Anda di halaman 1dari 15

ANATOMI SISTEM URINARIA DAN

GENITALIA PRIA

Dosen pengampu: Dr.Hendra Sutysna,M.Biomed

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 1B

ADE EVI IRMAYANI P07524422044


AL ADAWIYAH KARIM RAMBE P07524422046
AYUMI TIARA YASMIN P07524422050
CHINTA NIRWASITA SUJATMIKO P07524422052
CLARA ARATSYA PASARIBU P07524422053
HATI DESIRIA BR TARIGAN P07524422060
JUNIKA AMELIA SARAGIH P07524422061
MIFTA HULWARDAH P07524422064
NAJWA ALIFA SYAKIRA P07524422066
NUR YAHDI YANILLAH P07524422068

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
TA. 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “SISTEM URINARIA
DAN GENETALIA PRIA” dalam kajian Biologi sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata
kuliah Anatomi Fisiologi oleh bapak Dr.Hendra Sutysna,M.Biomed
Adapun makalah ini berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa pendahuluan dari pembuatan
makalah, Bab 2 berupa pembahasan dari sistem saraf yakni pengertian,, fungsi, macam macam
dan kelainan pada system saraf tepi , dan Bab 3 yang berisi kesimpulan berupa ringkasan dari
makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Akhir
kata, semoga segala informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Medan,25 oktober 2022

penulis

2
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................3

BAB 1: PENDAHULUAN ...........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................4

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................................. 5

1.3 Tujuan .....................................................................................................................................5

BAB 2 : PEMBAHASAN.............................................................................................................6

2.1 Sistem Urinaria..............................................................................................................6


2.2 Urinalisa.........................................................................................................................8
2.3 Derajat Keasaman Urin (pH).........................................................................................10
2.4 Sistem Reproduksi Pria.................................................................................................10
2.5 Organ Genitalia Interna.................................................................................................11
2.6 Organ Genitalia Eksterna ..............................................................................................12

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................14

3.2Saran..........................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem urinaria pada tubuh terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter
yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih sebagai penampungan sementara; dan
urethra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium urethra eksterna. Patologi saluran
kencing dapat berupa penyakit Infeksi, Peradangan, Vaskular, Gangguan Kongenital dan
Herediter, Ginjal Polikistik, Metabolik. Infeksi Traktus Urinarius dapat disebabkan Batu,
Neoplasma, Fibrosis
retroperitoneal, Uretritis, Prostatitis dan Sistitis (Infeksi Vesika Urinaria) (Pearce, 2008).
Penatalaksanaan masalah yang berkaitan dengan gangguan pada saluran kemih adalah
tindakan operatif. Tindakan operatif diperlukan untuk agar tidak terjadi kondisi yang semakin
parah. Pemberian tindakan operatif berkaitan pada sisten perkemihan mayoritas dikarenakan
adanya batu pada saluran tersebut. Kasus yang disebabkan batu ginjal dan saluran kemih banyak
terdapat di daerah panas, terutama Asia tenggara, di USA sendiri prevalensi batu ginjal dan
saluran kemih 10-15% sedangkan di Indonesia jumlahnya jauh lebih banyak (Sony, 2017). Untuk
angka kejadian 1 diantara 10 penduduk, seringkali tidak menimbulkan gejala, 1-2 kasus diantara
1000 penduduk timbul keluhan nyeri hebat. Laki-laki lebih sering mengalami dibandingkan
wanita (Sony, 2017).
Penatalaksanaan masalah saluran kencing perlu pendekatan terapi optimal melalui
tindakan operatif, berbagai las a harus dipertimbangkan baik saat fase pre operatif, intra operatif
dan post operatif. Menurut Rondhianto (2008) saat mengalami proses pre operasi dengan
berbagai
las an yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan yang disebabkan karena takut nyeri setelah
pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body
image), takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit
yang sama, takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, takut mati
saat dibius/tidak sadar lagi, ataupun takut operasi gagal. Ketakutan dan kecemasan yang
mungkin dialami pasien tersebutdapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik
seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, las an-gerakan tangan yang tidak
terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali,
sulit tidur, sering berkemih (Rondhianto, 2008).
Berkaitan dengan proses operasi, pada fase pre operasi menurut Asyiq (2012), sebagian
besar pasien mengalami kecemasan sedang dan sebagian kecil mengalami kecemasan berat
mengenai pre operatif. Hal ini dipengaruhi kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi
ketegangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakannya.mKecemasan yang dialami
biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga

4
ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan (Hambly, 2007).
Perasaan cemas adalah salah satu tipe gangguan emosi yang berhubungan dengan situasi
tak terduga atau dianggap berbahaya. Tanda- tanda fisiologis yang muncul yaitu, berkeringat,
tekanan darah meningkat, denyut nadi bertambah, berdebar, mulut kering, diare, ketegangan otot
dan hiperventilasi (Masitahapsari, Supartinah, Lukito, 2009).
Kecemasan pre operasi memiliki sifat subyektif. Perasaan cemas serta ketegangan yang
disertai perangsangan sistem saraf otonom menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut
jantung dan tingkat respirasi. Gejala ini sangat membahayakan karena tingginya denyut jantung
dan tekanan darah bisa memperberat kerja sistem kardio vaskuler. Hal ini menyebabkan
kebutuhan oksigen dan kerja jantung meningkat (Permatasari, 2013).
Kecemasan dapat meningkatkan tekanan darah karena stimulasi sistem saraf simpatis
berpengaruh pada curah jantung dan vasokonstriksi arteriol, akibatnya tekanan darah meningkat.
Kecemasan pasien pre operasi yang berlebihan menyebabkan operasi tidak bisa dilaksanakan
karena pada pasien yang mengalami kecemasan sebelum operasi akan menyebabkan kelainan
seperti tekanan darah yang meningkat, sehingga apabila dilakukan operasi akan mengakibatkan
kesulitan, dimana efek dari obat anastesi yang diberikan menyebabkan pasien dapat sadar
kembali dalam waktu yang lama karena adanya gangguan pada tekanan darah (Smeltzer & Bare,
2008).

1.2 Perumusan Masalah


Penatalaksanaan masalah saluran kencing diperlukan pendekatan terapi optimal, berbagai
faktor harus dipertimbangkan. Salah satu terapi pada penatalaksanaan masalah saluran
perkemihan adalah operasi. Menurut Rondhianto (2008) saat mengalami proses pre operasi
dengan berbagai alas an yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan.
Kecemasan pasien pre operasi yang luar biasa, memungkinkan operasi tidak bisa
dilaksanakan karena pasien yang mengalami kecemasan sebelum operasi akan muncul kelainan
seperti tekanan darah yang meningkat, sehingga apabila tetap dilakukan operasi akan dapat
mengakibatkan kesulitan, dimana efek dari obat anastesi yang diberikan bisa
menyebabkanpasien kembali sadar dalam waktu yang lama karena adanya gangguan pada
tekanan darah.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang peneliti angkat
pada penelitian ini adalah: “Adakah hubungan kecemasan dengan tekanan darah pasien pre
operasi saluran perkemihan di Ruang bedah?”

1.3 Tujuan
 Untuk memahami pengertian dari sistem perkemihan
 Untuk mengetahui anatomi sistem perkemihan
 Untuk memahami proses fisiologi sistem perkemihan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Urinaria

Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuhbdan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria dalam tubuh terdiri dari ginjal, ureter,
kandungnkemih dan uretra (Syaifuddin, 2014).

1) Ginjal

Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebrata lumbalis III, melekat langsung pada dinding
belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari
ginjal
wanita. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari
jaringan fibrus berwarna ungu (Syaifuddin, 2014).

a. Fungsi ginjal antara lain:


 Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
 Memperthankan suasana keseimbangan cairan.
 Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
 Mempertahanan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
 Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir protein ureum, kreatinin, dan amoniak
(Syaifuddun, 2014).
b. Struktur ginjal terdiri dari:
 Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks.
 Bagian lebih dalam lagi disebut medulla.
 Bagian lebih dalam lagi disebut pelvis.
 Pada bagian medulla ginjal dapat dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan
saluran pengumpul.

