Anda di halaman 1dari 45

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI POTONG

Laporan Praktek Kerja Lapang


Oleh :

Aulia Rachman Siddiq NIM. 185050100111132


Nanda Nabilah NIM. 185050100111147
Wahyu Tri Utami NIM. 185050100111170
Muhammad Rizal Farah Firdaus NIM. 185050100111172
Citra Dwi Pratiwi NIM. 185050100111175

PROGAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI POTONG

Laporan Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Aulia Rachman Siddiq NIM. 185050100111132


Nanda Nabilah NIM. 185050100111147
Wahyu Tri Utami NIM. 185050100111170
Muhammad Rizal Farah Firdaus NIM. 185050100111172
Citra Dwi Pratiwi NIM. 185050100111175

Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu


syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021

ii
MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI POTONG

Laporan Praktek Kerja Lapang


Oleh:
Aulia Rachman Siddiq NIM. 185050100111132
Nanda Nabilah NIM. 185050100111147
Wahyu Tri Utami NIM. 185050100111170
Muhammad Rizal Farah Firdaus NIM. 185050100111172
Citra Dwi Pratiwi NIM. 185050100111175

Mengetahui :
Universitas Brawijaya
Fakultas Peternakan
Program Studi Peternakan Menyetujui,
Ketua, Dosen Pembimbing

Dr.Herly Evanuarini, S.Pt., MP (Ar) Ir. Hanief Eko Sulistyo, MP__


NIP. 197501102008012003 NIP. 196201061988021002
Tanggal : Tanggal :

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang ini.
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan pada semua pihak diantaranya:
1. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., IPU., ASEAN Eng. selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
2. Bapak Ir. Hanief Eko Sulistyo, MP selaku pembimbing yang dengan kesabaran dan
kebijaksanaannya telah membimbing serta mengarahkan sehingga Laporan Praktek
Kerja Lapang ini terselesaikan
3. Dr. Ir. Khotibul Umam Al Awwaly, S.Pt., MS., selaku Ketua Jurusan Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
4. Dr. Herly Evanuarini, S.Pt, MP selaku Ketua Program Studi Sarjana Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
5. Orang tua penulis yang telah memberi doa dan semangat
6. Teman-teman tim Praktek Kerja Lapang yang telah bekerjasama dalam
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang.
7. Saudara dan kawan-kawan yang merelakan waktu dan membantu menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Lapang ini, serta
8. Semua pihak yang turut membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapang ini.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharap saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak dan penulis berharap agar
tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Malang, 23 Oktober 2021

Penulis

iv
MANAGEMENT MAINTENANCE OF BEEF CATTLE BREEDING

Aulia Rachman Siddiq1), Nanda Nabilah1), Wahyu Tri Utami1), Muhammad Rizal Farah
Firdaus1), Citra Dwi Pratiwi1), Hanief Eko Sulistyo2)
Student of Faculty of Animal Science, Brawijaya University
1)

Lecture of Faculty of Animal Science, Brawijaya University


2)

ABSTRACT

The purpose of this study was to compare the management of beef cattle maintenance
between the three companies by comparing the primary data obtained. The three companies
that are used as examples for comparison are UD. Family Farm, PT. Lembu Perkasa Karya
Mandiri and PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR). Consideration of the management
variables used there are five variables which include the definition of beef cattle, cage
management, feed and drink management, health management and disease control, marketing
management. The data obtained from each company concludes that each company has its
own way, each has its own strategy to manage their farms depending on the head of the
company who leads and what the local environmental conditions are like. The hope of this
report is that it can add information to the reader, insight for friends who want to open a
business in the beef cattle sector so that they can understand the steps taken by experts who
are experienced in the beef cattle business with some variable information already available.
Explained

Keywords : Beef Cattle, Cage Managemet, Health Management, Marketing Management

v
MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI POTONG

Aulia Rachman Siddiq1), Nanda Nabilah1), Wahyu Tri Utami1), Muhammad Rizal Farah
Firdaus1), Citra Dwi Pratiwi1), Hanief Eko Sulistyo2)

Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya


1)
2)
Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

RINGKASAN

Perusahaan peternakan sapi potong merupakan salah satu penyumbang kebutuhann


daging untuk skala nasional. Usaha ini untuk menghasilkan daging yang bermutu maka
diperlukan pengelolaan dan manajemen yang baik agar diperoleh sapi yang sehat dan daging
yang berkualitas. Hal-hal seperti manajemen pakan dan minum, manejemen kandang, dan
manajemen sanitasi dan penyakit merupakan aspek paling mendasar yang harus diperhatikan
pada usaha sapi potong. Selain itu, hal seperti sapi jenis apa yang digunakan dan pemasaran
atau target pasar juga tidak kalah penting.
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilakukan dengan menggunakan metode studi
literatur dengan membandingkan data dari tiga perusahaan sapi potong yang berbeda dan
tahun yang berbeda juga, yaitu UD. Family Farm (2020), PT. Karya Anugerah Rumpin
(2019), dan PT Lembu Perkasa Karya Mandiri (2019) mengenai manajemen pemeliharaan
sapi potong.
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
manajemen pakan dan minum, letak kandang, sanitasi hingga pemasaran dan juga jenis sapi
yang digunakan oleh masing-masing perusahaan. Selain itu, tujuan lainnya untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai hubungan antara teori dan penerapannya di lapang,
memberikan pengelaman dan keterampilan bagi mahasiswa, memperkuat jalinan kerjasama
antara perguruan tinggi dengan instansi pemerintah atau swasta, serta memperoleh wawasan
dan ketrampilan dalam penerapan beberapa aspek terkait dengan manajemen
pemeliharaannya.
Hasil kegiatan menunjukan dari ketiga perusahaan memiliki jenis sapi yang
digunakan berbeda, manajemen pemeliharaan sapi potong yang berbeda dari segi manajemen
pakan dan minum, manajemen kandang, serta manajemen kesehatan dan penyakit termasuk
pemasaran yang berbeda juga. Salah satu faktor yang membuat jadi perbedaan ialah tempat
atau daerah dari masing-masing perusahaan beroperasi.

vi
DAFTAR ISI

Isi Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iv
ABSTRACT...............................................................................................................................v
RINGKASAN...........................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Analisis Situasi................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................................2
1.4.1. Bagi Mahasiswa........................................................................................................2
1.4.2. Bagi Universitas atau Perguruan Tinggi...................................................................2
BAB 2 METODE KEGIATAN.................................................................................................3
2.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.....................................................................................3
2.2. Materi atau Lingkup Kegiatan........................................................................................3
2.3. Khalayak Sasaran...........................................................................................................4
2.4. Metode Kegiatan............................................................................................................4
2.5. Analisis Hasil Kegiatan..................................................................................................4
BAB III PEMBASAHAN..........................................................................................................5
3.1. Sapi Potong.....................................................................................................................5
3.2. Perkandangan..................................................................................................................7
3.3. Manajemen Pakan dan Minum.....................................................................................11
3.4. Kesehatan dan Penyakit................................................................................................15
3.5. Pemasaran.....................................................................................................................18

vii
BAB IV....................................................................................................................................23
4.1. Kesimpulan...................................................................................................................23
4.2. Saran.............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24
LAMPIRAN.............................................................................................................................28
1. Biodata Peserta PKL........................................................................................................28
2. Dokumentasi....................................................................................................................33

viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang...................................................................3
2. Daftar Literatur Utama.............................................................................................4
3. Data Sapi………......................................................................................................5
4. Perbandingan Tipe Kandang....................................................................................8
5. Konstruksi Kandang...............................................................................................10
6. Perbandingan Hijauan yang digunakan..................................................................12
7. Perbandingan Konsentrat yang digunakan.............................................................13
8. Perbandingan Pemberian Pakan..............................................................................14
9. Perbandingan Sanitasi yang diberikan....................................................................15
10. Perbandingan Pengendalian Penyakit yang diterapkan..........................................17
11. Sistem Pemasaran....................................................................................................20
12. Harga Jual Sapi........................................................................................................21

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kandang Individu..................................................................................................10
2. Kandang Kelompok...............................................................................................10
3. Alur Penjualan Sapi UD. Family Farm..................................................................19

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Biodata Peserta PKL.............................................................................................28
2. Dokumentasi..........................................................................................................33

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi

Di Indonesia peternakan merupakan sektor usaha yang dapat menyerap tenaga kerja.
Selain dapat menyerap tenaga kerja, juga dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan utama
seperti di sektor-sektor yang lain (perikanan, pertanian, industri maupun usaha-usaha yang
lain), sehingga dapat menjanjikan untuk kelangsungan hidup peternaknya. Menyempitnya
lahan pertanian yang ada mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan
dengan kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan yang bermanfaat akan
kelangsungan hidup setiap harinya yaitu dengan pemeliharaan sapi potong. Menurut Dirjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan (2018), populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2017
mengalami peningkatan dibandingkan dengan populasi tahun 2016, dimana pada tahun 2017
populasi sapi potong mengalami peningkatan sebesar 2,70% dengan jumlah sapi sebanyak
16,4 juta ekor.
Dengan adanya hal yang dikemukakan diatas potensi yang dapat dikembangkan dari
berbagai bidang peternakan yakni sapi potong karena menyediakan kebutuhan akan daging
yang permintaannya terus meningkat, hal ini diperkuat dengan pernyataan Priyanto (2011),
yakni kebutuhan akan daging sapi di Indonesia menunjukkan tren yang meningkat setiap
tahunnya, demikian pula importasi terus bertambah dengan laju yang semakin tinggi, baik
impor daging maupun impor sapi bakalan. Kondisi yang demikian menuntut para pemangku
kepentingan (stakeholder) untuk segera menerapkan suatu strategi 13 pengembangan
peternakan sapi potong nasional untuk mengurangi ketergantungan pada impor, dan secara
bertahap serta berkelanjutan mampu berswasembada dalam menyediakan kebutuhan daging
sapi secara nasional. Sehubungan dengan hal tersebut, ternak sapi sebagai salah satu penghasil
daging (sapi potong) memiliki nilai ekonomi tinggi juga penting sebagai pemenuhan
kebutuhan akan protein hewani dengan nilai gizi yang cukup tinggi.
Tujuan utama pemeliharaan sapi potong ini adalah untuk menghasilkan daging.
Pemeliharaan sapi tidak hanya bagaimana sapi-sapi yang dipelihara bisa makan dan tumbuh
besar begitu saja. Peternak harus memperhatikan aspek-aspek terkait dalam hal pemeliharaan
sapi. Di Indonesia terdapat berbagai jenis sapi potong dengan kualitas daging yang unggul.
Sapi dipelihara dengan baik, setelah tumbuh besar dan gemuk dapat langsung dijual atau
disembelih terlebih dahulu kemudian dijual dalam bentuk daging. Oleh karena itu, beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada manajemen pemeliharaannya antara lain pemilihan sapi
bakalan, perkandangan, pemberian pakan dan minum, penanganan penyakit serta pemasaran.
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi dasar dilakukannya Praktek Kerja Lapang
(PKL) dengan membandingkan tiga data yang sudah ada pada hasil laporan yang terkemuka
yang pertama pada data yang diperoleh di PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR), Bogor, Jawa
Barat, kedua di PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri Yogyakarta dan ketiga di UD. Family
Farm, Jabon, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana manajemen pemeliharaan sapi potong di UD. Family Farm?

