Anda di halaman 1dari 79

PEMERIKSAAN FISIK THT

Penyusun:
Renny Novalita (NIM 11.2018.140)
Gianina Ivelyn Missy (NIM 11.2018.172)
Alda Vania Sugiarta (NIM 11.2018.186)
Nur Syahira Binti Afillah (NIM 11.2018.208)
Florentia Dwi Etania (NIM 11.2018.215)

Pembimbing:
Dr. Riza Rizaldi, Sp.THT-KL
PERALATAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK PEMERIKSAAN
THT
Anatomi Telinga
CARA MEMERIKSA TELINGA
Tujuan:
◦ Melakukan inspeksi aurikula, posisi telinga dan mastoid.
◦ Melakukan pemeriksaan meatus auditorius externus dengan otoskop.
◦ Melakukan pemeriksaan membran timpani dengan otoskop.
Alat:
◦ Lampu kepala
◦ Otoskop
◦ Kursi THT
◦ Garpu tala
Cara memakai lampu kepala
Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu
berada diantara kedua mata

Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30


cm di depan mata kanan

Mata kiri ditutup

Proyeksi tabung harus tampak terletak medial


dari proyeksi cahaya dan saling bersinggungan

Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm


PELAKSANAAN

Lutut kiri
pemeriksa
Penderita berdempetan
duduk di dengan lutut
Pasang depan kiri penderita
lampu kepala pemeriksa
CARA MEMEGANG TELINGA

◦ Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V
pada planum mastoid.
◦ Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior agar liang telinga lurus
CARA MEMEGANG OTOSKOP
TELINGA

Bentuk Daun Kelainan Radang, Nyeri Tekan


Telinga Kongenital Tumor Tragus

Penarikan Kelainan Kelainan Kelainan


Daun Telinga Preaurikuler Infraaurikuler Retroaurikuler

Membran
Regio Mastoid Liang Telinga
Timpani
BENTUK DAUN TELINGA
1. Normotia
2. Microtia
3. Macrotia
1 4
4. Clauliflower ear
3
5. Atresia
6. Anotia
7. Lop ear

2 6 7
8
KELAINAN KONGENITAL
1
1. Atresia
2. Fistula preaurikular 2 3
3. Bats ear
2
4. Stenosis Canalis

4
3
RADANG
◦ Kalor/panas
◦ Dolor/nyeri
◦ Rubor/merah
◦ Functio laesa
◦ Tumor/membengkak
TUMOR
◦ Ukuran
◦ Batas tegas/tidak tegas
◦ Bentuk
◦ Mobile/immobile
◦ Nyeri tekan
◦ Konsistensi: kenyal,lunak,keras
NYERI TEKAN TRAGUS
1. Nyeri tekan
2. Edema

2
PENARIKAN DAUN TELINGA
◦ Nyeri tarik aurikula
KELAINAN
PRE,INFRA,RETROAURIKULER

1. Fistula
2. Hematoma
3. Radang
4. Trauma

1
2

4
3
REGION MASTOID

1. Tanda radang
2. Massa
3. abses
1
1

2
2
LIANG TELINGA
1. Serumen
2. Hiperemis
3
3. Furunkel
1 2
4. Edema
5. Otorhea
6. Atelektasis
7. Discharge 4
8. Corpus alienum 5 6
9. Lapang
10. Stenosis
11. Atresia
12. Jaringan granulasi 8

7
MEMBRAN TIMPANI
1. Normal 3 4
1 2
2. Retraksi
3. Buldging
4. Hiperemis
5. Edema 6 6
6. Perforasi(Marginal, 5
Central, Atik)
7. Cone of light
8. Sekret
9. timpanosklerosis
7
TES PENALA
◦ Rinne
◦ Weber
◦ Swabach
◦ Penala yang dipakai
◦ Syarat tes penala :
◦ Pasien
◦ Lingkungan
◦ Pemeriksa
◦ Informed consent, cuci tangan
◦ Poin pada test rinne dan swabach adalah pasien bisa mendengar
atau tidak
◦ Pada weber : point nya adalah pasien mendengarkan mana yang
lebih keras telinga kiri atau kanan
◦ Isyarat yang dilakukan pasien saat melakukan test penala adalah bila
yang diperiksa telinga kanan yang diangkat tangan kanan
◦ Bila yang diperiksa telinga kiri yang diangkat tangan kri
TES RINNE
◦ Berguna untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pasien.
◦ Tangkai penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid pasien (hantaran tulang)
hingga bunyi tidak lagi terdengar, penala kemudian dipindahkan ke dekat telinga sisi
yang sama ( hantaran udara)
(+) HU >= HT -> normal / gangguan sensorineural
(-) HU < HT -> gangguan konduktif
TES WEBER
◦ Mendengarkan suara sendiri lebih keras bila satu telinga ditutup.
◦ Gagang penala yang bergetar ditempelkan di tengah dahi / garis tengah wajah.
◦ Lapor : suara terdengar di telinga kiri, kanan, atau keduanya.
◦ Kesan : Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut, jika
kedua telinga tidak mendengar atau sama-sama mendengar berarti tidak ada
lateralisasi.
Interpretasi :
normal : tidak ada lateralisasi
tuli konduksi : lateralisasi ke telinga yang sakit
tuli sensorineural : lateralisasi ke telinga yang sehat
TES SWABACH
Tujuannya Cara Untuk memastikannya

•untuk membandingkan •garpu tala dibunyikan •tes dibalik, yaitu tes ke


hantaran lewat tulang lalu tangkainya penderita dulu baru ke
antara penderita dengan diletakkan tegak lurus pemeriksa. Jika
pemeriksa. pada planum mastoid pemeriksa masih
pemeriksa, bila mendengar berati
pemeriksa sudah tidak Schwabach penderita
mendengar, secepatnya memendek, bila
garpu tala dipindahkan pemeriksa tidak
ke mastoid penderita. mendengar lagi berarti
•Bila penderita masih sama-sama normal
dapat mendengar
berarti Schwabach
memanjang,
•tetapi jika penderita
tidak mendengar maka
ada 2 kemungkinan yaitu
Schwabach memendek
atau normal.
Interpretasi :
Schwabach normal : normal
Schwabach memanjang : tuli konduksi
Schwabach memendek : tuli sensorineural
TES BISIK
Syarat

Tempat Penderita

• ruangan sunyi dan tidak ada • Mata ditutup/ dihalangi agar


echo ( dinding dibuat tidak rata tidak membaca gerak bibir
atau dilapisi “soft board”/ • Telinga yang diperiksa
korden), serta ada jarak dihadapkan ke arah pemeriksa
sepanjang 6m. • Telinga yang tidak diperiksa,
ditutup atau dimasking dengan
menekan-nekan tragus ke arah
MAE (meatus akustikus externus)
oleh pembantu pemeriksa. Bila
tidak ada pembantu maka
telinga ditutupi kapas yang
dibasahi gliserin
• Mengulang dengan jelas dan
keras kata-kata yang dibisikkan
TES BISIK (LANJUTAN)

Pemeriksa

• Kata-kata dibisikkan dengan


cara cadangan paru-paru
setelah ekspirasi biasa
• Kata-kata yang dibisikkan terdiri
dari 1 atau 2 suku kata yang
dikenal penderita, biasanya kata-
kata benda yang ada di
sekeliling kita. Kata harus
mengandung huruf lunak
(frekuensi rendah) dan huruf desis
(frekuensi tinggi)
TES BISIK (LANJUTAN)

Teknik pemeriksaan

Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap di tempat, sedang pemeriksa yang
berpindah tempat.

Mulai pada jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata ( biasanya 5 kata).

Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m lalu dibisikkan kata lain dalam jumlah
yang sama, bila didengar semua maka pemeriksa mundur lagi, sampai pada jarak dimana penderita
mendengar 80% kata-kata yang dibisikkan.

