Anda di halaman 1dari 7

Salmonella Pullorum

Kelompok 9 dan 10

1. Raudhatul Fitri B04160113


2. Natasha Elvira B04160124
3. Desi Amalia B04160152
4. Albet Agus Prayogi B04160095
5. Rahmatusyifa B04160115
6. Liskayasti Nur’uscelawati B04160132

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESMAVET

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2019
PENDAHULUAN

Salmonella merupakan patogen zoonotic yang dapat menyerang vertebrata.


InfeksiakibatSalmonella pada manusia dan hewan ternak menyebabkan penyakity
ang bersifat asimptomatik hingga infeksi sistemik yang parah yang berakhir
denganmortalitas yang tinggi. Infeksi pada hewan secara ekonomi penting
karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas. Bahkan jauh lebih penting
terhadapkesehatan manusia, salmonellosis dapat tertular akibat kontak langsung
atau tidaklangsung dengan hewan yang bersifat reservoir (Libby, et al. 2004)

Penyakit pullorum adalah penyakit bakteri septikemik (Septicaemic


bacterial diseases) yang umumnya terjadi pada ayam dan kalkun, disebabkan oleh
bakteri Salmonella pullorum. Pertama kali ditemukan oleh Rettger pada tahun 1899
dan pada tahun 1929 dikenal dengan nama bacillary white diarrhea di Australia
sesuai dengan tanda klinis yang ada pada penyakit ini yaitu diare berwarna putih.
Penyebaran penyakit pullorum pada unggas, terutama pada ayam komersial terjadi
di amerika serikat dan inggris dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi.
Kemudian tercatat di Australia pada tahun 1921. Usaha pencegahannya telah
dilakukan diamerika melalui suatu program yang dinamakan the National Poultry
Improvement Plan (NPIP) dan berhasil mengurangi kejadiannya pada kelompok
unggas komersial. Biaya yang cukup mahal dikeluarkan dengan melakukan uji tes
pada usaha pembibitan untuk memastikan bahwa unggas yang dihasilkan benar-
benar bebas dari infeksi.

Penyakit Salmonella sp. adalah penyakit unggas yang ditularkan melalui


feses, terutama pada ayam dan kalkun yang ditandai dengan berak putih dan
kematian tinggi pada unggas muda. Unggas dewasa bertindak sebagai karier.
Penyakit ini terutama menyerang ayam dan kalkun umur di bawah satu bulan serta
unggas lain. Penyakit ini berdampak terhadap kerugian ekonomi yang besar karena
menyebabkan produksi turun, kematian embrio tinggi, kadang-kadang ayam
dewasa juga dapat mati (Shivaprasad, 1997). Makalah ini bertujuan untuk
mengetahui agen penyakit pada unggas yaitu Salmonella pullorum.
PEMBAHASAN

Agen Penyakit
Salmonella sp adalah agen etiologi yang dapat mengakibatkan salmonellosis pada
manusia dan hewan. Salmonellosis merupakan penyakit enterik yang umum dan
tersebar luas di dunia. Bakteri ini adalah penyebab diare akut dan kronis bahkan
kematian yang signifikan dibanyak spesies hewan maupun manusia (McGavin et
al, 2001). Salmonella sp adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang
merupakan salah satu penyebab infeksi tersering di daerah tropis, khususnya di
tempat-tempat dengan higiene yang buruk. (Brooks et al, 2001). Sumber infeksi
dari Salmonella adalah dari feses ataupun urine manusia dan hewan karier,
pencemaran air minum, makanan yang tercemar, tiram dan ikan serta dapat juga
diperantara oleh lalat dan debu. Salmonella juga dapat bersumber dari dalam tubuh
hewan yang terinfeksi (Lawrie, 2003).

Gejala Klinis
Blablablablabla

Transmisi
Blablablablabla

Patogenesis
Ayam adalah inang alami (natural host) untuk s pulorum meskipun semua jenis
unggas dapat terinfeksi oleh patogen ini. unggas tidak hanya terinfeksi oleh
generasinya sendiri tetapi juga dapat terinfeksi melalui telur (OIE 2018)

