ULKUS DI KELAMIN
Disusun oleh:
Shinta Yolavita
1915041
Pembimbing :
Bandung
2019
BAB I
PENDAHULAN
Latar Belakang
Ulkus di kelamin dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu karena kontak dengan bahan
iritan, autoimun, trauma dan yang paling sering disebabkan oleh infeksi menular seksual
diantaranya adalah sifilis, ulkus mole, limfogranuloma venereum, dan herpes genitalis.
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema Pallidum, bersifat
kronis, sejak awal merupakan infeksi sistemik, dalam perjalanan penyakitnya dapat mengenai
hampir seluruh struktur tubuh, dan dapat ditularkan kepada janin dalam kandungan, dan dapat
disembuhkan. Treponema Pallidum masuk terutama melalui abrasi mikro saat kontak langsung
dengan mukosa atau lesi kulit dalam aktivitas seksual. Terbagi menjadi stadium primer,
sekunder, laten, dan tersier.
Ulkus mole atau sering disebut chancroid, ialah penyakit infeksi genitalia akut,
setempat, dapat inokulasi sendiri, disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, dengan gejala klinis
khas berupa ulkus pada tempat masuk dan seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening
regional. Masa inkubasi pada pria berkisar antara 2-35 hari dengan waktu rata-rata 7 hari.
Sedangkan pada wanita sukar ditentukan, oleh karena sering ditemukan kasus asimtomatik.
Penyakit ini sering ditemukan pada pria heteroseksual, dan hanya sedikit laporan tentang
penyakit ini pada pria homoseksual.
Limfogranuloma venereum (LGV) adalah infeksi menular seksual yang mengenai
sistem pembuluh limfe dan kelenjar limfe yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis. Inkubasi LGV antara 1-3 minggu. Transmisi utama melalui kontak seksual. LGV
lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding perempuan dengan ratio 1:6. Stadium penyakit
ini terdiri dari stadium dini dan stadium lanjut.
Herpes genitalis (HG) adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritema dan
bersifat rekurens. Masa inkubasi umumnya berkisar antara 3-7 hari, tetapi dapat juga lebih
lama. Gejala yang timbul umumnya bersifat berat, tapi dapat juga asimtomatik terutama bila
lesi ditemukan pada daerah serviks. Terdapat 5 kategori yaitu episode I infeksi primer (inisial),
episode I non infeksi primer, infeksi rekurens, asimtomatik, dan subklinis.
BAB II
PEMBAHASAN
SIFILIS
Definisi
Sifilis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema Pallidum, bersifat
kronis, sejak awal merupakan infeksi sistemik, dalam perjalanan penyakitnya dapat mengenai
hamper seluruh struktur tubuh, dengan manisfestasi klinis yang jelas namun terdapat masa
laten yang sepenuhnya asimtomatik, mampu menyerupai berbagai macam penyakit, dapat
ditularkan kepada janin dalam kandungan, dan dapat disembuhkan.
Etiologi
1. Sifilis primer
Lesi sifilis dimulai sekitar 3 minggu setelah infeksi dengan T. pallidum. Lesi sifilis
primer yang khas berupa papul tunggal merah-kecoklatan berdiameter 0,5-1,5 cm, yang dalam
beberapa hari menjadi erosi, dan menghasilkan ulkus primer (chancre). Ulkus primer biasanya
berlokasi di tempat kontak dengan lesi infeksius pasangan seksual. Pada laki-laki sering
didapatkan di penis dan skrotum, pada perempuan didapatkan di vulva, serviks, fourchette,
atau perineum.
Ulkus primer yang khas adalah tidak nyeri dengan tepi berindurasi, sehingga disebut
sebagai ulkus durum atau ulkus yang keras. Sebagian besar soliter, dengan bentuk bulat atau
oval dengan permukaan merah bersih, namun dapat ditutupi oleh eksudat kekuningan atau
keabuan.
Dalam waktu 3-8 minggu, luka menyembuh, menunjukkan hilangnya T. pallidum
secara lokal. Namun, bersamaan dengan itu T. pallidum menyebar secara sistemik ke berbagai
jaringan dan organ kemudian berkembangh menjadi sifilis stadium sekunder.
2. Sifilis sekunder
Sifilis sekunder terjadi akibat multiplikasi dan penyebaran Treponema ke seluruh
tubuh. Stadium sekunder umumnya terjadi 4-8 minggu sesudah lesi primer menghilang, dan
berlangsung selama beberapa minggu atau bulan.
Ruam biasanya terdiri atas makulopapular coklat-kemerahan, tembaga, atau agak
kebiruan (50-70%), namun dapat pula berbentuk papul (12%), makula (10%), papul anular (6-
14%), pseudovesikular likenoid, papuloskuamosa, korimbiformis, atau berulserasi, namun
tidak berbentuk vesikel, bula, atau urtika.