Untuk memastikan hasil tes maka lakukan tes ulang. Misalnya tajam pendengaran 3 m, maka bila
pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan mendengar semua kata yang dibisikkan (100%) dan bila
pemeriksa mundur ke jarak 4 m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80% kata yang dibisikkan.
JENIS PENALA
◦ 128 hz
◦ 256 hz
◦ 512 Hz
◦ 1024 Hz
◦ 2048 Hz
◦ 4096 hz
Anatomi Hidung
PEMERIKSAAN HIDUNG DARI LUAR
Inspeksi Palpasi Perkusi
1. Kerangka dorsum 1. Dorsum nasi: krepitasi, 1. Bila palpasi
nasi: deformitas (fraktur) menimbulkan reaksi
1. Lebar (polip nasi) 2. Ala nasi: sangat sakit yang hebat maka
2. Miring (fraktur) pada furunkel dapat diganti dengan
3. Saddle nose pada vestibulum nasi perkusi
Lues 3. Regio sinus Frontalis:
4. Lorgnet nose menekan lantai sinus
pada abses frontalis, dengan ibu
septum nasi jari tekan ke arah
2. Luka-luka, warna mediao-superior,
udem, ulkus naso- dengan tenaga yang
labial optimal dan simetris
3. Bibir atas: maserasi 4. Sinus maksilaris:
akibat sekresi dari syarat-syarat seperti di
sinusitis, adenoiditis atas, tetapi jangan
tekan pada foramen
infra orbitalis sebab
ada N. Orbitalis
RINOSKOPI ANTERIOR
Alat Cara pemakaian spekulum

• Spekulum hidung • Memegang spekulum


• Pinset – bayonet dengan tangan kiri. Posisi
• Aplikator spekulum horizontal, tangkai
lateral, mulutnya medial
• Pipa penghisap
• Memasukan spekulum. Mulut
• Kaca rinoskopi posterior
spekulum dalam keadaan
tertutup, masukkan ke dalam
kavum nasi dan mulut
spekulum dibuka pelan-
pelan
• Mengeluarkan spekulum.
Mulut spekulum ditutup 90%,
baru dikeluarkan.
TAHAP-TAHAP PEMERKSAAN
RINOSKOPI ANTERIOR

Memeriksa vestibulum nasi Memeriksa kavum nasi


bagian bawah
Bibir atas: maserasi
Warna mukosa dan konka
Pinggir-pinggir lubang hidung:
inferior hiperemis, anemia, biru
kruste, merah
Besarnya lumen kavum nasi
Posisi septum nasi: dorong
ujung hidung ke atas dengan Lantai kavum nasi
ibu jari Septum deviasi, bentuk krista
Spekulum: Apakah ada sekret, atau spina
krusta, bisul, raghaden
TAHAP-TAHAP PEMERKSAAN
RINOSKOPI ANTERIOR
◦ Fenomena Palatum mole
Pada keadaan normal
nasofaring kelihatan terang, ◦ Kavum nasi bagian atas
karena cahaya lampu tegak Kaput dari konka media
lurus pada dinding belakang
nasofaring. Penderita disuruh Meatus medius: pus, polip
mengucapkan “iiii”. Septum bagian atas: mukosa,
Fenomena palatum mole (+) bila posisi
bergerak, tampak benda gelap Fissura olfaktoria
yang bergerak ke atas.
Fenomena palatum mole (-)
pada: ◦ Septum nasi
paralisa palatum mole (post Deviasi berbentik spina septi,
difteri), abses peritonsil, sikatrik , krista seperti huruf S
tumor nasofaring
RINOSKOPI POSTERIOR
Ide
Syarat: Alat:
pemeriksaan:
• Menyinari • Harus ada • Cermin yang
koana dan tempat yang kecil, spatula
dinding-dinding cukup luas penekan lidah,
nasal dengan buat lampu spiritus
cahaya yang menempatkan • Solusio
dipantulkan kaca. Untuk itu tetrakain 1%
oleh suatu maka lidah
cermin yang tetap dalam
ditempatkan mulut dan
dalam ditekan ke
nasofaring bawah dengan
spatel
• Harus ada jalan
yang lebar
antara uvula
dan faring agar
cahaya yang
dipantulkan
oleh cermin,
dapat masuk
ke nasofaring
RINOSKOPI POSTERIOR
◦ Pada penderita yang sangat sensitif pemeriksaan baru dapat dimulai
5 menit setelah ke dalam faring diberikan tetrakain 1% (3-4x). Spatula
dipegang dengan tangan kiri, cermin dengan tangan kanan

