Anda di halaman 1dari 8

.

Imunisasi TORCH
Sesuai namanya, imunisasi ini mencegah penyakit Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes (TORCH). Pada ibu, yang terjadi biasanya hanya infeksi ringan dengan atau tanpa gejala. Jika
infeksi terjadi di usia awal kehamilan, bisa terjadi abortus spontan. Jika kehamilan tetap berlangsung,
dampak infeksinya terhadap janin dapat berupa gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
keterbelakangan mental, dan autisme. Sayangnya, sering kali tes TORCH baru dilakukan setelah
kehamilan, padahal infeksinya bisa dicegah melalui pemberian imunisasi sebelumnya. Dengan
demikian, waktu pemberian imunisasi yang tepat yaitu minimal 3 bulan sebelum menikah atau 3 bulan
sebelum kehamilan (pembuahan). Jarak antara imunisasi TORCH dan kehamilan yang kurang dari 3
bulan dikhawatirkan menimbulkan infeksi pada janin, kendati kumannya sudah dilemahkan. Jadi setelah
imunisasi, disarankan untuk menunda kehamilan terlebih dulu hingga minimal 3 bulan.

TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu
TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama
berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara
imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman
penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang
terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
TOXOPLASMA
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20%
kasus infeksi
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam,
dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan
obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis
bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental,
kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau
bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak
diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah AntiToxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum
atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester
pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
Toxoplasmosis
Toxoplasmosis disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii, yang bisa ditularkan melalui
kontaminasi makanan atau minuman dengan kotoran kucing yang ada kista parasit ini, minum susu
yang belum diproses dengan pasteurisasi, makan daging yang mengandung kista atau bentuk parasit
toxoplasma. Atau proses pencucian tangan yang kurang bersih setelah mengolah tanah terkontaminasi
dengan kotoran hewan seperti kucing yang mengandung kista parasit ini.
Infeksi ini bisa ditularkan dari ibu hamil ke janin melalui plasenta atau ari-ari, yang bisa mengakibatakn
kerusakan pada mata seperti katarak kongenital, kelainan jantung dan kerusakan jaringan otak, yang
bisa mempengaruhi perkembangan mental dan inteligensi bayi, bahkan menyebabkan terjadinya
autisme bayi.
Bila infeksi terjadi pada awal kehamilan, maka kemungkinan terbesar adalah terjadinya keguguran
janin. namun bila infeksi terjadi pada masa hingga tiga bulan pertama kehamilan, maka akan terjadi
cacat bawaan yang serius seperti yang disebutkan diatas.
Menurut data statistik, kejadian kasus toxoplasmosis bayi adalah 1 banding 1.000 bayi kelahiran hidup
RUBELLA
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening.
Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.

Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan
pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah
50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America
College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa
pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi
Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum
hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada
kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
Rubella
SEbelum tahun 1970an, jumlah kejadian infeksi rubella kongenital pada bayi adalah sekitar 6.3 per
10.000 angka kelahiran hidup bayi. Namun setelah 10 tahun memakai vaksin rubella maka angka
infeksi menjadi hanya sekitar 1 per 10.000 angka kelahiran hidup bayi.
Jumlah janin yang terinfeksi dengan virus rubella adalah tergantung pemaparan ini terjadi pada saat
usia kehamilan itu berlangsung. Bila infeksi terjdi pada 8 minggu pertama kehamilan maka sekitar 85%
janin yang akan lahir dengan cacat fisik
Bayi yang lahir dengan infeksi rubella, maka pada saat kelahiran bayi ini sudah akan memperlihatkan
cacat fisik berupa : kelainan jantung, gangguan pertumbuhan fisik, kelainan mata dan atau pneumonia
pada saat kelahiran.
Tapi masih ada kelainan susulan yang akan terjadi pada masa awal kehidupan bayi tersebut
berupa :autisme, cacat pendengaran atau tuli karena kelainan saraf /neurosensory deafness,
gangguan perkembangan dan fungsi otak, gangguan sistim imunologi tubuh, dan atau penyakit
kelenjar tiroid / kelenjar gondok.
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes.
Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV
merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami
gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang,
dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan
meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Cytomegalovirus
Cytomegalovirus adalah termasuk keluarga virus herpes. Virus ini bisa ditularkan melalui sekresi cairan
tubuh seperti cairan vagina, air liur, juga melalui hubungan seksual, bayi mendapat infeksi ini melalui
air susu ibu.
Hanya sekitar 10% bayi yang mendapat infeksi virus CMV ini yang memperlihatkan gejalah penyakit.
Dari 10% bayi penderita CMV ini, angka kematian bayi dengan gejalah penyakit ini adalah sekitar 20
30%.
Sedangkan bayi yang selamat akan memperlihatkan cacat pendengaran sekitar 15%, atau gangguan
perkembangan mental atau mental retardasi sebanyak 30%.
Dan bayi yang menderita infeksi saat kelahiran, akan menderita penyakit pneumonia (radang paruparu), hepatitis atau berbagai macam jenis gangguan sistim darah.
HERPES SIMPLEKS TIPE II
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus
ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion
sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal
ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat
berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini
terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila
infeksi terjadi pada saat kehamilan.
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi
TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik.
Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan
diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui
infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.

