Anda di halaman 1dari 26

Penanganan Sifilis Sifilis merupakan salahsatu penyakit yang dapat menular.

Dimana cara penularannya bukan melalui peralatan makan,bukan melalui knop pintu,bukan melalui kolam renang bahkan bukan pula tukarmenukar pakaian tetapi melalui hubungan seksual. Biasanya yang memiliki penyakit ini tidak menyadari bahwa si penderita memiliki penyakit sifilis. Penyakit ini disebabkan bakteri treponema pallidum yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir atau kulit. Beberapa jam kemudian bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Gejala Sifilis Sifilis mulai timbul antara 1-13 minggu setelah terinfeksi. Infeksi ini bisa menetap selama bertahun-tahun tetapi jarang menyebabkan kerusakan jantung,kerusakan bahkan jarang menyebabkan kematian. Infeksi pada sifilis memiliki 4 fase atau tahapan,antara lain: 1. Fase primer Pada fase ini terbentuk luka yang tidak nyeri pada tempat yang terinfeksi. Misalnya penis,vulva dan vagina 2. Fase sekunder Pada fase ini sering ditemukan luka pada mulut dengan gejala tidak enak badan,mual,lelah,kehilangan nafsu makan,demam dan anemia 3. Fase laten Pada fase ini tidak Nampak gejala sedikitpun tetapi pada awal fase ini kadang luka yang terinfeksi kembali muncul 4. Fase tersier Pada fase ini tidak lagi menularkan penyakitnya Penanganan Sifilis Dengan Jelli Gamat Luxor

Apakah ada penanganan sifilis dengan obat herbal alami? Ada,penanganan sifilis dengan obat herbal alami yaitu Jelli Gamat Luxor. Dimana Jelli Gamat Luxor terbuat dari teripang hewan laut yang hidup di dasar laut yang berbentuk cairan (jelli) berwarna bening dengan cita rasa dan aroma yang netral. Jelli gamat luxor juga mengandung zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan regenerasi sel termasuk penanganan sifilis. Secara umum jelli gamat luxor dapat dikonsumsi untuk membantu

meningkatkan daya tahan tubuh sekaligus memulihkan kondisi tubuh dari penyakit degenerative. Jelli gamat luxor merupakan makanan kesehatan dan bukan obat .kandungan zat gizi di dalamnya yang mengandung kolagen alami,chondroitin sulfat,glukosamin,mineral,omega 3 dan CGF (Cell Growth Faktor) yang akan bekerja sinergis dan bertahap meregenasi sel meringankan keluahan bahkan penanganan sifilis. segera lakukan penanganan sifilis dengan jelli gamat luxor.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SIFILIS A. KONSEP DASAR I. DEFINISI Sifilis adalah penyakit infeksi oleh treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksasarbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskuler, otak dan susunan saraf, srta dapat terjadi sifilis kongenital. II. KALSIFIKASI 1. Menurut WHO a. Sifilis Dini Dapat menularkan penyakit karena terdapat treponema pallidum pada lesi kulitnya. b. Sifilis Lanjut Tidak menular karena Treponema pallidum tidak ada. 2. Secara Klinis a. Sifilis Kongenital Penularan intrauterin setelah pembentukan plasenta (bulan ke V kehamilan) tidak berakibat keguguran awal / prematur, tetai dapat menyebabkan bayi lahir mati. b. Sifilis Akuisita Penularan dengan senggama, melalui luka mikroskopik, karena kuman tidak menembus kulit / mukosa setelah masuk jaringan, segera melakukan pembiakan dan masuk saluran limfatik sehingga dalam 24 jam sudah didapati dalam kelenjar limfatik regional. Stadium I Terjadi 7 hari sampai 3 bulan setelah invasi kuman, berupa nodulsoliter pada penis, vulva, serviks atau ekstragenital, yang kemudian membentuk ulkus durum dengan tepi meninggi dan tidak dirasa nyeri. Stadium II

