Anda di halaman 1dari 6

SKRINNING TREPONEMA PALLIDUM METODE RPR PADA

PETUGAS ABK DI PELABUHAN NUSANTARA


KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program


Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan

OLEH:
DEVI INDRI RIDHAYANTI
AK.19.007

PRODI D-III AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK BINA HUSADA
KENDARI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifilis atau lues merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang

disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang menyebabkan

kelainan pada kulit dan dapat bermanifestasi sistemik. Infeksi ini

ditularkan melalui kontak seksual atau dari ibu kepada bayi melalui

plasenta, dapat juga ditularkan melalui transfusi darah. Sifilis melewati

beberapa stadium, yaitu stadium primer, stadium sekunder stadium

tersier dan sifilis yang tidak menunjukkan gejala klinis disebut

sebagai sifilis laten. Stadium laten merupakan stadium sifilis tanpa

gejala klinis sifilis primer ataupun sekunder namun pemeriksaan serologis

menunjukkan hasil yang reaktif (Romawi R.2013).

Sifilis tersebar diseluruh dunia dan telah dikenal sebagai penyakit

kelamin klasik yang dapat dikendalikan dengan baik. Di Amerika

Serikat kejadian sifilis dan sifilis kongenital yang dilaporkan meningkat

sejak tahun 1986 dan berlanjut sampai dengan tahun 1990 dan kemudian

menurun sesudah itu. Peningkatan ini terjadi terutama di kalangan

masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah dan di kalangan anak-

anak muda dengan kelompok usia yang paling sering terkena infeksi

adalah golongan usia muda berusia antara 20–29 tahun, yang aktif secara

seksual (.Liu A,2014).


Angka kejadian sifilis mencapai 90% di negara berkembang. World

Healthy Organization (WHO) memperkirakan terdapat 5 juta kasus baru

sifilis di dunia dan 12 juta kasus baru terjadi di Afrika, Asia Selatan, Asia

Tenggara, Amerika Latin dan Caribbean. Insidens sifilis di berbagai

negeri di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisar antara 0,04% sampai

0,52%. Insidens yang terendah di Cina, sedangkan yang tertinggi di

Amerika Selatan. Di Indonesia insidensinya sekitar 0,61%. Angka

kejadian sifilis di Indonesia berdasarkan laporan Survey Terpadu Dan

Biologis Perilaku (STBP) tahun 2011 oleh Kementrian Kesehatan RI,

terjadi peningkatan angka kejadian sifilis di tahun 2011 jika dibandingkan

dengan tahun 2007 (Kemenkes RI .2013). Jumlah pengidap HIV di

Indonesia bertambah setiap tahun. Hingga tahun 2017 tercatat ada 280.

623 jiwa pengidap HIV yang mayoritas adalah kelompok usia produktif

(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Jumlah tersebut mengalami

peningkatan sebanyak 7.050 jiwa dari tahun 2016.

Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema

pallidum. Gejala klinis penyakit tersebut akan tampak tiga minggu

setelah terjadinya infeksi. Salah satu gejala klinis sifilis adalah ruam

atau chancre pada kelamin. Penyakit sifilis terbagi menjadi empat tahap,

yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier (Ain, Rachmatdinata, &

Djajakusumah, 2013). Tiap tahap menunjukkan gejala klinis yang

berbeda. Bakteri T. pallidum dapat ditularkan melalui melalui dua

cara, yaitu melalui ibu ke anak dan hubungan seksual yang tidak aman
seperti berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan kondom

(Eticha dkk., 2013).

Bakteri T. pallidum memiliki jalur transmisi dan faktor resiko yang

sama dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Oleh sebab itu,

infeksi T. pallidum sering kali terjadi pada pengidap HIV begitu pula

sebaliknya. Kondisi tersebut dikenal dengan sebutan koinfeksi yaitu

infeksi oleh dua jenis patogen pada waktu yang bersamaan. Penelitian di

berbagai negara telah membuktikan bahwa prevalensi koinfeksi T.

pallidum pada pengidap HIV cukup tinggi. (Bakaluba,2013).

Infeksi T. pallidum pada pasien positif HIV dapat meningkatkan

penularan dan sangat berpengaruh pada kesehatan reproduksi (Bakaluba,

2013). Menurut Chun dkk. (2013), keberadaan T. pallidum dalam tubuh

dapat meningkatkan aktivasi imun sel inang dan sekresi sitokin yang

meningkatkan replikasi HIV. Sifilis juga dapat menimbulkan berbagai

gejala klinis dan menyebabkan berbagai permasalahan kardiovaskular

serta neurologikal pada pasien yang telah terinfeksi HIV (Zetola &

Klausner, 2007). Di sisi lain, HIV dapat meningkatkan resiko

neurosifilis. Hal tersebut dapat mempengaruhi gejala klinis, hasil

pengobatan dan kegagalan pengobatan, khususnya jika neurosifilis

terlambat didiagnosis (Blank dkk., 2011). Turbadkar, Mathur, & Gaikwad

(2007) menyatakan bahwa insidensi neurosifilis dapat meningkat pada

orang yang terinfeksi HIV walaupun diterapi dengan dosis lengkap.


Treponema pallidum subspesies pallidum (biasa disebut dengan

Treponema pallidum) merupakan bakteri gram negatif, berbentuk spiral

yang halus, ramping dengan lebar kira-kira 0,2 µm dan panjang 5-15 µm.

Bakteri yang patogen terhadap manusia, bersifat parasit obligat

intraselular, mikroaerofilik, akan mati apabila terpapar oksigen,

antiseptik, sabun, pemanasan, pengeringan sinar matahari dan

penyimpanan di refrigerator. Penularan sifilis biasanya melalui kontak

seksual dengan pasangan yang terinfeksi, kontak langsung dengan

lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke

janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan.

Metode definitif untuk mendiagnosis sifilis dilakukan dengan

pemeriksaan mikroskop lapangan gelap terhadap eksudat dari chancre

pada sifilis primer dan lesi mukokutis pada sifilis sekunder serta uji

antibodi fluoresens langsung. Uji serologi lebih mudah, ekonomis, dan

lebih sering dilakukan. Terdapat dua jenis uji serologi yaitu: 1)uji

nontreponema, termasuk uji Venereal Disease Research Laboratory

(VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR), 2) uji treponema, termasuk

Fluorescent Treponemal Antibody Absorption (FTA-ABS) dan

Treponema pallidum Particle Agglutination(TP-PA).


1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran hasil skrinning pemeriksaan sifilis metode

RPR pada petugas ABK di Pelabuhan Nusantara Kota Kendari.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui gambaran hasil skrinning pemeriksaan sifilis

metode RPR pada petugas ABK di Pelabuhan Nusantara Kota Kendari.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a) Dapat memberikan tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan

mengenai skrinning pemeriksaan sifilis dengan metode RPR

b) Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya

1.4.2 Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama

mengikuti perkuliahan, khususnya Imunoserologi.

b. Bagi institusi

Menambah referensi untuk perpustakaan Program studi D-III Analis

Kesehatan Politeknik Bina Husada Kendari.

Anda mungkin juga menyukai