1. Cunningham FG, Gant NF et al. 2014. Obstetri Williams 24th edition. Jakarta : EGC
2. Muchtar, Rustam. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
3. Manuaba, Ida Bagus. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
4. Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
5. Pawiroharjo, Sarwono.1998. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
6. Syaifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarata : Yayasan Bina Pustaka
7. Ratna, Eni, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
8. Rabe, Thomas. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipokrates
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Definisi
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum , yang merupakan
penyakit kronis dan bersifat sistemik . selama perjalanan penyalit ini dapat menyerang seluruh
organ tubuh.
2. ETIOLOGI
Penyebab sifilis adalah treponema pallidium, yang ditularkan ketika hubungan seksual dengan
cara kontak langsung dari luka yang mengandung treponema.
Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada kulit. 10-90 hari
sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka pada kulitprimer (chancre atau ulkus
durum).
Chancre ini kelihatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Tes serologik
untuk sifilis biasanya nonreaktif pada waktu mulai timbulnya chancre, tetapi kemudian
menjadi reaktif sesudah 1-4 minggu. 2-6 minggu sesudah tampak luka primer, maka dengan
penyebaran treponema pallidium diseluruh badan melalui jalan darah, timbulah erupsi kulit
sebagai gejala sifilis sekunder. Erupsi pada kulit dapat terjadi spontandalam waktu 2-6
minggu. Pada daerah anogenital ditemukan kondilomata lata. Tes serologik hampir seluruh
positif selama fase sekunder ini, sesudah fase sekunder, dapat terjadi sifilis laten yang dapat
berlangsung seumur hidup, atau dapat menjadi sifilis tersier. Pada sepertiga kasus yang tidak
diobati, tampak manifestasi yang nyata dari sifilis tersier.
3. 3 GAMBARAN KLINIK
1. Sifilis primer
Chancre atau ulkus durum kelihatan pada tempat masuknya kuman, 10-90 hari setelah
terjadinya infeksi. Chancre berupa papula atau ulkus dengan pinggir-pinggri yang meninggi,
padat, dan tidak sakit. Luka tersebut paa alat genital biasanya terdapat vulva dan terutama
2
pada labia, tetapi bisa juga pada serviks. Luka primer kadang-kadang terjadi pada selaput
lendir atau kulit ditempat lain (hidung, dada, perineum, dan lain-lain), dan pemeriksaan
medan gelap (dark-field) perlu dilakukan usaha untuk menemukan treponema pallidium
disemua luka yang dicurigai. Tes serologik harus dibuat setiap minggu selama enam minggu.
2. Sifilis sekunder
Gejala pada kulit timbul kira-kira 2 minggu – 6 bulan (rata-rata 6 minggu) setelah hilangnya
luka primer. Kelainan yang khas pada kulit bersifat makulopapiler, folikuler, atau postuler.
Karakteristik adalah alopesia rambut kepala yang tidak rata (month eaten) pada daerah
oksipital. Alis mata dapat menghilang pada sepertiga bagian lateral. Papula yang basah dapat
dilihat pada daerah anogenital dan pada mulut. Papula ini dekenal dengan nama kondilomata
lata, dan mempunyai arti diagnostik untuk penyakit ini. Kondilomata lata agak meninggi,
berbentuk budar, pinggirnya basah dan ditutup oleh eksudat yang berwarna kelabu.
Treponema pallidium dapat dijumpai pada luka ini dan tes srologik biasanya positif.
Limfadeno patia adalah tanda penting, kadang-kadang splenomegali dijumpai juga. Aspirasi
dengan jarum dari kelenjer limfe yang bengkak pada biasanya menemukan cairan yang
mengandung treponema pallidium yang dapat dilihat pada pemeriksaan lapangan gelap.
3. Sifilis laten
Tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala klinis. Tanda positif hanya serum yang reaktif, dan
kadang-kadang cairan spinal juga reaktif. Jika fase laten berlangsung sampai 4 tahun, maka
penyakit ini tidak menular lagi, kecuali pada janin yang dikandung wanita yang berpenyakit
sifilis.