1
b. Bagaimana manajemen pemeliharaan sapi potong di PT. Lembu Perkasa Karya
Mandiri di Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta?
c. Bagaimana manajemen sapi potong di PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR) Bogor-
Jawa Barat?
1.3 Tujuan
a. Mempelajari manajemen pemeliharaan sapi potong di UD. Family Farm.
b. Mempelajari manajemen sapi potong di PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri di Desa
Karangwuni, Kecamatan Wates, Kabuoaten Kulon Progo, Yogyakarta.
c. Mempelajari manajemen sapi potonh di PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR) Bogor-
Jawa Barat.
1.4 Manfaat
1.4.1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat pengetahuan dan kemampuan dalam manajemen
perkandangan, pemberian pakan dan minum, penanganan penyakit, dan
pemasaran dalam pemeliharaan sapi potong.
1.4.2. Bagi Universitas atau Perguruan Tinggi
Universitas dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal
manajemen pemeliharaan sapi potong.

2
BAB II
METODE KEGIATAN
2.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini selama 1 bulan dimulai tanggal 1
Agustus - 30 September 2021. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang akan dilaksanakan dengan
mengacu pada studi literatur.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Agustus 2021 September 2021

No Kegiatan Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengumpulan artikel 

2 Memilih artiket 

3 Penulisan proposal PKL 

4 Pengumpulan data   
primer/responden

5 Pengumpulan data sekunder,     


analisis data dan konsultasi

6 Penulisan laporan     

7 Ujian

2.2. Materi atau Lingkup Kegiatan


Materi yang digunakan pada PKL ini adalah segala aspek mengenai manajemen
pemeliharaan sapi potong di berbagai peternakan meliputi :
a. Sapi Potong
b. Perkandangan
c. Pemberian pakan dan minum
d. Penanganan penyakit
e. Pemasaran
Literatur utama yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah laporan PKL
yang sudah dilakukan tahun sebelumnya diantaranya dapat dilihat pada Tabel 2. Alasan
mendasar penetapan ketiga sumber tersebut sebagai literatur utama adalah kesesuaian topik
bahasan dengan luaran yang kami harapkan yaitu lingkungan kerja, peningkatan pengetahuan
mahasiswa untuk memasuki dunia kerja khususnya di Industri peternakan sapi potong.

Tabel 2. Daftar Literatur Utama

3
No. Judul PKL Tahun Lokasi PKL

1 Manajemen Pemeliharaan Sapi


2020 UD. Family Farm
Potong

2 Manajemen Pemeliharaan Sapi


PT. Karya Anugerah
Potong di PT. Karya Anugerah 2019
Rumpin (KAR)
Rumpin (KAR), Bogor, Jawa Barat

3 Manajemen Pemeliharaan Ternak


PT. Lembu Perkasa
Sapi Potong di PT. Lembu Perkasa 2019
Karya Mandiri
Karya Mandiri Yogyakarta

2.3. Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran penulis adalah pada lembaga pemerintahan yaitu Dinas Peternakan
dan yang berkaitan dan juga instansi swasta (kelompok peternak: sapi potong).
2.4. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah literasi,
diskusi dan dokumentasi.
1. Literasi, dengan mengumpulkan literatur utama dan literatur-literatur lain seperti
jurnal dan buku yang relevan dengan topik pembahasan PKL.
2. Diskusi, mendiskusikan literatur yang sudah didapatkan dan dibahas sesuai dengan
materi untuk mengetahui dan menggambarkan kegiatan manajerial yang sesuai dengan
keadaan di lapangan.
3. Dokumentasi, dengan mengumpulkan data dan gambar yang terdapat dalam literatur
kegiatan dalam bentuk gambar.
2.5. Analisis Hasil Kegiatan
Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif analisis yaitu dengan menggambarkan
atau menjelaskan pengetahuan yang didapat dari literatur yang diperoleh. Kemudian dianalisa
dan dibandingkan dengan teori menggunakan studi literatur, sehingga didapatkan kajian teori
yang diharapkan sesuai dengan kenyataan di lapang, yang pada akhirnya akan diperoleh
pemecahan terhadap permasalahan yang ada.

4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Sapi Potong
Secara penjelasan umum sapi adalah hewan mamalia atau herbivora yang sangat
bermanfaat untuk manusia dari segi daging, air susu, bahkan sampai kotorannya (Wati dan
Evi, 2015). Sapi potong merupakan salah satu komoditas peternakan yang dimanfaatkan
manusia dari segi dagingnya. Menurut Soejosopoetro (2011) kebutuhan permintaan daging
secara nasional semakin meningkat seiring dangan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin
baik, pembangunan pendidikan yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak
semakin meningkat, sehingsga menyebabkan pemotongan sapi dari berbagai breed juga
semkin meningkat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sapi potong, baik lokal maupun
impor, juga merupakan salah satu penyedia daging untuk memenuhi kebutuhan Indonesia
diurutan kedua setelah unggas. Usaha peternakan sapi potong yang banyak dikembangkan
ialah usaha penggemukan.
Secara garis besar, bangsa sapi digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos indicus
(Zebu asal India dan Afrika atau sapi berpunuk), Bos Taurus (sapi-sapi Eropa), dan Bos
sondaicus (sapi-sapi lokal Indonesia). Hal ini sesuai dengan pernyataan Prasetya (2011)
bahwasanya secara zoologis sapi termasuk dalam filum Chordata (yaitu hewan yang memiliki
tulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodaktil (berkuku atau berteracak
genap), sub ordo Ruminansia (pemamah biak), famili Bovidae (tanduknya berongga), genus
Bos (pemamah biak berkaki empat). Spesiesnya terbagi dua, yaitu Bos taurus (sebagian besar
bangsa sapi yang ada) dan Bos indicus (sapi-sapi yang memiliki punuk). Prasetya (2011) juga
menjelaskan bahwa bangsa-bangsa sapi yang sudah lama ada di Indonesia dan dianggap
sebagai sapi lokal adalah sapi bali (termasuk Bos sondaicus), serta peranakan Ongole (PO),
sapi madura, sapi jawa, sapi Sumatera (sapi pesisir), dan sapi Aceh yang kesemuanya
dianggap sebagai keturunan sapi Bos sondaicus dan Bos indicus. Berikut merupakan tabel
perbandingan dari jenis, bangsa dan populasi UD Family Farm (2020), PT. Lembu Perrkasa
Karya Mandiri (2019), dan PT. Karya Anugerah Rumpin (2019) yang tersaji pada tabel 3.

Tabel 3. Data sapi

PT. Karya
PT. Lembu Perkasa
No Keterangan UD Family Farm Anugerah
Karya Mandiri
Rumpin (KAR)
1 Jenis Sapi Sapi Limpo. Sapi Sapi Madura, Sapi Sapi Bali
Simpo, Sapi PO, Sapi Brahman, Sapi PFH
Brangus, Sapi Madura,
Sapi Bligon.
2 Bangsa Sapi Bos indicus dan Bos Bos indicus dan Bos Bos sondaicus
sondaicus taurus
3 Populasi 500 ekor 354 ekor ± 3000 ekor
Keterangan : Keterangan : Keterangan :
 Sapi Limpo :  Sapi Madura : Sapi Bali : ± 3000
23 ekor 240 ekor

5
 Sapi Simpo : 12  Sapi Brahman :
ekor 107 ekor
 Sapi PO : 23  Sapi PFH : 7
ekor ekor
 Sapi Brangus :
6 ekor
 Sapi Madura : 7
ekor
 Sapi Bligon :
59 ekor

Bedasarkan laporan PKL di UD Family Farm (2020), PT. Lembu Perrkasa Karya
Mandiri (2019), dan PT. Karya Anugerah Rumpin (2019) bahwa jenis sapi, bangsa sapi dan
populasi dari masing-masing perusahaan berbeda. UD Family Farm memiliki jenis sapi yang
lebih beragam dibandingkan PT Lembu Perkasa Karya Mandiri dan PT Karya Anugerah
Rumpin. Hal ini disebabkan UD Family Farm memiliki enam jenis sapi diantaranya Sapi
Limpo, Sapi Simpo, Sapi PO, Sapi Brangus, Sapi Madura, dan Sapi Bligon diikuti PT Lembu
Perkasa Karya Mandiri memiliki tiga jenis sapi diantaranya Sapi Madura, Sapi Brahman, dan
Sapi PFH kemudian disusul PT Karya Anugerah Rumpin yang hanya meiliki satu jenis sapi
yaitu Sapi Bali. Kemudian untuk bangsa sapi dari masing-masing perusahaan juga berbeda
dikarenakan UD Family Farm mempunyai Bos indicus dan Bos sondaicus, PT Lembu Perkasa
Karya Mndiri mempunyai Bos indicus dan Bos Taurus, sedangkan PT Karya Anugerah
Rumpin hanya memiliki Bos sondaicus. Lalu dari sisi populasi, PT Karya Anugerah Rumpin
memiliki total populasi yang paling banyak yaitu sekitar 3000 ekor diikuti UD Family Farm
sebanyak 500 ekor total populasi dan PT Lembu Perkasa Karya Mandiri sebanyak 354 ekor.
Menurut Winarso dan Edi (2013) sapi Peranakan Ongole (PO) adalah sapi hasil
persilangan antara sapi Ongole dengan sapi lokal di pulau Jawa secara grading up. Ciri khas
sapi tersebut berpunuk besar, bergelambir longgar dan berleher pendek. Kulit berwarna
kuning dengan bulu putih atau putih kehitam-hitaman. Kulit di sekeliling mata, bulu mata,
moncong, kuku, dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna hitam. Kepala pendek dengan
profil melengkung. Mata besar dengan sorot yang tenang. Tanduk pendek dan tanduk pada
sapi betina berukuran lebih panjang dibandingkan dengan sapi jantan telinganya panjang dan
menggantung. Ciri-ciri ini sama persis dengan sapi PO milik UD Family Farm yaitu kulit
berwarna kuning dan bulu berwarna putih atau putih kehitaman. UD Family Farm dan PT
Lembu Perkasa Karya Mandiri juga memiliki sapi Madura dengan ciri-ciri warna tubuh coklat
muda sampai coklat tua, kuku dan moncong berwarna hitam, rambut-rambut halus di sekitar
mulut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lutvaniyah, dkk (2017) yang menyatakan bahwa
ciri-ciri sapi Madura antaralain warna tubuh coklat muda sampai coklat tua, kuku dan
moncong berwarna hitam, memiliki rambut-rambut halus di sekitar mulut, tahan terhadap
iklim panas, dapat hidup dengan konidisi pakan yang terbatas, resisten terhadap serangan
parasit, dan memiliki kualitas daging yang baik. Kemudian untuk PT Karya Anugerah
Rumpin yang hanya memilki sapi Bali memiliki keunggulan tersendiri salah satunya ialah
mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan dan persentase karkas yang tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Suharyati dan Madi (2015) yang menjelaskan keunggulan sapi Bali

6
diantaranya cepat berkembang biak, tingkat kesuburannya/fertiltasnya tinggi, mudah
beradaptasi dengan lingkungannya, dapat hidup di lahan kritis, mempunyai daya cerna yang
baik terhadap pakan dan persentase karkas yang tinggi, dan interval kelahiran yang cukup
baik.
Bedasarkan ciri dari masing-masing jenis sapi di aras diperkuat dengan pernyataan
Wiyatna (2007) bahwasanya sapi Bali, Madura dan Peranakan Ongole (PO) adalah sapi-sapi
yang populer di Indonesia sebagai ternak kerja dan pedaging yang banyak digunakan dalam
usaha pengemukan ternak potong, karena memeiliki daya adaptasi yang tinggi dan daya tahan
terhadap iklim yang buruk. Mungkin ini alasan dari UD Family Farm, PT Lembu Perkasa
Karya Mandiri dan PT Karya Anugerah Rumpin menggunakan paling tidak satu jenis sapi
dari ketiga sapi yang diseebutkan di atas. PT Karya Anugerah Rumpin bahkan sampai
menggunakan semua jenis sapi Bali untuk dikembangkan karena menurut Suwiti, dkk (2016)
potensi pengembangan sapi Bali di Bali sangat tinggi, yakni dari 2472 jumlah kelompok
ternak yang beranggotakan 66.848 orang dengan kepemilikan rata-rata : 1,5 ekor. Namun
pernyataan di atas tidak sesuai dengan pernyataan Pawere, dkk (2012) yang menjelaskan
bangsa sapi yang baik untuk digemukkan adalah bangsa sapi campuran keturunan pertama
(F1) yakni sapi hasil persilangan sapi lokal dengan sapi impor sebab umumnya bangsa sapi
hasil persilangan keturunan pertama (crossbreed) lebih bagus dibanding bangsa sapi lokal
karena memilki performans produksi lebih baik, dan konsumsi bahan kering, bahan organik,
protein kasar dan total digestible nutrients pada induk sapi SimPO dengan pakan hijauan dan
konsentrat lebih tinggi daripada induk sapi PO.
3.2. Perkandangan
Kandang adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal bagi hewan
ternak. Manfaat dari kandang sendiri yaitu melindungi ternak dari cuaca buruk dan hewan
buas. Menurut Rasyid dan Hartati (2007) fungsi kandang adalah untuk melindungi ternak dari
penyakit, melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang ekstream (panas, hujan,
angin) dan menjaga keamanan ternak dari pencurian. Sandi dan Purnama (2017) menyatakan
bahwa kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak yang bisa memberikan
jaminan untuk hidup sehat dan nyaman sesuai dengan tututan hidup ternak dan bangunan
kandang diupayakan harus mampu melindungi ternak dari gangguan yang berasal dari luar
seperti terik matahari, cuaca buruk, hujan dan tiupan angin kencang. Manajemen
perkandangan perlu diperhatikan untuk menjaga kenyamanan dan kesejahteraan ternak agar
ternak dapat berkembang dengan maksimal. Kandang harus menjadi tempat tinggal yang
nyaman bagi sapi selama pemeliharaan.
Tipe kandang yang baik akan mempengaruhi Kualitas hewan ternak itu sendiri, maka
pembuatan kandang harus sesuai dengan tujuan mempermudah dalam pemeliharaan tersebut.
Berikut merupakan perbandingan tipe kandang pada PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri, PT
UD Family farm dan PT Karya Anugrah Rumpin yang tersaji pada table 4.

7
Tabel 4. Perbandingan Tipe Kandang

PT. Lembu PT. Karya


No. Keterangan UD. Family Farm Perkasa Karya Anugerah
Mandiri Rumpin (KAR)
Kandang Individu Kandang Individu Kandang Individu
Tipe Head to Head dan model tail to tail model Head to
1
Kandang kandang kelompok dan kandang Head dan kandang
kelompok lepasan kelompok
Kandang Kelompok Kandang kelompok Kandang kelompok
-Panjang : 8 m -Panjang : 8 m -Panjang : 8 m
-Lebar : 5 m -Lebar : 7 m -Lebar : 7
Ukuran
2
Kandang
Kandang Individu Kandang Individu Kandang individu
-panjang : 3 - Panjang : 2,5 m -Panjang : 2,5
-lebar : 1,5 - Lebar : 1,5 m -Lebar : 1,5
- Kandang Kandang Kandang
Individu menghadap menghadap menghadap
Timur membujur utara- membujur utara-
Arah - Kandang selatan selatan
3
Kandang Kelompok
menghadap
membujur Utara-
Selatan
Kandang Individu : Kandang individu : Kandang Individu :
Bentuk Atap Gable Gable gable
4
Kandang Kandang kelompok : Kandang kelompok Kandang kelompok
Monitor : shade : shade

Berdasarkan laporan PKL di UD. Family Farm terdapat dua tipe kandang yang
digunakan yaitu kandang individu head to head dan kandang kelompok. Kandang individu
pada UD. Family Farm tidak diberi sekat antar sapi, sapi diikat dan dikaitkan pada kerangka
kandang dengan jarak 1 meter. Tipe kandang ini dapat memacu pertumbuhan lebih cepat
karena tidak terjadi kompetisi Dalam mendapat pakan, serta memudahkan manajemen
penanganan terhadap ternak. Kandang individu digunakan untuk penggemukan sapi 2-3
tahun. Tipe kandang Individu terdapat beberapa susunan, menurut Susilawati dan Masito
(2010) susunannya terdapat beberapa macam kandang individu yaitu satu baris dengan posisi
kepala searah, dua baris dengan posisi kepala searah dengan Lorong ditengah (head to head)
dan dua baris dengan posisi kepala berlawanan, dengan Lorong tengah (tail to tail). Pada
kandang kelompok di UD. Family farm diisi beberapa jenis bangsa sapi dengan umur yang
seragam yaitu antara 1-2 tahun dan ditempatkan dalam satu flock. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya dominasi atau kompetisi antar sapi. Apabila ukuran flock kandang terlalu
sempit, dapat mengakibatkan ternak tidak leluasa bergerak bahkan dapat berakibat stress. 

8
Ruang gerak yang sempit menyebabkan pertukaran udara dalam flock lambat, sehingga suhu
meningkat.  Menurut Sukmawati et al (2010) ukuran flock kandang untuk seekor sapi jantan
dewasa 1,5 × 2 m, untuk sapi betina dewasa 1,8 × 2 m dan untuk anak sapi 1,5 × 1 m. Hanafi
(2016) menjelaskan bahwa kandang koloni (komunal) atau kandang kelompok merupakan
model kandang dalam suatu ruangan kandang yang didalamnya ditempatkan beberapa ekor
ternak, secara bebas tanpa diikat, berfungsi sebagai tempat perkawinan dan pembesaran anak
sampai disapih, atau digunakan sebagai kandang pembesaran maupun penggemukan. Di
Peternakan PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri terdapat dua tipe kandang yaitu kandang
individu model tail to tail dan kandang kelompok lepasan. Kandang induvidu (tail to tail)
memiliki tempat palungan yang berada pada di bagian pinggir kandang dan antara ekor sapi
saling berhadapan. Tipe kandang ini memiliki keunggulan yaitu mempermudah untuk
melakukan pembersihan kandang, sedangkan pada tipe kandang kelompok di PT. Lembu
Perkasa Karya Mandiri. Di PT. KAR sendiri menggunakan tipe kandang koloni/ kelompok
yang berfungsi sebagai tempat perkawinan dan pembesaran anak sampai disapih atau
digunakan sebagai kandang pembesaran atau penggemukan. Perkandangan model kelompok
diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan reproduksi dan efisiensi tenaga kerja. PT. KAR
juga memiliki tipe model kandang individu ganda (Head to Head) yang bertujuan untuk
memudahkan pemberian pakan. Arah kandang dari ketiga perusahaan peternakan sapi potong
diatas rata-rata menghadap kea rah utara dan selatan dengan posisi membujur sehingga ternak
yang ada di Dalam kandang pada pagi hari mendapat sinar matahari dari arah timur dan arah
barat pada sore hari.
Selain tipe kandang, untuk membangun peternakan sapi potong perlu juga
memperhatikan konstruksi kandang agar sesuai dengan kebutuhan ternak. Konstruksi kandang
harus kuat serta terbuat dari bahan-bahan yang ekonomis, mudah diperoleh dan kandang harus
mudah dibersihkan, kandang harus mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak lembab,
mempunyai tempat penampungan kotoran serta saluran drainasenya baik/lancar (Hadi dan
Ilham, 2002). Bangunan kandang harus mampu menahan beban benturan dan dorongan yang
kuat dari ternak serta dapat menjaga keamanan ternak dari tindakan pencurian. Menurut
pendapat Santoso, dkk (2019) tiang kandang sebaiknya dibuat dari kayu berbentuk bulat agar
Iebih tahan lama dibandingkan dengan kayu berbentuk kotak. Selain itu, kayu bulat tidak akan
melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu kotak yang memiliki sudut tajam. Letak kerangka
konstruksi kandang harus seimbang, antara panjang kandang dan jumlah tiang yang dibangun.
Pondasi harus sangat diperhatikan karena bagian tersebut merupakan tumpuan untuk
bangunan dan dapat menahan beban bangunan keseluruhan seperti kerangka bangunan, atap
bangunan, dinding bangunan, dll. Penataan kandang perlengkapan hendaknya dapat
memberikan kenyamanan pada ternak serta memudahkan bagi petugas dalam memberi pakan
dan minum, pembuangan kotoran dan penanganan kesehatan ternak. Oleh karena itu
sehubungan dengan kontruksi ini perlu mendapat perhatian seperti pada atap kandang,
dinding kandang, lantai kandang, dll. Dibawah ini adalah perbandingan konstruksi kandang di
tiga perusahaan yaitu UD. Family Farm, PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri, PT. Karya
Anugerah Rumpin (KAR).