Terjadi 2 sampai 12 minggu setelah ulkus durum, sebagai lesi mukokutan yang menyeluruh tubuh disertai limfa denopati generalisata, demam, rasa lesu dan sekita kepala. Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3 7 tahun setelah infeksi. c. Sifilis Kardiovaskuler Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup. Tandatanda sifiliis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma berbentuk kantong pada arota torakal. Umumnya bermanifestasi 10 20 tahun setelah interaksi, seumlah 10 % pasien sifilis akan mengalami fase ini. Pria dan orang denga kulit warna lebih banyak terkena, jantung pembuluh darah, yang terkena terutama yang besar. Kematian pada sifilis terjadi akibat kelainan sistem ini. d. Neurosifilis Umumnya bermanifestasi dalam 10 20 tahun setelah terinfeksi. Kelainan ini lebih banyak didapat pada orang kulit putih. Neurosifilis dibagi menjadi : 1. Neurosifilis Asimtomatik Pemeriksaan serologi reaktif tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif. 2. Neurosifilis Meningovaskuler Terdapat tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat, berupa kerusakan pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia dengan tanda-tanda adanya fokus neurologis sesuai dengan ukuran dan lokasi lesi. Pemeriksaan sumsum tulang beakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif. 3. Neurosifilis Parenkimatosa, yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis. Paresis : Tanda dan gejala paresis sangat banyak dan selalu menunjukkan penyebaran kerusakan parenkimatosa perubahan sifat diri dapat terjadi, mulai dari yang ringan hingga psikotik. Terdapat tanda-tanda fokus neurologis. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif Tabes dorsalis : Tanda dan gejala pertama tabes dorsalis akibat degenerasi kolumna posterior adalah parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan kandungan kemih

impotensi, dan perasaan nyeri seperti dipotong-potong, pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang abnormal pada hampir semua penderita dan pemeriksaan serologis sebagian menunjukkan reaktif. III. ETIOLOGI Treponema pallidum yang termasuk ordex sirochaetaeas, familli Treponematoceae. IV. PATOFISIOLOGI Treponema Selaput lendir yang utuh / kulit dengan lesi. Peredaran darah / semua organ tubuh Masa inkubasi ( 3 minggu) Makula Papula Ulkus yang berisi jaringan nekrotik. Sifilis V. DIAGNOSIS TEST Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus di konfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa : 1. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field). 2. Mikroskop fluoresensi. 3. Penentuan antibodi di dalam serum. Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang mendeteksi antibodi non spesifik,akan tetapi dapat menunjukkan reaksi ddengan IgM da juga IgG, ialah : a. Tes yang menentukan antibodi non spesifik. - Tes Wasserman. - Tes Khan - Tes VDRL ( Venereal Diseases Research Laboratory). - Tes RPR (Rapid Plasma Reagin). - Tes Automated Reagin. b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reiter Protein Complement Fixation) c. Yang menentukan antibodi yaitu :

- Tes TPI (Trponema Pallidum Immobilization) - Tes FTA ABS (Fluorecent Treponema Absorbed). - Tes TPHA ( Treponema Pallidum Haemagglutination Assay) - Tes Elisa (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). VI. KOMPLIKASI VII. MANIFESTASI KLINIS - Tukak - Demam - Lesi - Anorexia - Pada pria selalu dis ertai pembesaran kelenjar limfe ingunal medial unilateral / bilateral - Terjadi kelainan kulit yaitu timbul berupa makula, postul dan rupia. VIII. PENATALAKSANAAN 1. Medikamentosa Sifilis Primer dan Sekunder - Penisilin benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit / kali) dan diberikan satu kali seminggu, atau. - Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari selama 10 hari, atau - Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu. Sifilis Laten - Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit, atau - Penisilin 6 prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari) atau - Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu). Sifilis Stactom III - Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit, atau - Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari) atau - Penisilin prokain 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu). Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan : - Tetrasiklin 5000 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau. - Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.

