Disusun oleh:
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kota Sungai Penuh
2022
1
KATA PENGANTAR
Sungai Penuh,
Ka. Instalasi Anestesi dan Perawatan Intensif
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib
Kota Sungai Penuh
DAFTAR ISI
2
COVER....................................................................................................................... i
KEBIJAKAN ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
BAB I DEFINISI................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Pengertian.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II RUANG LINGKUP.................................................................................. 6
2.1 Petugas Praanestesi........................................................................... 6
2.2 Managemen Keselamatan Pasien.................................................... 6
2.3 Fasilitas Ruang Pelayanan Praanestesi........................................... 7
2.4 Ruang Lingkup Pelayanan Praanestesi.......................................... 8
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................... 9
1.
2.
3.1 Penilaian Fungsi Vital....................................................................... 9
3.2 Laboratorium..................................................................................... 11
3.3 Radiologi............................................................................................ 11
3.4 Pemilihan Anestesi............................................................................ 12
3.5 Tehnik Intubasi Endotracheal............................................................. 13
3.6. KIE Keluarga dan Pasien.................................................................. 13
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................... 15
3.
4.1 Form Serah Terima Pra Operasi...................................................... 16
4.2 Lembar Praanestesi........................................................................... 18
4.3 Lembar Persetujuan.......................................................................... -
4.4 Lembar Penolakan ........................................................................... -
4.5 Lembar Laporan Anestesi................................................................ -
BAB V PENUTUP................................................................................................ 19
4.
3
4
BAB I
DEFINISI
1.2. Pengertian
Assessmen atau penilaian sebelum tindakan anestesi ini merupakan
rangkaian kegiatan yang mengawali suatu tindakan anestesi. Penilaian tersebut
meliputi :
1. Pengkajian data dasar (AMPLE) meliputi :
Pengumpulan data berkaitan dengan riwayat Alergi terhadap makanan
atau obat dan lainnya (Analyze);
Riwayat pengobatan / Medikasi yang saat ini digunakan berkaitan
dengan kondisi pasien saat ini (Medication);
Riwayat Penyakit pada masa lalu (Past illness);
Riwayat terakhir intake oral pasien baik padat maupun cair sebelum
dilakukan tindakan anestesi (Last Meal);
Kondisi pasien sekarang yang mengharuskan dilakukan tindakan
(Event)
5
2. Penilaian terhadap fungsi vital pasien yang meliputi :
B1 : Breathing (jalan nafas dan fungsi pernafasan)
B2 : Blood (fungsi kardiovaskular)
B3 : Brain (fungsi kesadaran)
B4 : Bladder(fungsi genitourinaria)
B5 : Bowel (fungsi pencernaan)
B6 : Bone (fungsi ekstremitas)
Tindakan anestesia yang akan diberikan akan mempengaruhi atau menekan
fungsi vital tersebut sehingga mempengaruhi jenis dan tehnik anestesi yang
akan dilakukan. Identifikasi masalah yang ada dari fungsi vital tersebut
diperlukan untuk segera diambil tindakan tindakan eliminasi dan bila tidak
memungkinkan dilakukan optimalisasi.
3. Penilaian hasil laboratorium
Apabila ditemukan masalah terhadap hasil laboratorium segera
dikonfirmasi dengan kondisi klinis dan jika perlu dilakukan optimalisasi.
4. Penilaian hasil radiologis
Pemeriksaan radiologi berguna untuk membantu menegakkan diagnosa
serta memprediksi penyulit periode sebelum, selama dan sesudah operasi.
1.3. Tujuan
Tujuan persiapan sebelum tindakan anestesi adalah :
1. Melakukan penilaian terhadap semua fungsi organ tubuh.
2. Mengetahui riwayat: alergi, pemakaian obat, penyakit dahulu dan penyakit
sekarang, puasa / makan – minum terakhir sebelum tindakan.
3. Melakukan evaluasi laboratorium pasien dan .pemeriksaan penunjang lain
4. Menentukan status fisik pasien.
5. Mengetahui dan menganalisis jenis operasi.
6. Memilih jenis atau teknik anestesi yang sesuai.
7. Meramalkan penyulit yang mungkin akan terjadi selama operasi dan atau
pascaoperasi.
