Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID DAN DHF

Dosen Pembimbing:
Endah Yuliani, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh
Sidik Permana
102021043

Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah II


Program Studi Vokasi Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2024
THYPOID

PENGERTIAN
Demam tifoid adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Sedangkan mikroba. Penyebab demam paratifoid adalah Salmonella enterica serovar
paratyphi A, B dan C (S. paratyphi).
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhosa, basil gram negatif yang
bergerak dengan bulu getar, tidak berspora.

ETIOLOGI
Demam tifoid (tifus abdominalis) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhi yang menyerang saluran pencernaan. Kuman ini masuk ke dalam tubuh
melalui makanan atau minuman yang tercemar, baik saat memasak ataupun melalui tangan
dan alat masak yang kurang bersih. Selanjutnya, kuman itu diserap oleh usus halus yang
masuk bersama makanan, lantas menyebar ke semua organ 25 tubuh, terutama hati dan limpa,
yang berakibat terjadinya pembengkakan dan nyeri. Setelah berada di dalam usus, kuman
tersebut terus menyebar ke dalam peredaran darah dan kelenjar limfe, terutama usus halus.
Dalam dinding usus inilah, kuman itu membuat luka atau tukak berbentuk lonjong. Tukak
tersebut bisa menimbulkan pendarahan atau robekan yang mengakibatkan penyebaran infeksi
ke dalam rongga perut. Jika kondisinya sangat parah, maka harus dilakukan operasi untuk
mengobatinya. Bahkan, tidak sedikit yang berakibat fatal hingga berujung kematian. Selain
itu, kuman Salmonella Typhi yang masuk ke dalam tubuh juga mengeluarkan toksin (racun)
yang dapat menimbulkan gejala demam pada anak. Itulah sebabnya, penyakit ini disebut juga
demam tifoid.

MANIFESTASI KLINIS
Demam tifoid adalah salah satu penyakit demam paling sering dijumpai di negara
berkembang. Setelah menjalani masa inkubasi selama 7 sampai 14 hari, maka akan timbul
demam dan malaise. Demam kemudian disertai dengan menggigil, sakit kepala,
anoreksia, mual,rasa tidak nyaman pada perut yang tidak spesifik, batuk kering, dan
mialgia. Selanjutnya akan diikuti oleh lidah dilapisi (coated tongue), nyeri perut,
hepatomegali, dan splenomegali.Namun,kemajuan pengobatan antibiotik telah mengubah
presentasi klinis yang klasik, seperti jenis demam yang naik secara bertahap
(stepladder) dan ciri-ciri toksisitas yang jarang terlihat akhir-akhir ini. Di daerah
di mana malaria endemik dan Schistosomiasis sering dijumpai, presentasi tifus
mungkin lebih bersifat atipikal. Bahkan, pada beberapa kasus, poliartritis dan monoartritis
dilaporkan dapat dijumpai. Orang dewasa sering mengalami konstipasi, tetapi diare,
toksisitas, dan komplikasi seperti koagulasi intravaskular diseminata lebih sering terlihat
pada bayi
PATOFISIOLOGI
Patogenesis demam tifoid merupakan proses yang kompleks yang melalui beberapa tahapan.
Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam
lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Bakteri
melekat pada mikrovili di usus, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme
membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola intraseluler.
Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam
pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan
biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang
negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari.
Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam
organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga
dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan
kembali ke dalam sistem peredaran darah dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus
menandai berakhirnya periode inkubasi. Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis
seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia dapat menetap selama beberapa
minggu bila tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati,
limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patches di mukosa ileum terminal.
Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi melalui proses inflamasi yang mengakibatkan
nekrosis dan iskemia. Komplikasi perdarahan dan perforasi usus dapat menyusul ulserasi.
Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam organ-organ sistem
retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi kembali. Menetapnya Salmonella
dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa demam tifoid adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Pada demam tifoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah pasien
sembuh.
2. Biakan darah
Yang positif menandakan demam tifoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak
menutup kemungkinan akan terjadi demam tifoid.
3. Uji widal
Adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Aglutinin yang spesifik
terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum pasien dengan demam tifoid dan pada
orang yang pernah divaksinasi khan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
4. Kultur urin
Bisa positif pada minggu pertama dan akhir minggu kedua. Kultur feses bisa positif
pada minggu kedua hingga minggu ketiga.
5. Anti salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan ke-4 terjadinya demam.
PENATALAKSANAAN
Dibedakan menjadi terapi umum dan terapi komplikasi yakni sebagai berikut :
a. Terapi Umum
1. Istirahat
- Pasien diistirahatkan berbaring di tempat tidur selama 5-7 hari.
- Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas dan komplikasi perdarahan.
2. Diet
- Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
- Pasien dengan gejala akut dapat diberikan bubur saring.
- Pasien yang sudah bebas dari demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu
nasi tim.
- Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah pasien bebas dari demam selama 7
hari.
3. Obat-obatan
- Obat pertama (Kloramfenikol 3 x 500 mg selama 7-10 hari.)
- Obat alternatif:
a. Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari.
b. Ampisilin/amoksisilin 3 x 0,5-1 mg/hari.
c. Kuinolon (Peflacin) 400 mg/hari.
d. Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari.
e. Sefriakson 2 x 1 gr/hari selama 3-5 hari dalam keadaan toksis dapat
diberikan kortikosteroid dosis tinggi.
b. Terapi Komplikasi
1. Pendarahan usus
- Pemberian obat per oral tetap hati-hati dan lebih baik dihentikan.
- Diet halus dan sebaiknya diet diberi parenteral.
- Pasien dapat diberikan obat hemostatis seperti asam traneksamat (Cyklokapron)

2. Perforasi usus
- Diet dan obat per oral dihentikan.
- Segera konsultasikan ke bagian bedah.

KOMPLIKASI
Komplikasi pada usus halus umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi. Apabila komplikasi
ini terjadi pada anak, maka dapat berakibat fatal seperti perdarahan usus, perforasi usus dan
peritonitis sedangkan komplikasi di luar usus terjadi karena lokalisasi peradangan akibat
sepsis (bakteremia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati, dll. Terjadi karena infeksi
sekunder, yaitu bronkopneumonia.
DHF

PENGERTIAN
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak serta sering
menimbulkan wabah. Nyamuk Aedes aegypti jika menggigit orang yang terkena demam
berdarah maka virus dengue akan masuk kedalam tubuh nyamuk bersama dengan darah yang
dihisap (Soegijanto, 2006).

ETIOLOGI
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu
manusia, virus dan vektor perantara. Nyamuk yang mengandung virus dengue tersebut
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar
liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif). Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada
nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu
2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini ditandai oleh demam, sakit kepala, nyeri sendi atau tulang dan otot, ruam dan
leukopenia. Tidak jarang penyakit ini ditandai oleh gejala mual- muntah dan nyeri abdomen
kadang-kadang timbul perdarahan gastrointestinal dan epistaksis (Sya‟roni, 2004). Untuk
menegakkan diagnosis klinis DBD, World Health Organization (WHO) (1986) dalam
Soegijanto (2006), menentukan patokan gejala klinis dan laboratorium sebagai berikut:
1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2 – 7 hari.
2. Demam Berdarah Dengue didahului oleh demam mendadak disertai gejala klinik yang
tidak spesifik seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala.
Demam sebagai gejala utama terdapat pada semua penderita. Lama demam sebelum
dirawat berkisar antara 2- 7 hari.
3. Manifestasi perdarahan Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
4. Hepatomegali. Hepatomegali merupakan pembesaran disertai nyeri ulu hati.
5. Renjatan Renjatan ditandai dengan nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20
mmHg) atau nadi tak teraba, kulit dingin, anak gelisah.
6. Trombositopenia (< 100.000 sel/ml). Hemokonsentrasi (kenaikan hematokrit 20%
dibanding fase konvalesen).
Menurut Kemenkes RI:
Demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39º) ditambah 2 atau lebih
gejala/tanda penyerta:
1. Nyeri kepala
2. Nyeri belakang bola mata
3. Nyeri otot & tulang
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan
6. Leukopenia (Leukosit ≤ 5000 /mm³) 7)
7. Trombositopenia (Trombosit < 150.000 /mm³ ) 8)
8. Peningkatan hematokrit 5 – 10 %(Kemenkes RI, 2017)

PATOFISIOLOGI
DBD ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan nyamuk aedes albopictus yang sudah
mengandung virus dengue. Pada saat mengisap darah pada tubuh manusia, nyamuk akan
menyemprotkan zat prothrombin untuk mencegah pembekuan darah. Pada saat bersamaan,
virus dengue juga akan disemprotkan ke dalam aliran darah orang yang digigit tersebut. Virus
dengue menyerang sel darah putih terutama neutrofil dan monosit. Akibat adanya pirogen
eksogen dari virus dengue, maka tubuh akan merespon dengan mengeluarkan pirogen
endogen. Sitokin Pirogenik adalah pirogen endogen yang spesifik yang dilepaskan sebagai
respon terhadap pirogen eksogen. Sitokin adalah protein kecil (BM 10-20.000 D) yang
meregulasi proses imun, inflamasi dan hematopoietic

