Anda di halaman 1dari 25

Bahan resin komposit diperkenalkan dalam profesi kedokteran gigi pada awal tahun 1960.

Resin
komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang serta memodifikasi warna dan
kontur gigi, serta menambah estetis. Bahan resin komposit sudah sangat luas digunakan di
bidang kedokteran gigi sebagai bahan tumpatan yang mementingkan estetik (restorative esthetic
material). Pada umumnya resin komposit yang dipasarkan adalah bahan universal yang berarti
dapat digunakan untuk restorasi gigi anterior maupun posterior. Pada akhir tahun 1996
diperkenalkan

resin

komposit packable atau

komposit packable merupakan

resin

komposit

resin
dengan

komposit condensable.
viskositas

yang

tinggi.

Resin
Resin

komposit packable direkomendasikan untuk restorasi klas I, II dan MOD.


Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada penambahan
polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin komposit digunakan
untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat
mengembalikan fungsinya. Resin komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin
matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan coupling.
Resin komposit termasuk bahan tumpatan langsung yang sewarna dengan gigi. Resin komposit
digunakan untuk menggati struktur gigi yang hilang, memodifikasi warna gigi dan kontur
sehingga menambah estetika wajah.

BAB 2
BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT
Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurang-kurangnya dua
bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata diantara keduanya. Bila
konstruksi tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan yang tidak dapat diperoleh bila hanya
digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi resin komposit adalah suatu bahan matriks resin
yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa
sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan.
2.1 Komposisi
Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan utama yaitu matriks
resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua bahan tersebut, beberapa komponen lain
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane)
diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga
aktivator-aktivator diperlukan untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain

meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar ultra violet) dan mencegah polimerisasi dini
(bahan penghambat seperti hidroquinon). Komponen-komponen tersebut diantaranya:
2.1.1. Resin matriks
Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang merupakan diakrilat aromatik atau
alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis- GMA), Urethane Dimethacrylate (UDMA),
dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA) merupakan Dimetakrilat yang umum digunakan
dalam resin komposit (Gambar 1). Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA
amatlah kental pada temperatur ruang (250C). Monomer yang memiliki berat molekul lebih
tinggi dari pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi. Nilai
polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22 % V dimana untuk resin BisGMA 7,5 % V. Ada juga sejumlah komposit yang menggunakan UDMA ketimbang Bis-GMA.
Gambar 1. Resin Bis-GMA, UDMA digunakan sebagai basis resin ,
sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer. (Powers JM, Sakaguchi RL.CRAIGSS
Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri : Evolve, 2003 : 229)
Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan tinggi karena
memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler dalam jumlah kecil saja menghasilkan
komposit dengan kekakuan yang dapat digunakan secara klinis. Untuk mengatasi masalah
tersebut, monomer yang memiliki kekentalan rendah yang dikenal sebagai pengontrol kekentalan
ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen
glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah yang paling sering digunakan.
2.1.2. Partikel bahan pengisi
Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan meningkatkan
sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit, berkurangnya penyerapan
air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan,
kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor penting lainnya yang menentukan sifat dan
aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan
distribusinya, radiopak, dan kekerasan.
2.1.3. Bahan Pengikat
Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin matriks. Adapun
kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin, dan untuk menstabilkan
hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan berkurang ketika komposit menyerap air dari
penetrasi bahan pengisi resin. Bahan pengikat yang paling sering digunakan adalah organosilanes
(3-metoksi-profil-trimetoksi silane) (Gambar 2). Zirconates dan titanates juga sering digunakan.

O OCH 3

CH2=CCOCH2CH2CH2SiOCH 3

CH3 OCH3
Gambar 2. 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane. (Powers JM, Sakaguchi RL.CRAIGSS
Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri : Evolve, 2003 : 193)
2.2. Sifat sifat Resin Komposit
Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga memiliki
sifat. Ada beberapa sifat sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain:
2.2.1. Sifat fisik
Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan pada
gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik permukaan juga
menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:
1. Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi
sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai
noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi
dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air dalam polimer matriks. Untuk mencocokan
dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan
translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk
menyesuaikan dengan warna email dan dentin.
1. Strength
Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini
memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal. Nilai
kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda.
1. Setting
Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang
diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam
beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia
memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras
tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.
2.2.2. Sifat mekanis

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap
kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan
berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu. Sifat-sifat yang
mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :
a. Adhesi
Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya
gaya tarik menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan
secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan
ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan
terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua
dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud
menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut(dentin bonding agent).
b. Kekuatan dan keausan
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik.
Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan
restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.
Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih
cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.
2.2.3. Sifat khemis
Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi kimia
dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul molekul yang disebut
monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus
metrakilat ditemukan pada ujung ujung rantai atau pada ujung ujung rantai percabangan.
Salah satu metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah
resin Bowen (Bis-GMA) .
Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang tersintesa dari
resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat. Karena Bis-GMA mempunyai
struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus OH, Bis-GMA murni menjadi amat kental.
Untuk mengurangi kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol
dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan.
2.3. Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi
Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan komponenkomponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan adhesive yang kuat

sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia, dan dapat merupakan ikatan
kovalen atau ion.
Selain secara kimia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara mekanis atau retensi,
perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik menarik oleh molekul.
Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang melibatkan penggunaan skrup, baut
atau undercut. Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua
teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding.
2.3.1. Teknik etsa asam
Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan ditambal diolesi etsa
asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan hal tersebut berpengaruh
terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan bentuk yang tidak
spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan
email, tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas.
Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara permukaan
email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Kekuatan ikatan terhadap email
teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya adalah bahwa asam meninggalkan permukaan
email yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses
pengasaman pada permukaan email akan meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis
tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk lembah dan puncak pada email, yang
memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin
tag kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif
sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 m.
Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 % adalah tepat,
konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada
permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Asam ini dipasok dalam bentuk cair
dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah dikendalikan. Asam diaplikasikan dan
dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan email minimal selama 15-20 detik.
Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan dengan baik. Bila
email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti bersalju menunjukan bahwa
etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering sampai resin diletakan untuk
membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email.
Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana.
2.3.2. Bahan bonding

Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga membasahi
permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori di dalam dentin dan akhirnya
bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena matriks resin bersifat hidrofobik,
bahan bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat
dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan
dengan restorasi resin.
A. Bahan bonding email
Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia. Email terdiri atas 96
% mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun dari jutaan kristal hydroksiapatit
(Ca10 (PO4)6 (OH)2) yang sangat kecil. Dimana tersusun secara rapat sehingga membentuk
perisma email secara bersamaan berikatan dengan matriks organik. Pada perisma yang panjang
bentuknya seperti batang dengan diameter sekitar 5 m. Krital hidroksiapatit bentuknya
heksagonal yang tipis, karena strukrur seperti itu tidak memungkinkan mendapatkan susunan
yang sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air dan material organik. Bahan bonding
biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa pasi atau hanya dengan
sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email dikembangkan untuk meningkatkan
kemampuan membasahi email yang teretsa. Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks
resin yang dilarutkan dengan monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan
kemungkinan membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cendrung
meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum pada email. Beberapa
tahun terakhir bahan bonding tersebut telah digantikan dengan sistem yang sama seperti yang
digunakan pada dentin. Peralihan ini terjadi karena manfaat dari bonding simultan pada enamel
dan dentin dibandingkan karena kekuatan bonding.
B. Bahan bonding dentin
Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir diseluruh panjang gigi dan
merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan matriks dentin. Tersusun dari 75 %
materi inorganik, 20 % materi organik dan 5 % materi air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli
berdiameter 0,5-0,9 mm dibagian dentino enamel jungsion dan 2-3 mm diujung yang
berhubungan dengan pulpa. Jumlah tubuli dentin sekitar 15-20 ribu /mm didekat dentino enamel
jungtion dan sekitar 45-65 ribu dekat permukaan pulpa. Penggunaan asam pada etsa untuk
mengurangi terbentuknya microleakage atau kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada

resin dipermukaan enamel. Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau sementum.
Pengetsaan asam pada dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdiri
dari :
Dentin Conditioner

Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk pada
dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentinconditioer antara lain asam maleic,
EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan
dentin akan menghasilkan reaksi asam basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan mengkibatkan
larutnya hidroksiapatit yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin serta terbentuknya
permukaan demineralisasi dan biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam yang
digunakan

semakin

kuat

pula

reaksi

yang

ditimbulkan.

Beberapa

dari

dentinconditioner mengandung glutaralhyde. Glutaralhyde dikenal sebagai bahan untuk


penyambung kolagen. Proses penyambungan ini untuk menghasilkan substrat dentin yang lebih
kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari struktur kolagen.

Primer
Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu menyatukan antara
komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin yang bersifat hidrofilik. Oleh
karena itu primer berfungsi sebagai prantara, dan terdiri dari monomer bifungsional yang
dilarutkan dalam larutan yang sesuai. Monomer bifungsional adalah bahan pengikat yang
memungkinkan penggabungan antara dua material yang berbeda. Secara umum bahan pengikat
pada dentin primer dapat diformulakan sebaagai berikut (Gambar 3).
Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group
M-S-R
Gambar 3: Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group. (Cabe FJ, Walls AWG. Applied
Dental Materials. 9th ed. USA : Blackwell Scientific Publications, 1984 : 231)
M adalah gugus metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan komposit
resin dan meningkatkan kekuatan kovalen, S adalah pembuat celah yang biasanya meningkatkan
fleksibilitas bahan pengikat. Dan R adalahreactive group yang merupakan gugus polar atau
gugus terakhir (membentuk perlekatan dengan jaringan gigi). Ikatan polar ini terbentuk akibat
distribusi elektron yang asimetris. Reactive group dalam bahan pengikat ini dapat berkombinasi
dengan molekul polar lain di dalam dentin, seperti gugus hidroksi dalam apatit dan gugus amino

dalam kolagen. Ikatan yang terjadi banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa juga dalam beberapa
kasus terjadi ikatan kimiawi.
Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang paling banyak digunakan.
HEMA memiliki kemampuan untuk berpenetrasi kedalam permukaan dentin yang mengalami
demineralisasi dan kemudian berikatan dengan kolagen melalui gugus hidroksil dan amino yang
terdapat pada kolagen. Aksi dari bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk membuat

hubungan ataupun ikatan molekular antara poli (HEMA) dan kolagen.


Sealer (Bahan pengisi)
Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA dan HEMA. Bahan
ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.

BAB 3
RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN
Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan lain seperti
bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.
3.1 Komposisi Resin Komposit
Resin komposit mempunyai komposisi sebagai berikut:
a)

Bahan utama/Matriks resin

b)

Filler

c)

Coupling agent

d)

Penghambat polimerisasi

e)

Penyerap UV

f)

Opacifier

g)

Pigmen warna

3.2 Struktur Resin Komposit


a)

Bahan utama/Matriks resin

Kebanyakan resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic dan ataualiphatic


dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA), selain itu juga banyak
dipakai

adalah tryethylene

glycol

dimethacrylate (TEGDMA),

danurethane

dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam komposit gigi.
Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir tahun 1950-an dan

awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel
bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan
perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan
akrilat (CH2=CHCOO-). Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul BISGMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin suatu komposit gigi.
BIS-GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan dari
dimethacrylate lain yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk menghasilkan cairan
resin yang dapat diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit
melakukan sintesa antara struktur molekul yang alami dan kurang melekat dengan baik terhadap
struktur gigi.
b)

Filler

Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat material.
Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik-manik kaca dan batang,
partikel seramik seperti quartz (SiO2), litium-aluminium silikat (Li2O.Al2O3.4SiO2) dan kaca
barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat komposit menjadi radiopak.
Ukuran partikel yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15m. Partikel yang dikategorikan
berukuran besar sehingga mencapai 60m pernah digunakan tetapi permukaan tumpatan akan
menjadi kasar sehingga mengganggu kenyamanan pasien.
Bentuk dari partikel juga terbukti penting karena manik-manik bulat sering terlepas dari material
mengakibatkan permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak beraturan mempunyai
permukaan yang lebih baik dan tersedia untuk bonding dan dapat dipertahankan di dalam resin.
Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:
1. Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi
2. Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal
3. Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan resisten terhadap abrasi
c)