◦ Pegang cermin dengan tangan kanan. Punggung cermin dipanasi


pada lampu spiritus. Temperatur cermin dicek dengan menyentuhkan
pada punggung tangan kiri (>37 ⁰C). Tangkai cermin dipegang seperti
memgang pensil dan cermin diarahkan ke atas

◦ Mulut dibuka lebar. Lidah ditarik ke dalam mulut, tak boleh


digerakkan. Penderita disuruh bernapas dari hidung.
◦ Ujung spatula diletakkan pada punggung lidah, di muka uvula. Lidah
ditekan ke bawah, hingga diperoleh tempat yang cukup luas untuk
menempatkan cermin. Karena median ada uvula, maka tempat yang
cukup luas itu lebih cepat diperoleh bila lidah ditekan di paramedial kanan
dari penderita
◦ Masukkan cermin ke dalam faring antara faring dan palatum mole kanan
◦ Cermin disinari
TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN
RINOSKOPI POSTERIOR
◦ Memeriksa septum nasi, koane dan tuba kanan
Karena cermin letaknya paramedian, maka kelihatan kauda konka media kanan. Lihat
gambar yang ada di dalam cermin. Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan
margo posterior septum nasi di tengah tengah cermin.
Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka yang paling besar ialah
kauda dari konka inferior
Perhatikan kauda konka superior dan meatus medius. Tangkai cermin diputar terus ke kanan.
Kelihatan ostium dan dinding tuba.

◦ Memeriksa bagian kiri


Putar tangkai cermin ke medial, hingga tampak margo posterior dari septum nasi
Putar terus tangkai cermin ke kiri sehingga tampak berturut-turut konka media kanan dan
tuba kanan.
TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN
RINOSKOPI POSTERIOR
◦ Memeriksa atap nasofaring
Tangkai cermin mulai diputar kembali ke medial sehingga pada cermin kelihatan kembali
margo posterior septum nasi
Sesudah itu tangkai cermin dimasukkan sedikit atau cermin direndahkan sedikit.
◦ Memeriksa kauda konka inferior
Tangkai cermin direndahkan, atau cermin dinaikkan. Biasanya kauda konka inferior tidak
dapat dilihat. Dapat dilihat bila konka inferior hipertrofi, bentuknya seperti murbei
Perhatikan:
Radang : pus pada meatus medius dan meatus superior adenoiditis, ulkus pada dinding
nasofaring (TBC)
Tumor : poliposis, karsinoma
HIDUNG
Daerah Sinus
Tanda
Bentuk Frontalis dan Vestibullum
Peradangan
Maxillaris

