Anda di halaman 1dari 107

THT

PEMERIKSAAN FISIK TELINGA


PEMERIKSAAN FISIK TELINGA
Gambaran Membran Timpani
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Tes Pendengaran

Suara berbisik, setengah ekspirasi, pemeriksa mengucapkan materi tes.


Telinga tidak diperiksa ditutup & pasien tidak melihat bibir pemeriksa
(pemeriksa berdiri sekitar 0.6 m dibelakang pasien)
Syarat :
1. Ruangan cukup sepi, kebisingan maksimal 40 dB.
2. Ruangan cukup lebar, jarak 6 meter.
3. Materi tes disiapkan, diusahakan memakai perkataan yang digunakan
sehari-hari.
4. Pemeriksa harus terlatih mengucapkan materi tes.
Tes Garpu Tala
Prinsip tes Rinne:
Membandingkan BC dan AC
Normal: hantaran udara > hantaran tulang

Interpretasi Tes Rinne:


+ : normal/tuli sensori neural
- : tuli konduktif

Prinsip tes Weber:


Membandingkan BC kanan dan kiri

Interpretasi Tes Weber:


Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka ada beberapa kemungkinan
1. Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal
2. Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli sensory neural
3. Telinga kanan normal, kiri tuli sensory neural
4. Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat
5. Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih berat
Tes Garpu Tala

Prinsip:
Membandingkan BC pasien dan
pemeriksa

Interpretasi Tes Schwabach:


1. Schwabach memendek berarti pemeriksa masih mendengar dengungan dan
keadaan ini ditemukan pada tuli sensory neural
2. Schwabach memanjang berarti penderita masih mendengar dengungan dan
keadaan ini ditemukan pada tuli konduktif
3. Schwabach normal berarti pemeriksa dan penderita sama-sama tidak mendengar
dengungan. Karena telinga pemeriksa normal berarti telinga penderita normal juga.
• Tinta merah untuk telinga kanan,
dan tinta biru untuk telinga kiri
• Hantaran udara (Air Conduction =
AC)
• Kanan = O
• Kiri = X
• Hantaran tulang (Bone
Conduction = BC)
• Kanan = C
• Kiri = ‫כ‬
• Hantaran udara (AC)
dihubungkan dengan garis lurus
( ) dengan
menggunakan tinta merah untuk
telinga kanan dan biru untuk Audiogram Normal (Telinga Kanan) :
telinga kiri 1. AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
• Hantaran tulang (BC) 2. AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap
dihubungkan dengan garis putus-
putus ( - - - - - - - -) dengan
menggunakan tinta merah untuk Disebut terdapat air-bone gap apabila antara AC dan
telinga kanan dan biru untuk BC terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10 dB,
telinga kiri minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan.
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Interpretasi Audiometri
Anamnesis Hidung
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Rhinoskopi anterior
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Rhinoskopi anterior
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Rhinoskopi posterior

Evaluasi
Anamnesis Tenggorok
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Tenggorok
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Tenggorok
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Laringoskopi Indirek
PEMERIKSAAN LEHER
Beberapa Resep Kasus Telinga
Beberapa Resep Kasus Hidung dan Tenggorok
Materi THT
• Trauma langsung pada
auricula anterior
sering terutama pada
pegulat.
• Trauma mengakibatkan
terlepasnya perikondrium
dan kartilagonya,
pembuluh darah pecah →
hematoma
• Othematoma vs pseudo-
othematoma?

Auricular Hematome
1/3 luar
Sirkumsripta
MT masih bisa terlihat

Apabila terkena semuanya


(difusa) , MT tidak dapat dinilai
Apabila terdapat gangguan
NVII menjadi maligna
Otitis Eksterna Furunkulosa (Sirkumskripta)
• Etiologi : Staph. Aureus
• Terletak di folikel rambut atau gld.sebasea yang
tersumbat.
• Hanya terjadi di 1/3 ext canal (part kartilaginosa),
tampak adanya bisul, nyeri tekan tragus, nyeri
tarik aurikula, MT masih terlihat.

