Anda di halaman 1dari 60

Pemeriksaan

Fisik THT
Pembimbing: dr. Hiro S. Mangape., Sp.THT-KL

Andre Andrea
1915085
Bianca Isabelle
1915138
Kadek Gayatri Puspita Dewi 1915122
Risma Ully Dalimunthe
1915106
Silvia Laveda Prawirodidjojo 1915108
Veren Jonathan
SMF/BAGIAN ILMU THT-KL
1915097
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Vincentius Kevin BANDUNG
1915136 2020
Tujuan
● Mengetahui kelainan-kelainan pada telinga, hidung dan tenggorok
● Kelainan-kelainan tersebut → memberikan gangguan penderitaan,
keseimbangan, penghidu dan pengecapan

2
Pemasangan Lampu Kepala
1. Pakai lampu kepala → letakan pada daerah glabella
atau sedikit miring ke arah mata yang lebih dominan
2. Ikat lampu kepala dengan memutar kunci ke arah kanan
3. Atur fokus cahaya yang jatuh di depan objek berjarak +
30 cm dengan aksis bola mata 15 derajat
4. Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di
depan mata kanan
5. Mata kiri ditutup

3
Posisi duduk
1. Pasien dewasa duduk berhadapan dengan pemeriksa lutut bersisian
(lutut kiri berdempetan dengan lutut kiri)
a. Kepala dipegang dengan ujung jari
b. Waktu memeriksa telinga yang kontralateral, hanya posisi kepala
penderita yang diubah
c. Kaki, lutut penderita dan pemeriksa tetap pada keadaan semula
2. Pasien anak → dipangku dengan posisi yang sama dengan ibu
3. Pasien bayi → ditidurkan di pangkuan (paha) orang tua

4
Pemeriksaan
Telinga
Anamnesis Gangguan Telinga
● Gangguan pendengaran (hearing loss)
● Kebisingan dalam telinga/berdenging (tinitus)
● Pusing berputar (vertigo)/gangguan keseimbangan
● Sekret telinga (otore)
● Nyeri telinga (otalgia)
● Nyeri belakang telinga
● Riwayat kebiasaan (suka mengorek telinga)

6
Keluhan Utama
● Lokasi
○ Telinga mana ? Kanan/kiri/keduanya
● Onset & kronologisnya
○ Sejak kapan ?
○ Mendadak atau perlahan-lahan?
○ Bertambah berat secara bertahap?
○ Terus menerus atau hilang timbul ?
● Faktor yang memperberat
● Faktor yang memperingan
● Gejala penyerta
7
Analisis Sistem
● Apakah berhubungan dengan penyakit lain, trauma, penggunaan obat-obatan
(Aspirin, anamicin, streptomicin, gentamisin) atau diuretik tertentu?
● Apakah ada paparan dalam pekerjaan, militer,rekreasi atau paparan bising
lainnya?
● Adakah penyakit atau pembedahan pada telinga sebelumnya?
● Apakah ada riwayat kerusakan pendengaran dalam keluarga?
● Adakah riwayat campak, mumps, influenza, meningitis, sifilis, penyakit virus yang
berat ?

8
Kebisingan dalam telinga (tinitus)
● Berdenging atau berdengung dirasakan di kepala atau di telinga?
● Pada satu sisi atau kedua telinga?
● Disertai gangguan pendengaran atau pusing berputar?

Sekret telinga
● Sekret ini keluar dari satu kedua telinga?
● Apakah disertai gatal atau nyeri?
● Apakah sekret berdarah atau purulen? Apakah berbau?
● Sudah berapa lama? Apakah sekret pernah keluar sebelumnya?
● Apakah didahului oleh suatu infeksi saluran napas bagian atas / suatu
keadaan dimana telinga menjadi basah? 9
Nyeri
● Tentukan sifat-sifat nyeri
● Apakah merupakan masalah berulang? Jika demikian,berapa sering terjadi?
● Apakah nyeri hanya pada telinga / menyebar atau berasal dari tempat lain?
● Adakah yang mencetuskan nyeri (co: mengunyah, menggigit, batuk, menelan)
● Adakah gejala-gejala kepala dan leher lainnya?

