Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN INFEKSI NOSOKOMIAL

MATA KULIAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY

DOSEN :
Yuniastini, SKM., M.Kes
DISUSUN OLEH :
RIKO ANDRI (2214401023)
ROSALINA (2214401024)
SONIA APRILIA SAFIRRA (2214401025)
WANDA AYU OKTAVIANI (2214401026)
WIDYA SUCIANI PUTRI (2214401027)
ADRIAN FADHIL ATHALA (2214401028)
AFFIFAH SALSABILA (2214401029)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata
kuliah Manajemen patient safety Makalah ini yang berjudul “Manajemen Infeksi
Nosokomial.”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami, Yuniastini, SKM., M.Kes., serta
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide sehingga makalah ini dapat
disusun dengan baik.
Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 24 agustus 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Infeksi Nosokomial atau juga dikenal dengan nama Health Care
Associated
Infections yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada
pasien
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dimana
ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk
infeksi
dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena
pekerjaan
pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu
alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (Menkes RI, 2017).
Infeksi bisa menular dari penderita ke penderita, dari penderita ke petugas
kesehatan atau sebaliknya, dari penderita ke pengunjung atau sebaliknya yang
disebut sebagai infeksi nosokomial dan yang terjadi pada petugas kesehatan
termasuk infeksi yang berhubungan dengan pekerjaan.
Seluruh petugas kesehatan terutama yang berhubungan langsung dengan
pasien
mampu menularkan infeksi nosokomial kepada pasien yang dirawat di rumah
sakit
atau fasilitas kesehatan lainnya, salah satunya perawat.
Salah satu metode penyebaran infeksi terpenting pada sarana kesehatan adalah
melalui tangan petugas kesehatan. Organisme patogen dari pasien yang
terinfeksi atau dari lingkungan mengkontaminasi tangan petugas kesehatan
selama aktifitas klinik dan kemudian mengkontaminasi ke pasien lainnya.
Meskipun dalam melakukan asuhan keperawatan seorang petugas kesehatan
menggunakan sarung tangan (hand gloves) untuk mencegah paparan cairan
tubuh pasien, namun penggunaan sarung tangan saja tidak cukup bila tidak
memperhatikan kebersihan tangan, oleh karena itu cuci tangan merupakan
prosedur satu-satunya yang paling penting untuk mencegah infeksi
nosocomial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Jenis organisme parasit penyebab infeksi nosokomial ?
2. Bagaimana cara berkembangbiak mikroorganisme?
3. Bagaimana Proses penularan penyakit?
4. Bagaimana Proses infeksi nosocomial
5. Bagaimana Manajemen infeksi nosokomia

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Jenis organisme parasit penyebab infeksi nosokomial ?
2. Untuk mengetahui cara berkembangbiak mikroorganisme?
3. Untuk mengetahui Proses penularan penyakit?
4. Untuk mengetahui Proses infeksi nosocomial
5. Untuk mengetahui dan memahami Manajemen infeksi nosocomial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 . Pengertian parasit

Definisi/Pengertian Parasit
Parasit adalah hewan renik Pengertian dan Macam-macam Parasit yang bisa menurunkan
produktivitas hewan yang ditumpanginya. Parasit bisa menyerang manusia dan hewan,
seperti menyerang kulit manusia. Parasitoid ialah parasit yang memakai jaringan organisme
lainnya untuk keperluan nutrisi mereka hingga inang/hospes yang ditumpangi meninggal
karena kehilangan nutrisi atau jaringan yang dibutuhkan. Hospes adalah makhluk hidup
tempat hidup parasit.