9
Gambar 1. Kandang Individu Gambar 2. Kandang Kelompok

Tabel 5. Konstruksi Kandang

PT. Lembu PT. Karya


No. Keterangan UD. Family Farm Perkasa Karya Anugerah Rumpin
Mandiri (KAR)
1 Bahan Atap Bahan gavalum Bahan asbes Bahan baja
Kandang (baja)
2 Dinding Beton dan pagar besi beton Pagar besi
Kandang
3 Lantai Semen tanpa Alas Semen dengan beton
Kandang Tambahan serbuk gergaji
4 Selokan -Lebar 30 cm - -Lebar 30 cm
-Kedalaman 5-10 cm -Kedalaman 15 cm
5 Sistem Setengah terbuka Setengah terbuka Setengah terbuka
kandang
6 Ukuran tempat Panjang 50 m dan Panjang 14 m dan -
pakan lebar 0,75 m Lebar 0,5
(Palungan)

Kandang berfungsi untuk melindungi sapi dari panas sinar matahari, air hujan,
kencangnya angin dan dinginnya udara serta untuk keamanan maka dibutuhkannya pemilihan
kontruksi kandang yang sesuai. Berdasarkan laporan PKL di UD. Family Farm atap kandang
yang digunakan pada perusahaan tersebut menggunakan bahan gavalum, gavalum dipilih
dengan alasan lebih tahan lama, bebas rayap, anti lapuk dan mempercepat pembangunan.
Kekurangan dari gavalum yaitu perlu orang yang ahli dalam memasang gavalum, bahannya
menyerap panas dan harganya relative lebih mahal. atap yang digunakan pada PT. Lembu
Perkasa Karya Mandiri berbahan asbes. Bahan atap menggunakan asbes kurang cocok untuk
menahan radiasi matahari, karena asbes bersifat menyerap panas sinar matahari.
Menurut Yani, dkk (2007) bahwa bahan baku atap seperti asbes, seng atau alumunium kurang
efektif menahan radiasi matahari. Atap kandang berfungsi meneduhkan dari panasnya  sinar
matahari serta menahan air hujan pemilihan bahan atap, dinding dan tiang kandang dapat
membantu memantulkan dan menyerap radiasi sehingga mengurangi penghantaran panas ke
dalam kandang (Yani dan Purwanto, 2006). Sama dengan UD. Family farm atap yang

10
digunakan PT.KAR adalah baja, dipilih dengan alasan lebih tahan lama. Ditinjau dari dinding
kandang PD. Family Farm dan PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri menggunakan dinding
beton dan PT. KAR menggunakan besi. Lantai kandang pada UD. Family Farm menggunakan
semen, pada PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri menggunakan semen dengan tambahan
serbuk gergaji dan pada PT. KAR menggunakan beton. Lantai kandang sapi potong sebaiknya
memiliki sifat kuat dan tahan lama. Lantai kandang yang baik adalah rata, tidak licin, tidak
mudah lembab, tahan injakan dan dibuat agak miring untuk mempermudah pembersihan.
Tingkat kemiringan lantai kandang sebaiknya tidak lebih 5% (Simamora, dkk., 2015).
Penunjang konstriksi kandang sendiri harus memiliki selokan karena selokan merupakan
saluran pembuangan kotoran yang menyalurkan kotoran ternak sapi atau feses dan air kencing
ke tempat pembuangan akhir. ukuran selokan di UD. Family Farm memiliki lebar 30 cm dan
kedalaman 5-10 cm dan pada PT. KAR lebar 30 cm kedalaman 15 cm untuk data selokan
pada PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri belum diketahui. Dilihat dari sistem kandang tiga
perusahaan yang bergerak dibidang peternakan sapi potong ini menggunakan sistem kandang
setengah terbuka agar memperlancar sirkulasi udara dan mempermudah cahaya matahari
masuk. Kandang setengah terbuka bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara (Triyanton,
2009).  Kandang sebaiknya mempunyai ventilasi untuk berlangsunya sirkulasi udara (Siregar,
2006). Palungan atau tempat pakan dan minum pada UD. Family Farm memiliki panjang 50
m dan lebar 0,75 m. palungan pada PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri memiliki panjang 14
m dan lebar 0,5 m dan ukuran palungan pada PT. KAR tidak diketahui. Bahan yang
digunakan dalam pembuatan tempat pakan terbuat dari plester. Menurut Yulianto dan
Saparinto (2010) minimal ukuran tempat adalah lebar 60 cm, tinggi 60 cm dan panjangnya
sepanjang tempat ternak.
3.3. Manajemen Pakan dan Minum
Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usaha ternak sapi
potong. Pakan juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena berperan untuk
mempertahankan hidup, memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan, serta menghasilkan
suatu produksi bagi ternak dewasa. Kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Pakan yang diberikan kepada sapi potong umumnya
terdiri dari hijauan dan konsentrat seperti yang dikatakan oleh Erlangga (2013) bahwa Pakan
yang diberikan untuk sapi potong dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pakan hijauan
dan pakan konsentrat. Pakan ternak ada dua macam dikarenakan pemberian pakan kepada
ternak berupa hijauan saja dinilai tidak efektif unuk memberikan efek maksimal bagi
pertumbuhan ternak sehingga harus ditambahkannya konsentrat. Hijauan merupakan sumber
yang sangat penting bagi ruminansia. Hijauan sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu hijauan segar
dan hijauan kering. Hijauan segar meliputi rumput gajah, rumput australia, daun jagung, daun
lamtoro, daun gamal, daun slirisidia dan hijauan kering meliputi jerami padi dan jerami
jagung (Salendu dan Femi, 2012). Berikut merupakan tabel perbandingan hijauan yang
digunakan untuk sapi potong oleh UD. Family Farm, PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri, dan
PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR).

11
Tabel 6. Perbandingan Hijauan yang digunakan

PT. Karya
PT. Lembu
Anugerah
No Keterangan UD. Family Farm Perkasa Karya
Rumpin
Mandiri
(KAR)
HPT(Rumput
Rumput Gajah dan Tebon
1 Hijauan Tebon Jagung Gajah) dan
Jagung
Jerami Padi
Rp. 250-450/kg dan Rp.
2 Harga/kg Rp. 700/kg -
250-300/kg
Didatangkan Dari lahan yang
Didapatkan dari wilayah
3 Cara Pendapatan dari daerah di dimiliki PT.
sekitar UD. Family Farm
Kulon Progo KAR

Berdasarkan laporan PKL di UD. Family Farm hijauan yang digunakan adalah rumput
gajah dan tebon jagung. Hijauan didapatkan dari wilayah sekitar UD. Family Farm dengan
harga rumput gajah 250-450 rupiah/kg dan untuk tebon jagung 250-350 rupiah/kg. Tebon
jagung diberikan apabila stok rumput gajah tidak memenuhi kebutuhan ternak (kekurangan).
UD. Family Farm juga menggunakan hijauan kering jerami padi dan jerami jagung sebagai
alternatif pakan yang paling efektif jika kekurangan hijauan segar. Sedangkan di PT. Lembu
Perkasa Karya Mandiri hijauan yang digunakan adalah tebon jagung. Tebon jagung
didapatkan dari daerah yang berada di Kulon Progo dengan harga perkilonya adalah 700
rupiah/kg. Tebon jagung dipilih sebagai hijauan yang diberikan kepada ternak dengan alasan
karna semua bagian dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan. Lain hal nya dengan PT. KAR
dimana perusahaan ini menggunakan rumput gajah sebagai hijauan segar dan jerami padi
untuk hijauan keringnya. Rumput gajah di perusahaan ini didapatkan dari lahan milik PT.
KAR sendiri sehingga untuk harga perkilonya tidak diketahui. Dari perbandingan diatas
peternak banyak memilih jerami padi untuk hijauan kering yang diberikan kepada ternak
karena jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat potensial sebagai
sumber energi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia sehingga banyak peternak
memilih menggunakan jerami padi untuk hijauan keringnya.
Selain pakan hijauan ternak sapi potong juga memerlukan konsentrat Sandi, dkk (2018)
berpendapat bahwa pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan itu akan memberi
peluang terpenuhinya nutrien dan biayanya relatif murah. Selain itu konsentrat merupakan
pakan yang menyimpan nutrisi sehingga mudah dicerna dan digunakan untuk mempercepat
produktifitas (Gustiar, dkk. 2014). Pakan konsentrat ini dapat berupa konsentrat buatan
pabrik, ketela dan ampas tahu yang bertujuan untuk memaksimalkan berat badan dari ternak
sapi potong tersebut, karena tanpa penambahan pakan tersebut tidak mungkin mencapai
pertambahan berat badan yang tinggi atau optimal (Budiharjo, dkk. 2011). Dibawah ini adalah
perbandingan pemberian konsentrat di ketiga perusahaan yaitu UD. Family Farm, PT. Lembu
Perkasa Karya Mandiri, Pt. Karya Anugerah Rumpin (KAR).

12
Tabel 7. Perbandingan Konsentrat yang digunakan

PT. Karya
PT. Lembu
Anugerah
No Keterangan UD. Family Farm Perkasa Karya
Rumpin
Mandiri
(KAR)
Bungkil sawit, kulit Bekatul, Jagung halus,
kopi, sontrot ketela, pollard, bungkil bungkil kacang,
bekatul kasar, bekatul kelapa, molases, bungkil sawit,
halus, tongkol jagung, garam, premix, kopra, teprosa,
sekam gandum, onggok, jagung tepung kentang,
molases, garam. giling, bungkil DDGS, karuk
sawit, kulit (kulit kacang
1 Bahan Baku
kedelai, Corn tanah), SBM,
Gluten Feed tepung ikan,
(CFG), urea, ziolit, kapur,
kalsium, gaplek. CGF, molases,
kemtrace, urea,
AO, sobi, BX
plus finisher
Sebagaian berasal dari Berasal dari Suplier dari
Blitar dan sebagian dari perusahaan beberapa PT
2 Cara Pendapatan luar kota bahkan luar induk (PT. Citro dan per orangan
pulau Jawa Agro Buana
Semesta)

Berdasarkan PKL di UD. Family Farm bahan baku yang digunakan untuk membuat
konsentrat ada 9 jenis bahan baku yaitu, bungkil sawit, kulit kopi, sontrot ketela, bekatul
kasar, bekatul halus, tongkol jagung, sekam gandum, molases, dan garam. Bahan baku ini
sebagian di dapatan di Blitar dan sebagian dari luar kota bahkan luar pulau Jawa. Untuk di
PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri menggunakan lebih banyak bahan baku untuk pembuatan
konsentrat yaitu 14 jenis bahan baku yang digunakan perusahaan ini, bahan baku tersebut
meliputi bekatul, pollard, bungkil kelapa, molases, garam, premix, onggok, jagung giling,
bungkil sawit, kulit kedelai, Corn Gluten Feed (CFG), urea, kalsium, dan gaplek. Untuk
bahan baku yang digunakan ini didapatkan dari perusahaan induk yaitu PT. Citra Agro Buana
Semesta yang berada di Jawa Barat. Sedangkan PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR)
menggunakan bahan baku yang paling banyak untuk pembuatan konsentratnya. 19 bahan
baku digunakan perusahaan ini untuk membuat konsentrat, 19 bahan baku itu adalah Jagung
halus, bungkil kacang, bungkil sawit, kopra, teprosa, tepung kentang, DDGS, karuk (kulit
kacang tanah), SBM, tepung ikan, ziolit, kapur, CGF, molases, kemtrace, urea, AO, sobi, dan
BX plus finisher. Semua bahan tersebut didapat dari beberapa suplier perorangan dan juga
perusahaan. Sebelum diberikan kepada ternak ketiga perusahaan mencampur semua bahan
baku menggunakan mixer yang bertujuan untuk meratakan campuran bahan baku. Mixer
diperlukan untuk pencampuran bahan pakan secara merata atau homogen (Natsir, dkk., 2018).