Untuk pasien sifilis laten lanjut (71 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat dierikan : - Tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atau - Eritrmisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari Obat ini tidak boleh dibeirkan kepada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak. 2. Pemantauan Serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun pertama \, dan setiap 6 bulan per tahun kedua. 3. Non medikamentosa Memberikan pendidikan kepada px dengan menjelaskan hal-hal sebagai beriut : - Bahaya PKTS dan Komplikasinya - Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan. - Cara penularan PKTS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya. - Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi. - Cara-cara menghindari infeksi PKTS di masa datang. B. KONSEP KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN 1. Identitas Sifilis bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin. 2. Keluhan Utama Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit. 4. Riwayat Penyakit Dahulu 5. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan. 6. Pengkajian Persistem a. Sistem integumen Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula. b. Kepala dan Leher Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial). Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum. Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.

Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson(incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng). Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher. c. Sistem Pernafasan d. Sistem kardiovaskuler - Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya. e. Sistem penceranaan - Biasanya terjadi anorexia pada stadium II. f. Sistem muskuloskeletal Pada neurosifilis terjadi athaxia. g. Sistem Neurologis Biasanya terjadi parathesia. h. Sistem perkemihan Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan. i. Sistem Reproduksi Biasanya terjadi impotensi. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis 1. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan. 3. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman. 4. Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh. III. INTERVENSI KEPERAWATAN Dx 1 : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis. Kriteria hasil : Kembalinya kulit normal. Intervensi dan rasional : 1. Anjurkan menggunakan baju katun dan hindari baju ketat. R/ : Menurunkan iritasi 2. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat. R/ : Untuk menyeimbangkan cairan. 3. Berikan dengan latihan rentang gerak. R/ : Mencegah kerusakan lebih lanjut. 4. Kolaborasi dengan tim medis lain.

R/ : Untuk mempercepat proses penyembuhan. Dx 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan. Kriteria hasil : Nyeri berkurang Intervensi dan Rasional : 1. Kaji tingkat nyeri R/ : Untuk mengetahui rasa sakit akut dan ketidaknyamanan. 2. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi. R/ : Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri. 3. Berikan posisi yang nyaman R/ : posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri. 4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin. R/ : Memberikan penurunan rasa nyeri. Dx 3 : Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman. Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36 37o) Intervensi dan Rasional 1. Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis. R/ : Agar terjadi pemindahan panas. 2. Pantau suhu tubuh pasien R/ : Mengetahui adanya infeksius akut. 3. Beri pasien kompres hangat. R/ : Untuk menurunkan suhu tubuh. 4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti piretik. R/ : Untuk mengurangi demam / menurunkan suhu tubuh Dx 4 : Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh. Kriteria hasil : - dapat mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi. - Mengenali penggabungan peruaban dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif. Intervensi dan Rasional : 1. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah. R/ : Membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan. 2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.

R/ : Membantu peningkatkan [erasaan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan. 3. Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri. R/ : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri sendiri dan meningkatkan proses rehabilitasi. IV. EVALUASI 1. Apakah integritas kulit klien sudah kembali normal / baik ? 2. Apakah gangguan rasa nyaman (nyeri) klien teratasi ? 3. Apakah suhu tubuh klien kembali normal ? 4. Apakah gangguan gambaran diri klien sudah teratasi ? DAFTAR PUSTAKA - Mansjoer Arif ; 2000 ; Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2 ; Media aesculapius ; Jakarta. - Daili Fahmi Syaiful ; 2003 ; Penykit Menular Seksual ; FKUI ;Jakarta. - Doenges E. Marillyn ; 1999 ; Rencana Asuhan Keerawtan, Edisi 3 ; EGC ; Jakarta. - Compenito J. Lynda ; 1999 ; Rencana Asuhan Keperawatan ; Edisi 2 ; EGC ; Jakarta. - Ramali Ahmad. Med. Dr. ; 2000 ; Kamus Kedokteran ; Djambatan ; Jakarta.

Sifilis Merupakan infeksi bakteri dari alat kelamin yang ditularkan lewat hubungan badan. Terdapat tiga stadium infeksi sifilis, Stadium I timbul beberapa minggu sesudah dan berlangsung 3-5 minggu; Stadium II timbul 8 minggu sesudah infeksi dan berlangsung sekitar 2 tahun; Stadium III timbul sesudah 3 tahun dan berlangsung bertahuntahun.