Sedikit diketahui patogenesis penyakit pulorum, akibat dari tingginya kesuksesan


dalam pembasmian penyakit tersebut. Ragamnya bakteri salmonellae, termasuk S.
gallinarum dan pullroum, yang mampu bertahan dan bermuktifikasi dalam macam-
macam organ sehubungan dengan tidak diketahui mekenisme kontrol meliputi
system retikuloendotelial. Pengamatan ini telah diperkuat saat s gallinarum
ditemukan masuk kedalam sel-sel fagosit didalam percobaan invitro. Lebih lanjut ,
S. pulorum menunjukkan terget kesukaannya pada bursa fabrisius terlebih dahulu
untuk mengeluarkan respon imflamasi didalam usus halus anak ayam. Factor
molekuler dari sifat patogen seperti adanya respon plasmid terhadap virulensi dan
factor virulensi seperti gen palsmid virulensi dan gen invasi serta gen fimbrial
(Haider et. al 2013)
Virulensi merupakan kemampuan relatif dari parasit yang menyebabkan penyakit,
faktor ukurannya adalah daya invasi dan daya racunnya (toxicity). Salmonella
umumnya menggunakan kombinasi toksin dan factor virulensi lainnya untuk
meningkatkan sifat patogenitasnya.

Epidemiologi
Menurut Pudjiatmoko (2014), S. pullorum menyerang :

1. Spesies Rentan Hewan-hewan yang rentan adalah ayam dan kalkun, selain itu
juga burung gereja, itik, angsa, merpati, burung puyuh, termasuk juga burung
pembohong. Mamalia dapat pula mencegah infeksi seperti kelinci, bahkan juga
manusia, namun tipe saimonella yang berbeda

2. Faktor Lingkungan yang mempengaruhi predisposisi seperti sistem udara kotor


yang tidak serasi, penyediaan makanan yang tidak baik dan penyakit yang terkait
dengan penyakit yang terjadi pada saat yang disajikan .

3. Sifat Penyakit Banyak menyerang pada anak ayam yang baru menetas denigan
angka morbiditas mencapal lebih dari 40% dan angka mortalitas tinggi dapat
mencapai 85-100% Pullorum lebih banyak menyerang pada anak ayam yang baru
menetas pada umur ke-2 dan ke 3, namun penyakit juga dapat menyerang pada
semua umur ayam
4. Cara penularan pullorum dapat terjadi melalui:

Secara vertikal atau kongenital yaitu penularan dari induk ayam betina untuk
melalui telur.

Secara horizontal penularan dilakukan melalui kontak langsung antara unggas yang
secara klinis sakit dengan ayam carrier atau ayam sehat.

Secara tidak langsung penularan terjadi melalui oral, yaitu melalui makanan dan
minuman yang tercemar, peralatan, kandang, sampah, dan pakaian dari pegawai
yang terkontaminasi

secara aerogen, biasanya penularan terjad dalam mesin tetas melalui debu, bulu-
bulu ikan, pecahan kulit telur dan sebagainya

5. Faktor Predisposisi Faktor Predisposisi Karena faktor penyebab stres, dan


perubahan cuaca.

6. Distribusi Penyakit Penyakit pullorum sudah lama menyebar di seluruh dunia.


Di Indonesia pullorum sering ditemukan di daerah yang lebih besar ayam ras,
dengan angka kematian tertinggi pada anak ayam yang baru menetas. S.pullorum
untuk pertama kali isblasi dan diindentifikasi pada tahun 1971.
Cara Deteksi
Prosedur untuk mendapatkan strain bakteri Salmonella yang murni pada dasarnya
harus dilakukan dengan cara mengisolasi. Mengisolasi bakteri berarti memisahkan
bakteri dari suatu media, dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam media
buatan yang selektif. Isolasi ini harus dilakukan karena bakteri Salmonella yang
hidup di alam sering kali bercampur denganpopulasi bakteri lain. Prosedur isolasi
bakteri Salmonella dan pemeriksaan yang pentahapannya (Bonang & Koeswardono
1982):
1. Penanaman contoh pada media pengaya

Penanaman ini dimaksudkan untuk membiakan bakteri Salmonella pada media


selektif, tetapi dapat menghambat bakteri lain selain bakteri Salmonella. Pada
umumnya media yang sering digunakan adalah media selenith broth.
2. Pemeriksaan biokemik

Beberapa koloni bakteri yang telah dimurnikan dari hasil isolasi pada media agar
XLD.
3. Pemeriksaan mikroskopik

Dari masing-masing contoh yang ditanam pada media kultur biakan bakteri
murni, diambil beberapa koloni yang kemudian dibuat preparat pewarnaan gram.
Pemeriksaan pewarnaan gram ini diamati secara mikroskopik dengan metode
pewarnaan. Reaksi pewarnaan ini dimaksudkan pada kemampuan bak teri
Salmonella mengikat zat warna secara kimiawi dengan bagian protoplasmanya
4. Pemeriksaan serologik

Pemeriksaan secara serologik yaitu dengan mengambil biakan murni yang


mengandung bakteri Salmonella, kemudian diberi larutan yang mengandung
antibodi-antibodi yang spesifik.