PENATALAKSANAAN
A. Pada fase demam, pasien dianjurkan:
1. Tirah baring selama masih demam
2. Memberikan kompres hangat
3. Memberikan terapi farmakologi (antipiretik) dan terapi non-farmakologi (pemberian
obat dari bahan herbal)
4. Memberikan cairan elektrolit per oral
5. Memonitor suhu tubuh, jumlah trombosit, hematocrit sampai fase konvalesens

B. DBD Tanpa Syok


Perbedaan patofisiologi utama antara DBD dan penyakit lain adalah
adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan
perembesan plasma dan gangguan hemostasis. Prognosis DBD
terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang
dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit. Fase kritis
pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunan
jumlah trombosit sampai ≤100.000/μl atau kurang dari 1-2
trombosit/Ipb (rata-rata dihitung pada 10 Ipb) terjadi sebelum
peningkatan hematokrit dan sebelum terjadi penurunan suhu.
Peningkatan hematokrit ≥20% mencerminkan perembesan plasma
dan merupakan indikasi untuk pemberian cairan.
Larutan garam isotonik atau kristaloid sebagai cairan awal pengganti 13 volume plasma dapat
diberikan sesuai dengan berat ringan penyakit.

C. DBD Dengan Syok


Tanda-tanda syok yaitu gelisah, letargi/lemah, ekstremitas dingin,
bibir sianosis, oliguri, dan nadi lemah, tekanan nadi menyempit (≤
20mmHg) atau hipotensi, dan peningkatan mendadak dari kadar
hematokrit atau kadar hematokrit meningkat terus menerus walaupun
telah diberi cairan intravena.
Tatalaksana DBD dengan Syok meliputi :
1. Penggantian volume plasma segera
2. Pemeriksaan hematokrit untuk memantau penggantian volume plasma
3. Memeriksa gangguan metabolic dan elektrolit
4. Pemberian oksigen
5. Transfusi darah
6. Memonitor tanda-tanda vital.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
1. Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung jenis, hematokrit,
dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke-1 setelah demam dan akan
menurun sehingga tidak terdeteksi setelah hari sakit ke-5-6. Deteksi antigen virus ini
dapat digunakan untuk diagnosis awal menentukan adanya infeksi dengue, namun
tidak dapat membedakan penyakit DD/DBD.
2. Uji serologi IgM dan IgG anti dengue
- Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5 sakit, mencapai
puncaknya pada hari sakit ke 10-14, dan akan menurun/ menghilang pada
akhir minggu keempat sakit.
- Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer dapat terdeteksi pada hari sakit
ke-14. dan menghilang setelah 6 bulan sampai 4 tahun. Sedangkan pada
infeksi sekunder IgG anti dengue akan terdeteksi pada hari sakit ke-2.
- Rasio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer dari infeksi
sekunder. Apabila rasio IgM:IgG >1,2 menunjukkan infeksi primer namun
apabila IgM:IgG rasio <1,2 menunjukkan infeksi sekunder
B. Radiologi
Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas indikasi: - -
- Distres pernafasan/ sesak 7
- Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis terjadi apabila pada perembesan plasma telah mencapai 20%-40%
-Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk menilai edema
paru karena overload pemberian cairan.
-Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah
hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak dibandingkan yang kiri, kubah
diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan, dan efusi pleura.
-Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan dinding vesika
felea, dan dinding buli-buli.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DHF


1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
b. Riwayat penyakit sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang
disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan
bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III. IV), melena atau hematemesis.
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
d. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Integumen
 Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab
 Kuku sianosis atau tidak
 Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau
epitaksis pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan
ditelinga (pada grade II,III,IV).
 Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),
rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
 Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly
dan asites
 Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.

2. Diagnosa keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan kebocoran plasma darah
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
h. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
i. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
j. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID


1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala, pusing dan kurang
bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi). Pada
kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten,
dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur baik setiap harinya biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus
berada dalam keadaan demam. Saat minggu ke tiga, suhu beragsur turun dan
normal kembali pada akhir minggu ke tiga. Umumnya kesadaran pasien menurun
walaupun tidak berada dalam kedaaan yaitu apatis sampai samnolen. Jarang
terjadi stupor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epitaksis pada
anak besar.

b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut merata dan warna
rambut.
2) Wajah, melihat ke semetrisan kiri dan kanan.
3) Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek pupil mengecil
ketika terkena sinar.
4) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering, dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan
tepinya berwarna kemerahan dan jarang disertai tremor.
5) Leher, tidak adanya distensi vena jugularis.
6) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi konstipasi,
atau mungkin diare atau normal.
7) Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
8) Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.
9) Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam).

2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi.
d. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan.
e. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang asing,
prosedur-prosedur tindakan.
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh.

Anda mungkin juga menyukai