2.2 . Jenis Organisme Parasit

1 . Berdasarkan Akibat Yang Ditimbulkan Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, parasit


dapat dibedakan menjadi : ParasitiASIS adalah jika parasit belum mampu menimbulkan lesi
(jejas) atau tanda klinis pada hospesnya, sedangkan ParasitOSIS adalah jika parasit telah
mampu menimbulkan lesi (jejas) atau gejala klinis pada hospesnya. Contoh : infeksi cacing
Ascaris suum
pada babi, hasil pemeriksaan tinja ditemukan telur cacing
Ascaris suum
tetapi babi tersebut belum menampakkan gejala klinis, sehingga babi tersebut menderita
Ascariasis. Sedangkan jika babi tersebut telah menampakkan gejala klinis disebut menderita
Ascariosis Contoh infeksi Protozoa saluran pencernaan (Balantidium sp), hasil pemeriksaan
tinja ditemukan bentuk kista atau tropozoit Balantidium sp, tetapi hewannya belum
menampakkan gejala klinis, sehingga disebut hewan menderita Balantidiasis dan jika gejala
klinisnya sudah nampak disebut Balantidiosis. Contoh infestasi artropoda kudis kulit
(Sarcoptes scabiei penyebab Scabies). Dari hasil pemeriksaan kerokan kulit ditemukan
tungau Sarcoptes. Jika hewannya belum menampakkan gejala klinis disebut menderita
scabiasis dan jika sudah menampakkan gejala klinis disebut scabiosis.

2 . Berdasarkan Lama Hidup Berparasit Pada Hospes Berdasarkan lama hidup perparasit pada
hospes, parasit dapat dibedakan menjadi :
A . Parasit yang Selama Hidupnya sebagai Parasit Contoh : Cacing
Trichinella spiralis cacing dewasanya hidup didalam saluran pencernaan dan larvanya hidup
diantara sel-sel daging serat lintang babi. Protozoa Plasmodium sp, stadium aseksualnya
berparasit didalam eritrosit unggas, sedangkan stadium seksualnya berparasit didalam tubuh
nyamuk. Artopoda (kutu Menopon gallinae), sejak dari telur sampai dewasa hidup dan
melekat pada bulu ayam.

B . Parasit yang Belum Dewasa sebagai Parasit dan setelah Dewasa Hidup Bebas Contoh :
artopoda (lalat Chrysomia sp) dimana larva lalat ini umumnya hidup di sela-sela ceracak kaki
sapi sehingga menimbulkan Miasis, sedangkan lalat dewasanya hidup bebas.

C . Parasit yang Dewasa sebagai Parasit dan Sebelum Dewasa Hidup Bebas Contoh :
artropoda nyamuk, (Aedes, Anopheles dan Culex) betina dewasa hidup sebagai parasit
(menghisap darah), sedangkan jentik (belum dewasa) hidup bebas didalam air.

D .Parasit yang Hampir Seluruh Hidupnya sebagai Parasit. Contoh : cacing Fasciola
gigantica, embrio yang ada didalam telur hidup bebas, stadium mirasidium, sporokista, redia
dan cercaria hidup sebagai parasit pada siput air tawar (Lymnaea sp), stadium metasercaria
hidup bebas dan cacing dewasanya berparasit didalam hati dan kantung empedu herbivora.

3 . Berdasarkan lama waktu berparasitnya.


Berdasarkan lama waktu berparasitnya, parasit dapat dibedakan menjadi :

A .Parasit Temporer (Berkala =Periodik) adalah parasit yang mengunjungi hospesnya pada
waktu –waktu tertentu saja. Contoh : Nyamuk, lalat akan menghisap darah hospesnya pada
waktu tertentu saja.

B .Parasit Stasioner, adalah parasit yang sebagian atau seluruh hidupnya menetap pada
hospes, apabila menetap selama satu stadium siklus hidupnya disebut Parasit Stasioner
Berkala (Stasioner Periodik) dan apabila selama hidupnya menetap dan berparasit pada
hospes disebut Parasit Stasioner Permanen. Contoh. Parasit Stasioner berkala, lalat
Gastrophylus sp, karena stadium larva saja yang berparasit didalam lambung kuda,
sedangkan lalat dewasa hidup bebas. Parasit Stasioner Permanen, salah satunya kutu
(Menopon gallinae) karena selama hidupnya (telur, larva dan dewasa) hidup pada bulu
unggas. Cacing Trichinella spiralis,baik stadium larva dan dewasanya hidup didalam tubuh
hewan.