8. Mempersiapkan obat atau alat guna menanggulangi penyulit yang
diramalkan
BAB II
RUANG LINGKUP
6
2.1 PETUGAS PRAANESTESI
Berikut adalah anggota tim praanestesi :
A. Dokter
1. Anestesiologis (Dokter spesialis anestesi dan Terapi Intensif)
Merupakan seorang dokter yang memiliki SIP dan telah menyelesaikan
program studi spesialisasi di bidang anestesi yang terakreditasi.
B. Non-dokter
1. Perawat anestesi
Merupakan perawat dengan STR yang telah menyelesaikan program
studi perawat dan pelatihan anestesi terakreditasi.
2. Perawat
Merupakan perawat dengan STR yang telah menyelesaikan pendidikan
perawat terakreditasi.
7
dan sertifikat perawat asisten/terampil anestesi bagi tenaga asisten perawat
anestesi.
B. Gas Oksigen
Di dalam ruang pelayanan sedasi harus tersedia suplai gas oksigen, dalam hal
ini bisa berupa gas oksigen dalam tabung atau gas sentral lengkap dengan
konektor humidifier.
C. Alat Kejut Jantung / Defibrillator
Diperlukan saat ada kejadian henti jantung selama proses anestesi.
D. Monitor Pasien
Monitor pasien yang harus ada mencakup 6 pemantauan, yaitu saturasi
oksigen (oksimetri), alat pengukur tekanan darah (tensimeter), alat pengukur
nadi, alat rekam jantung (ECG minimal 3 lead), alat pengukur suhu tubuh, alat
pendetesi frekuensi nafas pasien.
E. Mesin Penghisap
Mesin yang sudah siap dengan perlengkapannya, antara lain : tabung, slang
suction dan catheter suction (sesuai ukuran).
F. Obat Kedaruratan
Obat-obatan kedaruratan yang harus tersedia di ruang pelayanan anestesi
umum, antara lain :
8
- Sulfas Atrophine (SA) - Inotropik (dopamin & dobutamin)
- Ephineprine - Vasokonstriktor ( Noraephineprine)
- Epedrin - Difenhidramin
- Lidokain - Aminofilin
- Deksametason
G. Lembar Rekam Medis
Lembar rekam medis yang diperlukan adalah :
- Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
- Laporan Praanestesi
H. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Standar Prosedur Operasional (SPO) minimal harus ada, yaitu :
- SPO Persiapan Pasien Untuk Tindakan Anestesi
- SPO Pengkajian Pasien Praanestesi
- SPO Pengkajian Pasien Prasedasi
- SPO serah terima pasien pasien di ruang premedikasi
BAB III
TATA LAKSANA
9
3.1. Penilaian fungsi vital meliputi :
A. B1: Jalan nafas dan fungsi pernafasan
Dilakukan penilaian patensi jalan nafas dilihat adakah sumbatan jalan
nafas atas sebagian atau total oleh karena penurunan kesadaran, benda
asing berupa padat atau cair.
Bila terjadi sumbatan jalan nafas segera dibebaskan baik tanpa alat atau
menggunakan alat pembebas jalan nafas sederhana sampai definitif.
Dilakukan suctioning / penghisapan dengan kateter suction besar bila
terjadi sumbatan dari cairan misalnya darah atau muntahan.
Segera pasang alat untuk membebaskan jalan nafas menggunakan
orofaring airway bahkan bila perlu intubasi.
Dilihat adakah tanda-tanda retraksi dinding dada, nafas cuping hidung
Dilihat apakah gerakan dada kiri dan kanan simetris waktu inspirasi
dan ekspirasi. Bila asimetris manakah yang tertinggal.
Dilihat adakah gerakan dada see saw seperti orang menggergaji.
Didengarkan adakah suara nafas tambahan :
- Snoring (mengorok)
- Gurgling (berkumur)
- Stridor (suara serak)
- Crowing (melengking)
- Tidak ada suara nafas
Dirasakan adakah hembusan udara dari hidung atau mulut bila pasien
tidak sadar.
Dilakukan perkusi untuk menilai adakah kelainan suara seperti
hipersonor pada kasus pneumothorax atau suara redup pada
hematothorax. Bila ditemukan tension pneumothorax segera lakukan
needle thoracosintesis untuk dekompresi menggunakan jarum terbesar
yang tersedia, di ICS 2 MCL ipsilateral.