Otitis eksterna difusa (swimmer’s ear)


• Penyebab: Pseudomonas (usually), Staph albus, E.
Coli.
• Mengenai seluruh CAE, MT tidak terlihat
Terapi Otitis Eksterna
Furunkulosa/Sirkumskripta Difusa
Otitis eksterna sirkumskripta diberikan Pada otitis eksterna difus dengan
salep antibiotik dalam bentuk salep memasukkan tampon tampon
seperti polymixin B atau basitrasin. antibiotika yang mengandung campuran
(PPM Puskesmas) polimiksin B, neomisin, hidrokortison
dan anestesi topikal. (PPM Puskesmas)

Kebanyakan furunkel direabsorpsi secara


spontan, namun jika dalam 24-48 jam
bisulnya belum pecah maka dilakukan
insisi dan drainase.
Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat.
Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-
anak diberikan dosis 40-50 mg per/ kg BB.
• Nyeri telinga hebat hingga
sendi rahang→ nyeri saat
mengunyah
• Otorrhea purulent
• Dapat mengenai saraf kranial
terutama nervus VII
meskipun dapat juga
mengenai nervus kranial yang
lain kecuali nervus I, III, IV
• Kematian → jika terjadi
trombosis sinus lateralis

Terapi
Antibiotik dan debridement
agresif
Dosis dewasa:
ciprofloxacin 400 mg IV/8 jam;
750 mg PO/2 jam
Otomycosis
•Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur
•Penumpukan hifa pada MAE
Gejala
•Gatal
•Otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang
A. Candida : cotton wool
paling banyak dijumpai. B. Aspergillus niger :
•Kurangnya pendengaran dan rasa penuh newspaper appearance
pada telinga.
Faktor Resiko
•Cuaca yang lembab,
•Olahraga air
•Peningkatan pemakaian preparat steroid
dan antibiotik topikal.
Otomycosis
Pemeriksaan Penunjang Terapi
• Preparat langsung : • Ear toilet
• skuama dari kerokan kulit • Obat anti jamur topikal
liang telinga diperiksa • Nystatin → efektif untuk
dengan KOH 10 % → hifa- Candida sp.
hifa lebar, berseptum, dan • Miconazole → efektif utk
dapat ditemukan spora- Aspergillus sp.
spora kecil. • Asam asetat 2 % dalam
alkohol
• Pembiakan : → sebagai keratolytic
• Skuama dibiakkan pada • Jaga telinga tetap kering dan
media Agar Saboraud, dan cegah manuver2 pada telinga
dieramkan pada suhu kamar.
Koloni akan tumbuh dalam
satu minggu.
Cerumen Prop
Faktor Risiko
1. Dermatitis kronik liang telinga luar
2. Liang telinga sempit
3. Produksi serumen banyak dan kering
4. Adanya benda asing di liang telinga
5. Kebiasaan mengorek telinga
Tanda dan Gejala:
•Hearing impairment (deafness) → CHL
•Earache
•Reflex cough
•Fullness in the ear
•Tinitus – vertigo
Tatalaksana
• Serumen lembek → bersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
cotton applicator
• Serumen yang keras → dikeluarkan dengan cerumen hook/scoop
• Serumen yang tidak bisa dikeluarkan → dilunakkan dengan tetes
carbogliserin 10% selama 3 hari
• Serumen yang terdorong jauh ke dalam liang tenlinga → irigasi air
hangat sesuai suhu tubuh (KONTRAINDIKASI PADA MEMBRAN
TIMPANI PERFORASI)
Indikasi untuk mengeluarkan serumen
•Sulit untuk melakukan evaluasi membran timpani
•Otitis eksterna
•Oklusi serumen dan bagian dari terapi tuli konduktif.

Serumen dianjurkan dikeluarkan setiap 6-12 bulan


Corpus alienum telinga
TATALAKSANA
• Benda hidup : harus dimatikan
terlebih dahulu, dapat menggunakan
coccos oil, atau tampon basah ditets
dengan rivanol atau anestesi lokal
selama 10 menit.
• Ekstraksi dengan menggunakan alat (di
slide selanjutnya.
Otitis Media

Akut : < 3 minggu


Subakut : 3 minggu – 2
bulan
Kronik : > 2 bulan
STADIUM OKLUSI
• Fungsi tuba terganggu, terjadi retraksi timpani
• Gejala dan tanda : penurunan pendengaran, sensasi
penuh di telinga, TIDAK ADA DEMAM, membrane
timpani retraksi dan suram
• Perbaiki fungsi tuba : tetes hidung HCl efedrin 0,5-1%
(atau oksimetazolin 0,025 – 0,05%)