4 . Berdasarkan Sifat Keparasitannya Berdasarkan sifat keparasitannya, parasit dapat


dibedakan menjadi parasit :

A .Parasit Isidentil adalah parasit yang secara kebetulan ditemukan pada hospes yang tidak
seharusnya (hospes yang tidak wajar). Contoh : cacing pita Dipyllidium caninum
adalah saluran pencernaan anjing, tetapi kadang-kadang bisa ditemukan berparasit didalam
usus manusia terutama anak-anak. Kejadiannya dimana telur cacing pita termakan oleh larva
pinjal (Ctenocephalides sp) yang merupakan hospes antara cacing pita tersebut, pinjal yang
infektif secara tidak sengaja termakan oleh anak-anak sehingga didalam ususnya terinfeksi
cacing pita anjing

B .Parasit Eratica adalah parasit yang lokasi berparasitnya ditemukan tidak pada target
organnya. Contoh : cacing Ascaris suum secara normal berpredileksi (lokasi berparasitnya)
didalam usus halus babi, tetapi karena sesuatu sebab yang tidak diketahui secara pasti bisa
ditemukan didalam kantung empedu atau lambung babi. Contoh lain cacing Ascaridia galli
adalah cacing saluran pencernaan ayam, tetapi pernah ditemukan didalam telur dan uterus
ayam.

C .Parasit Fakultatif adalah parasit yang dapat hidup bebas atau hidup sebagai parasit.
Contoh lalat rumah (Musca domestica) umumnya baik stadium larva dan dewasa hedup
bebas, tetapi jika larvanya hidup didalam luka maka menyebabkan Miasis (Belatungan)

D .Parasit Obligat adalah parasit yang hidupnya mutlak sebagai parasit, jadi untuk
kelangsungan hidupnya mutlak memerlukan hospes. Contoh ; cacing hati
Fasciola gigantica, Protozoa (Eimeria sp) dan Artropoda (Sarcoptes sp) kesemuanya mutlak
memerlukan hospes, tanpa hospes akan mati.

E .Parasit Spuriosa adalah parasit yang dikeluarkan oleh bukan hospes yang semestinya,
dimana parasit tersebut tidak mengalami perkembangan atau menimbulkan kerusakan pada
hospes tersebut. Contoh pada pemeriksaan tinja anjing ditemukan telur cacing pita Taenia
saginata yang seharusnya berparasit pada manusia, kemungkinan karena anjing memakan
tinja manusia yang
mengandung telur cacing pita tersebut. Contoh lain : pada pemeriksaan tinja ayam ditemukan
telur cacing Ascaris suum yang berparasit pada babi, kemungkinan disebabkan karena ayam
memakan bagian tinja babi yang terkontaminasi telur cacing Ascaris suum.

5 .Berdasarkan Jumlah Hospes Yang Diperlukan Berdasarkan jumlah hospes yang


dibutuhkan dalam menyelesaikan siklus hidupnya, maka parasit dibedakan menjadi :
A .PARASIT MONOXEN adalah parasit yang dalam menyelesaikan siklus hidupnya hanya
membutuhkan satu hospes yaitu hospes definitif saja Contoh : tungau
Sarcoptes membutuhkan hanya satu hospes definitif saja.

B . PARASIT HET
EROXEN (“heteros” = berbeda) sering disebut juga
DIHETEROXEN adalah parasit yang dalam menyelesaikan siklus hidupnya melalui stadium-
stadium yang setiap stadiumnya memerlukan hospes yang berlainan. Contoh : cacing hati
Fasciola gigantica
memerlukan siput air tawar Lymnaea sp ,pada stadium (mirasidium, sporokista, redia dan
serkaria) sedangkan dewasanya memerlukan mamalia sebagai hospes definitifnya.

C .PARASIT POLIXEN (“poly” = banyak) adalah parasit yang dalam


menyelesaikan siklus hidupnya memerlukan lebih dari satu hospes, tetapi kesemuanya dari
satu jenis. Contoh : kebanyakan caplak adalah parasit polixen, karena stadium larva, nimpa
dan dewasanya berparasit pada satu atau beberapa hewan sejenis.