Panel TORCH
? Anti Toxoplasma IgG dan IgM
? Anti Rubella IgG dan IgM
? Anti CMV IgG dan IgM
? Anti HSV II IgG dan IgM
Herpes simplex virus
Infeksi dengan virus herpes simplex adalah yang paling sering terjadi pada manusia.
Virus ini menyebar melalui percikan air ludah atau drop let infection juga melalui kontak seksual.
Diperkirakan 1 per 1.000 hingga 1 per 5.000 bayi lahir dengan infeksi HSV ini. Sekitar 80% infeksi ini
masuk kedalam tubuh bayi melalui mata, kulit, mulut dan saluran pernafasan bagian atas, sewaktu
sedang berlangsung proses kelahiran bayi melalui jalan vagina.
Dari bayi yang terinfeksi ini, maka : 20% akan menderita infeksi mata, mulut atau kulit. Sekitar 50%
virus HSV ini akan menyebar keseluruh tubuh, sehingga akan menyerang organ hati dan kelenjar
adrenal dan juga organ tubuh yang lain, terjadi yang disebut multi organ infection. Ini terjadi pada hari
ke 9 hingga 11 setelah kelahiran bayi tersebut.
Bila tidak diberikan pengobatan maka angka kematiannya adalah 80%, walaupun sudah diberikan
pengobatan anti virus, angka kematian masih sekitar 15 20%, dan sekitar 40-45% dari bayi yang
selamat ini akan menderita cacat susunan saraf pusat yang permanen.
Sehingga adalah sangat penting dan kritis ketepatan diagnosa penyakit dan infeksi HSV ini pada masa
kehamilan dan pada bayi yang baru dilahirkan, untuk menentukan tindakan dan pengobatan yang
tepat.
Mencegah TORCH
Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang merencanakan kehamilan atau
yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi Anda dapat
terlahir dengan baik dan sempurna.
Makan makanan bergizi
Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk perkembangan
janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh
dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh.
Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat memeriksa
apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda
sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar
sembuh.
Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela dapat
dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.
Makan makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab TORCH
bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai matang.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam keseharian Anda.
Periksa kandungan secara terartur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan teratur.
Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata
terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk.
Jaga kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting.
Hindari kontak dengan penderita penyakit
Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi virus,
seperti rubela, yang juga disebut campak Jerman.
Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya sebelum dan selama
masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang berbagai aspek
melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk memastikan kehamilan yang lebih
aman. Maka, bagi seorang wanita hamil, cobalah untuk selalu waspada terhadap berbagai penyakit
seperti TORCH agar bayi Anda terlahir sehat.
Penyakit toxoplasmosis, infeksi rubella, CMV dan herpes simplex, dikelompokkan menjadi TORCH
karena menimbulkan akibat yang hampir sama pada janin, yaitu keguguran janin atau janin lahir
dengan cacat fisik dan mental yang sangat serius.
Gejalah atau tanda bahwa bayi menderita infeksi TORCH adalah sebagai berikut :

Bayi lahir dengan berat badan rendah

Pembesaran hati dan limpa

Gangguan sistim pembekuan darah thrombocytopenia

Ruam kulit
Gangguan sistim saraf pusat, seperti ensefalitis, deposit kalsium dalam jaringan otak, dan
kejang-kejang

Warna kuning pada kulit atau jaundise


Kita akan membahas secara singkat to the point penyakit penyakit TORCH ini.
Pemeriksaan TORCH Dengan Cara Laboratorium Klinik:
Penapisan TORCH untuk mengetahui apakah seseorang, terutama wanita atau ibu hamil, pernah atau
sedang menderita infeksi penyakit TORCH. Ini penting untk menentukan tindakan selanjutnya bagi
tatalaksana ibu hamil dan janin yang sedang dikandung.
Berdasarkan hasil pemeriksaan antibody IgM dan IgG dalam serum wanita hamil, bila ditemukan bukti
dan tanda-tanda bahwa ia sedang menderita infeksi dan penyakit rubella, maka harus segera diberikan
pengobatan yang intensif dengan tujuan mencegah penularan virus rubella kepada janin melalui
plasenta atau ari-ari bayi, dan mencegah kerusakan organ penting bayi akibat virus rubella ini.
Bila memang sangat diragukan atas kesehatan janin, maka kehamilan ini bisa segera dihentikan
dengan tindakan aborsi dengan indikasi medis, dengan tujuan mencegah kelahiran bayi yang cacat
fisik dan mental akibat Congenital Rubella Syndromes (CRS) yang ditimbulkan oleh virus rubella.
Kita juga melakukan pemeriksaan ini untuk bayi dari ibu yang menderita penyakit rubella sewaktu
hamil, untuk mengantisipasi dan memberikan pengobatan, juga koreksi kelainan bayi ini, karena
banyak kelainan organ bawaan yang diakibatkan oleh penyakit TORCH ini yang belum manifest saat
kelahiran, sehingga tidak bisa diketahui sejak lahir, kelainan organ dan gangguan tumbuh kembang
bayi ini baru bisa dilihat ketika bayi sudah berusia balita, dengan kalainan fisik dan mental susulan
seperti yang diuraikan diatas karangan ini.
Hanya sayangnya hasil pemeriksaan TORCH bayi ini lebih sulit untuk di-interpreatsikan, karena adanya
IgG dari maternal /ibu, yang ditransferkan ke darah bayi melalui plasenta, sehingga bisa terjadi salah
penafsiran yang kita sebut false positive atau juga false negative, yang akan mengganggu akurasi hasil
pemeriksaan TORCH pada bayi ini.
Patokannya adalah, selain kita memeriksa kadar IgG juga kita tambahkan pemeriksaan IgM yang lebih
spesifik, dan bila hasilnya positif, kita akan mengulang pemeriksaan ini dalam waktu 2 3 minggu, bila
kadarnya meningkat, ini menandakan adanya infeksi aktif TORCH dalam tubuh si bayi, dan kita harus
segera memulai pengobatan untuk mencegah kerusakan organ tubuh bayi yang lebih lanjut.
Bagaimana Interpretasi Hasil Pemeriksaan TORCH Di Laboratorium Klinik ?
Pertama-tama, siapa yang harus diperiksa untuk mengetahui apakah seseorang pernah terinfeksi
(pernah sakit) atau sedang sakit penyakit rubella ?
Target pemeriksaan ini adalah untuk :
Wanita yang status vaksinasi rubella (atau MMR) tidak jelas, atau vaksinasi MMR tidak lengkap dua
dosis
Wanita hamil muda dengan keadaan seperti diatas atau yang dicurigai sedang sakit atau terinfeksi
virus rubella
bayi yang baru dilahirkan dari ibu dengan keadaan seperti diatas
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Jika orang tersebut telah mengalami infeksi dengan virus patogen ini, maka akan ditemukan
antibody Ig M, yang kemudian disusul dengan terbentuknya antibody Ig G.
Keberadaan antibody Ig M akan bertahan selama kurang lebih 3 12 bulan, kemudian akan menghilang
dari tubuh, namun antibody Ig G akan bertahan terus hingga lama atau seumur hidup, yang akan
memberikan perlindungan dan mencegah infeksi atau dapat mengurangi derajat berat penyakit bila
terjadi infeksi ulang.
Jika antibody Ig M ditemukan pada serum ibu yang hamil, ini berarti telah terjadi infeksi saat ini atau
infeksi pernah terjadi beberapa waktu yang baru lalu.
Jika antibody Ig M tidak ditemukan, namun terdapat antibody Ig G, dan pada pemeriksaan ulangan
kadarnya tetap stabil, bisa disimpulkan bahwa orang tersebut pernah mendapat infeksi dengan virus
ini, atau pernah diberikan vaksinasi untuk mencegah penyakit ini.
Namun, jika dalam serum tidak ditemukan antibody IG M ataupun Ig G, ini berarti orang ini rentan dan
mempunyai bahaya bisa terinfeksi dengan virus penyakit ini jika terpapar. Untuk orang ini sangat
dianjurkaan untuk segera mendapatkan vaksinasi
INFEKSI JAMUR DI RONGGA MULUT
Candidiasis/jamur, disebut juga infeksi ragi (Yeast infection) atau sariawan, Candidosis, Moniliasis, dan
Oidiomycosis, adalah infeksi fungi/jamur (mycosis) dari salah satu spesies Candida, dimana Candida
albicans adalah yang paling umum.Candidiasis meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan seperti
sariawan mulut dan vaginitis, sampai yang berpotensi mengancam kehidupan manusia. Infeksi Candida
yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang dalam kondisi
sangat lemah imun, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Infeksi kulit ringan dan membran mucosal/dinding dalam mulut oleh Candida menyebabkan radang
lokal dan kegelisahan, infeksi ini yang umum diderita manusia.