GEJALA Tahap Pertama

Bisul yang tidak sakit (kankre) pada penis atau sekitar/dalam vagina yang akan sembuh sendiri dalam beberapa minggu.

Tahap Kedua (sekitar 2 bulan setelah infeksi)

Ruam tidak gatal di seluruh tubuh Sekumpulan seriawan di mulut Demam ringan, sakit tenggorokan Bercak-bercak kebotakan Pembengkakan kelenjar limfe.

Tahap Ketiga (beberapa bulan/tahun setelah infeksi)


Kerusakan pada jantung/aorta Kerusakan tulang atau sendi Gangguan mental yang berhubungan dengan kelumpuhan.

PENYEBAB

Infeksi bakteri triponema pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual, ciuman bila terdapat luka dimulut dan sifilis bawaan bila wanita yang melahirkan terinfeksi sifilis.

YANG DAPAT ANDA LAKUKAN


Periksa dokter Ajak pasangan anda berobat bersama-sama Tidak melakukan hubungan badan sampai dokter menyatakan sembuh.

TINDAKAN DOKTER

Memeriksa darah/cairan genital Mengobati dengan antibiotika.

PENCEGAHAN

Hubungan badan hanya dengan pasangan hidup Gunakan kondom latex bila berhubungan badan kecuali menginginkan anak Hindari hubungan badan dengan pasangan berganti-ganti Hindari hubungan dengan siap saja bila alat genitalnya sedang mengeluarkan cairan, luka pada alat genitalnya dan bengkak pada lipatan paha.
PENGERTIAN SIFILIS Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskular, otak dan susunan saraf, serta dapat terjadi sifilis

kongenital. Disebut juga sebagai Mal de Naples, morbus gallicus, lues venerea, disease of the isle of Espanole, Spanis of French disease, raja singa. ETIOLOGI SIFILIS Sifilis disebabkan oleh Treponema pallidum yang termasuk ordo Spirochaetaeas, familyTreponematoceae PATOFISIOLOGI DARI SIFILIS Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung Treponema. Treponema dapat masuk melalui selaput lender yang utuh atau kulit dengan lesi, kemudian masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam tubuh. Infeksi bersifat sistemik dan manifestasinya akan tampak kemudian. Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya. Sepuluh sampa 90 hari (umumnya 3-4 minggu) setelah terjadi infeksi, pada tempat masuk T.pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 6 minggu (2-6 minggu) setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lender pada permukaan menyeluruh, kemudian ,mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. Kadang-kadang kelainan kulit hanya sedikit dan sepintas lalu. MANIFESTASI KLINIS DARI SIFILIS KLASIFIKASI Pembagian menurut WHO ialah sifilis dini dan lanjut dengan waktu di antaranya 2 tahun, ada yang mengatakan 4 tahun. Sifilis dini dapat menularkan penyakit karena terdapat T.pallidum pada lesi kulitnya, sedangkan sifilis lanjut tidak dapat menular karena T.pallidum tidak ada. Pada ibu hamil, T.pallidum dapat masuk ke tubuh janin Pembagian sifilis secara klinis ialah sifilis kongenital dan sifilis didapat, atau dapat pula digolongkan berdasarkan stadium I,II,III sesuai dengan gejala-gejalanya sifilis kardiovaskuler dan sifilis pada otak dan saraf. Sifilis laten ialah keadaan yang secara klinis tidak ada tanda/gejala kecuali tes serologic yang positif dan meyakinkan. Sifilis late nada yang dini ialah ialah pada sifilis stadium I dan II dan eksaserbasi. Laten lanjut adalah masa antara stadium II dan stadium III dan antara stadium III dan Iv. Syphillis demblee merupakan keadaan jika T.pallidum langsung melalui darah masuk ke tubuh calon pasien, misalnya pada tranfusi darah dan sifilis bawaan. Sifilis Stadium I 3 minggu (10-90 hari) setelah infeksi, timbul lesi pada tempat T.pallidum masuk. Lesi umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa papul yang erosif, berukuran beberapa millimeter sampai 1-2 cm, berbentuk bulat atau bulay lonjong, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tidak ada tanda-tanda radang dan bila diraba ada pengerasan (inderasi) yang merupakan satu lapisan seperti sebuah kancing di bawah kain atau sehelai karton yang tipis. Kelainan ini tidak nyeri. Gejala tersebut sangat khas bagi sifilis stadium I afek primer. Erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan ini disebut ulkus durum yang dapat menjadi fagedenik bila ulkusnya meluas ke samping dan ke dalam. Kadang-kadang hanya terdapat edema induratif pada pintu masuk T.pallidum yang tersering pada labia mayora.