Coupling agent

Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan pada saat ini
adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak berfungsi dengan baik karena
ikatan antara matriks dan filler adalah tidak kuat. Melapiskan partikel filler dengan coupling
agent contohnya vinyl

silane memperkuat

ikatan

antara

filler

dan

matriks. Coupling

agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis
dengan keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada

partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat
khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler diakibatkan
dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan filler.
Fungsi bagi coupling agent adalah:
1. Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin
2. Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler-resin

d)

Bahan penghambat polimerisasi

Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomer dimethacrylatedapat


berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor). Sebagai
inhibitor, sering digunakan hydroquinone, tetapi bahan yang sering digunakan pada saat ini
adalah monometyhl ether hydroquinone.
e)

Penyerap ultraviolet (UV)

Ini bertujuan meminimalkan perobahan warna karena proses oksidasi.Camphorquinone dan 9fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV.
f)

Opacifiers

Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit terlihat di dalam
sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium dioksida dan aluminium dioksida.
g)

Pigmen warna

Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna yang biasa
dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide, dan lain-lain. Ferric
oxide akan memberikan warna coklat-kemerahan. Cadmium blackmemberikan warna kehitaman
dan mercuric sulfide memberikan warna merah.
3.3

Klasifikasi

Resin komposit dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu menurut ukuran filler dan menurut
cara aktivasi.
3.3.1

Ukuran filler

Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat diklasifikasikan atas resin
komposit tradisional, resin komposit mikrofiler, resin komposit hibrid dan resin komposit
partikel hibrid ukuran kecil.
a)

Resin Komposit Tradisional

Resin komposit tradisional juga dikenal sebagai resin konvensional. Komposit ini terdiri dari
partikel filler kaca dengan ukuran rata-rata 10-20m dan ukuran partikel terbesar adalah 40m.
Terdapat kekurangan pada komposit ini yaitu permukaan tambalan tidak bagus, dengan warna
yang pudar disebabkan partikel filler menonjol keluar dari permukaan.
b)

Resin Komposit Mikrofiler

Resin mikrofiler pertama diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang mengandungcolloidal
silica dengan rata-rata ukuran partikel 0.02m dan antara ukuran 0.01-0.05m. Ukuran partikel
yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat dipolish hingga menjadi permukaan yang sangat
licin. Ukuran partikel filler yang kecil bermaksud bahan ini dapat menyediakan luas permukaan
filler yang besar dalam kontak dengan resin.
c)

Resin Komposit Hibrid

Komposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata-rata berukuran 1520m dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan ukuran partikel 0.010.05m. Perlu diketahui bahawa semua komposit pada masa sekarang mengandung sedikit
jumlah colloidal silica, tetapi tidak mempengaruhi sifat-sifat dari komposit itu.
d)

Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran Kecil

Untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil daripada sebelumnya telah dilakukan
perbaikan metode dengan cara grinding kaca. Ini menyebabkan kepada pengenalan komposit
yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel kurang dari 1m, dan biasanya berukuran
0.1-1.0m, yang biasanya dikombinasi dengan colloidal silica. Partikel filler berukuran kecil
memungkinkan komposit dipolish permukaannya sehingga menjadi lebih rata dibanding partikel
filler berukuran besar. Komposit ini dapat mencapai permukaan yang lebih rata karena setiap
permukaan kasar yang dihasilkan dari partikel filler adalah lebih kecil dari partikel filler.
3.3.2

Cara Aktivasi

Cara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara khemis dan
aktivasi mempergunakan cahaya.
3.3.2.1 Aktivasi secara khemis
Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang mengandungbenzoyl
peroxide (BP) initiator dan yang satu lagi mengandung aktivator aromatic amine tertier. Sewaktu
aktivasi, rantai OO putus dan elektron terbelah diantara kedua molekul oksigen (O). Pasta
katalis dan base diletakkan di atas mixing pad dan diaduk dengan menggunakan instrument

plastis selama 30 detik. Dengan pengadukan tersebut, amine akan bereaksi dengan BP untuk
membentuk radikal bebas dan polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian
dimasukkan ke dalam kavitas dengan menggunakan instrument plastis atau syringe.
3.3.2.2 Aktivasi mempergunakan cahaya
Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar ultraviolet (UV)
membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang menggunakan curing sinar UV telah
digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak biru yang telah diperbaiki kedalaman curing,
masa kerja terkontrol, dan berbagai kebaikan lainnya. Disebabkan kebaikan ini, komposit yang
menggunakan aktivasi sinar tampak biru lebih banyak digunakan dibanding material yang
diaktivasi secara khemis.
Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal yang diletakkan
dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizer, Camphorquinone (CQ)
dengan panjang gelombang diantara 400-500 nm danamine yang menginisiasi pembentukan
radikal bebas. Bila bahan ini, terkontaminasi sinar tampak biru (visible blue light, panjang
gelombang ~468nm) memproduksi fase eksitasi dari photosensitizer, dimana akan bereaksi
dengan amine untuk membentuk radikal bebas sehingga terjadi polimerisasi lanjutan. Working
time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator. Pasta hanya dikeluarkan dari tube
pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada pasta dapat menginisiasi polimerisasi. Pasta
diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar biru dan terjadi polimerisasi sehingga bahan resin
mengeras. Camphorquinone(CQ) menyerap sinar tampak biru dan membentuk fase eksitasi
dengan melepaskan elektron seperti amine (dimetyhlaminoethyl methacrylate [DMAEMA]).
Gambar : menerangkan elektron tunggal yang diberikan oleh amine kepada grup >C=O
(ketone) didalam CQ. Setelah diaktivasi, CQ memisahkan atom hidrogen daripada karbon-
yang bertentangan dengan grupamine dan hasilnya adalah amine dan radikal bebas CQ. Radikal
bebas CQ ini sudah bersedia untuk diaktivasi.
3.4

Finishing dan polishing


Finishing dapat dilakukan 5 menit setelah dicuring. Finishing dilakukan dengan

menggunakan pisau atau diamond stone. Finishing yang terakhir dapat dilakukan dengan
mengunakan karet abrasif atau rubber cup dan disertai pasta pemolis atau disk aluminium
oksida.