6
 Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula
(Luklukaningsih, 2014)
Unit fungsional dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta
buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air
dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan
lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut
urin (Luklukaningsih, 2014).
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula
(atau badan malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-sluran (tubulus). Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula
bowma (Luklukaningsih, 2014).
2) Ureter

Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang
merentang sampai kandung kemih.

a. Panjang ureter 2-30 cm/10-12 inchi dan diameter 4-6 mm.

b. Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan:

 Lapisan terluar adalah lapisan fibrosa.


 Lapisan tengah adalah muskularis longitudinal kearah dalam dan otot polos
sikular ke arah luar.
 Lapisan terdalam adalah epithelium mukosa.

c. Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik intrinsik (Luklukaningsih, 2014).

3) Kandung Kemih

Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang
simfisis pubis. Kandung kemih memiliki 3 muara yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra.
Sedangkan besar kandung kemih tersusun dari otot. Dua fungsi kandung kemih adalah:

a. Tempat penyimpanan urin sementara sebelum meninggalkan tubuh.


b. Mendorong urin keluar tubuh dengan dibantu uretra (Luklukaningsih, 2014).

4) Uretra

Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai
keluar tubuh. Panjang pada wanita 1,5 inchi dan laki-laki 8 inchi. Muara uretra keluar
tubuh di sebut meatus urinarius (Luklukaningsih, 2014).

a. Uretra pada laki-laki terdiri dari:

 Uretra prostatia.

7
 Uretra membranosa.
 Uretra kavernosa (Syaifuddin, 2014).

b. Uretra pada wanita terdiri dari 3 lapisan:

 Tunina muskularis (lapisan sebelah luar).


 Lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena.
 Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam) (Syaifuddin, 2014).

2.2 Urinalisa

1. Pengertian urin

Urin adalah sisa material diekskresikan oleh ginjal dan ditampung dalam saluran kemih
hingga akhirnya dikeluarkan oleh tubuh melalui proses urinasi dalam bentuk cairan. Ekskresi
urin yang disaring dari ginjal menuju ureter selanjutnya disimpat didalam kandung kemih dan
kemudian dibuang. Proses tersebut diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dari darah
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh guna menjaga keseimbangan cairan. Zat-zat yang terkandung
dalam urin dapat memberikan informasi penting mengenai kondisi umum di dalam tubuh.
Derajat produksi dari berbagai unit fungsional dalam tubuh dapat diketahui dari kadar berbagai
zat dalam urin (Guyton dan Hall, 2006).

Urin merupakan suatu larutan komplek yang terdiri dari air (±96%) dan bahan-bahan
organic dan anorganik. Kandungan bahan organic yang penting antara lain urea, asam urat,
kreatinin dan bahan angorganik dalam urin antara lain NaCl, sulfat, fosfat, dan ammonia. Zat-zat
yang tidak diperlukan oleh tubuh dala keadaan normal akan ditemukan relative tinggi pada urin
dari pada kandungan dalam darah, sebaliknya hal tersebut tidak berlaku pada zat-zat yang masih
diperlukan oleh tubuh. Kondisi lingkungan dalam tubuh serta organ-organ yang
berperan dalam munculnya setiap zat tersebut dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan urin
(Guyton dan Hall, 2006).

Jumlah dan komposisi urin dapat berubah tergantung dari pemasukan bahan makanan,
berat badan, usia, jenis kelamin dan lingkungan hidup seperti temperature, kelembapan, aktivitas
tubuh dan keadaan kesehatan (Wirawan, 2011).

a. Peranan dan fungsi urin

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis, urin
sebenarnya cukup steril dan hamper tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja,
beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan
mengubah zat- zat didalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas, terutama bau
ammonia yang dihasilkan oleh urea (Pearce, 2005).

b. Komposisi urin

8
Urin terdiri dari air dengan bahan terlalrut berupa sisa metabolism (seperti urea), garam
terlarut dan materi organik. Cairan dan materi organic. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, glukosa, diserap kembali kedalam tubuh
melalui molekul pembawa (Hanifah, 2012).