Sekitar 3 minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri, soliter, dan dapat digerakkan bebas. Keadaan itu disebut sebagai sifilis stadium I kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin. Sifilis Stadium II Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah sembuh. Waktu antara sifilis stadium I dan II umumnya 6-8 minggu. Kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis stadium I masih ada saat timbul gejala stadium II. Sifat yang khas pada sifilis ialah jarang ada gatal. Gejala konstitusi seperti nyerikepala, demam subfebril, anoreksia, nyeri pada tulang, dan nyeri leher biasanya mendahului kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa macula, papul, dan pustule. Sifilis Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi. Guma umumnya satu, dapat multiple, ukuran miliar sampai berdiameter beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, membentuk nekrosis sentral dikelilingi jaringan granulasi dan pada nagian luarnya terdapat jaringan fibrosa, sifatnya destruktif. Guma mengalami supurasi dan memecah serta meninggalkan suatu ulkus dengan dinding curam dan dalam, dasarnya terdapat jaringan nekrotik berwarna kuning putih. Sifilis Kongenital T.pallidum dapat melalui plasenta dan masuk ke peredaran darah janin. Oleh karena langsung masuk ke peredaran darah, pada sifilis kongenital tidak terdapat sifilis stadium I. sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis kongenital dini, lanjut, dan stigmata. Sifilis kongenital dini dapat muncul beberapa minggu setelah bayi dilahirkan. Kelainan berupa vesikel dan bula yangs setelah memecah membentuk erosi yang ditutupi krusta. Kelainan sering terdapat di telapak tangan dan kaki. Sifilis kongenital lanjut terdapat pada usia lebih dari 2 tahun. Manifestasi klinis baru ditemukan pada usia 7-9 tahun dengan adanya trias Huthinson, yakni kelainan pada mata, ketulian nervus VIII dan gigi Huthinson. Stigmata terlihat pada sudut mulut berupa garis-garis yang jalanya raider, gigi Huthinson, gigi molar pertama berbentuk seperti murbai, dan penonjolan tulang frontal kepala

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. ( Soedarto, 1990 ) Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar. ( Soedarto, 1990 )

Penatalaksanaan sifilis ada dua pada sifilis primer dan sekunder, sifilis laten dan sifilis stactom III A. Sifilis Primer dan Sekunder - Penisilin benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit / kali) dan diberikan satu kali seminggu, atau. - Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari selama 10 hari, atau - Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu. B. Sifilis Laten - Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit - Penisilin 6 prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari)

- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu). C. Sifilis Stactom III - Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit - Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari)

- Penisilin prokain 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu). 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7 1.2.8 1.2.9 1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 1.3.7 1.3.8 1.3.9 Rumusan Masalah apa definisi dari sifilis? apa etiologi dari sifilis? bagaimana patofisiologi dari sifilis? bagaimana WOC darisifilis? bagaimana manifestasi klinis dari sifilis? apa saja penatalaksanaan dari sifilis? apa saja komplikasi dari sifilis? bagaimana pemeriksaan diagnostic dari sifilis? bagaimana diagnosis pada sifilis? Tujuan untuk mengetahui definisi dari sifilis untuk mengetahui etiologi dari sifilis untuk mengetahui patofisiologi dari sifilis untuk mengetahui WOC dari sifilis untuk mengetahui manifestasi klinis dari sifilis untuk mengetahui penatalaksanaan dari sifilis untuk mengetahui komplikasi dari sifilis untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari sifilis untuk mengetahui diagnosis pada sifilis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. ( Soedarto, 1990 )