Pencegahan & pengobatan


Beberapa laporan menujukkan adanya penyakit pulorum pada manusia akibat
konsumsi makanan yang mengandung S pullorum. Gejalanya dikarakterisasikan
dengan cepatnya serangan enteritis akut diikuti dengan kesembuhan yang cepat
tanpa pengobatan.
Pencegahan dan pengawasan yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan
prosedur manajemen untuk mengurangi kejadian pullorum sebagai:
1. Ayam yang dihasilkan dari sumber yang bebas dari pullorum

2. Tidak ada pencampuran kelompok unggas yang bebas pullorum dengan


kelompok unggas yang dinyatakan bebas fowl typoid.
3. Sanitasi kandang dan lingkungan

4. Menggunakan pakan berbentuk pellet atau crumble untuk mengurangi infeksi


salmonella dalam pakan
5. Menggunakan program biosecurity untuk meminimalkan masuknya salmonella
dari luar seperti : burung liar, tikus, kelinci, anjing, dan kucing.

6. Pengontrolan serangga, menggunakan air minum portable, menggunakan


footwear dan pakaian yang selalu distrerilisasi sat masuk kandang, perlengkapan,
truk prosesing dan perlatan lain juga harus disterilkan dari infeksi salmonella.
Usaha pencegahan lainnya yaitu pengurangan hewan carriers dan melakukan uji tes
serologis pada kelopok hewan yang diduga terinfeksi salmonella pullorum.

Pengobatan tidak direkomendasikan, akan tetapi untuk mengurangi pengaruhnya


saat ini pengobatan yang efektif yaitu obat propilactic dan teurapetic. Sulfonamid
termasuk sulfadiazine, sulfamerazine, sulfathiazole, sulfamethazine dan
silfaquionoxalin. Dosis untuk sulfadiazine, sulfamerazine, sulfathiazole maksimum
diberikan 0,75% dari pakan tepung starter digunakan 5-10 hari setelah hewan
masuk. Pada 5 hari pertma juga biasa diberikan sulfamerazine sebanyak 0,5%, dan
sulfaquinoxaline digunakan 0,1% dalam pakan yang dapat digunakan untuk 2-3
hari. Obat furazolidone dalam dosis 0,04% selama 10-14 hari memiliki efektifitas
yang tinggi dalam mencegah kematian anak ayam. Dan beberapa antibiotik lainnya
yang bisa digunakan untuk mencegah infeksi pullorum.

SIMPULAN
Berdasarkan karakteristik yang ditemukan Salmonella pullorum merupakan
penyebab penyakit Pullorum pada unggas atau diare berkapur (bacillary diarrhea
white disease).
DAFTAR PUSTAKA
Bonang G, Koeswardono ES. 1982. Mikrobiologi kedokteran untk labomtorium
dan klinik. Gramedia, Jakarta,

Brooks, G.F., J.S. Butel, and S.A Morse. 2001. Medical Microbiology. 22nd ed.
USA: Appleton & Lange. p. 219, 225 -227.

Haider MG, Chowdhury EH, Sharif SM, Hossain MM. 2013. Pathogenesis of
pullorum disease (pd) in chickens by local isolate of Salmonella pullorum
in Bangladesh. SAARC J. Agri., 11(2): 01-16

Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Edisi Kelima. Universitas Indonesia Press,
Jakarta. h. 132-157.

McGavin, D.M., W.W. Carlton, and J.F Zachary. 2001. Thompson’s Special
Veterinary Pathology. 3rd ed. Mosby, an affiliate of Elsevier’s (health)
Sciences Right Department, Philadelphia, USA, p. 43-46.
Office International des Epizooties. 2018. Fowl typhoid and pullorum disease. OIE.
Co. www.oie.int.

Pudjiatmoko. 2014. Manual Penyakit Unggas. Jakarta (ID) : Subdit Pengamatan


Penyakit Hewan Direktorat Kesehatan hewan Direktorat jenderal
Peternakan dan Kesehatan hewan Kementerian Pertanian

Anda mungkin juga menyukai