Dilakukan auskultasi suara nafas paru kanan dan kiri.
Melakukan penilaian untuk mengetahui adanya sulit intubasi dengan
cara menentukan Mallampati score, jarak mntohyoid, gerak leher, massa
di leher.
10
Apabila dijumpai adanya kemungkinan sulit intubasi maka merujuk
pada skema manajemen pengelolaan jalan nafas sulit ( Difficult Managemen
Airway)
B. B2 : Fungsi cardiovascular
Dilihat apakah pasien tampak pucat atau kebiruan / cyanosis
Dilihat apakah ditemukan sumber perdarahan
Diperiksa apakah perfusi pada ujung jari hangat kering merah (normal)
atau dingin basah dan pucat
Diperiksa apakah capillary refill time kurang dari 2 detik.
Dipegang nadinya, pada pasien sadar bisa pada nadi radialis atau
brachialis, dihitung frekuensinya ,bagaimana iramanya , apakah kuat
angkat. Pada pasien tidak sadar diraba nadi carotisnya, dirasakan
apakah ada denyutan nadi.
Dilakukan pengukuran tekanan darah bila perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah pada lengan kiri dan kanan
Dilakukan auskultasi untuk evaluasi suara jantung
C. B3 : Fungsi kesadaran
Menilai kesadaran dengan Glagow Coma Scale
11
Dalam kondisi emergency cukup diperiksa AVPU (Alert, Respon to
Verbal, Respon to Pain, Unrespon)
D. B4 : Fungsi ginjal
Melakukan evaluasi fungsi ginjal dapat dilakukan menggunakan urine
tampung atau kalau perlu dengan kateter. Penilaian produksi urine
meliputi warna dan jumlahnya tiap 6 jam sedang dalam kondisi gawat
evaluasi dilakukan tiap jam.
E. B5 : Fungsi pencernaan
12
Dilakukan pemeriksaan apakah ditemukan perubahan bising usus,
abdomen distended yang berasal dari suatu ileus obstruktif dan
waspada akan terjadinya extra cellular fluid deficit, bila berasal dari cairan
waspadai timbulnya gejolak hemodinamik intra operasi, bila berasal
dari massa waspadai perdarahan banyak intra operasi.
Dilakukan perkusi untuk membedakan adanya udara atau cairan,
dilakukan palpasi untuk mencari adanya massa
F. B6 : Tulang panjang
Apakah terdapat patah tulang panjang pada femur, panggul, patah
tulang panjang multiple, patah tulang iga yang multiple
Apabila ditemukan keadaan di atas waspada terhadap perdarahan.
3.2. Laboratorium :
A. Darah Lengkap, Faal Pembekuan Darah (PTT-APTT), Ureum-Creatinin,
SGOT-SGPT, Gula Darah, Elektrolit, bila perlu pemeriksaan tambahan sesuai
permintaan
B. Dievaluasi apabila terdapat nilai yang abnormal segera diambil tindakan
dan evaluasi ulang
3.3. Radiologi :
Foto thorax, foto polos abdomen, foto tulang, USG, IVP, EKG,
echocardiografi, CT scan, MRI, dan lain-lain.
Dari hasil pemeriksaan tersebut disimpulkan bahwa pasien tersebut
termasuk dalam kategori ASA 1/2/3/4/5
ASA 1 : pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik.
ASA 2 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik ringan
sampai sedang.
ASA 3 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang
disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak mengancam
nyawa.
ASA 4 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang
secara langsung mengancam kehidupannya.
13
ASA 5 : pasien penyakit bedah yang disertai dengan penyakit sistemik berat
yang sudah tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak
dalam 24 jam pasien akan meninggal.
Apabila kasus emergensi maka dicantumkan E dibelakang ASA
14
Lokal Anestesi operasi untuk operasi kecil
F. Regio extremitas bawah :
Regional Anestesi
General Anestesi bila ada indikasi lain
Lokal Anestesi untuk operasi kecil
15
BAB IV
DOKUMENTASI
4.1. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPTT)
16
4.2. Lembar Praanestesi
17
BAB VII
PENUTUP
18