Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

“PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (INFEKSI MATERNAL)”

Disusun oleh:

NAMA: DEBI MOKOAGOW


NIM: C01421041
KELAS: B KEPERAWATAN 2021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
INFEKSI MATERNAL

A. Sifilis
1. Definisi
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan
mempunyai beberapa sifat, yaitu: perjalanan penyakitnya sangat kronis, dalam
perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macam-macam
penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali (rekuren), dan dapat ditularkan
dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan kelainan congenital. Selain melalui ibu ke
janinnya dan melalui hubungan seksual. Sipilis bisa juga ditularkan melalui luka,
transfuse dan jarum suntik.
Penyakit sifilis yang bersifat akut dan kronis ditandai dengan munculnya lesi primer
yang diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir. Kemudian masuk ke
dalam periode laten diikuti dengan lesi pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan,
sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskuler (Budianto, 2017).

2. Etiologi
Penyebab sifilis adalah masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral atau spirolche yang
disebut troponema palidum. Dengan strategi hamper selalu menular kekorban baru
melalui persetubuhan atau seks oral, mahluk kecil ini mencari jalan masuk melalui kulit
dan dari sana, ia menyebar dengan ganas. Beberapa jam setelah bakter-bakteri ini masuk
ke dalam kulit, mereka yang berbentuk spiral ini biasanya berhasil masuk ke dalam aliran
darah, dan dalam satu minggu mereka telah menyebar dalam ke seluruh tubuh. Jika tidak
diobati, infeksi tersebut biasanya berkembang melalui 3 tahap selama bertahun-tahun.
Selama tahap pertama (sifilis awal), sebuah bisul yang tidak sakit timbul di mana
bakteri itu masuk ke dalam tubuh. Bisul ini atau chancre biasanya muncul berkisar antara
10 hingga 90 hari setelah infeksi dan hampir selalu di bagian genital. Biasanya, bisul-
bisul sifilis memiliki bagian tengah yang halus dan pinggiran yang menonjol dan keras
dan kadang-kadang berisi nanah kuning seperti lepuh atau jerawat, Pada laki-laki, bisul-
bisul itu biasanya muncul pada atau dekat kepala penis. Pada wanita bisul bisul itu
biasanya pada labia (bibir vagina), namun kadang-kadang berada pada vagina bagian
dalam, di mana bisul-bisul itu tidak dapat di ihat atau dirasakan. Kadang-kadang bisul itu
muncul di mulut, payudara, jari-jari lidah atau wajah.

3. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung treponema
pallidum. Treponema dapat masuk melalui selaput lendir yang utuh atau kulit dengan
lesi, kemudian masuk ke perdarahan darah dan semua organ dalam tubuh. Infeksi bersifat
sistemik dan manifestasinya akan tampak kemudian. Perkembangan penyakit sifilis
berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya. 10 sampai 90 hari (umumnya 3-4
minggu) setelah terjadi infeksi. Pada tempat masuk Treponema pallidum timbul lesi
primer yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 6 minggu
(2-6 minggu). Setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lendir yang pada
permulaan menyeluruh, kemudian mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. Kadang-
kadang kelainan kulit hanya sedikit atau sepintas lalu.

Prognosis pada ibu hamil dengan sifilis buruk, jika tidak dilakukan penanganan
yang tepat akan berdampak buruk baik si ibu maupun untuk janin yang di kandungan, (Ai
yeyeh Rukiyah, 2017).

4. Manifestasi klinis
Secara umum menifestasi klinik dari penyakit sifilis yaitu: keluarnya cairan dari vagina,
penis, atau dubur yang berbeda dari biasanya. Dapat berwarna putih susu, kekuningan,
kehijauan, atau disertai bercak darah dan bau yang tidak enak, perih, nyeri atau panas saat
BAK atau setelah buang buang air kecil (BAK) atau menjadi sering BAK, adanya luka
terbuka (luka besar di sekitar alat kemaluan atau mulut).

Gejala pertama sifilis muncul sekitar tiga minggu setelah bakteri memasuki tubuh.
Infeksi sifilis terbagi menjadi empat tahapan utama, antara lain:
a) Sifilis Primer
Penderita sifilis mengalami gejala yang dimulai dengan lesi atau luka pada alat
kelamin atau di dalam dan di sekitar mulut. Luka yang terjadi berbentuk seperti
gigitan serangga tapi tidak menimbulkan rasa sakit. Pada tahap ini, jika orang
yang terinfeksi berhubungan seksual dengan orang lain, penularan sangat mudah
terjadi. Luka ini bertahan selama 1- 2 bulan. Pada akhirnya, lesi ini akan sembuh
tanpa meninggalkan bekas.
b) Sifilis Sekunder
Penderita sifilis sekunder akan mengalami ruam merah seukuran koin kecil dan
biasanya ruam ini muncul pada telapak tangan dan telapak kaki. Gejala lain yang
mungkin muncul adalah demam, nafsu makan menurun, radang tenggorokan dan
kutil kelamin. Fase ini bisa bertahan selama satu hingga tiga bulan.
c) Sifilis Laten
Setelah fase sifilis sekunder, sifilis seakan-akan menghilang dan tidak
menimbulkan gejala sama sekali. Masa laten ini bisa bertahan sekitar dua tahun
sebelum kemudian lanjut ke masa yang paling berbahaya dalam infeksi sifilis
yaitu sifilis tersier.
d) Sifilis Tersier
Jika infeksi tidak terobati, sifilis akan berkembang ketahapan akhir, yaitu sifilis
tersier. Pada tahap ini, infeksi bisa memberi efek yang serius pada tubuh.
Beberapa akibat dari infeksi pada tahapan ini adalah kelumpuhan, kebutaan,
demensia, masalah pendengaran, impotensi, dan bahkan kematian jika tidak
ditangani. Sifilis paling mudah menular pada fase sifilis primer dan sekunder. Jika
Anda merasa terinfeksi sifilis, segera periksakan diri ke dokter atau klinik
spesialis penyakit kelamin untuk memastikan diagnosis terhadap sifilis. Makin
cepat sifilis diobati, makin kecil kemungkinan sifilis berkembang menjadi
penyakit yang serius.

5. Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menemukan T, pallidium dalam spesimen dengan
menggunakan microskop lapang pandang gelap, pewarnaan Burry, atau microskop
imunofluoresensi. Pemeriksaan bantu lain adalah tes non treponema (tes reagen) untuk
melacak antibody IgG dan IgM terhadap lipid yang terdapat pada permukaan sel treponema
misalnya Rapid Plasma Reagen (RPR), Veneral Disease Research Laboratory (VDRL). Hasil
positif palsu tes nontreponemal dalam populasi masyarakat umum mencapai 1-2% (termasuk
pada ibu hamil). Tes treponemal menggunakan T. Pallidum subspecies pallidum sebagai
antigen, sehingga tes ini merupakan jenis tes konfirmatif misalnya: Treponema pallidum
Haemaglutina tion Assay (ТРНА).
Pada sebagian besar kasus tes treponema reaktif, hasil reaktif tersebut akan tetap
reaktif seumur hidup. Untuk menegakkan diagnosis sifilis kongenital pemeriksaan IgM pada
bayi sangat diperlukan, karena IgM dari ibu tidak dapat melalui plasenta. WHO dan CDC
telah merekomendasikan pemberian terapi injeksi penisilin benzatin 2,4 juta MU untuk sifilis
primer, skunder dan laten dini. Sedangkan untuk sifilis laten lanjut atau tidak diketahui
lamanya, mendapat 3 dosis injeksi tersebut (Sarwono Priwirahardjo, 2018).

6. Penatalaksanaan
 Sifilis pada stadium I diberikan benzatin penesilin dengan dosis total 4,8 juta unit
secara IM berturut-turut 2,4 juta unit selama seminggu. Penesilin prokain dalam
aluminium monostrearat (PAM) setiap tiga hari sekali 1,2 juta unit sehingga
mencapai dosis total 4,8 juta unit. Panesilin prokain dalam akua 600.000 unit sehari
selama 8 hari sehari- hari.
 Sifilis stadium II biberikan benzatin penesilin dengan dosis total 6,0 juta unit secara
IM 2,4 dan 1,2 juta unit selang seminggu. Penesilin prokain dalam aluminium
monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 6
juta unit. Penesilin prokain dalam akua 600.000 unit sehari selama 10 hari sehari-hari.
 Sifilis stadium III (sifilis kardiovaskuler atau neuro sifilis) diberikan benzatin
penicillin dosis total 9 juta unit, disuntikan berturut-turut 2,4 dan 1,8 juta unit selang
seminggu. Penesilin prokain dalam aluminium monostrearat (PAM) setiap 3 hari
sekali 1,2 juta unit
sehingga mencapai
dosis total 9 juta unit.
Penesilin prokain
dalam akua 600.000 unit
sehari selama 15 hari
sehari- hari.

Apabila penderita alergi terhadap penisilin untuk sifilis stadium I dan II diberikan tetrasiklin
HCL dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 15 hari. Pada stadium III diberikan tetra siklin
HCL dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 30 hari. Sesudah pemberian pengobatan yang
cukup, setiap penderita sifilis harus tetap dalam pengamatan selama kurang lebih 2 tahun.
Pemeriksaan ulang meliputi pemeriksaan fisik dan serologis dilakukan pada bulan ke 1, 3, 6,
12 dan 24 sesudah pengobatan selasai. Bila mana selama pengamatan titer tes serologis
menunjukkan penurunan dan akhirnya menjadi negative, maka sesudah 24 bulan penderita
dapat dilepaskan dari pengamatan, (Sarwono prawirahardjo, 2018).
Daftar pustaka

https://books.google.com/books/about/MATERNITAS_DALAM_ILMU_KEPERAWATAN.html?
hl=id&id=iARsEAAAQBAJ#v=onepage&q=infeksi%20maternal%20menular%20seksual&f=false
https://books.google.com/books/about/BUKU_AJAR_KEPERAWATAN_MATERNITAS_2.html?
hl=id&id=5cK-EAAAQBAJ#v=onepage&q=infeksi%20maternal%20menular%20seksual&f=false
https://books.google.com/books/about/Buku_Ajar_Dasar_Biomedik_Lanjutan.html?hl=id&id=VFk-
EAAAQBAJ#v=onepage&q=infeksi%20Sifilis&f=false
https://books.google.com/books/about/Asuhan_Keperawatan_Gangguan_Maternitas_B.html?
hl=id&id=jgAeEAAAQBAJ#v=onepage&q=sifilis%20maternal&f=false
https://books.google.com/books/about/Infeksi_Menular_Seksual.html?
hl=id&id=X7BUDwAAQBAJ#v=onepage&q=infeksi%20menular%20seksual&f=false

Anda mungkin juga menyukai