2. Proses pembentukan urin

Proses pembentukan urin Ada tiga tahap pembentukan urin:

1) Proses filtrasi

Terjadnya di glomelurus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari
permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan yang tersring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersring tersaring tertamtung oleh simpai Bowman
yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang diteruskan ke
tubulus ginjal.

2) Proses reabsorpsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida,
fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi
kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan kembali akan diserap
kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyarapannya terjadi secara aktif dikenal dengan
reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.

3) Proses sekresi

Sisanya penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan kepada ginjal
selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke viska urinaria (Syaifuddin, 2014).

3. Komposisi Zat-zat Dalam urin

Komposisi urin normal terdiri atas : air 95%, zat-zat sisa dari nitrogen dari hasil
metabolism protein, asam, urea, amoniak dan kreatinin, elektrolit (natrium, kalsium,
NH3, bikarbonat, fosfat, dan sulfat), pigmen (bilirubin, urobilin), toksin, hormon
(Syaifuddin, 2014).

4. Ciri-ciri Urin Normal

Rata-rata jumlah urin normal adalah 1-2 liter sehari, namun jumlah yang dikeluarkan
berbeda setiap kalinya sesuai jumlah cairan yang masuk. Warna urin yang normal adalah
bening oranye, pucat tanpa endapan, berbau tajam, memiliki reaksi sedikit asam dengan
pH rata-rata 6, dan berat jenis berkisar antara 1.010-1025 (Luklukaningsih, 2014).

9
5. Macam-macam Sampel Urin

 Urin sewaktu Adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan
dengan khusus.
 Urin pagi Adalah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setalah bangun
tidur.
 Urin postprandial Adalah urin yang berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria,
merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam sehabis makan.
 Urin 24 jam Adalah urin yang ditampung selama 24 jam. Sampel ini diberi pengawet
biar tidak terjadi perubahan selama penampungan. (Gandasoebrata, 2007). Derajat
Keasaman Urin (pH)

2.3 Derajat Keasaman Urin (pH)

A. Pengertian Derajat Keasaman urin (pH)

Derajat keasaman urin merupakan indikator kemampuan tubulus ginjal untuk menjaga
keseimbangan asam-basa yang normal terutama melalui reabsorbsi natrium dan sekresi tubular
ion hidrogen dan natrium. Sekresi dari urin asam atau basa oleh ginjal adalah salah satu
mekanisme yang paling penting di tubuh untuk menjaga pH tubuh yang konstan (Fischbach &
Duning, 2009). Metabolisme normal sehari-hari menghasilkan asam dan basa endogen, dan
ginjal merespon dengan mengekresikan asam atau basa secara selektif. pH urin pada oraang
sehat berkisar antara 4,5 sampai 8,0 dengan rata-rata 5,0 sampai 6,0 karena produksi endogen
lebih mendominasi. Penetapan pH urin berfungsi untuk menetukan kelainan asam basa, sistem
metabolik atau
pernapasan dan dalam pengelolaan kondisi kemih yang membutuhkan urin yang dipertahankan
pada pH tertentu (Riswanto & Rizki, 2015).

B. Faktor yang mempengaruhi derajat keasaman (pH)

1. pH bersifat asam

 Diet (mengkonsumsi buah cranberry, daging tinggi protein).


 Infeksi saluran kemih oleh Eschericia coli

2. pH bersifat basa

 Diet (mengkonsumsi vegetarian, jeruk dan buah buahan rendah lemak).


 Alkoholisis metabolik (misal; muntah berat) keadaan ini menyebabkan kadar
bikarbonat urin lebih tinggi dan produksi amommnia menurun. Ginjal dapat
menghasilkan urin dengan Ph 7,8 (Riswanto & Riski, 2015).

