- Neurocranium
- Viscerocranium
DEFINISI
Craniosynostosis adalah istilah pertama yang
diperkenalkan Virchow digunakan untuk
penutupan/fusi dini satu atau lebih sutura cranial.
Craniosynostosis berdasarkan penyebab : primer &
sekunder.
Cranyosinostosis primer mengacu pada fusi
premature dari satu atau lebih sutura cranial akibat
kelainan perkembangan. Penyebabnya adalah
diduga sebgaai anomali perkembangan dasar
tengkorak.
Craniosynostosis sekunder mengacu pada
penutupan sutural premature akibat penyebab lain
seperto kompreso intrauterine dari tengkorak, efek
teratogen, dll
Tipe craniosynostosis
yang mengalami fusi Sagittal Synostosis
premature :
- Sagital synostosis
- Coronal synostosis
- Bicoronal synostosis
- Lambdoid synostosis Sutura sagital berada pada bagian kepala atas dari ‘soft spot’ bayi di
dekat atas kepala sampai ke belakang kepala. Ketika sutura ini
- Metopic synostosis menutup terlalu dini, kepala bayi akan tumbuh panjang dan
menyempit (scaphocephaly). Ini merupakan tipe yang paling sering
dijumpai.
Coronal Synostosis
Ketika satu dari sutura-sutura ini
menutup terlalu dini, bayi mungkin akan
memiliki jidat yang rata pada sisi tulang
tengkorak yang menutup terlalu dini
(anterior plagiocephaly). Kantung mata
bayi pada sisi tersebut mungkin akan
lebih menimbul dan hidungnya mungkin
akan tertarik ke sisi tersebut. Tipe ini
merupakan tipe kedua tersering.
Bicoronal Synostosis
Tipe ini terjadi ketika sutura coronal
pada kedua sisi kepala bayi sama-
sama menutup terlalu dini. Pada
kasus ini kepala bayi mungkin akan
tumbuh lebar dan pendek
(brachycephaly).
Lambdoid Synostosis
Sutura lambdoid dimulai dari bagian
kepala belakang. Apabila sutura ini
menutup terlalu dini, kepala bayi
mungkin datar pada bagian
belakangnya (posterior
plagiocephaly). Tipe ini lumayan
jarang ditemukan.
Metopic Synostosis
Apabila sutura ini menutup terlalu
dini, kepala atas bayi mungkin
terlihat berbentuk segitiga – lebih
lancip di depan dan lebar di
belakang (trigonocephaly). Tipe ini
merupakan tipe yang paling jarang
ditemukan.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Ditemukan pada Beberapa teori dikaitkan dengan etiologi craniosynostosis
sekitar 1 per primer, namun yang paling umum adalah defek pada
2.000 kelahiran. osifikasi lapisan mesenkimal pada tulang kranial.
Sagital Craniosynostosis sekunder umumnya akibat dari kelainan
synostosis lebih sistemik, antara lain :
tinggi pada laki- • Endokrin – Hipertirodisme, hipofosfatemia, defisiensi
laki & coronal vitamin D, osteodistrofi renal, hiperkalsemia, dan riketsia
• Kelainan hematologis yang menyebabkan hiperplasia
synostosis lebih sum-sum tulang (misalnya: kelainan sel sabit &
tinggi pada thalasemia)
perempuan • Ketidaknormalan pertumbuhan otak, termasuk
mikrosefali dan penyebabnya dan hidosefalus.
FAKTOR RISIKO
Beberapa sindrom
Beberapa studi di India
dikaitakan dengan
menemukan hasil yang Usia ibu/ayah yang lebih
craniosynostosis: sindrom
bervariasi. Beberapa tua*
apert, sindrom crouzon,
diantaranya:
sindrom pfeiffer, dll.
Kanan :
CT scan 3D Menunjukkan
Sinostosis Sagital pada
Anak Usia 11 Tahun
Lambdoid Sinostosis Unilateral
(kiri) pada Anak Laki-Laki Usia 8
Bulan
MRI
Operasi terbuka
Dimana dilakukan manipulasi tengkorak dengan hasil yang dapat diprediksi namun hal ini masih memiliki
kekurangan karena kemungkinan dapat mengganggu interaksi dural-kalvarial. Masalah lain yang perlu
menjadi pertimbangan adalah risiko kehilangan darah terlebih pada anak yang usianya < 6 bulan.
Operasi minimal invasif
Pilihan ini meminimalisir kehilangan darah dan prosedurnya relatif lebih singkat. Namun biasanya tidak
derlaku untuk pasien yang berusia lebih tua dari 3 – 6 bulan atau jika kelainannya lebih luas.
Metode tambahan
Bersamaan dengan operasi terbuka dapat dilakukan teknik distraction osteogenesis dan spring-mediated
surgery. Pada distraction osteogenesis dia bagian tulang dipisah sehingga memungkinkan pembentukan
tulang baru diantaranya. Spring akan tetap ditempatnya sampai dicapai hasil akhir yang diinginkan.
Sementara pada spring-mediated surgery ditanamkan pegas yang dapat dibentangkan yang memberikan
dorongan konstan pada bagian osteotomi atau sutura sehingga kubah tengkorak dapat mengembang
seiring dengan pertumbuhan pasien.
PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada apakah hanya satu atau lebih sutura yang terlibat
dan apakah ada abnormaliyas lain yang menyertai. Prognosis lebih baik pada
pasien dengan satu sutura yang terlibat dan tanpa abnormalitas penyerta.
KESIMPULAN Dalam klasifikasinya cranyosinostosis dapat dibedakan menjadi sagital
synostosis, coronal synostosis, bicoronal synostosis, lambdoid synostosis, dan
metopic synostosis.
Craniosynostosis Etiologi pasti belum ditemukan sampai saat ini namun usia ibu dan ayah yang
merupakan kelainan lahir lebih matur atau sindroma penyerta lain dianggap mungkin berkontribusi
sebagai salah satu faktor terjadinya craniosynostosis.
dimana sutura bayi Pemeriksaan radiografi diperlukan untuk diagnosis akurat, perencanaan
bergabung lebih cepat operasi, evaluasi pasca pengobatan, dan identifikasi anomali yang mungkin
dibandingkan seharusnya. menyertai. Foto polos dan 3D CT scan menjadi 2 modalitas utama yang paling
Hal ini terjadi sebelum disarankan karena dapat memberikan gambaran yang lebih jelas pada sutura-
otak bayi berkembang sutura yang terlibat. Ultrasonografi (USG) dan MRI dapat menjadi modalitas
sempurna sehingga pada pendukung dalam menilai craniosynostosis serta abnormalitas yang mungkin
menyertai.
tampak luar dapat
Tatalaksana pilihan merupakan tindakan operatif, diantaranya : operasi
menyebabkan terbuka, operasi minimal invasif, serta teknik distraction osteogenesis dan
abnormalitas pada spring-mediated surgery yang dapat dilakukan sejalan dengan dilakukannya
bentuk kepala bayi. operasi terbuka.
Prognosis dalam kasus craniosynostosis dikatakan lebih baik saat hanya satu
sutura yang terlibat pada kasus tanpa disertai abnormalitas lain.
DAFTAR PUSTAKA