BLOK
Gastrointestinal system
Penyusun
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 2
I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Masalah saluran cerna di Indonesia merupakan masalah yang banyak dikeluhkan pasien
di tingkat pelayanan primer, mulai dari keluhan paling ringan seperti perut kembung
sampai ke perdarahan saluran cerna serta kanker yang dapat menyebabkan kematian.
Keluhan utama ini bukan hanya mempengaruhi kenyamanan seseorang tetapi juga
berdampak pada daya gerak seseorang yang pada gilirannya akan menurunkan
produktivitas masyarakat. Pengaruh terhadap produktivitas ini dicerminkan oleh angka
tidak masuk kerja sampai ke angka kematian yang ditimbulkan oleh kelainan saluran
cerna.
Meskipun peranan fisik diagnostik (anamnesis dan pemeriksaan fisik) serta laboratorium
serta histopathology penting sebagai awal langkah menegakkan diagnostik, kemajuan
dalam pemakaian alat penunjang diagnostik dan terapi dibidang saluran cerna ,hati dan
pankreatobilier seperti endoskopi, Ct scan, ERCP, EUS, MRCP, RFA dll perlu diketahui
oleh mahasiswa kapan perlu dilakukan serta interpretasinya , dengan tetap
memperhatikan cost effective dan efisien.
Tindakan pencegahan terhadap penyakit saluran cerna perlu ditingkatkan juga deteksi
dini agar mendapatkan kan prognosis yang lebih baik.
Penyakit hati terutama infeksi virus cukup tinggi di Indonesia. Hepatitis virus terutama
hepatitis virus B (HBV) and hepatitis C (HCV) sudah menjadi beban di Indonesia.
Pemahaman yang lebih baik mengenai HBV dan HCV sangat penting untuk
pencegahan. Untuk itu mahasiswa perlu memahami cara menegakkan diagnosis dan
pencegahan penularan hepatitis termasuk vaksinasi , serta berbagai komplikasinya
mencakup sirosis dan kanker hati.
Blok sistem Gastrointestinal ini dibagi dalam dua sub-blok, yaitu blok GIS-1 dan blok GIS-
2, yang masing-masing mempunyai beban kredit sebesar 3 SKS. Secara keseluruhan,
kedua sub-blok ini akan dilaksanakan selama 5 minggu.
Tujuan umum blok ini membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan
dalam melakukan promosi, prevensi, menegakkan diagnosis penyakit, memberi terapi,
dan tindakan rehabilitasi terhadap penderita serta waktu dan kondisi yang perlu untuk
dirujuk terhadap masing masing penyakit pada sistem saluran cerna atas dan bawah,
serta penyakit yang melibatkan fungsi hati dan sistem pankreatobilier.
II.PRASYARAT MAHASISWA
Blok Gastrointestinal ini merupakan salah satu dari blok Tahap II (Pathological
Sciences) dalam struktur kurikulum. Mahasiswa pada Tahap II adalah mahasiswa
yang telah melalui Tahap I (Basic Medical Sciences), mahasiswa ini telah mencapai
keterampilan generik yaitu keterampilan belajar sepanjang hayat, dan dasar-dasar
ilmu kedokteran.
TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
Bila dihadapkan pada data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, dan
epidemiologik penyakit Sistem Gastrointestinal, mahasiswa tahap II yang telah
menjalani blok Sistem Gastrointestinal mampu menafsirkan data tersebut dan
menerapkannya dalam langkah pemecahan masalah yang baku termasuk tindakan
pencegahan dan rujukan, dengan menggunakan teknologi kedokteran dan teknologi
informasi yang sesuai, dengan selalu memperhatikan konsep dan pertimbangan etik.
OUTLINE PERKULIAHAN
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
Pendahuluan Pengenalan Memberikan gambaran umum mengenai blok ICT dan Ketua Blok GIS-F1
Blok sistem Gastro Intestinal System melalui ceramah dan
Gastrointestinal pemutaran film
Embryologi 1. Pembentukan dan 1.1. Menjelaskan perkembangan alat-alat yg Departemen Anatomi GIS1-K1
(Organoge- perkembangan alat- berasal dari foregut 1. dr. Fitriani
nesis) alat saluran cerna 1.2.Menjelaskan perkembangan alat-alat yg Lumongga, SpPA
berasal dari midgut 2. dr. Sufitni, M.Kes,
1.3.Menjelaskan perkembangan alat-alat yg SpPA
berasal hindgut
Struktur anatomi 2. Pembagian rongga 2.1 Mengidentifikasi cavum oris propii
sistem gastro mulut 2.2 Mengidentifikasi vestibulum oris
intestinal
3. Struktur anatomi gigi 3.1. Mengidentifikasi bagian-bagian dari gigi
3.2. Mengidentifikasi jenis-jenis gigi
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
omentum minus, lig. phrenicolienale,
lig.gastrolienale, bursa omentalis &
foramen epiploicum
8. Struktur anatomi 8.1. Mengidentifikasi gaster, bentuk,letak & Departemen Anatomi GIS1-K2
gaster alat penggantungnya 1, dr. Fitriani
8.2. Mengidentifikasi bagian permukaan Lumongga, SpPA
dalam & permukaan luar gaster , spincter 2. dr. Sufitni, M.Kes,
pada gaster SpPA
8.3. Menjelaskan hubungan gaster dengan
alat sekitarnya
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
• mukosa
• submukosa
• muskularis
• serosa
• kelenjar esophagus
12.3.Gaster
• Mukosa gaster
• Submukosa
• Muskularis
• Serosa
• Gastric pit
12.4.Kelenjar lambung/
• Sel2l kelenjar lambung
• sel induk
• sel mucus leher
• sel Parietal ( Oksintik)
• sel Zymogen (Chief sel)
• sel Enteroendokrin
13.Usus halus 13.1. Menjelaskan struktur dari
Usus halus duodenum Dinding :
, yeyunum, ileum • Usus halus
• Mukosa
• Villi intestinal
• Plika intestinal
• Kelenjar intestinal
• Sel absorbtif
• Sel Goblet
• Sel Paneth
• Sel M ( lipatan mikro )
• Sumukosa
• Muskularis
• Serosa
• Plak peyeri
14.Usus halus 14.1. Menjelaskan struktur dari dinding :
Kolon • Kolon
appendik vermiformis • Mukosa
• Submukosa
• Muskularis
• Serosa
15.Rectum/anus 15.1. Menjelasksn struktur dari dinding
Rektum • Rektum/anus
anus • Mukosa
• Submukosa
• Muskularis
• Serosa
• Pleksus vena
Kelenjar pada 16.Kelenjar liur 16.1. Menjelaskan struktur dari : Departemen Histologi GIS1-K4
saluran cerna • Kelenjar Parotis 1. dr. Feby Yanti
• Kelenjar submandidibularis Harahap,
• Kelenjar lingualis M.Ked(PA),SpPA
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
17.Hepar 18.1. Menjelaskan struktur Hepar :
• Lobules hepar
• Hepatosit
• System sirkulasi
• Triad porta
18. Kandung empedu 19.1. Menjelaskan struktur dnding kandung
empedu :
• Mucosa
• Muscular
• Adventitia
22. Fungsi lambung 22.1.Menguraikan gerakan lambung dan Departemen Fisiologi GIS1-K6
fungsinya. 1. dr. Nuraiza Meutia,
22.2.Menjelaskan mekanisme defensif Ph.D
lambung. 2. dr. Eka Roina
22.3.Menjelaskan fungsi cairan lambung dan Megawati, M.Kes.
mekanisme sekresinya.
22.4.Menguraikan fungsi antrum dan pyloric
sphincter dalam proses pencernaan dan
pengosongan lambung
24. Fungsi organ 24.1.Menjelaskan fungsi pankreas dalam Departemen Fisiologi GIS1-K7
aksesori proses pencernaan makanan dan 1. dr. Nuraiza Meutia,
pencernaan pengaturan sekresinya. Ph.D
24.2.Menjelaskan fungsi empedu dalam 2. dr. Eka Roina
proses pencernaan makanan dan Megawati, M.Kes
pengaturan sekresinya
24.3.Menjelaskan peran hepar terkait dengan
proses pencernaan makanan.
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
25. Absorbsi di saluran 25. 1. Menguraikan mekanisme absorpsi
cerna nutrien di saluran cerna
25. 2. Menjelaskan mekanisme absorpsi air &
elektrolit di saluran cerna.
25. 3. Menjelaskan mekanisme absorpsi trace
mineral di saluran cerna.
25. 4. Menjelaskan bentuk keseimbangan
sekresi dan absorbsi cairan di
sepanjang saluran cerna
26.Fungsi usus besar 26. 1. Menguraikan fungsi bagian-bagian
colon, gerakan colon dan
pengaturannya.
26. 2. Menjelaskan hubungan peregangan
lambung dengan gerakan colon dan
refleks defekasi.
26. 3. Menjelaskan absorpsi di colon
26. 4. Menjelaskan fungsi rectum dan anus.
26. 5. Menjelaskan mekanisme defekasi.
Biokimia Sistem 27.Proses pencernaan 27.1. Menjelaskan proses pencernaan dan Departemen Biokimia GIS1-K-8
Pencernaan & absorbsi, peristiwa absorbsi sebagai peristiwa pemasokan 1. dr. Rusdiana,
pemasokan energi energi bagi tubuh manusia M.Kes
bagi tubuh manusia 2.dr. T. Helvi
Mardiani, M.Kes
28.Enzim amilase, 28. 1. Membedakan 3 subklas enzim
lipase dan protease hydrolase yang bekerja terhadap 3
jenis bahan makanan pokok
28. 2. Menentukan tempat di sepanjang
saluran pencernaan mana ke-3 subklas
enzim dapat bekerja secara optimal
29.Biosintesis HCL 29.1. Menjelaskan proses biosintesis asam
lambung HCL lambung dan peranannya dalam
proses pencernaan enzimatik.
30.Biosintesis cairan 30.1. Menjelaskan proses biosintesis cairan
empedu empedu dan peranannya dalam proses
pencernaan enzimatik.
30.2. Menginterpretasikan gangguan
pencernaan yang disebabkan oleh
kelainan enzim.
30.3. Menyebutkan hasil akhir pencernaan
sempurna dari 3 jenis bahan makanan
pokok.
31.Absorpsi zat-zat 31.1. Membedakan proses absorpsi aktif dan
makanan pasif
32.Zat-zat yang 32.1. Mengidentifikasikan zat-zat yang
diabsorpsi secara aktif diabsorpsi secara aktif dan atau pasif.
dan atau pasif.
33.Zat-zat yang 33.1. Mengidentifikasikan zat-zat yang
diangkut kehati diangkut ke hati tanpa proses dalam sel
tanpa proses dalam mukosa usus halus dengan zat-zat yang
sel mukosa usus diproses.
halus dengan zat-
zat yang diproses.
34.Dehidrasi dan 34.1. Menjelaskan dehidrasi dan gangguan
gangguan elektrolit elektrolit yang disebabkan gangguan
yang disebabkan reabsorpsi air di sepanjang saluran
gangguan pencernaan.
reabsorpsi air di
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
saluran penernaan.