4. Sifilis tersier
Kadang pada vulva ditemukan gumma. Disini ada kecendrungan bagi gumma untuk menjadi
ulkus nekrosis dan indurasi pada pinggirnya.
3
ia tidak diobati, ia akan mengalami abortus, atau aborataus prematurus dengan meninggal atau
dengan tanda-tanda kongenital.
Apabila infeksi dengan sifilis terjadi pada hamil tua, maka plasenta memberikan perlindungan
terhadap janin dan bayi dapat dilahirkan sehat. Apabila infeksi terjadi sebelum plasenta
terbentuk dan dilakukan pengobatan segera, infeksi pada janin mungkin dapat dicegah. Pada
tiap pemeriksaan antenatal perlu dilakukan tes serologik terhadap sifilis.
3.4 PENGARUH SIFILIS
Terhadap kehamilan
1. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke-16 kehamilan, dimana Treponema telah dapat
menembus barier plasenta.
2. Akibatnya: kelahiran mati dan partus Prematurus.
3. Bayi lahir dengan lues kongenital: Pemfigus sifilitus, dekskuamanasi telapak tangan-kaki
serta kelainan mulut dan gigi.
4. Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues kongenital.
kategori Terapi
4
- sifilis dini Penicillin G benzatin, 2,4 juta unit intramuskulus
sebagai suntikan tunggal, sebagian menganjurkan
dosis kedua 1 minggu kemudian
Tindak lanjut
Kontrak sesual dalam 3 bulan terakhir perlu di evaluasi untuk sifilis dan terapi secara
presumtif. Meskipun seronegative. Titer serologis ibu perlu di periksa setiap bulan dan saat
persalinan untuk memastikan respons serologis terhadap terapi atau mengetahui reinfeksi
pada kelompok beresiko tinggi ini. peningkatan titer 4 kali lipat atau lebih mengisyaratkan
reinfeksi atau kegagalan pengobatan sebagai contoh, titer VDRL yang semula 1: 4 dan
kemudian meningkat menjadi 1: 16 mengisyaratkan reinfeksi.
Siklus pada Kehamilan Dan Sifilis Kongenital
Pada masa belum dikenal antibiotika,seorang ibu dari bayi yang menderita sifilis
kongenital akan memberi keterangan bahwa telah menjadi keguguran yang kemudian diikuti
lahirnya bayi prematur meningggal waktu lahir dan selanjutnya lahir cukup umur meninggal
waktu lahir dan kemudian lahir bayi yang sehat.
Hal tersebut dapat dijelaskan adanya kemungkinan “ternonema” keluar secara berkala
dari jaringan limfoid kedalam peredaran darah pada sifilis lanjut. Maka bila hal tersebut
terjadi bayi dalam kandungan akan terinfeksi. Seorang wanita yang menderita sifilis dini,
tidak nmendapat pengobatan 30% bayi akan meninggal dalam kandungan, 30% meninggal
setalah lahir, terinfeksi tetapi masih hidup sekitar 40% yang disertai gejala-gejala sifilis lanjut.
5
Sifilis Kongenital Dini
Pada sifilis kongenital dini tanda dan gejala yang khas muncul sebelum umur 2 tahun.
Lebih awal munculnya manifestasi klinis,akan lebih jelek prognosisnya.
Tanda-tandatersebut adalah
1. Lesi kulit terjadi segera setalah lahir, berupa lesi vesikobulosa yang akan berlanjut menjadi
erosi yang tertutup kusta. Lesi kulit yang terjadi pada beberapa minggu kemudian berupa
populoskuamosa dengan distribusa simetris.
2. Lesi pada selaput lendir. Selaput lendir hidung, faring dapat terkena serta mengeluarkan
sekresi. Sekresi hidung disertai darah pada bayi baru lahir merupakan tanda khas sifilis kulit
dan selaput lendir dipenuhi “T.Pallidum”.
3. Tulang. Terjadi osteokondritis tulang panjang.walaupun hanya sebagian ditemukan tanda
klinis, hampir semua penderita menunjukkan kelainan radiologis.