Candidiasis oral/mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur ragi dari genus Candida
pada membran berlendir mulut. Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau kadang oleh
Candida glabrata dan Candida tropicalis. sariwan pada mulut bayi disebut candidiasis, sementara jika
terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis.
Gejala
Infeksi mulut oleh spesies Candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih
atau krem pada membran mucosal (dinding mulut dalam). Pada mucosa mulut yang terinfeksi mungkin
muncul radang (berwarna merah). Orang dewasa mungkin mengalami rasa tidak nyaman atau rasa
terbakar.
Kelompok yang beresiko
1.
Bayi yang baru lahir,
2.
Penderita Diabet, khususnya bagi yang tidak mengontrol diabetnya,
3.
Sebagai efek samping dari obat-obatan, yang paling sering obat antibiotik. Corticosteroids
(sejenis hormon steroid) hisap/hirup untuk perawatan kondisi paru-paru (misalnya Asma) bisa juga
berdampak pada candidiasis mulut.
4.
Orang-orang dengan immunodefisiensi (misalnya penderita HIV/AIDS atau pengobatan
kemoterapi).
5.
Perempuan yang sedang mengalami perubahan hormonal, seperti kehamilan atau mereka yang
menggunakan pil pengontrol kelahiran.
6.
Orang sehat yang dengan sadar/tidak sadar telah mendatangkan kontak secara rutin dengan
ragi, misal pengguna gigi palsu dan perokok.
Sariawan dan Menyusui
Karena peningkatan penggunaan antibiotik pada wanita pekerja untuk mengurangi transmisi infeksi
Grup B streptococcal pada bayi menyebabkan sariawan menjadi lebih merata/tersebar. Gejalanya akan
timbul ruam pada puting ibu dan mulut bayi.
Ruam dan rasa sakit yang dialami oleh ibu dapat berkisar antara ringan dan berat hingga
mempersusah proses menyusui. Pengobatannya (termasuk menjaga kebersihan puting susu) yaitu
dengan pemberian probiotics oral berisi L. acidophilus dan krim over-the-counter antifungal berisi
nystatin, clotrimazole, atau miconazole pada puting. Sebaiknya krim yang dipakai dibersihkan sebelum
menyusui. Catatan: Kemungkinan efek samping obat-obatan dicek terlebih dahulu sebelum diresepkan.
Manifestasi
Infeksi Candidial bisa mengakibatkan komplikasi minimal seperti kulit menjadi lebih kemerahan, gatal
dan kegelisahan, meskipun mungkin juga bisa mengakibatkan komplikasi parah atau fatal jika tidak
diobati secara dini. Orang yang dalam kondisi immunocompetent (imun yang baik/normal), bentuk
candidiasis biasanya hanya berupa infeksi kulit atau membran mucosal lokal, juga infeksi pada rongga
mulut (sariawan), tekak atau kerongkongan, saluran pencernaan, saluran kencing, dan kemaluan
(vagina, penis).
Candidiasis yang sangat umum adalah penyebab iritasi vaginal , atau vaginitis, dan dapat juga terjadi
pada alat kelamin laki-laki. Dalam pasien dengan imun rendah, infeksi Candida dapat mempengaruhi
kerongkongan dengan potensi menjadi sistemik, menyebabkan kondisi lebih serius (candidemia). Anakanak, umumnya antara usia tiga dan sembilan tahun, dapat dipengaruhi oleh infeksi kronis mulut ragi
(yeast infection), biasanya hal ini ditunjukkan dengan terdapat warna putih di sekitar mulut
(berbelang). Namun, ini bukan kondisi umum.
Penyebab
Yeasts Candida biasanya hadir pada manusia, dan pertumbuhannya biasanya dibatasi oleh sistem
kekebalan tubuh manusia. Mikroorganisme tertentu dalam tubuh manusia yang menempati lokasi yang
sama dengan yeast candida misal bakteri (niches) dalam tubuh manusia dapat juga menghambat
pertumbuhan yeast candida ini.
Begitu juga yang terjadi pada vagina, mikroorganisme tertentu dapat membantu manusia mencegah
perkembangbiakan candida. Penggunaan pembersih kimia (deterjen) pada vagina, penyemprotan (air),
dan gangguan internal (hormonal atau fisiologis) tertentu dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem tadi. Kehamilan dan penggunaan kontrasepsi oral telah dilaporkan sebagai faktor risiko,
sedangkan anggapan pembersihan sesegera mungkin setelah melakukan hubungan seks vaginal dan
seks anal dengan menggunakan pelumas yang mengandung gliserin tetap menjadi kontroversi sampai
saat ini. Diabetes mellitus dan penggunaan antibiotik anti bakteri (khususnya tanpa pengawasan
medis) juga dihubungkan dengan meningkatnya insiden infeksi ragi.
Kekebalan tubuh yang lemah dan penyakit metabolis seperti diabetes menjadi faktor penting yang
signifikan membantu perkembangan candidiasis. Penyakit atau kondisi yang terhubung dengan
candidiasis yaitu HIV/AIDS, mononucleosis, perawatan kanker, steroids, stres, dan kekurangan gizi.
Hampir 15% dari orang-orang yang dalam tubuhnya kurang mampu mengembangkan sistem kekebalan
tubuh mengalami penyakit sistemik yang disebabkan oleh spesies Candida. Dalam kasus ekstrim,
infeksi candida yang biasanya tergolong ringan pada kulit atau lendir membranes bisa masuk ke dalam
darah dan menyebabkan infeksi sistemik Candida.