2.4 Sistem Reproduksi Pria

10
1) Anatomi
Organ genitalia pria dibedakan menjadi organ genitalia interna dan organ genitalia
eksterna. Organ genitalia interna terdiri dari testis, epididimis, ductus deferen, funiculus
spermaticus, dan kelenjar seks tambahan. Organ genitalia eksterna terdiri dari penis,
uretra, dan skrotum.

2.5 Organ Genitalia Internal

1) Testis
Testis berbentuk seperti telur yang berukuran 4x3 cm yang dikelilingi oleh jaringan ikat
kolagen (tunika albuginea). Tunika albuginea akan memberikan septa ke dalam parenkim
testis dan membagi menjadi beberapa lobulus. Setiap lobulus mengandung 1-4 tubulus
seminiferus. Tubulus seminiferus merupakan tempat produksi sperma. Pada ujung
tubulus seminiferus ini terdapat tubulus rektus yang menghubungkan tubulus seminiferus
dengan rete testis. Rete testis terdapat dalam jaringan ikat mediastinum yang
dihubungkan oleh 10-20 duktus eferen yang ke distal menyatu pada duktus epididimis.

2) Epididimis
Epididimis adalah saluran yang berkelok-kelok dengan panjang sekitar 4-6 meter yang
terdiri dari caput, corpus, dan cauda. Di dalam epididimis, spermatozoa akan matang
sehingga menjadi mortil dan fertil. Setelah melalui epididimis yang merupakan tempat
penyimpanan sperma sementara, sperma akan menuju duktus deferen.

11
3) Duktus Deferen dan Funiculus Spermaticus
Duktus deferen/vas deferen adalah suatu saluran lurus berdinding tebal yang akan menuju
uretra pars prostatika.18 Duktus deferen bersama pembuluh darah dan saraf, dalam
selubung jaringan ikat disebut funiculus spermaticus yang akan melalui kanalis
inguinalis.

4) Kelenjar Seks Tambahan


Kelenjar seks tambahan terdiri dari sepasang vesikula seminalis, prostat, dan sepasang
kelenjar bulbouretral. Vesikula seminalis terletak di bagian dorsal vesika urinaria dan
menghasilkan sekitar 60% dari volume cairan semen. Sekresi dari vesikula seminalis
mengandung fruktosa, prostaglandin, fibrinogen, dan vitamin C. Fruktosa memiliki
fungsi sebagai sumber energi primer untuk sperma, sedangkan prostaglandin memiliki
fungsi merangsang kontraksi otot polos sehingga memudahkan transfer sperma Saluran
dari masing-masing vesikula seminalis bergabung dengan duktus deferens pada sisi yang
sama untuk membentuk duktus ejakulatorius. Dengan demikian, sperma dan cairan
semen masuk uretra bersama selama ejakulasi.17,19 Kelenjar prostat terletak di bawah
dasar vesika urinaria. Kelenjar prostat mengeluarkan cairan basa yang menetralkan
sekresi vagina yang asam, enzim pembekuan, dan fibrinolisin. Kelenjar bulbouretral
terletak di dalam otot perineal dan menghasilkan cairan mukoid untuk pelumas.

