Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ame Hana Sandria Abel

NIM : 2206110001
Prodi : Teknik Pembuatan Tenun Ikat
Mta Kuliah : Tijauan Tekstil Nusantara
Materi : Wastra Nusantara (kain gringsing)

KAIN GRINGSING
1. Latar Belakang
Kain ini berasal dari desa Tenganan Bali, umumnya masyarakat desa Tenganan
memiliki kain Gringsing berusia ratusan tahun, yang digunakan dalam acara khusus
seperti potong gigi, pernikahan dan upacara keagamaan laginnya. Kain Gringsing
dibuat dengan teknik-teknik Dobel ikat dan memerlukan waktu 2-5 th. Kata Gringsing
berasal dari dua kata yaitu Gring yang berarti (Sakit) dan Sing berarti (Tidak), jari arti
dari Gringsing adalah Penolak Bala.

Gambar 1.1 gaya berfoto warga desa tengana 1930


(www.sejarahbali.com)

2. Sejarah
Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, adanya kain Gringsing ini berawal dari
DewaIndra yang kagum akan keindahan langit dimalam hari. Dewa Indra lalu
mengajarkan parawanita Tenganan untuk menguasai teknik menenun. Kain Gringsing
yang melukiskan danmengabadikan keindahan bintang, bulan, matahari dan hamparan
langit lainnya.

Gambar 1.2 wanita tenganan memkai hasil tenunan


(www.pinterest.ph)
3. Filosofi
Bagi masyarakat tenganan, kain gringsing mengandung nilai magis yang di yakini bisa
mennolak bala atau penyakit dan kin tenun gringsing sebagi busana dan dimknai
sebagai identitas diri pakian kebesaran yang sangat mereka hormati.

4. Tradisi
Desa Tenganan memiliki beberaparadisi dari kain Gringsing. Tradisi Kain Gringsing
adalah tradisi turun-temurun seperti upacara adat dan upacara parawisata dunia, yang
hingga saat ini masi dilakukan oleh masyarakat Tenganan dan merekamasih
mempertahankan motif-motif asli dari kain Gringsing yakni :
 Perang Pandan
Dari mitos, Dewa Indra selalu dihidupkan dalam tradisi ini, maka dari pertarungan
ini untukmenjaga kekuatan supaya tetap teguh pada peraturan yang telah
digariskan oleh leluhur.

Gambar.1.3 perang pandan


(www.liputan6.com)

 Tari Rejang Hanya dilakukan oleh para remaja dan dilakukan di jabantengah
pura dan dilakukan secaraberkelompok serta gerakannya yang sederhana dan
lemah gemulai.

Gambar 1.4 tari renjang (


www.citraaryandri.com)
5. Kepercayaan dan strata sosial
Kain gringsing menjadi cerminan perjalanan kehidupan masyarakat Tenganan, karena
itulah kain ini selalu digunakan dalam setiap upacara adat maupun upacara keagamaan.
Fungsi dan makna kain gringsing begitu penting dalam kehidupan masyarakat
Tenganan yakni sebagai simbol keselarasan hidup serta penghormatan kepada leluhur
yang telah mewariskanbudaya kain tersebut.

6. Jenis-jenis Kain Gringsing Di desa Tenganan hanya memiliki 1 jenis kain gringsing,
tetapi kain gringsing memiliki sekitar 20-an jenis motif namun sampai sekarang yang
masih di kerjakan hanya beberapa saja.

Gambar 1.5 motif kain gringsing


(Touristcompany.org)

 Motif lubeng yang bercirikan kalajengking berfungsi sebagai busana adat dan
digunakandalam upacara keagamaan.

Gambar 1.6
https;//www.researchgate.net/publication/344698073

 Motif sanan empeg yang bercirikan kotak poleng merah hitam berfungsi
sebagai Sarana upacara keagamaan dan adat.

Gambar 1.7 https;//


www.researchgate.net/publicatio
n/344698073
 Motif cecempaka yang bercirikan bunga cempaka berfungsi sebagai busana
adat dan upacara keagamaan.

Gambar 1.8
https;//www.researchgate.net/publication/344698073

 Motif cemplong yang bercirikan sebuah bunga besar di antara bunga-bunga


kecil berfungsi sebagai busana adat dan upacara keagamaan.