BAB 4
CLINICAL TECHNIQUE
a. Initial Clinical Procedure
Hal-hal yang diperlukan dalam tahap prosedur klinik adalah pemeriksaan lengkap,
diagnosis, dan rencana perawatan sebelum akan pasien dijadwalkan untuk menjalani suatu
operasi (dalam hal ini tidak termasuk kondisi gawat darurat).Sebelum melakukan prosedur
restorasi, hendaknya mempelajari kembali secara singkat mengenai rekam medis pasien, rencana
perawatan, dan ronsen foto yang ada.
b. Preparation of the Operating Site
Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak
melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi dengan
menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan superfisial.
Menghilangkan kalkulus dengan beberapa instrumen juga diperlukan. Tahapan-tahapan tersebut
akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding. Prophy paste terdiri dari flavoring
agents, gliserin, atau fluoride yang berperan melawan kontaminan dan sebaiknya diberikan untuk
mencegah kemungkinan timbulnya masalah saat prosedur etsa asam.
c. Shade selection
Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi dengan komposit
material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat variasi dari abu-abu,kuning, atau
orange. Juga berbeda-beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi dari enamel dan dentin
dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti fluorosis, efek tetrasiklin,dan
perawatan endodontik.
Kebanyakan pabrik menyediakan shade guide untuk material yang spesifik, yang pada
umunya tidak dapat diganti dengan material dari pabrik lain. Beda pabrik akan bedashade
guidenya. Pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan ketika melakukan pemilihan warna.
Pencahayaan alami lebih diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat,shade
guide diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara umum. Kemudian
seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade guide yang spesifik disamping area yang
direstorasi. Sebagian label shade sebaiknya diletakkan berdekatan dengan bibir pasien untuk
mendapatkan efek yang natural. Area servikal biasanya lebih gelap daripada area incisal.
Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Beberapa dokter kadang meminta
bantuan asistennya untuk membantu menentukan warna yang tepat. Pemilihan warna final bisa
dicek oleh pasien dengan menggunakan hand mirror.

d. Isolasi dengan Cotton Roll


Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva, lidah yang
mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah adalah sedikit dari masalah-masalah yang
harus diatasi sebelum prosedur kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan. Beberapa metode
dapat dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan rubber damdan cotton
roll (Baum dkk, 1995).
Absorben seperti cotton roll dapat digunakan untuk mengisolasi gigi sebelum dilakukan
perawatan. Penggunaan cotton roll merupakan alternatif, dan dilakukan apabila penggunaan
rubber dam dianggap tidak praktis, atau tidak dapat digunakan. Cotton rollmemungkinkan
terjadinya kontrol kelembapan sehingga mendukung sifat bahan anastesi. Penggunaan cotton
roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002).
Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll efektif dalam menghasilkan isolasi jangka
pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant, dan aplilan topikal fluoride
(Chandra & Chandra, 2008).
Cotton roll kering dijepit dengan cotton roll holder atau pinset, yang dipegang oleh asisten
dokter gigi. Apabila cotton roll telah dibasahi seluruhnya oleh saliva, asisten dokter gigi
bertanggung jawab untuk mengganti dengan cotton roll yang kering. Kadang-kadang, saliva
pada cotton roll yang telah basah dapat dihisap dengan suction, sehingga penggantian cotton
roll tidak perlu dilakukan. Beberapa produk untuk memegang cotton roll dalam berbagai posisi
telah tersedia di pasaran. Tetapi, cotton roll holder harus sering dikeluarkan dari mulut untuk
mengganti cotton roll yang telah basah, sehingga penggunaancotton roll holder ini dianggap
tidak praktis dan membuang waktu, oleh karena itu cotton roll holder jarang digunakan.
Walaupun demikian, cotton roll holder mempunyai keuntungan, yaitu dapat digunakan untuk
meretraksi pipi dan lidah dari gigi, sehingga menyediakan akses dan pandangan yang baik ke
daerah operasi (Roberson, 2002).
Menempatkan cotton roll ukuran sedang pada vestibulum fasial dilakukan untuk
mengisolasi gigi rahang atas (Roberson, 2002). Menurut Anonim (1996), terdapat dua hal
penting yang perlu diperhatikan untuk memudahkan isolasi gigi rahang atas adalah:
1. Atur posisi pasien pada supine position dengan kepala dimiringkan ke belakang dan dagu
menghadap ke atas. Posisi ini meningkatkan kontrol kelembapan secara signifikan, sekaligus
memudahkan pandanghan ke daerah operasi.
2. Dengan menggunakan kaca mulut selama prosedur perawatan. Tempatkan kaca mulut pada sisi
distal dari gigi yang diisolasi, sehingga didapatkan finger rest yang tepat. Selain memungkinkan
adanya indirect vision, penempatan kaca mulut juga berperan dalam menjaga agar lidah tetap
jauh dari gigi. Kaca mulut juga menahan pasien, sehingga pasien tidak dapat menutup mulut
selama prosedur perawatan.
Untuk mengisolasi gigi pada rahang bawah, cotton roll ukuran sedang diletakkan pada
vestibulum fasial, dan cotton roll ukuran besar diletakkan diantara gigi dan lidah.
Penempatan cotton roll pada vestibulum dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan

penempatan cotton roll pada lingual gigi mandibula lebih sulit untuk dilakukan.
Penempatancotton roll pada lingual gigi mandibula dapat dilakukan dengan memegang ujung
mesial daricotton roll dan menempatkan cotton roll pada daerah yang diinginkan. Jari telunjuk
atau jari pada sisi tangan yang lain digunakan untuk menekan cotton roll ke arah gingiva sambil
memutar cotton roll dengan penjepit ke arah lingual gigi.
Gigi lalu dikeringkan dengan menggunakan air syringe. Setelah cotton roll
ditempatkan, saliva ejector dimasukkan ke dalam mulut dan diatur posisinya. Perlu diperhatikan
bahwa sebelum mengeluarkan cotton roll dari mulut, sebaiknya cotton rolldibasahi dengan air
terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya perpindahan epitel pipi, dasar mulut, dan bibir
(Roberson, 2002).
TIPE-TIPE PREPARASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT
a.