II.2 ETIOLOGI Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar. ( Soedarto, 1990 ) II.2.1Bakteriologi Treponema pallidum tidak dapat ditumbuhkan di laboratorium atau di medium biokimia lain. Namun Treponema pallidum dapat ditumbuhkan pada makhluk hidup (hewan coba) yaitu digunakan testis kelinci. Treponema pallidum dapat dilihat di mikroskop lapangan gelap. Warnanya pucat, bentuknya halus dan memiliki koil (gulungan) sehingga terlihat spiral. Panjangnya bervariasi mulai dari 6 sampai 15 m dan panjang koilnya mulai dari 0.09 sampai 0.18 m. Setiap bakteri memiliki sekitar 8 sampai 20 koil.

Adanya enzim hialuronidase pada permukaan bakteri memungkinkannya untuk menimbulkan respons inflamasi dan menyebar selama infeksi primer.

II. 3 PATOFISIOLOGI

1.

Stadium Dini

Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi

endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T.pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.
2.

Stadium Lanjut

Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.
II.4 WOC

II.5 PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS

Sifat-sifat yang mendasari virelensi Treponema pallidum belum dipahami selengkapnya tidak ada tandatanda bahwa kuman ini bersifat toksigenik karena didalam dinding selnya tidak ditemukan eksotosin ataupun endotoksin. Meskipun didalam lesi primer dijumpai banyak kuman namun tidak ditemukan kerusakan jaringan yang cukup luas karena kebanyakan kuman yang berada diluar sel akan terbunuh oleh fagosit tetapi ada sejumlah kecil Treponema yang dapat tetap bertahan didalam sel makrofag dan didalam sel lainya yang bukan fagosit misalnya sel endotel dan fibroblas. Ini dapat menjadi petunjuk mengapa Treponema pallidum dapat hidup dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama ,yaitu selama masa asimtomatik merupakan ciri khas dari penyakit sifilis. Sifat invasif Treponema sangat membantu memperpanjang daya tahan kuman didalam tubuh manusia. Sifilis merupakan penyakit kronik Granulomatosa dimana perjalanan penyakitnya berlangsung lama. Lesi pada stadium akhir mungkin baru muncul 30 tahun setelah infeksi pertama. Pada penyakit sifilis terdiri dari 3 stadium yaitu stadium primer, sekunder dan tersier.ketiga stadium ini dipisahkan oleh periode asimtomatik, yang masa tunasnya 3-4 minggu muncul lesi primer yang terlokalisasi yang akan sembuh setelah 2-6 minggu. Stadium ini disusul dengan stadium sekunder, dijumpai lesi diseluruh tubuh atau generalisata luka ini sembuh dalam waktu 26-minggu. Stadium ini disertai dengan periode laten selama beberapa tahun. Selama periode tersebut tidak dijumpai manifestasi klinik tetapi dalam tubuh sejumlah kecil penderita berlangsung proses yang mengarah kebentuk sifilis yang lebih berat yaitu sifilis tersier. ( Parvin azini ,1996 )

II. 6 EPIDEMOLOGI Penularan utama dari penyakit adalah lewat kontak seksual (coitus ), bisa juga lewat mukosa misalnya dengan berciuman atau memakai gelas dan sendok yang selesai dipakai oleh penderita sifilis dan penularan

