Anda di halaman 1dari 39

TORCH

Oleh :
Achmad Istiyono
20140811014002

Pembimbing :
dr. Jefferson Munthe, Sp.OG (K)
TORCH
 Merupakan penyakit menular hampir pada semua hewan
termasuk pada manusia (Zoonosis)
 Berbahaya pada manusia karena dapat menimbulkan
keguguran, kematian bayi saat lahir, gangguan otak, cacat
fisik,dll
 Penyebab tersering dikelompokan dengan penyakit virus
lainnya yaitu TORCH ( Toxoplasma, Other infections (syphilis,
varicella zoster,parvovirus B, coxsacie virus), Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes))
 Toksoplama Gondii memiliki daur hidup yang kompleks dengan 3 bentuk:
1. Takizoit yang menginvasi dan bereplikasi didalam sel selama infeksi
2. Bradizoit yang membentuk kista dijaringan selama infeksi laten
3. Sporozoit yang ditemukan dalam ookista yang tahan terhadap pengaruh
lingkungan

Protozoa ditemukan dimana-mana yang ditularkan melalui konsumsi daging


mentah atau setengah matang yang telah terinfeksi oleh kista jaringan atau
melalui kontak dengan ookista tinja kucing yang terinfeksi dalam air , tanah,
atau sampah yang tercemar
 85 % wanita hamil kemungkinan rentan terhadap infeksi
 Insiden dan keparahan infeksi kongenital tergantung pada
usia janin saat terinfeksi
 Keparahan infeksi janin jauh lebih besar pada awal
kehamilan dan pada janin jauh lebih mungkin
memperlihatkan tanda klinis infeksi
Gambaran klinis
 Gejala klinis:
 Lesu
 Demam
 nyeri otot,
 kadang ruam dan limfadenopati.
 Pada orang dewasa imunokompeten, infeksi awal memicu kekebalan dan
infeksi sebelum hamil hampir mengeliminasi resiko penularan
 Infeksi pada ibu berkaitan dengan peningkatan empat kali lipat
angka persalinan kurang bulan sebelum 37 mgg
 Neonatus yang memperlihatkan gejala klinis biasanya mengalami
penyakit generalisata dengan berat badan lahir rendah ,
hepatosplenomegali , ikterus dan anemia
 Sebagian mengalami kelainan neurologis primer disertai kalsifikasi
intrakranium , serta hidrocephalus dan mikrocephalus
 Trias klasik : korioretinitis , kalsifikasi intrakranium,
hidrocephalus sering disertai oleh kejang – kejang
Diagnosis
 Parasit jarang terdeteksi di jaringan atau cairan tubuh.
 Ig G anti toksoplasmosis terbentuk dalam 1 tahun sampai 2
mgg setelah infeksi
 Ig M anti toksoplasmosis (+) pada dewasa dan bayi
menandakan infeksi aktif
Cara Pemeriksaan Toxoplasmosis cara lain
nya
 Biopsi jaringan & pewarnaan HE, Eosin, Giemsa Tujuan
untuk melihat : takizoit dan Bradizoit
 Kultur: Monocyte cell culture
 Dye Test: paling bagus karena sensitif dan spesifitas nya
tinggi
 EIA ( Enzyme-linked Immunoassay) Deteksi IgM antibodi
 IHA : Indirect hemaglutinasi 4-10 mgg
 Elisa: Enzyme-Linked Immunosorbent Assay MEIA
 Dapat dideteksi dari cairan (CSF)
Pemeriksaan pada Kehamilan
 Serologi tes spesifik untuk toxoplasmosis gondii IgM
antibodi petunjuk yang sangat baik dalam mendiagnosa
infeksi acute toxoplasmosis.
 IgM antibodi tidak bisa menembus plasenta
 IgG dapat menembus plasenta
 IgG pada bayi akan berkurang dan habis yang didapat dari
ibunya
 Selanjutnya akan dibentuk sendiri pada usia 2-3 bulan
 IgM tidak ditemukan pada bayi.
 Diagnosa Toxoplasmosis pada bayi dipastikan dengan
deteksi peningkatan IgG pada bayi berumur 2-3 bulan dan 6
bulan, dimana pada waktu itu IgG dari Ibu sudah habis
 Serokonversi IgG dari negatif menjadi positif memastikan Infeksi akut
primer.
 Kenaikan titer IgG yang bermakna adalah 4x pada pemeriksaan serial,
menunjukkan infeksi akut (parah).
 IgA tidak pernah didapat pada fase kronis sedangkan IgM masih bisa dideteksi pada
fase ini.
 Jika IgM dan IgA positif toxoplasmosis  fase akut
 Pada infeksi kongenital pemeriksaan antibodi IgA dapat membantu.
Profil pada Bayi
 Jika infeksi pada TR III  dijumpai IgA dan IgM pada
bayi
 Jika pada TR I  Pada bayi tidak dijumpai IgM, tetapi
titer hanya IgA meninggi.
Terapi
 Pirimetamin dosis awal 1 mg/kgbb 2x/ hari
maitanance 1mg/kgbb sehari selama 3-4hari
 Sulfadiazin dosis 50-75 mg/kg bb tiap 6 jam
 Kombinasi keduannya
 Spiramicin dosis 100 mg/kgbb
 Kortikosteroid dosis 1-2 mg/kg bb
Rubella
 Termasuk RNA virus, penularan melalui sekresi saluran nafas.