13
Hijauan dan konsentrat yang diberikan kepada ternak harus diperhatikan dengan serius
karna itu mempengaruhi keberlangsungan sapi di dalam pemeliharaannya. Selain itu
pemberian pakan juga merupakan hal yang harus diperhatikan di dalam manajemen pakan
pemeliharaan sapi potong. Pemberian pakan yang dilakukan mulai pagi hingga malam dapat
memberikan pertumbuhan bobot badan yang lebih optimal dimana hal itu selaras dengan
kebiasaan sapi yang mengkonsumsi pakan dari pagi, sore dan malam hari. Pemberian
konsentrat (Surya feed 14%) dilakukan sekali sehari yaitu pada pagi hari sebelum pemberian
pakan hijauan, sedangkan untuk pemberian pakan hijauan dan leguminosa dilakukan dua kali
dalam sehari yakni pagi dan sore (Nurhakiki dan Halizah, 2020). Dalam pemberiannya
hijauan harus diberikan lebih banyak dibandingkan pakan tambahan hal ini selaras dengan
yang dikatakan oleh Siregar (2018) bahwa frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering
dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi itu untuk mengonsumsi ransum dan juga
meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan, peningkatan kecernaan bahan kering ransum
akan menambah jumlah zat-zat gizi yang dapat dimanfaatkan untuk produksi, termasuk
pertumbuhan. Berikut adalah perbandingan pemberian pakan yang dilakukan di ketiga
perusahaan tersebut :
Tabel 8. Perbandingan Pemberian Pakan

PT. Karya
PT. Lembu
UD. Family Anugerah
No Keterangan Perkasa Karya
Farm Rumpin
Mandiri
(KAR)
1 Frekuensi Pemberian pakan 3X 2X 4X
07.00 ; 09.30 ;
07.00 ; 11.00 ; 07.00 ; 13.00
2 Waktu 13.00 ; 14.30
18.30 WIB WIB
WIB

Berdasarkan PKL UD. Family Farm dalam pemberian pakan dilakukan sebanyak 3x,
pemberian pakan itu dilakukan pukul 07.00, 11.00, dan 18.30 WIB. Pakan yang diberikan
adalah konsentrat dan hijauan dengan perbandingan 70:30, dimana 70% untuk konsentrat dan
30% hijauan. Untuk konsentrat diberikan kering tanpa penambahan air, kecuali untuk ternak
yang sakit atau belum terbiasa dengan konsentrat kering. Pemberiannya pun dilakukan secara
bersamaan disatu tempat. Untuk pemberian pakan di PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri
dilakukan sebanyak 2x, pada jam 07.00 dan 13.00 WIB. Untuk pemberian pakan pada
perusahaan ini berbeda dengan UD. Family Farm karena pada saat pemberian pakan di pagi
hari hijauan tebon jagung diberikan terlebih dahulu kemudian diberikan konsentrat sedangkan
pada pemberian sore pemberiannya dibalik yaitu konsentrat diberikan dahulu kemudian
hijauan. Berbeda dengan dua perusahaan sebelumnya pada PT. Karya Anugerah Rumpin
(KAR) ini frekuensi pemberian pakannya lebih banyak yaitu sebanyak 4x, pemberian pakan
dilakukan pada jam 07.00, 09.30, 13.00, dan 14.30 WIB. Untuk pakan yang diberikan pun
tidak seperti yang lain karena frekuensi nya 4x maka pemberian pakan dilakukan berselang
pada pemberian pertama diberikan konsentrat, kedua hijauan, ketiga konsentrat, dan keempat
hijauan. Pemberian pakan dari ketiga perusahan mempunyai kesamaan yaitu pemberian pada

14
pagi dan siang hari. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pukul 08.00 dan
siang pukul 14.00 kemudian bila pakan dalam tempat pakan habis maka ditambah sore hari
sekitar pukul 16.00 seesuai dengan kebutuhannya (Syaiful, dkk. 2018)
Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah pemberian minum kepada ternak sapi
potong. Pemberian minum berdasarkan laporan PKL dari ketiga perusahaaan dilakukan secara
ad libitum, seperti yang dikatakan oleh Santi, dkk (2021) bahwa pada proses pemberian air
minum dilakukan secara ad libitum. Ketiga perusahaan masing-masing memiliki sumber air
yang bisa memenuhi kebutuhan ternak tanpa kekurangan maka dari itu pemberian air
minumnya dilakukan secara ad libitum. Air minum dalam pemeliharaan tenak sapi potong
juga mempunyai banyak manfaat selain untuk memenuhi kebutuhan ternak, Wahyuni dan
Amin (2020) berpendapat bahwa Air minum sebaiknya disediakan sesaat sebelum makan
untuk menghindari terjadinya kembung perut.
3.4. Kesehatan dan Penyakit
Dalam usaha penggemukan sapi potong, ada baiknya anda mencari bangsa sapi yang
bertipe pedaging. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging sebagai berikut : a) Memiliki tubuh
dalam, besar, dan berbentuk persegi empat, b) Menghasilkan kualitas daging maksimum, c)
Mempunyai laju pertumbuhan yang relatif cepat, d) Memiliki efisiensi pakan yang tinggi
(Yulianto dan Saparinto, 2012). Dalam membangun sebuah peternakan pun harus mampu
memanajemen kesehatan dan penyakit ternak yang dimiliki dan tanggap terhadap gejala-
gejala penyakit yang diderita ternaknya. Sesuai dengan pernyataan dari Kurnianingtyas, dkk
(2017) yaitu gejala-gejala penyakit pada sapi potong terbagi menjadi gejala spesifik dan
gejala non-spesifik. Gejala non-spesifik adalah gejala yang dimiliki beberapa penyakit dan
memiliki tingkat gejala yaitu normal, sedang, dan tinggi. Gejala ini memerlukan sebuah
metode untuk melakukan diagnosis. Gejala non-spesifik antara lain berbau busuk, bulu
berdiri, bulu kusam, bulu rontok, gatal-gatal, keluar lendir vulva, kembung, kulit kasar,
mamae keras, muncul belatung, pincang, dan plasenta tertinggal. Lain halnya gejala spesifik,
yang hanya dimiliki oleh satu penyakit sehingga mudah untuk mendeteksi penyakit tersebut.
Gejala spesifik antara lain bengkak, demam, diare, diare berdarah, keluar ingus, kurus, nafsu
makan berkurang, dan sesak nafas.
Kebersihan kandang merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan ternak.
Kandang yang kotor akan menyebabkan banyak kuman penyakit yang akan menginfeksi
ternak. Ternak yang sakit seringkali mengakibatkan nafsu makannya turun, badan menjadi
kurus, dimana kondisi ini akan menyebabkan gangguan fungsi fisiologis tubuh ternak
termasuk gangguan dalam proses pertumbuhannya (Suharyati dan Hartono, 2016).

Tabel 9. Perbandingan Sanitasi Yang Diterapkan

PT. Karya
PT. Lembu Perkasa
No Keterangan UD. Family Farm Anugerah
Karya Mandiri
Rumpin (KAR)
1 Kandang Tergantung pada Pembersihan kandang Pencegahan yang
sistem kandang yang sapi ini dilakukan seara dilakukan

15
rutin setiap harinya
yaitu dilakukan pada peternak yaitu
pagi hari dengan cara dengan
diterapkan. Kandang menyemprotkan air membersihkan
Individu dibersihkan pada lantai kandang setiap kandang
setiap pagi hari dan yang mana nantinya pada pukul 10.00
untuk kandang akan mengalir ke WIB dan
kelompok selokan yang tersedia. pembersihan
dibersihkan setiap Serta penyemprotan pakan dilakukan
dua hari sekali. pada tubuh sapi secara pada pukul 10.00
langsung agar bersih WIB dan pukul
dari kotoran yang 14.00 WIB
menempel
Dibersihkan setelah Dibersihkan
Peralatan Dibersihkan setiap
2 pemakaian dengan setiap selesai
Kandang selesai pemakaian
air mengalir pemakaian

Sesuai dengan data tabel di ketiga perusahaan tersebut antara UD. Family Farm, PT.
Lembu Perkasa Karya Mandiri dan PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR) dapat ditarik
kesimpulan bahwa masing-masing tempat memiliki perlakuan sanitasi yang sama yang
minimal sehari sekali untuk pembersihan kandang dan rata-rata dilaksanakan pada pagi hari.
Hanya saja pada perusahaan UD. Family Farm ada tipe kandang yang dalam sehari mampu di
bersihkan sebanyak dua kali di karenakan sistem perkandangan yang diterapkan adalah
kandang umbaran. Dimana hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Mulyo dan Santoso
(2012) bahwa sanitasi kandang dapat dapat mencegah timbulnya penyakit pada ternak.
Tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan peternak biasanya hanya sebatas sanitasi
kandang dan lingkungan disekitar kandang.
Sanitasi sebaiknya juga dilakukan hanya tidak pada kebersihan kandangnya saja namun
pada kebersihan ternaknya, karena pastinya bisa berdampak baik pada pertumbuhan bobot
harian dari ternak tersebut dikarenakan sapi tidak mengalami stress dan terjaga dari penyakit
yang disebabkan oleh kotorannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Novita, dkk
(2018) yang menyatakan bahwa sebaiknya sapi perlu dimandikan pada pagi hari karena pada
malam hari sapi penuh dengan kotoran yang menempel pada tubuhnya. Ternak yang
dimandikan secara teratur dapat meningkatkan kenyamanan ternak dan menghindarkan dari
penyakit yang dibawa oleh vektor. Dimana dalam data yang di dapatkan diketiga perusahaan
tersebut hanya dari PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri saja yang rutin dalam membersihkan
kandang dan memandikan ternaknya setiap hari.
Keberhasilan pembibitan dan penggemukan sapi tidak hanya terletak pada manajemen
pemeliharaan dan manajemen pakan yang baik akan tetapi manajemen pengendalian dan
pencegahan penyakit juga merupakan faktor yang menunjang keberhasilan pembibitan dan
penggemukan sapi. Suyasa, dkk., (2016) menyatakan bahwa penerapan pencegahan penyakit
yang di terapkan oleh pengusaha peternakan yaitu dengan penerapan biosekuriti, sanitasi,

16
vaksinasi, pemberian vitamin, pemberian obat cacing dan suplemen. Hal ini diharapkan
mampu untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya penularan penyakit.