perenteral melalui jarum suntik dan tranfusi darah. Masa inkubasi dari penyakit sifilis berlngsung sekitar 2- 6 minggu setelah hubungan seksual yang dianggap sebagai penularan penyakit tersebut ( coitus suspectus ). Secara garis besar penularan sifilis dibagi atas : 1. Sifilis kongenital atau bawaan Sifilis kongenital akibat dari penularan spirokaeta tranplasenta; bayi jarang berkontak langsung dengan Chancre ibu yang menimbulkan infeksi pasca lahir. Resiko penularan transplasenta bervariasi menurut stadium penyakit yang diderita oleh ibu. Bila wanita hamil dengan sifilis primer dan sekunder serta spirokaetamia yang tidak diobati, besar kemungkinan untuk menularkan infeksi pada bayi yang belum dilahirkan daripada wanita dengan infeksi laten. Penularan dapat terjadi selama kehamilan. Insiden dari infeksi sifilis kongenital tetap paling tinggi selama 4 tahun pertama sesudah mendapat infeksi primer, sekunder dan penyakit laten awal. 2. Sifilis Akuisita ( dapatan ) Sifilis dapatan penularanya hampir selalu akbat dari kontak seksual walupun penangananya secara kuratif telah tersedia untuk sifilis selama lebih dari empat dekade, sifilis tetap penting dan tetap merupakan masalah kesehatan yang lazim di Indonesia. Pembagian sifilis dapatan berdasarkan epidemiologi , tergantung sifat penyakit tersebut menular atau tidak. Stadium menular bila perjalanan penyakit kurang dari 2 tahun dan stadium tidak menular perjalanan penyakit lebih dari 2 tahun. Pembagian secara klinis : Stadium I Stadium II Stadium Laten Dini Stadium Rekurens Stadium menular

Stadium Laten Lanjut Stadium III Kardiovaskuler Dan Neuosifilis Stadium tidak menular

II. 7 MANIFESTASI KLINIS II. 7. 1 Sifilis primer Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampakpada tempat sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula segra berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi ( chancre ) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup yang hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis

primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder. II. 7. 2 Sifilis Sekunder Terjadi sifilis sekunder, 2 10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab disekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata ( plak seperti veruka, abu abu putih sampai eritematosa ). Dan plak putih disebut ( Mukous patkes ) dapat ditemukan padfa membrana mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30 % penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS ), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten. II.7. 3 Relapsing sifilis Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS ( Serologis Test for Syfilis ) yang negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder. Relapsing sifilis yang ada terdiri dari : a. Sifilis laten

Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten ( laten awal ). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif. b. Sifilis tersier

Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat ( neurosifilis ). c. Sifilis kongenital

Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat

kelainan syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel nose, saber shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan ( Soedarto, 1990 ).

II.8 PENATALAKSANAAN

II.8.1 Medikamentosa A. Sifilis Primer dan Sekunder - Penisilin benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit / kali) dan diberikan satu kali seminggu, atau. - Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari selama 10 hari, atau - Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu. B. Sifilis Laten - Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit, atau - Penisilin 6 prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari) atau - Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu). C. Sifilis Stactom III - Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit, atau - Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari) atau - Penisilin prokain 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu). Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan : - Tetrasiklin 5000 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau. - Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau. Untuk pasien sifilis laten lanjut (71 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat dierikan :

- Tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atau - Eritrmisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari Obat ini tidak boleh dibeirkan kepada wanita hamil, menyusui, dan anak- anak. 1. Pemantauan Serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun pertama \, dan setiap 6 bulan per tahun kedua.

2. Non medikamentosa Memberikan pendidikan kepada px dengan menjelaskan hal-hal sebagai beriut: - Bahaya PKTS dan Komplikasinya - Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan. - Cara penularan PKTS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya. - Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi. - Cara-cara menghindari infeksi PKTS di masa datang.

II. 9 Komplikasi

a. Benjolan kecil atau tumor b. Masalah Neurologi c. Masalah kardiovaskular d. Infeksi HIV e. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir

II. 10 Diagnosis Test

Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus di konfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa : 1. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field).

2. Mikroskop fluoresensi. 3. Penentuan antibodi di dalam serum. Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang mendeteksi antibodi non spesifik,akan tetapi dapat menunjukkan reaksi ddengan IgM da juga IgG, ialah: a. Tes yang menentukan antibodi non spesifik. - Tes Wasserman. - Tes Khan - Tes VDRL ( Venereal Diseases Research Laboratory). - Tes RPR (Rapid Plasma Reagin). - Tes Automated Reagin. b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reiter Protein Complement Fixation) d. Yang menentukan antibodi yaitu : Tes TPI (Trponema Pallidum Immobilization) Tes FTA ABS (Fluorecent Treponema Absorbed). Tes TPHA ( Treponema Pallidum Haemagglutination Assay) Tes Elisa (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay).
II. 11 DIAGNOSIS Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap ( darkfield microscope ). Pada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif ( gagal pengobatan atau reinfeksi ) dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan ( kanker ).