Konka Meatus Nasi Konka


Cavum Nasi
Inferior Inferior Medius

Meatus Nasi
Septum Nasi
Medius
BENTUK

Saddle Nose Hump Nose Agenesis Bifida Nose


Nose
TANDA PERADANGAN

◦ Kalor
◦ Rubor
◦ Dolor
◦ Functio laesa
◦ tumor
DAERAH SINUS FRONTALIS DAN
MAXILLARIS
◦ Nyeri tekan
◦ Nyeri ketuk
VESTIBULUM
◦ Ulkus
◦ Bulu hidung
◦ Sekret
◦ Krusta
◦ furunkel
◦ Tanda radang
CAVUM NASI
◦ Bentuk
◦ Lapang/sempit
◦ sekret
◦ Mukosa pucat
◦ Mukosa hiperemis
KONKA INFERIOR
◦ Eutrofi/hipertrofi/atrofi
◦ Edema
◦ Hiperemis
◦ Mukosa pucat
◦ Benjolan
◦ Benda asing
MEATUS NASI INFERIOR
◦ Sekret
◦ polip
◦ Edema
◦ Mukosa hiperemis/pucat
◦ Benda asing
KONKA MEDIUS
◦ Eutrofi/hipertrofi/atrofi
◦ Edema
◦ Hiperemis
◦ Mukosa pucat
◦ Benjolan
◦ Benda asing
MEATUS NASI MEDIUS
◦ Terbuka/tertutup
◦ Sekret
◦ polip
◦ Benda asing
SEPTUM NASI
◦ Deviasi
◦ edema
RHINOPHARYNX
◦ Evaluasi bayangan yang tampak di rongga hidung posterior (nasofaring).
◦ Koana : atresia, sekret +/-, massa +/-
◦ Septum nasi posterior : deviasi +/-
◦ Muara tuba eustachius : terbuka/tertutup, sekret +/-, edema +/-
◦ Tuba eustachius : hiperemis+/-, edema+/-
◦ Torus tubarius : hiperemis+/-, datar/menojol,masa+/-
◦ Post nasal drip: +/- , secret, bau, warna
TUBA EUSTAHIUS
◦ Manuver Toynbee: Memijit hidung dan menelan
◦ Manuver Valsalva: Memijit hidung dan menutup mulut sambil menghembus kuat lewat
hidung
PEMERIKSAAN TRANSLUMINASI
◦ Sinus Frontalis Kanan
◦ Sinus Frontalis Kiri
◦ Sinus Maxillaris Kanan
◦ Sinus Maxillaris Kiri
TRANSLUMINASI
Dikerjakan dalam kamar gelap

Alat: Sinus Frontalis: Bila sinus normal, maka


• Lampu listrik • Lampu ditekankan dinding depan akan kelihatan
bertangkai panjang pada lantai sinus terang
frontalis
• Lampu ditekankan
ke arah media-
superior
• Cahaya yang
memancar ke
depan, ditutup
dengan tangan kiri
TRANSLUMINASI
Sinus maksilaris Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada
perbedaan antara kiri dan kanan
◦ Mulut dibuka
Bila kedua sinus terang:
◦ Ke dalam mulut dimasukkan lampu yang
telah diselubungi tabung gelas Pada pria : sinus normal
◦ Mulut ditutup rapat Pada wanita : sinus normal/kedua
terisi cairan (karena tulang tipis)
◦ Cahaya yang memancar dari mulut dan
bibir atas ditutup dengan tangan kiri Bila sama gelap
Pada sinus maksilaris normal, pada daerah Pada pria : sinus normal (karena tulang tebal)
dinding depan di bawah orbita terlihat
bayangan terang berbentuk seperti bulan
sabit
Anatomi Tenggorok
Pemeriksaan Pharynx
Pemeriksaan
Pharynx