35.Proses 35.1. Membedakan proses deaminasi dan
pembusukan proses dekarboksilasi yang disebabkan
oleh enzim-enzim dari flora usus
36.Zat-zat yang 36.1. Menyebutkan zat-zat yang terbentuk
terbentuk dari dari proses deaminasi dan
proses deaminasi & dekarboksilasi oleh flora usus
dekarboksilasi oleh
flora usus
37.Mikroorganisme 37.1.Mengambil kesimpulan dari keberadaan
dalam usus flora usus bagi tubuh
38.Pencernaan
karbohidrat dalam
saluran cerna
menghasilkan
monosakarida
39.Proses pencernaan
makanan
karbohidrat shg
menghasilkan
glukosa
40.Interkonversi zat-
zat galaktosa,
fruktosa dalam sel
hepar/ mukosa
usus halus
Penyakit pada 41. Memahami 41.1. Kelainan pada rongga mulut Departemen GIS1-K-9
rongga mulut Penyakit pada • Herpes stomatitis Peny.Dalam
dan esophagus Rongga mulut • Oral thrush, acute necrotizing dr. Ilhamd, SpPD,
ulcerative gingivitis KGEH
41.2. Kelainan pada oesophagus
• Odinofagia
• Disfagia
42. Memahami 42.1. Menjelaskan pengertian Departemen GIS1-K-10
Penyakit odinofagia,disfagia serta gangguan Peny.Dalam
Esophagus motilitas esofagus Prof. Dr. dr. Gontar
42.2. Menjelaskan gangguan passage Alamsyah Siregar,
esofagus akibat tumor esofagus atau SpPD, KGEH
striktura esofagus
42.3. Menjelaskan pemeriksaan penunjang
pada ggn passage esofagus
42.4. Menjelaskan patogenesa varises
esofagus
42.5. Memahami batasan untuk referal ke
Dept. Peny. Dalam atau ke Dept .Bedah
43.Esophageal 43.1. Memahami esophageal atresia Departemen Bedah GIS1-K-11
atresiaCorrosive 43.2. Memahami Corrosive lesions of 1. Prof.dr.Bachtiar
lesions of esophagus Surya, SpB-KBD
esophagus 43.3. Memahami Reflux esophagitis 2. dr.Liberty SIrat,
Reflux esophagitis 43.4. Memahami Gastro esophageal reflux SpB-KBD
Gastro esophageal
reflux
44.Gastro esophageal 44.1. Memahami Gastro esophageal reflux Departemen Anak GIS1-K-12
reflux pada anak pada anak 1. Prof. dr. Atan Baas
Sinuhahji, SpA(K)
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 13
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
2. Dr. dr. Supriatmo,
SpA(K)
Kelainan pada 45.Kelainan pada 45.1. Memahami Departemen Bedah GIS1-K-13
diaphraghma, diaphragma • Diaphragmatic hernia (congenital) 1. Prof.dr.Bachtiar
dinding • Hiatus hernia Surya, SpB-KBD
abdomen,dan 2. dr.Syafruddin
hernia inguinal 46.Kelainan dinding 46.1. Memahami Nasution, SpB-
abdomen dan • Femoral hernia KBD
hernia • Epigastric hernia
Inguinal hernia • Incisional hernia
(direct dan indirect) • Umbilical hernia
47. Memahami 47.1. Menjelaskan sindroma dyspepsia baik Departemen GIS1-K-14
Gastritis fungsional maupun organik scr klinik Peny.Dalam
47.2. Menjelaskan tukak lambung akibat Prof. Dr. dr. Gontar
NSAID atau kuman Helicobacter pylori Alamsyah Siregar,
47.3. Menjelaskan strategi pemeriksaan SpPD, KGEH
penunjang pada dyspepsia fungsional
dan organik
47.4. Menjelaskan dan memahami strategi
penanganan dan pengobatan dari
dyspepsia fungsional dan organik
48.Memahami 48.1. Menjelaskan penyebab hematemesis Departemen GIS1-K-15
Hematemesis et dan melena akibat ggn pada lambung Peny.Dalam
Melena 48.2. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Prof. Dr. dr. Gontar
penyebab hematemesis et melena Alamsyah Siregar,
48.3. Menjelaskan penanganan hematemesis SpPD, KGEH
et melena serta kapan untuk merefer
pasien ke Dept. Peny. Dalam
49.Memahami Tumor 49.1. Menjelaskan patogenesa tumor lambung
Lambung 49.2. Menjelaskan pemeriksaan secara klinis,
serologis, endoskopis dan radiologik
tumor lambung
49.3. Menjelaskan dan memahami kapan
mengirim pasien ke Dept. Bedah
Kelainan pada 50. Memahami Tukak 50.1. Menjelaskan penyebab Tukak Duodeni Departemen GIS1-K-16
duodenum Duodeni oleh NSAID atau kumah Helicobacter Peny.Dalam
pylori Dr.dr. Taufik Sungkar,
50.2. Menjelaskan pemeriksaan penunjang M.Ked(PD), SpPD,
pada Tukak Duodeni baik secara invasif KGEH
maupun non invasif
50.3. Menjelaskan dan memahami strategi
pengobatan Tukak Duodeni
51. Memahami 51. 1. Maldigestion Departemen Anak GIS1-K-17
maldigestion,malab 51. 2. Malabsorption 1. Prof. dr. Atan Baas
sorption, gagal 51. 3. Gagal tumbuh Sinuhahji, SpA(K)
tumbuh dan 51. 4. Enteritis 2. Dr.dr. Supriatmo,
enteritits SpA(K)
Kelainan pada 52. Memahami 52. 1. Intestinal atresia Departemen Bedah GIS1-K-18
usus halus intestinal atresia, 52. 2. Meckel's diverticulum 1. dr.Syafruddin
meckel’s 52. 3. Umbilical fistula, omphalocele Nasution, SpB-
diverticulum gastroschisis KBD
52. 4. Malrotation 2. dr. Budi Irwan,
52. 5. Pyloric stenosis SpB-KBD
52. 6. Intussussception
53.Memahami kelainan 53.1. Menjelaskan pengertian dan penyebab Departemen GIS1-K-19
fungsi usus halus serta penanganan dari Maldigestion Peny.Dalam
53.2.Menjelaskan dan memahami pengertian dr. Ilhamd, SpPD,
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
dan penyebab serta penanganan dari KGEH
Malabsorption
Kelainan pada 54.Memahami kelainan 54.1. Menjelaskan dan dapat memahami Departemen GIS1-K-20
usus fungsional usus Irritable Bowel Syndrome Peny.Dalam
besar/colon besar/colon 54.2. Menjelaskan penanganan dari Irritable Dr. dr. Rustam
Bowel Syndrome Effendi YS, SpPD,
KGEH
55.Memahami kelainan 55.1.Menjelaskan penyebab dari diare kronik
organik usus 55.2.Menjelaskan pemeriksaan penunjang
besar/colon dari diare kronik
55.3. Menjelaskan dan memahami kapan
merefer pasien ke Dept.Peny.Dalam
atau Dept.Bedah
56.Memahami 56.1. Menjelaskan pengertian dan penyebab
Hematokezia Hematokezia
56.2.Menjelaskan pemeriksaan penunjang
pada Hematokezia
56.3. Menjelaskan dan memahami kapan
merefer pasien ke Dept.Peny.Dalam
atau Dept.Bedah
57.Memahami Tumor 57.1. Menjelaskan patogenesa dari Tumor
Colon Colon /Colorectal
57.2.Menjelaskan pemeriksaan penunjang
untuk Tumor Colorectal
57.3.Menjelaskan dan memahami kapan
pasien di refer ke Dept. Bedah
58.Memahami 58.1 Necrotizing enterocolitis Departemen Anak GIS1-K-21
Necrotizing 1. Prof. dr. Atan Baas
enterocolitis Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
Kelainan pada 59. Memahami prolaps 59. 1. Prolaps rectum Departemen Bedah GIS1-K-22
rectum rectum dan 59. 2. Hemorrhoids 1. Dr. dr. Adi
hemorrhoids Muradi Muhar,
Sp.B-KBD
2. dr. Edwin Saleh,
Sp.B-KBD
60. Memahami 60. 1. (Peri)anal abses Departemen Bedah GIS1-K-23
perianal abses, 60. 2. Fistula perianal 1. dr. Budi Irwan,
fistula perianal, 60. 3. Fisura ani SpB-KBD
fisura ani 60. 4. Tumor rektum 2. dr.Liberty SIrat,
60. 5. Atresia ani SpB-KBD
60. 6. Penyakit Hirschsprung
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
SpB KBD
64. Memahami 64.1 Peritonitis tuberculosis Departemen Anak GIS1-K-27
peritonitis 1. Prof. dr. Atan Baas
tuberculosis Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
Kelainan pada 65.Memahami Ikterus 65.1. Menjelaskan dan memahami penyebab Departemen GIS1-K-28
Hati ikterus hepatik dan post hepatik Peny.Dalam
65.2. Menjelaskan pemeriksaan serologis, Dr. dr. Masrul Lubis,
USG, endoskopi (ERCP) pada SpPD, KGEH
pemeriksaan penunjang ikterus hepatik
dan post hepatik
65.3. Menjelaskan kapan pasien hepatik dan
post hepatik direfer ke Dept.Peny.Dalam
atau Dept. Bedah
66.Memahami 66.1. Menjelaskan penyebab hepatitis akut, Departemen GIS1-K-29
Hepatitis hepatitis kronik, hepatitis viral dan non Peny.Dalam
viral, serta transmisi dan gejala klinisnya Prof. Dr. dr. Gontar
66.2. Menjelaskan pemeriksaan serologis Alamsyah Siregar,
serta USG SpPD, KGEH
66.3. Menjelaskan penanganan hepatitis akut
dan hepatitis kronik tanpa komplikasi
66.4. Menjelaskan dan memahami imunisasi
hepatitis viral A dan B
67.Memahami Liver 67.1. Menjelaskan patogenesa dari liver Departemen GIS1-K-30
failure dan Portal failure serta komplikasi dari liver failure Peny.Dalam
hypertension 67.2. Menjelaskan penanganan hepatik Dr. dr. Masrul Lubis,
ensefalopatik secara umum SpPD, KGEH
67.3. Menjelaskan dan memahami pentingnya
peningkatan kualitas hidup pada
penderita liver failure
67.4. Menjelaskan patogenesa portal
hypertension
68.1. Menjelaskan mengenai hepatik tumor
68.Memahami Hepatic serta pemeriksaan penunjangnya
Tumor 68.2. Menjelaskan dan memahami kapan
merefer pasien ke Dept. Peny. Dalam
dan Dept. Bedah
Kelainan pada 69.Memahami 69.1. Menjelaskan gejala klinik dari Departemen GIS1-K-31
pancreas, Pankreatitis pankreatitis akut dan kronik Peny.Dalam
empedu dan 69.2. Mengerti dan memahami kapan merefer Dr.dr. Imelda Rey,
saluran empedu pasien ke Dept.Peny.Dalam dan Dept. M.Ked(PD), SpPD,
Bedah KGEH
70. Memahami Tumor 70.1. Menjelaskan gejala klinis dari tumor
Pankreas pankreas
70.2. Menjelaskan dan memahami
pemeriksaan penunjang dari tumor
pankreas
70.3. Menjelaskan dan memahami kapan
merefer pasien ke Dept.Bedah
71.Memahami 71.1.Menjelaskan gejala klinis kolesistitis akut
Kolesistitis dan dan kronik
Kolelitiasis 71.2. Menjelaskan gejala klinis kolelitiasis
71.3. Menjelaskan dan memahami
pemeriksaan penunjang untuk
Kolelitiasis
71.4. Menjelaskan dan memahami kapan
pasien merefer ke Dept. Bedah
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
72. Memahami 72. 1. Chole(docho)lithiasis Departemen Bedah GIS1-K-32
choledocholithiasis, 72. 2. Hydrops of gall bladder 1. Prof. dr. Bachtiar
hydrops of gall 72. 3. Empyema of Gall bladder Surya, Sp.B-
bladder 72. 4. Tumor pankreas KBD
2. Dr.dr. Asrul,
Sp.B-KBD
Kelainan 73. Memahami 73. 1. Pendahuluan Gastroenterologi Anak Departemen Anak GIS2-K-1
saluran cerna Gastroenterologi 73. 2. Keseimbangan Cairan Tubuh 1. Prof. dr. Atan Baas
pada anak Anak 73. 3. Konstipasi Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
74. Memahami 74. 1. Muntah Departemen Anak GIS2-K-2
muntah, gangguan 74. 2. Encephalopathy 1. Prof. dr. Atan Baas
menelan, perut 74. 3. Gangguan Menelan Sinuhahji, SpA(K)
gembung 74. 4. Perut gembung 2. Dr.dr. Supriatmo,
74. 5. Perdarahan saluran cerna pada anak SpA(K)
74. 6. Sakit perut
75. Memahami failure 75. 1. Failure to thrive (gangguan Departemen Anak GIS2-K-3
to thrive pertumbuhan) 1. Prof. dr. Atan Baas
75. 2. Absorpsi makromolekuler oleh usus Sinuhahji, SpA(K)
75. 3. Pentingnya daya tahan tubuh alami 2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
76. Memahami 76. 1. Diare / Gastroenteritis Departemen Anak GIS2-K-4
Gastroenteritis 76. 2. Gastroenteritis dengan dehidrasi 1. Prof. dr. Atan Baas
pada anak 76. 3. Peranan antidiare pada diare akut Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
77. Memahami 77. 1. Jaundice / Hepatitis pada anak Departemen Anak GIS2-K-5
jaundice pada anak 77. 2. Biliary atresia 1. Prof. dr. Atan Baas
Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
78. Memahami 78. 1. Intoleransi Laktosa / Food intolerance Departemen Anak GIS2-K-6
intoleransi laktosa 78. 2. Pemberian cairan rumatan pada bayi & 1. Prof. dr. Atan Baas
anak / Dehidration Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
79. Memahami food 79. 1 Food allergy Departemen Anak GIS2-K-7
allergy 1. Prof. dr. Atan Baas
Sinuhahji, SpA(K)
2. Dr.dr. Supriatmo,
SpA(K)
Infeksi Bakteri 80. Pyogenic cocci ( 80.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat Departemen GIS2-K-8
Staphylo-coccus pertumbuhan Staphylococcus aureus Mikrobiologi
aureus) 80.2. Menjelaskan patogenesis & faktor 1. dr. Dian Dwi
virulensi Wahyuni, SpMK
80.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium 2. dr. Sri Amelia,
Menyebutkan therapy & pencegahan M.Kes
81. Enterobac- 81.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
teriaceae ( Sal- pertumbuhan Enterobacteriaceae
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
monella, Shigella, 81.2. Menjelaskan patogenesis & faktor
Yersinia, E.coli virulensi
Enteropatho-gen, 81.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
Klebsiella, 81.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
Citobacter,
Enterobacter)
82. Vibrionaceae (V. 82.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
cholera, V. pertumbuhan Vibrionaceae
parahemolyticus, 82.2. Menjelaskan patogenesis & faktor
V.vulnificus) virulensi
82.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
82.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
83. Campylobacter (C. 83.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
jejuni) pertumbuhan C.jejuni
83.2. Menjelaskan patogenesis & faktor
virulensi
83.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
83.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
84. Helicobacter (H. 84.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
pylori) pertumbuhan H. Pylori
84.2.Menjelaskan patogenesis & faktor
virulensi
84.3.Menjelaskan diagnosa laboratorium
84.4.Menyebutkan therapy & pencegahan
85. Bacillaceae (B. 85.4. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
cereus, Cl. pertumbuhan Bacillaceae
Perfringens, Cl 85.2. Menjelaskan patogenesis & faktor
botulinum, virulensi
Cl.difficile) 85.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
85.4.Menyebutkan therapy & pencegahan
Infeksi Virus 86. Rotavirus 86.1. Menyebutkan sifat-sifat rotavirus Departemen GIS2-K-9
Menjelaskan pathogenesis & transmisi Mikrobiologi
86.2.Menjelaskan gejala klinis 1. dr. Dian Dwi
86.3.Menjelaskan diagnosa lab Wahyuni, SpMK
86.3. Menjelaskan imunitas terhadap virus 2. dr. Sri Amelia,
tersebut M.Kes
86.4. Menyebutkan therapy
86.5. Menjelaskan epidemiologi &
pencegahan
87. Norwalk virus 87.1. Menyebutkan sifat-sifat norwalk virus
87.2. Menjelaskan pathogenesis & transmisi
87.3.Menjelaskan gejala klinis
87.4.Menjelaskan diagnosa lab
87.5.Menjelaskan imunitas terhadap virus
tersebut
87.6. Menyebutkan therapy
87.7. Menjelaskan epidemiologi &
pencegahan
88. Calici virus 88.1.Menyebutkan sifat-sifat calicivirus
88.2. Menjelaskan pathogenesis & transmisi
88.3.Menjelaskan gejala klinis
88.4.Menjelaskan diagnosa lab
88.5.Menjelaskan imunitas terhadap virus
tersebut
88.6.Menyebutkan therapy
88.7.Menjelaskan epidemiologi & pencegahan
89. Virus Hepatitis tipe 89.1.Menyebutkan sifat-sifat hepatitis tipe A
A 89.2.Menjelaskan pathogenesis & transmisi
89.3.Menjelaskan gejala klinis
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
89.4.Menjelaskan diagnosa lab
89.5.Menjelaskan imunitas terhadap virus
tersebut
89.6.Menyebutkan therapy
89.7.Menjelaskan epidemiologi & pencegahan
Infeksi Jamur 90. C. albicans, C. 90.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
parapsilosis pertumbuhan Candida
90.2. Menjelaskan patogenesis
90.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
90.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
91. Actinomyces 91.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
israelia pertumbuhan Actinomyces israelia
91.2. Menjelaskan patogenesis
91.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
91.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
92. Aspergilus sp 92.1. Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
pertumbuhan Aspergillus sp
92.2. Menjelaskan patogenesis
92.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
92.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
93. Trichoderma sp 93.1.Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
pertumbuhan Trichoderma sp
93.2. Menjelaskan patogenesis
93.3. Menjelaskan diagnosa laboratorium
93.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
94.Paecilomyces 94.1.Menyebutkan morfologi & sifat-sifat
variotii pertumbuhan Paecilomyces variotii
94.2.Menjelaskan patogenesis
94.3.Menjelaskan diagnosa laboratorium
94.4. Menyebutkan therapy & pencegahan
Infeksi Parasit 95. Infestasi 95.1. Menjelaskan daur hidup parasit Departemen GIS2-K-10
trematoda usus penyebab Fasiolopsiasia buski dan Parasitologi
dan hati: Fasioliasis hepatica 1. dr. Adelina H.
