Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN EVALUASI PRAANESTESI

Disusun oleh:
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kota Sungai Penuh

RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A. THALIB KOTA SUNGAI PENUH


Alamat : Jl. Jendral basuki Rahmat Telp. (0748) 21447-21118-21258
Fax. 21258 Email: rsumhat_tu@yahoo.com
Website: http//www.rsumhat.com
Blog: www.rsumhat@blogspot.com

2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulilah, atas segala rahmat yang telah


dikaruniakan Allah SWT kepada tim penyusun, sehingga buku Panduan Anestesi
Umum ini dapat diselesaikan.
Buku Panduan Anestesi Umum ini merupakan panduan bagi semua pihak
yang ada kaitannya dengan anestesi di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kota
Sungai Penuh, dalam tata cara pelaksanaan penyelenggaraan penerimaan pasien
sebelum tindakan pembiusan.
Dalam buku panduan ini diuraikan tentang persiapan pasien, persiapan tim
anestesi sebelum tindakan anestesi yang mana persiapan dilakukan meliputi di ruang
perawatan sampai pasien tersebut siap dilakukan tindakan anestesi.
Tidak lupa tim penyusun menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya
atas bantuan semua pihak dalam pembuatan buku Panduan Anestesi Umum di
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kota Sungai Penuh.

Sungai Penuh,
Ka. Instalasi Anestesi dan Perawatan Intensif
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib
Kota Sungai Penuh

Dr. H. Faisal Rachman, Sp.An

DAFTAR ISI

2
COVER....................................................................................................................... i
KEBIJAKAN ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
BAB I DEFINISI................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Pengertian.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II RUANG LINGKUP.................................................................................. 6
2.1 Petugas Praanestesi........................................................................... 6
2.2 Managemen Keselamatan Pasien.................................................... 6
2.3 Fasilitas Ruang Pelayanan Praanestesi........................................... 7
2.4 Ruang Lingkup Pelayanan Praanestesi.......................................... 8
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................... 9
1.
2.
3.1 Penilaian Fungsi Vital....................................................................... 9
3.2 Laboratorium..................................................................................... 11
3.3 Radiologi............................................................................................ 11
3.4 Pemilihan Anestesi............................................................................ 12
3.5 Tehnik Intubasi Endotracheal............................................................. 13
3.6. KIE Keluarga dan Pasien.................................................................. 13
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................... 15
3.
4.1 Form Serah Terima Pra Operasi...................................................... 16
4.2 Lembar Praanestesi........................................................................... 18
4.3 Lembar Persetujuan.......................................................................... -
4.4 Lembar Penolakan ........................................................................... -
4.5 Lembar Laporan Anestesi................................................................ -
BAB V PENUTUP................................................................................................ 19
4.

3
4
BAB I
DEFINISI

1.1. Latar Belakang


Tindakan anestesi sangat berdampak terhadap fungsi vital pasien yang
dapat berakibat fatal apabila tidak didahului oleh persiapan yang baik dan
kewaspadaan.
Persiapan yang dilakukan adalah persiapan terhadap pasien, alat dan
obat, jenis operasi / tindakan yang akan dijalani beserta apa saja kemungkinan
penyulit yang bisa terjadi.
Persiapan terhadap pasien yaitu melakukan penilaian terhadap fungsi
vital pasien, pemeriksaan penunjang lain baik laboratorium maupun penunjang
diagnostik yang lain.
Persiapan alat yaitu menyiapkan alat-alat untuk membebaskan jalan
nafas dan alat-alat lain yang diperlukan untuk membantu proses anestesi.
Adapun persiapan obat meliputi obat untuk tindakan anestesi dan obat
emergensi. Jenis operasi serta kemungkinan penyulit sangat perlu dikenali
karena berbeda antara satu operasi dengan operasi yang lain.

1.2. Pengertian
Assessmen atau penilaian sebelum tindakan anestesi ini merupakan
rangkaian kegiatan yang mengawali suatu tindakan anestesi. Penilaian tersebut
meliputi :
1. Pengkajian data dasar (AMPLE) meliputi :
 Pengumpulan data berkaitan dengan riwayat Alergi terhadap makanan
atau obat dan lainnya (Analyze);
 Riwayat pengobatan / Medikasi yang saat ini digunakan berkaitan
dengan kondisi pasien saat ini (Medication);
 Riwayat Penyakit pada masa lalu (Past illness);
 Riwayat terakhir intake oral pasien baik padat maupun cair sebelum
dilakukan tindakan anestesi (Last Meal);
 Kondisi pasien sekarang yang mengharuskan dilakukan tindakan
(Event)

5
2. Penilaian terhadap fungsi vital pasien yang meliputi :
B1 : Breathing (jalan nafas dan fungsi pernafasan)
B2 : Blood (fungsi kardiovaskular)
B3 : Brain (fungsi kesadaran)
B4 : Bladder(fungsi genitourinaria)
B5 : Bowel (fungsi pencernaan)
B6 : Bone (fungsi ekstremitas)
Tindakan anestesia yang akan diberikan akan mempengaruhi atau menekan
fungsi vital tersebut sehingga mempengaruhi jenis dan tehnik anestesi yang
akan dilakukan. Identifikasi masalah yang ada dari fungsi vital tersebut
diperlukan untuk segera diambil tindakan tindakan eliminasi dan bila tidak
memungkinkan dilakukan optimalisasi.
3. Penilaian hasil laboratorium
Apabila ditemukan masalah terhadap hasil laboratorium segera
dikonfirmasi dengan kondisi klinis dan jika perlu dilakukan optimalisasi.
4. Penilaian hasil radiologis
Pemeriksaan radiologi berguna untuk membantu menegakkan diagnosa
serta memprediksi penyulit periode sebelum, selama dan sesudah operasi.
1.3. Tujuan
Tujuan persiapan sebelum tindakan anestesi adalah :
1. Melakukan penilaian terhadap semua fungsi organ tubuh.
2. Mengetahui riwayat: alergi, pemakaian obat, penyakit dahulu dan penyakit
sekarang, puasa / makan – minum terakhir sebelum tindakan.
3. Melakukan evaluasi laboratorium pasien dan .pemeriksaan penunjang lain
4. Menentukan status fisik pasien.
5. Mengetahui dan menganalisis jenis operasi.
6. Memilih jenis atau teknik anestesi yang sesuai.
7. Meramalkan penyulit yang mungkin akan terjadi selama operasi dan atau
pascaoperasi.
8. Mempersiapkan obat atau alat guna menanggulangi penyulit yang
diramalkan
BAB II
RUANG LINGKUP

6
2.1 PETUGAS PRAANESTESI
Berikut adalah anggota tim praanestesi :
A. Dokter
1. Anestesiologis (Dokter spesialis anestesi dan Terapi Intensif)
Merupakan seorang dokter yang memiliki SIP dan telah menyelesaikan
program studi spesialisasi di bidang anestesi yang terakreditasi.

B. Non-dokter
1. Perawat anestesi
Merupakan perawat dengan STR yang telah menyelesaikan program
studi perawat dan pelatihan anestesi terakreditasi.
2. Perawat
Merupakan perawat dengan STR yang telah menyelesaikan pendidikan
perawat terakreditasi.

2.2 MANAGEMEN KESELAMATAN PASIEN


A. Dokter yang mengawasi bertanggung jawab akan semua aspek yang terlibat
selama penanganan pasien (pra-, intra-, dan pasca-prosedur).
B. Saat pasien dirawat, dokter yang bertanggungjawab harus hadir /
mendampingi di praanestesi.
C. Praktisi yang melakukan perawatan praanestesi harus terlatih dengan baik
dalam mengevaluasi pasien sebelum prosedur dilakukan untuk mengenali
kapan terdapat peningkatan risiko.
D. Kebijakan dan prosedur yang terkait harus memperbolehkan praktisi untuk
menolak berpartisipasi dalam kasus-kasus tertentu jika mereka merasa tidak
kompeten dalam melakukan suatu tindakan pemulihan dan terdapat
kemungkinan dapat membahayakan pasien / menurunkan kualitas pelayanan
pasien.
E. Dokter yang mengawasi bertanggung jawab memimpin timnya dalam situasi
emergensi di mana diperlukan tindakan resusitasi, termasuk manajemen jalan
napas.
F. Sertifikat PTC, ACLS dan ATLS merupakan standart persyaratan minimal
yang harus dimiliki oleh praktisi yang melakukan anestesi, serta sertifikat BLS

7
dan sertifikat perawat asisten/terampil anestesi bagi tenaga asisten perawat
anestesi.

2.3 FASILITAS RUANG PELAYANAN PRAANESTESI


Standar minimal fasilitas yang harus ada adalah :
A. Airway Management Kit
Tersedianya alat untuk penanganan kegawatan nafas, antara lain :
- Self Inflating Bag sesuai ukuran
- Jackson Reese
- Ventilasi Breathing Mask (VBM) sesuai ukuran
- Oro-Pharingeal Airway (OPA) / guedel sesuai ukuran
- Naso-Pharingeal Airway (NPA)
- Laringeal Mask Airway (LMA) sesuai ukuran
- Laringoskop
- Endo-Tracheal Tube (pipa endotrakheal) dan introducer/stylet sesuai ukuran
- Masker oksigen berbagai tipe

B. Gas Oksigen
Di dalam ruang pelayanan sedasi harus tersedia suplai gas oksigen, dalam hal
ini bisa berupa gas oksigen dalam tabung atau gas sentral lengkap dengan
konektor humidifier.
C. Alat Kejut Jantung / Defibrillator
Diperlukan saat ada kejadian henti jantung selama proses anestesi.
D. Monitor Pasien
Monitor pasien yang harus ada mencakup 6 pemantauan, yaitu saturasi
oksigen (oksimetri), alat pengukur tekanan darah (tensimeter), alat pengukur
nadi, alat rekam jantung (ECG minimal 3 lead), alat pengukur suhu tubuh, alat
pendetesi frekuensi nafas pasien.
E. Mesin Penghisap
Mesin yang sudah siap dengan perlengkapannya, antara lain : tabung, slang
suction dan catheter suction (sesuai ukuran).
F. Obat Kedaruratan
Obat-obatan kedaruratan yang harus tersedia di ruang pelayanan anestesi
umum, antara lain :

8
- Sulfas Atrophine (SA) - Inotropik (dopamin & dobutamin)
- Ephineprine - Vasokonstriktor ( Noraephineprine)
- Epedrin - Difenhidramin
- Lidokain - Aminofilin
- Deksametason
G. Lembar Rekam Medis
Lembar rekam medis yang diperlukan adalah :
- Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
- Laporan Praanestesi
H. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Standar Prosedur Operasional (SPO) minimal harus ada, yaitu :
- SPO Persiapan Pasien Untuk Tindakan Anestesi
- SPO Pengkajian Pasien Praanestesi
- SPO Pengkajian Pasien Prasedasi
- SPO serah terima pasien pasien di ruang premedikasi

2.4 RUANG LINGKUP PELAYANAN PRAANESTESI


Pelayanan praanestesi meliputi :
 Pemindahan pasien dari ruangan ke kamar operasi
 Serah terima pasien di ruang premedikasi
 Terapi praanestesi

BAB III

TATA LAKSANA

Assessmen atau penilaian sebelum tindakan anestesi dilakukan dalam periode


24 jam sebelum tindakan kasus elektif atau sesaat sebelum tindakan dilakukan pada
kasus emergensi

9
3.1. Penilaian fungsi vital meliputi :
A. B1: Jalan nafas dan fungsi pernafasan
 Dilakukan penilaian patensi jalan nafas dilihat adakah sumbatan jalan
nafas atas sebagian atau total oleh karena penurunan kesadaran, benda
asing berupa padat atau cair.
Bila terjadi sumbatan jalan nafas segera dibebaskan baik tanpa alat atau
menggunakan alat pembebas jalan nafas sederhana sampai definitif.
Dilakukan suctioning / penghisapan dengan kateter suction besar bila
terjadi sumbatan dari cairan misalnya darah atau muntahan.
Segera pasang alat untuk membebaskan jalan nafas menggunakan
orofaring airway bahkan bila perlu intubasi.
 Dilihat adakah tanda-tanda retraksi dinding dada, nafas cuping hidung
 Dilihat apakah gerakan dada kiri dan kanan simetris waktu inspirasi
dan ekspirasi. Bila asimetris manakah yang tertinggal.
 Dilihat adakah gerakan dada see saw seperti orang menggergaji.
 Didengarkan adakah suara nafas tambahan :
- Snoring (mengorok)
- Gurgling (berkumur)
- Stridor (suara serak)
- Crowing (melengking)
- Tidak ada suara nafas
 Dirasakan adakah hembusan udara dari hidung atau mulut bila pasien
tidak sadar.
 Dilakukan perkusi untuk menilai adakah kelainan suara seperti
hipersonor pada kasus pneumothorax atau suara redup pada
hematothorax. Bila ditemukan tension pneumothorax segera lakukan
needle thoracosintesis untuk dekompresi menggunakan jarum terbesar
yang tersedia, di ICS 2 MCL ipsilateral.
 Dilakukan auskultasi suara nafas paru kanan dan kiri.
 Melakukan penilaian untuk mengetahui adanya sulit intubasi dengan
cara menentukan Mallampati score, jarak mntohyoid, gerak leher, massa
di leher.