BEVELED CONVENTIONAL TOOTH PREPARATION


Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi bentuk
konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin enamel dibentuk bevel pada
margin enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan diamond
atau stone bur.
Preparasi beveled conventional ini didesain untuk suatu gigi dimana gigi tersebut sudah
direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi restorasi tersebut akan diganti dengan
menggunakan resin komposit. Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan pada kavitas
klas III, IV, dan V.
Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah
perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah ikatan
antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi, mengurangi
marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel pada bagian
cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur gigi sehingga
tampak lebih estetik.
Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini biasanya tidak ditempatkan
pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang berkontak tinggi karena pada
preparasi konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana perlekatannya memanfaatkan
enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak ditempatkan pada bagian proksimal jika
penggunaan bevel ini akan memperluas cavosurface margin. Preparasi bevel conventional jarang
digunakan untuk restorasi resin komposit pada gigi posterior.

b.

CONVENSIONAL TOOTH PREPARATION


Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada dasarnya sama
seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline diperlukan untuk perluasan
dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang sama, kedalaman dentin,
membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya. Pada

preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi groove, dan
perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda. Desain preparasi ini digunakan secara ekstensif
pada restorasi amalgam dan komposit masa lampau, dan desain ini bisa digabungkan ketika
penggantian restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan preparasi konvensional
sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun bisa juga menjadi
desain untuk kelas 3, 4 dan 5.
Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit adalah (1)
preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan 2 sedang sampai besar. Pada
area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan bentuk preparasi yang baik karena ada
retensi groovenya. Desain ini memberikan perlindungan yang baik antara komposit dan
permukaan dentin atau sementum dan memberikan retensi pada material komposit di dalam gigi.
Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan bentuk
resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional menggunakan amalgam.
Bur inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain
preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya
lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil
preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain konservatif
dari ekstensi oklusal fasiolingual.
Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan amalgam
wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari 90 derajat.
Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk dinding yang
konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan area
kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear
layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer ketika
dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem self-etching bonding bisa menyebabkan
terjadinya efek negative pada smear layer, karena asam yang dikandung semakin sedikit.
Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan operator, yang berhubungan dengan
pengetahuan dan keterampilannya.
Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan restorasi
komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika melakukan preparasi
kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk membentuk kavitas yang lebih kecil.
Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional
harus dilakukan dengan sesedikit mungkin perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai
area pit dan fisur pada permukaan oklusal ketikasealant diperlukan.
c.

MODIFIED TOOTH PREPARATION


Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun
kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin. Perbedaan yang
mencolok
antara
teknik
preparasi
konvensional
dan modified adalah
bahwa

preparasi modified ini tidak dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan
kedalaman pada teknik ini diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi
karies atau kerusakan yang lain.
Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan sekonservatif mungkin
dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur gigi untuk mempertahankan restorasi di
dalam mulut. Round burs atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini, yang
akan menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled preparation, struktur gigi yang
dibuang sedikit.
BOX-ONLY
Indikasi:
Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.
Instrument:
Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.
Cara kerja:
1. Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau round diamond
stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi.
2. Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge.
3. Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada dentinoenamel junction.
FACIAL ATAU LINGUAL SLOT
Indikasi:
Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal pada gigi posterior
adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau lingual slot. Pada kasus ini, lesi terdapat pada
permukaan proximal, namun operator yakin bahwa akses menuju lesi tersebut dapat dicapai baik
dari arah facial maupun lingual daripada arah oklusal.
Instrument:
Round diamond stone/bur.
Cara kerja:
1. Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian occlusogingival.
2. Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan permukaan lingual atau
facial dari gigi terdekat tersebut.
3. Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction.
Sudut pada oklusal, fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar 90 o atau lebih.
Preparasi dengan teknik ini hampir serupa dengan preparasi kelas III pada gigi anterior.
PULPAL PROTECTION

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk restorasi komposit
diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara langsung. Walaupun beberapa penulis
menyarankan penggunaan resin-bonding agen, buku ini merekomendasikan penggunaan liner
dari kalsium hidroksida untuk pembukaan pulpa vital. Karena material komposit merupakan
bahan yang retentif dan kuat, maka penggunaan base pada preparasi yang dalam biasanya tidak
diperlukan.
Preliminary Steps for Enamel and Dentin Bonding
Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk isolasi dari cairan
seperti saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan rubber dam atau gulungan kapas dan alat
retraksi. Etsa pada email mempengaruhi inti email dan bagian email yang mengelilinginya. Etsa
pada dentin mempengaruhi dentin intertubuler dan peritubuler, menghasilkan pembukaan pada
tubuler, menghilangkan permukaan hidroksiapatit dan meninggalkan fibril kolagen yang
betautan.
Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik sekitar 32% hingga 37%.
Etsa likuid bisa digunakan untuk penetsaan permukaan yang luas, seperti pada sealant dan full
veneer. Thixotropic gels digunakan oleh banyak praktisi untuk dinding preparasi termasuk bevel
dan margin. Etsa dalam bentuk gel dapat digunakan dengan brush atau paper-point endodontik
dengan hati-hati, namun biasanya syringe digunakan untuk menginjeksikan gel tersebut ke gigi
yang sedang di preparasi. Permukaan yang dietsa tidak boleh terkontaminasi oleh cairan yang
ada di rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut harus diulang. Untuk preparasi yang
melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks polyester diletakkan diantara gigi sebelum
asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada gigi yang berdekatan.
INSERSI RESIN KOMPOSIT
Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu
aplikasi adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material restorative. Saat ini terdapat dua tipe
komposit, yaitu self-cured dan light cured. Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan secara
luas karena tipe light cured lebih memberikan beberapa keuntungan seperti berkurangnya
diskolorisasi, berkurangnya porositas, penempatan yang lebih mudah, dan finishingnya pun lebih
mudah.
Karena sumber sinar harus di aplikasikan pada komposit light cured agar menyebabkan
polimerisasi, maka material komposit harus diinsersikan pada preparasi gigi dengan ketebalan 12 mm. hal ini akan menyebabkan sinar dapat mempolimerisasi komposit dengan sebaik-baiknya
dan akan mengurangi efek dari pengkerutan polimerisasi, terutama pada sepanjang dinding
gingival.
Baik instrumen tangan maupun alat syringe dapat digunakan untuk menginsersi
komposit light cured maupun self cured. Penggunaan instrument tangan lebih popular digunakan
karena lebih mudah dan cepat. Kekurangan dari penggunaan instrument tangan yaitu udara dapat

terperangkap pada preparasi gigi atau tidak dapat tercampur pada material saat prosedur insersi.
Teknik syringe digunakan karena dapat memberikan kenyamanan dalam memindahkan material
komposit ke preparasi gigidan mengurangi kemungkinan terperangkapnya udara. Pada preparasi
yang kecil, teknik syringe akan mendapatkan kesulitan karena ujung syringe yang terlalu besar
sehingga sebaiknya tip syringe yang kosong sebelumnya sudah dicobakan pada preparasi gigi.
Komposit yang dapat diinjeksikan tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa komposit
microfill tidak dapat diinjeksikan, sehingga bahan-bahan material sebaiknya dievaluasi sebelum
penggunaan klinis.
FINISHING DAN POLISHING COMPOSITE
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing
digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera
setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah
pengerasan awal. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :
1.
Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau
specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel
titanium.
2.
Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe
disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta
polishing.
Diamond dan carbide burs
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat
digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi.

Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat
mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang
kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan
polishing.
Impregnated rubber points dan cups
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk
mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat
permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah
dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk
permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior
Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk
membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa
digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus
berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic
strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis dari
yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:
1.
sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area
proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin komposit.
2.
12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek
distal
3.
alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing
permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.
4.
finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal
5.
Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan
permukaan oklusal restorasi
6.
Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan
proksimal untuk membuat kontak proksimal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1.
untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai
dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.
2.
kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak dengan
gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.
Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna permukaan,
akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

BAB 5
KESIMPULAN

4.1 Kelebihan, kekruangan dan kegunaan


4.1.1

Kelebihan

Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan resin komposit
juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan toksisitas merkuri kepada
pasien. Selain itu, warnanya yang sewarna gigi menyebabkan resin komposit digunakan untuk
tujuan estetik.
4.1.2

Kekurangan

Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah warna selama
pemakaian. Selain itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan biasanya akan terjadi dan
menyebabkan perubahan warna pada marginal tambalan. Komposit dengan filler berukuran kecil
dapat dipergunakan sehingga 9 tahun, lebih lekas rusak dibandingkan dengan tambalan amalgam.
4.1.3 Kegunaan resin komposit
1. Bahan tambalan pada gigi anterior dan posterior ( direct atau inlay)
2. Sebagai veneer mahkota logam dan jembatan (prosthodontic resin)
3. Sebagai pasak.
4. Sebagai semen pada orthodontic brackets, Maryland bridges, ceramic crown,inlay, onlay.
5. Pit dan fisur sealant.
6. Memperbaiki restorasi porselen yang rusak.

Manipulasi resin komposit

Pengaplikasian etsa dan bonding agen

BONDING AGENT
Bonding agent didefinisikan sebagai sebuah material dengan viskositas rendah, yang
diaplikasikan di atas permukaan gigi dan membentuk film tipis setelahsetting. Film tipis ini
mengikat dengan kuat permukaan gigi yang di atasnya restorasi komposit resin kental
diaplikasikan. Ini diatur membentuk restorasi resin yang terpadu5.
Jika dibandingkan dengan unfilled resin akrilik, resin komposit lebih kental, oleh karena itu tidak
membasahi permukaan gigi dengan mudah. Bonding agent dikembangkan untuk digunakan
dalam hubungannya dengan resin komposit1. Resin dalambonding agent telah diencerkan dengan
monomer lainnya hingga suatu tingkatan yang memiliki viskositas rendah dan mudah
membasahi permukaan gigi. Ketika disapukan pada dinding cavity, secara bebas menembus ke
dalam porositas kecil yang dihasilkan oleh etsa asam berpolimerisasi. Itu terasionalisasi bahwa

ketika restorasi resin komposit ini kemudian dimasukkan ke cavity, ia akan mempolimerisasi
kehadiran bonding agent di permukaan cavity. Dengan cara ini, diharapkan adaptasi lebih baik
pada dinding cavity enamel dicapai dengan peningkatan retensi mekanis dari restorasi1.
Bonding agent menembus permukaan enamel dan dentin yang teretsa dan
membuat micromechanicalretensi dengan restorasi2. Retensi micromechanicalberarti bahwa
ikatan retensi yang terbetuk sangat kecil. Dengan material ini, memungkinkan untuk mengikat
material restorasi pada enamel dan dentin3.
Etsa asam adalah sebuah teknik dimana etsa asam maleat maupun etsa asam fosfat ditempatkan
di enamel maupun dentin untuk menghilangkan smear layer dalam preparasi sebagai bonding3.
Etsa asam dan penggunaan bonding agent merupakan bagian integral dari semua restorasi resin
komposit. Langkah pertama dalam prosedur bonding adalah melalui pembersihan mekanis
permukaan enamel dengan pasta pumice menggunakan rubber cup. Setelah pembersihan, semua
residu pumice dihilangkan dengan semprotan air dan gigi di keringkan sebelum etsa
diaplikasikan6.
Konsentrasi larutan asam fosfat 35 sampai 50% atau gel merupakan etsa yang direkomendasikan.
Gel lebih mudah dikontrol secara klinis, tetapi keduanya sama-sama etsa yang dapat diterima.
Asam diaplikasikan dengan cotton pellet, artists brush kecil,minisponge atau kertas endodontik.
Pertama harus mencoba menjaga asam pada area etsa yang diharapkan, karena etsa merusak
enamel dan tidak dapat diremineralisasi. Asam diaplikasikan secara berkesinambungan, dengan
hati-hati jangan sampai menggosok enamel. Menggosok enamel akan mematahkan
enamel rod yang rapuh dan menghasilkan ikatan resin-gigi yang lemah.. Waktu etsa yang
direkomendasikan selama satu menit. Jika usaha pertama tidak menghasilkan frosty
appearancepada permukaan etsa setelah dikeringkan, dapat ditambahkan waktu untuk mengetsa.
Mengetsa lebih dari dua menit tidak menunjukkan hasil yang efektif. Penembusan etsa
dipengaruhi oleh konfigurasi enamel rods. Rods yang memiliki akiran yang lebar pda
cavosurface memungkinkan dietsa sampai kedalaman 20 micron, sementara mereka yang
memiliki sisi yang terbentangkan cavosurface memungkinkan dietsa sampai kedalaman lima
micron6
Setelah dietsa, permukaan dicuci selama 30 detik dengan disemprot air bersih dan dikeringkan
dengan udara kering selama 15 menit. Jika tidak dilakukan pencucian, permukaan mungkin
tersisa beberapa kristal monokalsium fosfat yang terlarut yang bisa secara signifikan mengurangi
kekuatan ikatan.Bonding agent yang sekarang diaplikasikan dalam sebuah lapisan yang uniform
pada dinding enamel dan tepi dengan artists brush. Jika tepi dalam sementum atau dentin,
dentin bonding agent mungkin agen pilihan6.
1.1 Sifat
1.1.1 Sifat kimia
a. Kekuatan ikatan
Sebagian besar bonding agent menghasilkan kekuatan ikatan terhadap enamel dan superficial
dentin 15 sampai 35 MPa. Kekuatan ikatan ditentukan untuk bagian dentin dalam cenderung
lebih rendah daripada superficial dentin. Berbagai masalah klinis dapat mengurangi kekuatan
ikatan2.
1.1.2 Sifat biologi
Pelarut dan monomer dalam bonding agent biasanya mengiritasi kulit. Material tertentu seperti
2-hydroxyethylmethacrylae (HEMA), tidak biokompetibel sebagai monomer. Bonding agent bisa
memproduksi reaksi lokal dan sistemik pada dokter gigi maupun asisten dokter gigi. Penting
bagi dental personnel melindungi diri mereka sendiri. Proteksi meliputi memakai sarung tangan,

a.

mengganti sarung tangan yang terkontaminasi segera, menggunakan high-volume evakuasi


dimana material digunakan, menjaga semua botol tertutup rapat atau menggunakan sistem unitdose dan membuang material sedemikian rupa agat monomer tidak dapat menguap ke dalam
udara kantor. Bahkan dengan sarung tangan ganda, kontak dengan pelarut dan monomer agresif
akan menyebabkan kontak dengan kulit yang sebenarnya dalam beberapa menit2.
Klasifikasi
Klasifikasi bonding agent berdasarkan aplikasinya ada 2 (dua) macam, yaitu:
Enamel bonding agent
Bonding pada enamel terjadi terutama dengan retensi micromechanical setelah etsa asam
digunakan untuk menghilangkansmear layer dan larutnya kristal hidroksiapatit di permukaan
luar dariinterface. Konstitusi cairan perekat masuk ke dalam permukaan irregular yang baru
terbentuk dan menjadi terjebak ke dalamnya setelah perekat berpolimerisasi. Gel etsa (teruama
asam fosfat) dikeluarkan dari alat suntik ke permukaan gigi yang teretsa. Waktu etsa enamel
berbeda tergantung pada tipe dan kualitas enamel. Umumnya, etsa 15 detik dengan 37% asam
fosfat cukup untuk menghasilkan microtags. Walaupun begitu, sampai macro-spaces jelas, titik
akhir karakteristik klinis a frosty enamel appearance tidak akan berkembang2.
Beberapa email mungkin telah diberikan lebih larut sebagai akibat dari fluorosis. Dalam kasus
itu, perpanjangan waktu etsa dibutuhkan untuk memastikan bahwa ikatanmicromechanical dapat
terjadi. Tidak jarang untuk memperpanjang waktu etsa selama beberapa menit untuk mencapai
tingkat etsa yang memadai. Yang harus diperhatikan, dentin harus dilindungi dari perlakuan
asam2. Setelah waktu etsa dengan fourth, dan fifth-generasi system bonding, material dibilas dan
struktur gigi dipertahankan dalam kondisi permukaan lembab untuk tahap ikatan berikutnya.
Kemudian, primer dapat mengalir ke permukaan untuk menembus ke dalam permukaan irreguler
yang tersedia. Primer dan perekat yang mengalir ke dalam irreguler yang lebih besar, seperti
perifer prisma menghasilkan resin tag sekali perekat digunakan. Tag ini sebenarnya macrotags.
Pemeriksaan rincian permukaan tunggal prisma menghasilkan bentuk tag yang lebih kecil
microtag dimana perekat mengalir ke ruang-ruang antara sebagian kristal hidroksiapatit
terlarut. Microtag jauh lebih banyak dan berkontribusi ke sebagian besar retensi micromechanic2.
b.
Dentin bonding agent4
Tidak seperti enamel, dentin terdiri atas zat organic dan bonding semakin sulit. Smear layer
harus dihilangkan sehingga material dapat mencapai dentin dan berikatan dengannya. Harus
ada
jumlah sedikit kelembaban yang dipertahankan agar tidak mongering pada gigi, dan
aplikasi
material harus bisa melindungi pulpa, tidak mengiritasinya 3.
Komponen dari dentin bonding agent terdiri dari tiga komponen essensial:

Primer
Coupling agent
Sealer
Dalam literatur kedokeran gigi, primer umumnya disebutdentine conditioner, dan terdiri atas berbagai
asam yang mengubah penampakan permukaan dan karakteristik dentin. Satu factor besar pembeda
dentin bonding agentadalah variasi dari dentine conditioner yang telah digunakan selama ini. Ini meliputi
asam malat, EDTA, asam oxalate, asam fosfat, dan asan nitrat. Apa yang mereka miliki pada umumnya
adalah mereka semua asam dan mereka mengubah smear layer menjadi tingkatan yang berbeda.
Pengaplikasian asam pada permukaan dentin menghasilkan reaksi asam basa dengan hidroksiapatit. Ini
menyebabkan hidroksiapatit menjadi larut dan menghasilkan pembukaan tubulus dentin dan membuat
permukaan dentin terdemineralisasi yang umumnya hingga kedalaman 4 m. Semakin kuat asam,
semakin terlihat efeknya. Demikian, untuk EDTA, yang merupakan asam yang tidak terlalu kuat, hanya