Fasiolopsiasis dan 95.2. Menjelaskan patogenesis/patofisiologi Sinambela, MKT
Fasioliasis Fasiolopsiasia buski dan Fasioliasis 2. dr. Dewi Saputri,
hepatica MKT
95.3.Menentukan pemeriksaan laboratorium
yang sesuai untuk Fasiolopsiasia buski
dan Fasioliasis hepatica
95.4. Menentukan diagnosa parasitologis dari
Fasiolopsiasia buski dan Fasioliasis
hepatica
95.5. Menerapkan upaya pencegahan
Fasiolopsiasia buski dan Fasioliasis
hepaticaterhadap individu, keluarga dan
masyarakat
96. Infestasi cestoda 96.1. Menjelaskan daur hidup parasit Departemen GIS2-K-11
usus :taeniasis penyebab taeniasis saginata, taeniasis Parasitologi
saginata,taeniasis solium dan hymenolepiasis nana 1. dr. Adelina H.
solium, taeniasis 96.2. Menjelaskan patogenesis/patofisiologi Sinambela, MKT
asiatica dan taeniasis saginata, taeniasis solium 2. dr. Yunilda
hymenolepiasis dan taeniasis asiatika Andriyani, MKT,
nana 96.3. Membandingkan patogenesis taeniasis SpParK
saginata, taeniasis solium dan
taeniasis asiatika
96.4. Menentukan pemeriksaan laboratorium
yang sesuai untuk taeniasis saginata,
taeniasis solium, taeniais asiatika dan
hymenolepiasis nana
96.5. Menentukan diagnosa parasitologis dari
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 19
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
taeniasis saginata, taenaisis solium,
taeniais asiatika dan hymenolepiasis
nana
96.6. Menerapkan upaya pencegahan
taeniasis saginata, taeniasis solium,
taeniasis asiatika dan hymenolepiasis
nana.
97. Infestasi protozoa 97.1. Menyebutkan vektor mekanik yang Departemen GIS2-K-12
usus : amoebiasis, berperan pada amoebiasis Parasitologi
giardiasis, 97.2. Menjelaskan daur hidup parasit 1. Dr. dr. Lambok
balantidiasis penyebab amoebiasis, giardiasis dan Siahaan, MKT
balantidiasis 2. Dr. dr. Dewi
97.3. Menjelaskan patogenesis/patofisiologi Masyitah Darlan,
amoebiasis, giardiasis dan balantidiasis DAP&E, MPH,
97.4. Menentukan pemeriksaan laboratorium SpParK
yang sesuai untuk amoebiasis,
giardiasis dan balantidiasis
97.5. Menentukan diagnosa parasitologis dari
amoebiasis, giardiasis dan balantidiasis
97.6. Menerapkan upaya pencegahan
amoebiasis, giardiasis dan
balantidiasis terhadap individu, keluarga
dan masyarakat
Kelainan 98. Memahami 98.1. Menjelaskan jenis kelainan yang Dept. Patologi GIS2-K-13
Patologi Penyakit Pada dijumpai pada rongga mulut. Anatomi
Anatomi dari Rongga Mulut 98.2. Menjelaskan deskripsi dan proses 1. Dr. dr. Lidya
Saluran Cerna patologi herpes stomati tis, oral thrush, Imelda Laksmi,
acute necrotizing ulcerative gingivitis M.,Ked(PA), SpPA
2.dr. Jessy
99. Memahami Tumor 99.1.Menjelaskan deskripsi dan patologi Chrestella,
Pada Rongga mucocele, pyogenic granuloma dan M.Ked(PA), SpPA
Mulut tumor jinak squamous papilloma,
fibroma lipoma, neurofibroma dan
hemangioma
99.2. Menjelaskan deskripsi tumor ganas
rongga mulut carcinoma
101. Memahami 101.1.Menjelaskan deskripsi dan patologi
Penyakit Kelenjar sialolithiasis, parotiditis dan sjorgen
Ludah syndrome
101.2.Menjelaskan tumor jinak kelenjar ludah
101.3.Menjelaskan deskripsi dan patologi
pleomorphic tumor dan arthin tumor
101.4.Menjelaskan deskripsi dan patologi
adenocarcinoma, mucoepdermoid
carcinoma dan adenoid cystic
carcinoma
102. Memahami 102.1. Menjelaskan patologi kelainan akibat
Penyakit anatomi dan pergerakan esophagus
Esophagus 102.2. Menjelaskan patologi proses inflammasi
esophagus
102.3. Menjelaskan deskripsi dan patologi
reflux esophagitis
102.4.Menjelaskan patologi esophageal
squamous cell carcinoma
103. Memahami 103.1.Menjelaskan proses patologi gastritis
Gastritis 103.2. Menjelaskan perbedaan morfologi
gastritis akut dan gastritis khronis
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
104. Memahami 104.1.Menjelaskan deskripsi dan proses
Tumor lambung patologi gastric adeno carcinoma
104.2. Menjelaskan deskripsi dan proses
patologi gastric lymphoma
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
Penyakit mekanisme dan aspek patologi dari
Obstruktif Cholelithiasis, Biliary Colic, Acute
Saluran Empedu Chocystitis dan Ascending Cholangitis
114. Memahami 114.1. Menjelaskan deskripsi, kondisi dan
Gallbladder patologi Adenocarcinoma of the
Cancers Gallbladder dan Adenocarcinoma of the
Extrahepatic Biliary Ducts
117. Kelainan 117.1. Menjelaskan patogenese kelainan Dept. Patologi Klinik GIS2-K-16
laboratorium laboratorium amylase, lipase dan Ca 1. dr. Zilfikar Lubis,
pada pankreatitis 19-9 SpPK(K)
dan Ca Pankreas 2.dr. Suliarni, SpPK
Diagnostik labo- 118. IgM HAV. IgG 118.1. Menjelaskan makna dari masing-
ratorium viral total HAV, HBsAg masing serologi marker viral hepatitis
marker hepatitis Anti HBs, Anti
HBc, Anti Hbe,
Anti HCV
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
Diagnostik 121. Hasil autopsy 121.1.Menjelaskan akibat drawning pada Departemen Forensik GIS2-K-19
forensik untuk saluran cerna pada: lambung 1. dr. Asan Petrus,
kelainan saluran * Drawning 121.2.Menjelaskan lama kematian dari isi M.Ked(For), SpF
cerna * Lamanya Kematian lambung 2. dr. Agustinus
Autopsi * Keracunan 121.3.Menjelaskan tanda-tanda keracunan Sitepu,
Lambung * Trauma 121.4.Menjelaskan tanda-tanda trauma M.Ked(For), SpF
* Penyakit 121.5.Menjelaskan tanda-tanda penyakit
Pokok Kode
Materi Spesific Learning Objectives Dep/Narasumber
Bahasan Tahapan
nutrisi medical nutrition therapy SpGK
141.3.Memahami strategy to manage reflux 2. dr. Fitriyani
141.4.Memahami micronutrient yang Nasution, M.Gizi,
dibutuhkan berupa B12, iron, calcium SpGK
141.5.Memahami peranan dari n-3 and n-6
fatty acids
141.6.Memahami parameters for nutrition
evaluation
141.7.Memahami medical nutrition therapy
berupa energy, carbohydrate, lipid,
protein, viatmin and minerals, herbal
supplement
141.8.Memahami medical nutrition therapy
pada IBS
141.9.Memahami nutrient intake
141.10.Memahami diet for specific GI pattern
of IBS
141.11.Memahami role of foods in the
management of the symptoms
Cirrhosis 142. Pengaruh 142.1.Dapat menilai perubahan patologis
makanan/minuma saluran cerna
n spesifik
terhadap gejala
GI
143. Status Gizi pada 143.1.Dapat menjelaskan jenis
penyakit GI- makanan/minuman yang dapat
Hepatobilier menimbulkan gejala GI
Irritable bowel 144. Terapi Nutrisi 144.1.Dapat menilai status gizi penyakit GI
syndrome Medik pada kronis dan penyakit hati
penyakit GI- 144.2.Menjelaskan modifikasi diet pada
Hepatobilier gangguan GI
144.3.Menjelaskan bentuk terapi nutrisi medik
pada penyakit GI kronis dan penyakit
hati kronis
144.4.Menyebutkan kebutuhan zat gizi utama
pada penyakit hati kronis
Global Strategy 145. Epidemiologi • Menjelaskan prinsip epidemiologi, Departemen IKK/IKM GIS2-K-23
Hepatitis B 146. Transmisi gambaran penyakit, distribusi dari hepatitis 1. Dr. dr. Juliandi
Prevention 147. Clinical Features B dan pencegahan Harahap, MA
148. Geographical • Menjelaskan program imunisasi hepatitis 2. Dr. dr. Rina
distribution • Menjelaskan pencegahan penularan dari Amelia, MARS
149. Routine infant ibu ke bayi
vaccination • Mampu memberikan informasi kepada
150. Prevention of masyarakat, keluarga dan pasien tentang
perinatal HBV manajemen strategi pencegahan hepatitis
tansmission B
151. Catch-up • Menjelaskan manajemen pengelolaan
vaccination of vaksin hepatistis
older persons
152. Management
guideline
153. Information for
health workers
and parents
154. Vaccine
155. Monitoring vaccine
OUTLINE PRAKTIKUM
Kode
No. Uraian Kegiatan Waktu Departemen
Tahapan
Kode
Uraian Kegiatan Skills Lab Waktu Ruangan
Tahapan
Anamnesis, pemeriksaan fisik sistem GIS-SL1 3 x 50’ Ruang skills lab
Gastrointestinal
Prosedur Pemasangan NGT (Naso Gastric GIS-SL2 3 x 50’ Ruang skills lab
Tube)
Prosedur Pemasangan Infus (Intravenous GIS-SL3 3 x 50’ Ruang skills lab
Catheter Insersion)
Keterampilan Klinis DRE GIS-SL4 3 x 50’ Ruang skills lab
GIS-SL5 3 x 50’ Ruang skills lab
Poko
Strategi
k Subpokok Kode Narasumbe
Specific Learning Objectives Pembelaja
Baha bahasan Tahapan r
ran
san
Progn Critical • Menggunakan data dan bukti DK GIS1- dr. Putri
osis Appraisal pengkajian ilmiah untuk menilai Prognosis CRP5-DK3 Eyanoer,
• relevansi dan validitasnya 1 MSc. Ph.D
• Menerapkan metode riset dan
statistik untuk menilai
kesahihan informasi ilmiah
• Menerapkan keterampilan
dasar pengelolaan informasi
untuk
• menghimpun data relevan
menjadi arsip pribadi
• Menerapkan keterampilan
dasar dalam menilai data untuk
• melakukan validasi informasi
ilmiah secara sistematik
• Meningkatkan kemampuan
secara terus menerus dalam
• merangkum dan menyimpan
arsip
Harm Harm EBM • Menjelaskan pengertian Harm Kuliah CRP5-K5 Dr. dr.
EBM Arlinda Sari,
• Menjelaskan work sheet Harm MKes
Dr. dr.
• Menjelaskan komponen validity Juliandi, MA
• Menjelaskan komponen
important
• Menjelaskan komponen
applicability
Work • Memahami pengertian Kuliah CRP5-K6 Dr. dr.
Sheet prognosis Arlinda Sari,
MKes/
• Memahami work sheet
Dr. dr.
prognosis Juliandi,
• Memahami komponen validity MKes
• Memahami komponen importan
• Memahami komponen
aplicability
C.REFERENSI
Buku Teks
Edisi/T
Departemen Judul Buku Penulis Penerbit Hal
ahun
BLOK PENDUKUNG
PEMUTARAN FILM
KULIAH
Kuliah hanya bertujuan untuk memberikan konsep dasar dalam memahami materi-
materi yang berhubungan dengan Sistem Gastrointestinal, sehingga akan
memudahkan mahasiswa dalam membaca buku teks, dan referensi lainnya. Kuliah
tidak bertujuan untuk memberikan isi keseluruhan dari materi, dengan demikian
kepada mahasiswa diwajibkan untuk membaca referensi yang dianjurkan.
Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua) kali
diskusi untuk setiap pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali pertemuan pleno, yang dihadiri
para pakar dari setiap departemen terkait dengan blok Sistem Gastrointestinal
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 12-15
mahasiswa dan didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator
bukan narasumber, dan berlangsung selama 3x50 menit untuk setiap pertemuan
tutorial.
Kegiatan PBL pada blok ini terdiri dari lima kasus, setiap kasus didiskusikan dalam
dua kali pertemuan diskusi dan diakhiri dengan satu kali pertemuan pleno.
BELAJAR MANDIRI
Agar lingkup materi dapat dikuasai dengan baik, pada saat melaksanakan kegiatan
belajar mandiri, mahasiswa diharapkan melaksanakan proses belajar dengan
tahapan sebagai berikut :
PRAKTIKUM
Sebelum praktikum akan dilakukan quiz untuk mengukur kesiapan mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum.
RUANG PRAKTIKUM
SKILLS LAB.
Total = 100%
Ujian mid dan final term merupakan ujian tulis berbentuk pilihan berganda
(multiple choice questions) yang terdiri dari materi perkuliahan dan tutorial.
Proses tutorial dinilai oleh setiap fasilitator terhadap kinerja dan kompetensi yang
diperlihatkan oleh setiap mahasiswa selama proses tutorial berlangsung.
2. Blok Pendamping
Komponen evaluasi pembelajaran mahasiswa pada blok pendamping terdiri dari:
Total = 100%
KETENTUAN UJIAN
Setiap mahasiswa harus mematuhi Buku Panduan Akademik. Ketentuan
ujian untuk Tahun Akademik 2012-2013 adalah sebagai berikut:
1. Kehadiran minimal kegiatan kuliah 80%, tutorial 80%, pleno pakar 80%, dan
praktikum 100%.
2. Apabila berhalangan hadir dalam proses kegiatan akademik tersebut,
mahasiswa harus menyerahkan surat pemberitahuan (izin atau keterangan sakit
dari dokter) kepada Divisi SDM Medical Eduation Unit (MEU) dan menyimpan
sendiri satu kopi serta surat tanda terima dari Divisi SDM sebagai arsip pribadi
seandainya diperlukan sesewaktu.
3. Ketentuan bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran minimal tanpa
pemberitahuan:
A. Mahasiswa tidak berhak mengikuti ujian.
B. Mahasiswa tidak berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan.
C. Ujian remedial hanya dapat diikuti pada semester bersangkutan tahun
akademik berikutnya: remedial semester ganjil dilakukan pada semester
ganjil dan remedial semester genap pada semester genap tahun akademik
berikutnya.