10
Apabila dijumpai adanya kemungkinan sulit intubasi maka merujuk
pada skema manajemen pengelolaan jalan nafas sulit ( Difficult Managemen
Airway)

B. B2 : Fungsi cardiovascular
 Dilihat apakah pasien tampak pucat atau kebiruan / cyanosis
 Dilihat apakah ditemukan sumber perdarahan
 Diperiksa apakah perfusi pada ujung jari hangat kering merah (normal)
atau dingin basah dan pucat
 Diperiksa apakah capillary refill time kurang dari 2 detik.
 Dipegang nadinya, pada pasien sadar bisa pada nadi radialis atau
brachialis, dihitung frekuensinya ,bagaimana iramanya , apakah kuat
angkat. Pada pasien tidak sadar diraba nadi carotisnya, dirasakan
apakah ada denyutan nadi.
 Dilakukan pengukuran tekanan darah bila perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah pada lengan kiri dan kanan
 Dilakukan auskultasi untuk evaluasi suara jantung

C. B3 : Fungsi kesadaran
 Menilai kesadaran dengan Glagow Coma Scale

11
 Dalam kondisi emergency cukup diperiksa AVPU (Alert, Respon to
Verbal, Respon to Pain, Unrespon)

D. B4 : Fungsi ginjal
 Melakukan evaluasi fungsi ginjal dapat dilakukan menggunakan urine
tampung atau kalau perlu dengan kateter. Penilaian produksi urine
meliputi warna dan jumlahnya tiap 6 jam sedang dalam kondisi gawat
evaluasi dilakukan tiap jam.

E. B5 : Fungsi pencernaan

12
 Dilakukan pemeriksaan apakah ditemukan perubahan bising usus,
abdomen distended yang berasal dari suatu ileus obstruktif dan
waspada akan terjadinya extra cellular fluid deficit, bila berasal dari cairan
waspadai timbulnya gejolak hemodinamik intra operasi, bila berasal
dari massa waspadai perdarahan banyak intra operasi.
 Dilakukan perkusi untuk membedakan adanya udara atau cairan,
dilakukan palpasi untuk mencari adanya massa
F. B6 : Tulang panjang
 Apakah terdapat patah tulang panjang pada femur, panggul, patah
tulang panjang multiple, patah tulang iga yang multiple
 Apabila ditemukan keadaan di atas waspada terhadap perdarahan.

3.2. Laboratorium :
A. Darah Lengkap, Faal Pembekuan Darah (PTT-APTT), Ureum-Creatinin,
SGOT-SGPT, Gula Darah, Elektrolit, bila perlu pemeriksaan tambahan sesuai
permintaan
B. Dievaluasi apabila terdapat nilai yang abnormal segera diambil tindakan
dan evaluasi ulang

3.3. Radiologi :
Foto thorax, foto polos abdomen, foto tulang, USG, IVP, EKG,
echocardiografi, CT scan, MRI, dan lain-lain.
Dari hasil pemeriksaan tersebut disimpulkan bahwa pasien tersebut
termasuk dalam kategori ASA 1/2/3/4/5
ASA 1 : pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik.
ASA 2 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik ringan
sampai sedang.
ASA 3 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang
disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak mengancam
nyawa.
ASA 4 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang
secara langsung mengancam kehidupannya.

