MODUL 1
“DIARE”
OLEH:
KELOMPOK 1
TUTOR:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEP
2011
KATA SULIT
Mata cekung : akibat yang timbul karena cairan tubuh yang hilang secara berlebihan
KATA KUNCI:
1. Laki-laki 45 tahun
2. Muntah-muntah dan berak seperti air lebih dari 10 kali
3. Lemas,mata cekung,dan mengantuk
4. Suhu 36ºC
5. Tekanan darah 100/70 mmHg
6. Nadi 120x/menit
7. Penderita berdomisili di daerah kering yang sulit air
LINGKUNGAN
PENDERITA
Mengantuk
Mata
Sulit air
Daerah cekung
TANDA VITAL
kering Suhu 36ºC,tekanan darah
Muntah- lemas
100/70mmHg,nadi
muntah 120x/menit
Keterangan:
Bagan diatas menunjukkan adanya hubungan antara masalah kesehatan yang dialami oleh
penderita dengan lingkungannya. Dapat kita lihat bahwa masalah kesehatan yang dialami oleh
penderita memiliki keterkaitan satu sama lain dalam aspek lingkungan maupun dirinya sendiri
JAWABAN PERTANYAAN:
A. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang lebih dari tiga kali sehari.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
a) Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat,
dan berakhir dalam waktu 3 – 5 hari.
b) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung dua minggu atau lebih (Sunoto, 1990)
1. Vibrio Cholerae
Ciri-ciri umum:
Habitat
Bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi seperti di air laut dan perairan
payau. Tumbuh dan berkembang biak di dalam usus manusia.
Patogenesis
Diagnosis laboratoris
Isolasi bakteri dari tinja atau muntah penderita dan dari makanan yang dicurigai.
2. Vibrio parahaemolyticus
• Terdapat tunggal
• Tidak berkapsul
• Membutuhkan garam
• Hemolitik
Habitat
Tumbuh pada kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5 – 43°C, pH 4.8 – 11, terdapat di
perairan laut dan berkembang pada hewan-hewan seafood.
Patogenesis
Diagnosis laboratoris
Isolasi bakteri dari tinja atau muntah penderita dan dari makanan yang dicurigai.
3. Escherichia coli
Penyebab diare dan Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran usus). Infeksi melalui
konsumsi air atau makanan yang tidak bersih.
Terutama menyerang bayi dan anak-anak. Pada usus halus, bakteri ini membentuk koloni
dan akan menyerang vili sehingga penyerapan terganggu.
Patogenesis hampir sama dengan kolera. Penyerangan dengan menghasilkan toksin, ada
yang memiliki toksin LT saja, ST saja ataupun keduanya. Bakteri ini melekat pada sel
mukosa usus halus dan menyeksresikan toksin.
Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang hingga berat (hingga 10-12 kali perhari).
Diare awal tidak berdarah tetapi berkembang menjadi berdarah. Nyeri abdomen berat dan
kejang biasa terjadi, mual dan muntah timbul pada 2/3 pasien. Pemeriksaan abdomen
didapati distensi abdomen dan nyeri tekan pada kuadran kanan bawah. Demam terjadi
pada 1/3 pasien. Hingga 1/3 pasien memerlukan perawatan di rumah sakit. Lekositosis
sering terjadi. Urinalisa menunjukkan hematuria atau proteinuria atau timbulnya lekosit.
Bakteri ini menembus sel mukosa usus besar dan menimbulkan kerusakan jaringan
mukosa sehingga lapisan mukosa terlepas.
Bakteri ini melekat pada sel mukosa usus halus dan menghasilkan enterotoksindan
sitotoksin sehingga mukosa rusak dan mukus keluar bersama diare.
Shigella adalah salah satu prototipe dari organisme penyebab diare invasif, yang
menimbulkan tinja berdarah dan berlendir (bloody stool dysentry). Jenis Shigella ada 39
serotipe, dibagi dalam 4 spesies :
a. S.dysentriae;
b. S. flexneri;
c. S.boydii dan
d. S. sonnei.
Struktur kimiawi dari dinding sel tubuh bakteri dapat berlaku sebagai antigen 0 (somatik)
adalah sesuatu yang penting dalam proses interaksi bakteri Shigella dan sel enterosit.
Shigella seperti Salmonella setelah menembus enterosit dan berkembang didalamnya
sehingga menyebabkan kerusakan sel enterosit. Peradangan mukosa memerlukan hasil
metabolit dari kedua bakteri dan enterosit, sehingga merangsang proses endositosis sel-sel
yang bukan fagositosik untuk menarik bakteri ke dalam vakuole intrasel, yang mana bakteri
akan meperbanyak diri sehingga menyebabkan sel pecah dan bakteri akan menyebar
kesekitarnya serta menimbulkan kerusakan mukosa usus. Sifat invasif dan pembelahan
intrasel dari bakteri ini terletak dalam plasmid yang luas dari kromosom bakteri Shigella.