sebagian tubulus dentin yang terbuka, sementara itu untuk asam nitrat, yang merupaka asam kuat,
semakin banyak pembukaan tubulus dentin yang terjadi5.
Peran dari primer adalah bereaksi sebagai adhesivedalam dentin bonding agent karena mempunyai
metode mengikat hidrofobik komposit dan kompomer
pada hidrofilik dentin. Dengan
demikian, primer berperan sebagai media penyambung dan terdiri dari monomer dua fungsi yang terlarut
dalam larutan yang sesuai. Monomer dua fungsi dalam kenyataannya sebuahcoupling agent yang bisa
menggabungkan dua material berbeda dengan jelas. Sistuasi ini dianalogikan sepertibonding resin
pada glass di komposit, dimana silane coupling agent digunakan. Rumus umum untuk coupling
agent dalam dentine conditioner sebagai berikut:
Methacrylate Group Spacer group-Reactive group
M-S-R
Methacrylate group (M) mempunyai kemampuan untuk mengikat resin komposit dan menyediakan ikatan
kovalen. Methacrylate group harus mampu menyediakan metode yang memuaskan untuk polimerisasi
dengan resin pada komposit. Spacer group harus bisa menyediakan fleksibelitas yang dibutuhkan
terhadap coupling agent untuk meningkatkan potensi untuk mengikat reactive group. Reactive
group (R) ,merupakanpolar pendent- atau end group. Ikatan polar akibat dari distribusi elektron asimetris
dalam ikata. Reaksi polar terjadi sebagai akibat tekanan tarik-menarik anatar positif dan negative dalam
molekul. Dengan demikian,polar pendent- dan end group di atas coupling agent bisa menggabungkan
dengan molekul polar serupa dalam dentin, seperti grup hidroksi di atas apatit dan grup amino di atas
kolagen. Daya tarik mungkin secara fisik sepenuhnya tetapi dalam beberapa hal, menghasilkan formasi
dalam ikatan kimia. Sifat darireactive group ini akan menentukan apakah ikatan akan pada apatit di
dalam dentin atau pada kolagen. Dalam beberapa kasus, keduanya bisa terlibat 5.
Sangat penting bahwa primer mampu menembus seluruhnya ked lam dan memenuhi lapisan kolagen
yang terdemineralisasi. Jika ini tidak terjadi kemudian lapisan tipis kolagen yang terdemineralisasi akan
tersisa. Lapisan ini tidak akan memperkuat resin dan akan membentuk daerak interfacial yag lemah.
Aagar mencapai kedalam penembusan yang bagus, oleh karena itu coupling agent dilarutkan dalam
pelarut, seperti etanol atau aseton. Pelarut sangat efektif dalam mengeluarkan air dan menggantinya,
membawa coupling agent bersama dengannya dan menembus dentin yang terdemineralisasi 5.
Dentin sealer yang terbaru menggunakan light atau dial cured unfilled Bis-GMA atau UDMA resin.
Walaupun aplikasi dari unfilled resin secara langsung ke permukaan dentin yang tereaksi dengan asam,
akan menghasilkan susuna resin-tag. Perbedaan besar antara tidak menggunakan primer, hidrofobik
resin akan beradaptasi dengan lemah pada hidrofilik dentin. Ketikaprimer digunakan, aksinya untuk
membuat permukaan dentin semakin hidrofobik, dengan demikian mencegah resin menyusut dari dinding
dalam tublus dentin dan menjamin susunan struktur fitting resin-tag dengan kuat. Permukaan dentin is
thus thoroughly sealed dengan resin yang terikat pada dentin melalui coupling agentpada primer.
Sealer ini akan dengan mudah mengikat resin komposit5.
1.2 Persyaratan ideal bonding agent

Biokompatibel, tidak toksik, non-iritasi, tidak beracun


Tidak bereaksi dengan konstituen organik maupun inoeganik
Sesuai denan viskositas rendah untuk mengalir dengan mudah pada permukaanadherend
Membasahi permukaan gigi dengan mudah
Ketebalan film yang tipis
Membentuk ikatan permanent yang kuat
Stabilitas dimensi yang bagus
Harus mempunyai kedua grup hidrofilik dan hidrofobik

Serupa C.O.T.E. sebagai ggi 911.4ppm/oC)


Konduktivitas termal rendah
Jangka hidup bagus
Komposisi dan Reaksi
Sebuah bonding agent terdiri dari tiga komponen-etchant, primer dan adhesive. Etchant biasanya
terdiri dari 37% phosphoric acid dalam sebuah larutan atau gel. Banyak bonding agent
mengandung monomer multifungsional (primer/adhesive) dengan grup hydrophilic untuk
meningkatkan pembasahan dan penetrasi dari dentin yang dirawat dan kelompok hydrophobic
untuk mempolimerisasi dan membentuk ikatan dengan komposit. Primer dan adhesive biasanya
terbawa dalam sebuah pelarut seperti aseton, alkohol, atau air. Dalam multiple-bottle systems,
komponen-komponen ini dikemas terpisah. Dalam single-bottle systems, primer dan adhesive
digabung menjadi satu. Yang terbaru, single-bottle systems mengandung acidic primers, yang
membuatnya dapat digunakan tanpa dilakukan etsa dengan phosporic acid sebelumnya.
Perlekatan pada enamel yang telah dietsa adalah perlekatan mikromekanikal hasil dari
pembasahan dan penetrasi dari permukaan yang baik (4-2). Perlekatan pada dentin memerlukan
pembersihan smear layer, yang terdiri dari hidroxyapatite dan sebagiandenaturated collagen, dan
dekalsifikasi dari intertubular dentin pada kedalaman 1 hingga 5 m. Bonding agent memasuki
kolagen yang terpapar dan tidak seperti perlekatan pada enamel, membentuk sebuah hybrid layer
(4-8). Formasi dari hybrid layer memberikan retensi mikromekanikal terhadap dentin. Karena
morfologi dari dentin beraneka macam tergantung lokasinya, seperti jumlah dan ukuran dari
tubulusm perlekatan juga akan berbeda-beda, khususnya pada area high tubule density (dentin
dalam) dan dentin sklerosis.
Aplikasi dari bonding agent memerlukan sebuah langkah pengeringan untuk menguapkan
larutan. Sebuah bonding agent yang berbahan dasar aseton lebih cepat kering setelah
diaplikasikan pada gigi daripada sebuah water-based system. Ethanol-based bonding agents
memerlukan sebuah waktu lanjutan untuk menguapkan pelarut alkohol. Akhir-akhir ini, beberapa
bonding agent telah diperkenalkan bebas pelarut dan tidak memerlukan pengeringan sebelum
curing.

Anda mungkin juga menyukai