN PERBAIKAN (REMEDIAL EXAMINATION)

Untuk memperbaiki nilai, mahasiswa diberi kesempatan mengikuti ujian perbaikan,


dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Mahasiwa yang mendapatkan nilai <80 pada station tertentu wajib mengikuti
ujian remedial pada station tersebut.
2. Ujian remedial akan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
(lebih kurang dalam waktu 1 minggu setelah ujian OSCE).
3. Sebelum melaksanakan ujian remedial, mahasiswa diberi kesempatan untuk
berlatih kembali di ruang skills lab.
4. Yang akan menguji pada ujian remedial adalah penguji pada ujian OSCE yang
akan ditentukan jadwalnya.
5. Bila mahasiswa gagal lagi dalam ujian remedial, maka mahasiswa tersebut
mengulang kembali ujian OSCE pada station yang gagal di blok yang
bersangkutan, pada tahun berikutnya & wajib lapor ke divisi skills lab.
6. Apabila mahasiswa tidak hadir pada saat pelaksanaan OSCE oleh karena
alasan yang dapat dibenarkan.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 36

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 37

XII. PENUNTUN PRAKTIKUM

PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI (GIS1-Pr1)

TATA TERTIB
LABORATORIUM ANATOMI FK USU

1. Setiap mahasiswa wajib memakai baju praktikum dan tanda pengenal,


berpenampilan rapi dan sopan, serta menggunakan sepatu

2. Hadir tepat waktu dan pulang tepat waktu

3. Wajib membawa Atlas Anatomi

4. Sebelum praktikum, mahasiswa wajib mempelajari topik yang akan dibicarakan

5. Selama praktikum berlangsung wajib menjaga ketertiban dan ketentraman

6. Bagi yang tidak memenuhi aturan diatas akan diberikan sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku di Departemen Anatomi FK USU

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 38

Struktur Anatomi Rongga Mulut:


• Perhatikan bartas-batas dari rongga mulut
• Perhatikan organ-organ yang membentuk cavum oris propii dan vestibulum oris,
palatum durum, palatum mole., mucosa pipi

Struktur Anatomi Lidah :


• Perhatikan bagian –bagian dari lidah : radix lingulae , corpus lingulae dan apex
lingulae
• Otot-otot ekstrinsik lidah : m. styloglossus, m.genioglossus dan m.hyoglossus.
• Otot-otot intrinsik lidah: m. transversus lingulae , m.longitudinalis lingulae dan m.
verticalis
• Perhatikan papillae pada lidah : papilla filiformis, papilla fungiformis, papilla
vollatae dan papila foliate

Struktur Anatomi Gigi:


• Perhatikan jenis-jenis gigi: incivus, caninus premolar dan molar

Struktur Anatomi Kelenjar liur:


• Perhatikan kelenjar-kelenjar liur major : kelenjar parotis dan duktus parotideus,
kelenjar sub mandibular , kelenjar sublingual

Articulatio temporo-mandibularis:
• Perhatikan baian-bagian yang membentuk articulation temporo-mandibularis:
fossa articulare os temporal , capitulum mandibulae os mandibula, ligamentum
temporo mandibularis, ligamentum stylomandibularis

Otot-otot mastikasi
• Perhatikan otot-otot yang berperan pada proses mastikasi : m. temporalis; m.
massetter; m. pterygoideus lateralis dan m. pterygoideus madialis

Struktur Pharynx
• Perhatikan bagian-bagian dari pharynx : nasopharynx, oropharynx dan
laryngopharynx
• Otot-otot yang membentuk pharynx: m. constrictor pharyngeus superior, medius
dan inferior

Struktur Oesophagus
• Perhatikan letak dari oesophagus
• Perhatikan otot-otot yang membentuk oesophagus : m. logitudinalis oesophagus
dan m. circularis oesophagus

Struktur Anatomi Duodenum :


• Pelajarilah letak sekunder retroperitoneal, melekat pada dinding belakang abdomen
daerah M.Quadratus Lumborum kanan, dilateral vena cava inferior.
Bagian-bagiannya : Pars superior, Pars desendens, Horizontal, Pars Ascendens
Pars superior terdiri dari bulbus duodeni , mukosa tidak punya plica
• Perhatikan Plica mukosa circulair yang tinggi dan agak jarang pada Pars
descendens
• Perhatikan muara dari duktus choledocus dan ductus pancreaticus , pada titik
tengah pars descendens pinggir lateral posterior ( ductus wirsungi)
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 39

• Perhatikan arah vena porta dan arteri mesenterica inferior yang berada di belakang
dari duodenum paras horizontalis
• Ligamentum hepatoduodenale yang berjalan diatas didepan duodenum pars
superior dan perhatikan susunan isinya yaitu ductus choledocus, A.hepatica dan
V.porta
• Pelajari kelenjar-kelenjar limfe yang ada disepanjang duodenum
Struktur Anatomi Intestinum Tenue
• Usus halus terdiri dari jejenum dan ileum, carilah flexura duodenojejunalis :
pelajari mesenterium jejenum, mucosa dengan plica mucosa circularis, limfonodi
soliterii ; diameter 3,5 cm
• Ileum, pelajarilah mesenterium, plica mucosa semicircularis, limfonodi Agregatii (
Peyer Plexus) ; diameter 2,5 cm
• Pelajarilah cabang-cabang arteri untuk intestinum Tenuedari A.Mesenterica
Superior
Struktur Anatomi Caeecum dan Appendices Vermi-formis
• Carilah caecum dan appendixnya, panjang appendix (6 – 12 cm ) dan lumen
caecum
• Perhatikan kelep ileocaecal dan bentuk Ileocaecal junction

Struktur Anatomi Intestinum Crassum


• Caecum, colon ascendens, colon transversum, colon descendens dan colon
sigmoideus, carilah flexura colica dextra dan sinistra. Lumen berkisar 4 – 7 cm
• Perhatikan peritoneum yang melapisi intestinum crassum ; ada yang melapisi
partial intraperitoneal, ada yang intraperitoneal dengan mesocolon dan
mesenterium
• Carilah taenia libra , taenia mesocolica dan taenia omentalis, appendices
epiploica dan haustra
• Carilah mucosa dengan plica mucosae semicircularis pada intestinum crassum
• Pelajarilah A. colica dextra , A.colica media dan A.colica sinistra

Vascularisasi Sistem Gastrointestinal


• Pelajarilah cabang-cabang dari V.porta serta cysterna chili

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 40

PENUNTUN PRAKTIKUM HISTOLOGI I (GIS1-Pr2)


BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM

TATA TERTIB di LABORATURIUM HISTOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN USU

1. Setiap mahasiswa wajib memakai baju praktikum


2. Setiap mahasiswa wajib berpenampilan rapid an sopan, dan menggunakan sepatu
3. Setiap mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum sebelum praktikum dan
membawa alat – alat yang diperlukan
4. Setiap mahasiswa wajib hadir tepat waktu dan pulang tepat waktu
5. Selama praktikum berlangsung diwajibkan menjaga ketertiban, ketentraman, bekerja
efisien serta tidak mengganggu rekan praktikum
6. Sebelum praktikum dimulai, periksa dahulu kelengkapan mikroskop dan slide
histology, dan pada akhir praktikum dikembalikan dalam kondisi seperti semula
7. Usahakan hadir setiap jam praktikum. Apabila ada halangan yang terpaksa, laporkan
kepada pegawai laboratorium. Pekerjaan pada hari itu harus diselesaikan pada
kesempatan lain
8. Bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan praktikum dengan baik akan mengikuti
ujian praktikum pada akhir blok

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 41

PRAKTIKUM
DIGESTIVE TRACT

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur organ pencernaan.


Sediaan jaringan :
No. Organ Saluran Pencernaan Kode Sediaan
1. Bibir DS – 1
2. Lidah DS – 2
3. Bakal Gigi Gigi
4. Esophagus DS – 7
5. Fundus and Body of Stomach DS – 9a
6. Pyloric Stomach DS – 9b
7. Duodenum DS – 10
8. Jejunum and Ileum DS – 11
9. Colon DS – 12
10. Appendix DS – 13

Gambar 1
Bibir (DS-1)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ______________________________ 4. ______________________
2. ______________________________ 5. ______________________
3. ______________________________ 6. ______________________

Deskripsi gambar 1

No. Perihal Deskripsi


1. Struktur
permukaan luar
2. Struktur
permukaan mukosa
3. Struktur jaringan ikat
4. Vaskularisasi Banyak / Sedikit
5. Jenis otot

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 42

Gambar 2
Lidah (DS-2)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________ 4. ______________________
2. _____________________________ 5. ______________________
3. _____________________________ 6. ______________________

Deskripsi gambar 2
No. Perihal Deskripsi
1. Epitel mukosa
2. Jenis papila 1.
2.
3.
4.
3.
Struktur taste bud

4.
Jenis kelenjar
5.
Jenis dan struktur otot

Gambar 3
Bakal Gigi (Gigi)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 43

Deskripsi gambar 3
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur email

2. Struktur ameloblas

3. Struktur sementum

4. Struktur dentin

5. Struktur pulpa

6. Struktur
ligamen periodontal
7. Struktur gingiva

Gambar 4
Esophagus (DS-7)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 4

No. Perihal Deskripsi


1. Epitel mukosa

2. Struktur
sub mukosa
3. Lamina muskularis

4. Struktur
serosa / adventisia

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 44

Gambar 5
Fundus and Body of Stomach (DS-9a)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 5
No. Perihal Deskripsi
1. Epitel mukosa
2. Sel Goblet Ada / Tidak Ada
3. Struktur sel parietal
4. Struktur sel zimogen
5. Sub mukosa
6. Lamina muskularis

Gambar 6
Pyloric Stomach (DS-9b)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 45

Deskripsi gambar 6
No. Perihal Deskripsi
1. Epitel mukosa
2. Sel Goblet Ada / Tidak Ada
3. Sel Parietal Ada / Tidak Ada
4. Sub mukosa
5. Lamina muskularis

Gambar 7
Duodenum (DS-10)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _______________________________
2. _______________________________
3. _______________________________
4. _______________________________
5. _______________________________
6. _______________________________

Deskripsi gambar 7
No. Perihal Deskripsi
1. Epitel mukosa
2. Sel Goblet Ada / Tidak Ada
3. Sub mukosa

4. Struktur vili

5. Kelenjar Brunner

6. Lamina muskularis

7. Serosa

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 46

Gambar 8
Jejunum and Ileum (DS-11)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 8
No. Perihal Deskripsi
1. Mukosa
2. Sub mukosa
3. Peyer Patch
4. Vili Ada / Tidak Ada
5. Lamina muskularis
6. Serosa

Gambar 9
Colon (DS-12)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 47

Deskripsi gambar 9
No. Perihal Deskripsi
1. Mukosa
2. Sel Goblet Banyak / Sedikit
3. Sub mukosa
4. Vili Ada / Tidak Ada
5. Lamina muskularis
6. Serosa

Gambar 10
Appendix (DS-13)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 10
No. Perihal Deskripsi
1. Mukosa
2. Sel Goblet Banyak / Sedikit
3. Sub mukosa
4. Vili Ada / Tidak Ada
5. Nodulus limfatikus
6. Lamina muskularis
7. Serosa

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 48

PRAKTIKUM HISTOLOGI II (GIS1-Pr3)


ORGANS ASSOCIATED WITH DIGESTIVE TRACT

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur organ yang berhubungan dengan


saluran pencernaan.
Sediaan jaringan :
No. Nama Organ Kode Sediaan
1. Parotid gland DS – 4
2 Submandibular gland DS – 5
3 Liver DS – 15
4 Pancreas DS – 17

Gambar 1
Parotid Gland (DS-4)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
5. _____________________________________

Deskripsi gambar 1

No. Perihal Deskripsi


1. Jenis kelenjar

2. Struktur sel serosa

3. Struktur
duktus interkalaris
3. Struktur
duktus striata

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 49

Gambar 2
Submandibular Gland (DS-5)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 2
No. Perihal Deskripsi
1. Jenis kelenjar
2. Struktur sel serosa
3. Struktur
sel mukosa
4. Struktur
duktus striata

Gambar 3
Liver (DS-15)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 50

Deskripsi gambar 3

No. Perihal Deskripsi


1. Struktur hepatosit

2. Struktur lobulus hati

3. Struktur triad portal

4. Struktur asinus hati

Gambar 4
Pancreas (DS-17)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. __________________________
2. ____________________________ 5. __________________________
3. ____________________________ 6. __________________________

Deskripsi gambar 4
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur kelenjar

2. Struktur sel asinar

3. Struktur sel sentroasinar

4. Struktur duktus

Struktur pulau
5.
Langerhans

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 51

PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA (GIS1-Pr4)


BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM

PEMERIKSAAN BILIRUBIN DALAM URINE

Untuk melakukan pemeriksaan dalam urin tidak boleh disaring karena akan
mengakibatkan bilirubin akan tertinggal di dalam kertas saring.Pemeriksaan ini dilakukan
dengan

1. REAKSI CINCIN DENGAN YODIUM :


5 ml urine ditambahkan 1 ml Jodium tincture (1% Jodium dalam alcohol) larutan
tersebut, maka dikatakan reaksinya (+), yang bermakna bahwa terdapat bilirubin dalam
urine yang diperiksa tersebut

2. REAKSI HUPPERT SALKOWSKY-STEENSMA


Ke dalam 10 ml urine yang tidak disaring dan bersifat asam, diteteskan sebanyak
10 tetes larutan Na2CO3 20% dan 20 tetes larutan CaCl2 20%. Endapan yang terjadi
disaring dan dicuci beberapa kali dengan air. Jika endapan yang terjadi tersebut tidak
berwarna, maka berarti tidak terdapat bilirubin dalam urine yang diperiksa. Sebaliknya
bila endapan yang terbentuk berwarna kuning, maka endapan tersebut dilarutkan dalam
1 atau 3 ml HCl dalam alcohol. Kemudian pada larutan tersebut diteteskan larutan Na
NO2 0,5%. Akan terjadi warna hijau pada larutan tersebut apabila terdapat bilirubin.

3. REAKSI FOUCHET
Pada 5 ml urine diberi beberapa ml Ba Cl2 10%. Endapan yang terjadi disaring
dengan keras saring lain yang kering, lalu teteskan beberapa tetes reagensia Fouchet.
Bila terbentuk warna hijau, maka berarti terdapat bilirubin pada urine yang diperiksa
tersebut.
Reagensia FOUCHET : 25 g Trichloroacetic acid dilarutkan dalam 100 ml aquadest
dan dicampurkan dengan 10 ml larutan FeCl3 10%.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 52

PEMERIKSAAN BILIRUBIN DARAH

PRINSIP:
Bilrubin bila direaksikan dengan diazotized sulfanilic acid akan membentuk suatu
zat warna yang dalam suasana netral berwarna merah dan dalam suasana basa
berwarna biru. Bilirubin Glucoronida (direct bilirubin) yang larut dalam air akan bereaksi
secara langsung, sedangkan bilirubin yang tidak larut dalam air akan bereaksi dengan
bantuan suatu accelerator.

REAGENSIA :
1. Sulanilic Acid : 29 mmol / 1 C6H7NO3S, 170 mmol / 1 HC1
2. Natrium Nitri : 29 mmol / 1 NaNO2
3. Accelerator : 130 mmol / 1 Coffein, 156 mmol / 1 Natrium benzoate, 460
mmol / 1 Na Acetate.
4. Larutan Fehling B : 930 mmol / 1 K – Na- Tartrat, 1,9 mol / 1 NaOH.

METHODE (CARA KERJA)


Pemeriksaan BILIUBIN TOTAL
Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering dan diberi tanda dengan B
(Blanko) dan S (Serum). Kemudian dimasukkan reagensia ke dalam tabung-tabung
tersebut, sesuai dengan skema berikut ini:

BLANKO SERUM
N atrium Nitrit (2) - 1 tetes
Sulfanilic acid (1) 0,2 ml 0,2 ml
Accelerator (3) 1,0 ml 1,0 ml
Serum 0,2 ml 0,2 ml

Larutan di atas dicampur hingga homogen dengan menggunakan Vortex Mixer dan
kemudian dibiarkan selama 10-60 menit pada temperatur kamar. Setelah itu tambahkan
1,0 ml larutan Fehling B, diaduk hingga homogen dan dibiarkan selama 5- 30 menit,
sebelum dibaca pada Spektrophotometer dengan panjang gelombang yang sesuai untuk
warna biru (filter Hg 578 nm).
PERHITUNGAN : Konsentrasi Bilirubin Total = E x 10,5 mg %
E x 180 mol/l

Pemeriksaan DIRECT BILIRUBIN :


Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 53

Ke dalam tabun reaksi untuk Blanko dan serum dimasukkan reagensia berikut ini :

BLANKO SERUM
Natrium Nitrit (2) - 1 tetes
Sulfanilic acid (1) 0,2 ml 0,2 ml
Larutan Saline isotonis 2,0 ml 2,0 ml
Serum 0,2 ml 0,2 ml

Larutan di atas dicampur hingga homogen (Vortex) dan dibiarkan selama 5 menit
kemudian ditentukan Extinctienya dengan menggunakan filter Hg 546 nm.
Perhitungan : Konsentrasi Bilirubin direct = E x 14,0 mg %
E x 189 mol / l

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 54

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK (GIS2-Pr1)


BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM

BILIRUBIN
Metode Jendrassik and Grof

Bahan : serum
Alat yang digunakan
Spektrofotometer 578 nm (Bil. Total)
546 nm (Bil. Direk)
Prosedur :
Total Bilirubin
Sample Blank
Sodium nitrit (2) 1 tts -
Sulfanilic acid (1) 200 ul 200 ul
Acceletorator (3) 1000 ul 1000 ul
Serum 200 ul 200 ul

Campur dan biarkan selama 10-60 menit pada suhu ruangan (20 – 300C) kemudian
tambahkan Fehling II (4) 1000 ul.
Campurkan dan sesudah 5 -30 menit ukur absorbance sample terhadap blank.