- Nefrotoksik
Sintesa protein merupakan hal yang penting dalam kejadian kematian sel dan timbulnya
lesi fokal yang destruktif dari usus.
b. Virus
Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus, selain adenovirus, enterovirus, astrovirus,
minirotavirus, calicivirus, dan sebagainya. Garis besar patogenesisnya sebagai berikut:
1) Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan
atau minuman.
2) Virus berkembang biak di dalam usus.
3) Virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan
kerusakan bagian apikal vili usus halus.
4) Sel-sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oleh sel-sel dari bagian kripta yang
belum matang, berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel-sel epitel ini tidak dapat
berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibat lebih lanjut akan terjadi
diare osmotik.
5) Vili usus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan
mencerna makananpun akan berkurang. Pada saat inilah biasanya diare mulai timbul.
6) Sel-sel retikulum akan melebar.
7) Infiltrasi sel-sel limfoid dari lamina propria, untuk mengatasi infeksi sampai terjadi
penyembuhan.
c. Parasit
A. Balantidium coli
Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir mirip dengan penyakit
yang disebabkan oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk
vegetatif membentuk abses- abses kecil yang kemudian pecah. manjadi ulkus yang
menggaung. Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan ulkus merata pada selaput lendir
usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangrenyang berakibat fatal.
Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit dapat menjadi menahun dengan diare
yang di sertai konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah, dan kakeksia ( cachexia
B. Giardia lamblia
Giardia mempengaruhi manusia, tetapi juga menjadi salah satu parasit yang
paling umum menjangkiti kucing, anjing dan burung. Juga dapat menjadikan binatang
menyusui sebagai host misalnya: sapi, berang-berang, rusa, dan domba.
Giardia lamblia hidup dalam usus halus orang yaitu bagian duodenum, jejenum
dan bagian atas dari ileum, melekat pada permukaan epithel usus. Protozoa dapat
berenang dengan cepat menggunakan flagellanya. Pada seorang yang menderita berat
penyakit ini , ditemukan 14 milyard parasit dalam fesesnya, sedangkan pada infeksi
sedang ditemukan sekitar 300 juta cyste. Dalam usus halus dimana isi usus berbentuk
cairan, parasit ditemukan dalam bentuk trophozoit, tetapi setelah masuk kedalam colon
parasit akan membentuk cyste.. Pertama-tama flagella memendek, cytoplasma mengental
dan dinding menebal, kemudian cyste keluar melalui feses. Pada awal terbentuknya cyste,
ditemukan dua nukleoli, setelah sejam kemudian ditemukan 4 nukleoli.. Bila cyste
tertelan hospes maka cyste tersebut langsung masuk kedalam duodenum, flagella tumbuh
dan terbentuk trophozoit kembali.
Dalam individu yang sehat, tubuh biasanya dapat membatasi infeksi. Sedangkan
pada pasien yang immunocompromised (kekurangan kekebalan tubuh), infeksi dapat
berlangsung lama.
Orang yang mengalami infeksi Giardia berulang umumnya adalah mereka yang
memiliki kekurangan IgA, dan dapat mengembangkan penyakit kronis. Kekurangan
Lactase juga dapat mengembangkan suatu infeksi Giardia, namun ini biasanya tidak
berlangsung lebih dari beberapa minggu, dan pemulihan penuh akan terjadi kemudian.
C. Entamoeba histolytica
d. Jenis Cacing
1. Enterobius vermicularis ( cacing kremi )
Daur hidup cacing berkisar antara 2 minggu – 2 bulan. Cacing kremi betina
berukuran 8-13 mm x 0,44 mm dengan ekor panjang dan runcing sedangkan cacing
kremi 2-5 mm dengan ekor melingkar. Perubahan terjadi secara autioinfeksi karena
telurnya bisa menempel dimana saja di pakaian, seprei, bahkan debu. Sehingga akibat
tidak higienisnya tangan / kuku, makanan masuk ke mulut dari tangan yang penuh
telur sehingga dapat menginfeksi intestinal. Infeksi terjadi akibat tertelannya telur
cacing. Larvanya akan menetas di duodenum dan tumbuh menjadi dewasa di colon.
Cacing betina yang hamil menghasilkan 11.000-15.000 telur yang akan berpindah ke
daerah sekitar anus (peri anal) untuk menghasilkan telur-telurnya dan biasanya pada
malam hari. Berpindahnya cacing menimbulkan sensasi gatal pada daerah sekitar
anus.Gejala klinis yang di timbulkan oleh cacing ini adalah gatal pada anus.