Kasus candidiasis penis (yang ditularkan melalui hubungan seksual vaginal atau anal) dapat terjadi jika
individu yang terinfeksi memiliki imunitas rendah, mengkonsumsi antibiotik tanpa pengawasan, dan
diabetes. Infeksi Male genital yeast sangat sedikit, dan insiden infeksi lebih sedikit/ kecil (yang
terlaporkan/tercatat medis) dari perempuan, namun infeksi ragi pada penis ini dari kontak langsung
melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi sebenarnya sering terjadi.
DEFINISI
Infeksi Herpes Mulut Primer (Gingivostomatitis Herpetik Primer, Herpes Labialis) adalah suatu infeksi
awal oleh virus herpes simpleks yang dengan segera bisa menyebabkan terbentuknya luka yang terasa
nyeri di gusi dan bagian mulut lainnya. Herpes Sekunder (Herpes Labialis Berulang) adalah suatu
reaktivasi (pengaktivan kembali) virus lokal yang menyebabkan terbentuknya cold sore (luka di dekat
mulut akibat demam).
PENYEBAB
Virus herpes simpleks.
GEJALA
Secara khusus, seorang bayi mendapatkan virus herpes simpleks dari orang dewasa yang memiliki cold
sore. Infeksi awal pada bayi ini (herpes primer) menyebabkan peradangan gusi biasa dan sakit mulut
yang luar biasa. Bisa terjadi demam, pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan tidak enak
badan; sehingga anak menjadi rewel.

Sebagian besar kasus bersifat ringan dan menghilang dengan sendirinya. Orang tua seringkali
menduganya sebagai akibat dari pertumbuhan gigi atau penyakit lainnya.
Dalam 2-3 hari, timbul lepuhan yang sangat kecil (vesikel) di mulut. Vesikel ini mungkin tidak disadari
karena mereka segera pecah dan meninggalkan luka terbuka di mulut. Rasa sakit dirasakan di seluruh
mulut, terutama gusi.
Seminggu kemudian anak akan membaik, tetapi virus herpes simpleks tetap berada dalam tubuhnya,
dan infeksi sering berulang di kemudian hari (herpes sekunder). Infeksi awal menyebabkan sakit yang
menyebar di mulut, tetapi infeksi ulangan biasanya menyebabkan timbulnya cold sore (fever blister,
lepuhan yang timbul karena demam).
Infeksi ulangan biasanya dipicu oleh:
- sengatan matahari pada bibir
- demam
- cuaca dingin
- alergi makanan
- cedera di mulut
- pengobatan gigi
- kecemasan.

1-2 hari sebelum timbulnya lepuhan, penderita merasakan kesemutan atau rasa tidak nyaman (gejala
prodroma) pada daerah dimana lepuhan akan muncul. Perasaan ini sulit untuk diungkapkan, tetapi
mudah dikenali pada seseorang yang sebelumnya menderita herpes.
Luka terbuka bisa timbul di bibir bagian luar dan kemudian terbentuk keropeng. Di dalam mulut, luka
ini paling sering ditemukan di langit-langit (palatum). Luka di mulut berawal sebagai lepuhan-lepuhan
kecil yang dengan segera akan bergabung dan membentuk luka merah yang menimbulkan nyeri.
Pada sebagian besar penderita, infeksi ulangan dari herpes simpleks labialis mungkin hanya
menimbulkan sedikit gangguan nyeri, tetapi hal ini bisa berakibat fatal pada:
- penderita kelainan sistem kekebalan (misalnya AIDS)
- penderita yang menjalani kemoterapi
- penderita yang menjalani terapi penyinaran
- penderita yang menjalani pencangkokan sumsum tulang.
Pada orang-orang tersebut, luka terbuka di mulut yang berukuran besar bisa mengganggu makan dan
penyebaran virus ke otak bisa berakibat fatal.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil biakan dari luka. Pemeriksaan fisik
juga bisa menunjukkan adanya pembesaran kelenjar getah bening di leher atau selangkangan. Tes
Tzanck atau biakan virus dari luka di kulit bisa menunjukkan adanya virus herpes.
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan pada herpes primer adalah untuk mengurangi rasa sakit, sehingga penderita bisa
tidur, makan dan minum secara normal. Rasa nyeri bisa menyebabkan anak tidak mau makan dan
tidak mau minum; bila disertai demam, hal ini bisa dengan segera menyebabkan dehidrasi (kekurangan
cairan tubuh). Karena itu anak yang sakit harus minum cairan sebanyak mungkin.
Untuk mengurangi nyeri pada penderita dewasa atau anak yang lebih besar, bisa digunakan obat
kumur anestetik (misalnya lidokain). Atau bisa juga digunakan obat kumur yang mengandung baking
soda. Pengobatan pada herpes sekunder akan efektif bila dilakukan sebelum munculnya luka, yaitu
segera setelah penderita mengalami gejala prodroma. Mengkonsumsi vitamin C selama masa prodroma
bisa mempercepat hilangnya cold sore.
Melindungi bibir dari sinar matahari secara kangsung dengan menggunakan topi lebar atau dengan
mengoleskan balsam bibir yang mengandung tabir surya, bisa mengurangi kemungkinan timbulnya
cold sore. Sebaiknya penderita juga menghindari kegiatan dan makanan yang bisa memicu terjadinya
infeksi ulangan. Penderita yang sering mengalami infeksi ulangan bisa mengkonsumsi lisin.
Salep asiklovir bisa mengurangi beratnya serangan dan menghilangkan cold sore lebih cepat. Balsam
bibir seperti jelly petroleum dapat menghindari bibir pecah-pecah dan mengurangi resiko tersebarnya
virus ke daerah di sekitarnya.
Untuk mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri, maka antibiotik diberikan kepada penderita dewasa
yang memiliki luka hebat. Untuk kasus-kasus yang berat dan untuk penderita yang memiliki kelainan
sistem kekebalan, bisa diberikan kapsul asiklovir.Kortikosteroid tidak digunakan untuk mengobati
herpes simpleks karena bisa menyebabkan perluasan infeksi.
PENCEGAHAN
Tindakan berikut bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya herpes labialis:
- Menghindari kontak langsung dengan cold sore atau luka herpes lainnya.
- Memperkecil kemungkinan terjadinya penularan secara tidak langsung dengan cara mencuci bendabenda yang telah digunakan oleh penderita dengan air panas (lebih baik direbus)
- Tidak memakai benda bersama-sama dengan penderita herpes, terutama ketika lukanya sedang aktif
- Menghindari faktor pencetus (misalnya sinar matahari)
Gejala HIV dalam rongga mulut
Lesi di dalam mulut yang berulang-ulang berperan penting sebagaii kepastian dari tanda /
gejala pertama terserang HIV, perkembangan penyakit HIV, atau penyebab disfungsi dan bahkan
menimbulkan rasa sakit dan mengganggu penampilan. karena itu mengenali, mendiagnosa, dan
menanggulangi penyakit mulut yang menyertai AIDS merupakan komponen yang amat penting baik
pada pelayanann bahkan pendidikan dan riset edpidemi HIV AIDS.
Dengan berkurangnya daya tahan tubuh maka timbul berbagai penyakit dalam rongga mulut dan
infeksi oprtunistik baik karena virus, bakteri dan jamur dan keganasan, lesi auto imune dan kelainan
lain. Keanekaragaman dalam bentuk lesi, frekuensi dan kapan terjdinya tidak benar-benar diketahui,
tetapii yang jelas di dukung oleh berbagi faktor yang kompleks dan bervariasi, sehingga sebagian besar
dai lesi dalam rongga mulut sangat berkaitan dengan diagnosa infeksi HIV, prognosa dan mutu
kehidupan dari penderita HIV.
Infeksi jamur di dalam rongga mulut yang sering merupakan pertanda dari infeksi HIV adalah
infeksi jamur candidiasis, karena sering diketemukan sebagai bagian dari flora mulut pada orang
pengidap HIV. Infeksi jamur ini menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman, halitosis (bau mulut),
sehingga membutuhkan perawatan tertentu. Jamur ini dapat bertidak sebagai fokus infeksi bagi kolonii
jamur di tempat lain seperti lambung dan saluran pernafasan. Sariawan di sudut bibir ataucheilitis
angularis sering menyertai infeksi jamur ini.
Infeksi lain yang muncul menyertai penderita HIV yaitu disebabkan oleh berbagi virus yaitu
virus dari keluarga herpes (simpleks, zoster) . hal lain juga sering terilihat plak putih di mukosa lidah,
mukosa bukal, orofaring dan dasar mulut (hairy leukoplakia) .