Perhitungan :
Kons bil. Total = A x 10,5 mg/dl

2. Biliribun Direk
Sample Blank
Sodium nitrit (2) 1 tts (0,02 ml) -
Sulfanilic acid (1) 200 ul 200 ul
Acceletorator (3) 2000 ul 2000 ul
Serum 200 ul 200 ul

Campur dan inkubasi pada suhu ruangan (20 – 300C) tepat 5 menit. Baca absorbance
sample terhadap blank tepat sesudah 5 menit penambahan serum

Perhitungan :
Kons bil. Direk = A x 14,0 mg/dl

GOT

Bahan : Serum, plasma heparin / EDTA


Alat yang digunakan : Spektrofometer 340 nm
Prosedur :
1. Dengan start reagent
Serum, plasma 100 ul
Lar. Reagent 1000 ul
Campur, sesudah 1 menit tambahkan :
Start reagent 250 ul
Campurkan dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3
menit.

Perhitungan :

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 55

Aktivitas enzym = (∆ A/min) x F IU/1 (F :; 2143)

2. Dengan start sampel


Serum plasma 100 ul
Larutan reaksi 1000 ul
Campuran dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3
menit.

Perhitungan :
Aktivitas enzym = ( ∆ A/min) x F IU/L (F : 1746)

Larutan reaksi : campur reagent (1) dan ragent (2) dengan ratio 4 : 1 mis. 20 ml larutan
reagent I + 5 ml start reagent (reagent 2)

GPT

Bahan : Serum, plasma Heparin / EDTA


Alat yang digunakan : Spektrofotometer 340 nm
Prosedur : Serum, plasma 100 ul
Lar. Reagent 1000 ul
Campur dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit
selama 3 menit.

Perhitungan : Aktivitas enzym = (∆A/min) x F (F : 1905)

ALKALI FOSPHATASE

Bahan : Serum, plasma Heparin / EDTA


Alat yang dipergunakan : Spektrofotometer 405 nm.

Prosedur : Serum, plasma 20 ul


Lar. Reagent 1000 ul
Campur dan sesudah 1 menit ukur kenaikan absorbance tiap menit selama 3 menit.

Perhitungan :
Aktivitas enzym = (∆/min) x 2754 U/L
Larutan reaksi : Larutkan isi 1 botol (2) dengan 3 ml isi botol (1)

BILIRUBIN
A. Percobaan Busa
Dapat dilakukan disamping tempat tidur, akan tetapi test ini kurang sensitif.

Cara pemeriksaan
1. Tabung reaksi diisi setengah penuh dengan urin dan diberi penutup,
kemudian kocok kuat - kuat.
2. Perhatikan warna busa, apabila busa berwarna kuning, kemungkinan
besar terdapat bilirubinuria dan test ini dilaporkan positif.

Positif palsu
Obat - obatan pyridium, actiflavine dapat membrikan hasil positif palsu
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 56

B. Percobaan Harrison
Azas
Bilirubin dalam urin diendapkan oleh Barium khlorida dan dipekatkan pada kertas kering.
Reagens Fouchet akan memberikan warna hijau pada biliverdin yang timbul karena
oksidasi bilirubin.

Reagensia Fouchet
Asam trikiorasetat 25 g
Air suling 100 ml
Campur kemudian tambahkan 10 ml larutan ferriklorida 10 %.

Cara pemeriksaan
1. Ke dalam 5 ml urin ditambahkan 5 ml larutan Barium chlorida 10 %
kemudian disaring.
2. Endapan yang melekat pada kertas saring dikeringkan.
3. Reagens Fouchet diteteskan kepada kertas saring yang mengandung
endapan tersebut.
4. Perhatikan timbulnya warna hijau.

Pelaporan
Dengan Reagens Fouchet bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau,
tetapi disamping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil oksidasi lain seperti bilisianin
berwarna biru atau cholestelin berwarna kuning. Maka hanya warna hijaulah yang
dianggap positif. Perbedaan konsentrasi dapat dilaporkan dengan negatif, 1+, 2+

C.Cara Carik Celup

Reaksi diasotisasi antara bilirubin dalam urin dengan senyawa diaso pada carik celup.
Warna yang terjadi ditentukan oleh jenis senyawa dengan diaso yang terdapat dalam
carik celup, sedangkan intensitasnya dapat menunjukkan banyaknya bilirubin secara
terbatas.
Harus memakai urin segar dan ikuti petunjuk cara pemeriksaan dari pabrik pembuat
reagen carik celup.

TRANSUDAT DAN EKSUDAT

Transudat dan eksudat adalah sejumlah cairan yang mengumpul secara abnormal dalam
rongga badan : peritoneum, pleural dan pericard.
Asas
Membandingkan warna, kejernihan, bau, bekuan, berat jenis, jumlah sel, hitung jenis
serta beberapa parameter kimia untuk membedakan apakah cairan eksudat (yang
disebabkan oleh radang).

Bahan
Cairan diperoleh dari punksi cairan pleural, pericardial atau peritoneal. Bila dairan tampak
jernih, tanpa antikoagulan, bila cairan keruh atau bercampur darah dapat diberi anti
koagulan sitrat 20% (0,01 ml/ml cairan). Pemeriksaan harus segera dilakukan (dalam
waktu ½ jam setelah pengambilan bahan).
Cara pemeriksaan

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 57

A. MAKROSKOPI
1. Volume cairan
2. Warna : kuning muda atau tua, kuning kehijau-hijauan, merah, coklat, putih kekuning-
kuningan, atau putih seperti susu.
3. Kejernihan : jernih, agak keruh atau sangat keruh
4. Bekuan : tidak ada bekuan (halus, berkeping atau kasar)
5. Berat jenis : diukur dengan refraktometer.

B. MIKROSKOPI
1. Jumlah sel :
Kocok cairan yang akan diperiksa
Hisap cairan sampai garis 1 lalu hisap larutan Turk sampai garis 11, kocok pipet buang 3
tetes, kemudian isilah kamar hitung Improved Neubauer dan biarkan selama 5 menit.
Hitung semua sel leukosit dalam seluruh bidang dengan pembesaran 10x.
Hitung semua sel yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada sudut-sudut (seperti
hitung leukosit)
Jumlah sel per UL = Jumlah sel x 25

Bila cairan keruh :


Kocok cairan yang akan diperiksa. Hisap larutan Turk sampai garis 0,5 lalu hisap cairan
sampai garis 11. Selanjutnya seperti diatas.
Jumlah sel per UL = Jumlah sel 50.

2. Hitung Jenis Sel :


Bila cairan jernih :
Cairan diputar dengan kecepatan 1500 – 2000 rpm selama 10 menit. Cairan di atas
dibuang dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan apus.
Biarkan kering, lalu diwarnai dengan Wright / Glemsa. Lakukan hitung jenis sebanyak
100 sel. Hitung jenis hanya membedakan sel mononuclear (limfosit dan monosit) serta
sel poli nuklear (segmen).

Bila cairan keruh :


Cairan tidak perlu diputar atau diputar sebentar.

C. KIMIA
1. Tes Rivalta
Masukkan 100 ml aquadest ke dalam gelas ukur 100 ml. Tambahkan 1 tetes asam asetat
gl;asial dan campurlah. Teteskan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran
tersebut, dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas permukaan campuran. Lihat ada tidaknya
kekeruhan.
Kekeruhan tidak ada --------------------------------------- negatif
Kekeruhan ringan seperti kabut tipis-tipis ------------ positif lemah
Kekeruhan nyata seperti kabut tebal ------------------ positif

2. Protein
Cara pemeriksaan sama dengan protein dalam plasma

3. Glukosa
Cara pemeriksaan sama dengan Glukosa dalam plasma.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 58

4. LDH
Cara pemeriksaan sama dengan LDH dalam plasma

JENIS TES TRANSUDAT EKSUDAT


Makroskopi Kuning muda Warna bermacam-macam
Jernih Keruh
Bekuan tidak ada Sering ada bekuan
BJ < 1018 BJ > 1018
Jumlah sel leukosit < 500 > 500
Hitung Jenis Sel MN PMN > (akut)
MN > (kronik)
Rivalta Neg/Pos Lemah Pos
Protein < 50% plasma > 50%
< 2,5 gr/dl > 4,0 gr/dl
= plasma < plasma
Glukosa
< 60% plasma > 60% plasma
LDH

Ratio :
Protein cairan plasma < 0,5 > 0,5
LDH cairan plasma < 0,6 > 0,6

TINJA
Bahan
Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu yang berasal dari defekasi spontan. Tinja
hendaknya diperiksa dalam keadaan segar; kalau dibiarkan kemungkinan unsur-unsur
dalam tinja itu dapat rusak. Wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca, plastik atau
wadah karton berlapis paraffin, wadah harus bermulut lebar.

Asas
Memeriksa secara makroskopis serta mencari kelainan-kelainan yang pada tinja.
Cara pemeriksaan :

MAKROSKOPI
Warna
Warna tinja yang dibiarkan diudara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih banyak
urobilin dari urobilinogen. Selain uroblin, warna tinja dipengaruhi oleh jenis makanan,
oleh kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obat yang diberikan.
Warna abu-abu mungkin disebabkan ikterus obstruktif (tinja acholik) dan juga setelah
dipakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Merah segar biasanya oleh
perdarahan bagian proksimal. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat – obatan
yang mengandung besi dan mungkin juga karena melena.

Bau
Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau
busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isi, yaitu protein yang tidak dicerna atau
dirombak oleh kuman usus. Tinja akan bereaksi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau asam : dapat disebabkan oleh peragian zat-zat gula yang tidak dicerna
sempurna, misalnya pada diare, tinja akan bereaksi asam.

Konsistensi

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 59

Konsistensi tinja pada keadaan normal agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi
menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konsistensi didapat tinja
keras.

Lendir
Lendir akan dapat diartikan rangsangan atau radang dinding usus, kalau lendir itu hanya
didapat dibagian luar tinja. Lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; kalau bercampur
dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Pada disentri, ileocolitis mungkin didapat lendir
saja tanpa tinja.

Darah
Perhatikanlah apa darah itu segar (merah segar), coklat atau hitam dan apakah
bercampur baur atau hanya di bagian luar tinja saja. makin proximal terjadinya
perdarahan, makin bercampurlah darah dengan tinja dan makin hitamkah warnanya.
Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulks, varices dalam oesophagus,
carninoma atau hemorrhoid.

Parasit
Cacing ascaris, ankilostoma, taenia dan lain-lain mungkin terlihat.

MIKROSKOPI
Mencari protozoa dan telur cacing merupakan yang terpenting. Untuk mencari protozoa
sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer tinja atau juga larutan Lugol
1-2%. Sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya
dpakai untuk pemeriksaan rutin.
1. Sel epitel
Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan
dalam keadaan normal.

2. Makrofag
Sel – sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat sel-
sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain. dalam preparat natif sel-sel seperti
amuba yang tak dapat bergerak.

3. Leukosit
Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%.

4. Eritrosit
Bila dikemukakan eritrosit dalam tinja dianggap selalu abnormal

5. Kristal-kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya. Pada tinja normal dapat dijumpai kristal-kristal
tripelfosfat, kalsiumoksalat dan asam lemak.

6. Sisa makanan
Dalam keadaan normal, dapat ditentukan dalam tinja dalam jumlah tertentu. Sisa
makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan
berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik dan lain-lain.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol : pati (amylum)
yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah.
Larutan jenuh Sudan III atau IV dalam alkohol 70% juga dipakai : lemak netral menjadi
tetes-tetes merah atau jingga.

7. Sel ragi

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 60

Khusus Blastosistis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah
jangan dianggap kista amuba.

8. Telur cacing
Telur cacing Ascaris lumbricoides Necator americanus, enterobius vermicularis, Trichuris
trichura, Strongyloides Stercoralis, mungkin ditemukan.

DARAH SAMAR
Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara
mikroskopik atau mikroskopik.
Sekarang ini cara benzidine basa telah ditinggalkan karena bersifat karsinogenik.

Cara Guajac
Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam acetat
glacial lalu dicampur
Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95%
lalu campur
Tuanglah berhati-hati isi tabung kedua ke dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga
kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat
kepositifan dinilai dari warna itu.

Cara TABLET (Hemates)


Cara pemeriksaan mengikuti petunjuk kit yangdikeluarkan oleh pabriknya.

BIAKAN
Biakan kuman : Salmonella, Shigella, E Coli, V clorera dan lain-lain.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 61

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI (GIS2-Pr2)


BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM

PRAKTIKUM – 1 / ILMU PATOLOGI ANATOMI


Gastrointestinal System

Tujuan Instruksional Umum :

Mahasiswa memahami kelainan dan jenis penyakit pada system gatrointestinal .secara
makroskopik dan mikroskopik.

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mahasiswa memahami kelainan radang pada lambung
2. Mahasiswa memahami kelainan vaskularpada sistem pencernaan
3. Mahasiswa memahami kelainan tumor / neoplasma pada system pencernaan

Tata Laksana Praktikum


1. Deskripsikan pada tempat yang telah disediakan pada halaman dibawah kelainan
yang ditemukan pada sediaan makroskopik dan mikroskopik.
2. Jawablah pertanyaan yang telah disediakan untuk mencari hubungan antara
gangguan organic yang ditemukan dengan timbulnya gejala klinik.
3. Bagaimana perjalanan penyakit / prognosisnya bila kelainan ini tidak
ditanggulangi ?

Pendahuluan.
Susunan pencernaan dimulai dari gigi geligi, rongga mulut dengan kelenjar liur,
esophagus, lambung, usus halus, usus besar sampai anus, termasuk pancreas sebagai
kelenjar usus.
Beberapa kelainan congenital susunan pencernaan segera dapat dikenal pada saat /
beberapa hari setelah bayi lahir, seperti atresia ani atau stenosis esophagus / pylorus.
Keluhan yang sering diutarakan penderita dengan kelainan susunan pencernaan dapat
berupa timbulnya bercak putih – tonjolan di bibir – rongga mulut tanpa disertai, sakit gigi /
sakit menelan / sakit perut, sembelit – mual – muntah – diare.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 62

KELAINAN RADANG
Tukak Peptik Lambung
Tampak ulkus yang bertepi landai dan agak bergaung. Tepi tidak meninggi. Dari
sayatan yang ada, terlihat bahwa dasar ulkus sampai mira – kira lapisan otot.
Dasar ulkus rata.

Makroskopik Mikroskopik

Diskusi :

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 63

KELAINAN VASKULAR

Hemoroid
Hemoroid adalah varises pada pleksus hemoroidalis.
Sediaan dari rectum dan anus.
Perhatikan tonjolan yang berwarna kebiruan pada daerah kanalis ini.

Makroskopik Mikroskopik

Diskusi

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 64

KELAINAN TUMOR / NEOPLASMA

Karsinoma Lambung
Tampak ulkus yang agak besar dengan tepi meninggi dan dinding serta dasar
tidak teratur. Perhatikan bahwa ulkus ini telah mengalami peneytrasi sehingga
menembus ke limpa. Secara makroskopik, suatu ulkus dengan cirri : berukuran besar,
tepi meninggi, dinding / dasar tidak teratur, patut dicurigai sebagai proses keganasan.
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk kepastian diagnosis.

Makroskopik Mikroskopik

Diskusi.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 65

PRAKTIKUM – 2 / ILMU PATOLOGI ANATOMI


Hati Dan Saluran Empedu

Tujuan Instruksional Umum :

Mahasiswa memahami kelainan dan jenis penyakit pada hati dan saluran empedu.secara
makroskopik dan mikroskopik.