Tanpa diobati, sifilis sekunder dapat hilang spontan, umumnya setelah 1-2 bulan, dan
infeksi akan memasuki stadium laten. Beberapa periode rekurensi dapat terjadi dalam waktu
4-12 bulan.
3. Stadium laten
Seseorang menderita sifilis laten bila terdapat riwayat atau serologis terbukti sifilis,
belum pernah diobati, dan tidak menunjukkan manisfestasi klinis. Meskipun tidak terdapat
gejala klinis pada pasien, secara seologis menunjukkan sifilis aktif. Terdapat kemungkinan
28% pasien berlanjut menjadi sifilis tersier dalam waktu 3-10 tahun.
4. Stadium tersier
Sifilis tersier terjadi dalam berbagai sindroma klinis, terdiri atas 3 kelompok utama
yaitu neurosifilis, sifilis kardiovaskular, sifilis jinak lanjut. Didapatkan gumma, yaitu infiltrate
sirkumskrip kronis yang cenderung mengalami perlunakan dan bersifat destruktif. Dapat
mengenai kulit, mukosa, dan tulang.
Gambar 2.3 Tatalaksana pada sifilis primer, sekunder, laten, dan tersier.
Edukasi
Edukasi mengenai penyakit sifilis, cara penularan, pencegahan, dan pengobatan. Risiko
mudah tertular HIV perlu dilakukan KTIP (Konseling dan tes HIV atas inisiatif petugas
kesehatan). Pasangan seksual harus dievaluasi secara klinis dan serologis serta diobati sesuai
hasil evaluasi.
ULKUS MOLE
Definisi
Ulkus mole atau sering disebut chancroid, ialah penyakit infeksi genitalia akut,
setempat, dapat inokulasi sendiri, disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, dengan gejala klinis
khas berupa ulkus pada tempat masuk dan seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening
regional.
Etiologi
Penyebab ulkus mole ialah haemophillus ducreyi, merupakan gram negative, anaerobic
fakultatif, berbentuk batang kecil dengan ujung bulat, tidak bergerak, dan tidak membentuk
spora.
Gejala klinis
Masa inkubasi pada pria berkisar antara 2-35 hari dengan waktu rata-rata 7 hari.
Sedangkan pada wanita sukar ditentukan, oleh karena sering ditemukannya kasus asimtomatik.
Pada laki-laki predileksi umunya di preputium, meatus uretra eksternum, sedangkan pada
perempuan paling sering didapatkan di fourchette, sekitar meatus uretra dan bagian dalam labia
minora.
Tidak ada gejala prodromal sebelum timbulnya ulkus, dan tidak ada gejala sisemik.
Lesi awal berupa papul kecil dengan eritema ringan di sekelilingnya. Bagian tengah papul akan
berpustulasi, dan cepat menjadi erosi. Lesi akan menjadi ulkus dalam waktu 48 jam setelah
timbulnya lesi awal, dan segera diliputi oleh eksudat nekrotik kuning keabu-abuan. Tidak
terdapat stadium vesikel. Sifat ulkus sangat nyeri, multiple, tepi tidak bergaung, berbatas tegas,
dikelilingi oleh eritema ringan kecuali bila terdapat infeksi sekunder.
Gambar 2.4 Ulkus mole pada pria
Diagnosis
- Pewarnaan gram dengan specimen diambil dari dasar ulkus yang bergaung akan
memperlihatkan basil kecil gram negatif yang berderet berpasangan seperti rantai
baik intrasel maupun ekstrasel. Sensitivitas dan spesifisitas cara ini kurang dari 50%
- Kultur H. ducreyi, bahan diambil dari dasar ulkus yang purulent. Sensitivitas < 80%
- PCR. Sensitivitas 75% dan spesifisitas 99,6%
Komplikasi
- Adenitis inguinal
- Fimosis atau parafimosis
- Fisura uretra
- Fistel rektovagina
Penatalaksanaan
Cara pengobatan lain yang dilakukan serentak, misalnya kompres, irigasi atau rendam
dengan larutan salin akan membantu menghilangkan debris nekrotik dan mempercepat
penyembuhan ulkus.
LIMFOGRANULOMA VENEREUM
Definisi
Etiologi
Penyebab LGV adalah Chlamydia trachomatis, merupakan bakteri gram negatif obligat
intraselular. Chlamydia berukuran lebih kecil dari bakteri pada umumnya dengan diameter
250-500 mm. Terdiri dari dua bentuk yaitu elementary body (bentuk infeksius) dan reticulated
body (bentuk replikasi non infeksius). Didalam jaringan pejamu membentuk sitoplasma inklusi
yang merupakan patognomonis dari infeksi Chlamydia.
Gejala klinis
sindoma inguinal:
- lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
- yang terserang adalah kelenjar getah bening inguinal medial, karena kelenjar
tersebut merupakan kelenjar regional bagi genitalia eksterna
- sering terlihat 2 atau 3 kelompok kelenjar yang berdekatan dan memanjang seperti
sosis di bagian proksimal dan distal ligamentum pouparti dan dipisahkan oleh
sulkus
sindroma genital:
- Biasanya terjadi pada wanita, timbul 1-20 tahun setelah infeksi primer.