4. Ketentuan bagi mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian pada jadwal
reguler dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan:
1. Pada saat mengikuti skills lab, mahasiswa diwajibkan memakai jas putih
laboratorium
2. Divisi Skills lab mengeluarkan buku modul skills lab di setiap blok sebagai
panduan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan skills lab.
Kehadiran setiap mahasiswa harus 100%. Mahasiswa yang tidak hadir karena
alasan yang dapat dibenarkan, seperti :
a. Sakit
b. Terkena musibah
c. Mendapat tugas dari Fakultas atau Universitas.
d. Atau alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan yang telah diajukan dan
mendapat persetujuan sebelumnya, dapat meninggalkan kegiatan pendidikan
setelah menyampaikan keterangan tertulis dari pihak yang berwenang
(dokter atau Pimpinan Fakultas) dan diserahkan kepada pengelola sekills lab
paling lambat satu hari kerja setelah ketidakhadiran kecuali untuk alasan c
dan d paling lambat satu hari sebelum ketidakhadiran mahasiswa tersebut.
3. Mahasiswa tidak boleh mengganti jadwal skills lab kecuali karena alasan di atas.
4. Mahasiswa yang tidak hadir tersebut wajib menggantikan skills lab di kelompok
yang lain atau pada jadwal khusus yang telah ditetapkan oleh pengelola (special
treatment).
Evaluasi mahasiswa untuk Skills Lab dibuat dalam bentuk OSCE (Objective
Structure Clinical Examination) yang dilakukan di setiap akhir semester. OSCE
dilaksanakan dalam beberapa station dan di dalam setiap station mahasiswa akan
melakukan satu ketrampilan klinis yang diujikan dan dinilai oleh seorang penguji.
Syarat mengikuti OSCE: Mahasiswa harus mengikuti seluruh kegiatan skills lab
yang dijadwalkan dan apabila tidak, harus menggantinya sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
NILAI KELULUSAN
Nilai kelulusan untuk setiap CSP (Clinical Skills Program) adalah nilai A (> 80) untuk
semua keterampilan yang diujikan dan jika tidak mencapai nilai tersebut,
mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengikuti ujian remedial.
1. Mahasiwa yang mendapatkan nilai <80 pada station tertentu wajib mengikuti
ujian remedial pada station tersebut.
2. Ujian remedial akan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
(lebih kurang dalam waktu 1 minggu setelah ujian OSCE).
3. Sebelum melaksanakan ujian remedial, mahasiswa diberi kesempatan untuk
berlatih kembali di ruang skills lab.
4. Yang akan menguji pada ujian remedial adalah penguji pada ujian OSCE yang
akan ditentukan jadwalnya.
5. Bila mahasiswa gagal lagi dalam ujian remedial, maka mahasiswa tersebut
mengulang kembali ujian OSCE pada station yang gagal di blok yang
bersangkutan, pada tahun berikutnya & wajib lapor ke divisi skills lab.
6. Apabila mahasiswa tidak hadir pada saat pelaksanaan OSCE oleh karena
alasan yang dapat dibenarkan.
TATA TERTIB
LABORATORIUM ANATOMI FK USU
6. Bagi yang tidak memenuhi aturan diatas akan diberikan sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku di Departemen Anatomi FK USU
Articulatio temporo-mandibularis:
• Perhatikan baian-bagian yang membentuk articulation temporo-mandibularis:
fossa articulare os temporal , capitulum mandibulae os mandibula, ligamentum
temporo mandibularis, ligamentum stylomandibularis
Otot-otot mastikasi
• Perhatikan otot-otot yang berperan pada proses mastikasi : m. temporalis; m.
massetter; m. pterygoideus lateralis dan m. pterygoideus madialis
Struktur Pharynx
• Perhatikan bagian-bagian dari pharynx : nasopharynx, oropharynx dan
laryngopharynx
• Otot-otot yang membentuk pharynx: m. constrictor pharyngeus superior, medius
dan inferior
Struktur Oesophagus
• Perhatikan letak dari oesophagus
• Perhatikan otot-otot yang membentuk oesophagus : m. logitudinalis oesophagus
dan m. circularis oesophagus
• Perhatikan arah vena porta dan arteri mesenterica inferior yang berada di belakang
dari duodenum paras horizontalis
• Ligamentum hepatoduodenale yang berjalan diatas didepan duodenum pars
superior dan perhatikan susunan isinya yaitu ductus choledocus, A.hepatica dan
V.porta
• Pelajari kelenjar-kelenjar limfe yang ada disepanjang duodenum
Struktur Anatomi Intestinum Tenue
• Usus halus terdiri dari jejenum dan ileum, carilah flexura duodenojejunalis :
pelajari mesenterium jejenum, mucosa dengan plica mucosa circularis, limfonodi
soliterii ; diameter 3,5 cm
• Ileum, pelajarilah mesenterium, plica mucosa semicircularis, limfonodi Agregatii (
Peyer Plexus) ; diameter 2,5 cm
• Pelajarilah cabang-cabang arteri untuk intestinum Tenuedari A.Mesenterica
Superior
Struktur Anatomi Caeecum dan Appendices Vermi-formis
• Carilah caecum dan appendixnya, panjang appendix (6 – 12 cm ) dan lumen
caecum
• Perhatikan kelep ileocaecal dan bentuk Ileocaecal junction
PRAKTIKUM
DIGESTIVE TRACT
Gambar 1
Bibir (DS-1)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ______________________________ 4. ______________________
2. ______________________________ 5. ______________________
3. ______________________________ 6. ______________________
Deskripsi gambar 1
Gambar 2
Lidah (DS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________ 4. ______________________
2. _____________________________ 5. ______________________
3. _____________________________ 6. ______________________
Deskripsi gambar 2
No. Perihal Deskripsi
1. Epitel mukosa
2. Jenis papila 1.
2.
3.
4.
3.
Struktur taste bud
4.
Jenis kelenjar
5.
Jenis dan struktur otot
Gambar 3
Bakal Gigi (Gigi)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 3
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur email
2. Struktur ameloblas
3. Struktur sementum
4. Struktur dentin
5. Struktur pulpa
6. Struktur
ligamen periodontal
7. Struktur gingiva
Gambar 4
Esophagus (DS-7)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 4
2. Struktur
sub mukosa
3. Lamina muskularis
4. Struktur
serosa / adventisia
Gambar 5
Fundus and Body of Stomach (DS-9a)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 5
No. Perihal Deskripsi
1. Epitel mukosa
2. Sel Goblet Ada / Tidak Ada
3. Struktur sel parietal
4. Struktur sel zimogen
5. Sub mukosa
6. Lamina muskularis
Gambar 6
Pyloric Stomach (DS-9b)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 45
Deskripsi gambar 6
No. Perihal Deskripsi
1. Epitel mukosa
2. Sel Goblet Ada / Tidak Ada
3. Sel Parietal Ada / Tidak Ada
4. Sub mukosa
5. Lamina muskularis
Gambar 7
Duodenum (DS-10)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________
2. _______________________________
3. _______________________________
4. _______________________________
5. _______________________________
6. _______________________________
Deskripsi gambar 7
No. Perihal Deskripsi
1. Epitel mukosa
2. Sel Goblet Ada / Tidak Ada
3. Sub mukosa
4. Struktur vili
5. Kelenjar Brunner
6. Lamina muskularis
7. Serosa
Gambar 8
Jejunum and Ileum (DS-11)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 8
No. Perihal Deskripsi
1. Mukosa
2. Sub mukosa
3. Peyer Patch
4. Vili Ada / Tidak Ada
5. Lamina muskularis
6. Serosa
Gambar 9
Colon (DS-12)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 47
Deskripsi gambar 9
No. Perihal Deskripsi
1. Mukosa
2. Sel Goblet Banyak / Sedikit
3. Sub mukosa
4. Vili Ada / Tidak Ada
5. Lamina muskularis
6. Serosa
Gambar 10
Appendix (DS-13)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 10
No. Perihal Deskripsi
1. Mukosa
2. Sel Goblet Banyak / Sedikit
3. Sub mukosa
4. Vili Ada / Tidak Ada
5. Nodulus limfatikus
6. Lamina muskularis
7. Serosa
Gambar 1
Parotid Gland (DS-4)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
5. _____________________________________
Deskripsi gambar 1
3. Struktur
duktus interkalaris
3. Struktur
duktus striata
Gambar 2
Submandibular Gland (DS-5)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 2
No. Perihal Deskripsi
1. Jenis kelenjar
2. Struktur sel serosa
3. Struktur
sel mukosa
4. Struktur
duktus striata
Gambar 3
Liver (DS-15)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 3
Gambar 4
Pancreas (DS-17)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. __________________________
2. ____________________________ 5. __________________________
3. ____________________________ 6. __________________________
Deskripsi gambar 4
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur kelenjar
4. Struktur duktus
Struktur pulau
5.
Langerhans
Untuk melakukan pemeriksaan dalam urin tidak boleh disaring karena akan
mengakibatkan bilirubin akan tertinggal di dalam kertas saring.Pemeriksaan ini dilakukan
dengan
3. REAKSI FOUCHET
Pada 5 ml urine diberi beberapa ml Ba Cl2 10%. Endapan yang terjadi disaring
dengan keras saring lain yang kering, lalu teteskan beberapa tetes reagensia Fouchet.
Bila terbentuk warna hijau, maka berarti terdapat bilirubin pada urine yang diperiksa
tersebut.
Reagensia FOUCHET : 25 g Trichloroacetic acid dilarutkan dalam 100 ml aquadest
dan dicampurkan dengan 10 ml larutan FeCl3 10%.
PRINSIP:
Bilrubin bila direaksikan dengan diazotized sulfanilic acid akan membentuk suatu
zat warna yang dalam suasana netral berwarna merah dan dalam suasana basa
berwarna biru. Bilirubin Glucoronida (direct bilirubin) yang larut dalam air akan bereaksi
secara langsung, sedangkan bilirubin yang tidak larut dalam air akan bereaksi dengan
bantuan suatu accelerator.
REAGENSIA :
1. Sulanilic Acid : 29 mmol / 1 C6H7NO3S, 170 mmol / 1 HC1
2. Natrium Nitri : 29 mmol / 1 NaNO2
3. Accelerator : 130 mmol / 1 Coffein, 156 mmol / 1 Natrium benzoate, 460
mmol / 1 Na Acetate.
4. Larutan Fehling B : 930 mmol / 1 K – Na- Tartrat, 1,9 mol / 1 NaOH.
BLANKO SERUM
N atrium Nitrit (2) - 1 tetes
Sulfanilic acid (1) 0,2 ml 0,2 ml
Accelerator (3) 1,0 ml 1,0 ml
Serum 0,2 ml 0,2 ml
Larutan di atas dicampur hingga homogen dengan menggunakan Vortex Mixer dan
kemudian dibiarkan selama 10-60 menit pada temperatur kamar. Setelah itu tambahkan
1,0 ml larutan Fehling B, diaduk hingga homogen dan dibiarkan selama 5- 30 menit,
sebelum dibaca pada Spektrophotometer dengan panjang gelombang yang sesuai untuk
warna biru (filter Hg 578 nm).
PERHITUNGAN : Konsentrasi Bilirubin Total = E x 10,5 mg %
E x 180 mol/l
Ke dalam tabun reaksi untuk Blanko dan serum dimasukkan reagensia berikut ini :
BLANKO SERUM
Natrium Nitrit (2) - 1 tetes
Sulfanilic acid (1) 0,2 ml 0,2 ml
Larutan Saline isotonis 2,0 ml 2,0 ml
Serum 0,2 ml 0,2 ml
Larutan di atas dicampur hingga homogen (Vortex) dan dibiarkan selama 5 menit
kemudian ditentukan Extinctienya dengan menggunakan filter Hg 546 nm.
Perhitungan : Konsentrasi Bilirubin direct = E x 14,0 mg %
E x 189 mol / l
BILIRUBIN
Metode Jendrassik and Grof
Bahan : serum
Alat yang digunakan
Spektrofotometer 578 nm (Bil. Total)
546 nm (Bil. Direk)
Prosedur :
Total Bilirubin
Sample Blank
Sodium nitrit (2) 1 tts -
Sulfanilic acid (1) 200 ul 200 ul
Acceletorator (3) 1000 ul 1000 ul
Serum 200 ul 200 ul
Campur dan biarkan selama 10-60 menit pada suhu ruangan (20 – 300C) kemudian
tambahkan Fehling II (4) 1000 ul.
Campurkan dan sesudah 5 -30 menit ukur absorbance sample terhadap blank.
Perhitungan :
Kons bil. Total = A x 10,5 mg/dl
2. Biliribun Direk
Sample Blank
Sodium nitrit (2) 1 tts (0,02 ml) -
Sulfanilic acid (1) 200 ul 200 ul
Acceletorator (3) 2000 ul 2000 ul
Serum 200 ul 200 ul
Campur dan inkubasi pada suhu ruangan (20 – 300C) tepat 5 menit. Baca absorbance
sample terhadap blank tepat sesudah 5 menit penambahan serum
Perhitungan :
Kons bil. Direk = A x 14,0 mg/dl
GOT
Perhitungan :
Perhitungan :
Aktivitas enzym = ( ∆ A/min) x F IU/L (F : 1746)
Larutan reaksi : campur reagent (1) dan ragent (2) dengan ratio 4 : 1 mis. 20 ml larutan
reagent I + 5 ml start reagent (reagent 2)
GPT
ALKALI FOSPHATASE
Perhitungan :
Aktivitas enzym = (∆/min) x 2754 U/L
Larutan reaksi : Larutkan isi 1 botol (2) dengan 3 ml isi botol (1)
BILIRUBIN
A. Percobaan Busa
Dapat dilakukan disamping tempat tidur, akan tetapi test ini kurang sensitif.
Cara pemeriksaan
1. Tabung reaksi diisi setengah penuh dengan urin dan diberi penutup,
kemudian kocok kuat - kuat.
2. Perhatikan warna busa, apabila busa berwarna kuning, kemungkinan
besar terdapat bilirubinuria dan test ini dilaporkan positif.
Positif palsu
Obat - obatan pyridium, actiflavine dapat membrikan hasil positif palsu
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum FK USU 2020 56
B. Percobaan Harrison
Azas
Bilirubin dalam urin diendapkan oleh Barium khlorida dan dipekatkan pada kertas kering.
Reagens Fouchet akan memberikan warna hijau pada biliverdin yang timbul karena
oksidasi bilirubin.
Reagensia Fouchet
Asam trikiorasetat 25 g
Air suling 100 ml
Campur kemudian tambahkan 10 ml larutan ferriklorida 10 %.
Cara pemeriksaan
1. Ke dalam 5 ml urin ditambahkan 5 ml larutan Barium chlorida 10 %
kemudian disaring.
2. Endapan yang melekat pada kertas saring dikeringkan.
3. Reagens Fouchet diteteskan kepada kertas saring yang mengandung
endapan tersebut.