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mahasiswa memahami kelainan perlemakan pada hati
2. Mahasiswa memahami kelainan sirosis pada hati
3. Mahasiswa memahami kelainan tumor / neoplasma pada hati

Tata Laksana Praktikum


1.Deskripsikan pada tempat yang telah disediakan pada halaman dibawah kelainan
yang ditemukan pada sediaan makroskopik dan mikroskopik.
2.Jawablah pertanyaan yang telah disediakan untuk mencari hubungan antara
gangguan organic yang ditemukan dengan timbulnya gejala klinik.
3.Bagaimana perjalanan penyakit / prognosisnya bila kelainan ini tidak ditanggulangi

Pendahuluan.
Hati merupakan alat tubuh yang terbesar, berfungsi banyak dan memjp[unyai
perdarahan ganda dari arteri hepatica dan vena porta.
Keluhan penderita penyakit hati juga kompleks dan sangat bervariasi, misalnya dari
badan terasa lemas, timbiul warna kuning di daerah mata / kulit, badan panas,
jual/terasa penuh doperut sampai dengan perut buncit dengan pembuluh darah yang
nyata.
Sebagi landasan dalam mempelajari manifestasi patologi hati harus mampu
menjelaskan kembali tentang lobuilus hati serta system aliran darah – hati
( rappaport ), aliran limfe serta saluran empedu intra dan ekstra hepatica.

Perlu diingat bahwa pembagian sirosis hepatic ialah : s.h. makrtonodular dan s.h.
mikronodular. Di Indonesia s.h. mikronodular yang disebabkan oleh s.h. mikronodular
di Indonesia yang dipakai sebagai contoh ialah : s.bilier

Sirosis Hepatis Makronodular ( + splenomegali )


Tampak tonjolan tidak sama besar, ada yang kecil ada yang kecil ada yang sampai
beberapa cm (mikronodular). Tampak pula limpa yang besar (splenomegali), sebagai
bendungan menahun dalam vena porta. Pelajari sediaan mikroskopinya.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 66

Makroskopik Mikroskopik

Diskusi.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 67

Karsinoma Primer Hati


Tampak tonjolan-tonjolan sirosis hati yang besar kecil (sirosis mikronodular). Di
samping itu perhatikan tonjolan yang besar sekali yang tampak berbeda dengan
tonjolan sirosis dan perlu pemeriksaan mikroskopik.

Makroskopik Mikroskopik

Diskusi.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 68

Karsinoma Primer Hati


DI sini lebih jelas bagian yang merupakan karsinoma. Pada penampang; tonjolan
berukuran besar dan menunjukkan tanda nekrosis (compang camping). Pelajari
sediaan mikroslopisnya.

Makroskopik Mikroskopik

Diskusi.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 69

Latihan
Seorang wanita berusia 40 tahun dengan panas yang tidak mau turun-turun walau
telah diberikan antibiotik.
Pemeriksaan fisik : hepatomegali, nyeri tekan, lain-lain t.a.a
Laboratorium : uji faal hati dalam batas normal
Ultrasonografi : S.O.L (space occupying lesion)
Aspirasi : “anchovy sauce”/ cairan warna tengguli

Pertanyaa :
1. Diagnosis?
2. Dasar diagnosis?
3. Apakah diagnosis diferensial (cairan kuning hijau)?

Seorang anak berusia 14 tahun dating dengan lkeluhan : lemas, mual, tidak nafsu
makan, badan agak demam dam kencing warna coklat seperti teh.
Pemeriksaan fisik : sclera subikterik dan hepatomegali yang nyeri tekan.
Laboratorium : uji faal hati terganggu
SGOT
SGPT
Bilirubin direk
Bilirubin indirek

Pertanyaan :
1. Diagnosis?
2. Dasar diagnosis?
3. Sebut penyakit ini berdasarkan etiologinya!

Diskusi.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 70

PENUNTUN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI (GIS2-Pr3)


BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM

1. Farmakologi Sistem Gastrointestinal (pemutaran film)


Tujuan Praktikum :
- memperlihatkan kepada mahasiswa film tentang mekanisme kerja obat pada
system gatrointestinal
- mahasiswa memahami farmakologi obat-obat penyakit system
gastrointestinal
Materi Praktikum:
- Penayangan slide presentasi tentang mekanisme kerja obat-obat penyakit
system gastointestinal
Pelaksanaan :
1. Ditunjukkan skema, patofisiofarmakologi system gastrointesinal
2. Ditunjukkan mekanisme kerja obat AH2, PPI, antasida, antiemetik,
kolekinetik dan laksansia
3. Ditunjukkan perbedaan efek pada berbagai sediaan obat
4. Menunjukkan inerkasi peresepan polifarmasi pada kasus-kasus penyakit
saluran gastrointestinal
Analisis :
- Setelah pelaksanaan di atas tiap praktikan menganalisis kemungkinan efek
masing-masing obat pada kasus-kasus terpilih yang telah dipersiapkan
- Analisis berdasarkan buku teks Farmakalogi dan buku eks Klinik serta
berbagai informasi dari internet (cybermedic).

2. Bentuk Sediaan Obat & Kajian Interaksi Obat


Pada Resep Polifarmasi Obat Sistem Saluran Cerna

Tujuan 1. Memperlihatkan bentuk-bentuk sediaan obat sistem saluran cerna


yang lazim digunakan di klinik.
2. mengenal dan memahami interaksi yang mungkin terjadi pada resep
polifarmasi obat sistem saluran cerna.

Materi praktikum I. Bentuk sediaan obat


3. Sediaan padat (solid )
- tablet
- capsul
- kaplet
- powder
2. Sediaan cair
- sirup
- emulsi
- suntikan (ampul)

II Resep-resep polifarmasi

Pelaksanaan 1. Sediaan obat sistem saluran cerna


- mahasiswa dapat mengetahui bentuk sediaan obat sistem
saluran cerna.
- mahasiswa dapat mengkaji dan mendiskusikan:
à kelebihan dan kekurangan dari tiap bentuk sediaan
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 71

obat
à kenapa bentuk sediaan obat di formulasi sedemikian
rupa
à komponen dari bentuk sediaan obat
à bagaimana bentuk suatu sediaan obat tertentu harus
disimpan
à farktor-faktor apa saja yang dapat merusak bentuk
sediaan obat.
à bagaimana cara pemberian obat yang harus dilakukan
untuk setiap bentuk sediaan obat tertentu

Resep polifarmasi
- mahasiswa mencari resep polifarmasi obat sistem saluran
2. cerna di Apotik.
- mahasiswa mengenal :
à nama dagang dan nama generik sediaan dari tiap item
yang di resepkan
à bentuk formulasi dari sediaan yang diresepkan
à mengetahui farmakologi dari sediaan obat tersebut.

Mahasiswa dapat mengkaji ada atau tidak adanya interaksi


farmaseutik, farmakokinetik atau farmakodinamik dari sediaan
dalam resep polifarmasi tersebut.

3.

Pelaporan
Laporan praktikum dibuat oleh setiap grup/meja praktikum dalam bentuk makalah yang
diketik berisi mengenai :
- farmakologi masing-masing sediaan obat
- keuntungan dan kerugian dalam bentuk sediaan yang digunakan
- kajian ada atau tidaknya interaksi farmakokinetik dan
farmakodinamik pada resep polifarmasi obat system saluran cerna.

Makalah dikumpul 1 minggu sebelum praktikum dilaksanakan.

Catatan Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita akan memberikan respon
tertentu dalam tubuh. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan terdapat faktor
interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang
masuk dari lingkungan atau dengan obat lain.

INTERAKSI FARMAKOKINETIK

Interaksi ini terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorbsi,


metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua
akan meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas
atau penurunan efektifitas obat tersebut.
Interaksi yang termasuk dalam interaksi farmakokinetik
diantaranya :
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 72

1. Interaksi dalam absorbsi di saluran cerna


2. Interaksi dalam distribusi
3. Interaksi dalam metabolisme
4. Interaksi dalam ekskresi

INTERAKSI FARMAKODINAMIK

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja


pada sistem reseptor, yang aditif, sinergistik atau antagonistik.
Yang termasuk dalam interaksi farmakodinamik antara lain :
1. interaksi pada reseptor
2. interaksi fisiologik
3. perubahan dalam kesetimbangan cairan elektrolit
4. gangguan mekanisme ambilan amin di ujung saraf adrenergik
5. interaksi dengan penghambat Mono Amin Oksidase (MAO)

Seandainya dalam suatu resep polifarmasi dijumpai 3 item ( A, B, C), maka ditentukan
pengkajian interaksi antara masing-masing obat sbb:

B ●

C ● ●I

A B C

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 73

3. Cara Pemberian Obat


(Perbedaan onset of action berdasarkan cara pemberian obat (oral dan intraperitoneal)
pada hewan percobaan)

Tujuan Memperlihatkan bahwa cara pemberian obat yang berbeda akan


menyebabkan mula kerja obat ( onset of action) yang berbeda pula.

1. Hewan coba
Materi praktikum Pada praktikum ini binatang percobaan digunakan adalah marmot
(Cavia, Guinea pig)
2. Obat yang dipakai
- Obat penekan SSP (Golongan Barbiturat ), larutan 1% yang steril
dan tidak steril.
- Obat perangsang SSP (Amfetamin, Caffein), larutan 1 % steril.

Alat - alat Ø Timbangan (untuk marmut)


Ø Jam
Ø Stetoskop
Ø Termometer
Ø Gastric tube / jarum suntik
Ø Jepitan (alligator klem)
Ø Pinset
Ø Spuit 1cc & 3 cc (semprit untuk menyuntik)
Ø Kapas
Ø Lampu pemanas
Ø Alkohol
Ø Parafinum liquidum

Pelaksanaan • 1) Timbang berat marmut percobaan, catat berat badan marmut


tsb.
2) Lakukan observasi atas binatang percobaan tsb sebanyak dua
kali (masing-masing 30 menit dan 15 menit sebelum binatang
tsb diberi pentotal) yang meliputi :
- Frekwensi dan sifat pernafasan per menit (dilihat dari cuping
hidung ataupun dari abdomen)
- Denyut jantung per menit (dengan stetoskop)
- Aktivitas atau gerakan
- Refleks cornea (dengan kapas)
- Sensasi terhadap rasa nyeri (dengan aligator klem)
- Temperatur rektal (termometer dibasahi dengan parafinum
liquidum atau gliserin)

• Larutan Pentotal (barbiturate ) 1 % (merupakan sedativa/hipnotika


yang bekerja mendepresi SSP) digunakan untuk mendapatkan
keadaan tidur (hipnosis) dari binatang percobaan dengan berbagai
cara pemberian.
Pada percobaan ini disediakan 2 ekor marmut untuk setiap group
meja praktikum.
1. Marmut I : diberikan obat secara per-oral
2. Marmut II : diberikan obat secara intraperitoneal
• Larutan Caffein 1 % disediakan untuk menanggulangi depresi
pernafasan yang ditimbulkan oleh sedativa/hipnotika di atas.
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 74

• Berikanlah larutan pentotal 1 % pada binatang percobaan :


marmut (masing – masing dengan dosis 50 mg/kg BB binatang).
Jadi dengan mengetahui berat badan binatang, konsentrasi larutan
obat, maka kita dapat menentukan berapa jumlah larutan yang
akan diberikan pada marmut I (secara peroral) dan marmut II
secara intraperitoneal). Setiap mahasiswa harus dapat menghitung
dosis yang diberikan pada binatang percobaan.
• Lakukanlah observasi sekurang-kurangnya 6 kali dengan jarak 15
menit. Observasi ini dibandingkan dengan observasi sebelum
pentobarbital (siklobarbital) diberikan.
Dengan memperbandingkan ini, akan terlihat adanya perbedaan
onset of action dari cara pemberian obat yang berbeda ataupun
diantara binatang percobaan sendiri.
• Bila pada percobaan didapati penurunan temperatur rektal
melebihi dari 2 (dua) derajat Celcius, segera lakukan pemanasan
dengan menggunakan lampu pemanas.
• Bila terjadi depresi pernafasan, segera berikan suntikan
intraperitoneal larutan Caffein 1 % dengan dosis 5 mg/kg BB
binatang percobaan. Catatlah hasil observasi atas ke-7 hal di atas
pada kolom dari tabel yang telah tersedia di buku penuntun ini.

Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap cara
pemberian obat yang dilakukan, seperti aturan pembuatan makalah (lihat
tata tertib praktikum)
Jangan lupa membuat grafik yang menggambarkan hubungan frekwensi
pernafasan per menit, denyut jantung per menit dengan waktu, akibat
pemberian obat pentotal baik diberikan secara per oral ataupun
intraperitoneal.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 75

LAPORAN PRATIKUM CARA PEMBERIAN OBAT (ROUTE OF DRUG’S


ADMINISTRATION)

Tanggal : …………………… Kelompok Asisten Penanggung jawab :


:
Binatang Percobaan : Nomor meja :
Berat binatang I (oral) : Kelompok :
Pentothal ( 1 %) Dosis = Nama praktikan :
Volume =
Caffein ( 1 %) dosis =
Volume =
Berat binatang II (Intraperitoneal) : Tanda tangan instruktor :
…………………
Pentothal ( 1 %) Dosis =
Volume =
Caffein ( 1 %) dosis =
Volume =

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 44

Waktu Frekwensi Denyut Gerakan Sensasi rasa Refleks Temperatur Narkosa


pernafasan/me jantung/menit nyeri kornea rektal
nit
oral I.P oral I.P oral I.P oral I.P oral I.P oral I.P oral I.P
-30’
-15’
0’ C.P.O
15’
30’
45’
60’
75’
90’

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 1

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM

EDITOR :

Adi Muradi Muhar


Bambang Prayugo
Budi Irwan
Deny Rifsal Siregar
Dwi Rita Anggraini
Cut Meliza Zainumi
Imelda Rey
Leonardo Basa Dairy
Masrul Lubis
M. Pahala Harahap
Oke Rina Rahmayani
Raka Jati Prasetya
Sri Amelia
Yudha Sudewo

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 2

MODUL KETERAMPILAN KLINIK BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan


keterampilan klinik untuk mahasiswa semester 5 dilaksanakan pada Blok Genitouronary
System, Blok Gastro Intestinal System dan Special Sense System.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai
dengan Standar Kompotensi Dokter Indonesia adalah keterampilan klinik yang akan
diajarkan pada blok Gastro Intestinal System ini. Kepada mahasiswa akan diajarkan 4
jenis keterampilan klinis pada Blok Gastro Intestinal System. Keterampilan klinik yang
akan diajarkan pada mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan:
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Sistem Gastro Intestinal
2. Prosedur Pemasangan NGT (Naso Gastric Tube)
3. Prosedur Pemasangan Infus (Intravenous Catheter Insersion)
4. Prosedur Pemeriksaan Digital Rectal Examination

II. TUJUAN

II.1 TUJUAN UMUM


Setelah mengikuti kegiatan skill lab pada blok Gastro Intestinal System ini,
mahasiswa dapat terampil melakukan :Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Sistem Gastro
Intestinal, Prosedur Pemasangan NGT (Naso Gastric Tube), Prosedur Pemasangan Infus
(Intravenous Catheter Insersion), Prosedur Pemeriksaan Digital Rectal Examination.

II. 2 TUJUAN KHUSUS


2.1.Mahasiswa mampu melakukan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Sistem Gastro
Intestinal
2.2 Mahasiswa mampu melakukan Prosedur Pemasangan NGT (Naso Gastric Tube).
2.3 Mahasiswa mampu melakukan Prosedur Pemasangan Infus (Intravenous Catheter
Insersion).
2.4 Mahasiswa mampu melakukan Prosedur Pemeriksaan Digital Rectal Examination.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 3

SL. V. GIS. 1
KETERAMPILAN KLINIK
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
DENGAN SISTEM GASTROINTESTINAL DAN HEPATOBILIAR
Imeda Rey, Taufik Sungkar, Ilhamd, Masrul Lubis, Rustam Effendi YS, Leonardo B Dairi,
Juwita Sembiring, Mabel Sihombing, Gontar A Siregar, Lukman Hakim Zain

BLOK TERKAIT : GASTRONTESTINAL SYSTEM


SEMESTER :V
TINGKAT KOMPETENSI : 4A
DEPARTEMEN PENYUSUN : ILMU PENYAKIT DALAM

Pada pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan anamnesis dan


pemeriksaan fisik pada pasien, sehingga mahasiswa mendapatkan informasi dari gejala-
gejala (simptom) dan tanda (sign) serta penyakit terdahulu dari pasien, dan mampu
melakukan pemeriksaan fisik Gastrointestinal dan Hepatobiliar secara sistematis dan benar
sehingga dapat mengarahkan diagnosa sementara dari pasien sebagai penyakit pada sistem
Gastrointestinal dan Hepatobiliar.

A. ANAMNESIS PADA PEMERIKSAAN SISTEM GASTROINTESTINAL

Lima puluh sampai dengan 60 % penderita pada Sistem Gastrointestinal datang dengan
keluhan umum nyeri perut (abdominal pain).