- Berupa edema vulva sepanjang klitoris sampai anus.
Diagnosis
Pengobatan topikal berupa kompres terbuka jika abses telah pecah. Pada sindrom
inguinal dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur. Insisi dan aspirasi dapat dilakukan pada
limfomagranuloma venereum.
Definisi
Herpes genitalis (HG) adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritema dan
bersifat rekurens.
Etiologi
Herpes genitalis disebabkan oleh Herpes simplex virus (HSV) yang merupakan virus
DNA. Terdiri dari HSV tipe 1 dan HSV tipe 2. Sebagian besar penyebab herpes genitalis adalah
HSV-2, akibat kontak seksual secara orogenital atau kontak melalui tangan.
Gejala klinis
Diagnosis
1. Kultur Virus. Sensitivitas kultur sebesar 70% bila sediaan diambil dari vesikel, 32%
bila sediaan pustule, dan 17% bila sediaan diambil dari krusta
2. Deteksi antigen (dengan enzyme immunoassay atau fluorescent antibody), atau
PCR DNA HSV
3. Serologi IgM dan IgG anti-HSV 1 dan 2
Penatalaksanaan
Tindakan profilaksis:
- Pasien diberi edukasi tentang perjalanan penyakit yang mudah menular terutama
bila ada lesi, dan infeksi ini dapat berulang
- Proteksi individual, anjurkan penggunaan kondom dan busa spermisidal
- Sedapat mungkin hindari faktor pencetus
- Bila pasien sudah merasa terganggu dengan kekerapan infeksi dan ada kecurigaan
penurunan kualitas hidup, indikasi untuk konsul psikiatri
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema Pallidum, bersifat
kronis, sejak awal merupakan infeksi sistemik, dalam perjalanan penyakitnya dapat mengenai
hamper seluruh struktur tubuh, dan dapat ditularkan kepada janin dalam kandungan. Drug of
choice pada penyakit sifilis adalah Penicillin G.
Ulkus mole atau sering disebut chancroid, ialah penyakit infeksi genitalia akut,
setempat, dapat inokulasi sendiri, disebabkan oleh Haemophilus ducreyi. Pengobatan untuk
ulkus mole adalah siprofloksasin atau azitromisin atau eritromisin atau seftriakson.
Limfogranuloma venereum (LGV) adalah infeksi menular seksual yang mengenai
sistem pembuluh limfe dan kelenjar limfe yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis. LGV lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding perempuan dengan ratio 1:6.
Stadium penyakit ini terdiri dari stadium dini dan stadium lanjut. Terapi pada penyakit ini
adalah doksisiklin atau eritromisin atau azitromisin.
Herpes genitalis (HG) adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritema dan
bersifat rekurens. Terdapat 5 kategori yaitu episode I infeksi primer (inisial), episode I non
infeksi primer, infeksi rekurens, asimtomatik, dan subklinis. Terapi yang digunakan adalah
asiklovir, famsiklovir, valasiklovir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Indriatmi W. Sifilis. In: Daili SF, Nilasari H, Zubier F, editors. Infeksi Menular Seksual.
5th ed. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. p. 103-129.
2. Hutapea R, Indriatmi W. Ulkus Mole. In: Daili SF, Nilasari H, Zubier F, editors. Infeksi
Menular Seksual. 5th ed. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
p. 130-137.
3. Ellistasari EY, Mawardi P, Kariosentono H. Limfogranuloma Venereum. In: Daili SF,
Nilasari H, Zubier F, editors. Infeksi Menular Seksual. 5th ed. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. p. 138-150.
4. Nilasari H, Daili SF. Herpes Genitalis. In: Daili SF, Nilasari H, Zubier F, editors. Infeksi
Menular Seksual. 5th ed. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
p. 161-175.
5. Tuddenham SA, Zenilman, JM. Syphilis. In: Kang S, Amagai M, Brucker LA, Enk HA,
Margolis DJ, McMichael AJ, et al., editors. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGraw-
Hill Companies; 2019. p. 3145-3172.
6. Lautenschlager S, Brockmeyer NH. Chancroid, Lymphogranuloma Venereum. In: Kang S,
Amagai M, Brucker LA, Enk HA, Margolis DJ, McMichael AJ, et al., editors. Fitzpatrick’s
Dermatology. 9th ed. McGraw-Hill Companies; 2019. p. 3186-3192, 3193-3201.
7. Cohen JI. Herpes Simplex. In: Kang S, Amagai M, Brucker LA, Enk HA, Margolis DJ,
McMichael AJ, et al., editors. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGraw-Hill Companies;
2019. p. 3021-3034.
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI;
2017. p. 354-377.