Dinding faring
Arcus faring : Uvula : Tonsil : Lain-lain :
:
•hiperemis +/- •simetris / •+/-, •T?-T?, •(penemuan lain
, asimetris, •simetris / asimetris, yang penting
•letak untuk dilaporkan)
•ulserasi +/-
•licin / •hiperemis +/- ditengah / laserasi +/-
•indurasi +/-
berbenjol, , tdk,
•displacement +/-
•granul +/-, •ulkus +/-, •memanjang •resesus +/-
•post nasal •laserasi +/- +/-, •spikula +/-
drip +/- •hiperemis +/- •kripta +/-
, •eksudat +/-
•bifida +/-, •hiperemis +/-
•massa +/- •kista +/-
PEMERIKSAAN FARING
Memeriksa paresis faring
◦ Normal: bila disentuh sensitif, dijumpai refleks muntah
◦ Paresis bilateral: dijumpai tumpukan air ludah dan bila disentuh tidak sensitif dan refleks
muntah hilang
◦ Paresis unilateral: bila disentuh muncul gerakan coulisse (yang bergerak hanya faring
yang sehat)
PEMERIKSAAN MULUT
Inspeksi, perhatikan:
◦ Trismus
◦ Gerakan bibir dan sudut mulut
◦ Mukosa dan ginggiva, misalnya ada ulkus
◦ Gigi atau geraham rusak yang dapat menimbulkan sinusitis maksilaris (caries p2, p2,
m1, m2, m3) atas atau trismus yang disebabkan gigi m3 bawah miring
◦ Lidah: parese N.XII, atrofi, aftae, tumor malignan
◦ Palatum durum, radang atau tumor
BIBIR
◦ Mukosa bibir basah/kering
◦ Warna
GIGI
◦ Warna
◦ Jumlah
◦ Bentuk
LIDAH
◦ Warna
◦ Bentuk
◦ Ukuran
◦ Mukosa
◦ Massa Ankyloglosi Makroglosi

Geographic tongue Fissured Tongue


PEMERIKSAAN TONSIL
Mulut buka lebar, lidah ditarik ke dalam, dilunakkan, lidah ditekan ke
bawah, di bagian medial.
◦ Penderita disuruh bernapas
◦ Lidah ditekan anterior dari tonsil, hingga kelihatan pole bawah tonsil

Memeriksa besar tonsil


T0 : tonsil telah diangkat
T1 : ¼ jarak arkus anterior dan uvula
T2 : 2/4 jarak arkus anterior dan uvula
T3 : ¾ jarak arkus anterior dan uvula
T4 : bila mencapai uvula atau lebih

Mobilitas tonsil (2 spatula)


Spatula 1: posisi sama dengan di atas
Spatula 2: posisi ujungnya vertikal menekan jaringan peritonsil, sedikit lateral
PEMERIKSAAN TONSIL
Memeriksa patologi dari tonsil dan palatum mole
◦ Tonsilitis akut : semua merah, titik putih pada tonsil
◦ Tonsilitis kronik : arkus anterior merah
◦ Afte : ditekan sakit
◦ Abses peritonsil : tonsil terdesak ke medial
◦ Difteri : pseudomembran warna kotor, bull neck
◦ Plaut vincent : ulkus seluruh tonsil, monolateral
◦ Radang spesifik : TB
◦ Tumor jinak : keras, fiksasi tonsil
◦ Sikatrik : akibat tonsilektomi, insisi abses peritonsil
◦ Korpus alienum : duri ikan, tulang
PEMERIKSAAN TONSIL

Memeriksa paresis palatum mole


◦ Normal: uvula menunjuk ke bawah, konkavitas palatum mole simetris, ucapkan “aa
ee” bergerak-gerak tetap simetris
◦ Paresis bilateral: waktu istirahat seperti normal, ucapkan “aa ee” seperti normal,
ucapkan “eee” uvula sedikit bergerak
◦ Unilateral: waktu istirahat seperti normal. Ucapkan “aa ee” palatum mole terangkat ke
arah yang sehat, uvula miring menunjuk ke arah sehat. Kondisi ini karena tumor
nasofaring atau parese N. X
PEMERIKSAAN LARING
◦ Pemeriksaan dari luar dengan inspeksi dan palpasi
◦ Laringoskop indirek dengan cermin laring
◦ Laringoskop direk dengan laringoskop kaku, laringoskop fiber optik atau mikroskop
◦ Pemeriksaan kelenjar leher
◦ X foto rontgen
PEMERIKSAAN LARING DARI LUAR
Inspeksi
Warna, keutuhan kulit, benjolan di sekitar laring

Palpasi
◦ Apakah ada edem, struma, kista, metastase, susunan abnormal
◦ Laring normal mudah digerakkan ke kanan dan ke kiri oleh pemeriksa
LARINGOSKOP INDIREK
Alat Pelaksanaan