Gambar 1.9.
www.flickr.com

 Motif gringsing isi yang seluruh bagian motifnya penuh hanya berfungsi untuk
saranaupacara adat. Ukuran kain ini yang ada hanya pat likur (24 benang).

Gambar 1.10
Jejakarkeologi.blogspot.com
 Motif wayang yang bercirikan tokoh-tokoh pewayangan, terdiri dari gringsing
wayangkebo dan gringsing wayang putri.

Gambar 1.11
https;//www.researchgate.net/publication/344698073

 Motif tuung batun yang bercirikan biji terong biasa digunakan untuk senteng
(selendang) pada wanita dan sabuk (ikat pinggang) pada pria.

Gambar 1.12
https;//www.researchgate.net/publication/344698073

7. Cara pembuatan
a) Benang yang digunakan adalah benang yang diperoleh dari kapuk, yang di
pintal mengunakan alat tradisional.

Gambar 1.13
(rachnasandika.com)
b) Setelah selesai dipintal Benang akan mengalami proses perendaman lebih dari
40hari hingga maksimal 1tahun dan pergantian air rendaman selama 25-49 hari
menggunakan minyak kemiri sebelum dilanjutkan ke proses ikat dan
pewarnaan.

Gambar 1.14 (
www.kaskus.co.id)

c) Kain yang sudah jadi akan diikat oleh juru ikat mengunakan pola tertentu dan
dilakukanpada sisi lungsi dan pakan yang disebut Dobel ikat. Proses ikat
mengunakan 2 warnatali yaitu, jembon dan hijau muda.

Gambar 1.15,14
(kabarkomik.wordpress.com),(travel.tempo.com)
\
d) Setelah di ikat proses selanjutnya adalah pewarnaan alami yang digunakan
dalampembuatan motif adalah Babakan dan kepundung putih yang dicampur
dengan kulit akar mengkudu sebagai warna merah. Minyak kemiri di campur
dengan air serbuk kayusebagai warna kuning. Pohon taum untuk warna hitam.
Gambar.1.16 (
www.kaskus.co.id)

e) Selanjutnya penjemuran sampai benar kering Proses selanjutnya adalah


penataan benang dan sesuai dengan sisi lungsi. Proses menenun dengan
mengunakan pola yang di buat pada kain harus di tenun denganketrampilan
dan ketelitian agar menghasilkan motif kain yang terlihat tegas.

Gambar1.17
(https;//id.wikipedia.org/wiki/kain_gringsing)

Pendapat Sebagai Generasi Milenial

Perkembangan Wastra nusantra (kain tenun) dari waktu ke waktu semakin berkembang
dan memberikan kesadaran bagi penggunanya. Kain tenun juga sudah di dukung oleh
pemerintah bahkan sudah masuk dalam jenjang pendidikan, sehingga dapat memperluas
pandangan dan pola pikir para pelajar. Untuk bisa mengembangkan Wastra nusantra kita
juga harus belajar dari daerah yang lain agar kita jangan terpaku pada 1 daerah saja.
Dengan berkembangnya Wastra nusantra kita perlu tau arti dan makna dari motif-
motif
yang ada, disampingnya kita harus menghargai segala sesuatu yang sudah diwariskan
oleh para leluhur, sehingga dalam perkembangan teknologi, budaya kita yang awalnya Baik
tetap terjaga walaupun zaman semakin maju

Sebagai generasi Milenial kita perlu mengembangkan Wastra nusantra khususnya diNTT
agar daerah kita jangan tertinggal. Dengan majunya teknologi semua dikerjakan dengan
mengunakan Medsos jadi dari perkembangan tersebut kita mengambil peluang , contohnya;
jika ingin berjualan, tidak harus kepasar cukup memposting apa yang ingin kita jual agar
kita TDK membuang waktu pada satu pekerjaan.

Referensi
https://youtu.be/EWkfAbfT7j8;1.latar belakang, 2.sejarah, 3.tradisi, 4,filosofi, 5.kepercayaan
dan sastra sosial, 6.jenis-jenis dan cara pembuataan.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai