Penyusun:
Renny Novalita (NIM 11.2018.140)
Gianina Ivelyn Missy (NIM 11.2018.172)
Alda Vania Sugiarta (NIM 11.2018.186)
Nur Syahira Binti Afillah (NIM 11.2018.208)
Florentia Dwi Etania (NIM 11.2018.215)
Pembimbing:
Dr. Riza Rizaldi, Sp.THT-KL
PERALATAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK PEMERIKSAAN
THT
Anatomi Telinga
CARA MEMERIKSA TELINGA
Tujuan:
◦ Melakukan inspeksi aurikula, posisi telinga dan mastoid.
◦ Melakukan pemeriksaan meatus auditorius externus dengan otoskop.
◦ Melakukan pemeriksaan membran timpani dengan otoskop.
Alat:
◦ Lampu kepala
◦ Otoskop
◦ Kursi THT
◦ Garpu tala
Cara memakai lampu kepala
Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu
berada diantara kedua mata
Lutut kiri
pemeriksa
Penderita berdempetan
duduk di dengan lutut
Pasang depan kiri penderita
lampu kepala pemeriksa
CARA MEMEGANG TELINGA
◦ Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V
pada planum mastoid.
◦ Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior agar liang telinga lurus
CARA MEMEGANG OTOSKOP
TELINGA
Membran
Regio Mastoid Liang Telinga
Timpani
BENTUK DAUN TELINGA
1. Normotia
2. Microtia
3. Macrotia
1 4
4. Clauliflower ear
3
5. Atresia
6. Anotia
7. Lop ear
2 6 7
8
KELAINAN KONGENITAL
1
1. Atresia
2. Fistula preaurikular 2 3
3. Bats ear
2
4. Stenosis Canalis
4
3
RADANG
◦ Kalor/panas
◦ Dolor/nyeri
◦ Rubor/merah
◦ Functio laesa
◦ Tumor/membengkak
TUMOR
◦ Ukuran
◦ Batas tegas/tidak tegas
◦ Bentuk
◦ Mobile/immobile
◦ Nyeri tekan
◦ Konsistensi: kenyal,lunak,keras
NYERI TEKAN TRAGUS
1. Nyeri tekan
2. Edema
2
PENARIKAN DAUN TELINGA
◦ Nyeri tarik aurikula
KELAINAN
PRE,INFRA,RETROAURIKULER
1. Fistula
2. Hematoma
3. Radang
4. Trauma
1
2
4
3
REGION MASTOID
1. Tanda radang
2. Massa
3. abses
1
1
2
2
LIANG TELINGA
1. Serumen
2. Hiperemis
3
3. Furunkel
1 2
4. Edema
5. Otorhea
6. Atelektasis
7. Discharge 4
8. Corpus alienum 5 6
9. Lapang
10. Stenosis
11. Atresia
12. Jaringan granulasi 8
7
MEMBRAN TIMPANI
1. Normal 3 4
1 2
2. Retraksi
3. Buldging
4. Hiperemis
5. Edema 6 6
6. Perforasi(Marginal, 5
Central, Atik)
7. Cone of light
8. Sekret
9. timpanosklerosis
7
TES PENALA
◦ Rinne
◦ Weber
◦ Swabach
◦ Penala yang dipakai
◦ Syarat tes penala :
◦ Pasien
◦ Lingkungan
◦ Pemeriksa
◦ Informed consent, cuci tangan
◦ Poin pada test rinne dan swabach adalah pasien bisa mendengar
atau tidak
◦ Pada weber : point nya adalah pasien mendengarkan mana yang
lebih keras telinga kiri atau kanan
◦ Isyarat yang dilakukan pasien saat melakukan test penala adalah bila
yang diperiksa telinga kanan yang diangkat tangan kanan
◦ Bila yang diperiksa telinga kiri yang diangkat tangan kri
TES RINNE
◦ Berguna untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pasien.