4. Perhatikan timbulnya warna hijau.
Pelaporan
Dengan Reagens Fouchet bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau,
tetapi disamping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil oksidasi lain seperti bilisianin
berwarna biru atau cholestelin berwarna kuning. Maka hanya warna hijaulah yang
dianggap positif. Perbedaan konsentrasi dapat dilaporkan dengan negatif, 1+, 2+
Reaksi diasotisasi antara bilirubin dalam urin dengan senyawa diaso pada carik celup.
Warna yang terjadi ditentukan oleh jenis senyawa dengan diaso yang terdapat dalam
carik celup, sedangkan intensitasnya dapat menunjukkan banyaknya bilirubin secara
terbatas.
Harus memakai urin segar dan ikuti petunjuk cara pemeriksaan dari pabrik pembuat
reagen carik celup.
Transudat dan eksudat adalah sejumlah cairan yang mengumpul secara abnormal dalam
rongga badan : peritoneum, pleural dan pericard.
Asas
Membandingkan warna, kejernihan, bau, bekuan, berat jenis, jumlah sel, hitung jenis
serta beberapa parameter kimia untuk membedakan apakah cairan eksudat (yang
disebabkan oleh radang).
Bahan
Cairan diperoleh dari punksi cairan pleural, pericardial atau peritoneal. Bila dairan tampak
jernih, tanpa antikoagulan, bila cairan keruh atau bercampur darah dapat diberi anti
koagulan sitrat 20% (0,01 ml/ml cairan). Pemeriksaan harus segera dilakukan (dalam
waktu ½ jam setelah pengambilan bahan).
Cara pemeriksaan
A. MAKROSKOPI
1. Volume cairan
2. Warna : kuning muda atau tua, kuning kehijau-hijauan, merah, coklat, putih kekuning-
kuningan, atau putih seperti susu.
3. Kejernihan : jernih, agak keruh atau sangat keruh
4. Bekuan : tidak ada bekuan (halus, berkeping atau kasar)
5. Berat jenis : diukur dengan refraktometer.
B. MIKROSKOPI
1. Jumlah sel :
Kocok cairan yang akan diperiksa
Hisap cairan sampai garis 1 lalu hisap larutan Turk sampai garis 11, kocok pipet buang 3
tetes, kemudian isilah kamar hitung Improved Neubauer dan biarkan selama 5 menit.
Hitung semua sel leukosit dalam seluruh bidang dengan pembesaran 10x.
Hitung semua sel yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada sudut-sudut (seperti
hitung leukosit)
Jumlah sel per UL = Jumlah sel x 25
C. KIMIA
1. Tes Rivalta
Masukkan 100 ml aquadest ke dalam gelas ukur 100 ml. Tambahkan 1 tetes asam asetat
gl;asial dan campurlah. Teteskan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran
tersebut, dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas permukaan campuran. Lihat ada tidaknya
kekeruhan.
Kekeruhan tidak ada --------------------------------------- negatif
Kekeruhan ringan seperti kabut tipis-tipis ------------ positif lemah
Kekeruhan nyata seperti kabut tebal ------------------ positif
2. Protein
Cara pemeriksaan sama dengan protein dalam plasma
3. Glukosa
Cara pemeriksaan sama dengan Glukosa dalam plasma.
4. LDH
Cara pemeriksaan sama dengan LDH dalam plasma
Ratio :
Protein cairan plasma < 0,5 > 0,5
LDH cairan plasma < 0,6 > 0,6
TINJA
Bahan
Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu yang berasal dari defekasi spontan. Tinja
hendaknya diperiksa dalam keadaan segar; kalau dibiarkan kemungkinan unsur-unsur
dalam tinja itu dapat rusak. Wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca, plastik atau
wadah karton berlapis paraffin, wadah harus bermulut lebar.
Asas
Memeriksa secara makroskopis serta mencari kelainan-kelainan yang pada tinja.
Cara pemeriksaan :
MAKROSKOPI
Warna
Warna tinja yang dibiarkan diudara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih banyak
urobilin dari urobilinogen. Selain uroblin, warna tinja dipengaruhi oleh jenis makanan,
oleh kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obat yang diberikan.
Warna abu-abu mungkin disebabkan ikterus obstruktif (tinja acholik) dan juga setelah
dipakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Merah segar biasanya oleh
perdarahan bagian proksimal. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat – obatan
yang mengandung besi dan mungkin juga karena melena.
Bau
Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau
busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isi, yaitu protein yang tidak dicerna atau
dirombak oleh kuman usus. Tinja akan bereaksi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau asam : dapat disebabkan oleh peragian zat-zat gula yang tidak dicerna
sempurna, misalnya pada diare, tinja akan bereaksi asam.
Konsistensi
Konsistensi tinja pada keadaan normal agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi
menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konsistensi didapat tinja
keras.
Lendir
Lendir akan dapat diartikan rangsangan atau radang dinding usus, kalau lendir itu hanya
didapat dibagian luar tinja. Lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; kalau bercampur
dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Pada disentri, ileocolitis mungkin didapat lendir
saja tanpa tinja.
Darah
Perhatikanlah apa darah itu segar (merah segar), coklat atau hitam dan apakah
bercampur baur atau hanya di bagian luar tinja saja. makin proximal terjadinya
perdarahan, makin bercampurlah darah dengan tinja dan makin hitamkah warnanya.
Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulks, varices dalam oesophagus,
carninoma atau hemorrhoid.
Parasit
Cacing ascaris, ankilostoma, taenia dan lain-lain mungkin terlihat.
MIKROSKOPI
Mencari protozoa dan telur cacing merupakan yang terpenting. Untuk mencari protozoa
sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer tinja atau juga larutan Lugol
1-2%. Sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya
dpakai untuk pemeriksaan rutin.
1. Sel epitel
Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan
dalam keadaan normal.
2. Makrofag
Sel – sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat sel-
sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain. dalam preparat natif sel-sel seperti
amuba yang tak dapat bergerak.
3. Leukosit
Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%.
4. Eritrosit
Bila dikemukakan eritrosit dalam tinja dianggap selalu abnormal
5. Kristal-kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya. Pada tinja normal dapat dijumpai kristal-kristal
tripelfosfat, kalsiumoksalat dan asam lemak.
6. Sisa makanan
Dalam keadaan normal, dapat ditentukan dalam tinja dalam jumlah tertentu. Sisa
makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan
berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik dan lain-lain.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol : pati (amylum)
yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah.
Larutan jenuh Sudan III atau IV dalam alkohol 70% juga dipakai : lemak netral menjadi
tetes-tetes merah atau jingga.
7. Sel ragi
Khusus Blastosistis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah
jangan dianggap kista amuba.
8. Telur cacing
Telur cacing Ascaris lumbricoides Necator americanus, enterobius vermicularis, Trichuris
trichura, Strongyloides Stercoralis, mungkin ditemukan.
DARAH SAMAR
Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara
mikroskopik atau mikroskopik.
Sekarang ini cara benzidine basa telah ditinggalkan karena bersifat karsinogenik.
Cara Guajac
Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam acetat
glacial lalu dicampur
Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95%
lalu campur
Tuanglah berhati-hati isi tabung kedua ke dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga
kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat
kepositifan dinilai dari warna itu.
BIAKAN
Biakan kuman : Salmonella, Shigella, E Coli, V clorera dan lain-lain.
Mahasiswa memahami kelainan dan jenis penyakit pada system gatrointestinal .secara
makroskopik dan mikroskopik.
Pendahuluan.
Susunan pencernaan dimulai dari gigi geligi, rongga mulut dengan kelenjar liur,
esophagus, lambung, usus halus, usus besar sampai anus, termasuk pancreas sebagai
kelenjar usus.
Beberapa kelainan congenital susunan pencernaan segera dapat dikenal pada saat /
beberapa hari setelah bayi lahir, seperti atresia ani atau stenosis esophagus / pylorus.
Keluhan yang sering diutarakan penderita dengan kelainan susunan pencernaan dapat
berupa timbulnya bercak putih – tonjolan di bibir – rongga mulut tanpa disertai, sakit gigi /
sakit menelan / sakit perut, sembelit – mual – muntah – diare.
KELAINAN RADANG
Tukak Peptik Lambung
Tampak ulkus yang bertepi landai dan agak bergaung. Tepi tidak meninggi. Dari
sayatan yang ada, terlihat bahwa dasar ulkus sampai mira – kira lapisan otot.
Dasar ulkus rata.
Makroskopik Mikroskopik
Diskusi :
KELAINAN VASKULAR
Hemoroid
Hemoroid adalah varises pada pleksus hemoroidalis.
Sediaan dari rectum dan anus.
Perhatikan tonjolan yang berwarna kebiruan pada daerah kanalis ini.
Makroskopik Mikroskopik
Diskusi
Karsinoma Lambung
Tampak ulkus yang agak besar dengan tepi meninggi dan dinding serta dasar
tidak teratur. Perhatikan bahwa ulkus ini telah mengalami peneytrasi sehingga
menembus ke limpa. Secara makroskopik, suatu ulkus dengan cirri : berukuran besar,
tepi meninggi, dinding / dasar tidak teratur, patut dicurigai sebagai proses keganasan.
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk kepastian diagnosis.
Makroskopik Mikroskopik
Diskusi.
Mahasiswa memahami kelainan dan jenis penyakit pada hati dan saluran empedu.secara
makroskopik dan mikroskopik.
Pendahuluan.
Hati merupakan alat tubuh yang terbesar, berfungsi banyak dan memjp[unyai
perdarahan ganda dari arteri hepatica dan vena porta.
Keluhan penderita penyakit hati juga kompleks dan sangat bervariasi, misalnya dari
badan terasa lemas, timbiul warna kuning di daerah mata / kulit, badan panas,
jual/terasa penuh doperut sampai dengan perut buncit dengan pembuluh darah yang
nyata.
Sebagi landasan dalam mempelajari manifestasi patologi hati harus mampu
menjelaskan kembali tentang lobuilus hati serta system aliran darah – hati
( rappaport ), aliran limfe serta saluran empedu intra dan ekstra hepatica.
Perlu diingat bahwa pembagian sirosis hepatic ialah : s.h. makrtonodular dan s.h.
mikronodular. Di Indonesia s.h. mikronodular yang disebabkan oleh s.h. mikronodular
di Indonesia yang dipakai sebagai contoh ialah : s.bilier
Makroskopik Mikroskopik
Diskusi.
Makroskopik Mikroskopik
Diskusi.
Makroskopik Mikroskopik
Diskusi.
Latihan
Seorang wanita berusia 40 tahun dengan panas yang tidak mau turun-turun walau
telah diberikan antibiotik.
Pemeriksaan fisik : hepatomegali, nyeri tekan, lain-lain t.a.a
Laboratorium : uji faal hati dalam batas normal
Ultrasonografi : S.O.L (space occupying lesion)
Aspirasi : “anchovy sauce”/ cairan warna tengguli
Pertanyaa :
1. Diagnosis?
2. Dasar diagnosis?
3. Apakah diagnosis diferensial (cairan kuning hijau)?
Seorang anak berusia 14 tahun dating dengan lkeluhan : lemas, mual, tidak nafsu
makan, badan agak demam dam kencing warna coklat seperti teh.
Pemeriksaan fisik : sclera subikterik dan hepatomegali yang nyeri tekan.
Laboratorium : uji faal hati terganggu
SGOT
SGPT
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
Pertanyaan :
1. Diagnosis?
2. Dasar diagnosis?
3. Sebut penyakit ini berdasarkan etiologinya!
Diskusi.
II Resep-resep polifarmasi
obat
à kenapa bentuk sediaan obat di formulasi sedemikian
rupa
à komponen dari bentuk sediaan obat
à bagaimana bentuk suatu sediaan obat tertentu harus
disimpan
à farktor-faktor apa saja yang dapat merusak bentuk
sediaan obat.
à bagaimana cara pemberian obat yang harus dilakukan
untuk setiap bentuk sediaan obat tertentu
Resep polifarmasi
- mahasiswa mencari resep polifarmasi obat sistem saluran
2. cerna di Apotik.
- mahasiswa mengenal :
à nama dagang dan nama generik sediaan dari tiap item
yang di resepkan
à bentuk formulasi dari sediaan yang diresepkan
à mengetahui farmakologi dari sediaan obat tersebut.
3.
Pelaporan
Laporan praktikum dibuat oleh setiap grup/meja praktikum dalam bentuk makalah yang
diketik berisi mengenai :
- farmakologi masing-masing sediaan obat
- keuntungan dan kerugian dalam bentuk sediaan yang digunakan
- kajian ada atau tidaknya interaksi farmakokinetik dan
farmakodinamik pada resep polifarmasi obat system saluran cerna.
Catatan Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita akan memberikan respon
tertentu dalam tubuh. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan terdapat faktor
interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang
masuk dari lingkungan atau dengan obat lain.
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Seandainya dalam suatu resep polifarmasi dijumpai 3 item ( A, B, C), maka ditentukan
pengkajian interaksi antara masing-masing obat sbb:
B ●
C ● ●I
A B C
1. Hewan coba
Materi praktikum Pada praktikum ini binatang percobaan digunakan adalah marmot
(Cavia, Guinea pig)
2. Obat yang dipakai
- Obat penekan SSP (Golongan Barbiturat ), larutan 1% yang steril
dan tidak steril.
- Obat perangsang SSP (Amfetamin, Caffein), larutan 1 % steril.
Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap cara
pemberian obat yang dilakukan, seperti aturan pembuatan makalah (lihat
tata tertib praktikum)
Jangan lupa membuat grafik yang menggambarkan hubungan frekwensi
pernafasan per menit, denyut jantung per menit dengan waktu, akibat
pemberian obat pentotal baik diberikan secara per oral ataupun
intraperitoneal.
EDITOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
I. PENDAHULUAN
II. TUJUAN
SL. V. GIS. 1
KETERAMPILAN KLINIK
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
DENGAN SISTEM GASTROINTESTINAL DAN HEPATOBILIAR
Imeda Rey, Taufik Sungkar, Ilhamd, Masrul Lubis, Rustam Effendi YS, Leonardo B Dairi,
Juwita Sembiring, Mabel Sihombing, Gontar A Siregar, Lukman Hakim Zain
Lima puluh sampai dengan 60 % penderita pada Sistem Gastrointestinal datang dengan
keluhan umum nyeri perut (abdominal pain).
3. MUNTAH (VOMITING)
- Apa yang dimuntahkan (sisa makanan atau darah warna coklat kehitam-hitaman).
- Frekuensi muntah perhari.
- Apakah berhubungan dengan makanan, jarak muntah dengan waktu makan.
- Pola muntah apakah projektil atau biasa.