Pusing
● Apakah terasa ringan, rasa berputar/cenderung untuk jatuh? Vertigo obyektif /
subyektif ?
● Adakah posisi kepala tertentu sebagai pencetus ?
● Bagaimana frekuensi dan lamanya serangan?
● Apakah pusing bersifat terus-menerus/episodik?
● Berapa lama selang waktu serangan?
● Disertai rasa mual/muntah? 10
Inspeksi dan Palpasi Telinga Luar
● Inspeksi preaurikula dan aurikula → posisi, warna, ukuran,
bentuk, kesimetrisan, adanya lesi / massa, inflamasi / sikatriks
bekas operasi, kelainan kongenital.
● Inspeksi retroaurikula → inflamasi, tumor, fistula, infiltrat
● Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan
telunjuk dan ibu jari
...Inspeksi dan Palpasi Telinga Luar

● Aurikula ditarik untuk menentukan nyeri tarik, tekan tragus dan


tekan processus mastoideus untuk menentukan nyeri tekan
● Dengan menarik aurikula ke posterosuperior, liang telinga menjadi
lebih lurus dan mempermudah melihat keadaan canalis acusticus
externus dan membran timpani. Untuk melihat lebih jelas,
digunakan spekulum/ otoskop.
● Canalis acusticus externus → seruman, benda asing, inflamasi,
tumor, granulasi
Alat yang Dibutuhkan
Pemeriksaan Otoskopi dengan Bantuan Otoskop

1. Persiapan:
a. Pastikan lampu kepala terletak diantara kedua mata
b. Atur lampu otoskop agar fokus
2. Pasien duduk di depan pemeriksa dengan lutut kiri pemeriksa berdempetan
dengan lutut kiri pasien
3. Cara memegang telinga:
● Kanan
○ Jari I dan III tangan kiri memegang aurikulum, jari II di depan
tragus, telinga ditarik ke posterosuperior sambil menarik tragus ke
depan
● Kiri
○ Jari I dan II tangan kiri memegang aurikulum, jari III di depan
tragus, telinga ditarik ke posterosuperior sambil menarik tragus ke
...Otoskop
4. Cara memegang otoskop: otoskop dipegang dengan tangan kanan seperti
memegang pensil, agar posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan
yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.
...Otoskop
Membran Timpani
...Otoskop

5. Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini
harus dikeluarkan.

● Konsistensi cair: dapat dikeluarkan dengan kapas yang dililitkan


● Konsistensi lunak atau liat: dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila
berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset.
● Serumen sangat keras dan menyumbat seluruh liang telinga maka lebih
baik dilunakkan terlebih dahulu dengan minyak atau karbogliserin, lalu
dilakukan irigasi dengan air supaya liang telinga bersih
Pemeriksaan Fungsi
Pendengaran
Tes berbisik
● Bersifat semi-kuantitatif → menentukan derajat ketulian secara kasar
● Menilai tipe ketulian
○ Tuli konduktif → sukar mendengar huruf lunak seperti n, m, w (meja dikatakan
becak, dll).
○ Tuli sensori neural → sukar mendengar huruf tajam yang umumnya berfrekuensi
tinggi seperti s, sy, c dll (cicak dikatakan tidak, kaca dikatakan gajah, dll).
● Syarat
○ Pemeriksaan dilakukan di ruang yang sunyi dan tidak bergema.
○ Jarak pemeriksa dan pasien adalah 6 m.
○ Pemeriksa mengucapkan kata-kata sesudah ekspirasi normal, terdiri atas 2 suku
kata yang dikenal pasien.
○ Penderita tidak boleh melihat gerakan bibir pemeriksa, telinga yang dites
menghadap ke pemeriksa, dan telinga yang lain ditutup dengan kapas atau
tangan asisten menekan tragus ke arah MAE.