2.6 Organ Genitalia Eksterna

1) Penis
Penis terbagi menjadi radix, corpus, dan glans penis. Penis terdiri dari 3 massa silindris
yaitu dua corpora cavernosa yang dipisahkan oleh septum dan terletak di dorsal serta
satu corpus spongiosum yang mengelilingi uretra dan terletak di ventral. Glans penis
adalah ujung terminal dari corpus spongiosum yang membesar dan menutupi ujung bebas
kedua corpora cavernosa penis. Preputium adalah lipatan kulit yang retraktil pada glans
penis yang akan dipotong dalam sirkumsisi.
2) Uretra
Uretra terdiri dari 3 bagian yaitu uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra
spongiosa.
3) Skrotum
Skrotum adalah kantung kulit yang menggantung di luar rongga perut, antara kaki dan
dorsal penis. Terdiri dari 2 kantung yang masing-masing diisi oleh testis, epididimis, dan
bagian caudal funiculus spermaticus. Dalam kondisi normal, suhu skrotum 3°C lebih
rendah dari suhu tubuh agar dapat memproduksi sperma yang sehat.
4) Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus pada testis. Tubulus seminiferus
terdiri dari tunika jaringan ikat fibrosa (tunika fibrosa), lamina basalis yang berbatas
tegas, dan epitel germinativum/kompleks seminiferus. Pada lapisan paling dalam yang
melekat pada jaringan ikat dekat lamina basalis terdiri atas sel mieloid yang menyerupai
12
epitel selapis. Epitel terdiri atas 2 sel yaitu sel sertoli/penyokong dan sel seminal/turunan
spermatogenik. Sel seminal ini yang akan berproliferasi menghasilkan spermatozoa.
Spermatogenesis terdiri dari 3 fase:
 Spermatositogenesis, dimana spematogonia membelah yang akhirnya
menghasilkan spermatosit;

 Meiosis, dimana spermatosit mengalami pembelahan menjadi spermatid dan


terjadi pengurangan setengah jumlah kromosom dan jumlah DNA per sel;

 Spermiogenesis, dimana spermatid mengalami proses sitodiferensiasi


menghasilkan spermatozoa.

Proses spermatogenesis dimulai dari spematogonium yang mengalami mitosis. Spermatogonium


ada yang bentuknya tetap seperti spermatogonia A yang terus menjadi sumber spermatogonia
atau ada yang seperti spermatogonium B yang berpotensi melanjutkan proses perkembangan.
Spermatogonia B tumbuh menghasilkan spermatosit primer. Spermatosit primer akan masuk
dalam fase meiosis. Dari pembelahan meiosis pertama akan dihasilkan spermatosit sekunder.
Spermatosit sekunder akan masuk ke pembelahan meiosis kedua yang menghasilkan spermatid
yang mengandung 23 kromosom dan DNA sejumlah n/haploid. Pada fase spermiogenesis terjadi
pembentukan kepala, bagian tengah dan ekor sperma. Pada bagian kepala sperma terdapat
akrosom yang mengandung enzim hidrolitik yang akan melepaskan sel korona radiata dan
mencernakan zona pelusida. Saat spermatozoa bertemu ovum, akrosom akan lisis sebagian dan
mengeluarkan enzim yang dikandungnya sehingga memudahkan penetrasi sperma ke ovum.
Pada bagian tengah spermatozoa terdapat mitokondria yang akan berkaitan dengan pembentukan
energi untuk pergerakan spermatozoa. Bagian ekor spermatozoa dibentuk oleh sentriol dan akan
timbul flagelum yang digunakan untuk pergerakan spermatozoa.

13
    3.1 Kesimpulan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dari eliminasi yaitu pengeluaran zat-zat sisa daridalam tubuh.
Ginjal merupakan suatu organ perkemihan yangterpenting yang harus kita jaga dengan baik. Adanya gangguan
pada ginjal akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang sulit diatasi. Olehkarne itu sudah seharuhya kita
peduli akan kesehatan kita khususnya dalam proses berkemih

3.2 Saran
Mengingat banyaknya gangguan perkemihan, diharapkan kepada masyarakat dan tenagakesehatan
khususnya perawat untuk:
1.Memperhatikan penuh pla perkemihannya
2.Memperaktekkan gaya hidup/kebiasaan yang sehat
3.Bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang benar kepada pasen yang mengalami
gangguan sistem perkemihan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin, H., 2014. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan
dan Kebidanan. Edisi IV, Jakarta: EGC.

Riswanto&Rizki, M. 2015.Urinalisis Menerjemahkan Pesan Klinisi Urine. Edisi 1. Yogyakarta:


Pustaka Rasmedia.

15

Anda mungkin juga menyukai