• Cermin laringoskop yang besar • Anestesi faring dengan tetrakain


• lampu spiritus • Mulut dibuka lebar, bernapas
• larutan tetrakain untuk faring lewat mulut
sensitif • Penderita menjulurkan lidah
• kain kasa yang dilipat panjang
• Lidah yang diluar mulut dibungkus
kain kasa, pegang denga
ntangan kiri, jari I di atas lidah, jari
III di bawah lidah, dan jari II
menekan pipi
• Cermin dipegang dengan tangan
kanan, seperti memegang pensil.
Arah cermin ke bawah. Cermin
dipanasi supaya tidak kabur
LARINGOSKOP INDIREK

Radiks lingue, epiglotis dan sekitarnya


◦ Kelihatan gambar dari radiks linguae, epiglotis, plika glossoepiglotika, valekula kiri
dan kanan
◦ Apakah ada udem dari epiglotis, ulkus, tumor, korpus alienum
◦ Perhatikan fascies posterior tonsil: warna, aftae, ulkus
◦ Penderita mengucapkan “iii”, laring tertarik ke atas dan ke muka
◦ Dalam gerakan itu ikut pula serta epiglotis
◦ Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus laringis, terbuka sehingga cahaya
masuk ke laring dan trakea
◦ Korda vokalis bergerak ke garis median
LARINGOSKOP INDIREK
Melihat laring dan sekitarnya
Perhatikan patologi – anatominya
◦ Radang : laringitis akut (semua merah)
laringitis kronik (sedikit merah)
◦ Ulkus : laringitis TB berupa erosi ulkus pada korda vokalis. Epiglotitis
berupa udem, infiltrat, ulkus, amputasi.
◦ Udem : radang, alergi, tumor
◦ Cairan : sputum hemoragis, tumpukan saliva
◦ Tumor : jinak (papiloma, polip, nodul, kista), karsinoma
Melihat trakea:
◦ Respirasi, lumen laring tertutup epiglotis, sehingga mukosa trakea hanya
dapat dilihat waktu belum ada aduksi yang komplit, atau di waktu
permulaan abduksi.
◦ Perhatikan anatomi, patologi, mukosa, warna mukosa, sekret, udem, tumor
LARINGOSKOP DIREK
Maksud: Teknik:
Melihat laring secara langsung ◦ Penderita tidur terlentang di atas
tanpa cermin tetapi dengan meja
perantaraan alat yang disebut ◦ Pemeriksaan dapat dimulai kira-kira
laringoskop 10 menit setelah ke dalam faring dan
Laringoskop kaku: laring diteteskan tetrakain 10 tetes
◦ Endoskop model brunings, ◦ Pipa dimasukkan ke dalam introitus
Jackson, Mc. Intosh, Mc. Gill laringis
◦ Memperhatikan gambar laring seperti
pada laringoskopi indirek

Laringoskop fiber
Mikrolaringoskop dengan memakai
mikroskop
PEMERIKSAAN KELENJAR LEHER
◦ Teraba bila pembesaran lebih dari 1 cm.
◦ Palpasi dilakukan dari belakang penderita secara sistematis dari submental, angulus
mandibula, muskulus sternokleidomastoid, kalvikula, dan sepanjang saraf assesorius
Tenggorokan-Laring
Epiglottis Omega shape, kista, hiperemis, edema, massa

Plica aryepiglotis hiperemis, edema, massa, ulkus

Arytenoid hiperemis, massa, ulkus, edema, granulasi, tuberkuloma,


hemangioma

Ventricular band pergerakan, edema, hiperemis, massa

Pita suara pergerakan, polip, kista, nodul, massa, edema, hiperemis,


ulkus, papilloma, leukoplakia, paralisis,parese

Rima glottis terbuka, simetris

Cincin trachea massa, benda asing, stenosis, udem

Sinus piriformis benda asing,standing secretion,

Anda mungkin juga menyukai