1. KELUHAN UTAMA: NYERI ULU HATI (EPIGASTRIC PAIN)


Epigastric pain bisa berasal dari jantung (cardiac) atau non cardiac, yang non
cardiac pada sistem gastrointestinal, bisa diakibatkan oleh gangguan lambung, gangguan
pankreas, serta usus besar. Sementara epigastric pain pada beberapa penyakit harus kita
tanyakan beberapa hal seperti OLD CARTS.

2. ANEMNESIS DARI KELUHAN TAMBAHAN


Pasien dengan keluhan tambahan: lemas, mual, muntah, mencret, oyong, perut
kembung, nafsu makan kurang, perasaan penuh pada perut, dada rasa terbakar, mulut
terasa asam, sulit menelan.

3. MUNTAH (VOMITING)
- Apa yang dimuntahkan (sisa makanan atau darah warna coklat kehitam-hitaman).
- Frekuensi muntah perhari.
- Apakah berhubungan dengan makanan, jarak muntah dengan waktu makan.
- Pola muntah apakah projektil atau biasa.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 4

4. POLA BUANG AIR BESAR (BAB)


- Apakah BAB normal setiap hari dengan konsistensi feses normal, tidak mengandung
lendir dan darah; tidak ada konstipasi (BAB setiap > 3-4 hari); tidak seperti dempul
(Acholistool) atau berwarna hitam (melena).
- Tidak ada diare (konsistensi feses encer, frekuensi > 2-3 kali/hari).
- Tidak nyeri BAB.

5. BUANG AIR KECIL


- Warna: tidak dijumpai dark urine sampai dengan kuning pekat.
- Tidak dijumpai penurunan volume urin perhari.

B. ANAMNESIS PENYAKIT TERDAHULU


- Apakah pernah bilier kolik.
- Apakah pernah menderita penyakit lambung.
- Apakah pernah menderita penyakit kuning (hepatitis).
- Apakah pernah menderita diare kronik secara berulang.
- Apakah pernah menjalani operasi abdomen.

C. ANAMNESIS RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


- Apakah ada keluarga yang menderita kuning / hepatitis.
- Apakah ada keluarga yang menderita Multiple Poliposis pada usus.
- Apakah ada keluarga yang menderita penyakit keganasan.

Tata Cara Pemeriksaan Fisik Sistem Gastrointestinal dan Hepatobiliar pada Orang
Dewasa
Pada kamar pemeriksaan pasien, dokter (pemeriksa) didampingi oleh seorang
perawat. Pasien dalam posisi terlentang dengan kaki fleksi serta melepas pakaian sampai
di atas simpisis pubis dan dokter berada di sebelah kanan atau setentang kaki pasien.
A. INSPEKSI
1. KEPALA :
Mata (anemia, ikterus), rongga mulut (mukosa, lidah, ulkus)
2. LEHER :
Apakah ada benjolan atau pemekaran pembuluh darah.
3. THORAKS :
Apakah pada kulit terlihat kuning, spider naevi, gynecomastia.
4. ABDOMEN (PASIF) :
Apakah ada pembesaran perut? (organomegali, ascites).
Apakah ada collateral vena, caput medusa, striae, perubahan warna (cullen
sign), gray turner sign. Pada abdomen ada striae perak yang merupakan tanda
peregangan. Striae dengan penurunan BB berwarna ungu. Striae ungu merah
muda adalah tanda klasik kelebihan adrenokortikal (penyakit Cushing), apakah
ada echimosis berupa Grey Turner sign pada pankreatitis hemoragik.
Kemudian apakah ada tanda kebiru-biruan pada umbilikus yang disebabkan

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 5

oleh hemoperitoneum karena sebab apapun yang disebut tanda Cullen,


selanjutnya diperhatikan apakah ada parut (bekas pembedahan atau trauma).
5. ABDOMEN (AKTIF) :
Pasien disuruh inspirasi dalam, bila pernafasan secara mendadak dihentikan
pasien ini bisa merupakan petunjuk infeksi pleura, abses subdiafragmatika,
kolesistitis akut dan dapat juga melihat organomegali. Menginstruksikan pasien
batuk dapat memperlihatkan tonjolan hernia pada dinding abdomen serta dapat
melokalisir rasa nyeri.
6. EXTREMITAS SUPERIOR :
Kuku (white nail), palmar (palmar eritema).
7. EXTREMITAS INFERIOR :
Bengkak (edema)

B. PALPASI ABDOMEN :
Ada palpasi ringan dan palpasi dalam.
Palpasi Ringan
Palpasi ringan untuk menemukan nyeri tekan dan daerah spasme otot. Seluruh
abdomen harus dipalpasi secara sistematis dengan menggunakan bagian rata
tangan kanan atau bantalan jari tangan dan hindari gerakan menusuk secara tiba-
tiba, tangan harus diangkat dari satu daerah ke daerah lain dan bukan digeser.
Palpasi Dalam
Dipakai menentukan ukuran organ atau massa pada abdomen dimana bagian
datar tangan kanan diletakan di atas abdomen dan tangan kiri diletakkan di atas
tangan kanan. Ujung jari tangan kiri memberikan tekanan sedangkan tangan
kanan mengindera setiap rangsangan taktil. Selama palpasi dalam pasien harus
disuruh untuk bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya atau bisa mengajak
pesien bercakap-cakap untuk merelaksasikan otot-otot perut. Untuk palpasi tepi-
tepi organ atau massa maka permukaan lateral dari jari telunjuk merupakan
bagian tangan yang paling sensitif. Pada pasien yang mulai geli, maka tangan
pasien diletakkan di atas tangan pemeriksa.
Kesan dari Palpasi
Kesan dari palpasi dinding abdomen soepel atau rigid (muscular rigidity) akibat
suatu proses di peritoneum.
Massa Abdomen
Untuk massa di abdomen maka harus dibuat gambaran deskritif berupa :
1. Lokasi: regio yang terlibat
3. Permukaan ( licin atau keras)
4. Tepi (tegas atau tidak tegas)
5. Konsistensi (sistik, keras)
6. Mobilitas (mobile/immobile)
7. Apakah massa tersebut berpulsasi atau tidak
8. Apakah pemeriksa dapat mencapai bagian di bawah massa

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 6

Nyeri Lepas (Rebound Tenderness)


Untuk menilai nyeri lepas (rebound tenderness), dengan mempalpasi dalam dan
perlahan di daerah perut menjauhi daerah yang diduga mengalami peradangan
setempat dan kemudian tangan yang melakukan palpasi dilepas dengan
cepat/tiba-tiba, lalu ditanyakan kepada pasien mana yang lebih sakit.
Palpasi Hati:
Meletakkan tangan kiri dibagian posterior diantara iga ke dua belas kanan dan
krista iliaka, di sebelah lateral muskulus paraspinosus. Tangan kanan diletakkan
di kuadran kanan atas sejajar dan lateral muskulus rektus abdominis dan di
bawah daerah redup hati. Pasien disuruh menarik nafas dalam ketika pemeriksa
menekan ke dalam dan ke atas dengan tangan kanannya dan menarik ke atas
dengan tangan kirinya. Tepi hati mungkin terasa menyentuh pada jari-jari tangan
kanan ketika pasien bernafas. Penting untuk memulai pemeriksaan sampai sejauh
pinggir pelvis dan secara berangsur - angsur bergerak ke atas. Jika pemeriksaan
tidak dimulai dari tempat yang rendah, tepi hati yang sangat membesar tidak
akan teraba. Tepi hati normal mempunyai batas yang keras dan reguler, dengan
permukaan yang halus. Jika tepi hati tidak teraba, ulangi tindakan ini setelah
menyesuaikan tangan kanan lebih mendekati pinggir iga. Pembesaran hati
disebabkan oleh kongesti vaskular, hepatitis, neoplasma.
Teknik lain untuk palpasi hati dikenal sebagai metode ”kaitan”. Pemeriksa
berdiri di dekat kepala pasien dan meletakkan kedua tangan bersama-sama di
bawah pinggir iga kanan dan daerah redup. Pemeriksa menekan ke dalam dan ke
atas dan ”mengkait” disekitar tepi hati ketika pasien disuruh menarik nafas
dalam-dalam. Kadang-kadang hati tampaknya membesar tetapi batas yang
sebenarnya sulit ditentukan. Tes garuk (scratch test) mungkin bermafaat dalam
memastikan tepi hati. Bel stestoskop dipegang dengan tangan kiri dan diletakkan
di bawah pinggir iga kanan di atas hati. Sementara pemeriksa mendengarkan
melalui stetoskop, jari telunjuk kanan ”menggaruk” dinding perut pada titik-titik
dalam setengah lingkaran yang jaraknya sama dari stetoskop. Ketika jari itu
menggaruk di atas tepi hati, intensitas bunyi akan sangat meningkat. Kadang-
kadang selama palpasi hati nyeri timbul selama inspirasi dan pasien secara tiba-
tiba menghentikan usaha inspirasi ini. Hal ini disebut tanda Murphy dan
mengarah kepada Kolesistitis akut. Pada waktu insipirasi dalam, kandung
empedu yang meradang turun menyentuh jari, kemudian timbul nyeri, sehingga
pernafasan tertahan.
Palpasi Limpa:
Lebih sulit daripada palpasi hati. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya di sisi
lateral dada pasien dan mengangkat iga kiri pasien. Tangan kanan diletakkan
mendatar di bawah tepi iga kiri dan menekan ke dalam dan ke atas ke arah garis
aksila anterior. Tangan kiri mendorong ke anterior untuk memindahkan limpa ke
anterior. Pasien disuruh untuk menarik nafas dalam ketika pemeriksa menekan
ke dalam dengan tangan kanannya. Pemeriksa harus berusaha meraba ujung
limpa, ketika ia turun selama inspirasi. Ujung limpa yang membesar akan
mengangkat jari–jari tangan ke atas. Pemeriksaan limpa diulangi dengan pasien
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 7

berbaring pada sisi kanan tubuhnya. Tindakan ini menyebabkan gravitasi


membantu membawa limpa ke anterior dan ke bawah ke dalam posisi yang lebih
menguntungkan untuk palpasi. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada tepi
iga kiri sementara tangan kanan melakukan palpasi pada kuadran kiri atas.
Karena limpa membesar secara diagonal di dalam abdomen dari kuadran kiri atas
ke arah umbilikus, adalah penting bahwa tangan kanan selalu melakukan palpasi
mulai dari dekat umbilikus dan secara berangsur-angsur bergerak ke arah
kuadran kiri atas. Hal ini sangat penting jika limpa sangat membesar, karena
kalau palpasi dimulai terlalu tinggi dapat membuat pemeriksa tidak dapat meraba
batas limpa.
Dalam keadaan normal limpa tidak dapat dipalpasi, tetapi kedua teknik ini harus
dilakukan untuk berusaha mempalpasinya. Pembesaran limpa dapat disebabkan
oleh hiperplasia, kongesti, infeksi atau infiltrasi oleh tumor atau unsur mieloid.

C. PERKUSI:
Untuk menentukan ukuran dan asal organ/massa, mendeteksi cairan dalam
rongga peritoneum dan membangkitkan nyeri tekan pada pasien-pasien dengan
peritonitis.
Hati:
Batas hati harus diperkusi secara rutin untuk menentukan liver span (batas atas
dan batas bawah hati). Jika tepi hati tidak teraba dan tidak ada asites, maka sisi
kanan abdomen harus diperkusi sampai tepi iga kanan sehingga terdengar redup.
Cara ini menentukan batas bawah hati meskipun hati tidak teraba. Batas atas hati
harus ditentukan dengan perkusi. Hilangnya redup hati yang normal dapat terjadi
pada nekrosis hepatik massif, atau pada keadaan terdapat udara bebas di dalam
rongga peritoneum (misal, perforasi usus).
Limpa:
Jika limpa tidak teraba, kadang-kadang perkusi di bawah tepi iga kiri dapat
mendeteksi adanya pembesaran. Jika nada perkusinya redup pada iga kiri bawah
pada garis midklavikula, maka ini menunjukkan splenomegali, tetapi tidak dapat
dipercaya. Pada kasus-kasus ini palpasi harus diulangi.
Asites:
Nada perkusi pada sebagian besar abdomen adalah sonor akibat udara di dalam
usus. Bunyi sonor ini dapat dideteksi sampai pinggir pinggang. Bila cairan
peritoneum (asites) mengumpul, maka pengaruh gravitasi menyebabkan cairan
ini berkumpul mula-mula pada pinggang pasien. Tanda dari asites yang relatif
(bila sekurang-kurangnya 2 liter cairan yg mengumpul) dengan perkusi yang
bernada redup di pinggang. Pada asites yang besar distensi abdomen dan eversi
umbilikus timbul dan bunyi redup terdeteksi lebih dekat pada garis tengah.
Tetapi, daerah sentral selalu sonor. Pemeriksaan abdomen rutin harus meliputi
perkusi yang dimulai pada garis tengah dengan jari tangan menunjuk kearah
kaki; nada perkusi diperiksa sampai kearah pinggang pada setiap sisi.
Jika nada redup pada pinggang harus dicari tanda ”Shiffting Dullness”. Untuk
mendeteksi tanda ini, lakukan perkusi dari tengah menuju kepinggang kiri
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 8

sampai terdengar redup. Tempat ini harus ditandai dan pasien dimiringkan
kearah pemeriksa. Idealnya 1 menit kemudian baru diteruskan perkusinya dari
tempat tersebut ke arah pinggang kiri karena cairan tersebut akan berpindah
tempat didalam rongga abdomen.
Shifting dullness positif jika daerah redup berubah menjadi sonor. Jika karena
cairan peritoneal bergerak di bawah pengaruh gravitasi ke sisi kanan abdomen
bila ini adalah titik yang paling bawah. Kadang-kadang cairan dan udara di
dalam usus kecil yang melebar pada obstruksi usus kecil, atau kista ovarium
masif yang mengisi seluruh rongga abdomen, dapat menimbulkan kebingungan.
Untuk mendeteksi thrill cairan maka seorang asisten meletakkan tepi telapak
tangannya dengan lembut pada bagian tengah abdomen dengan jari-jari tangan
mengarah ke lipat paha. Pemeriksa menepuk sisi dari abdomen, dan pulsasi
(thrill) akan terasa pada tangan yang diletakkan pada dinding abdomen sisi
lainnya. Pemeriksaan ini hanya bermanfaat pada asites masif dan tidak dilakukan
secara rutin.
Bila terdapat asites yang nyata massa abdominal mungkin sulit untuk diraba
dengan palpasi langsung. Sekarang dapat dipraktekkan ”dipping” dengan tangan
yang diletakkan mendatar pada abdomen. Jari-jari tangan difleksikan pada sendi
metakarpofalangeal secara cepat sehingga menggeser cairan dibawahnya. Cara
ini memungkinkan jari-jari tangan mencapai suatu massa yang tertutup oleh
cairan. Cara ini terutama dilakukan untuk meraba hati atau limpa yang
membesar. Hati dan limpa dapat positif balotemennya bila terdapat asites yang
masif.