6 .Berdasarkan Tempat Berparasitnya Berdasarkan tempat berparasitnya (predileksinya),


parasit dapat dibedakan menjadi:

A .EKTOPARASIT = EKTOZOA adalah parasit yang secara umum hidup pada permukaan
luar tubuh (kulit) hospes atau didalam liang (telinga luar dan rongga hidung) yang
berhubungan bebas dengan dunia luar dan termasuk juga parasit datang – pergi (parasit yang
tidak menetap didalam tubuh hospes). Contoh : artropoda : kutu, pinjal, lalat, nyamuk, caplak
dan tungau.
B .ENDOPARASIT = ENDOZOA adalah parasit yang hidup didalam organ dalam, system
(alimentarius, sirkulasi, respirasi), rongga dada, rongga perut, persendian, otot daging atau
jaringan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan dunia luar. Contoh : cacing
saluran pencernaan, cacing jantung, protozoa saluran cerna dan protozoa darah.

2.3 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial

Mikroorganisme penyebab infeksi dapat berupa : bakteri, virus, fungi dan parasit, penyebab
utamanya adalah bakteri dan virus, kadang-kadang jamur dan jarang disebabkan oleh parasit.
Peranannya dalam menyebabkan infeksi nosokomial tergantung dari patogenesis atau

virulensi dan jumlahnya


Golongan
1 .Coccus Gram positif(Staphylococcus aureus, Streptococci group A, BC dan G.
Enterococci, Micrococcus, Enterococcus)
2 .Anaerobic BacillHistotoxic clostridia, Clostridium tetani,golongan bukan spora Gram
negatif)
3 .Aerobic bacilli Gram negatif(Samonella, Shigella, E.coll, Proteus vulgaris,
Klebsiella, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter, Entenbacter spp. Serratia spp.
Flavobacterium meningosepticum, Alcaligenes faecalis, Vibrio cholera)
4 .bakteri lain(Corynebacterium
diphteriae Listeria, Mycobacterium tuberculosis, Anonymous mycobacteria, Bordetella
pertussis)
5 .virus (Hepatitis, Chickenpox Influenza. Herpes simplex, Cytomegalovirus. Measles,
Rubella,
rotavirus)
6 .jamur(Candida,Coccidioides, Cryptococcus)
7 .parasit(Pneumocytis, Toxoplasma)

2.4 Cara Penyebaran Penyakit Menular


Cara penyebaran atau mode of transmission penyakit infeksi dapat melalui beberapa cara,
baik terjadi secara langsung maupun tidak langsung dari satu orang ke orang lainnya
sedikitnya ada 4 cara penularan penyakit menular yang patut dipahami;
1 Media langsung dari orang ke orang (permukaan kulit)
Jenis penyakit yang dapat ditularkan dengan cara ini, antara lain:

 Penyakit kelamin
 Trakoma
 Atraks
 Penyakit pada kaki dan mulut
 HIV (AIDS)
 Skabies
 Gas-gangren
 Rabies
 Esrisipelas
 Infeksi luka aerobik
 Penyakit kelamin seperti gonore, sifilis dan HIV, agen penyakitnya ditularkan langsung
dari seseorang yang infeksius ke orang lain melalui hubungan intim.

Cara memutuskan rantai penularannya yakni dengan mengobati penderita dan tidak lagi
melakukan hubungan seksual dengan pasangan bukan suami–istri.

Khusus untuk HIV, jangan menggunakan alat suntik bekas dan menggunakan darah donor
penderita penyakit tersebut.

2 . Melalui media udara


Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung
melalui udara pernapasan disebut sebagai air borne disease.
Jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui cara ini, di antaranya:

 TBC paru
 Varicella
 Difteri
 Influenza
 Variola
 Morbili
 Meningitis
 Demam scarlet
 Mumps
 Rubella
 Pertussis

3 . Melalui media air


Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air.
Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai water borne disease atau water
related disease.