19
...Tes berbisik
● Teknik pemeriksaan
○ Pasien dan pemeriksa berdiri, pasien tetap di tempat, sedang pemeriksa yang
berpindah tempat.
○ Mulai pada jarak 6 m, bisikkan 5 atau 10 kata.
○ Minta pasien untuk mengulangi setiap kata yang dibisikkan dengan keras dan
jelas.
○ Bila pasien dapat mengulangi ≥80% kata-kata yang dibisikkan, maka pemeriksaan
tes bisik selesai, dan pada jarak inilah ketajaman pendengar telinga yang diperiksa
(jarak pendengaran).
○ Bila <80%, pem. tes bisik dilakukan pada jarak 5 m, yaitu pemeriksa maju 1 m.
● Interpretasi hasil pemeriksaan
○ 5 - 6 meter : Normal
○ 4 meter : Ketulian ringan
○ 2 - 3 meter : Ketulian sedang
○ < 1 meter : Ketulian berat
20
Tes Garpu Tala
● Keuntungan :
○ Mengetahui dengan cepat gambaran keadaaan pendengaran penderita.
● Kekurangan :
○ Sulit menentukan besar intensitas bunyi karena tergantung cara
menyentuhkan garpu tala → makin keras sentuhan garpu tala makin keras
pula intensitas yang didengar
○ Sentuhan garpu tala harus lunak tetapi masih dapat didengar oleh telinga
normal.
● Terdiri atas
○ Tes garis pendengaran
○ Tes Weber
○ Tes Rinne
○ Tes Schwabach 21
Tes Garis Pendengaran
● Tujuan : mengetahui batas bawah dan batas atas ambang pendengaran. Telinga kanan
dan kiri diperiksa secara terpisah
● Cara pemeriksaan
○ Semua garpu tala (2048 Hz,1024 Hz, 512Hz,256 Hz dan 128 Hz) satu demi satu
disentuh secara lunak
○ Letakkan 2,5 cm di depan telinga penderita dengan kedua kakinya berada pada garis
penghubung MAE kanan dan kiri
○ Minta penderita untuk mengangkat tangan bila mendengarkan bunyi
○ Bila penderita mendengar, diberi tanda (+) pada frekuensi yang bersangkutan dan
bila tidak mendengar diberi tanda (-) pada frekuensi yang bersangkutan
● Interpretasi
○ Mendengar pada semua frekuensi : normal
○ Batas atas menurun : tuli sensorineural
○ Batas bawah meningkat : tuli konduktif
22
...Tes Garis Pendengaran
Frekuensi Kanan Kiri
2048 - +

1024 - +

512 + +

256 + -

128 + -

Contoh :
● Telinga kanan batas atas menurun → tuli sensorineural
● Telinga kiri batas bawah meningkat → tuli konduktif 23
Tes Weber
Prinsip : Membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan

Cara pemeriksaan
● Getarkan garpu tala 512 Hz
● Letakkan tangkai penala pada verteks / dahi
● Penderita ditanyakan apakah mendengar atau
tidak. Bila mendengar langsung ditanyakan di
telinga mana didengar lebih keras. Bila
terdengar lebih keras di kanan disebut
lateralisasi ke kanan
● Evaluasi hasil tes
24
...Tes Weber
Interpretasi
● Kedua telinga tidak mendengar atau mendengar sama kerasnya : tidak ada
lateralisasi
● Tuli konduksi : lateralisasi ke telinga yang sakit
● Tuli sensorineural : lateralisasi ke telinga yang sehat

Kemungkinan bila lateralisasi ke kiri :


● Telinga kiri tuli konduktif, telinga kanan normal
● Telinga kiri tuli konduktif, telinga kanan tuli sensori nerual
● Telinga kiri normal, telinga kanan tuli sensori neural
● Kedua telinga tuli konduktif, namun telinga kiri lebih berat
● Kedua telinga tuli sensori neural, namun telinga kanan lebih berat
25
Tes Rinne
Prinsip: Membandingkan hantaran udara dan tulang pada satu
telinga yang diperiksa

Cara pemeriksaan
● Getarkan garpu tala 512 Hz
● Letakkan tangkai penala pada planum mastoid penderita
● Tanyakan apakah penderita mendengar dan instruksikan
agar mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar
● Bila penderita mengangkat tangan, pindahkan garpu tala 3
cm di depan MAE
● Bila penderita masih mendengar dikatakan Rinne (+)
● Bila tidak mendengar dikatakan Rinne (-)
Interpretasi
● Rinne positif (+) = normal atau tuli sensorineural
● Rinne negatif (-) = tuli konduktif 26
Tes Weber dan Rinne

27
Tes Schwabach
Prinsip: membandingkan hantaran tulang dari penderita dengan hantaran tulang
pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa harus normal
Cara pemeriksaan
● Getarkan garpu tala 512 Hz
● Letakkan tangkai penala pada planum mastoid pemeriksa sampai tidak
terdengar bunyinya
● Kemudian segera pindahkan garpu tala ke mastoid penderita
● Bila penderita masih mendengar dikatakan Schwabach memanjang. Bila tidak
mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu Schwabach normal atau memendek
● Lakukan tes sebaliknya, yaitu penderita dahulu baru pemeriksa
● Jika pemeriksa tidak mendengar bunyi berarti normal, bila pemeriksa masih
mendengar berarti Schwabach pasien memendek
28
...Tes Schwabach

Interpretasi
● Schwabach memendek : tuli sensori neural
● Schwabach memanjang : tuli konduktif
● Schwabach normal : normal 29
Pemeriksaan Hidung
& Sinus Paranasal
Anamnesis
Anamnesis gangguan hidung dan sinus Cara pemeriksaan :
paranasalis meliputi: Hidung bagian luar
● Hidung tersumbat (kongesti ● Inspeksi
nasal) ○ Kelainan bentuk hidung
● Sekret hidung (rhinore) (deformitas)
● Epistaksis ○ Tanda peradangan
● Bersin ○ Sekret
● Gangguan penghidu (anosmia, ● Palpasi (pangkal-apex)
hiposmia) ○ Nyeri
● Nyeri dan bengkak pada hidung ○ Massa atau tumor
(rhinalgia) ○ Tanda krepitasi
● Gatal pada hidung
31
Lubang Hidung Sinus paranasalis
● Rhinoskopi anterior (lubang hidung): ● Inspeksi
○ Struktur (dasar rongga hidung, konka, ○ Bengkak pada wajah
meatus, septum nasi) ○ Pipi, kelopak mata bawah →
○ Warna sinusitis maksilaris akut
○ Permukaan mukosa hidung ○ Kelopak mata atas → sinusitis
○ Massa, benda asing, sekret frontalis akut
○ Fenomena palatum molle ○ Pipi, gigi atas → sinusitis
● Rhinoskopi posterior (rongga mulut) maksilaris
○ Inspeksi ○ Medial atap orbita → sinusitis
■ Septum nasi bagian belakang frontalis
■ Ujung belakang konka inferior, ○ Kantus medius → sinusitis
medius, superior etmoidalis
■ Adenoid
■ Sekret pada meatus
■ Struktur lateral (ostium tuba,
torus tubarius, fossa
Rossenmuller) 32
Inspeksi & Palpasi
● Perhatikan kerangka dorsum nasi (lebar,
kemiringan, fraktur, bentuk:saddle nose pada
lues, lorgnet nose pada abses septum nasi),
adanya oedem / luka / ulkus nasolabial
● Lakukan palpasi dorsum nasi (krepitasi,
deformitas: fraktur os nasalis) dan ala nasi
(nyeri pada furunkel vestibulum nasi)
● Lakukan palpasi regio frontalis dan fossa
1. normal nasal profile 9. Greek nose
kanina, kemudian lakukan penekanan 2. saddle nose 10. Roman nose
optimal dan simetris dengan ibu jari (jangan 3. lorgnette nose 11. Semitic nose
4. flattened nose 12. Assyrian nose
pada foramen supra/ infra - orbitalis) 5. pointed nose 13. Negroid nose
6. saddle nose with prominent tip 14. Aztec nose
7. straight nose with protruding tip 15. the so-called modern
8. nose with hanging columella American nose.
33
Rinoskopi Anterior
1. Spekulum dimasukan ke dalam lubang hidung
2. Buka setelah didalam dan hati hati
3. Perhatikan :
a. vestibulum hidung
b. septum terutama bagian anterior
c. konka inferior, konka media, konka
superior,
d. meatus sinus paranasal dan keadaan
mukosa rongga hidung

4. Saat mengeluarkan spekulum, jangan ditutup


di dalam agar bulu hidung tidak terjepit
34
Pemeriksaan cavum nasi bagian bawah: Pemeriksaan cavum nasi bagian atas:
● Arahkan cahaya lampu ke cavum nasi ● Arahkan cahaya lampu ke cavum nasi
sehingga sejajar dengan dasar cavum bagian atas (kepala pasien
nasi ditengadahkan)
● Perhatikan warna mukosa dan konka ● Perhatikan kaput konka media,
inferior, besar lumen cavum nasi, meatus medius, septum bagian atas,
dasar cavum nasi, septum nasi, fissura olfaktoria
meatus inferior

35
Pemeriksaan Fenomena Palatum Molle
▪ Cara pemeriksaan :
▫ Usahakan agar arah pandangan mata sejajar dengan dasar rongga
hidung bagian belakang.
▫ Arahkan cahaya lampu kepala ke dalam dinding belakang
nasopharynx secara tegak lurus → normalnya pemeriksa akan
melihat cahaya lampu yang terang benderang.
▫ Minta pasien ucapkan “iii” → normalnya dinding belakang akan
tampak lebih gelap akibat adanya bayangan palatum molle yang
bergerak → bayangan gelap juga dapat terjadi bila cahaya
lampu tidak mengarah tegak lurus.
▫ Setelah pasien berhenti mengucapkan “iii”, bayangan gelap akan
menghilang dan dinding belakang nasopharynx akan menjadi
terang kembali.
▫ Fenomena palatum molle (+) bila ditemukan bayangan gelap saat
pasien mengucapkan “iii” pada dinding belakang nasopharynx.
36
Rinoskopi Posterior
Alat - alat : Spatel lidah, kaca nasofaring, lampu kepala, spiritus, tetrakain.
Teknik pemeriksaan :
1. Tangan kanan memegang kaca nasofaring dan tangan
kiri memegang spatel lidah.
2. Minta pasien membuka mulut lebar-lebar, lalu spatel
lidah ditekan pada 2/3 bagian dorsum lidah.
3. Kaca nasofaring dimasukkan secara perlahan hingga
terlihat bayangan hidung bag. belakang (jangan
menyentuh dinding posterior faring).
4. Dengan perlahan -lahan putar tangkai kaca nasofaring ke
kanan dan kiri untuk mengamati struktur dalam hidung.
5. Selama pemeriksaan lidah dijaga agar tetap berada di
dalam mulut dan pasien diminta bernapas melalui
hidung. 37
...Rinoskopi Posterior
Hal - hal yang dapat dinilai saat pemeriksaan rinoskopi posterior :
● Bagian pertama yang dapat dievaluasi adalah bagian belakang septum dan koana
● Kemudian kaca diputar ke arah lateral untuk melihat konka superior media, dan
inferior serta meatus superior dan media
Kaca diputar lebih ke lateral lagi untuk mengidentifikasi torus tubarius, muara tuba
Eustachius dan fossa Rossenmuler.

38
...Rinoskopi Posterior
Info :
● Pada pasien yang sensitif, pemeriksaan rinoskopi posterior dimulai 5 menit
setelah faring disemprotkan tetrakain 1%.
● Sebelum kaca dimasukkan, kaca harus dihangatkan terlebih dahulu
menggunakan api bunsen / spiritus untuk mencegah kaca berembun ketika
dimasukkan ke dalam mulut. Setelah itu suhu kaca di tes terlebih dahulu dengan
menempelkan pada kulit punggung tangan pemeriksa

39
Pemeriksaan Sinus Paranasalis
Alat : Lampu listrik 6 volt bertangkai panjang (Heyman)

Pemeriksaan Transiluminasi Sinus Frontalis


Cara:
1. Lampu ditekan pada lantai sinus frontalis
2. Lampu ditekankan ke arah media-superior
3. Cahaya yang memancar ke depan ditutup dengan
tangan kiri
Sinus normal bila dinding depan kelihatan terang

40
...Pemeriksaan Sinus Paranasalis
Pemeriksaan Transiluminasi Sinus Maksilaris
Cara I : Cara ll:
1. Mulut dibuka lebar 1. Mulut dibuka lalu masukkan lampu ke dalam
2. Lampu ditekan pada margo inferior orbita mulut
ke arah inferior 2. Mulut ditutup rapat
3. Cahaya yang memancar ke depan ditutup 3. Cahaya yang memancar dari mulut ke bibir atas
dengan tangan kiri ditutup dengan tangan kiri
Sinus normal bila palatum durum homolateral Sinus maksilaris normal bila pada daerah dinding depan
tampak terang di bawah orbita terlihat bayangan terang berbentuk
bulan sabit

41
...Pemeriksaan Sinus Paranasalis
Interpretasi:
Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila terdapat perbedaan antara sinus kiri &
kanan
Bila kedua sinus terang, maka:
● Pada pria : sinus normal
● Pada wanita : sinus normal / keduanya berisi cairan (karena tulang tipis)
Bila sama gelap, maka:
● Pada pria : sinus normal (karena tulang tebal)

42
Pemeriksaan Fungsi Hidung
Pemeriksaan Fungsi Udara Hidung
(Metode Kualitatif)
1. Letakkan kaca atau spatel lidah di depan
lubang hidung
2. Perhatikan cuping hidung pada waktu
inspirasi dan ekspirasi, juga akan ada
penyemburan udara atau bercak pada kaca
atau logam, kemudian bandingkan antara
kanan dan kiri.

43
...Pemeriksaan Fungsi Hidung
Pemeriksaan Fungsi Pembau (Metode Kualitatif)
1. Di depan lubang hidung diberi bahan pembau misalnya vanili,
teh, kopi, tembakau, dsb.
2. Jangan menggunakan zat yang dapat merangsang mukosa
hidung seperti mentol, amoniak, alkohol, dan cuka.
3. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan cara menutup
lubang hidung lainnya dengan tangan.
4. Pada tes ini dapat ditentukan apakah terdapat anosmia,
hiposmia, atau parosmia.

44
Pemeriksaan
Tenggorok
Pemeriksaan Rongga Mulut
● Meminta pasien untuk membuka mulut, lidah tidak dijulurkan →
amati apakah ada trismus, gerakan bibir dan sudut mulut
● Menggunakan spatel untuk menarik pipi & bibir, amati: mucosa
buccal, trigonum retromolar, gingiva, dasar mulut, palatum durum,
palatum molle, uvula, muara kelenjar ludah → apakah ada tanda
radang, ulkus, infeksi, ptialismus
● Palpasi seluruh area rongga mulut, bila perlu palpasi bimanual.
● Perkusi gigi

46
...Pemeriksaan Rongga Mulut

47
Pemeriksaan Tonsil & Oropharynx
● Meminta pasien untuk membuka mulut, lidah tidak dijulurkan,
bernapas biasa lewat hidung, & tidak boleh mengucapkan “ch”.
● Spatel I menekan lidah di bagian anterior tonsil, sehingga kutub
bawahnya terlihat → perhatikan ukuran, permukaan, warna
● Spatel II (posisi ujung vertikal) menekan jaringan peritonsiler, sedikit
lateral dari arcus palatoglossus → nilai mobilitas tonsil, rasa nyeri
● Sentuh dinding pharynx → normal ada refleks muntah
● Meminta pasien untuk mengucap “aaa”, “eee” → normal uvula
bergerak-gerak, konkavitas palatum molle simetris
48
...Pemeriksaan Tonsil & Oropharynx

49
Laringoskopi Indirek
● Pasien & pemeriksa duduk berhadapan, sedikit lebih tinggi dari pemeriksa.
Tubuh pasien sedikit condong ke depan, leher sedikit fleksi.
● Menghangatkan kaca laring dengan api lampu spiritus hingga sedikit lebih
tinggi dari suhu tubuh.
● Meminta pasien membuka mulut & menjulurkan lidah sejauh mungkin.
● Tangan kiri pemeriksa memegang lidah pasien dengan kasa dan
menariknya keluar dengan hati-hati.
● Kaca laring dimasukkan ke dalam mulut pasien (arah kaca ke bawah),
bersandar pada uvula & palatum molle.
● Meminta pasien mengucapkan “iii” → menilai pita suara aduksi
● Meminta pasien inspirasi dalam → menilai gerakan pita suara abduksi &
melihat area subglotis 50
...Laringoskopi Indirek

51
Laringoskopi Direk
● Menggunakan alat → laringoskop
● Untuk mengurangi rasa sakit → obat anestesi silokain disemprotkan
ke bibir, rongga mulut, & lidah pasien.

52
Pemeriksaan Kepala,
Leher, dan Wajah
Penilaian Kesimetrisan Wajah
● Dilakukan inspeksi apakah ada kelainan pada wajah, simetris atau tidak.
● Dilihat ada atau tidaknya deformitas.

54
Penilaian Kekuatan Otot Temporal &
Maseter
● Sambil melakukan palpasi pada kedua otot
bergantian.
● Pasien diminta untuk menggertakan giginya,
kemudian pasien diminta untuk menggerakkan
rahangnya ke kiri dan ke kanan.
● Nilai kekuatan kontraksi otot pasien.

55
Penilaian Sensasi Wajah
● Pasien diminta untuk menutup mata.
● Menggunakan objek yang runcing dan tumpul → pasien membedakan
sensasi dari kedua objek tersebut.
● Apabila abnormalitas, konfirmasi dengan sensasi suhu, ditempelkan
gelas/tabung berisi air dingin dan air panas → pasien membedakan
sensasi air tersebut.
● Lalu dilakukan ‘Light Touch’ test dengan menggunakan kapas →
tanyakan kepada pasien apakah merasakannya.
● Semua hal di atas dilakukan di daerah dahi, pipi, dan rahang atau sudut
bibir. 56
Penilaian Pergerakan Wajah
● Mengangkat alis
● Mengerutkan dahi
● Menutup kedua mata sekuat kuatnya sambil pemeriksa berusaha
membuka kedua mata pasien
● Memperlihatkan gigi atas dan bawah sekaligus
● Tersenyum
● Menggembungkan pipinya.

57
Pemeriksaan Laring dari Luar
● Inspeksi → warna, keutuhan kulit, benjolan,
dan apakah benjolan tersebut bergerak
mengikuti gerakan laring.
● Palpasi leher → kerangka laring (os hioid,
kartilago tiroid, kartilago krikoid) dan gelang
trakea → oedem, struma, kista, benjolan.
● Gerakkan laring ke kanan dan kiri. Laring
mudah digerakkan → normal.

58
Pemeriksaan KGB Leher
● KGB leher dapat di palpasi
menggunakan ujung bantalan jari
telunjuk dan jari tengah.
● Pasien diminta untuk rilek dengan
leher sedikit fleksi ke arah
pemeriksa.
● Bisa dilakukan pemeriksaan
untuk kedua sisi leher sekaligus
dengan menggunakan kedua
tangan. 59
60

Anda mungkin juga menyukai