D. Auskultasi :
Bunyi yang terdengar dalam rongga abdominal tidak sevariasi atau semenarik
seperti yang terdengar di dada, tetapi bising tersebut penting.
Bising usus :
Untuk alasan estetik paling baik tidak memikirkan sumber dan sifat dari bunyi
ini, gerakan cairan, feses dan flatus dalam usus besar akibat peristalsis bila
mendengarkan bising usus. Letakkan permukaan diafragma dari stetoskop tepat
di bawah dan ke arah kanan umbilikus. Bising usus dapat terdengar pada
sebagian besar abdomen pada orang yang sehat. Bising usus ini seperti bunyi
berdeguk yang halus dan hanya terjadi secara intermitten.
Bising usus yang tidak terdengar sama sekali selama 3 menit menunjukkan ileus
paralitik (tidak adanya peristaltik sama sekali pada paralisis usus). Karena hanya
terdapat cairan, maka suara jantung dapat terdengar pada abdomen, dihantarkan
oleh usus-usus yang melebar .
Usus yang mengalami obstruksi menimbulkan bising yang lebih keras dan lebih
bernada tinggi dengan kualitas seperti gemerincing akibat adanya cairan dan
udara. ”Intestinal Hurry” yang terjadi pada keadaan diare, menyebabkan bising
berdeguk yang sering terdengar tanpa stetoskop. Bunyi usus ini disebut
”borborigmi”. Menyatakan bahwa bising usus meningkat atau menurun sedikit

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 9

sekali nilai diagnostiknya karena perkiraan nada dari bunyi tersebut sangat
subyektif sehingga harus dihindari.
Bunyi Gesek (Friction Rub) :
Menunjukkan kelainan peritonium dan viseral akibat inflamasi. Bunyi ini dapat
terdengar pada daerah hati atau limpa. Bunyi seperti keriat - keriut atau menciut-
ciut terdengar ketika pasien bernafas. Penyebab hepatik meliputi tumor dalam
hati (hepatoma atau deposit sekunder) dan perihepatitis gonokok akibat inflamasi
kapsula hepatik (sindroma Fitz-Hugh-Curtis). Biopsi hati atau infark yang baru
dialami merupakan penyebab yang sangat sering pada pasien-pasien yang
dirawat Rumah Sakit. Bising Gesek Limpa (Spenic Rub) menunjukkan infark
limpa.
Bising Vena ( Venous Hum) :
Bising vena secara khas terdengar diantara prosesus xifoideus dan umbilikus
pada kasus-kasus hipertensi portal, tetapi tidak sering. Bising vena ini dapat
menjalar ke dada atau hati. Volume darah yang besar yang mengalir di dalam
vena-vena umbilikalis atau paraumbilikalis pada ligamentum flasiformis adalah
bertanggung jawab untuk timbulnya bising vena ini. Vena-vena ini menyalurkan
dari vena portal kiri menuju vena epigastrika atau vena mamaria interna pada
dinding abdomen. Bising vena (venous hum) kadang-kadang dapat terdengar
pada pembuluh darah besar lain seperti vena mesenterika inferior atau setelah
shunting postkaval. Kadang-kadang thrill dapat terdeteksi pada tempat dimana
bising vena terdengar dengan intensitas maksimum. Sindroma Cruveilhier –
Baumgarten adalah gabungan antara venous hum pada umbilikus dan vena-vena
dinding abdomen yang melebar. Sindroma ini hampir selalu disebabkan oleh
sirosis hati. Sindroma terjadi bila pasien memiliki vena umbilikalis yang paten
yang memungkinkan terjadinya shunting portal ke sistemik pada lokasi ini.
Adanya venous hum abdominal menunjukkan bahwa vena portal itu paten. Ini
adalah penemuan yang penting jika shunting vena porta yang diperkirakan.
Adanya bising vena (venous hum) atau kaput medusae menunjukkan
kemungkinan lokasi dari obstruksi portal oleh intrahepatik dari pada vena portal
itu sendiri.
Bruit :
Jarang suatu Bruit sistolik arterial dapat terdengar pada hati. Biasanya ini
disebabkan oleh hepatoma atau hepatitis alkoholik akut. Auskultasi untuk Bruit
ginjal diindikasikan jika dicurigai adanya stenosis arteri renalis.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 10

Teknik “succussion splash” untuk


Teknik perkusi hati
memeriksa distensi visera abdomen

Teknik untuk memeriksa redup


Teknik memeriksa
yang berpindah, daerah berwarna
gelombang cairan
menunjukkan daerah timpani

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 11

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 12

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 13

Demonstrating ascites clinically. Start from the midline and percuss down until dull. Move the patients to
45 0. Without moving the hand from the point of dullness. If the dullness diseppears, ascites is present.

Blumberg's sign, disebut juga rebound tenderness, nyeri lepas, merupakan tanda
klinis yang didapat, merupakan indikasi peritonitis. Tanda ini merupakan nyeri sewaktu
melepaskan tekanan, bukan sewaktu melakukan penekanan pada abdomen (disebut
abdominal tenderness).

Prosedur : Dinding abdomen ditekan perlahan lalu dilepaskan segera. Tanda positif
ditandai dengan adanya nyeri sewaktu melepaskan tekanan dari dinding abdomen.
Pemeriksaan ini sangat mirip dengan nyeri lepas dan oleh beberapa penuis dianggap hal
yang sama, atau bagian dari itu. Tanda ini menggambarkan merangsang peritoneum
parietal dengan stretching atau pergerakan.

Positive Blumberg sign atau rebound tenderness mengindiksikan peritonitis yang


dapat terjadi pada penyakit seperti appendisitis, dan dapat terjadi pada ulcerative colitis
dengan nyeri lepas pada right lower quadrant. Metode ini terutama berguna dalam
mendiagnosa appendisitis yang memerlukan penanganan segera.

Rovsing's sign, dinamakan seperti ahli bedah Denmark Niels Thorkild Rovsing
(1862-1927), merupakan tanda appendisitis. Jika palpasi pada abdomen left lower
quadrant meningkatkan nyeri pada right lower quadrant, dikatakan positif Rovsing's sign
dan mengalami appendisitis. Pada appendisitis akut, palpasi pada fossa iliaka kiri dapat
menghasilkan nyeri di fossa iliaka kanan.

Referral of pain . Kelainan ini terjadi karena syaraf nyeri di dalam intestinal tidak
terlokalisasi secara tepat, tidak seperti saraf nyeri pada otot. Nyeri dari ulkus lambung atau
batu kandung empedu dapat diinterpretasi oleh otak sebagai nyeri yang berasal dari
lambung, hati, kandung empedu, atau usus halus. Ini akan menjalar ke mid upper
abdomen.

Karena appendiks merupakan bagian intestinal, ia mengikuti pola yang sama.


Appendiks dengan inflamasi awal dapat menghasilkan iritasi non spesifik di sekitar
umbilikus. Saat inflamasi memberat, akan mengiritasi peritoneum, yang terletak di bawah

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 14

otot dinding abdomen, sehingga nyeri dapat terlokalisir. Jika tekanan diberikan pada otot
di right lower abdomen (fossa iliaka) dekat appendiks yang iritasi, serat otot di daerah
tersebut akan teregang dan nyeri.

Rosenstein's sign, disebut juga Sitkovskiy sign merupakan tanda appendisitis akut.
Hal ini dinilai bila nyeri di right lower quadrant meningkat saat pasien dipindahkan dari
posisi supine ke posisi miring ke kiri.

Psoas sign,disebut juga Cope's psoas test atau Obraztsova's sign, merupakan
tanda iritasi pada grup iliopsoas atau hip flexors di abdomen, dan mengindikasi inflamasi
appendiks retrocaecal (otot iliopsoas berada di retroperitoneal). Dilakukan dengan
melakukan tes psoas dengan secara pasif mengangkat paha pasien yang berbaring di sisi
dengan lutut diekstensi, atau meminta pasien secara aktif memfleksi paha, jika terjadi
nyeri abdomen, tanda psoas positif. Nyeri disebabkan batas psoas pada rongga peritonium,
sehingga stretching (dengan hiperekstensi paha) atau kontraksi (dengan fleksi paha) otot
menimbulkan friksi terhadap jaringan yang inflamasi. Secara khusus, otot iliopsoas berada
di bawah appendiks saat pasien supine, sehingga tanda psoas positif di kanan menandakan
appendisitis. Tanda psoas positif juga terdapat pada abses psoas, iritasi retroperitoneal oleh
perdarahan pembuluh darah iliaka.

Obturator sign atau Cope's obturator test merupakan indikasi iritasi pada otot
obturator interna. Teknik tes obturator - pasien berbaring dengan paha dan lutut fleksi 90
derajat. Pemeriksa memegang tumit pasien dengan satu tangan dan lutut dengan tangan
yang lain. Pemeriksa merotasi paha dengan menggerakkan tumit pasien menjauhi tubuh
pasien sambil lutut bergerak ke arah dalam. Fleksi dan rotasi internal paha. Prinsip
obturator sign dalam mendiagnosis appendisitis sama dengan psoas sign. Appendiks
umumnya berlokasi di retrocecal atau pelvik. Oburator sign mengindikasikan adanya
inflamasi appendiks pelvik.

II. TUJUAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan history
taking tentang penyakit yang berhubungan dengan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobiliar dan mampu melakukan pemeriksaan fisik Gastrointestinal dan Hepatobiliar
secara sistematis dan benar.

II.2 TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.
2. Menelusuri keluhan utama dan hubungannya dengan penampilan klinis.
3. Menerapkan dasar teknik komunikasi dan perilaku yang sesuai dengan sosio-
budaya.
4. Mencatat dan menyimpulkan history taking yang diperoleh.
5. Memberikan informasi untuk tindakan selanjutnya.
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 15

6. Mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobiliar secara sistematis dengan baik dan benar.
7. Menemukan kelainan fisik yang berhubungan dengan patogenesa kelainan Sistem
Gastrointestinal dan Hepatobiliar.
8. Menelusuri kelainan fisik dan hubungannya dengan history taking yang
disampaikan pasien.
9. Mencatat dengan benar dan menyimpulkan pemeriksaan fisik yang diperoleh dari
pasien.
10. Membuat diagnosis dan diagnosis banding serta rencana pemeriksaan lain
sehubungan dengan kelainan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobiliar yang
ditemukan.
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu (menit) Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan


20 menit Introduksi pada kelas besar : Narasumber
1. Pemutaran film tentang anamnesis dan
pemeriksaan fisik sistem gastrointetinal dan
hepatobiliar secara menyeluruh dari kepala
sampai kaki pada orang dewasa dengan
gangguan penyakit Gastrointestinal dan
Hepatobiliar (10 menit).
2. Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
film yang diputar (10 menit).
10 menit Demonstrasi pada kelas besar oleh narasumber Narasumber
dengan simulasi pasien (Mahasiswa).
Narasumber memperlihatkan tata cara anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang benar.

TAHAP 1. OBSERVASI :
Memperhatikan pasien saat masuk ruang periksa,
pancaran wajah pasien, cara berjalan, penampilan
fisik, interaksi dengan lingkungan, cara bicara,
perilaku serta memperhatikan pendamping yang
menyertai pasien, interaksi pasien dengan
pendamping.

TAHAP 2 : ANAMNESIS PRIBADI :


1. Menanyakan identitas penderita.
2. Menanyakan keluhan utama, serta keluhan yg
menyertainya dan menanyakan riwayat penyakit
sebelumnya, hubungan penyakit sekarang
dengan penyakit sebelumnya, riwayat tempat
berobat sebelumnya, riwayat pemakaian obat
sebelumnya.
3. Menjajaki ada tidak-nya hubungan keluhan
pasien dengan tingkat sosioekonominya,
pekerjaan, aktifitas sehari-harinya, serta
kebiasaan hidup sehari hari.
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 16

4. Mencatat hal-hal yang penting dari Anamnesis.

TAHAP 3: PEMERIKSAAN FISIK


1. Observasi :
Memperhatikan pasien saat masuk ruang
periksa, cara berjalan, penampilan wajah,
penampilan fisik.
2. Inspeksi :
Pasien setelah posisi terlentang dan baju dilepas
sampai di atas simpisis pubis, si pemeriksa
melihat pasien dari setentang kaki dan menilai
dari kepala hingga kaki apakah simetris atau
tidak, perubahan warna kulit, pembesaran organ
dan lain-lain
3. Palpasi :
Ada atau tidak organomegali.
4. Perkusi :
Timpani atau tidak.
5. Auskultasi abdomen :
Normal, hiperperistaltik atau hipoperistatik,
metallic sound bruit.
6. Mencatat hasil pemeriksaan fisik secara baik dan
benar.
20-30 menit Coaching : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok Instruktur
kecil (1 kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). Mahasiswa
Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian
(2-3 orang) dengan dibimbing oleh instruktur.
Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus. Pasien
simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa.
10 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri secara Instruktur
bergantian. Mahasiswa
Sehingga total waktu yang dibutuhkan ± 90 menit
(tergantung jumlah mahasiswa).
Pada saat self practice mahasiswa melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik sendiri secara
bergantian dan diamati oleh instruktur dengan
menggunakan lembar pengamatan yang ada.
Mahasiswa diberikan 1 kasus dan menyimpulkannya
Instruktur memberikan penilaian dari lembar
pengamatan.
Diskusi Akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan dari 1 kasus
simulasi.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 17

IV. RUJUKAN
1. Chapmann, R.W., Collier, J.D., Hayes, P.C. Liver and Biliary Tract Disease. In :
Boon, N.A., Colledge, N.R., Walker, B.R., Hunter, J.A.A. Davidson’s Principles
& Practice of Medicine. Ed. 20. Livingstone : Churrchil, 2006.
2. Degowin, R.L., Brown, D.D., LeBlond, R.F. DeGowin’s Diagnostic
Examination, Ed. 8. New York : Mc Graw Hill, 2005.
3. Swartz, M.H. dalam Buku Ajar Diagnostik Fisik (TextBook of Physical
Diagnostic). Editor dr. Harjanto Effendi : EGC
4. Nichola’s Joseph Talley. Pada Pemeriksaan Klinis (Pedoman Diagnosis Fisik).
Ahli Bahasa Dr. Wendra Ali ; Binarupa Aksara.

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Audiovisual
2. Pensil / pulpen
3. Formulir history taking
4. Pasien Simulasi dan / atau manikin
5. Formulir rekam medik
6. Tempat tidur periksa
7. Stetoskop

VI. SKENARIO KASUS

Kasus : Gastritis akut


Seorang laki-laki, usia 45 tahun, perawakan biasa, pekerjaan petani, datang ke
Puskesmas sendirian dengan keluhan rasa sakit pada ulu hati saat lapar ataupun
kenyang sejak 1 minggu yang lalu. Selama ini penderita mengonsumsi obat
penghilang rasa sakit. Pola BAB dan BAK biasa.

Tugas : Lakukan komunikasi dokter-pasien dan pemeriksaan fisik gastrointestinal


serta tuliskan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab dari
keluhannya.

VII. TEKNIK PELAKSANAAN


A. PERKENALAN
1. Sapa pasien dan perkenalkan diri dengan ramah dan sopan.
2. Posisikan pasien yang benar sesuai dengan kondisinya
- Kondisi pasien berjalan sendiri
- Pasien di kursi roda/dipapah
- Pasien diantar dengan tempat tidur sorong
3. Tanyakan identitas pasien
B. KELUHAN UTAMA
1. Tanyakan keluhan utama pasien
2. Telusuri / telaah keluhan utama lebih dalam :
- Sejak kapan mulainya?
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 18

- Dimana lokasinya ?
- Berapa lamanya ?
- Bagaimana rasanya?
- Apa yang memperberatnya, seperti : saat lapar, kenyang ?
- Penyebaran / penjalarannya ?
- Terutama / waktu dirasakan pada saat kapan timbulnya ?
C. KELUHAN TAMBAHAN
Telusuri / telaah keluhan tambahan :
1. Mual/muntah
2. Perut mulas
3. Perut kembung
4. Menceret
5. Dada rasa terbakar
6. Sulit menelan.
7. Mulut terasa asam
D. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU (RPT)
Telusuri / telaah riwayat penyakit terdahulu :
1. Pernah mengalami hal yang sama.
2. Penyakit keganasan
3. Penyakit Jantung
4. Penyakit kuning
5. Riwayat Operasi

E. RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT (RPO)


Telusuri / telaah riwayat pemakaian obat :
1. Antasida
2. Analgetik
3. Steroid
4. NSAID
5. Obat Pengencer darah

F. TEKNIK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK


I. INSPEKSI :
Lihat dan perhatikan :
1. Kepala : Mata : konjungtiva anemia, sklera ikterus.
2. Leher : Adanya benjolan dan pemekaran pembuluh darah.
3. Toraks : Dinding toraks : spidernevi, ginekomasti dan ikterus.
4. Abdomen : - Vena kolateral, kaput medusa, striae, perubahan warna
(cullen sign atau gray turner sign).
- Pembesaran organ (hati, limpa, massa diabdomen atau
organ lainnya)
- Pergerakan usus (visible peristaltic).

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 19

5. Ekstremitas Superior : Palmar eritema, white nail.


6. Ekstremitas Inferior : Edema
II. PALPASI :
Raba seluruh regio abdomen secara bimanual, amati :
a. Rileks atau muscular rigidity.
b. Ada tidaknya massa yang bisa diguncang (clapotage).
c. Pembesaran hati (dalam cm / jari) BAC/BPX.
d. Pembesaran limpa : Schuffner (I – VIII) atau Hecket (I-V).
e. Ada tidaknya pulsasi.
f. Pemeriksaan Psoas sign
g. Pemeriksaan Obturator sign.
h. Pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri lepas (Blumberg test)
III. PERKUSI :
Perkusi dinding abdomen secara bimanual, amati :
a. Batas paru hati
b. Timpani (meteorismus)
c. Pekak beralih (shifting dullness)
d. Undulasi
IV. AUSKULTASI :
Dengarkan seluruh regio abdomen dengan menggunakan stetoskop, amati peristaltik :
a. Normoperistaltik.
b. Hipoperistaltik.
c. Hiperperistaltik.
d. Borborigmy.
e. Metallic sound.