2. Trichuris trichiura
Siklus hidup yaitu telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur
menjadi matang di lingkungan yang sesuai yaitu tanah lembab. Cara infeksi langsung
bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur
dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa, cacing turun ke usus bagian
distal masukke daerah colon, terutama sekum.
3. Strongyloides stercoralis
Morfologi cacing jantan memiliki ekor melingkar dengan spikulum dan 2 bulbus,
sedangkan cacing betina memiliki ekor yang runcing dengan dua bulbus.
Siklus hidup dari Stronyloides stercoralis yaitu sesudah 2 sampai tiga hari di tanah,
larva rabditiform yang berukuran kira-kira 225 x 16 mikron, berubah menjadi larva
filariform dengan bentuk langsing dan merupakan bentuk infektif. Bila menembus
kulit manusia, larva tumbuh, masuk ke dalam peredaran darah vena dan kemudian
melalui jantung kanan sampai ke paru. Dari paru parasit yang mulai menjadi dewasa
menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring. Sesudah sampai di laring terjadi
refleks batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan
menjadi dewasa.
4. Cacing tambang
Penyakit cacing tambang disebabkan oleh cacing Necator americanus,
Ancylostoma duodenale, dan jarang disebabkan oleh Ancylostoma braziliense,
Ancylostoma caninum, dan Ancylostoma malayanum (Brown, 1983).
Gambaran umum :
Penyakit ini tersebar di daerah tropis maupun subtropis. Di Indonesia penyakit
ini lebih banyak disebabkan oleh Necator americanus dan Ancylostoma duodenale.
Gejala klinis dan patologis penyakit ini tergantung pada jumlah cacing yang
menginfeksi usus; paling sedikit 500 cacing diperlukan untuk menyebabkan
terjadinya anemia dan gejala klinis pada pasien dewasa (Pohan, 2007).
Diare sekretorik
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul
gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Pada kelainan ini, kedua sekresi cairan dan elektrolit intestinal aktif sejalan dengan
penurunan absorbsi. Penyebab umum:
1. Enterotoksin (cholera, E.coli, C difficile)
2. Hormon ( vasoaktif intestinal peptide)
Laporan Kelompok 1 ~ Modul 1 DIARE
26
3. Garam empedu ( dalam kolon) mengikuti reseksi ileal
4. Asam lemak (di kolon) mengikuti reseksi ileal
5. Beberapa laksatif (sodium dokasat)
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2
kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus ke
dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding
usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam
keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari
pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena
terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian
tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses
peradangan.
Diare eksudatif
Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter,
yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi
cairan serta mukus.
A. Muntah
Muntah merupakan suatu cara saluran pencernaan membersihkan dirinya
sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atas saluran pencernaan teriritasi
secara luas, sangat mengembung, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau
iritasi berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan yang kuat untuk
muntah.
Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari faring,
esofagus, perut, dan bagian atas dari usus halus. Dan impuls saraf yang
Laporan Kelompok 1 ~ Modul 1 DIARE
28
ditransmisikan oleh serabut saraf aferen vagal dan saraf simpatis ke berbagai
nuclei yang tersebar di batang otak yang semuanya bersama-sama disebut "pusat
muntah." Dari sini, impuls motorik yang menyebabkan muntah sebenarnya
ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf cranial V, VII, IX, X, dan
XII ke saluran pencernaan bagian atas, melalui saraf vagal dan simpatis ke saluran
yang lebih bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot perut.
Antiperistalsis. Pada tahap awal dari iritasi atau distensi berlebihan
gastrointestinal, antiperistalsis mulai terjadi, sering beberapa menit sebelum
muntah terjadi. Antiperistalsis berarti gerakan peristaltic kea rah atas saluran
pencernaan, bukannya kea rah bawah. Hal ini dapat dimulai sampai sejauh ileum
di saluran pencernaan, dan gelombang antiperistaltic bergerak mundur naik ke
halus dengan kecepatan 2 sampai 3 cm / detik; proses ini benar-benar dapat
mendorong sebagian besar isi usus halus bagian bawah kembali ke duodenum dan
lambung dalam waktu 3 sampai 5 menit. Kemudian, pada saat bagian atas dari
saluran pencernaan, terutama duodenum, menjadi sangat meregang, peregangan
ini menjadi faktor pencetus yang menimbulkan tindakan muntah yang sebenarnya.