Tabel 10. Perbandingan Pengendalian Penyakit Yang Diterapkan

PT. Karya
PT. Lembu
Anugerah
No Keterangan UD. Family Farm Perkasa Karya
Rumpin
Mandiri
(KAR)
BRD (Bovine
Respiratory
Disease), GID
Penyakit yang Cacingan dan Brucellosis dan
1 (Gastro Intensial
pernah dialami Kembung Anthrax
Disease) dan
Lameness (Luka
Luar)
- Untuk BRD
Pemberian
sapi diisolasi
vaksin
dan diberi
Brucella pada
- Ternak dikarantina antibiotik
sapi yang
dan diberikan - Untuk GID
terjangkit
kondisi senyaman sapi diisolasi
maupun sapi
mungkin dan diberikan
yang baru
- Pemberian vitamin perubahan
datang ke
dan obat – obatan pada pola
kandang
Metode penanganan yang sesuai makannya
2 supaya
penyakit - Kontrol kesehatan karena
memberikan
secara rutin 5 jam biasanya sapi
kekebalan
sekali yang terjangkit
(antibodi) pada
- Apabila kondisi GID karena
ternak
tetap memburuk perubahan
sehingga dapat
makan ternak akan pola makan
memerangi
dijual yang
antigen
menyebabkan
pembawa
feses encer
penyakit
dan berdarah
3 Metode Pencegahan Pemberian vaksin pada Pemberian obat Penyuntikan
Penyakit ternak yang baru anti parasit Nova vaksin,
datang ke kandang Mectin 1%, Pemberian
untuk mencegah Limoxin 200 LA, vitamin, Para
terjadinya penyakit dan Vitol-140 pekerja wajib
menggunakan
wearpack dan

17
sepatu boot
saat ingin
masuk ke area
peternakan

Pada setiap perusahaan memiliki berbagai macam tantangan dalam melawan penyakit
yang menyerang pada ternak-ternaknya. Dimana pada UD. Family Farm penyakit yang biasa
dihadapi adalah cacingan dan kembung, pada PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri penyakit
yang biasa dihadapi adalah BRD (Bovine Respiratory Disease), GID (Gastro Intensial
Disease) dan Lameness (Luka Luar) dan pada PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR) penyakit
yang biasa dihadapi adalah Brucellosis dan Anthrax. Cacingan merupakan penyakit yang
disebabkan oleh parasit, penyakit ini dapat menyerang induk sapi maupun pedet. Induk sapi
yang terserang penyakit cacingan dapat dilihat dari kondisi tubuhnya yang kurus, bulunya
kusam dan rontok. Apabila tidak diobati maka aka menyebabkan kematian, sedangkan pada
pedet yang terserang penyakit cacingan harus segera di tangani agar pertumbuhan pedet tidak
terganggu, apabila penyakit ini tidak di tangani biasanya akan menyebabkan kematian pada
pedet. Untuk menghindari gejala cacingan pemilik ternak memberikan obat cacing dan
vitamin. Selain itu tindakkan yang harus dilakukan oleh peternak adalah memisahkan ternak
yang sehat dengan ternak yang terserang penyakit, apabila tidak dilakukan pemisahan tersebut
akan mempercepat penularan penyakit pada ternak. Untuk pengobatan penyakit cacingan pada
sapi dapat dilakukan penyuntikkan Dovenix dan di berikan vitamin B kompleks (Ginting,
dkk., 2019).
Beragam penyakit yang dialami dari berbagai perusahaan tersebut ternyata memiliki
cara penanganan yang dikatakan sama dalam tindakannya yaitu rata-rata dari mereka pasti
akan mengisolasi ternak mereka dan akan memvaksinnya sesuai dengan yang dibutuhkan.
Dimana hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Suyasa, dkk., (2016) yang menjelaskan
bahwa tujuan dari vaksinasi adalah untuk memberi kekebalan (antibodi) pada ternak sehingga
dapat melawan antigen atau mikroorganisme penyebab penyakit. Pemberian kekebalan tubuh
dengan vaksin adalah bentuk perlindungan yang sebaik-baiknya untuk ternak.
3.5. Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses sosial yang didalamnya terdapat individu dan
kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan serta secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Hal
ini sesuai dengan pendapat Wibowo (2019) yaitu marketing atau pemasaran merupakan
rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.
Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh
menjadi keinginan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemasaran
merupakan kunci kesuksesan dari suatu perusahaan. Sistem pemasaran produk peternakan
merupakan suatu kesatuan urutan dari berbagai komponen pemasaran yang melakukan fungsi-
fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk peternakan dari produsen awal sampai
ke konsumen akhir. Peranan sistem pemasaran adalah memaksimalkan tingkat konsumsi,

18
memaksimalkan kepuasaan konsumen, memaksimalkan pilihan konsumen, memaksimalkan
mutu dan ketersediaan produk.
Pada saat peternak menjual sapi disarankan berdasar bobot badan atau bobot karkas
(sapi dihargai setelah dipotong) dan mengetahui harga pasar. Sebaiknya dihindari penjualan
sistem taksir atau perkiraan harga, terkecuali bila peternak sudah sangat berpengalaman
sehingga tidak merugi. Beberapa hari sebelum penggemukan selesai, peternak sebaiknya telah
mengetahui sasaran pemasaran serta harga sapi yang akan dijualnya. Menurut Karina, dkk.,
(2015) pengetahuan tentang biaya produksi sangat diperlukan bagi para pemilik usaha
penggemukan sapi. Maka penaksiran harga itu didasarkan pada bobot badan dan harga sapi
yang sedang berlaku dipasaran. Akan lebih baik apabila penjualan sapi dapat diatur pada saat
harga sapi sedang baik.
Pemasaran ternak dimulai dari peternak sampai konsumen akhir dan pergerakannya
melalui saluran pemasaran yang terdiri dari pedagang desa, pedagang besar dan jagal
(Sumitra, dkk., 2013). Pemasaran pada UD. Family Farm menggunakan dua sistem penjualan
yaitu secara langsung ke konsumen yang membutuhkan pasokan sapi mulai dari pedagang
kecil hingga perusahaan besar dan didistribusikan ke Rumah Potong Hewan yang kemudian
sebagai pasokan daging masyarakat.

Gambar 3. Alur penjualan sapi pada UD. Family Farm

feedloter RPH konsumen

pedagang

Pada PT Karya Anugerah Rumpin memasarkan hasil produksinya berupa penjualan sapi
potong lokal dan juga sapi potong hasil persilangan yaitu dengan cara pengiriman sapi potong
ke tempat konsumen yang dituju atau dapat langsung datang ke kandang untuk memilihnya
sendiri, serta menyediakan pembelian dalam jumlah banyak maupun dengan satuan atau
istilah pasarnya yaitu eceran. Hal itu berbeda dengan cara pemasaran ternak yang berada di
PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri, yang mana sapi bisa langsung dijual kepada para jagal
dan di distribusikan, proses yang terdapat di PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri hampir sama
dengan cara pemasaran ternak yang ada apa UD. Family Farm.
Dengan adanya cara tentunya terdapat juga sistem pemasaran yang digunakan disuatu
perusahan untuk memasarkan hasil produksinya agar smapai ke tangan konsumen. Salah satu
bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan produk untuk
menciptakan kepuasan konsumen adalah penggunaan marketing mix (bauran pemasaran)
yang terdiri dari 7P, yaitu : Product/Produk, Price/Harga, Promotion/Promosi, Place/Lokasi,
Participant/Karyawan, Physical Evidence/ Lingkungan Fisik, dan Process/Proses (Diniaty dan
Agusrinal, 2014).

19
Tabel 11. Sistem pemasaran

NO Perusahaan Sistem Pemasaran


pengumpulan informasi pasar, promosi,
1 UD. Family Farm penyimpanan, pengangkutan dan penjualan
produk.
2 PT. Karya Anugerah Rumpin strategi produk, harga dan strategi promosi.
penentuan harga produk, menerapkan sistem
pemasaran secara konservatif atau secara
3 PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri tradisional yang dibagi menjadi dua
(penjualan tetap dan penjualan tidak tetap),
distribusi produk dan penjualan produk.

Dijelaskan pada tahapan penyaluran produk di UD. Family Farm agar cepat sampai ke
tangan konsumen harus melewati beberapa hal antara lain pengumpulan informasi pasar,
promosi, penyimpanan, pengangkutan dan penjualan produk. Untuk pengangkutan penjualan
ternak yaitu menggunakan truk perusahaan, atau kendaraan sewaan (jika ramai) dan ada pula
pelanggan yang membawa kendaraan sendiri untuk mengangkut sapi yang telah dibeli. Hal ini
berbeda dengan sistem pemasaran yang terjadi di PT. Karya Anugerah Rumpin yang mana
strategi yang digunakan ini terdapat strategi relatif yang tidak terlalu menuntut banyak biaya
operasional, yaitu strategi produk, harga dan strategi promosi. Pada PT. Karya Anugerah
Rumpin strategi produk untuk jangka pendek dengan melakukan diversifikasi produk berupa
penambahan produk (daging sapi) atau menciptakan variasi produk makanan dari daging sapi.
Strategi harga untuk jangka pendek dengan melakukan pemotongan harga dengan teratur
dalam pembelian jumlah tertentu. Strategi promosi yang dilakukan yaitu dengan mengadakan
seminar-seminar sekaligus mempromosikan perusahaan. Inovasi lainnya yaitu dengan
memasarkan hasil produksinya ke rumah potong hewan milik perusahaan itu sendiri yang
berada di Karawaci. Selain itu PT. Karya Anugerah Rumpin menjalin kerjasama dengan
Puslit Bioteknologi LIPI untuk memayungi kegiatan bersama dalam hal perbaikan genetik
sapi lokal, pembibitan, pembiakan dan pembesaran sapu unggul, pemasaran. Dalam
pemasaran usaha pengembangan peternakan sapi potong di kecamatan Tinangkung Utara
adalah startegi SO (Strengths-opportunies) yakni strategi keunggulan komparatif
dimaksudkann untuk menarik keuntungan (comperative advantage) yaitu pertemuan antara
peluang dari luar dengan kekuatan yang dimilki daerah tersebut. Kemudian sistem pemasaran
yang digunakan oleh PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri yaitu dengan menerapkan sistem
pemasaran secara konservatif atau secara tradisional yang dibagi menjadi dua (penjualan tetap
dan penjualan tidak tetap) dan distribusi produk dan penjualan produk.
PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri menerapkan sistem pemasaran secara konservatif atau
secara tradisional yang dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Penjualan tetap : penjualan yang rutin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar,
dengan memasok produk (ternak) kepada pelanggan tetap. Tetapi untuk jenis sapi