G. DOKUMENTASI
1. Catat hasil pemeriksaan.
2. Buat diagnosis utama dan diagnosis banding.
3. Jelaskan tindakan selanjutnya

VIII. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI PENYAKIT SISTEM


GASTROINSTESTINAL DAN HEPATOBILIAR

PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien / keluarga
pasien
2. Memosisikan pasien yang benar sesuai dengan kondisinya
a. Pasien berjalan sendiri
b. Pasien di kursi roda/dipapah
c. Pasien diantar dengan tempat tidur sorong
3. Menanyakan identitas pasien
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 20

B. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA


1. Menanyakan keluhan utama pasien

2. Menelusuri / menelaah keluhan utama lebih dalam :


a. Sejak kapan mulainya?
b. Dimana lokasinya ?
c. Berapa lamanya ?
d. Bagaimana rasanya?
e. Apa yang memperberatnya, seperti : saat lapar/kenyang ?
f. Penyebaran/penjalarannya ?
g. Terutama/waktu dirasakan pada saat kapan timbulnya ?
C. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN
Menelusuri / menelaah keluhan tambahan :
1. Mual/muntah
2. Perut mulas
3. Perut kembung
4. Menceret
5. Dada rasa terbakar
6. Sulit menelan.
7. Mulut terasa asam
D. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU (RPT)
Menelusuri / menelaah riwayat penyakit terdahulu.
1. Pernah mengalami hal yang sama.
2. Penyakit keganasan
3. Penyakit Jantung
4. Penyakit kuning
5. Riwayat Operasi
E. RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT (RPO)
Menelusuri / menelaah riwayat pemakaian obat :
- Antasida
- Analgetik
- Steroid
- NSAID
F. PEMERIKSAAN FISIK (INSPEKSI)
Melihat dan memerhatikan :
1. Kepala : Mata : konjungtiva anemia
sklera ikterus.
2. Leher : Adanya benjolan dan pemekaran pembuluh darah.
3. Toraks : Dinding toraks : spidernevi, ginekomasti dan ikterus.
4. Abdomen : Vena kolateral, kaput medusa, striae, perubahan
warna (cullen sign atau gray Turner sign). Pembesaran organ
(hati, limpa, massa di abdomen atau organ lainnya). Pergerakan
usus (visible peristaltic).
5. Ekstremitas Superior : Palmar eritema, white nail.
6. Ekstremitas Inferior : Edema.
G. PEMERIKSAAN FISIK ( PALPASI)
Meraba seluruh regio abdomen secara bimanual dan mengamati :

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 21

1. Rileks atau muscular rigidity.


2. Ada tidaknya massa yang bisa diguncang (clapotage).
3. Pembesaran hati (dalam cm / jari) BAC/BPX.
4. Pembesaran limpa : Schuffner (I – VIII) atau Hecket (I-V).
5. Ada tidaknya pulsasi.
6. Pemeiksaan Psoas sign
7. Pemeriksaan Obturator sign
8. Pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri lepas (Blumberg test)
H. PEMERIKSAAN FISIK (PERKUSI)
Memerkusi dinding abdomen secara bimanual dan mengamati :
- Batas paru hati
- Timpani (meteorismus).
- Pekak beralih (shifting dullness).
- Undulasi.
I. PEMERIKSAAN FISIK (AUSKULTASI)
Mendengarkan seluruh regio abdomen dengan menggunakan stetoskop dan amati
peristaltik
a. Normoperistaltik.
b. Hipoperistaltik
c. Hiperperistaltik
d. Metallic sound.
e. Borborigmy.
F. DOKUMENTASI
1 Mencatat hasil pemeriksaan pada rekam medik.
2. Membuat diagnosis / diagnosis banding berdasarkan keluhan
utama dan pemeriksaan yang dilakukan
3. Menjelaskan anjuran selanjutnya

Notes : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 22

SL. V. GIS. 2
PROSEDUR PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)
Asrul, Bachtiar Surya

BLOK TERKAIT : GASTRONTESTINAL SYSTEM


SEMESTER :V
TINGKAT KOMPETENSI : 4A
DEPARTEMEN PENYUSUN : BEDAH

I. PENDAHULUAN
Pemasangan pipa nasogastrik atau nasogastric tube (NGT) merupakan prosedur
pemasangan pipa melalui lubang hidung (nostril) turun ke nasofaring kemudian ke
lambung. NGT sering digunakan dalam klinis pada penanganan pasien-pasien yang
memerlukan dekompresi traktus gastrointestinal, diagnosa dan assesment, juga untuk
menyokong pemberian makanan dan obat-obatan.
Penggunaan NGT berhubungan dengan respirasi (pulmonary aspiration), gastrointestinal
(diare, konstipasi, nausea, dan muntah).
Pada pasien-pasien trauma yang disertai kesadaran menurun juga memerlukan
pemasangan NGT.

Indikasi pemasangan NGT :


1. Diagnosis
a. Drainase isi lambung untuk bahan pemeriksaan laboratorium atau sampel
b. Pemberian agen diagnostik seperti zat kontras media radio opak.
2. Terapi
a. Pemberian nutrisi yang adekuat atau obat-obatan pada pasien yang tidak
mampu mengkonsumsi secara oral.
b. Pemberian ASI, formula atau makanan cair langsung ke dalam lambung untuk
tambahan kalori.
c. Evakuasi isi lambung yang berbahaya misalnya pada kasus overdosis obat atau
keracunan.
d. Gastric lavage dengan pemasangan NGT dan suction pada pasien perdarahan
gastrointestinal yang masif bermanfaat untuk mengurangi gejala dan
memfasilitasi visualisasi endoskopi untuk melihat gambaran mukosa lambung
dan duodenum.
e. Pemberian activated charcoal.
f. Dekompresi lambung dengan pemasangan NGT dan suction berguna untuk
mengeluarkam sekresi saluran cerna dan udara yang tertelan pada pasien-
pasien dengan obstruksi pada usus halus atau gastric outlet, serta mengurangi
keluhan pada pasien pankreatitis dan ileus.

Kontraindikasi pemasangan NGT :


Kontraindikasi absolut seperti sumbatan jalan napas, riwayat konsumsi bahan alkali,
riwayat konsumsi hidrokarbon, fraktur wajah dengan Cribriform plate injury, luka

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 23

penetrasi di leher, diverkulum Zenker, atresia koana, striktur esofagus.


Kontraindikasi relatif seperti koagulopati berat setelah operasi orofaringeal, operasi
hidung maupun operasi lambung; demensia.

Komplikasi pemasangan NGT antara lain:


1. Epistaksis
2. Sinusitis
3. Sore Troath
4. Perforasi esofagus
5. Pneumotoraks
6. Aspirasi
7. Masuk ke intrakranial

Tipe NGT :
1. Rubber
2. Polyurethane (paling baik untuk digunakan)
3. Silikon

Ukuran Tube :
Ukuran tube bervariasi dan dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien.
NGT yang lembut, fleksibel, dan ukuran yang kecil (8-12 Fr) sering digunakan untuk
enteral feeding yang kurang dari 6 minggu. Sedang yang agak keras, kurang fleksibel, dan
ukuran yang besar (14 Fr atau lebih) digunakan untuk pemberian obat-obatan, dekompresi
gaster dan pemberian makanan singkat yang kurang dari 1 minggu.

Cara mengukur jarak/panjang NGT Anatomi alur NGT

II. TUJUAN KEGIATAN


Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 24

II. 1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemasangan
nasogastric tube dengan baik dan benar.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui indikasi dan komplikasi pemasangan NGT.
2. Mengetahui anatomi alur yang dilalui NGT.
3. Menentukan ukuran NGT yang akan dipasang.
4. Mengukur jarak NGT yang akan dipasang.
5. Memastikan NGT sudah berada di dalam lambung.
6. Memfiksasi NGT.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu (menit) Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan


20 menit Introduksi pada kelas besar : Narasumber
1. Penjelasan narasumber tentang pemasangan NGT
(10 menit)
2. Pemutaran film tentang cara pemasangan NGT
(5 menit)
3. Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
kuliah dan film yang diputar (5 menit)
10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara pemasangan NGT
secara sistematis

PROSEDUR :
- Menyampaikan kepada pasien (Inform concent)
tentang tindakan yang akan dilakukan
- Pasien duduk dalam posisi optimal (leher dan gaster
sejajar (dalam satu garis lurus).
- Meminta pasien untuk kooperatif saat pemasangan
NGT
- Menyemprotkan anestesi lokal lidokain 2 % (Spray)
ke hipofaring.
- Mengukur jarak panjang NGT yang akan dimasukkan
dengan mengukur dari hidung, lobulus telinga dan
Processus Xyphoideus
- Mengolesi selang NGT dengan jelly (Lubricant gel).
- Masukkan tube melalui lobang hidung melalui
pharynx ke dalam oesophagus dan ke dalam lambung.
- Menyuruh pasien menelan ludah atau meminum
sedikit air untuk membantu masuknya selang (tube)
ke dalam oesophagus (pasien dalam keadaan sadar).
- Chek posisi “tube” apakah sudah didalam lambung
dengan :
• Memasukkan udara (20-30 ml) melalui NGT dan
mendengarkan (auskultasi) suara tiupan udara,
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 25

dengan stetoskop pada daerah epigastrium.


• Melakukan aspirasi cairan lambung.
- Fiksasi tube dengan menggunakan plester pada daerah
hidung dan dibiarkan terbuka (untuk decompresi) atau
tertutup (untuk feeding)
POST PROCEDURE:
Mencatat pemasangan dan ukuran NGT didalam
”medical record”.
20-30 menit Coaching oleh instruktur: Instruktur,
- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Mahasiswa
kelompok tdd 9 mahasiswa).
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-
3 orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh
instruktur.
90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri secara Mahasiswa,
bergantian masing-masing 10 menit pada manikin. Pada Instruktur
saat self practice mahasiswa melakukan pemasangan
NGT yang diamati oleh instruktur dengan menggunakan
lembar pengamatan yang ada.

IV.RUJUKAN
1. www.cancerbackup.org.uk/.../Nutritionalsupport
2. Todd W. Thomsen, M.D., Robert W. Shaffer, M.D., and Gary S. Setnik, M.D.
nasogastric tube.
3. www.joannabriggs.edu.au/protocol/protnasotube.php

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Manikin
2. Tempat tidur
3. Lubricant gel.
4. Nasogastric tube
5. Segelas air (kalau perlu)
6. Drainage bag
7. Syringe 50 cc
8. Stetoskop
9. Anestetik lokal (spray)
10. Plester
11. Sarung tangan (glove)
12. Gunting (scissor)

VI. TEKNIK PELAKSANAAN


A. PERSIAPAN
1. Sapa dan perkenalkan diri kepada pasien.
2. Tanyakan identitas pasien dan sesuaikan dengan rekam medik.
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan, meminta persetujuan dan kerjasama.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 26

4. Posisikan pasien dalam posisi duduk (leher dan lambung sejajar) atau setengah
duduk.
5. Persiapan dokter :
6. Cuci tangan dan memakai sarung tangan sebelum melakukan tindakan.
7. Berdiri di sisi kanan depan pasien.

B. PEMASANGAN NGT
1. Semprotkan anestesi lokal lidokain 2 % (Spray) ke hipofaring.
2. Ukur jarak/panjang NGT yang akan dipasang mengukur dari hidung, lobulus
telinga dan Processus Xyphoideus.
3. Olesi selang NGT dengan jelly (lubricant gel).
4. Masukkan tube melalui lubang hidung à faring à oesophagus à lambung.
5. Telan sedikit air untuk membantu masuknya selang (tube) ke dalam oesophagus
sambil mendorong NGT secara perlahan.

C. MONITORING
1. Monitor posisi “tube” apakah sudah di dalam lambung dengan:
• Masukkan udara (20-30 ml) melalui NGT dan dengarkan suara tiupan udara
dengan stetoskop pada daerah epigastrium.
• Lakukan aspirasi cairan lambung.
2. Fiksasi tube dengan menggunakan plester pada daerah hidung.

D. DOKUMENTASI
1. Catat tanggal pemasangan dan ukuran NGT.
2. Catat nama dan tanda tangan pemasang.

VII. LEMBAR PENGAMATAN PROSEDUR PEMASANGAN NGT

PENGAMATAN
No. LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
A. PERSIAPAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Menanyakan identitas pasien dan menyesuaikan dengan rekam
medik.
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, meminta persetujuan
dan kerjasama.
4. Memosisikan pasien dalam posisi duduk (leher dan lambung
sejajar) atau setengah duduk.
Persiapan dokter :
5. Menuci tangan dan memakai sarung tangan sebelum melakukan
tindakan.
6. Berdiri di sisi kanan depan pasien.
B. PEMASANGAN NGT
1. Meyemprotkan anestesi lokal lidokain 2 % (Spray) ke hipofaring.
2. Mengukur jarak/panjang NGT yang akan dipasang mengukur dari
hidung, lobulus telinga dan Processus Xyphoideus.
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 27

3. Mengolesi selang NGT dengan jelly (lubricant gel)


4. Memasukkan tube melalui lubang hidung à faring à oesophagus
à lambung.
5. Menelan sedikit air untuk membantu masuknya selang (tube) ke
dalam oesophagus sambil mendorong NGT secara perlahan.
C. MONITORING
1. Memonitor posisi “tube” apakah sudah di dalam lambung dengan:
• Masukkan udara (20-30 ml) melalui NGT dan dengarkan
suara tiupan udara dengan stetoskop pada daerah epigastrium.
• Lakukan aspirasi cairan lambung.
2 Memfiksasi tube dengan menggunakan plester pada daerah hidung.

D. DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal pemasangan dan ukuran NGT.
2. Mencatat nama dan tanda tangan pemasang.

Notes : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 28

SL. V. GIS. 3
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
(INTRAVENOUS CATHETER INSERSION)
Achsanudin Hanafie, Akhyar Nasution, Hasanul Arifin

BLOK TERKAIT : GASTRONTESTINAL SYSTEM


SEMESTER :V
TINGKAT KOMPETENSI : 4A
DEPARTEMEN PENYUSUN : ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF

I. PENDAHULUAN
Terapi cairan intravena digunakan untuk mempertahankan homeostasis ketika
asupan enteral tidak mencukupi dan untuk mengganti kehilangan cairan oleh karena
muntah, diare dan pada penderita diabetes insipidus atau disebabkan oleh kehilangan
darah akibat trauma atau tindakan operasi.
Pemasangan akses vaskular adalah satu dari masalah yang sering terjadi pada pasien
rumah sakit, unit emergensi, kamar operasi dan ruang perawatan. Walaupun penggunaan
kateter vena sentral menjadi lebih sering, akses intra vena perifer lebih aman, lebih mudah,
dan paling sering untuk jalur vaskular. Akses intra vena perifer dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan langsung pungsi vena perifer dan secara surgikal (vena secti).
Akses vaskular diindikasikan untuk sampel darah, administrasi cairan intra vena, transfusi
komponen darah, dan jalur masuk obat termasuk substitusi elektrolit dan gula.

Teknik
Bermacam teknik telah dilakukan untuk memfasilitasi insersi intra vena termasuk
penggunaan torniket, transilluminasi, dan vasodilatasi. Penempatan torniket pada
ekstremitas harus dilakukan ketat untuk menghambat aliran vena tanpa menghambat aliran
arteri. Transilluminasi pada neonates dan bayi di lengan menunjukkah hasil yang bagus
tetaapi tidak bisa digunakan pada remaja atau dewasa. Vasodilatasi dengan penggunaan
nitrogliserin topikal atau kompres hangat sering membantu untuk pemasangan kateter intra
vena. Kecepatan aliran melalui kateter intra vena sesuai dengan hukum Poiseuille:
Q = πr4(∆P)/8nL
Q = Kecepatan aliran, r=radius, ∆P=gradient tekanan, n=viscositas, L=panjang
Secara umum pertambahan diameter dua kali meningkatkan kecepatan aliran 16 kali.

Tempat akses
Banyak faktor untuk memilih tempat kanulasi vena perifer. Tempat insersi pada
ekstremitas menjadi kontraindikasi tempat kanulasi. Jika vena kelihatan secara superfisial
maka akan mudah untuk melakukan kanulasi.
Vena pada ekstremitas atas termasuk dorsal dari tangan, lateral lengan dan daerah
antecubital, menjadi tempat yang paling sering untuk kanulasi. Biasanya, vena daerah
dorsal kaki dan vena saphena dapat digunakan ketika daerah ekstremitas atas tidak bisa
digunakan.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 29

Kebanyakan tenaga medis berusaha memasang kanulasi pada daerah yang lebih
distal kemudian jika tidak bisa dicoba daerah yang lebih proksimal. Vena antecubital dan
vena lengan atas dipilih untuk kateter caliber besar, khususnya selama gawat darurat dan
tindakan resusitasi cepat. Kanulasi vena perifer juga bisa dilakukan pada vena jugularis
eksterna, vena dinding dada bagian atas dan vena pada kulit kepala jika tidak ada tempat
lain untuk diakses. (gambar 1)

Gambar 1: Tempat insersi vena perifer

Komplikasi
Pemasangan kateter intra vena perifer telah banyak digunakan lebih dari 60% pada
pasien rawat inap dan banyak pasien mendapatkan komplikasi yang berhubungan akibat
penggunaan kateter tersebut. Kateter menjadi tidak berguna akibat adanya klot, tercabut,
infeksi, emboli, trombus dan phlebitis merupakan masalah yang paling sering terjadi.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini diharapkan mahasiswa mampu memahami akses intra
vascular khususnya akses vena perifer.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu melakukan :
2.1. Memahami tujuan pemasangan kateter intra vena
2.2. Mengetahui tempat-tempat pemasangan kateter intra vena
2.3. Melakukan pemasangan kateter intra vena perifer

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 30

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan


(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) Narasumber
- Penjelasan narasumber tentang prosedur pemasangan
infus/intravenous catheter insersion (10 menit)
- Pemutaran film tentang prosedur pemasangan
infus/intravenous catheter insersion (5 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan da film yang diputar (5 menit)
10 menit Demonstrasi oleh narasumber. Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara pemasangan infus
(intravenous catheter insersion)
20-30 Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi secara Instruktur
menit bergantian (2-3 mahasiswa) dengan dibimbing oleh Mahasiswa
instruktur.
90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri secara Instruktur
bergantian. Mahasiswa
Sehingga total waktu yang dibutuhkan 90 menit
(tergantung jumlah mahasiswa)

IV. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Meja, alat tulis, kertas checklist
2. Tempat tidur pasien
3. Manekin
4. Tiang infus
5. Lidokain 2%, syringe 1 mL
6. Infus set
7. Intra venous catheter berbagai ukuran
8. Cairan infus
9. Plester
10. Kasa steril
11. Alkohol 70%
12. Povidone iodine 10%
13. Spigmomanometer, torniket
14. Spuit 1 cc
15. Sarung tangan

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 31

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 32

Gambar 2. Sarana dan alat yang diperlukan

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 33

Gambar 3. Teknik anestesi lokal

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 34

V. TEKNIK PELAKSANAAN KATETERISASI INTRA VENA

A. PERSIAPAN
1. Sapa dan perkenalkan diri
2. Siapkan peralatan dan bahan
3. Informasikan dan meminta izin kesediaan pasien, berupa arti dan tujuan terapi
intravena, lama terapi intravena dan rasa sakit saat insersi.