Expanded rubella syndrome gejala:


 Hepatoslpenomegaly
 thrombocytopenic purpura
 intrauterine growth retardation
 interstitial pneumonia
 myocarditis dan metaphyseal bone lesions.
 Pencegahan : Imunisasi pasif dan aktif
 Pemeriksaan serologis untuk mengetahui derajat
Imunitasnya
Pemeriksaan IgG anti Rubella digunakan untuk :
 Menentukan status Imun “Rubella”
 Diagnosis “Rubella”Menetapkan sero konversi setelah
vaksinasi “Rubella”
Respon Imunology
A. Patogenese infeksinya secara umum transmisi melalui kontak
langsung, kecuali CMV dapat ditularkan lewat transfusi dan
transplantasi.
B. Respon imun melibatkan respons imun non-spesifik dan respon
imun spesifik.
C. Virus mempunyai sifat- sifat khusus:
D. Dapat menginfeksi jaringan tanpa menimbulkan respons
inflamasi.
E. Dapat berkembang biak dalam sel pejamu tanpa merusaknya
F. Ada kalanya mengganggu fungsi khusus sel yang terinfeksi
tanpa merusaknya secara nyata.
G. Kadang-kadang virus merusak sel atau mengganggu
perkembangan sel kemudian menghilang dari tubuh.
 Gejala klinis Rubella bervariasi setiap orang dan bisa tidak dikenal.
 Infeksi nya mirip dengan drug induced rashes Lymphadenopathy
 Pada wanita hamil primary infection Severe damage pada fetus
 Masa inkubasi 2 – 3 minggu rata-rata ± 18 hari.
 Kelainan congenital tergantung pada saat mana terjadi infeksi pada waktu
hamil
 Infeksi pada bulan pertama kehamilan dapat menyebabkan fetal
malformation ± 50% – 80%
 25% pada bulan kedua dan
 17% Pada bulan ketiga
 Congenital Rubella Syndrome dapat terjadi pada infeksi di TR I
 kehamilan.Kelainan-kelainan lain adalah: CHD (PDA, VSD dan
PT),cataracts, chorioretinitis, microcephaly, mental retardation dan
deafness.
Manifestasi imunologi
Pada acute Primary Rubella Infection:
Ig M

 dapat dideteksi hampir pada 100% kasus yaitu pada hari 4-15 setelah
munculnya rash.
 Menurun setelah 36-70 hari
 Menurun setelah 36-70 hari
 Asymptomatic reinfection pada wanita hamil berbahaya untuk fetus
 Pemeriksaan IgM ini tidak hanya untuk wanita hamil tapi perlu
juga untuk wanita yang
belum hamil.
Ig G:
 meningkat cepat pada hari ke 7 s/d 21 kemudian
menurun,dan tetap tinggal sebagai protection
 antibody < 10 IU/ml tidak cukup untuk proteksi.Vaccine
Rubella menyebabkan Immunity terhadap Rubella
Infection.
 Vacinne sangat efektif, sehingga dapat mengurangi
incidence CRS di USA
Congenital Rubella
 IgG antibodi dapat melewati plasenta. Sehingga susah
membedakan antara IgG dari fetal atau dari ibu pada darah
neonatus.
 IgM tidak dapat melewati plasenta. Oleh karenanya untuk
konfirmasi perlu pemeriksaan IgM antibodi pada 6 bulan
pertama dari kehidupan bayi dan ini sangat penting untuk
menentukan CRS
Bayi dengan Congenital Rubella
syndrome
 Premature  Schizophrenia
 Berat bayi rendah
 Anemia
 Hepatitis
 Kebutaan
 Cataract
 Masalah pada kulit
 Glaucoma
Bayi dengan Congenital Rubella Syndrome
 Thrombocytopenic
 Perkembngan mental
terganggu
 Diabetes
 Terlambat berbicara
 Glaucoma
 Schizophrenia
Laboratory Diagnosa
1. Diagnosis Congenital Rubella
2. Menentukan status imun pada wanita umur
reproduktif
Metode Pemeriksaan
 Hemaglutination inhibition
 Passive Hemaglutination (PHA)
 Indirect fluorescent immunoassay (IFA)
 Enzyme immunoassay (EIA-IgM, IgG)
 Radioimmunoassay
Terapi
 Tidak ada terapi yang spesifik terapi yang diberikan
hanya bersifat simptomatik
 Pd ibu hamil diberikan terapi imunne globulin

untuk infeksi nya


 Anak yang mengalami congenital rubella syndrome di
terapi berdasarkan komplikasi yang terjadi
Cytomegalo Virus=CMV
 Termasuk DNA virus yang bisa dijumpai pada darah,
urine, dan ASI serta bisa ditularkan melalui transfusi
darah.
 Gejala pada wanita hamil : Asymptomatik atau ringan .
Penularan