20
brahman cross hanya dikhususkan untuk pasar dan tidak dilakukan penjualan untuk
perorangan. Pemasaran sapi Brahman Cross meliputi daerah Kulonprogo dan
Yogyakarta yang dilakukan setiap wkatu panen atau saat ternak sudah siap jual dengan
waktu kurang lebih 3 bulan pemeliharaan.
2. Penjualan tidak tetap : pejualan yang dilakukan pada hari-hari tertentu, seperti saat
hari raya kurban dan penjualan ini dilakukan saat adanya pemesanan baik dari
perorangan maupun kelompok yang meliputi daerah Kulonprogo sampai Yogyakarta,
Menurut pendapat Winarso (2015) dalam upaya mendukung kegiatan distribusi ternak
dan hasil ternak sapi potong dari daerah produsen ke daerah konsumen salah satunya adalah
menggunakan truk. Dalam penyaluran produk di PT. Lembu menggunakan truck atau pick up
untuk mendistribusikan ternak kepada konsumen. Transportasi ternak ditanggung penuh oleh
perusahaan atau sesuai perjanjian antara penjual dan pembeli. Sebelum proses pendistribusian
ke pelanggan tetap (jagal) dan pesanan tertentu atau khusus dilakukan pengecekan, yakni
ternak harus diperiksa terlebih dahulu kesehatan dan kemungkinan adanya infeksi penyakit.
Pihak Rumah Potong Hewan dalam proses rantai pasokan daging sapi berperan dalam
melayani jagal untuk melakukan pemotongan dengan melakukan pemeriksaan terhadap sapi
(Emhar, dkk., 2014). Jika terdapat sapi dengan kondisi parah, maka perusahaan akan
melakukan tindakan potong paksa (jika memungkinkan) dan sapi didistribusikan ke Rumah
Potong Hewan terdekat. Jika ternak tidak memungkinkan untuk dikonsumsi (terinfeksi
penyakit atau mati) sapi akan dikubur di tempat yang telah disediakaan oleh perusahaan.
Harga adalah suatu nilai uang yang ditentukan oleh perusahaan sebagai imbalan barang
atau jasa yang diperdagangkan dan sesuatu yang lain yang diadakan suatu perusahan guna
memuaskan keinginan pelanggan (Haryanto, 2013). Penentuan harga sapi potong pada setiap
perusahaan berbeda-beda. Berikut disajikan pada tabel dibawah ini (tabel 12).

Tabel 12. harga jual sapi

N
Perusahaan Harga Jual Sapi/Kg
O
1 UD. Family Farm BB >500kg; Rp. 45.000-Rp. 50.000/kg
2 PT. Karya Anugerah Rumpin -
3 PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri Rp. 60.000-Rp. 70.000/kg

Sapi yang terdapat di UD.Family Farm dijual berdasarkan umur dan bobot hidup.
Penjualan sapi umur 1-2 tahun dengan kisaran bobot kurang dari 500 kg ditujukan untuk
konsumen yang akan mengembangkan ternak untuk usaha penggemukan kemudian dijual lagi
pada momen tertentu seperti hari raya idul adha. Sapi umur 2-3 tahun dengan kisaran bobot
lebih dari 500 kg ditujukan untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat. Harga bobot
hidup berkisar antara Rp. 45.000-Rp. 50.000/kg untuk bobot lebih dari 500 kg. Penjualan
didasarkan peluang pasar dan meningkat saat menjelang idul adha, bagi produsen sapi potong
baik perusahaan peternakan maupun peternakan rakyat pemasaran mempunyai peran yang
penting. Tetapi pada PT. Karya Anugerah Rumpin harga satuan komoditasnya didasarkan
pada salah satu refleksi dan adanya indikator kuat lemahnya permintaan dari suatu komoditas.
Sistem pemasaran dikatakan efisien apabila dapat memberikan suatu balasan jasa yang

21
seimbang kepada semua pelaku pemasaran yang terlibat yaitu peternak, pedagang perantara
dan konsumen akhir. Penentuan strategi pemasaran berkaitan dengan analisa lingkungan.
Berbeda dengan PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri yang mana sistem pemasaran sapi potong
disini meliputi penentuan harga produk, dan penentuan harga didasarkan pada bobot hidup
ternak setiap Kg bobot hidup ternak dijual dengan kisaran harga Rp. 60.000-Rp. 70.000, harga
tersebut bisa berubah-ubah tergantung dengan musim, ketersediaan ataupun pengaruh hari-
hari raya (hari raya kurban).

22
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan selama PKL studi literatur, terdapat
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Bakalan sapi yang digunakan untuk penggemukan menggunakan ras Bos Indicus, Bos
Sondaicus, dan Bos Taurus.
2. Kandang yang diterapkan yaitu kandang sistem setengah terbuka dengan menggunakan
tipe kandang individu dan kandang kelompok dengan panjang 8 m dan lebar 5 m untuk
kandang kelompok dan panjang 2,5 lebar 1,5 m untuk kandang individu. Bentuk atap
untuk kandang individu adalah gable, dengankan kelompok shade.
3. Pakan yang digunakan untuk hijauan adalah rumput gajah dan tebon jagung sedangkan
untuk konsentratnya ada berbagai macam jenis seperti bungkil, bekatul, jagung halus dll.
Dengan frekuensi pemberian 2, 3, dan 4x.
4. Pembersihan dan peralatan kandang dilakukan setiap hari. Penyakit yang dialami adalah
cacing dan kembung, BRD, dan antrax. Penanganan penyakitnya dengan dikarantina
diberikan antibiotik selain itu pemberian vaksin juga dilakukan untuk mencegah penyakit.
5. Strategi pemasaran yang dilakukan adalah strategi pengumpulan informasi harga dan
pasar, promosi, dan penjualan dengan sistem yang berbeda, namun terdapat juga
persamaannya.

4.2. Saran
Berdasarkan hasil studi literatur dari ketiga laporan PKL tentang manajemen
pemeliharaan di peternakan UD. Family Farm, PT Karya Anugrah Rumpin dan PT. Lembu
Perkasa Karya Mandiri memiliki kekurangan yang sama di bagian SOP, sebaiknya dari ketiga
perusahan tersebut perlu mencantumkan SOP tertulis dengan pegawai. pada bagian
pengolahan limbah di UD. Family Farm dan PT. Lembu Perkasa Karya Mandiri perlu
ditingkatkan dengan pembuatan penampungan sementara, sehingga limbah dapat diolah
menjadi pupuk organik. Pupuk organik dapat dijual maupun digunakan sendiri dilahan
hijauan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Budiharjo, K., M, Handayani., G, Sanyoto. 2011. Analisi Profitabilitas Usaha Penggemukan
Sapi Potong di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Jurnal mediagro. 7(1) : 1-9.
Diniaty, D. dan Agusrinal. 2014. Perancangan Strategi Pemasaran Pada Produk Anyaman
Pandan. SITEKIN: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri. 11(2) : 175-184.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan. 2011. Pendataan Sapi
Potong, Sapi Perah dan Kerbau 2011 (PSPK2011) Provinsi di Yogyakarta. Badan
Pusat Statistika. Jakarta.
Emhar, A., J. M. M. Aji dan T. Agustin. 2014. Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain)
Daging Sapi di Kabupaten Jember. Berkala Ilmiah Pertanian. 1(3) : 53-61.
Ginting, R.B., 2019. Program Manajemen Pengobatan Cacing pada Ternak di Kelompok Tani
Ternak Kesuma Maju Desa Jatikesuma Kecamatan Namorambe. Jasa Padi. 4(1) : 43-
50.
Gustiar, F., R, A. Suwignyo., Suheryanto., Munandar. 2014. Reduksi Gas Metan (CH 4)
Dengan Meningkatkan Komposisi Konsentrat Dalam Pakan Ternak Sapi. Jurnal
Lokal. 2(1) : 1-7.
Hadi, P.U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi
Potong di Indonesia. J. Litbang Pertanian. 21(4).
Hanafi, H. 2016. Peran kandang sistem komunal ternak sapi potong terintegrasi limbah
pertanian dalam mendukung kedaulatan pangan di Yogyakarta. Jurnal Pertanian
Agros. 18(2) : 126-133.
Haryanto, E. 2013. Kualitas Layanan Fasilitas dan Harga Pengaruhnya Terhadap Kepuasan
Pengguna Jasa Layanan Pada Kantor SAMSAT Manado. Jurnal EMBA. ISSN FEB
2303-1174. 1(3). http://journal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/2212/4022.
Diakses 13 April 2014. Hal 750-760.
Karina, A., R. H. Ismono dan A. Nugraha. 2015. Penentuan Harga Pokok Produksi Usaha
Penggemukan Sapi: Studi Kasus Usaha Penggemukan Sapi Milik Kastamar di
Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmu Ilmu
Agribisnis: Journal of Agribusiness Science. 3(3) : 277-286.
Kurnianingtyas, D., Mahmudy, W.F. and Widodo, A.W., 2017. Optimasi Derajat
Keanggotaan Fuzzy Tsukamoto Menggunakan Algoritma Genetika Untuk Diagnosis
Penyakit Sapi Potong. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) p-ISSN.
2355, p.7699.
Lutvaniyah, S., D. Perwitasari-Farajallah., dan A. Farajallah. 2017. Komparasi Karakter
Morfologi Sapi Madura Sonok dan Madura Pedaging (Morphological Characters

24
Comparison of Sonok and Madura Cattle). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI). 22(1) : 67-72.
Mulyo, I. T., S. Marzuki dan S. I. Santoso. 2012. Analisis kebijakan pemerintah mengenai
budidaya sapi potong di Kabupaten Semarang. Animal Agriculture Journal. 1(2) : 266-
277.
Natsir, M. H., O. Sfofjan, S. Chuzaemi. 2018. Peranan Biro Konsultasi Pakan Ternak dan
Sotware Ub Feed Dalam Pemberdayaan Peternakan Unggas Karangploso Malang
Menuju Peternakan Organi. Journal of Innovation and Applied Technology. 4(2): 728-
736.
Novita, E., Suryaningrat, I.B. and Daniati, E., 2018. Potensi Penerapan Produksi Bersih Di
Peternakan Ssapi Perah CV. Margo Utomo Kecematan Kalibaru Kabupaten
Banyuwangi. Jurnal Agroteknologi. 12(2) : 116-125.
Nurhakiki dan N. Halizah. 2020. Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali di UPT-Pt HPT Pucak,
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
Peternakan Lokal. 2(1) : 20-24.
Pawere, F. R., E. Baliarti., dan S. Nurtini. 2012. Proporsi bangsa, umur, bobot badan awal dan
skor kondisi tubuh sapi bakalan pada usaha penggemukan. Buletin Peternakan. 36(3) :
193-198.
Prasetya, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong Pada Peternakan Rakyat Di Sekitar
Kebun Percobaan Rambatan Bptp Sumatera Barat. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi
Dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Rasyid. A , Hartati. 2007. Perkandangan Sapi Potong. Pasuruan : Pusat Penelitan dan
Pengembangan Peternakan.
Priyanto, D. 2011. Strategi Pengembangan Ternak Sapi dan Kerbau dalam Mendukung PSDS
Tahun 2014. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian
Ternak, Bogor. 30(3) : 108-116.
Salendu, A. H. S dan Femi, H. E. 2012. Pemanfaatan Lahan di Bawah Pohon Kelapa Untuk
Hijauan Pakan Sapi di Sulawesi Utara. Jurnal pastura. 2(1): 21-25.
Sandi dan Purnama. 2017. Manajemen Perkandangan Sapi di Desa Sejoro Sakti Kecamatan
Indralaya Kabupaten Kabupaten Ogan Ilir. Peternakan Sriwijaya. 6(1) : 12-19.
Sandi, S., M, Desiarni., Asmak. 2018. Manajemen Pakan Ternak Sapi Potong di Peternakan
Rakyat di Desa Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal
Peternakan Sriwijaya. 7(1) : 21-29.
Santi., S, Sabil., S, Sohrah., R, F. Y. Rusman. 2021. Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali
untuk Penggemukan. Jurnal Peternakan Lokal. 3(1): 17-22.
Santoso. B, S. B. Iryanthony dan R. I. S. Putra. 2019 . Analisis Wilayah Pengembangan
Peternakan Sapi potong Berbasis Kesesuaian Lingkungan dan Lahan Hijauan Pakan di
Kabupaten Batang. RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Kabupaten Batang.
3(2) : 1-15.

25
Simamora, T., Fuah, A. M., Atabany, A., dan Burhanuddin, B. 2015. Evaluasi Aspek Teknis
Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Karo Sumatera Utara Evaluation of
Technical aspects on Smallholder Dairy Farm in Karo Regency of North
Sumatera. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 3(1) : 52-58.
Siregar, S.B. 2006. Pemeliharaan sapi perah laktasi di daerah dataran rendah. Wartazoa. 5(1) :
4.
Siregar. 2018. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: Penebar Swadaya.
Soejosopoetro, B. (2012). Studi tentang pemotongan sapi betina produktif di RPH
Malang. TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production. 12(1) : 22-26.
Suharyati, S. dan M. Hartono. 2016. Pengaruh manajemen peternak terhadap efesiensi
reproduksi sapi bali di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan. 16(1) : 61-67.
Sukmawati, F.M. dan Kaharudin. 2010. Petunjuk Praktis Perkandangan Sapi. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, Mataram.
Sumitra, J., T. A. Kusumastuti dan R. Widiati. 2013. Pemasaran Ternak Sapi Potong Di
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Buletin Peternakan. 37(1) : 49-58.
Susilawati, E dan Masito. 2010. Teknologi Pembibitan Ternak Sapi. Jambi: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi.
Suwiti, N. K., I. N. K. Besung., N. L. P. Sriyani., P. Sampurna., dan K. K. Agustina. 2016.
Aplikasi teknologi pada peternakan sapi bali dengan sistem pemeliharaan berbasis
terintegrasi lingkungan. Buletin Udayana Mengabdi. 15(2) : 216-222.
Suyasa, I.K.G., Sarini, N.P. and Lindawati, S.A., 2016. Penerapan Manajemen Pencegahan
Penyakit di Peternakan P4s Mupu Amerta, Banjar Sale, Desa Abuan, Bangli. Journal
Of Tropical Animal Sciene. 4(1) : 1-6.
Syaiful, F. L., U, G. S. Dinata., Ferido. 2018. Pemberdayaan Masyarakat Nagari Sontang
Kabupaten Pasaman Melalui Inovasi Budidaya Sapi Potong dan Inovasi
PakanAlternatif Yang Ramah Lingkungan. Jurnal Buletin Ilmiah Nagari Membangun.
1(3) : 21-31.
Triyanton. 2009. Managemen Pemeliharaan Pedet Sapi Perah di Peternakan Sapi Perah CV.
Mawar Mekar Farm Kabupaten Karanganyar, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
(Skripsi).
Wahyuni, E dan M, Amin. 2020. Manajemen Pemberian Pakan Sapi Bali. Jurnal peternakan
Peternakan Sriwijaya. 3(1): 14-24.
Wati, R., dan E. Mayasari. 2017. Sistem pendukung keputusan pemilihan bibit sapi unggul
dengan metode Simple Additive Weighting (SAW) pada peternakan sapi Sriagung
Padangratu Lampung Tengah. Jurnal TAM (Technology Acceptance Model). 5 : 22-28.
Wibowo, R. A. 2019. Manajemen Pemasaran. Semarang University : Semarang.

26
Winarso, B., dan E. Basuno. 2013. Pengembangan pola integrasi tanaman-ternak merupakan
bagian upaya mendukung usaha pembibitan sapi potong dalam negeri. In Forum
Penelitian Agro Ekonomi. 31(2) : 151-169.
Winarso, B. 2015. Peran Sarana Angkutan Darat dalam Upaya Peningkatan Efisiensi
Distribusi Ternak dan Hasil Ternak Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan. 15(2) : 125-137.
Wiyatna, M. F. 2007. Perbandingan indek perdagingan sapi-sapi Indonesia (sapi Bali,
Madura, PO) dengan sapi Australian Commercial Cross (ACC). Jurnal Ilmu Ternak
Universitas Padjadjaran. 7(1).
Yani, A. dan B. P. Purwanto. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis sapi
peranakan Fries Holland  dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan
produktivitasnya. Media Peternakan. 29(1) : 35-46.
Yani, A., H. Suhardiyanto, R. Hasbullah dan B.P. Purwanto. 2007. Analisis dan Simulasi
Distribusi Suhu Udara pada Kandang Sapi Perah Menggunakan Computational Fluid
Dynamics (CFD). Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Tesis).
Yulianto, P., & Saparinto, C. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. PT Niaga
Swadaya.
Yulianto, P. and Saparinto, C. 2012. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari 3 Bulan
Panen. Penebar Swadaya Grup.

27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Peserta PKL

A. Peserta 1
Nama Lengkap : Aulia Rachman Siddiq
Jenis Kelamin : Laki-laki
NIM : 185050100111132
Program Studi : Peternakan
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 12 Maret 1999
Email : diiq1203@gmail.com
No. Hp : 081259637596

Riwayat Pendidikan

Jenjang Institusi Bidang Ilmu Tahun Lulus


SDN Larangan
SD - 2011
Utara 03
SMP MTs Daar Ilmi - 2014
SMA MA An-Najah IPA 2017
Universitas
S1 Peternakan 2018-sekarang
Brawijaya

Pengalaman Organisasi

Nama Organisasi Jabatan Tahun


Mahasiswa Wirausaha Staff HRD 2019
Sekolah Kebangsaan
Anggota 2018
Brawijaya

Pengalaman Kepanitiaan

Nama Kepanitiaan Jabatan Tahun


PEMIRA Transkoper 2019
PKKMB Transkoper 2020

28
B. Peserta 2
Nama Lengkap : Nanda Nabilah
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 185050100111147
Program Studi : Peternakan
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 14 agustus 1998
Email : nandanab11@student.ub.ac.id
No. Hp : 087891518610

Riwayat Pendidikan

Jenjang Institusi Bidang Ilmu Tahun Lulus


TK TK Seroja - 2005
SD SDN Kartini 2 - 2011
SMP SMPN 2 Cirebon - 2014
SMA SMAN 6 Cirebon IPA 2017
Universitas
S1 Peternakan 2018 - Sekarang
Brawijaya

Pengalaman Organisasi

Nama Organisasi Jabatan Tahun


Staff Networking
Mahasiswa Wirausaha 2019
Department
KSR Tim Pengajar 2021

Pengalaman Kepanitiaan

Nama Kepanitiaan Jabatan Tahun


Cangkrukan Wirausaha Sekretaris 2019
Brawijaya Entrepreneur
Staff Divisi Konsumsi 2019
Festival 2019
Pembinaan PMR SMPN 3
Staff Pengajar 2021
Malang

29
C. Peserta 3
Nama Lengkap : Wahyu Tri Utami
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 185050100111170
Program Studi : Peternakan
Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 21 Mei 2000
Email : Wahyutri21.wt@gmail.com
No. Hp : 082232751628

Riwayat Pendidikan

Bidang
Jenjang Institusi Tahun Lulus
Ilmu
TK TK Dharma Wanita Semawung - 2006
SD SDN 1 Semawung - 2012
SMP SMP N 1 Andong - 2015
SMA SMA N 1 Kemusu IPA 2018
S1 Universitas Brawijaya Peternakan 2018-sekarang

Pengalaman Organisasi

Nama Organisasi Jabatan Tahun


EM UB Staf ahli 2019
DPM UB Anggota komisi iv 2020

Pengalaman Kepanitiaan

Nama Kepanitiaan Jabatan Tahun


PKKMB Kestari 2019
PEMIRA Kestari 2019

30
D. Peserta 4
Nama Lengkap : Muhammad Rizal Farah Firdaus
Jenis Kelamin : Laki-laki
NIM : 185050100111172
Program Studi : Peternakan
Tempat, Tanggal Lahir : Jombang
Email : rizalsoedadi@gmail.com
No. Hp : 081384101745

Riwayat Pendidikan

Jenjang Institusi Bidang Ilmu Tahun Lulus


SD SDN 03 Cijantung - 2011
SMP SMPN 103 Jakarta - 2014
SMA SMAN 93 Jakarta IPA 2017
Universitas
S1 Peternakan 2018-sekarang
Brawijaya

Pengalaman Organisasi

Nama Organisasi Jabatan Tahun


BEM Fakultas Peternakan Staff Ahli 2019
ISMAPETI Wil 4 Staff Keilmuan dan Profesi 2018-2020
PB ISMAPETI Ketua Umum 2021

Pengalaman Kepanitiaan

Nama Kepanitiaan Jabatan Tahun


PKKMB Pendamping 2019

31
E. Peserta 5
Nama Lengkap : Citra Dwi Pratiwi
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 185050100111175
Program Studi : Peternakan
Tempat, Tanggal Lahir : Magetan, 22 April 2000
Email : citrapratiwi@student.ub.ac.id
No. Hp : 082140576655

Riwayat Pendidikan

Jenjang Institusi Bidang Ilmu Tahun Lulus


TK TK KARTIKA V-22 - 2006
SD SDN MANGKUJAYAN - 2012
SMP SMPN 4 MAGETAN - 2015
SMA SMAN 2 MAGETAN IPA 2018
UNIVERSITAS PETERNAKA
S1 2018-sekarang
BRAWIJAYA N

Pengalaman Organisasi

Nama Organisasi Jabatan Tahun

Pengalaman Kepanitiaan

Nama Kepanitiaan Jabatan Tahun

32
Lampiran 2. Dokumentasi pada literatur

Gambar 4. Sapi Brahman Cross Gambar 5. Sapi Madura

Gambar 6. Pakan Konsentrat Gambar 7. Vitamin B komplek

33
Gambar 8. Penggilingan Hijauan dan Pemberian Pakan

34

Anda mungkin juga menyukai