B. PEMASANGAN INFUS
1. Cairan infus disambungkan ke infus set, keluarkan udara yang ada di infus set
dengan mengisi cairan di infus set
2. Identifikasi vena yang akan dilakukan kateterisasi intra vena
3. Lakukan torniket (pembebatan) pada daerah proksimal dari vena yang akan
dikateterisasi dengan spigmomanometer sampai tekanan 60-80 mmHg
4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
5. Desinfeksi dengan alkohol 70%
6. Injeksikan anestesi lokal lidokain 2% dengan spuit 1 ml
7. Lakukan insersi pada vena dengan iv kateter dengan sudut 30-45o, setelah keluar
darah pada ujung iv kateter, tarik sedikit jarum (mandrain) pada iv kateter, dorong
iv kateter sampai ujung iv kateter
8. Lepaskan jarum pada iv kateter sambil menekan ujung dari iv kateter agar darah
tidak keluar
9. Sambungkan ke cairan infus yang sudah disiapkan
10. Buang jarum (mandrain) ke dalam safety box ( hazard box)
11. Balut dengan kasa steril yang sudah dioles povidone iodine 10%
12. Fiksasi kuat dengan plester

C. MONITORING
Monitor kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya tempat insersi).

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 35

D. DOKUMENTASI
1. Catat waktu, tanggal pemasangan dan ukuran iv kateter.
2. Catat nama dan tanda tangan pemasang.
3. Memberikan edukasi pada pasien agar dapat melaporkan apabila terjadi
ketidaknyamanan didaerah insersi setelah pemasangan, larangan megubah
dan mengatur kecepatan tetesan, dilarang melepas, menarik dan menekan
infus.

VI. LEMBAR PENGAMATAN TEKNIK KATETERISASI INTRA VENA

PENGAMATAN
No LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
A. PERSIAPAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri
2. Menyiapkan peralatan dan bahan
3. Menginformasikan dan meminta izin kesediaan pasien
B. PEMASANGAN PEMASANGAN INFUS
1. Menyambungkan cairan infus dengan infus set (periksa jangan
ada udara pada infus set)
2. Melakukan torniket (pembebatan) pada daerah proksimal dari
vena perifer sampai tekanan 60-80 mmHg
3. Mencuci tangan dan kemudian memakai sarung tangan
4. Melakukan identifikasi vena perifer
5. Melakukan desinfeksi dengan alkohol 70%
6. Menginjeksikan anestesi lokal lidokain 2% ± 0,1-0,2 cc secara
intrakutan atau dengan mengoleskan anestesi lokal pada daerah
insersi
7. Melakukan insersi iv kateter pada vena perifer dengan sudut 30-
45o, setelah keluar darah pada ujung iv kateter, tarik sedikit jarum
(mandrain) pada iv kateter, dorong iv kateter sampai ujung iv
kateter dan ditekan ujung iv kateter dengan 1 jari. Buang jarum
(mandrain) ke dalam safety box (hazard box)
8. Lepaskan torniket dan test kelancaran infus
9. Melakukan penyambungan dengan cairan infus
10. Melakukan pembalutan dengan kasa povidone iodine 10%
11. Melakukan fiksasi dengan ikat pita.
C. MONITORING
1. Monitoring kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya
tempat insersi).
D. DOKUMENTASI
1. Mencatat waktu, tanggal pemasangan dan ukuran iv kateter.
2. Mencatat nama dan tanda tangan pemasang
3. Memberikan edukasi
Note Ya : Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 36

SL. V. GIS. 4
KETERAMPILAN KLINIS DIGITAL RECTAL EXAMINATION
(COLOK DUBUR)
Asrul, Mabel Sihombing, Bungaran Sihombing

I. PENDAHULUAN

Colok dubur suatu prosedur pemeriksaan untuk mengetahui adanya kelainan pada
rektum atau organ/massa di luar rektum yang dapat diraba dari rektum.

DEFENISI
Colok dubur atau rectal examination adalah merupakan suatu prosedur pemeriksaan
yang terdiri dari pemeriksaan visual terhadap kulit perianal, palpasi digital dari rektum dan
penilaian fungsi neuro muskular dari perineum.

Indikasi Colok dubur (rectal examination) :


1. Rectal bleeding (perdarahan dari anorektal)
2. Konstipasi
3. Perubahan Pola BAB (change of bowel habits)
4. Menilai prostat bila ada LUTS (Lower Urinary Track Symptom)
5. Problem dari urinary atau faecal continence
6. Akut abdomen
7. Cidera spinal cord

Kontra Indikasi Colok Dubur (rectal examination) :


1. Retensi urin
2. Fissura ani
3. Abses perianal

Equipment :
1. Penerangan cukup baik (lightening)
2. Lubricant atau jelly
3. Suitable Soft Tissue
4. Suitable Gloves (sarung tangan)

Rectal Bleeding, Constipation, Perubahan Pola BAB


Bisa dalam bentuk high hematochezia ataupun melena, misalnya oleh karena
haemorhoid eksterna dan interna, bisa dalam bentuk Fissura Ani, Polip, Malignancy atau
keganasan, IBD, Kolitis Ulseratif atau Cronh’s Disease dan sebagainya.

Penilaian neuro muscular rectum


Spincter ani

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 37

Penilaian akut abdomen


Pada diffuse peritonitis akan didapati tonus spinchter ani yang longgar dan nyeri
pada seluruh lapangan mukosa rektum. Pada appendisitis akut akan didapati nyeri pada
anteritor rektum dan terutama pada bagian mukosa rektum pada jam 10 dan 11 (anterior
lateral kanan) dengan tonus spinchter yang masih kuat. Sedangkan pada ileus obstruksi
tonus spinchter masih kuat kecuali pada pasien-pasien yang sudah mengalami gangguan
elektrolit, dan dapat disertai ampula rektum yang kosong.

Penilaian Prostat
Prostat yang normal maupun yang tidak normal dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan colok dubur, sehingga penatalaksanaan selanjutnya dapat ditentukan setelah
melakukan pemeriksaan colok dubur.
Pada pemeriksaan colok dubur, prostat teraba pada jam 12, terdiri dari dua lobus
lateralis dengan sulkus medianus diantaranya.
Bila pada pemeriksaan colok dubur didapati :
1. Prostat tidak menonjol ke rektum, teraba dua lobus lateralis dengan sulkus
medianus diantaranya, berarti prostat tersebut tidak membesar.
2. Prostat menonjol ke rektum, sulkus medianus tidak teraba, berarti prostat tersebut
membesar.
Bila prostat membesar :
1. Konsistensi kenyal, permukaannya rata (tidak berbenjol, tidak teraba nodul),
kemungkinan pembesaran prostat jinak.
2. Konsistensi keras, permukaan berbenjol/teraba nodul, kemungkinan pembesaran
prostat ganas.
3. Konsistensi lunak, terdapat nyeri tekan dari ringan sampai hebat, kemungkinan
infeksi

I. TATA CARA MELAKUKAN COLOK DUBUR


1. Posisi pasien
1.1 Terlentang (Lithotomy).
1.1.1 Celana dibuka.
1.1.2 Terlentang dengan kedua kaki fleksi dan kedua lutut dibiarkan jatuh
kesamping
1.1.3 Tutup perut pasien dengan linen penutup
1.1.4 Pemeriksa atau dokter berada didepan pasien

1.2 Lateral Decubitus (Sim’s Position)


1.2.1 Celana dibuka
1.2.2 Pasien berbaring dengan posisi lateral decubitus, paha dan lutut fleksi.
Lutut kaki atas lebih dekat ke dada dibanding kaki bawah.
1.2.3 Pemeriksa atau dokter berada dibelakang bokong pasien

1.3 Proctologic (Knee Chest atau Prome Kocknife)


1.3.1 Celana dibuka
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 38

1.3.2 Pasien dengan posisi bersujud


1.3.3 Pemeriksa atau dokter berada dibelakang bokong pasien

1.4 Berdiri.
1.4.1 Celana dibuka.
1.4.2 Pasien berdiri dengan posisi bertumpu pada meja periksa, berat badan
atas ditumpukan di siku
1.4.3 Pemeriksa atau dokter berada dibelakang pasien

2. Pelaksanaan
2.1. Pakai sarung tangan, memberitahukan kepada pasien pemeriksaan apa
yang akan dilakukan dan tujuannya dengan kata-kata dan perilaku yang
sopan.
Menanyakan kepada pasien untuk bersedia untuk menjalani pemeriksaan
colok dubur, pemeriksaan dilakukan jika mendapat persetujuan dari
pasien.
2.2. Oleskan jelly pada jari telunjuk sebagai lubrikasi.
2.3. Periksa bagian luar anus / kita inspeksi terlebih dahulu daerah perianal, apakah
ada kemerahan, iritasi, fissura, apakah ada massa seperti pada hemorrhoid
ataupun prolapsus rekti.
2.4. Masukkan jari telunjuk dengan telapak tangan menghadap ke bawah, lalu
masukkan lebih dalam sambil diputar searah jarum jam hingga telapak
menghadap ke atas:
- rasakan tonus sphincter
- rasakan mukosa rectum secara cirkumferensial apakah regular atau
tidak?
apakah ada massa atau tumor atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak dan
sebagainya.
- rasakan prostat (pada jam 12, teraba dua lobus lateralis dengan sulkus
medianus diantaranya), membesar atau tidak, konsistensinya kenyal, lunak
atau keras, permukaannya rata atau berbenjol, apakah ada nodul-nodul,
amati juga apakah ada nyeri tekan atau tidak?
2.5. Keluarkan jari tangan kanan kita, amati apakah ada darah, lendir, atau
feses pada sarung tangan yang kita kenakan.
2.6. Bersihkan daerha sekitar anus dengan kertas tissue
2.7. Lepas sarung tangan lalu buang ke tempat sampah
2.8. Cuci tangan dengan sabun antiseptik
2.9. Bantu pasien turun dari meja pemeriksaan dan mempersilahkan pasien untuk
memakai pakaiannya kembali.

3. Dokumentasi
3.1 Tuliskan tanggal dan waktu pemeriksaan.
3.2 Tuliskan segala temuan pada saat kita melakukan pemeriksaan kedalam
catatan rekam medik pasien yaitu :
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 39

- Perineum:
- Spinchter ani
- Ampula rekti
- Nyeri tekan plus Massa
3.3 Sarung Tangan
- Feses
- Slim atau lendir
- Blood atau darah
3.4 Tanda tangan dan tulis nama dokter yang bertugas.

Gambar Posisi dalam pemeriksaan digital rectal examination (Colok Dubur)

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 40

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 41

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 42

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu cara melakukan pemeriksaan colok
dubur pada kasus-kasus Sistem Genitourinari secara sistematis, baik, dan benar, meliputi :
posisi pasien, pelaksanaan colok dubur dan dokumentasi.

II.2. TUJUAN KHUSUS


2.1. Melatih mahasiswa agar mampu melakukan colok dubur pada kasus-kasus
Sistem Gastrointestinal dan Sistem Genitourinaria secara sistematis dengan
baik dan benar
2.2. Mahasiswa dapat menemukan kelainan pada perinium, anorektal dan prostat
2.3. Mahasiswa mampu mencatat dengan benar dan menyimpulkan apa yang
didapat pada pemeriksaan colok dubur.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 43

2.4. Mahasiswa mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding serta rencana
pemeriksaan lain sehubungan dengan kelainan sistem Gastrointestinal dan
Sistem Genitourinaria yang didapatinya.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan


(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar : Narasumber
1. Penjelasan narasumber (10 menit)
2. Pemutaran film tentang pemeriksaan colok dubur (5 menit)
2. Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari film yang
diputar (5 menit)
10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara pemeriksaan colok
dubur.
1. Posisi pasien.
2. Pelaksanaan.
3. Dokumentasi.
20 menit Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok Instruktur,
terdiri dari 9 mahasiswa). mahasiswa
Coaching oleh instruktur :
- Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian (2- 3 orang mahasiswa) dengan
dibimbing oleh instruktur
- Pasien simulasi akan diperankan oleh alat
peraga.
90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri secara Mahasiswa
bergantian masing-masing 10 menit Instruktur
Pada saat self practice mahasiswa melakukan pemeriksaan
colok dubur yang diamati oleh instruktur dengan
menggunakan lembar pengamatan yang ada.

IV. PELAKSANAAN
1. Setiap kegiatan ketrampilan klinis dilaksanakan dalam 150 menit.
2. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan untuk
ketrampilan klinis blok Genitourinary System.
3. Tempat pelaksanaan ruang skills lab
4. Sarana yang diperlukan :
4.1. Alat audiovisual
4.2. Alat peraga rektum
4.3. Pensil / pulpen
4.4. Formulir rekam medik
4.5. Alat pemeriksaan colok dubur :
- tempat tidur periksa
- sarung tangan
- jelly 5 cc

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 44

- linen penutup
- kertas tissue
- air dan sabun antiseptik
- tempat sampah

V. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN COLOK DUBUR


PENGAMATAN
LANGKAH /TUGAS Ya Tidak

TAHAP I : Perkenalan
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien /keluarga pasien
2. Menanyakan indentitas pasien, mencocokkan data dengan Rekam Medis
3. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan
memberitahukan kepada pasien pemeriksaan apa yang akan dilakukan dan
tujuannya dengan kata-kata dan perilaku yang sopan.
4. Menanyakan kepada pasien untuk bersedia untuk menjalani pemeriksaan colok
dubur, pemeriksaan dilakukan jika mendapat persetujuan dari pasien.
TAHAP II : Pemeriksaan colok dubur
- Posisi pemeriksa berada di sebelah kanan pasien
1. Posisi dalam keadaan terlentang.
1.1. Celana dibuka.
1.2. Terlentang dengan kedua kaki fleksi dan kedua lutut diregangkan
1.3. Tutup perut pasien dengan linen penutup
2. Pelaksanaan
2.1. Pakai sarung tangan.
2.2. Mengoleskan jelly pada jari telunjuk sebagai lubrikasi.
2.3. Bila skorotum menghalangi anus, skrotum di angkat dengan tangan kiri.
2.4 Inspeksi terlebih dahulu daerah perianal, apakah ada kemerahan, iritasi,
fissura, apakah ada massa seperti pada hemorrhoid ataupun prolapsus
recti
2.5. Masukkan jari telunjuk dengan telapak tangan menghadap ke bawah tekan
sedikit ke arah bawah, lalu masukkan lebih dalam sambil diputar searah
jarum jam hingga
telapak menghadap ke atas :
- rasakan tonus sphincter
- rasakan mukosa rectum secara cirkumferensial apakah mukosa
licin atau berbenjol benjol, apakah ada massa di lumen dan ekstralumen
atau tidak. (Apabila ada maka tentukan konsistensi, mobilitas, jarak dari
anal verge )
- adakah nyeri tekan atau tidak, tentukan lokasi di jam berapa.
- rasakan prostat, membesar atau tidak, konsistensinya kenyal, lunak atau
keras, permukaannya rata atau tidak, apakah ada nodul-nodul, amati juga
apakah ada nyeri tekan atau tidak
2.6. Mengeluarkan jari tangan kanan, mengamati apakah ada darah, lendir,
atau feses pada sarung tangan yang kita kenakan.
2.7. Membersihkan daerah sekitar anus dengan kertas tissu.
2.8. Lepas sarung tangan lalu buang ke tempat sampah.