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN III.1 Pemgkajian

III.1.1 Identitas Sifilis bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin. III.1.2 Keluhan Utama Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit. III.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit. III.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu III.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan. III.1.6 Pengkajian Persistem a. Sistem integumen Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula. b. Kepala dan Leher Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial). Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum. Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian. Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng). Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher. c. Sistem Pernafasan d. Sistem kardiovaskuler Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.

e. Sistem penceranaan Biasanya terjadi anorexia pada stadium II. f. Sistem muskuloskeletal Pada neurosifilis terjadi athaxia. g. Sistem Neurologis Biasanya terjadi parathesia. h. Sistem perkemihan Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan.
III.1 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis 1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses perjalanan penyakit. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan. 3. Ansietas berhubungan dengan kematian. 4. Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh. 5. Kematian pada bayi berhubungan dengan perdarahan hidung saat lahir
III.3 Intervensi Keperawatan

Dx 1 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses perjalanan penyakit. Kriteria hasil : Kembalinya kulit normal. Intervensi dan rasional :
1.

Berikan pejelasan tentang penyakit yang di derita

R/ : mengerti perjalanan dan penyebab penyakit 2. Berikan penyuluhan tentang proses penyakit R/ : mengurangi angka penderita.

3. Kolaborasi dengan tim medis lain. R/ : Untuk mencegah proses penyakit.

Dx 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.

teria hasil : Nyeri berkurang

ervensi dan Rasional : 1. Kaji tingkat nyeri R/ : Untuk mengetahui rasa sakit akut dan ketidaknyamanan. 2. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi. R/ : Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri.

3. Berikan posisi yang nyaman R/ : posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri. 4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin. R/ : Memberikan penurunan rasa nyeri. Dx 3 : Ansietas berhubungan dengan kematian.

Kriteria hasil : cemas berkurang Intervensi dan Rasional 1. berikan dukungan psikologi. R/ : Agar pasien merasa lebih tenang. 2. Pertahankan hubungan yang sering dengan pasien R/ : menciptakan interaksi yang lebih baik dan menurunkan rasa takut. 3. Libatkan orang terdekat R/ : menjamin adanya sistem pendukung bagi pasien Dx 4 : Gangguan konsep diri berhubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.

Kriteria hasil : - dapat mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi. - Mengenali penggabungan peruaban dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif.

ntervensi dan Rasional :


3.

Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah.

R/ : Membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan. 2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik. R/ : Membantu peningkatkan perasaan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan. 3. Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri. R/ : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri sendiri dan meningkatkan proses rehabilitasi. Dx 5 : Kematian pada bayi berhubungan dengan perdarahan hidung saat Lahir. Kriteria hasil : mengurangi angka kematian pada bayi

III.4 Implementasi III.5 Evaluasi

1. Apakah integritas kulit klien sudah kembali normal / baik ? 2. Apakah gangguan rasa nyaman (nyeri) klien teratasi ? 3. Apakah sudahtidak cemas ? 4. Apakah gangguan gambaran diri klien sudah teratasi ?

BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis.
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. ( Soedarto, 1990 ) Pembagian secara klinis : Stadium I Stadium II Stadium Laten Dini Stadium Rekurens Stadium menular

Stadium Laten Lanjut Stadium III Stadium tidak menular

Kardiovaskuler Dan Neuosifilis

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif ; 2000 ; Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2 ; Media aesculapius ; Doenges E. Marillyn ; 1999 ; Rencana Asuhan Keerawtan, Edisi 3 ; EGC ; Jakarta. Ramali Ahmad. Med. Dr. ; 2000 ; Kamus Kedokteran ; Djambatan ; Jakarta. Http://arycomcum.blogspot.com/2009/06/sifilis.html http://doktersehat.com/seputar-sifilis-si-raja-singa/#ixzz1oQluw2LH
http://askepasbid.blogspot.com/2009/12/askep-sifilis.html

Jakarta.

http://bangeud.blogspot.com/2011/09/asuhan-keperawatan-pada-sifilis.html

Anda mungkin juga menyukai