Tata Cara Pemeriksaan Fisik Sistem Gastrointestinal dan Hepatobiliar pada Orang
Dewasa
Pada kamar pemeriksaan pasien, dokter (pemeriksa) didampingi oleh seorang
perawat. Pasien dalam posisi terlentang dengan kaki fleksi serta melepas pakaian sampai
di atas simpisis pubis dan dokter berada di sebelah kanan atau setentang kaki pasien.
A. INSPEKSI
1. KEPALA :
Mata (anemia, ikterus), rongga mulut (mukosa, lidah, ulkus)
2. LEHER :
Apakah ada benjolan atau pemekaran pembuluh darah.
3. THORAKS :
Apakah pada kulit terlihat kuning, spider naevi, gynecomastia.
4. ABDOMEN (PASIF) :
Apakah ada pembesaran perut? (organomegali, ascites).
Apakah ada collateral vena, caput medusa, striae, perubahan warna (cullen
sign), gray turner sign. Pada abdomen ada striae perak yang merupakan tanda
peregangan. Striae dengan penurunan BB berwarna ungu. Striae ungu merah
muda adalah tanda klasik kelebihan adrenokortikal (penyakit Cushing), apakah
ada echimosis berupa Grey Turner sign pada pankreatitis hemoragik.
Kemudian apakah ada tanda kebiru-biruan pada umbilikus yang disebabkan
B. PALPASI ABDOMEN :
Ada palpasi ringan dan palpasi dalam.
Palpasi Ringan
Palpasi ringan untuk menemukan nyeri tekan dan daerah spasme otot. Seluruh
abdomen harus dipalpasi secara sistematis dengan menggunakan bagian rata
tangan kanan atau bantalan jari tangan dan hindari gerakan menusuk secara tiba-
tiba, tangan harus diangkat dari satu daerah ke daerah lain dan bukan digeser.
Palpasi Dalam
Dipakai menentukan ukuran organ atau massa pada abdomen dimana bagian
datar tangan kanan diletakan di atas abdomen dan tangan kiri diletakkan di atas
tangan kanan. Ujung jari tangan kiri memberikan tekanan sedangkan tangan
kanan mengindera setiap rangsangan taktil. Selama palpasi dalam pasien harus
disuruh untuk bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya atau bisa mengajak
pesien bercakap-cakap untuk merelaksasikan otot-otot perut. Untuk palpasi tepi-
tepi organ atau massa maka permukaan lateral dari jari telunjuk merupakan
bagian tangan yang paling sensitif. Pada pasien yang mulai geli, maka tangan
pasien diletakkan di atas tangan pemeriksa.
Kesan dari Palpasi
Kesan dari palpasi dinding abdomen soepel atau rigid (muscular rigidity) akibat
suatu proses di peritoneum.
Massa Abdomen
Untuk massa di abdomen maka harus dibuat gambaran deskritif berupa :
1. Lokasi: regio yang terlibat
3. Permukaan ( licin atau keras)
4. Tepi (tegas atau tidak tegas)
5. Konsistensi (sistik, keras)
6. Mobilitas (mobile/immobile)
7. Apakah massa tersebut berpulsasi atau tidak
8. Apakah pemeriksa dapat mencapai bagian di bawah massa
C. PERKUSI:
Untuk menentukan ukuran dan asal organ/massa, mendeteksi cairan dalam
rongga peritoneum dan membangkitkan nyeri tekan pada pasien-pasien dengan
peritonitis.
Hati:
Batas hati harus diperkusi secara rutin untuk menentukan liver span (batas atas
dan batas bawah hati). Jika tepi hati tidak teraba dan tidak ada asites, maka sisi
kanan abdomen harus diperkusi sampai tepi iga kanan sehingga terdengar redup.
Cara ini menentukan batas bawah hati meskipun hati tidak teraba. Batas atas hati
harus ditentukan dengan perkusi. Hilangnya redup hati yang normal dapat terjadi
pada nekrosis hepatik massif, atau pada keadaan terdapat udara bebas di dalam
rongga peritoneum (misal, perforasi usus).
Limpa:
Jika limpa tidak teraba, kadang-kadang perkusi di bawah tepi iga kiri dapat
mendeteksi adanya pembesaran. Jika nada perkusinya redup pada iga kiri bawah
pada garis midklavikula, maka ini menunjukkan splenomegali, tetapi tidak dapat
dipercaya. Pada kasus-kasus ini palpasi harus diulangi.
Asites:
Nada perkusi pada sebagian besar abdomen adalah sonor akibat udara di dalam
usus. Bunyi sonor ini dapat dideteksi sampai pinggir pinggang. Bila cairan
peritoneum (asites) mengumpul, maka pengaruh gravitasi menyebabkan cairan
ini berkumpul mula-mula pada pinggang pasien. Tanda dari asites yang relatif
(bila sekurang-kurangnya 2 liter cairan yg mengumpul) dengan perkusi yang
bernada redup di pinggang. Pada asites yang besar distensi abdomen dan eversi
umbilikus timbul dan bunyi redup terdeteksi lebih dekat pada garis tengah.
Tetapi, daerah sentral selalu sonor. Pemeriksaan abdomen rutin harus meliputi
perkusi yang dimulai pada garis tengah dengan jari tangan menunjuk kearah
kaki; nada perkusi diperiksa sampai kearah pinggang pada setiap sisi.
Jika nada redup pada pinggang harus dicari tanda ”Shiffting Dullness”. Untuk
mendeteksi tanda ini, lakukan perkusi dari tengah menuju kepinggang kiri
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 8
sampai terdengar redup. Tempat ini harus ditandai dan pasien dimiringkan
kearah pemeriksa. Idealnya 1 menit kemudian baru diteruskan perkusinya dari
tempat tersebut ke arah pinggang kiri karena cairan tersebut akan berpindah
tempat didalam rongga abdomen.
Shifting dullness positif jika daerah redup berubah menjadi sonor. Jika karena
cairan peritoneal bergerak di bawah pengaruh gravitasi ke sisi kanan abdomen
bila ini adalah titik yang paling bawah. Kadang-kadang cairan dan udara di
dalam usus kecil yang melebar pada obstruksi usus kecil, atau kista ovarium
masif yang mengisi seluruh rongga abdomen, dapat menimbulkan kebingungan.
Untuk mendeteksi thrill cairan maka seorang asisten meletakkan tepi telapak
tangannya dengan lembut pada bagian tengah abdomen dengan jari-jari tangan
mengarah ke lipat paha. Pemeriksa menepuk sisi dari abdomen, dan pulsasi
(thrill) akan terasa pada tangan yang diletakkan pada dinding abdomen sisi
lainnya. Pemeriksaan ini hanya bermanfaat pada asites masif dan tidak dilakukan
secara rutin.
Bila terdapat asites yang nyata massa abdominal mungkin sulit untuk diraba
dengan palpasi langsung. Sekarang dapat dipraktekkan ”dipping” dengan tangan
yang diletakkan mendatar pada abdomen. Jari-jari tangan difleksikan pada sendi
metakarpofalangeal secara cepat sehingga menggeser cairan dibawahnya. Cara
ini memungkinkan jari-jari tangan mencapai suatu massa yang tertutup oleh
cairan. Cara ini terutama dilakukan untuk meraba hati atau limpa yang
membesar. Hati dan limpa dapat positif balotemennya bila terdapat asites yang
masif.
D. Auskultasi :
Bunyi yang terdengar dalam rongga abdominal tidak sevariasi atau semenarik
seperti yang terdengar di dada, tetapi bising tersebut penting.
Bising usus :
Untuk alasan estetik paling baik tidak memikirkan sumber dan sifat dari bunyi
ini, gerakan cairan, feses dan flatus dalam usus besar akibat peristalsis bila
mendengarkan bising usus. Letakkan permukaan diafragma dari stetoskop tepat
di bawah dan ke arah kanan umbilikus. Bising usus dapat terdengar pada
sebagian besar abdomen pada orang yang sehat. Bising usus ini seperti bunyi
berdeguk yang halus dan hanya terjadi secara intermitten.
Bising usus yang tidak terdengar sama sekali selama 3 menit menunjukkan ileus
paralitik (tidak adanya peristaltik sama sekali pada paralisis usus). Karena hanya
terdapat cairan, maka suara jantung dapat terdengar pada abdomen, dihantarkan
oleh usus-usus yang melebar .
Usus yang mengalami obstruksi menimbulkan bising yang lebih keras dan lebih
bernada tinggi dengan kualitas seperti gemerincing akibat adanya cairan dan
udara. ”Intestinal Hurry” yang terjadi pada keadaan diare, menyebabkan bising
berdeguk yang sering terdengar tanpa stetoskop. Bunyi usus ini disebut
”borborigmi”. Menyatakan bahwa bising usus meningkat atau menurun sedikit
sekali nilai diagnostiknya karena perkiraan nada dari bunyi tersebut sangat
subyektif sehingga harus dihindari.
Bunyi Gesek (Friction Rub) :
Menunjukkan kelainan peritonium dan viseral akibat inflamasi. Bunyi ini dapat
terdengar pada daerah hati atau limpa. Bunyi seperti keriat - keriut atau menciut-
ciut terdengar ketika pasien bernafas. Penyebab hepatik meliputi tumor dalam
hati (hepatoma atau deposit sekunder) dan perihepatitis gonokok akibat inflamasi
kapsula hepatik (sindroma Fitz-Hugh-Curtis). Biopsi hati atau infark yang baru
dialami merupakan penyebab yang sangat sering pada pasien-pasien yang
dirawat Rumah Sakit. Bising Gesek Limpa (Spenic Rub) menunjukkan infark
limpa.
Bising Vena ( Venous Hum) :
Bising vena secara khas terdengar diantara prosesus xifoideus dan umbilikus
pada kasus-kasus hipertensi portal, tetapi tidak sering. Bising vena ini dapat
menjalar ke dada atau hati. Volume darah yang besar yang mengalir di dalam
vena-vena umbilikalis atau paraumbilikalis pada ligamentum flasiformis adalah
bertanggung jawab untuk timbulnya bising vena ini. Vena-vena ini menyalurkan
dari vena portal kiri menuju vena epigastrika atau vena mamaria interna pada
dinding abdomen. Bising vena (venous hum) kadang-kadang dapat terdengar
pada pembuluh darah besar lain seperti vena mesenterika inferior atau setelah
shunting postkaval. Kadang-kadang thrill dapat terdeteksi pada tempat dimana
bising vena terdengar dengan intensitas maksimum. Sindroma Cruveilhier –
Baumgarten adalah gabungan antara venous hum pada umbilikus dan vena-vena
dinding abdomen yang melebar. Sindroma ini hampir selalu disebabkan oleh
sirosis hati. Sindroma terjadi bila pasien memiliki vena umbilikalis yang paten
yang memungkinkan terjadinya shunting portal ke sistemik pada lokasi ini.
Adanya venous hum abdominal menunjukkan bahwa vena portal itu paten. Ini
adalah penemuan yang penting jika shunting vena porta yang diperkirakan.
Adanya bising vena (venous hum) atau kaput medusae menunjukkan
kemungkinan lokasi dari obstruksi portal oleh intrahepatik dari pada vena portal
itu sendiri.
Bruit :
Jarang suatu Bruit sistolik arterial dapat terdengar pada hati. Biasanya ini
disebabkan oleh hepatoma atau hepatitis alkoholik akut. Auskultasi untuk Bruit
ginjal diindikasikan jika dicurigai adanya stenosis arteri renalis.
Demonstrating ascites clinically. Start from the midline and percuss down until dull. Move the patients to
45 0. Without moving the hand from the point of dullness. If the dullness diseppears, ascites is present.
Blumberg's sign, disebut juga rebound tenderness, nyeri lepas, merupakan tanda
klinis yang didapat, merupakan indikasi peritonitis. Tanda ini merupakan nyeri sewaktu
melepaskan tekanan, bukan sewaktu melakukan penekanan pada abdomen (disebut
abdominal tenderness).
Prosedur : Dinding abdomen ditekan perlahan lalu dilepaskan segera. Tanda positif
ditandai dengan adanya nyeri sewaktu melepaskan tekanan dari dinding abdomen.
Pemeriksaan ini sangat mirip dengan nyeri lepas dan oleh beberapa penuis dianggap hal
yang sama, atau bagian dari itu. Tanda ini menggambarkan merangsang peritoneum
parietal dengan stretching atau pergerakan.
Rovsing's sign, dinamakan seperti ahli bedah Denmark Niels Thorkild Rovsing
(1862-1927), merupakan tanda appendisitis. Jika palpasi pada abdomen left lower
quadrant meningkatkan nyeri pada right lower quadrant, dikatakan positif Rovsing's sign
dan mengalami appendisitis. Pada appendisitis akut, palpasi pada fossa iliaka kiri dapat
menghasilkan nyeri di fossa iliaka kanan.
Referral of pain . Kelainan ini terjadi karena syaraf nyeri di dalam intestinal tidak
terlokalisasi secara tepat, tidak seperti saraf nyeri pada otot. Nyeri dari ulkus lambung atau
batu kandung empedu dapat diinterpretasi oleh otak sebagai nyeri yang berasal dari
lambung, hati, kandung empedu, atau usus halus. Ini akan menjalar ke mid upper
abdomen.
otot dinding abdomen, sehingga nyeri dapat terlokalisir. Jika tekanan diberikan pada otot
di right lower abdomen (fossa iliaka) dekat appendiks yang iritasi, serat otot di daerah
tersebut akan teregang dan nyeri.
Rosenstein's sign, disebut juga Sitkovskiy sign merupakan tanda appendisitis akut.
Hal ini dinilai bila nyeri di right lower quadrant meningkat saat pasien dipindahkan dari
posisi supine ke posisi miring ke kiri.
Psoas sign,disebut juga Cope's psoas test atau Obraztsova's sign, merupakan
tanda iritasi pada grup iliopsoas atau hip flexors di abdomen, dan mengindikasi inflamasi
appendiks retrocaecal (otot iliopsoas berada di retroperitoneal). Dilakukan dengan
melakukan tes psoas dengan secara pasif mengangkat paha pasien yang berbaring di sisi
dengan lutut diekstensi, atau meminta pasien secara aktif memfleksi paha, jika terjadi
nyeri abdomen, tanda psoas positif. Nyeri disebabkan batas psoas pada rongga peritonium,
sehingga stretching (dengan hiperekstensi paha) atau kontraksi (dengan fleksi paha) otot
menimbulkan friksi terhadap jaringan yang inflamasi. Secara khusus, otot iliopsoas berada
di bawah appendiks saat pasien supine, sehingga tanda psoas positif di kanan menandakan
appendisitis. Tanda psoas positif juga terdapat pada abses psoas, iritasi retroperitoneal oleh
perdarahan pembuluh darah iliaka.
Obturator sign atau Cope's obturator test merupakan indikasi iritasi pada otot
obturator interna. Teknik tes obturator - pasien berbaring dengan paha dan lutut fleksi 90
derajat. Pemeriksa memegang tumit pasien dengan satu tangan dan lutut dengan tangan
yang lain. Pemeriksa merotasi paha dengan menggerakkan tumit pasien menjauhi tubuh
pasien sambil lutut bergerak ke arah dalam. Fleksi dan rotasi internal paha. Prinsip
obturator sign dalam mendiagnosis appendisitis sama dengan psoas sign. Appendiks
umumnya berlokasi di retrocecal atau pelvik. Oburator sign mengindikasikan adanya
inflamasi appendiks pelvik.
II. TUJUAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan history
taking tentang penyakit yang berhubungan dengan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobiliar dan mampu melakukan pemeriksaan fisik Gastrointestinal dan Hepatobiliar
secara sistematis dan benar.
TAHAP 1. OBSERVASI :
Memperhatikan pasien saat masuk ruang periksa,
pancaran wajah pasien, cara berjalan, penampilan
fisik, interaksi dengan lingkungan, cara bicara,
perilaku serta memperhatikan pendamping yang
menyertai pasien, interaksi pasien dengan
pendamping.
IV. RUJUKAN
1. Chapmann, R.W., Collier, J.D., Hayes, P.C. Liver and Biliary Tract Disease. In :
Boon, N.A., Colledge, N.R., Walker, B.R., Hunter, J.A.A. Davidson’s Principles
& Practice of Medicine. Ed. 20. Livingstone : Churrchil, 2006.
2. Degowin, R.L., Brown, D.D., LeBlond, R.F. DeGowin’s Diagnostic
Examination, Ed. 8. New York : Mc Graw Hill, 2005.
3. Swartz, M.H. dalam Buku Ajar Diagnostik Fisik (TextBook of Physical
Diagnostic). Editor dr. Harjanto Effendi : EGC
4. Nichola’s Joseph Talley. Pada Pemeriksaan Klinis (Pedoman Diagnosis Fisik).
Ahli Bahasa Dr. Wendra Ali ; Binarupa Aksara.
- Dimana lokasinya ?
- Berapa lamanya ?
- Bagaimana rasanya?
- Apa yang memperberatnya, seperti : saat lapar, kenyang ?
- Penyebaran / penjalarannya ?
- Terutama / waktu dirasakan pada saat kapan timbulnya ?
C. KELUHAN TAMBAHAN
Telusuri / telaah keluhan tambahan :
1. Mual/muntah
2. Perut mulas
3. Perut kembung
4. Menceret
5. Dada rasa terbakar
6. Sulit menelan.
7. Mulut terasa asam
D. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU (RPT)
Telusuri / telaah riwayat penyakit terdahulu :
1. Pernah mengalami hal yang sama.
2. Penyakit keganasan
3. Penyakit Jantung
4. Penyakit kuning
5. Riwayat Operasi
G. DOKUMENTASI
1. Catat hasil pemeriksaan.
2. Buat diagnosis utama dan diagnosis banding.
3. Jelaskan tindakan selanjutnya
PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien / keluarga
pasien
2. Memosisikan pasien yang benar sesuai dengan kondisinya
a. Pasien berjalan sendiri
b. Pasien di kursi roda/dipapah
c. Pasien diantar dengan tempat tidur sorong
3. Menanyakan identitas pasien
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 20
SL. V. GIS. 2
PROSEDUR PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)
Asrul, Bachtiar Surya
I. PENDAHULUAN
Pemasangan pipa nasogastrik atau nasogastric tube (NGT) merupakan prosedur
pemasangan pipa melalui lubang hidung (nostril) turun ke nasofaring kemudian ke
lambung. NGT sering digunakan dalam klinis pada penanganan pasien-pasien yang
memerlukan dekompresi traktus gastrointestinal, diagnosa dan assesment, juga untuk
menyokong pemberian makanan dan obat-obatan.
Penggunaan NGT berhubungan dengan respirasi (pulmonary aspiration), gastrointestinal
(diare, konstipasi, nausea, dan muntah).
Pada pasien-pasien trauma yang disertai kesadaran menurun juga memerlukan
pemasangan NGT.
Tipe NGT :
1. Rubber
2. Polyurethane (paling baik untuk digunakan)
3. Silikon
Ukuran Tube :
Ukuran tube bervariasi dan dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien.
NGT yang lembut, fleksibel, dan ukuran yang kecil (8-12 Fr) sering digunakan untuk
enteral feeding yang kurang dari 6 minggu. Sedang yang agak keras, kurang fleksibel, dan
ukuran yang besar (14 Fr atau lebih) digunakan untuk pemberian obat-obatan, dekompresi
gaster dan pemberian makanan singkat yang kurang dari 1 minggu.
PROSEDUR :
- Menyampaikan kepada pasien (Inform concent)
tentang tindakan yang akan dilakukan
- Pasien duduk dalam posisi optimal (leher dan gaster
sejajar (dalam satu garis lurus).
- Meminta pasien untuk kooperatif saat pemasangan
NGT
- Menyemprotkan anestesi lokal lidokain 2 % (Spray)
ke hipofaring.
- Mengukur jarak panjang NGT yang akan dimasukkan
dengan mengukur dari hidung, lobulus telinga dan
Processus Xyphoideus
- Mengolesi selang NGT dengan jelly (Lubricant gel).
- Masukkan tube melalui lobang hidung melalui
pharynx ke dalam oesophagus dan ke dalam lambung.
- Menyuruh pasien menelan ludah atau meminum
sedikit air untuk membantu masuknya selang (tube)
ke dalam oesophagus (pasien dalam keadaan sadar).
- Chek posisi “tube” apakah sudah didalam lambung
dengan :
• Memasukkan udara (20-30 ml) melalui NGT dan
mendengarkan (auskultasi) suara tiupan udara,
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 25
IV.RUJUKAN
1. www.cancerbackup.org.uk/.../Nutritionalsupport
2. Todd W. Thomsen, M.D., Robert W. Shaffer, M.D., and Gary S. Setnik, M.D.
nasogastric tube.
3. www.joannabriggs.edu.au/protocol/protnasotube.php
4. Posisikan pasien dalam posisi duduk (leher dan lambung sejajar) atau setengah
duduk.
5. Persiapan dokter :
6. Cuci tangan dan memakai sarung tangan sebelum melakukan tindakan.
7. Berdiri di sisi kanan depan pasien.
B. PEMASANGAN NGT
1. Semprotkan anestesi lokal lidokain 2 % (Spray) ke hipofaring.
2. Ukur jarak/panjang NGT yang akan dipasang mengukur dari hidung, lobulus
telinga dan Processus Xyphoideus.
3. Olesi selang NGT dengan jelly (lubricant gel).
4. Masukkan tube melalui lubang hidung à faring à oesophagus à lambung.
5. Telan sedikit air untuk membantu masuknya selang (tube) ke dalam oesophagus
sambil mendorong NGT secara perlahan.
C. MONITORING
1. Monitor posisi “tube” apakah sudah di dalam lambung dengan:
• Masukkan udara (20-30 ml) melalui NGT dan dengarkan suara tiupan udara
dengan stetoskop pada daerah epigastrium.
• Lakukan aspirasi cairan lambung.
2. Fiksasi tube dengan menggunakan plester pada daerah hidung.
D. DOKUMENTASI
1. Catat tanggal pemasangan dan ukuran NGT.
2. Catat nama dan tanda tangan pemasang.
PENGAMATAN
No. LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
A. PERSIAPAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Menanyakan identitas pasien dan menyesuaikan dengan rekam
medik.
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, meminta persetujuan
dan kerjasama.
4. Memosisikan pasien dalam posisi duduk (leher dan lambung
sejajar) atau setengah duduk.
Persiapan dokter :
5. Menuci tangan dan memakai sarung tangan sebelum melakukan
tindakan.
6. Berdiri di sisi kanan depan pasien.
B. PEMASANGAN NGT
1. Meyemprotkan anestesi lokal lidokain 2 % (Spray) ke hipofaring.
2. Mengukur jarak/panjang NGT yang akan dipasang mengukur dari
hidung, lobulus telinga dan Processus Xyphoideus.
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 27
D. DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal pemasangan dan ukuran NGT.
2. Mencatat nama dan tanda tangan pemasang.
SL. V. GIS. 3
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
(INTRAVENOUS CATHETER INSERSION)
Achsanudin Hanafie, Akhyar Nasution, Hasanul Arifin
I. PENDAHULUAN
Terapi cairan intravena digunakan untuk mempertahankan homeostasis ketika
asupan enteral tidak mencukupi dan untuk mengganti kehilangan cairan oleh karena
muntah, diare dan pada penderita diabetes insipidus atau disebabkan oleh kehilangan
darah akibat trauma atau tindakan operasi.
Pemasangan akses vaskular adalah satu dari masalah yang sering terjadi pada pasien
rumah sakit, unit emergensi, kamar operasi dan ruang perawatan. Walaupun penggunaan
kateter vena sentral menjadi lebih sering, akses intra vena perifer lebih aman, lebih mudah,
dan paling sering untuk jalur vaskular. Akses intra vena perifer dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan langsung pungsi vena perifer dan secara surgikal (vena secti).
Akses vaskular diindikasikan untuk sampel darah, administrasi cairan intra vena, transfusi
komponen darah, dan jalur masuk obat termasuk substitusi elektrolit dan gula.
Teknik
Bermacam teknik telah dilakukan untuk memfasilitasi insersi intra vena termasuk
penggunaan torniket, transilluminasi, dan vasodilatasi. Penempatan torniket pada
ekstremitas harus dilakukan ketat untuk menghambat aliran vena tanpa menghambat aliran
arteri. Transilluminasi pada neonates dan bayi di lengan menunjukkah hasil yang bagus
tetaapi tidak bisa digunakan pada remaja atau dewasa. Vasodilatasi dengan penggunaan
nitrogliserin topikal atau kompres hangat sering membantu untuk pemasangan kateter intra
vena. Kecepatan aliran melalui kateter intra vena sesuai dengan hukum Poiseuille:
Q = πr4(∆P)/8nL
Q = Kecepatan aliran, r=radius, ∆P=gradient tekanan, n=viscositas, L=panjang
Secara umum pertambahan diameter dua kali meningkatkan kecepatan aliran 16 kali.
Tempat akses
Banyak faktor untuk memilih tempat kanulasi vena perifer. Tempat insersi pada
ekstremitas menjadi kontraindikasi tempat kanulasi. Jika vena kelihatan secara superfisial
maka akan mudah untuk melakukan kanulasi.
Vena pada ekstremitas atas termasuk dorsal dari tangan, lateral lengan dan daerah
antecubital, menjadi tempat yang paling sering untuk kanulasi. Biasanya, vena daerah
dorsal kaki dan vena saphena dapat digunakan ketika daerah ekstremitas atas tidak bisa
digunakan.
Kebanyakan tenaga medis berusaha memasang kanulasi pada daerah yang lebih
distal kemudian jika tidak bisa dicoba daerah yang lebih proksimal. Vena antecubital dan
vena lengan atas dipilih untuk kateter caliber besar, khususnya selama gawat darurat dan
tindakan resusitasi cepat. Kanulasi vena perifer juga bisa dilakukan pada vena jugularis
eksterna, vena dinding dada bagian atas dan vena pada kulit kepala jika tidak ada tempat
lain untuk diakses. (gambar 1)
Komplikasi
Pemasangan kateter intra vena perifer telah banyak digunakan lebih dari 60% pada
pasien rawat inap dan banyak pasien mendapatkan komplikasi yang berhubungan akibat
penggunaan kateter tersebut. Kateter menjadi tidak berguna akibat adanya klot, tercabut,
infeksi, emboli, trombus dan phlebitis merupakan masalah yang paling sering terjadi.
A. PERSIAPAN
1. Sapa dan perkenalkan diri
2. Siapkan peralatan dan bahan
3. Informasikan dan meminta izin kesediaan pasien, berupa arti dan tujuan terapi
intravena, lama terapi intravena dan rasa sakit saat insersi.
B. PEMASANGAN INFUS
1. Cairan infus disambungkan ke infus set, keluarkan udara yang ada di infus set
dengan mengisi cairan di infus set
2. Identifikasi vena yang akan dilakukan kateterisasi intra vena
3. Lakukan torniket (pembebatan) pada daerah proksimal dari vena yang akan
dikateterisasi dengan spigmomanometer sampai tekanan 60-80 mmHg
4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
5. Desinfeksi dengan alkohol 70%
6. Injeksikan anestesi lokal lidokain 2% dengan spuit 1 ml
7. Lakukan insersi pada vena dengan iv kateter dengan sudut 30-45o, setelah keluar
darah pada ujung iv kateter, tarik sedikit jarum (mandrain) pada iv kateter, dorong
iv kateter sampai ujung iv kateter
8. Lepaskan jarum pada iv kateter sambil menekan ujung dari iv kateter agar darah
tidak keluar
9. Sambungkan ke cairan infus yang sudah disiapkan
10. Buang jarum (mandrain) ke dalam safety box ( hazard box)
11. Balut dengan kasa steril yang sudah dioles povidone iodine 10%
12. Fiksasi kuat dengan plester
C. MONITORING
Monitor kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya tempat insersi).
D. DOKUMENTASI
1. Catat waktu, tanggal pemasangan dan ukuran iv kateter.
2. Catat nama dan tanda tangan pemasang.
3. Memberikan edukasi pada pasien agar dapat melaporkan apabila terjadi
ketidaknyamanan didaerah insersi setelah pemasangan, larangan megubah
dan mengatur kecepatan tetesan, dilarang melepas, menarik dan menekan
infus.
PENGAMATAN
No LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
A. PERSIAPAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri
2. Menyiapkan peralatan dan bahan
3. Menginformasikan dan meminta izin kesediaan pasien
B. PEMASANGAN PEMASANGAN INFUS
1. Menyambungkan cairan infus dengan infus set (periksa jangan
ada udara pada infus set)
2. Melakukan torniket (pembebatan) pada daerah proksimal dari
vena perifer sampai tekanan 60-80 mmHg
3. Mencuci tangan dan kemudian memakai sarung tangan
4. Melakukan identifikasi vena perifer
5. Melakukan desinfeksi dengan alkohol 70%
6. Menginjeksikan anestesi lokal lidokain 2% ± 0,1-0,2 cc secara
intrakutan atau dengan mengoleskan anestesi lokal pada daerah
insersi
7. Melakukan insersi iv kateter pada vena perifer dengan sudut 30-
45o, setelah keluar darah pada ujung iv kateter, tarik sedikit jarum
(mandrain) pada iv kateter, dorong iv kateter sampai ujung iv
kateter dan ditekan ujung iv kateter dengan 1 jari. Buang jarum
(mandrain) ke dalam safety box (hazard box)
8. Lepaskan torniket dan test kelancaran infus
9. Melakukan penyambungan dengan cairan infus
10. Melakukan pembalutan dengan kasa povidone iodine 10%
11. Melakukan fiksasi dengan ikat pita.
C. MONITORING
1. Monitoring kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya
tempat insersi).
D. DOKUMENTASI
1. Mencatat waktu, tanggal pemasangan dan ukuran iv kateter.
2. Mencatat nama dan tanda tangan pemasang
3. Memberikan edukasi
Note Ya : Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 36
SL. V. GIS. 4
KETERAMPILAN KLINIS DIGITAL RECTAL EXAMINATION
(COLOK DUBUR)
Asrul, Mabel Sihombing, Bungaran Sihombing
I. PENDAHULUAN
Colok dubur suatu prosedur pemeriksaan untuk mengetahui adanya kelainan pada
rektum atau organ/massa di luar rektum yang dapat diraba dari rektum.
DEFENISI
Colok dubur atau rectal examination adalah merupakan suatu prosedur pemeriksaan
yang terdiri dari pemeriksaan visual terhadap kulit perianal, palpasi digital dari rektum dan
penilaian fungsi neuro muskular dari perineum.
Equipment :
1. Penerangan cukup baik (lightening)
2. Lubricant atau jelly
3. Suitable Soft Tissue
4. Suitable Gloves (sarung tangan)
Penilaian Prostat
Prostat yang normal maupun yang tidak normal dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan colok dubur, sehingga penatalaksanaan selanjutnya dapat ditentukan setelah
melakukan pemeriksaan colok dubur.
Pada pemeriksaan colok dubur, prostat teraba pada jam 12, terdiri dari dua lobus
lateralis dengan sulkus medianus diantaranya.
Bila pada pemeriksaan colok dubur didapati :
1. Prostat tidak menonjol ke rektum, teraba dua lobus lateralis dengan sulkus
medianus diantaranya, berarti prostat tersebut tidak membesar.
2. Prostat menonjol ke rektum, sulkus medianus tidak teraba, berarti prostat tersebut
membesar.
Bila prostat membesar :
1. Konsistensi kenyal, permukaannya rata (tidak berbenjol, tidak teraba nodul),
kemungkinan pembesaran prostat jinak.
2. Konsistensi keras, permukaan berbenjol/teraba nodul, kemungkinan pembesaran
prostat ganas.
3. Konsistensi lunak, terdapat nyeri tekan dari ringan sampai hebat, kemungkinan
infeksi
1.4 Berdiri.
1.4.1 Celana dibuka.
1.4.2 Pasien berdiri dengan posisi bertumpu pada meja periksa, berat badan
atas ditumpukan di siku
1.4.3 Pemeriksa atau dokter berada dibelakang pasien
2. Pelaksanaan
2.1. Pakai sarung tangan, memberitahukan kepada pasien pemeriksaan apa
yang akan dilakukan dan tujuannya dengan kata-kata dan perilaku yang
sopan.
Menanyakan kepada pasien untuk bersedia untuk menjalani pemeriksaan
colok dubur, pemeriksaan dilakukan jika mendapat persetujuan dari
pasien.
2.2. Oleskan jelly pada jari telunjuk sebagai lubrikasi.
2.3. Periksa bagian luar anus / kita inspeksi terlebih dahulu daerah perianal, apakah
ada kemerahan, iritasi, fissura, apakah ada massa seperti pada hemorrhoid
ataupun prolapsus rekti.
2.4. Masukkan jari telunjuk dengan telapak tangan menghadap ke bawah, lalu
masukkan lebih dalam sambil diputar searah jarum jam hingga telapak
menghadap ke atas:
- rasakan tonus sphincter
- rasakan mukosa rectum secara cirkumferensial apakah regular atau
tidak?
apakah ada massa atau tumor atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak dan
sebagainya.
- rasakan prostat (pada jam 12, teraba dua lobus lateralis dengan sulkus
medianus diantaranya), membesar atau tidak, konsistensinya kenyal, lunak
atau keras, permukaannya rata atau berbenjol, apakah ada nodul-nodul,
amati juga apakah ada nyeri tekan atau tidak?
2.5. Keluarkan jari tangan kanan kita, amati apakah ada darah, lendir, atau
feses pada sarung tangan yang kita kenakan.
2.6. Bersihkan daerha sekitar anus dengan kertas tissue
2.7. Lepas sarung tangan lalu buang ke tempat sampah
2.8. Cuci tangan dengan sabun antiseptik
2.9. Bantu pasien turun dari meja pemeriksaan dan mempersilahkan pasien untuk
memakai pakaiannya kembali.
3. Dokumentasi
3.1 Tuliskan tanggal dan waktu pemeriksaan.
3.2 Tuliskan segala temuan pada saat kita melakukan pemeriksaan kedalam
catatan rekam medik pasien yaitu :
Buku Panduan Mahasiswa
Gastro Intestinal System
Kurikulum 2020 39
- Perineum:
- Spinchter ani
- Ampula rekti
- Nyeri tekan plus Massa
3.3 Sarung Tangan
- Feses
- Slim atau lendir
- Blood atau darah
3.4 Tanda tangan dan tulis nama dokter yang bertugas.
2.4. Mahasiswa mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding serta rencana
pemeriksaan lain sehubungan dengan kelainan sistem Gastrointestinal dan
Sistem Genitourinaria yang didapatinya.
IV. PELAKSANAAN
1. Setiap kegiatan ketrampilan klinis dilaksanakan dalam 150 menit.
2. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan untuk
ketrampilan klinis blok Genitourinary System.
3. Tempat pelaksanaan ruang skills lab
4. Sarana yang diperlukan :
4.1. Alat audiovisual
4.2. Alat peraga rektum
4.3. Pensil / pulpen
4.4. Formulir rekam medik
4.5. Alat pemeriksaan colok dubur :
- tempat tidur periksa
- sarung tangan
- jelly 5 cc
- linen penutup
- kertas tissue
- air dan sabun antiseptik
- tempat sampah
TAHAP I : Perkenalan
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien /keluarga pasien
2. Menanyakan indentitas pasien, mencocokkan data dengan Rekam Medis
3. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan
memberitahukan kepada pasien pemeriksaan apa yang akan dilakukan dan
tujuannya dengan kata-kata dan perilaku yang sopan.
4. Menanyakan kepada pasien untuk bersedia untuk menjalani pemeriksaan colok
dubur, pemeriksaan dilakukan jika mendapat persetujuan dari pasien.
TAHAP II : Pemeriksaan colok dubur
- Posisi pemeriksa berada di sebelah kanan pasien
1. Posisi dalam keadaan terlentang.
1.1. Celana dibuka.
1.2. Terlentang dengan kedua kaki fleksi dan kedua lutut diregangkan
1.3. Tutup perut pasien dengan linen penutup
2. Pelaksanaan
2.1. Pakai sarung tangan.
2.2. Mengoleskan jelly pada jari telunjuk sebagai lubrikasi.
2.3. Bila skorotum menghalangi anus, skrotum di angkat dengan tangan kiri.
2.4 Inspeksi terlebih dahulu daerah perianal, apakah ada kemerahan, iritasi,
fissura, apakah ada massa seperti pada hemorrhoid ataupun prolapsus
recti
2.5. Masukkan jari telunjuk dengan telapak tangan menghadap ke bawah tekan
sedikit ke arah bawah, lalu masukkan lebih dalam sambil diputar searah
jarum jam hingga
telapak menghadap ke atas :
- rasakan tonus sphincter
- rasakan mukosa rectum secara cirkumferensial apakah mukosa
licin atau berbenjol benjol, apakah ada massa di lumen dan ekstralumen
atau tidak. (Apabila ada maka tentukan konsistensi, mobilitas, jarak dari
anal verge )
- adakah nyeri tekan atau tidak, tentukan lokasi di jam berapa.
- rasakan prostat, membesar atau tidak, konsistensinya kenyal, lunak atau
keras, permukaannya rata atau tidak, apakah ada nodul-nodul, amati juga
apakah ada nyeri tekan atau tidak
2.6. Mengeluarkan jari tangan kanan, mengamati apakah ada darah, lendir,
atau feses pada sarung tangan yang kita kenakan.
2.7. Membersihkan daerah sekitar anus dengan kertas tissu.
2.8. Lepas sarung tangan lalu buang ke tempat sampah.
S
e
n MIDTERM BLOK GUS-2
i
n
07.00 - 08.00 GIS-F1 TIM KELAS A 07.00 - 08.00 GIS-F1 TIM KELAS B
08.00 - 09.00 GIS1-K1 Anatomi dr.Fitriani L. R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K1 Anatomi dr.Sufitni R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
20 Oktober 2020
S
e 10.00 - 11.00 GIS1-K2 Anatomi dr.Fitriani L. R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS1-K2 Anatomi dr.Sufitni R. Kelas B
l
11.00 - 12.00 GIS1-K3 Histologi dr. Feby Yanti R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS1-K3 Histologi dr. Lokot Donna R. Kelas B
a
s 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
a 13.00 - 14.00 GIS1-K4 Histologi dr. Feby Yanti R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS1-K4 Histologi dr. Zulham R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS1-K5 Fisiologi dr. Nuraiza R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS1-K5 Fisiologi dr. Eka Roina R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS1-K6 Fisiologi dr. Nuraiza R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS1-K6 Fisiologi dr. Eka Roina R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS1-K7 Fisiologi dr. Nuraiza R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS1-K7 Fisiologi dr. Eka Roina R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS1-K8 Biokimia dr.Rusdiana R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K8 Biokimia dr. T. Helvi R. Kelas B
21 Oktober 2020
14.00 - 16.30 GIS1-Pc1-T1 R. Tutorial kelas A 14.00 - 16.30 GIS1-Pc1-T1 R. Tutorial kelas B
07.00 - 08.00 GIS1-K11 Bedah dr.Bachtiar S R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS1-K11 Bedah dr. Liberty R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS1-K12 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K12 IKA Dr.dr. Supriatmo R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
22 Oktober 2020
K
a 10.00 - 11.00 GIS1-K13 Bedah dr.Bachtiar S R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS1-K14 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas B
m 11.00 - 12.00 GIS1-K14 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS1-K13 Bedah dr. Syafruddin R. Kelas B
i
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
s
13.00 - 14.00 GIS1-K15 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS1-K16 IPD Dr.dr. Taufik R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS1-K16 IPD Dr.dr. Taufik R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS1-K15 IPD Prof. Dr. dr. Gontar R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS1-K17 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS1-K17 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS1-KBI1-K5 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS1-K18 Bedah dr. Budi Irwan R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS1-KIG1-K5 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS1-K19 IPD dr. Ilhamd R. Kelas B
23 Oktober 2020
J
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
u
m 10.00 - 11.00 GIS1-K18 Bedah dr. Syafruddin R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS1-KBI1-K5 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
' 11.00 - 12.00 GIS1-K19 IPD dr. Ilhamd R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS1-KIG1-K5 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
a
12.00 - 14.00 I S H O M A 12.00 - 14.00 I S H O M A
t
14.00 - 16.30 GIS1-Pc1-T2 R. Tutorial kelas A 14.00 - 16.30 GIS1-Pc1-T2 R. Tutorial kelas B
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 2
S
e
GIS1-CRP5-DK3 GIS1-CRP5-DK3
n 09.30 - 12.00 R. Tutorial B (Gedung A. Hakim) 09.30 - 12.00 R. Tutorial B (Gedung A. Hakim)
(A) (B)
i
n
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
13.00 - 14.00 GIS1-K22 Bedah Dr. dr. Adi Muradi R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS1-K22 Bedah dr. Edwin Saleh R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS1-K23 Bedah dr. Budi Irwan R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS1-K23 Bedah dr. Liberty R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS1-K24 Bedah dr. Budi Irwan R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS1-K24 Bedah Dr. dr.Asrul R. Kelas B
07.00 - 08.00 GIS1-KBI1-K7 Bedah Dr. Namsyah R. Kelas B
07.00 - 09.00 GIS1-Pc1-PP (A) RUANG KULIAH
08.00 - 09.00 GIS1-KIG1-K7 Bedah Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
27 Oktober 2020
S
e 10.00 - 11.00 GIS1-KBI1-K7 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A
l 10.00 - 12.00 GIS1-Pc1-PP (B) RUANG KULIAH
11.00 - 12.00 GIS1-KIG1-K7 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A
a
s 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
a 13.00 - 14.00 GIS1-K25 Bedah Dr. dr. Adi Muradi R. Kelas A 13.00 - 14.00 GIS1-K25 Bedah dr. Edwin Saleh R. Kelas B
14.00 - 15.00 GIS1-K26 Bedah dr. Edwin Saleh R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS1-K26 Bedah Dr. dr. Asrul R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS1-K27 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS1-K27 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
28 Oktober 2020
R
a
CUTI BERSAMA
b
u
29 Oktober 2020
K
a
m MAULID NABI MUHAMMAD SAW
i
s
J
30 Oktober 2020
u
m
CUTI BERSAMA
'
a
t
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 3
K
a
GIS1-Pr3 (A3) R. Praktikum Histologi GIS1-Pr3 (B3) R. Praktikum Histologi
m 09.30 - 12.00 09.30 - 12.00
i GIS1-Pr4 (A1) R. Praktikum Biokimia GIS1-Pr4 (B1) R. Praktikum Biokimia
s 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
J
u
m
PERSIAPAN MIDTERM GIS-1
'
a
t
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 4
S
e
n MIDTERM GIS-1
i
n
10 Nopember 2020
S
e
l
UTS
a
s
a
11 Nopember 2020
R
a
UTS
b
u
07.00 - 08.00 GIS2-K1 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 07.00 - 08.00 GIS2-K1 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
08.00 - 09.00 GIS2-K2 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 08.00 - 09.00 GIS2-K2 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
12 Nopember 2020
J
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
u
m 10.00 - 11.00 GIS2-K5 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 10.00 - 11.00 GIS2-KIB1-K8 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
' 11.00 - 12.00 GIS2-K6 IKA Prof.Atan Baas R. Kelas A 11.00 - 12.00 GIS2-KIG1-K8 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
a
12.00 - 14.00 ISHOMA 12.00 - 14.00 ISHOMA
t
14.00 - 15.00 GIS2-K7 IKA Prof. Atan Baas R. Kelas A 14.00 - 15.00 GIS2-K7 IKA Dr.dr.Supriatmo R. Kelas B
15.00 - 16.00 GIS2-K8 Mikrobiologi dr. Dian Dwi W R. Kelas A 15.00 - 16.00 GIS2-K8 Mikrobiologi dr. Sri Amelia R. Kelas B
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
MINGGU: 5
S
e
l
PERSIAPAN UJIAN MIDTERM GIS-2
a
s
a
13 Nopember 2019
R
a
UJIAN MIDTERM GIS-2
b
u
14 Nopember 2019
K
a
m BLOK SPESIAL SENSE SYSTEM
i
s
15 Nopember 2019
J
u
m
BLOK SPESIAL SENSE SYSTEM
'
a
t