13
ASA 5 : pasien penyakit bedah yang disertai dengan penyakit sistemik berat
yang sudah tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak
dalam 24 jam pasien akan meninggal.
Apabila kasus emergensi maka dicantumkan E dibelakang ASA

3.4. Pemilihan Anestesi


Dari semua pemeriksaan tersebut akhirnya dapat diambil keputusan jenis
anestesia apakah yang aman untuk pasien tersebut.
Anestesi menurut jenis operasinya adalah sebagai berikut :
A. Regio Kepala dan leher:
 General Anestesi untuk operasi bedah syaraf, operasi bedah plastik,
operasi THT, operasi mata, operasi bedah umum, operasi bedah onkology
 Regional Anestesi Peripheral Blok
 Local Anestesi untuk operasi kecil
B. Regio Dada dan punggung :
 General Anestesi untuk operasi bedah umum, operasi bedah onkology,
operasi bedah TKV, operasi bedah plastic, operasi bedah syaraf.
 Regional Anestesi Peripheral Blok
 Lokal Anestesi untuk operasi kecil
C. Regio extremitas atas :
 General Anestesi dan Regional Anestesi
 Lokal Anestesi untuk operasi kecil
D. Regio abdomen atas (diatas pusar) :
 General Anestesi untuk operasi bedah digestive, operasi bedah anak,
operasi bedah umum, operasi bedah urologi
 Dapat dikombinasi dengan Regional Anestesi yaitu Epidural Blok untuk
manajemen nyeri intra dan pasca operasi.
 Lokal Anestesi untuk operasi kecil
E. Regio abdomen bawah dan Urogenitalia :
 Regional Anestesi (Sub Arachnoid Blok, Epidural Blok) untuk operasi
bedah urologi , operasi kandungan, operasi bedah umum, operasi bedah
digestive
 General Anestesi bila ada indikasi lain

14
 Lokal Anestesi operasi untuk operasi kecil
F. Regio extremitas bawah :
 Regional Anestesi
 General Anestesi bila ada indikasi lain
 Lokal Anestesi untuk operasi kecil

3.5. Adapun tehnik Intubasi Endotracheal meliputi :


A. Sleep apnea
B. Sleep non apnea pada kasus prediksi intubasi sulit
C. Awake pada kasus prediksi intubasi sulit atau pasien dengan kondisi
hemodinamik sangat jelek.

3.6. KIE Keluarga dan pasien.


A. Diberikan tentang penjelasan jenis tindakan Anestesi yang akan dilakukan,
apabila dimungkinkan pasien bisa diberi pilihan.
B. Pada operasi elektif diberikan penjelasan bahwa harus puasa sekitar 8 jam
untuk pasien dewasa, puasa 4-6 jam untuk pasien bayi dan anak.
C. Pasien diberikan penjelasan tentang manajemen nyeri pasca operasi
D. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang resiko Anestesi dan
pembedahan serta persiapan apa saja yang dilakukan oleh tim untuk
menghadapi opersasi tersebut.
E. Pasien diberikan penjelasan tentang periode pascaoperasi
F. Diberikan penjelasan tentang perawatan ICU pascaoperasi pada pasien yang
memerlukan.

15
BAB IV
DOKUMENTASI
4.1. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPTT)

16
4.2. Lembar Praanestesi

17
BAB VII

PENUTUP

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan


kedokteran berdampak pula pada bidang medis dan perawatan. Asesmen praanestesi
merupakan bagian integral dari Anestesi dan Perawatan Intensif yang merupakan
salah satu pelayanan rumah sakit, dimana hal itu berperan dalam rangka kesuksesan
tindakan diagnostik maupun terapeutik demi keselamatan dan pemulihan kondisi
pasien.
Pelayanan asesmen praanestesi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Mayjen
H.A. Thalib Kota Sungai Penuh tentunya perlu senantiasa disesuaikan dengan
perkembangan jaman. Dalam menyongsong era globalisasi dan menghadapi
persaingan bebas di bidang kesehatan, maka pelayanan anestesi umum juga harus
disiapkan secara benar dan berkualitas.
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan Pelaksanaan Pelayanan anestesi
umum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kota Sungai Penuh, dan tetap
terbuka untuk dievaluasi dan disempurnakan dari waktu ke waktu.

18

Anda mungkin juga menyukai