Aksi muntah. Sekali pusat muntah telah cukup dirangsang dan timbul
perilaku, efek yang pertama adalah (1) napas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan
laring untuk menarik sfingter esofagus bagian atas supaya terbuka, (3) penutupan
glotis untuk mencegah aliran muntah memasuki paru, dan (4) pengankatan
palatum molek untuk menutup nares posterior. Kemudian datang kontraksi
diafragma yang kuat ke bawah bersama dengan kontraksi semua otot dinding
abdomen. Keadaan ini memeras perut di antara diafragma dan otot-otot abdomen,
membentuk suatu tekanan intragastrik sampaik ke batas yang tinggi. Akhirnya,
sfingter esophageal bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat
pengeluaran isi lambung ke atas melalui esophagus.
B. Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik-
ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur panas hipotalamus
mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor
Laporan Kelompok 1 ~ Modul 1 DIARE
29
neuronal perifer dingin dan panas. Faktor pengatur lainnya adalah suhu darah
yang bersirkulasi dalam hipotalamus. Interaksi sinyal ini mempertahankan agar
suhu di dalam tubuh normal pada titik-ambang 370 C an sedikit berkisar antara 1-
1,50 C.
Berbagai macam agen infeksius, imunologis atau agen yang berkaitan
dengan toksin (pirogen eksogen) mengibas produksi pirogen endogen oleh sel-sel
radang hospes. Pirogen endogen ini dalah sitokin, misalnya interleukin (IL-1, β
IL-1, α IL-6), factor nekrosis tumor (TNF, α TNF-β), dan interferon-α (INF).
Sitokin endogen yang sifatnya pirogenik secara langsung menstimulasi
hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E2, yang kemudian titik-ambang
naik ke tingkat demam dan selanjutnya transmisi neuronal ke perifer
menyebabkan konversasi dan pembentukan panas, dengan demikian suhu di
bagian dalam tubuh meningkat.
C. Dehidrasi
Dehidrasi adalah dimana tubuh kita mulai kekurangan cairan karena
kurangnya asupan air ke dalam tubuh total, berupa hilangnya air lebih banyak dari
natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang
sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari air
(dehidrasi hipetonik). Dehidrasi isotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium
serum (lebih dari 145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum
(lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi hipetonik ditandai dengan rendahnya
kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum
(kurang dari 270 mosmol/liter).
Kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul dehidrasi dan keseimbangan
asam basa kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) serta gangguan
keseimbangan asam basa disebabkan oleh:
a. Previous Water Losses : kehilangan cairan sebelum pengelolaan, sebagai
defisiensi cairan.
b. Nomial Water Losses : kehilangan cairan karena fungsi fisiologik.
c. Concomittant Water Losses : kehilangan cairan pada waktu pengelolaan.
Laporan Kelompok 1 ~ Modul 1 DIARE
30
d. Intake yang kurang selama sakit : kekurangan masukan cairan karena
anoreksia atau muntah.
Kekurangan cairan pada diare terjadi karena:
1. Pengeluaran usus yang berlebihan
a. Sekresi yang berlebihan dari selaput lendir usus (Secretoric diarrhea)
karena, gangguan fungsi selaput lendir usus, (Cholera E. coli).
b. Berkurangnya penyerapan selaput lendir usus, yang disebabkan oleh
berkurangnya kontak makanan dengan dinding usus, karena adanya
hipermotilitas dinding usus maupun kerusakan mukosa usus.
c. Difusi cairan tubuh kedalam lumen usus karena penyerapan oleh
tekanan cairan dalam lumen usus yang hiperosmotik; keadaan ini
disebabkan karena adanya substansi reduksi dari fermentasi laktosa
yang tidak tercerna enzim laktase (diare karena virus Rota)
2. Masukan cairan yang kurang karena :
a. Anoreksia
b. Muntah
c. Pembatasan makan (minuman)
d. Keluaran yang berlebihan (panas tinggi, sesak nafas)
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat
dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan
renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata
menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara
menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan
sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha
tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada
keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard .
Lingkungan. Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mungkin untuk dilakukan
pencegahan. Jika memungkinkan, aturlah jadual kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai dengan
kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada siang hari.
Gejala Dehidrasi
Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :
1. Dehidrasi ringan
Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
2. Dehidrasi sedang
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
Berak cair terus-menerus
Muntah terus-menerus
Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
Tidak bisa minum, tidak mau makan
Mata cekung, bibir kering dan biru
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6
popok/hari.
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi.
Penularan diare
1. Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare.
Tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang BAB di
sembarang tempat. Tinja tadi mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai, air sumur.
Orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari,
kemudian menderita diare.
2. Penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri yang terdapat
dalam muntahan maupun feses penderita. Walaupun telah sembuh dari penyakit, dalam
kurun waktu 7-14 hari, bakteri penyebab masih terdapat dalam muntahan maupun feses
penderita dan berpotensi untuk menularkannya kepada orang lain.
Pencegahan Diare
Pencegahan diare biasa di lakukan dengn mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat
seperti: