SINYALEMEN
II. ANAMNESA
Pemeriksaan klinis
Pengiriman sampel ke
BBVET Maros
Nekropsi
Pengambilan specimen
pemeriksaan
Laboratorim Bakteriologi
Serum Feses
Diagnosa akhir
IV. TINJAUAN PUSTAKA
A. Salmonelosis
Salmonelosis adalah penyakit menular yang dapat menyerang hewan
maupun manusia. Bakteri penyebab penyakit dapat menimbulkan berbagai
macam manifestasi penyakit pada hewan dan demam enterik serta
gastroenteritis (Pudjiatmoko, 2012).
a. Etiologi
Salmonelosis disebabkan oleh bakteri Salmonella, terdapat ribuan
serotipe Salmonella yang ditemukan pada hewan dan manusia, termasuk
hewan liar, reptilia, burung liar dan insekta. Beberapa serotipe tidak memiliki
inang yang spesifik dan gejala yang ditimbulkan tidak khas. Bakteri
salmonella merupakan bakteri kedua yang menyebabkan penyakit zoonosis
dengan mudahnya menular lewat makanan dan minuman di negara-negara
industri sehingga dapat menyebabkan gastroenteritis pada manusia dan hewan
seperti reptil, burung dan mamalia (Matias et al, 2016).
1. Kasifikasi dan morfologi Salmonella
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobackeria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriakceae
Genus : Salmonella
2. Sifat Biokimia
Bakteri salmonella dapat tumbuh cepat dalam media yang sederhana.
hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk asam
dan kadang gas dari glukosa dan maltosa, biasanya memporoduksi hidrogen
sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-
8milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP tidak
menyebabkan hemolisis, pada media Mac Concey koloni Salmonella sp. Tidak
memfermentasi laktosa (NLF), konsistensinya smooth (Arweniuma
Ikawikanti, 2010).
Ciri-ciri biokimanya dari bakteri Salmonella dapat dilihat pada tabel
berikut :
b. Patogenesis
Secara oral bakteri salmonella melakukan penetrasi pada mukosa
epitel usus halus dan berinteraksi dengan sel epitel kolumneir dan sel
mikro. Interaksi antara salmonella dan sel epitel menggerakkan
kemotaksis dari sel fagosit pada tempatinfeksi. Respon selular ini meliputi
sel neutrofil dan makrofag yang bermigrasi pada permukaan lumen
dimana mereka melalui eradikasi bakteri patogen. Infeksi dari salmonella
pullorum secara imunohistokimia sering terlihat hanya dalam lumen
sekum dan jarang berasosiasi dengan mukosa epitel sekum, dan hanya
sedikit infiltrasi heterofil yang terlihat. Setelah itu bakteri akanberinvasi di
luar saluran pencernaan seperti di hati dan limfa yang merupakan sistem
reticuloendotel sehingga bakteri dapat menyebar pada jaringan internal
dan mengakibatkan bakterimia dengan melepas endotoksin (Arti Sugiarti,
2003).
c. Spesies Rentan
Semua spesies rentan terhadap salmonelosis derajat kerentanannya
tergantung umur, kondisi tubuh induk semang, adanya gangguan
keseimbangan flora dalam tubuh oleh pengobatan antibiotika yang terus
menurun. Salmonella pullorum meruapakbakteri yang rentan pada ayam
dankalkun, selain itu juga rentan pada burung gereja, itik, angsa, merpati,
burung puyuh, termasuk juga burung liar. Mamalia juga dapat pula
terinfeksi seperti kelinci, bahkan juga manusia, namun pada tipe dari
salmonella yang berbeda (Riskawani, 2005).
d. Pengaruh Lingkuan
Salmonelosis terdapat dimana-mana baik yang menyerang hewan
maupun manusia. Pada hewan kejadiannya lebih sering ditemukan pada
peternakan yang dikelola secara intensif terutama pada ayam dan babi.
Pencemaran makanan, carrier, pencemaran lingkungan oleh hewan-hewan
terinfeksi memegang peranan dalam kasus salmonelosis (Pudjiatmoko,
2012).
e. Cara Penularan
Penularan salmonelosis terutama pada saluran pencernaan yaitu
memakan atau meminum bahan makanan yang tercemar bakteri
salmonella. Selain itu, salmonella juga ditularkan secara intra uterin dan
lewat telur. Penyebaran bakteri salmonella terjadi melalui feses penderita.
Penderita salmonelosis masih dapat mengeksresikan bakteri 3-4 bulan
paska sembuh (Pudjiatmoko, 2012).
f. Gejala Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh penyakit salmonelosis
tergantung pada spesies bakteri yang menginfeksi. Pada unggas terdapat
tiga jenis salmonella sp yang dapat menginfeksi.
1. Gejala klinis akibat salmonella pullorum
Masa inkubasi penyakit pullorum berkisar 1 minggu. Gejala
penyakit yang tersifat pada ayamialah kelihatan mengantuk, (mata
tertutup), jengger kebiruan, bergerombol pada suatu tempat dan nafsu
makan menurun, pada umumnya memperlihatkan diare putih atau
cokelat kehijau-hijauan dan terdapat gumpalan seperti pasta di sekitar
kloaka disertai kelemahan kaki, sayap menggantung kusam, lumpu
karena arthritis, dan nampak sesak nafas. Terjadi pembengkakan pada
sendi merupakan gambaran umum dari pullorum. Pada ayam dewasa
gejala penyakit sukar dilihat, tetapi kadang-kadang terlihat adanya
tanda-tanda depresi, kekurusan, anemia, diare dan produksi telur
menurun (Riskawani, 2005).
A B
A B
Gambar 10. Media Hectoen enterec agar sebelum dan sesudah ditumbuhi
salmonella
6. Mac Conkey merupakan media selektif dan juga media deferensial bagi
bakteri. Pada media ini tampilan koloni akan berwarna putih bening atau
transparan, bahan utama dari media ini adalah laktose broth, garam
empedu dan merah netral sebagai indikator warna. Pada media ini garam
empedu berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
dengan membentuk cristal violet. Pembentukan warna bening pada
pertumbuhan bakteri salmonella karena bakteri ini termasuk bakteri
patogen yang tidak memfermentasikan laktosa (Anonim,2006).
1. Isolasi Salmonella
a. Materi
Alat
1. Cawan petri
2. Ose
3. Pipet tetes
4. Bunsen
Bahan
1. Lactose broth
2. Media XLD
3. Media HE
4. Media BSA
5. Media Mac Conkey
6. Sampel feses
b. Metode
1. Dari media transport yang berisi sampel swab feses, dengan
menggunakan cotton both steril tanamkan sampel kedalam lactose
broth.
2. Kemudian inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C.
3. Setelah diinkubasi teteskan pada media selektif yaitu XLD, HE, Bsa
dan Mac Conkey kemudian strik.
4. Selanjutnya inkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam.
5. Setelah itu lakukan sub kultur atau pemurnian bakteri pada media
selektif yang sama dengan metode yang sama kemudian inkubasi pada
suhu 37C selama 24 jam.
6. Amati pertumbuhan bakteri pada masing-masing media selektif.
3. Pewarnaan gram
a. Materi
Alat
1. Objek glass
2. Ose
3. Mikroskop
4. Pipet tetes
5. Bunsen
Bahan
1. Crystal violet
2. Lugols iodine
3. Iodine aceton
4. Safrafin
5. Akuades
b. Metode
1. Siapkan alat dan bahan
2. Dengan menggunakan ose ambil sedikit koloni pada sub kultur dari
media dasar dan letakkan pada objek glass yang telah ditetesi akuades
kemudian di homogenkan.
3. Fiksasi pada bunsen sampai akuades mengering.
4. Teteskan crystal violet dan diamkan selama 1 menit kemudian dibilas.
5. Teteskan lugols iodine dan diambkan selama 1 menit kemudian bilas.
6. Teteskan iodine aceton selama 1-2 detik lalu bilas.
7. Teteskan safrafin dan diamkan selama 1 menit kemudian di bilas.
8. Keringkan dan amati di bawa mikroskop dengan pembesaran100X.
4. Uji katalase
a. Materi
alat
1. Ogjek glass
2. Ose
3. Bunsen
Bahan
1. H2O2
2. Koloni bakteri
b. Metode
1. Dengan menggunakan ose ambil koloni pada media subkultur
kemudian letakkan pada objek glass.
2. Tetesi H2O2 lalu amati ada tidaknya busa yang terbentuk.
5. Uji Oxidase
a. Materi
Alat
1. Kertas oxidase
2. Ose
Bahan
1. Koloni bakteri
b. Metode
1. Ambil koloni bakteri pada media subkultur kemudian goreskan pada
kertas oxidase dan amati perubahan warna yang terjadi.
VI. HASIL
1. Hasil dan pembahasan isolasi salmonella
Berdasarkan hasil isolasi pada media selektif didapatkan hasil negatif
untuk pertumbuhan bakteri salmonella sp pada media BSA, HE, XLD dan
Mac Conkay dengan tampilan koloni berwarna kecokelatan pada BSA, pink-
cokelat untuk media HE, kuning kecokelatan pada media XLD dan warna pink
keunguan pada media Mac Conkey. Perubahan dapat dilihat pada gambar
berikut:
BSA XLD
HE Mac Conkey
Dikarenakan pada kultur salmonella dimedia diperoleh hasil negatif
salmonella Sp. dimana tidak terdapat pertumbuhan koloni pada media yang ada
sesuai dengan pembacaan, maka dilakukan sub kultur koleksi koloni salmonella lab
BBVet Maros yang ada media BSA untuk membandingkan hasil yang ada. Sub
kultur dilakukan pada media BSA, XLD, HE dan Mac Conkey. Adapun hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
BSA XLD
Mac Conkey HE
A. Pencegahan
Adapun langkah-langkah pencegahan rabies ialah ( Putjiatmoko 2012):
1. Tindakan sanitasi terhadap kandang, peralatan, dan lingkungan peternakan,
serta fumigasi penetasan telur ayam
2. Pencegahan terhadap pemasukan hewan terinfeksi atau carrier.
3. Pemberantasan vektor (burung-burung liar, rodentia, dan serangga
disekitar peternakan.
4. Ternak diberikan pakan yang baik dan ditambahkan vitamin B
B. Pengobatan
Dian Saraswati. 2012. Uji Bakteri Salmonella sp pada Telur Bebek, Telur Puyuh
dan Telur ayam Kampung yang di Perdagangkan di Pasar Liluwe
Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo
Matias C., A.,R. Et al 2016. Characteristic of Salmonella spp Isolated from Wild
Birds Confiscated in Illegal Trade Markets. Publishing Corporation
Biomed Research international. Brazil
Shivaprazad. 2000. Fowl Thipoyd and Pullorum Disease animal Health and Food
Safety Laboratory. California.
Tizard I. 2004. Salmonelosis in Wild Birds. Jurnal Seminar in Avian and Exotic
Pet Medicine. Amerika