PENDAHULUAN
Sifilis adalah infeksi bakteri kronik disebabkan oleh Treponema pallidum,
yang dapat menyerang hampir semua bagian tubuh. Sifilis ditularkan melalui
hubungan seksual, infeksi vertikal ibu terhadap janin, transfusi darah dan lesi kulit
yang kontak langsung dengan Treponema pallidum.1
Tahun 2015, Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
mencatat total 4.702 kasus, 23.872 kasus merupakan kasus sifilis primer dan
sekunder. Jumlah ini meningkat sebanyak 17.7 % dibandingkan dengan tahun
2014 yang tercatat sebesar 64.453 kasus. Jumlah ini merupakan angka kejadian
sifilis tertinggi sejak tahun 1994. Kasus sifilis primer dan sekunder terjadi paling
banyak pada laki-laki homoseksual yakni sebanyak 14.229 (54,6%), laki-laki
biseksual sebanyak 1.338 (5,6%), laki-laki normal 3.178 (13,3%) dan perempuan
4.140 (17,35) dan tidak diketahui riwayat seksual sebanyak 27 (0,1%).2
Kementrian Kesehatan RI melalui Surveilans Terpadu Biologis dan
Perilaku (STBP) bahwa pada tahun 2011 mendapatkan angka kejadian sifilis di
Indonesia diderita oleh waria sebesar 25%, pekerja seks langsung sebesar 10%,
pria yang berhubungan seks sesama pria sebesar 10%, dan narapidana sebesar
3%.3 Berdasarkan data kunjungan pasien ke Poliklinik Dermatologi dan
Venereologi Divisi Infeksi Menular Seksual RSMH Palembang, pasien sifilis
pada Januari-Oktober 2016 didapatkan sebanyak 4 kasus dari total 80 kasus
infeksi menular seksual.4
Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) Tahun 2012,
sifilis grade 1 dan 2 termasuk dalam kategori 4 yang berarti dokter umum di
Indonesia mampu membuat diagnosis klinis dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.5 Tinjauan pustaka ini diharapkan
dapat membantu dokter umum dalam menegakkan diagnosis dan memberikan
tatalaksana pada sifilis dengan tepat.
ETIOPATOGENESIS
Membran dalam
Membran luar
(slime layer)
MANIFESTASI KLINIS
Periode inkubasi sifilis terjadi dalam kurun waktu (10-90 hari) tersering
pada 21 hari, sifilis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
T.Pallidum subspesies Pallidum, sifilis dibagi menjadi 4 tahapan yaitu sifilis
primer, sekunder, laten dini dan sifilis tingkat lanjut yaitu sifilis benigna, sifilis
kardiovaskuler dan neurosifilis.9
Sifilis Primer
Lesi awal sifilis adalah papul lentikuler yang mengalami erosi, papul
berdiameter 0,5-1,5 cm dapat muncul dimana saja pada daerah genitalia eksterna.
Pada pria tempat yang sering dijumpai ialah sulkus koronarius sedangkan pada
perempuan di labia minor dan mayor, dalam kurun waktu 10-90 hari (rata-rata 3
minggu). Setelah 1 minggu akan menjadi lesi tunggal (chancre) yang berukuran
1-2 cm, bulat, dasarnya ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih
diatasnya hanya tampak serum (Gambar 2). Dindingnya tidak bergaung, kulit
sekitarnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut, ulkus indolen, teraba
indurasi dan disertai pemebesaran kelenjar getah bening pada inguinal, bila tidak
terdapat infeksi bakteri lain ulkus tidak terasa nyeri, ulkus ini disebut ulkus
durum.1,6
1. Roseola
Roseola atau roseola sifilitika merupakan kelainan sifilis sekunder dengan
gambaran makula eritem, berwarna merah tembaga, berbentuk bulat atau lonjong,
dominan pada bagian tubuh, dan ekstremitas termasuk telapak tangan dan kaki
namun wajah jarang terlibat (Gambar 3). Roseola disebut pula eksantema karena
timbul cepat dan menyeluruh.6,9
2. Papul
Papul merupakan bentuk yang paling sering terlihat pada sifilis sekunder.
Papul berwarna merah tembaga berbentuk bulat, dengan karakteristik yang khas
yaitu pada permukaan ditutupi skuama putih berbentuk cincin atau Biettes
collarette (Gambar 4) yang dapat disertai rasa gatal.6,10
3. Pustul
Pustul merupakan lesi yang jarang ditemui, pada awalnya terbetuk banyak
papul yang menjadi vesikel dan kemudian terbentuk pustul.11
Terdapat 3 jenis manifestasi klinis lain pada membran mukosa yang sangat
infeksius yaitu kondiloma lata, mucous patch dan faringitis. Kondiloma lata
(Gambar 6) adalah papul/ plak multipel berwarna putih keabuan dan
permukaannya meninggi. Kondiloma lata merupakan lesi yang diakibatkan oleh
manifestasi sistemik pada sifilis sekunder, yaitu kerusakan kulit lokal pada bagian
tubuh yang lembab. Kondiloma sering ditemukan pada daerah interginosa yaitu
ketiak, lipat paha, perineum dan anus. Mucous patch (Gambar 7) adalah lesi
berwarna putih kekuningan yang timbul di sekitar area mulut, paling sering pada
lidah dan bibir, lesi tidak terasa nyeri, berbentuk bulat dan ditutupi skuama. Dan
yang terakhir yaitu faringitis, terjadi pada kasus sifilis sekunder walaupun tidak
terdapat nyeri menelan, faring tampak sangat merah disertai edema dan erosi
pada palatum dan tonsil serta terdapat keluhan suara serak.6,10
Gambar 6 : Kondiloma Lata.10 Gambar 7: Mucous Patch.10
Sifilis Laten
Laten berarti tidak ada gejala klinis dan kelainan, termasuk organ dalam,
tetapi infeksi masih ada dan aktif. Tes serologik darah positif, sedangkan tes
cairan serebrospinal negatif. Tes yang dianjurkan ialah VDRL dan TPHA. Sifilis
laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, namun pemeriksaan serologis
reaktif. Dalam perjalanan penyakit sifilis selalu melalui tingkat laten, selama
bertahun-tahun atau seumur hidup. Akan tetapi bukan berarti penyakit akan
berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis lanjut, terbentuk
gumma, kelainan susunan syaraf pusat dan kardiovaskuler (Gambar 8). Fase ini
bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan
sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang lesi infeksius kembali
muncul.10
Kontak
10-90 hari
Primer (Chancre)
3-12 minggu
Sekunder
( lesi mukokutaneus dan keterlibatan organ)
4-12 minggu
Laten dini <1tahun relaps 25%
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Non-Serologis
DIAGNOSIS BANDING
Sifilis Primer.
Diagnosis banding sifilis primer dapat disingkiran bedasarkan gejala klinis dan
bentuk lesi yang timbul di daerah genitalia, dapat dilihat pada (Tabel 2).