STADIUM HIPEREMIS/PRESUPPURATIVE
• Patogen masuk dan menjadi radang di telinga tengah
• Gejala stadium oklusi + muncul demam tinggi, MT
tampak hiperemis dan terdapat kongesti.
• Antibiotik 10 -14 hari: ampicillin 4x500 mg, amoxcicilin
3x500 mg, eritromisin 4x500 mg, dosis anak
menyesuaikan
STADIUM SUPURATIF
• Pus terbentuk di telinga tengah.
• Gejala semakin memberat, nyeri telinga
hebat,demam, tampak bulging dan hiperemis.
• Miringotomi + grommet dilanjut antibiotik
STADIUM PERFORASI
• Tekanan meningkat → ruptur MT
• Gejala dan tanda : nyeri telinga berkurang, demam
berkurang, tampak perforasi dan keluar cairan dari
telinga.
• Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari, antibiotik
adekuat yang tidak ototoksik seperti ofloxacin tetes
telinga sampai 3 minggu.

STADIUM RESOLUSI
• Cairan yang keluar
berkurang, penurunan
pendengaran tipe CHL.
• Perforasi semakin menutup
• Tx : cukup observasi

Glue Ear Dry Ear


Komplikasi

Intra-temporal : mastoiditis,
petrositis, labirintitis, paralisis
nervus VII

Intra-cranial : extradural
abcess, brain abcess, sigmoid
thrombophlebitis, meningitis
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
• Radang kronis telinga tengah dengan perforasi membrane timpani
dan riwayat keluarnya secret dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan,
baik terus-menerus atau hilang timbul.
• Etiologi : campuran aerob (pseudomonas, s.aureus, S. epidermidis),
anaerobic (prevotella, porphyromonas)

Cholesteatoma
Attic = pars flaccida
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Benigna Maligna
Perforasi Central Attic or marginal
Discharge Intermiten Kontinu
Mukopurulen/purulent Selalu purulent
+/- Putih/kekuningan +Kekuningan/kecoklatan/kehijauan

Kolesteatoma Sangat jarang Hampir selalu ada


Tuli Konduksi – ringan sampai Konduksi atau mix – Ringan
sedang sampai berat
Complication Sangat jarang Sering

Cholesteatoma : apabila ditemukan masa granulasi pada telinga


atau ditemukan adanya discharge berbau sangat busuk dan ada
jaringan granulasi yang keluar dari telinga.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Prinsip Terapi
• OMSK benigna : konservatif atau medikamentosa
– Sekret aktif :
• Aural toilet H2O2 3% selama 3-5 hari.
• Setelah berkurang tetesi antibiotik lokal yang non ototoksik maksimal 2
minggu.
• Berikan pula antibiotik oral golongan penisilin, ampisilin, eritromisin
sebelum hasil tes resistensi diterima
– Sekret tenang:
• Observasi selama 2 bulan
• Bila membran timpani belum menutup, dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti
• OMSK maligna : pembedahan
– Mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti
– Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, dilakukan insisi abses
sebelum mastoidektomi
– Terapi medikamentosa hanyalah sementara sebelum pembedahan
Otosklerosis
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di
daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran
suara ke labirin dengan baik
Terjadi bilateral, perempuan lebih sering, usia 11-45 tahun
Penyebab belum dapat dipastikan, beberapa faktor yang mempengaruhi faktor keturunan dan
gangguan sirkulasi pada stapes
Gejala dan tanda klinis
• Penurunan pendengaran progresif
• Tinnitus dan Vertigo
• Membran timpani kemerahan akibat pelebaran pembuluh darah pada promontorium
(Schwarte’s sign/flemmingo pink sign)
• Pasien merasa pendengaran lebih baik pada ruang bising (Paracusis Willisi)
Terapi
• Stapedektomi, stapes diganti bahan prostesa
• Pemberian Alat Bantu Dengar (ABD)
Flemmingo Pink Sign
Tuli Sensorineural (SNHL)
Gejala klinis
• Penurunan pendengaran progresif, simetris
• Tinnitus nada tinggi
• Pasien dapat mendengar suara percakapan tetapi sulit memahaminya, terutama
bila diucapkan dengan latar belakang bising (Cocktail party deafness)
• Bila intensitas ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga akibat faktor kelelahan
(recruitment)
Diagnosis
• Tes pelana didapat tuli sensorineural
• Pemeriksaan audiometri nada murni didapat hasil tuli saraf nada tinggi, bilateral
dan simetris
• Pemeriksaan audiometri nada tutur menunjukkan gangguan diskriminasi wicara
(speech discrimination)
Presbikusis Noise Induced Hearing Loss
• Tuli sensorineural • Akibat pajanan bising yang cukup keras dalam
• Usia > 65 tahun waktu yang cukup lama
• Bilateral • Pemeriksaan audiometri nada murni didapat
• Akibat proses degenerasi tuli sensori neural pada frekuensi 3000-6000
Hz, terberat pada 4000 Hz
• Pencegahan dengan mengusahakan bising <
85dB

Gradually slopping downward pattern “Noise notch” pada 4000 Hz


Vertigo
• Vertigo : Gejala dimana penderita merasa dirinya berputar
terhadap sekeliling (vertigo subyektif) atau sekeliling berputar
terhadap dirinya (vertigo obyektif)
• Vertigo (true vertigo/vestibuler) lebih sering akibat lesi aparatus
vestibularis, “dizziness” (non vestibuler) biasanya akibat kelainan
sirkulatorik atau psikoneurotik
• Vertigo sering terjadi pada gangguan keseimbangan. Vertigo
merupakan gejala penting gangguan vestibuler
Etiologi Vertigo
Otologi Neurologi Interna Psikiatri
•24-61% kasus •23-30% kasus •+/- 33% karena •> 50% kasus
• Benigna • Gangguan gangguan kardio • Klinik dan
Paroxysmal serebrovaskuler vaskuler laboratorik : dbn
Positional batang otak/ •tekanan darah • Depresi
Vertigo (BPPV) serebelum •Aritmia kordis •Fobia
•Meniere • Ataksia karena •Penyakit •Anxietas
Desease neuropati koroner •Psikosomatik
•Parese N VIII •Gangguan visus •Infeksi
Uni/bilateral • Gangguan •hiperglikemia
•Otitis Media serebelum • Intoksikasi Obat:
• Gangguan sirkulasi Nifedipin,
LCS Benzodiazepin,
•Multiple Xanax,
sklerosis
•Malformasi Chiari
•Vertigo servikal
Jenis Vertigo
Gejala Vertigo Perifer Vertigo Sentral
Onset Mendadak Tersembunyi
Intensitas Berat Ringan -Sedang
Munculnya Episodik Konstan
Durasi Singkat Panjang
Eksaserbasi posisi Berat Ringan
Nistagmus Horizontal atau torsional Vertikal,
horizontal,
torsional
Romberg- test mata
• Terbuka Normal Abnormal
• Tertutup Abnormal Abnormal
Gejala Neurologis Jarang Sering
Vertigo Perifer
Vertigo Central
Kriteria Diagnosis BPPV
a. Recurrent vertigo vestibuler
b. Durasi serangan < 1 menit
c. Gejala dipicu oleh beberapa perubahan posisi kepala
seperti :
- Berbaring atau
- Miring pada posisi supine
- atau minimal 2 dari manuver berikut
- reclining the head
- rising up from supine position
- bending forward
d. Dx pemeriksaan : dix hallpike
Dix-Hallpike Manuver Epley
SEMONT BRANDT & DAROFF
EXCERCISES
Meniere Disease
Disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum
Trias Meniere :
• Vertigo (Periodik yang semakin mereda pada serangan berikutnya)
• Tinnitus
• Tuli sensorineural terutama nada rendah
Px penunjang :
Tes Gliserin → Pasien diberi minuman gliserin 1,2cc/kgBB setelah
diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa ulang, bila
menunjukan perbaikan bermakna menunjukan adanya hidrops
endolimfa
Terapi : Simtomatik vertigo, diuretik, pengaturan diet (hindari garam,
coklat, kafein)
Terapi Simptomatik Vertigo
Anti kolinergik
• Sulfas Atropin : 0,4 mg IM
• Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
Simpatomimetika (agonis adrenergik dekongestan)
• Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
Menghambat aktivitas nucleus vestibuler
a. Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah
i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam
iii. Flunarizin 2x50mg
iv. Betahistine 3x6mg
b. Sedatif
i. Phenobarbital: 15-30 mg/ 6 jam
ii. Diazepam: 5-10 mg
iii. Chlorpromazin (CPZ): 25 mg
HIDUNG
Rhinitis Alergi
Dikategorikan berdasar munculnya gejala:
 Seasonal Allergic Rhinitis (SAR)/hay fever, polinosis/rino
konjungtivitis: gejalanya muncul krn trigger yang musiman,
biasanya pada negara 4 musim. Alergen: serbuk sari, spora
jamur
 Perennial Allergic Rhinitis (PAR): gejala muncul hampir
sepanjang tahun. Alergen yang sering inhalan (indoor atau
outdoor) dan alergen ingestan
Tanda dan Gejala Khas
• Rhinoskopi anterior: mukosa edem, basah,
livid, sekret encer yang banyak
• Gejala spesifik pada anak:
a. Allergic Shinner: stasis vena oleh karena
obstruksi hidung
b. Allergic sallute: gerakan gosok hidung
c. Allergic crease: garis melintang
dorsum nasi 1/3 bawah
d. Facies adenoid: karena mulut sering
terbuka
e. Cobblestone appearance: dinding
post faring granuler dan edema
f. Geographic tongue
Geographic Cobblestone Appearance
tongue

Facies adenoid Allergic Shiner Allergic Salute Allergic Crease


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sitologi hidung berguna sebagai pelengkap. Jika ditemukan eosinofil
meningkat, menunjukan kemungkinan alergen berasal
dari alergen inhalan.

Hitung eosinophil darah tepi dapat normal atau meningkat


Pemeriksaan IgE total dengan metode prist-paper radio immunosorbent test,
RAST, atau ELISA.
Uji kulit •uji intrakutan tunggal atau serial (Skin End-Point
Titration/SET), uji cukit (prick test)
•uji tempel (patch test). SET dilakukan untuk alergen
inhalan dengan menyuntikan alergen dalam berbagai
konsentrasi yang bertingkat kepekatannya.
Keuntungannya adalah selain menentukan alergen
penyebab juga dapat menentukan derajat alergi serta
dosis inisial untuk desensitisasi.
Terapi medikamentosa
H1-antagonis generasi 2 • Cetirizine 10 mg 1x1
• Loratadine 10 mg 1x1
Decongestan • Nasal: Phenylephrine 0.5% 4x2
tetes/hari (max 3-4 hari)
• Sistemik: pseudoephedrine 60 mg
2x1

Steroid • Fluticasone spray


• Mometasone spray
Leukotriene inhibitor Zafirlukast
Rhinitis Non Alergika
Drug-induced rhinitis (Rhinitis Medikamentosa):
• Using over-the-counter topical vasoconstrictive nasal sprays → prolonged
periods leads to rebound rhinitis→ severe obstruction as the effects of the
topical decongestan

Rhinitis vasomotor (idiopathic):


• Diagnosis ditegakkan jika sdh menyingkirkan sebab alergi dan non-
alerginya. Bisa dengan atau tanpa rhinorrhea. Rhinitis vasomotor
merefleksikan ketidak- seimbangan antara parasimpatis dan simpatis
shg muncul capillary leakage dan hipersekresi glandula. Biasa pada
pasien usia >60 thn. Dibagi menjadi tipe runner, sneezer, dan blocker
Rhinosinusitis
• Sinus yang paling sering terkena: sinus ethmoid dan maksilla
• Sinus maksilla disebut juga sebagai antrum Highmore, letaknya
dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke
sinus → sinus dentogen
Klasifikasi Rhinosinusitis
Akut • ≤ 4 minggu
• Bakteri penyebab: S. Pneumonia (30-50%),
H.Influenzae (20-40%), M.Catarrhalis
Subakut • 4-12 minggu
• Bakteri penyebab: S. Pneumonia (30-50%),
H.Influenzae (20-40%), M.Catarrhalis
Kronis • ≥ 12 minggu
S. Aureus (40%), P. Aeruginosa (10-25%), K.
Pneumoniae, P. Mirabilis

Rekuren ≥4x/tahun, setiap episode ≥7-10 hari, ada periode


sembuh sempurna
Epistaksis
Epistaksis Anterior Epistaksis posterior
• Perdarahan dari arteri • Perdarahan dimulai dari arteri
eithmoidalis anterior atau ethmoidalis posterior atau arteri
pleksus kisselbach sphenopalatina
• Biasanya diawali oleh trauma • Mempengaruhi pasien
atau infeksi dengan hipertensi atau
• Penanganan awal berupa arteriosklerosis
penekanan digital selama 10- 15 • Terapi: aplikasi tampon
menit. Jika perdarahan terlihat belloq/posterior selama 2-3 hari.
dapat dikauter
• Jika masih berdarah dapat
ditampon anterior 2x24 jam
• Trauma
• Inflamasi
• Kelainan anatomi
• Benda asing
lokal • Nasal spray
ANTERIOR • Inhalan kimia
• neoplasma
• operasi

EPISTAKSIS
• Kelainan vaskular
• Keganasan hematologi
• Alergi
• Malnutrisi
POSTERIOR sistemik • Alkohol
• Hipertensi
• obat
• Infeksi
PEMASANGAN TAMPON
Hal-hal yg harus diperhatikan :
• Ujung tampon tidak boleh ada yang keluar ke orofaring
• Pasang kasa + plester di anterior
• Pemasangan tampon hidung bilateral, diberi O2 yg
dihumidifikasi dan diobservasi
• Beri antibiotik profilaksis selama pemasangan tampon
• Tampon anterior dibuka setelah terpasang 48 jam, bila masih
epistaksis → pemasangan tampon kembali
• Epistaksis sangat masif → tranfusi dan infus
• Kontrol 2- 3 hari
Polip Hidung
Massa lunak dan berwarna putih/ keabu-abuan yang
terdapat pada rongga hidung. Bertangkai dengan
permukaan licin.
Epidemiologi
• Biasanya timbul di dewasa usia >20 thn dan lebih
sering di usia
➢ 40 thn
➢ menyerang pria 2-3 kali lebih besar dibandingkan
dengan wanita
Berasal dari kompleks ostio-meatal di meatus media
dan sinus ethmoid

Polip koana
• tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring
• Berasal dari sinus maxillaris
• Disebut juga polip antro-koana
Polip Hidung
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Rhinoskopi anterior → massa
• Gejala Utama berwarna pucat, berasal dari
a. Hidung tersumbat meatus medius dan mudah
b. Rinore (dari jernih sampai digerakkan
purulent) Stadium polip (Mackay dan Lund)
c. Hiposmia/anosmia ▪ Stadium 1 → polip masih terbatas
d. Nyeri pada hidung di meatus medius
▪ Stadium 2 → polip sudah keluar
e. Sakit kepala dari meatus medius, tampak di
• Gejala sekunder rongga hidung tapi belum
a. Bernapas melalui mulut memenuhi rongga hidung
b. Suara sengau ▪ Stadium 3 → polip yang massif
c. Halitosis Pemeriksaan penunjang
d. Gangguan tidur • Nasoendoskopi
• Foto polos SPN
e. Penurunan kualitas hidup • CT scan SPN
Derajat Polip Hidung (Meltzer et al)

Tampilan endoskopik Skor


Tidak tampak polip nasal 0
Tampak polip kecil di meatus 1
media
Polip multiple di meatus 2
media
Polip memenuhi meatus 3
media
Polip mengobstuksi selurih 4
cavitas nasal
Tatalaksana

Medikamentosa Operatif
• Kortikosteroid • Indikasi: anak dengan
multipel , benign polip nasi
• Intranasal. Pilihan: atau rhinosinustitis kronis
fluticasone 200 mcg 2x1, yang tidak membaik dengan
budesonide 200 mcg 2x1, terapi medis maximum
mometasone 280 mcg • Polipektomi
• Ethmoidektomi
• Anti leukotriene intranasal/ekstranasal →
• Anti alergi polip ethmoid
• Cuci hidung • Operasi Caldwell-Luc →
sinus maxilla
• ESS (Endoscopic Sinus
Surgery)
• Melebarkan celah di
meatus media →
rekurensi berkurang
Benda Asing
• Lebih sering pd anak-anak
• 2 kategori :
✓ Korpus alienum organik : lintah,
larva lalat, dll
✓ Korpus alienum anorganik : manik-
manik, kerikil, kertas, tisu, logam,
dll
• Gejala utama :
➢ Hidung tersumbat unilateral, ggn
membau
➢ Ingus mukus, mukopurulen,
berbau
➢ Benda organik dirasakan ada yg
bergerak-gerak, makin lama
bertambah tersumbat
TENGGOROKAN
Tonsilitis
• Tonsilitis adalah peradangan tonsil
palatina yang merupakan bagian
dari cincin waldeyer
• Rute penyebaran infeksi: airborne
droplets, kontak langsung
• Cincin waldeyer:
• tonsil pharyngeal (adenoid)
• tonsil palatina (faucial)
• tonsil lingual (tonsil pangkal
lidah) dan
• tonsil tuba Eustachius (lateral
band dinding faring/Gerlach’s
tonsil)
Centor score
(Group A streptococcal
Pharyngitis)
1. Eksudat tonsil
2. Pembesaran nnll.
Cervical anterior
3. Demam > 38C
4. Tidak batuk
Tonsilitis Bakterial
• Other bacterial
– Angina Plaut Vincent (stomatitis
ulseromembranosa), akibat bakteri
spirocheta atau treponema, gejala:
demam, rasa nyeri dimulut,
hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah
– Tonsilitis septik, penyebabnya
Steptococcus hemoliticus, terdapat
dalam susu sapi
Tonsilitis Difteri • Terapi
• Anti difteri serum 20.000-
• Disebabkan oleh bakteri gram 100.000 unit (40.000)
positif Corynebacterium • Antibiotik Penicillin atau
diphteriae. Eritromisin 25-50 mg/kg dibagi
• Gejala: kenaikan suhu subfebris, 3 dosis selama 14 hari
nyeri kepala, tidak nafsu makan, • Kortikosteroid 1,2 mg/kgbb/
badan lemah, nadi lambat serta hari
keluhan nyeri menelan.
• Pengobatan simptomatis
• Pemeriksaan fisik: Tonsil (antipiretik)
membengkak ditutupi bercak putih • Isolasi dan tirah baring
kotor yang melekat erat dengan selama 2-3 minggu
dasarnya, mudah berdarah, infeksi
yang menjalar ke kelenjar limfe bull
neck (+)
Tonsilitis Kronik
• nyeri tenggorok kronik, disfagi
dan pharyngotonsillar
erythema.
• Mulut berbau, pembesaran
jugulodigastric lymph nodes.
• The organisms involved are
usually both aerobic and
anaerobic mixed flora, with a
.
predominance of streptococci
Pada tonsillitis kronik permukaan
tonsil tak rata, kripte melebar,
terdapat detritus
Grading Tonsilitis
Grading disusun berdasarkan rasio tonsil terhadap jarak antar arcus
palatoglosus. Grading pembesaran tonsil adalah:

T0 tonsil masih berada dalam


fossa tonsilaris atau telah
diangkat
T1 <25% tonsil menempati
orofaring
T2 25-<50% tonsil menempati
orofaring
T3 50-<75%
T4 >75%
Tonsilektomi
Indikasi
• Tonsilitis akut rekuren ( >5x dalam setahun, min 5x serangan dalam 2 tahun
berturut,
3x serangan dalam 3 th berturut
• Tonsilitis akut rekuren dengan kejang demam atau komplikasi jantung
• Tonsilitis Kronik
• Abses Peritonsil
• OSAS
• Pembesaran tonsil asimetris

Kontraindikasi
• Gangguan pembekuan darah
• Sedang dalam infeksi akut
• Anak dibawah 3 th
• Anak dengan bb dibawah 15kg
Abses Peritonsil/Abses Quinsy
Gejala Tanda
• Demam • Palatum molle
• Malaise edematous,
• Nyeri hiperemis;
tenggorokam • deviasi uvula ke sisi
(lebih pada kontralateral;
satu sisi) • pembesaran tonsil
• Dysphagia • Trismus
• Otalgia • Drooling
(ipsilateral) • Hot potato voice
• Halitosis
• Cervical
lymphadenitis
Tatalaksana Abses Peritonsil
• Drainase
• Antibiotik
• Suportif (hidrasi
dan kontrol nyeri)
Laryngitis
Inflammation of the larynx Sign and Symptoms
Causes: • An unnatural change of voice is usually
• Most commonly due to to a viral the most prominent symptom.
infection (viral laryngitis). • Volume is typically greatly decreased
• Coughing-induced laryngitis may also occur (sometimes aphonia)
in bronchitis, pneumonia, influenza,
• Hoarseness
pertussis, measles, and diphtheria.
• Excessive use of the voice (especially • A sensation of tickling, rawness, and a
with loud speaking or singing) constant urge to clear the throat may
•Allergic reactions occur.
•Gastroesophageal reflux • Symptoms vary with the severity of the
•Bulimia inflammation.
• Inhalation of irritating substances (eg, • Fever, malaise, dysphagia, and throat
cigarette smoke or certain aerosolized pain may occur in more severe infections.
drugs) can cause acute or chronic • Laryngeal edema, although rare, may
laryngitis. cause stridor and dyspnea.
• Drugs can induce laryngeal edema, for
example, as a side effect of ACE inhibitors.
• Bacterial laryngitis is extremely rare.
Nodul Pita Suara
Kelainan ini biasanya disebabkan oleh
penggunaan suara dalam waktu lama, mis.
pada seorang guru, penyanyi dan
sebagainya.
Keluhan: suara parau, batuk.
Pemeriksaan fisik: nodul pita suara, sebesar
kacang hijau berwarna keputihan. Predileksi
di sepertiga anterior pita suara dan
sepertiga medial. Nodul biasanya bilateral.
Pengobatan:
• Istirahat bicara dan voice therapy.
• Bedah mikro - dilakukan bila dicurigai
adanya keganasan atau lesi fibrotik
Epiglotitis Akut
Etiologi: Haemophilus influenza type B
Gejala: odinofagi/disfagia, muffled
voice/ hot potato voice, riwayat ISPA,
drolling, stridor, cervical adenopathy
X-ray: thumb sign
Achalasia
• Jarang ditemukan Pemeriksaan Penunjang
• Gejala utama sulit menelan • X ray : Bird beak sign or Rat tail Sign
(disfagia)
• Usia 25 - 60 years.
• Meskipun tak bias disembuhkan
tapi gejalanya dapat dikontrol
dengan teapi yang tepat
Obstruksi Saluran Napas
Noises Definition
Stridor Suara kasar nada tinggi saat inspirasi
akibat aliran udara turbulen pada upper
airway → upper airway obstruction.
Snoring Akibat sumbatan benda padat parsial
pada faring → soft palate or tongue.
Gurgling Sumbatan parsial benda cair di upper
airway.
Lendir, Mucous, Sekret
Expiratory wheezes obstruction of lower airways.
Hoarseness Suara serak akibat irritation of, or injury
to, the vocal cords.
Klasifikasi Jackson Reese
Jackson 1 pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal,
stridor, tanpa sianosis, pasien tenang
Jackson 2 retraksi suprasternal dan epigastrium, gelisah,
sianosis ringan
Jackson 3 Retraksi suprasternal, infraclavicula, intercostal,
tampak gelisah, dan sianosis
Jackson 4 Retraksi sangat jelas, sianosis, paralisis pusat
pernapasan oleh karena hiperkarbnea,
penderita tampak tenang seperti tidur, asfiksia
Pemeriksaan Radiologi THT
Waters Sinus maxillaris, arkus
zygoma, os nasal
Schedel AP AP → sinus frontal
dan lateral Lateral → sinus frontal,
sphenoid, maxillary dan
ethmoid Waters
Schuller Mastoid lateral
Towne Dinding posterior sinus
maxillaris
Caldwell Sinus frontalis
Rhese Posterior ethmoid cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita Caldwell
Stenver Sebagian mastoid
5 signs Ca sinonasal

GEJALA NASAL

GEJALA ORBITA

GEJALA ORAL

GEJALA FASIAL

GEJALA INTRAKRANIAL
5 signs Ca nasofaring
• Kanker Kepala Leher Terbanyak
di Indonesia
• Keluhan paling awal biasanya
telinga gemrebeg karena letak
massa pada fossa rosenmuleri
Gejala telinga
Gejala hidung
Gejala leher
Gejala mata
Gejala kepala

Anda mungkin juga menyukai