Infeksi bakteri di dalam rongga mulut juga memberi pertanda HIV, yaitu lesi pada gusi dan
periodontal yang tidak lazim dengan frekuensi yang besar, dengan gejala klinis sebagai berikut
gingivitis berupa lesi ulkus nekrosis, rasa tidak nyaman dan nyeri, nekrose tulang alveolar, resesi gusi
yang cepat dan progresif , gigi goyang derajat 3 atau lebih , dan oral higiene yang buruk dan gigi geligi
yang tidak terawat akan memperparah keadaan infeksi ini.
Keganasan lain dalam rongga mulut adalah karena penderita HIV biasanya terjadi gangguan
kekebalan, sehingga sering ditemukan keganasan yaitu sarkoma kaposi (KS). Bagian tubuh yang sering
terkena adalah kulit dan mukosa mulut.
Tanda lain di mulut adalah adanya stomatis apthosa (sariawan) yang kambuh dan berulangulang. Parahnya serangan terlihat sebagai lesi yang banyak dan besar dan bertahan dalam jangka
waktu yang lama dan menimbulkan rasa sakit, selain itu penderita HIV juga sering mengeluh mulut
kering, karen berkurangnya saliva, hal ini kemungkinan terjadi inflamasi kalenjer saliva.
penagggulangganya adalah dengan sering kumur, perangsang kalenjer ludah, dan permen karet tanpa
gula.
Masih banyak lesi lain didalam ronga mulut yang menyertai penyakit HIV yang penyebabnya
tidak jelas. karena tes laboratorium dan biopsi tidak menunjukan klasifikasinya, sehingga perawatan
hanya bersifat paliatif, coba-coba dan secara empiris
Contoh kasus : seorang pria biseksual berusia 28 tahun datang ke klinik untuk perawatan gigi rutin.
dia mengakui mempunyai gonoore dan hepatitis B. Pemeriksan klinis menunjukan permukaaan lesi
putih pada mukosa bukal, dan dipastikan ini adalah koloni kandidiasis, lesi putih pada tepi samping
lidah yang dipastikan adalah hairy leukoplakia. Setelah konseling dengan sungguh-sungguh, dan tes
serologi menunjukan bahwa penderita mengidap virus HIV

Anda mungkin juga menyukai