◦ Tangkai penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid pasien (hantaran tulang)
hingga bunyi tidak lagi terdengar, penala kemudian dipindahkan ke dekat telinga sisi
yang sama ( hantaran udara)
(+) HU >= HT -> normal / gangguan sensorineural
(-) HU < HT -> gangguan konduktif
TES WEBER
◦ Mendengarkan suara sendiri lebih keras bila satu telinga ditutup.
◦ Gagang penala yang bergetar ditempelkan di tengah dahi / garis tengah wajah.
◦ Lapor : suara terdengar di telinga kiri, kanan, atau keduanya.
◦ Kesan : Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut, jika
kedua telinga tidak mendengar atau sama-sama mendengar berarti tidak ada
lateralisasi.
Interpretasi :
normal : tidak ada lateralisasi
tuli konduksi : lateralisasi ke telinga yang sakit
tuli sensorineural : lateralisasi ke telinga yang sehat
TES SWABACH
Tujuannya Cara Untuk memastikannya
Tempat Penderita
Pemeriksa
Teknik pemeriksaan
Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap di tempat, sedang pemeriksa yang
berpindah tempat.
Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m lalu dibisikkan kata lain dalam jumlah
yang sama, bila didengar semua maka pemeriksa mundur lagi, sampai pada jarak dimana penderita
mendengar 80% kata-kata yang dibisikkan.
Untuk memastikan hasil tes maka lakukan tes ulang. Misalnya tajam pendengaran 3 m, maka bila
pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan mendengar semua kata yang dibisikkan (100%) dan bila
pemeriksa mundur ke jarak 4 m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80% kata yang dibisikkan.
JENIS PENALA
◦ 128 hz
◦ 256 hz
◦ 512 Hz
◦ 1024 Hz
◦ 2048 Hz
◦ 4096 hz
Anatomi Hidung
PEMERIKSAAN HIDUNG DARI LUAR
Inspeksi Palpasi Perkusi
1. Kerangka dorsum 1. Dorsum nasi: krepitasi, 1. Bila palpasi
nasi: deformitas (fraktur) menimbulkan reaksi
1. Lebar (polip nasi) 2. Ala nasi: sangat sakit yang hebat maka
2. Miring (fraktur) pada furunkel dapat diganti dengan
3. Saddle nose pada vestibulum nasi perkusi
Lues 3. Regio sinus Frontalis:
4. Lorgnet nose menekan lantai sinus
pada abses frontalis, dengan ibu
septum nasi jari tekan ke arah
2. Luka-luka, warna mediao-superior,
udem, ulkus naso- dengan tenaga yang
labial optimal dan simetris
3. Bibir atas: maserasi 4. Sinus maksilaris:
akibat sekresi dari syarat-syarat seperti di
sinusitis, adenoiditis atas, tetapi jangan
tekan pada foramen
infra orbitalis sebab
ada N. Orbitalis
RINOSKOPI ANTERIOR
Alat Cara pemakaian spekulum
Meatus Nasi
Septum Nasi
Medius
BENTUK
◦ Kalor
◦ Rubor
◦ Dolor
◦ Functio laesa
◦ tumor
DAERAH SINUS FRONTALIS DAN
MAXILLARIS
◦ Nyeri tekan
◦ Nyeri ketuk
VESTIBULUM
◦ Ulkus
◦ Bulu hidung
◦ Sekret
◦ Krusta
◦ furunkel
◦ Tanda radang
CAVUM NASI
◦ Bentuk
◦ Lapang/sempit
◦ sekret
◦ Mukosa pucat
◦ Mukosa hiperemis
KONKA INFERIOR
◦ Eutrofi/hipertrofi/atrofi
◦ Edema
◦ Hiperemis
◦ Mukosa pucat
◦ Benjolan
◦ Benda asing
MEATUS NASI INFERIOR
◦ Sekret
◦ polip
◦ Edema
◦ Mukosa hiperemis/pucat
◦ Benda asing
KONKA MEDIUS
◦ Eutrofi/hipertrofi/atrofi
◦ Edema
◦ Hiperemis
◦ Mukosa pucat
◦ Benjolan
◦ Benda asing
MEATUS NASI MEDIUS
◦ Terbuka/tertutup
◦ Sekret
◦ polip
◦ Benda asing
SEPTUM NASI
◦ Deviasi
◦ edema
RHINOPHARYNX
◦ Evaluasi bayangan yang tampak di rongga hidung posterior (nasofaring).
◦ Koana : atresia, sekret +/-, massa +/-
◦ Septum nasi posterior : deviasi +/-
◦ Muara tuba eustachius : terbuka/tertutup, sekret +/-, edema +/-
◦ Tuba eustachius : hiperemis+/-, edema+/-
◦ Torus tubarius : hiperemis+/-, datar/menojol,masa+/-
◦ Post nasal drip: +/- , secret, bau, warna
TUBA EUSTAHIUS
◦ Manuver Toynbee: Memijit hidung dan menelan
◦ Manuver Valsalva: Memijit hidung dan menutup mulut sambil menghembus kuat lewat
hidung
PEMERIKSAAN TRANSLUMINASI
◦ Sinus Frontalis Kanan
◦ Sinus Frontalis Kiri
◦ Sinus Maxillaris Kanan
◦ Sinus Maxillaris Kiri
TRANSLUMINASI
Dikerjakan dalam kamar gelap
Dinding faring
Arcus faring : Uvula : Tonsil : Lain-lain :
:
•hiperemis +/- •simetris / •+/-, •T?-T?, •(penemuan lain
, asimetris, •simetris / asimetris, yang penting
•letak untuk dilaporkan)
•ulserasi +/-
•licin / •hiperemis +/- ditengah / laserasi +/-
•indurasi +/-
berbenjol, , tdk,
•displacement +/-
•granul +/-, •ulkus +/-, •memanjang •resesus +/-
•post nasal •laserasi +/- +/-, •spikula +/-
drip +/- •hiperemis +/- •kripta +/-
, •eksudat +/-
•bifida +/-, •hiperemis +/-
•massa +/- •kista +/-
PEMERIKSAAN FARING
Memeriksa paresis faring
◦ Normal: bila disentuh sensitif, dijumpai refleks muntah
◦ Paresis bilateral: dijumpai tumpukan air ludah dan bila disentuh tidak sensitif dan refleks
muntah hilang
◦ Paresis unilateral: bila disentuh muncul gerakan coulisse (yang bergerak hanya faring
yang sehat)
PEMERIKSAAN MULUT
Inspeksi, perhatikan:
◦ Trismus
◦ Gerakan bibir dan sudut mulut
◦ Mukosa dan ginggiva, misalnya ada ulkus
◦ Gigi atau geraham rusak yang dapat menimbulkan sinusitis maksilaris (caries p2, p2,
m1, m2, m3) atas atau trismus yang disebabkan gigi m3 bawah miring
◦ Lidah: parese N.XII, atrofi, aftae, tumor malignan
◦ Palatum durum, radang atau tumor
BIBIR
◦ Mukosa bibir basah/kering
◦ Warna
GIGI
◦ Warna
◦ Jumlah
◦ Bentuk
LIDAH
◦ Warna
◦ Bentuk
◦ Ukuran
◦ Mukosa
◦ Massa Ankyloglosi Makroglosi
Palpasi
◦ Apakah ada edem, struma, kista, metastase, susunan abnormal
◦ Laring normal mudah digerakkan ke kanan dan ke kiri oleh pemeriksa
LARINGOSKOP INDIREK
Alat Pelaksanaan
Laringoskop fiber
Mikrolaringoskop dengan memakai
mikroskop
PEMERIKSAAN KELENJAR LEHER
◦ Teraba bila pembesaran lebih dari 1 cm.
◦ Palpasi dilakukan dari belakang penderita secara sistematis dari submental, angulus
mandibula, muskulus sternokleidomastoid, kalvikula, dan sepanjang saraf assesorius
Tenggorokan-Laring
Epiglottis Omega shape, kista, hiperemis, edema, massa