4. Melalui media vector penyakit


Arthropod-borne diseases atau sering disebut sebagai vector-borne diseases merupakan
penyakit penting yang seringkali bersifat endemis dan sering menimbulkan bahaya kematian.
Contoh penyakit tersebut di antaranya, yakni DBD, malaria, kaki gajah, dan penyakit virus
Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Selain itu, penyakit saluran pencernaan seperti disentri, kolera, demam tifoif, dan paratifoid
ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah
2.5 Proses infeksi nosocomial

Sumber infeksi nosokomial yaitu dari manusia, air, larutan, obat maupun peralatan
yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Sumber infeksi tersebut
berasal dari pengeluaran ekskreta, sekreta, ataupun tetes. Penularan infeksi bisa
berasal dari kontak langsung maupun tidak langsung berupa udara, benda, atau vektor.
Setelah terjadi penularan mikroorganisme penyebab infeksi tersebut masuk melalui
lapisan mukosa, luka, saluran cerna, urine, dan pernapasan. Pejamu rentan adalah
seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen
infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status
imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan, dan
status usia. Setelah mikroorganisme penyebab infeksi tersebut masuk ke dalam tubuh
manusia, perlahan-lahan akan mulai menginvasi tubuh dan berkembang biak sehingga
menyebabkan tanda dan gejala yang berakibat pada tubuh
2.6 .Manajemen infeksi neukosomial
1 . Cuci tangan
Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan
cara yang benar sesuai rekomendasi WHO. Ada lima kondisi wajib untuk cuci tangan
saat berada di rumah sakit, yaitu:
 Sebelum memegang pasien
 Sebelum melakukan prosedur dan tindakan kepada pasien
 Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urine, atau feses)
 Setelah menyentuh pasien
 Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien

2 . Jaga kebersihan lingkungan rumah sakit


Lingkungan rumah sakit perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau disinfektan.
Lantai rumah sakit perlu dibersihkan sebanyak 2–3 kali per hari, sementara
dindingnya perlu dibersihkan setiap 2 minggu.

3 . Gunakan alat sesuai dengan prosedur


Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel di tubuh, seperti
infus, alat bantu napas, atau kateter urine, harus digunakan dan dipasang sesuai
standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit atau sarana
kesehatan.

4 . Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi


Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita.
Contohnya, pasien dengan daya tahan tubuh lemah atau pasien yang berisiko
menularkan penyakit ke pasien lain akan ditempatkan di ruang isolasi.

5 . Gunakan alat pelindung diri (APD) sesuai SOP


Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit perlu
menggunakan alat pelindung diri sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker, saat
melayani pasien.Selain beberapa upaya pencegahan di atas, disarankan bagi bayi,
anak-anak, dan lansia untuk tidak melakukan kunjungan ke rumah sakit guna
mengurangi risiko terkena infeksi nosokomial.
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi Nosokomial atau juga dikenal dengan nama Health Care Associated
Infections yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana
ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi
dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan
pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan.
Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial seperti Bakteri, virus, jamur dan
parasit. Penularan infeksi bisa berasal dari kontak langsung maupun tidak langsung
berupa udara, benda, atau vektor. Setelah terjadi penularan mikroorganisme penyebab
infeksi tersebut masuk melalui lapisan mukosa, luka, saluran cerna, urine, dan
pernapasan. Setelah mikroorganisme penyebab infeksi tersebut masuk ke dalam tubuh
manusia, perlahan-lahan akan mulai menginvasi tubuh dan berkembang biak sehingga
menyebabkan tanda dan gejala yang berakibat pada tubuh.

Pencegahan infeksi nosokomial dengan cara Mencuci tangan dengan cara dan waktu
yang tepat, yaitu:
Sebelum memegang pengidap.
Sebelum melakukan prosedur kepada pengidap.
Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urine, atau feses).
Setelah menyentuh pengidap.
Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pengidap.
Menempatkan pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pengidap yang
berpotensi untuk menularkan penyakit di ruang isolasi.
Menggunakan alat atau selang yang menempel pada tubuh seperti alat bantu napas
atau kateter urine, serta melakukan tindakan medis lainnya sesuai dengan indikasi.
Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap melakukan tindakan dengan
menggunakan pelindung standar (sarung tangan, masker, atau perlengkapan lain)
yang dianjurkan.
Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan cairan pembersih
atau disinfektan dengan frekuensi 2-3 kali per hari, untuk lantai dan 2 minggu sekali
untuk dinding.

Anda mungkin juga menyukai