 CMV pada bayi bisa terjadi melalui proses


kelahiran,kontak langsung pada serviks atau melalui air
susu ibu.
 Melalui transfusi pada ibu atau anak
 Melalui kontak langsung/individual
Infeksi bawaan pada bayi
 Terjadi oleh karena infeksi primer atau reaktivasi selama
kehamilan
 diagnosis dapat dilakukan dengan isolasi virus CMV dari
urine dan darah dengan terdeteksi IgM atau peningkatan
titer IgG.
 Deteksi IgG antibodi bukan proteksi terhadap CMV dan
menyebabkan infeksi kronik
Diagnosis
Karakteristik:
 Lekositosis
 Lymphocytosis
 Abnormal liver function test
Herpes Simpleks
 Ada 2 tipe antigenik:
 HSV-1 dan HSV-2
 HSV-1 infeksi orofaringeal, mata, kulit
 HSV-2 infeksi genital dan neonatal
 Tetapi tidak selamanya mutlak
 Replikasi dari virus dalam inti sel dan dapat melisiskan
sel yang terinfeksi
 Transmisi daripada HSV-1 non venereal, tetapi dapat
melalui mulut, ciuman (close contact).
 HSV-2 umumnya venereally transmited dan selalu
dijumpai pada bayi waktu proses kelahiran(perinatal
transmission).
 HSV tidak bisa menembus plasenta
 HSV asymptomatik pada wanita hamil namun dapat
menyebabkan Bayi lahir dengan HSV Neonatal
Gejala

 Gejala HSV 1 terdapat Vesicles-vesicles di sekitar mulut .


 Primary HSV-1 infection dapat menyebabkan follicular
congjungtivitis dengan chemosis, edema dan corneal
ulcer.
 Herpes labialis dan dendritic corneal ulcers paling sering
merupakan manifestasi recurrent, HSV-1 infection
 Pada keadaan parah dapat menyebabkan HSV
encephalitis.
 HSV 2 Infection adalah infeksi pada genital dan dapat
menyebabkan infeksi pada bayi pada waktu proses
kelahiran.
 Sebagian besar bayi mendapat infeksi HSV-2 namun pada
ibu hamil asymptomatic.
 Ulcerative lesion, nyeri uluhati , dysuria,
Lymphadenopathy selalu dijumpai.
Pemeriksaan Serologis/Laboratory
Diagnosis
 Virus dapat diisolasi dari cairan vesicular , ulcer scraping,
salifa, CSF dan pada jaringan yang terinfeksi, bufficoat,
urine, rectal cultures
 Virus mempunyai sifat cytopathogenic effects (CPE) dan
berkembang biak sangat cepat dalam 24 jam, tetapi
pemeriksaan cara ini memerlukan waktu yang lama.
 IgM HSV-1 & IgM HSV-2 antibodi muncul pada infeksi
primer atau reaktivasi.
 IgM pada infeksi primer bertahan s/d 9 bulan pada
beberapa pasien
 Pemeriksaan : IgG anti HSV untuk deteksi status imun
 Pengambilan sampel untuk IgG setelah 2-7 minggu
 Anti HSV IgG positif pada neonatus, yang didapat dari
ibu hanya bertahan 6 bulan. Jika negatif infeksi bawaan
dapat diabaikan.
Cara pemeriksaan
1. Citology dan Histology
2. Immunoflourescence
3. Enzim Immuno Assay dan Immunoblotting
Pemeriksaan serologi : pemeriksaan yang paling baik
dilakukan untuk menentukan adanya infeksi HSV, juga
untuk diagnosa primary infection jika titer antibodi terjadi
peningkatan 4 kali atau lebih.
pembahasan
 Setiap perempuan yang sedang merencanakan
pernikahan, kehamilan sebaiknya lakukan
pemeriksaan terhadap infeksi torch sehingga sedini
mungkin diketahui apa dirinya terinfeksi torch atau
tidak, dan bisa dilakukan upaya – upaya
pencegahan misalanya dengan pemberian vaksin
dan pengobatan yang adekuat agar kehamilan dapat
dipertahankan. Dan bayi yang dilahirkan diharapkan
tidak ada kelainan kongenital.
Kesimpulan
 Gejala klinis infeksi TORCH sukar dibedakan
 Gejala klinis tidak spesifik
 Pemeriksaan laboratorium sangat membantu
 Perlu kesadaran tinggi terhadap bahaya TORCH pada
Neonatal ibu yang terkena TORCH pada waktu hamil.
 Akibat yang akan diderita oleh bayi : bisa berupa cacat
fisik ataupun mental
Thank You

Anda mungkin juga menyukai