4. Anemia hemolitik
5. Hepatosplenomegali
6. Sistem syaraf pusat,dijumpai kelainan sumsum tulang belakang.
6
6. Tulang
Terjadi sklerosis sehingga tulang kering menyerupai pedang (sabre). Tulang frontal yang
menonjol atau dapat terjadi kerusakan akibat gomma yang menyebabkan destruksi terutama
pada septum nasi.
7. Kulit
Timbul fisira disekitar rongga mulut dan hidung disertai ragado yang disebut sifilis rinitis
infantil.
8. Lesi kardiovaskuler
9. Clutton’s joint
Stigmata Sifilis Kongenital
Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh serta meninggalkan parut dan
kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian merupakan stigmata sifilis kongenital.
3.5 DIAGNOSIS
7
a. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field)
Ruam sifilis primer, dibersihkan dengan larutan Nacl fisiologis, serum diperoleh dari bagian
dasar lesi dengan cara menekan lesi dan serum akan keluar. Diperiksa dengan mikroskop
lapangan gelap menggunakan minyak imersi T. Pallidum berbentuk ramping, gerakan lambat
dan angulasi
b. Mikroskop fluoresensi
Bahan apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton. Sediaan diberi
antibiotic spesifik yang dilabel fluoresensi, kemudian diperiksa dengan mikroskop
fluoresensi. Peneliti lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini dapat member hasil non spesifik
dan kurang dapat dipercaya dibandingkan pemeriksaan lapangan gelap.
3.6 PENGOBATAN
8
1. Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaliknya sebelum hamil atau
pada trimester I untuk mencegah penularan terhadap janin.
2. Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes ix Wasserman dan VDRL, bila perlu diobati.
3. Terapi:
Suntikan Penisilin 6 secara intramuskular sebanyak 1 juta satuan perhari selama 8-10 hari.
Obat-obatan per oral Penisilin dan etromisin.
Lues kongenital padaneonatus : Penisilin 6.100.000 satuan per kg berat badn sekaligus.
Reaksi penisilin
Dapat terjadi alergi atupun syok anapilatik sebagai reaksi terhadap penisilin.Dapat
terjadi reaksi psudo.Alergi pada kulit yaitu reaksi jarish-herx heimier dan hoigine (gejala
psikotit akut akibat prokain dalam penisilin).
Tanda-tanda JH (reaksi jerisch herxheimier) ialah:
1.Terjadi kenaikan suhu tubuh yang disertai menngigil dan berkeringat
2.Lesi bertambah jelas,misalnya lesi sifilis lebih merah
3.perubahan fisiologis yang khas termasuk fisiokonttriksi dan hiperventilasi dan kenaikan
9
tekanan darah dan output jantung
2. Plan
Rencana pentalaksanaan yang akan diberikan pada pasien ini sesuai dengan referensi, maka
dilakukan penatalaksanaan sebagai berikut :
A. Farmakoterapi
o Sulfas Ferros Tablet 1 x 1 tablet
o Calsium laktat 1 x 1 tablet
o Asam Folat tablet 1 x 1 tablet
o Eritromisin 500 mg tablet 4 x 1 tablet berikan selama 15 hari
B. Non Farmakoterapi
o Edukasi pasien mengenai penyakit yang diderita, dan menjelaskan penyakitnya
tersebut membutuhkan perhatian khusus
o Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan area kewanitaan
o Menyarankan suami pasien untuk di periksa karena ada kemungkinan menderita
penyakit yang sama
o Menyarankan pasien untuk tidak berganti-ganti pasangan serta memakai kondom pada
sat melakukan hubungan sexual.
o Edukasi pasien cara membasuh area kewanitaan setelah berkemih
o Edukasi pasien untuk tidak menggunakan pencuci area kewanitaan
o Edukasi pasien untuk mencuci tangan sebelum dan setelah membasuh area kewanitaan
o Edukasi pasien untuk rutin melakukan ante natal care
o Menjadwalkan kunjungan ulang
o Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi
10