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 45

2.9. Membantu pasien turun dari meja pemeriksaan dan mempersilahkan


pasien untuk memakai pakaiannya kembali
TAHAP III : Dokumentasi
1. Menuliskan tanggal dan waktu pemeriksaan
2. Menuliskan segala temuan pada saat kita melakukan pemeriksaan ke dalam
catatan rekam medik pasen
3. Tanda tangan dan tulis nama dokter yang bertugas
Note : Ya : Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

Buku Panduan Mahasiswa


Gastro Intestinal System
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 1

KEGIATAN KELAS A KEGIATAN KELAS B


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
19 Oktober 2020

S
e
n MIDTERM BLOK GUS-2
i
n

07.00 - 08.00 GIS-F1 TIM KELAS A 07.00 - 08.00 GIS-F1 TIM KELAS B
08.00 - 09.00 GIS1-K1 Anatomi dr.Fitriani L. R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K1 Anatomi dr.Sufitni R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
20 Oktober 2020

S
e 10.00 - 11.00 GIS1-K2 Anatomi dr.Fitriani L. R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS1-K2 Anatomi dr.Sufitni R. Kelas B
l
11.00 - 12.00 GIS1-K3 Histologi dr. Feby Yanti R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS1-K3 Histologi dr. Lokot Donna R. Kelas B
a
s 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
a 13.00 - 14.00 GIS1-K4 Histologi dr. Feby Yanti R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS1-K4 Histologi dr. Zulham R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS1-K5 Fisiologi dr. Nuraiza R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS1-K5 Fisiologi dr. Eka Roina R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS1-K6 Fisiologi dr. Nuraiza R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS1-K6 Fisiologi dr. Eka Roina R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS1-K7 Fisiologi dr. Nuraiza R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS1-K7 Fisiologi dr. Eka Roina R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS1-K8 Biokimia dr.Rusdiana R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K8 Biokimia dr. T. Helvi R. Kelas B
21 Oktober 2020

09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


R
a 10.00 - 11.00 GIS1-K9 IPD dr. Ilhamd R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS1-K10 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas B
b 11.00 - 12.00 GIS1-K10 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS1-K9 IPD dr. Ilhamd R. Kelas B
u
12.00 - 14.00 I S H O M A 12.00 - 14.00 I S H O M A

14.00 - 16.30 GIS1-Pc1-T1 R. Tutorial kelas A 14.00 - 16.30 GIS1-Pc1-T1 R. Tutorial kelas B

07.00 - 08.00 GIS1-K11 Bedah dr.Bachtiar S R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS1-K11 Bedah dr. Liberty R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS1-K12 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K12 IKA Dr.dr. Supriatmo R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
22 Oktober 2020

K
a 10.00 - 11.00 GIS1-K13 Bedah dr.Bachtiar S R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS1-K14 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas B
m 11.00 - 12.00 GIS1-K14 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS1-K13 Bedah dr. Syafruddin R. Kelas B
i
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
s
13.00 - 14.00 GIS1-K15 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS1-K16 IPD Dr.dr. Taufik R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS1-K16 IPD Dr.dr. Taufik R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS1-K15 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS1-K17 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS1-K17 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS1-KBI1-K5 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS1-K18 Bedah dr. Budi Irwan R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS1-KIG1-K5 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K19 IPD dr. Ilhamd R. Kelas B
23 Oktober 2020

J
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
u
m 10.00 - 11.00 GIS1-K18 Bedah dr. Syafruddin R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS1-KBI1-K5 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
' 11.00 - 12.00 GIS1-K19 IPD dr. Ilhamd R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS1-KIG1-K5 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
a
12.00 - 14.00 I S H O M A 12.00 - 14.00 I S H O M A
t
14.00 - 16.30 GIS1-Pc1-T2 R. Tutorial kelas A 14.00 - 16.30 GIS1-Pc1-T2 R. Tutorial kelas B
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 2

KEGIATAN KELAS A KEGIATAN KELAS B


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
07.00 - 08.00 GIS1-K20 IPD Dr. dr. Rustam R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS1-K21 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS1-K21 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K20 IPD Dr. dr. Rustam R. Kelas B

09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI


26 Oktober 2020

S
e
GIS1-CRP5-DK3 GIS1-CRP5-DK3
n 09.30 - 12.00 R. Tutorial B (Gedung A. Hakim) 09.30 - 12.00 R. Tutorial B (Gedung A. Hakim)
(A) (B)
i
n
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
13.00 - 14.00 GIS1-K22 Bedah Dr. dr. Adi Muradi R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS1-K22 Bedah dr. Edwin Saleh R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS1-K23 Bedah dr. Budi Irwan R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS1-K23 Bedah dr. Liberty R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS1-K24 Bedah dr. Budi Irwan R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS1-K24 Bedah Dr. dr.Asrul R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS1-KBI1-K7 Bedah Dr. Namsyah R. Kelas B
07.00 - 09.00 GIS1-Pc1-PP (A) RUANG KULIAH
08.00 - 09.00 GIS1-KIG1-K7 Bedah Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
27 Oktober 2020

S
e 10.00 - 11.00 GIS1-KBI1-K7 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A
l 10.00 - 12.00 GIS1-Pc1-PP (B) RUANG KULIAH
11.00 - 12.00 GIS1-KIG1-K7 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A
a
s 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
a 13.00 - 14.00 GIS1-K25 Bedah Dr. dr. Adi Muradi R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS1-K25 Bedah dr. Edwin Saleh R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS1-K26 Bedah dr. Edwin Saleh R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS1-K26 Bedah Dr. dr. Asrul R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS1-K27 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS1-K27 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
28 Oktober 2020

R
a
CUTI BERSAMA
b
u
29 Oktober 2020

K
a
m MAULID NABI MUHAMMAD SAW
i
s

J
30 Oktober 2020

u
m
CUTI BERSAMA
'
a
t
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 3

KEGIATAN KELAS A KEGIATAN KELAS B


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
07.00 - 08.00 GIS1-K28 IPD Dr. dr. Masrul R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS1-K29 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS1-K29 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K28 IPD Dr. dr. Masrul R. Kelas B
2 Nopember 2020

09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


S
e 10.00 - 11.00 GIS1-KBI1-K6 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS1-KIG1-K6 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
n 11.00 - 12.00 GIS1-KIG1-K6 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS1-KBI1-K6 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
i
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
n
13.00 - 14.00 GIS1-K30 IPD Dr. dr. Masrul R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS1-K31 IPD Dr.dr. Imelda R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS1-K31 IPD Dr.dr. Imelda R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS1-K30 IPD Dr. dr. Masrul R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS1-K32 Bedah Prof. Bachtiar R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS1-K32 Bedah Dr.dr Asrul R. Kelas B
GIS1-Pr1 (A1) R. Praktikum Anatomi GIS1-Pr1 (B1) R. Praktikum Anatomi
07.00 - 09.30 07.00 - 09.30
3 Nopember 2020

S GIS1-Pr2 (A2) R. Praktikum Histologi GIS1-Pr2 (B2) R. Praktikum Histologi


e
l 09.30 - 12.00 GIS1-CRP5-DK4 (A) R. Tutorial A 09.30 - 12.00 GIS1-CRP5-DK4 (B) R. Tutorial B
a
s 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
a GIS1-Pr1 (A2) R. Praktikum Anatomi GIS1-Pr1 (B2) R. Praktikum Anatomi
13.00 - 15.30 13.00 - 15.30
GIS1-Pr2 (A3) R. Praktikum Histologi GIS1-Pr2 (B3) R. Praktikum Histologi
GIS1-Pr1 (B3) R. Praktikum Anatomi
07.00 - 09.30 GIS2-CRP5-PP2 (A) RUANG KULIAH 07.00 - 09.30
GIS1-Pr2 (B1) R. Praktikum Histologi
4 Nopember 2020

09.30 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


R
a GIS1-Pr1 (A3) R. Praktikum Anatomi
09.30 - 12.00 10.00 - 12.00 GIS2-CRP5-PP2 (B) RUANG KULIAH
b GIS1-Pr2 (A1) R. Praktikum Histologi
u
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
GIS1-Pr3 (A1) R. Praktikum Histologi GIS1-Pr3 (B1) R. Praktikum Histologi
13.00 - 15.30 13.00 - 15.30
GIS1-Pr4 (A2) R. Praktikum Biokimia GIS1-Pr4 (B2) R. Praktikum Biokimia
GIS1-Pr3 (A2) R. Praktikum Histologi GIS1-Pr3 (B2) R. Praktikum Histologi
07.00 - 09.30 07.00 - 09.30
GIS1-Pr4 (A3) R. Praktikum Biokimia GIS1-Pr4 (B3) R. Praktikum Biokimia
5 Nopember 2020

K
a
GIS1-Pr3 (A3) R. Praktikum Histologi GIS1-Pr3 (B3) R. Praktikum Histologi
m 09.30 - 12.00 09.30 - 12.00
i GIS1-Pr4 (A1) R. Praktikum Biokimia GIS1-Pr4 (B1) R. Praktikum Biokimia
s 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A

13.00 - 15.30 BELAJAR MANDIRI 13.00 - 15.30 BELAJAR MANDIRI


6 Nopember 2020

J
u
m
PERSIAPAN MIDTERM GIS-1
'
a
t
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 4

KEGIATAN KELAS A KEGIATAN KELAS B


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
9 Nopember 2020

S
e
n MIDTERM GIS-1
i
n
10 Nopember 2020

S
e
l
UTS
a
s
a
11 Nopember 2020

R
a
UTS
b
u

07.00 - 08.00 GIS2-K1 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS2-K1 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS2-K2 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS2-K2 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
12 Nopember 2020

K 09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI


a
m 09.30 - 12.00 GIS2-Pc1-T1 R. Tutorial kelas A 09.30 - 12.00 GIS2-Pc1-T1 R. Tutorial kelas B
i
s 12.00 - 13.00 ISHOMA 12.00 - 13.00 ISHOMA
13.00 - 14.00 GIS2-K3 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS2-K3 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS2-K4 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS2-K4 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS2-KIB1-K8 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS2-K5 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS2-KIG1-K8 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS2-K6 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
13 Nopember 2020

J
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
u
m 10.00 - 11.00 GIS2-K5 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS2-KIB1-K8 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
' 11.00 - 12.00 GIS2-K6 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS2-KIG1-K8 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
a
12.00 - 14.00 ISHOMA 12.00 - 14.00 ISHOMA
t
14.00 - 15.00 GIS2-K7 IKA Prof. Atan Baas R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS2-K7 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS2-K8 Mikrobiologi dr. Dian Dwi W R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS2-K8 Mikrobiologi dr. Sri Amelia R. Kelas B
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 5

KEGIATAN KELAS A KEGIATAN KELAS B


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
07.00 - 08.00 GIS2-K9 Mikrobiologi dr. Dian Dwi W R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS2-K9 Mikrobiologi dr. Sri Amelia R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS2-K10 Parasitologi dr. Adelina R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS2-K10 Parasitologi dr. Dewi Saputri R. Kelas B
16 Nopember 2020

09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI


S
e
09.30 - 12.00 GIS2-Pc1-T2 R. Tutorial kelas A 09.30 - 12.00 GIS2-Pc1-T2 R. Tutorial kelas B
n
i
12.00 - 13.00 ISHOMA 12.00 - 13.00 ISHOMA
n
13.00 - 14.00 GIS2-K11 Parasitologi dr. Adelina R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS2-K11 Parasitologi dr. Yunilda R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS2-K12 Parasitologi Dr. dr. Lambok R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS2-K12 Parasitologi Dr. dr. Dewi M R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS2-K13 P. Anatomi Dr. dr. Lidya R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS2-K13 P. Anatomi dr. Jessy R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS2-K14 P. Anatomi dr. Causa R. Kelas A
07.00 - 09.00 GIS2-Pc1-PP (B) TIM RUANG KULIAH B
08.00 - 09.00 GIS2-K15 P. Klinik dr. Zulfikar R. Kelas A
17 Nopember 2020

S 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


e 10.00 - 11.00 GIS2-K14 P. Anatomi Dr. dr. Betty R. Kelas B
l 10.00 - 12.00 GIS2-Pc1-PP (A) TIM RUANG KULIAH A
11.00 - 12.00 GIS2-K15 P. Klinik Dr. dr. Jelita R. Kelas B
a
s 12.00 - 13.00 ISHOMA 12.00 - 13.00 ISHOMA
a 13.00 - 14.00 GIS2-K16 P. Klinik dr. Zulfikar R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS2-K16 P. Klinik dr. Suliarni R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS2-K17 Radiologi Prof. Abdul Rasyid R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS2-K17 Radiologi dr. Evo Elidar R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS2-K18 Radiologi Prof. Abdul Rasyid R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS2-K18 Radiologi dr. Evo Elidar R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS2-CRP5-K5 CRP Dr. dr Arlinda R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS2-CRP5-K5 CRP Dr. dr. Juliandi R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS2-CRP5-K6 CRP Dr. dr Arlinda R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS2-CRP5-K6 CRP Dr. dr. Juliandi R. Kelas B
18 Nopember 2020

09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI


R
a 09.30 - 12.00 GIS2-Pc2-T1 R. Tutorial kelas A 09.30 - 12.00 GIS2-Pc2-T1 R. Tutorial kelas B
b
u 12.00 - 13.00 ISHOMA 12.00 - 13.00 ISHOMA
13.00 - 14.00 GIS2-K19 Forensik Asan Petrus R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS2-K19 Forensik dr. Agustinus R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS2-K20 Farmako dr. Tri Widyawati R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS2-K20 Farmako dr. Zulkarnain R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS2-K21 Farmako dr. Tri Widyawati R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS2-K21 Farmako dr. Zulkarnain R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS2-KIB1-K9 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS2-K22 Gizi dr. Fitriyani R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS2-KIG1-K9 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS2-K23 Komunitas Dr. dr. Rina Amelia R. Kelas B
19 Nopember 2020

09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


K
a 10.00 - 11.00 GIS2-K22 Gizi Prof. Dr. dr. Dina R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS2-KIB1-K9 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
m 11.00 - 12.00 GIS2-K23 Komunitas Dr. dr. Juliandi R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS2-KIG1-K9 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
i
12.00 - 13.00 ISHOMA 12.00 - 13.00 ISHOMA
s
13.00 - 14.00 GIS2-Pr1 (A1) R. Praktikum Patologi Klinik 13.00 - 14.00 GIS2-Pr1 (B1) R. Praktikum Patologi Klinik
14.00 - 15.00 GIS2-Pr2 (A2) R. Praktikum Patologi Anatomi 14.00 - 15.00 GIS2-Pr2 (B2) R. Praktikum Patologi Anatomi
15.00 - 16.00 GIS2-Pr3 (A3) R. Praktikum Farmakologi 15.00 - 16.00 GIS2-Pr3 (B3) R. Praktikum Farmakologi
GIS2-Pr1 (A2) R. Praktikum Patologi Klinik GIS2-Pr1 (B2) R. Praktikum Patologi Klinik
07.00 - 09.30 GIS2-Pr2 (A3) R. Praktikum Patologi Anatomi 07.00 - 09.30 GIS2-Pr2 (B3) R. Praktikum Patologi Anatomi
20 Nopember 2020

J GIS2-Pr3 (A1) R. Praktikum Farmakologi GIS2-Pr3 (B1) R. Praktikum Farmakologi


u
m 09.30 - 12.00 GIS2-Pc2-T2 R. Tutorial kelas A 09.30 - 12.00 GIS2-Pc2-T2 R. Tutorial kelas B
'
a 12.00 - 14.00 ISHOMA 12.00 - 14.00 ISHOMA
t GIS2-Pr1 (A3) R. Praktikum Patologi Klinik GIS2-Pr1 (B3) R. Praktikum Patologi Klinik
14.00 - 16.30 GIS2-Pr2 (A1) R. Praktikum Patologi Anatomi 14.00 - 16.30 GIS2-Pr2 (B1) R. Praktikum Patologi Anatomi
GIS2-Pr3 (A2) R. Praktikum Farmakologi GIS2-Pr3 (B2) R. Praktikum Farmakologi
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 6

KEGIATAN KELAS A KEGIATAN KELAS B


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
23 Nopember 2020 07.00 - 09.00 GIS2-Pc1-PP (A) TIM RUANG KULIAH A
S 07.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
e
n
i 10.00 - 12.00 GIS2-Pc2-PP (B) TIM RUANG KULIAH B
09.00 - 16.00 BELAJAR MANDIRI
n
12.00 - 16.00 ISHOMA / BELAJAR MANDIRI
12 Nopember 2019

S
e
l
PERSIAPAN UJIAN MIDTERM GIS-2
a
s
a
13 Nopember 2019

R
a
UJIAN MIDTERM GIS-2
b
u
14 Nopember 2019

K
a
m BLOK SPESIAL SENSE SYSTEM
i
s
15 Nopember 2019

J
u
m
BLOK SPESIAL SENSE SYSTEM
'
a
t

Anda mungkin juga menyukai