Anda di halaman 1dari 6

Pemeriksaan lapang pandang menggunakan teknik pemeriksaan dasar yang dapat dilakukan

secara manual dengan tes konfrontasi, atau menggunakan alat.

Persiapan Pasien
Jelaskan pada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan respon yang diperlukan dari pasien

Peralatan
Pemeriksaan umum tidak memerlukan alat, dapat juga menggunakan target (diskus) berwarna
putih, hijau atau merah yang ditempel ke atas kayu kecil. Beberapa alat yang dapat digunakan
adalah Goldmann perimeter, tangent screen, Amsler grid, atau computerized automated
perimeter.[1,2]
Posisi Pasien
Pasien diposisikan duduk di kursi atau di meja pemeriksaan di ruangan dengan pencahayaan
cukup. Posisi pemeriksa harus tepat di seberang pasien, dengan jarak satu lengan dari pasien.
Posisi mata pemeriksa dan pasien harus berada pada tingkat yang sama.[1,4]

Prosedural
Prosedural pemeriksaan lapang pandang menggunakan tes konfrontasi, perimetri, Amsler Grid,
tangent screen (kampimetri), serta computerized automated perimeter.
Pemeriksaan Lapang Pandang Melalui Tes Konfrontasi

Uji konfrontasi dilakukan menggunakan dua metode, static finger wiggle test dan kinetic red
target test.
Static Finger Wiggle Test:

Prosedural tes ini adalah sebagai berikut:

1. Minta kedua mata pasien untuk menatap kedua mata pemeriksa (Simultaneous Confrontation
Testing)
2. Posisikan tangan kanan dan kiri pemeriksa dengan jarak sekitar 2 feet, lateral dari telinga pasien
3. Goyangkan jari dari kedua tangan bersamaan dan gerakkan ke medial secara perlahan dan
bersamaan

4. Lakukan gerakan ini dari berbagai posisi (garis horizontal, vertical, diagonal) dan pada setiap
posisi minta pasien untuk mengatakan saat melihat jari-jari bergerak

5. Bila menemukan gangguan, periksa lebih lanjut batasan gangguannya

6. Lapang pandang mata kanan dan kiri saling bertumpang tindih, maka pemeriksaan mata
kemudian dilakukan satu per satu (Confrontation Testing). Pemeriksa menutup mata yang
berlawanan dengan mata yang ditutup oleh pasien (bila mata pasien yang tertutup kanan,
pemeriksa menutup mata kiri)
7. Minta pasien menutup mata kanan dengan tangan kanan, dan saat memeriksa mata kiri gunakan
tangan kiri

8. Lakukan pemeriksaan ulang dengan menggoyangkan jari, tapi hanya menggunakan satu tangan.
Catat batas gangguan lapang pandang pasien[1,4]

Kinetic Red Target Test:

Karena alasan yang belum diketahui, target yang berwarna seperti merah atau hijau lebih sensitif
dideteksi oleh mata pasien dibandingkan dengan warna putih. Pemeriksaan serupa dengan static
finger wiggle test tetapi menggunakan pin dengan target berwarna merah berdiameter 5 mm.[1,4]
Perimetri

Perimetri digunakan untuk mengukur lapang pandang peripheral dan sentral secara lebih detil
dan mendalam. Lapang pandang akan diukur dan digambarkan sesuai derajat, kemudian
pemeriksaan akan dilakukan menggunakan alat yang menghasilkan rangsangan stimulus
(cahaya). Pasien akan diminta respon bila stimulus sudah berada di lapang pandang mata
mereka. Terdapat dua jenis metode perimetri; statik dan kinetik. Pemeriksaan ini dapat
menggunakan Goldmann Perimeter.[1]
Tes Menggunakan Amsler Grid

Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan lapang pandang sentral atau
parasentral, misalnya pada pasien glaukoma. Pasien diminta untuk menilai mata kanan dan kiri
satu per satu, untuk melihat apakah ada daerah pada grid yang defek, hilang, gelap, atau
distorsi.[2]

Tes Menggunakan Tangent Screen (Kampimetri / Campimetry)

Tes Tangent Screen memeriksa 30° bagian sentral penglihatan, menggunakan sebuah layar hitam
yang diletakkan di depan pasien. Pada layar, terdapat jahitan/tanda berwarna putih setiap 5° yang
dapat menandakan gangguan yang lebih objektif dibandingkan tes konfrontasi.[1]
Computerized Automated Perimeter

Computerized automated perimeter adalah alat pemeriksaan mata yang canggih dan tidak
tersedia di setiap fasilitas kesehatan. Alat ini dapat dengan otomatis memeriksa lapang pandang
pasien secara statis yang dapat menggambarkan (plot) gangguan penglihatan pasien secara lebih
akurat.[2]
Hasil
Hasil dan plot dari pemeriksaan lapang pandang dapat memberi ciri-ciri lokasi gangguan dan
membantu diagnosis. Hasil normal dari pemeriksaan ini disesuaikan dengan lapang pandang
pemeriksa, lapang pandang yang sesuai dengan pemeriksa dapat dinyatakan normal. Pada
pemeriksaan manual, walau hasil normal, tetap ada kemungkinan bahwa ada gangguan lapang
pandang yang kecil, yang tidak terdeteksi oleh pemeriksa.

Gangguan lapang pandang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, mulai dari sistem
penglihatan hingga korteks otak. Berikut adalah lokasi penyebab gangguan lapang pandang dan
hasil dari pemeriksaan lapang pandang sesuai [2-4]

Defek horizontal

Oklusi/gangguan cabang dari arteri sentral retina dapat menyebabkan defek horizontal. Iskemi
saraf optik juga dapat memberi hasil yang serupa.

Kebutaan Mata (Saraf Optik)

Lesi di saraf optik dan mata itu sendiri dapat menyebabkan kebutaan total dari sebelah mata
kanan/kiri.

Bitemporal Hemianopsia (Kiasma Optik)

Lesi di kiasma optik membuat gangguan di setengah bagian temporal dari kedua mata. Lesi ini
umumnya diakibatkan oleh tumor pituitari yang perlu dikonfirmasi menggunakan CT atau MRI
otak.

Hemianopsia Homonim Kiri/Kanan (Traktus Optik)

Sebelum kiasma optik, gangguan penglihatan di traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia
di kedua mata.

Defek Kuadran Superior Homonym Kanan/Kiri (Radiasi/Penyebaran Parsial Optikus)

Lesi di lobus temporal dapat menyebabkan penekanan di bagian tertentu saraf optik, sehingga
dapat menyebabkan gangguan hanya di bagian kuadran superior homonym.

Hemianopsia Homonim Kiri/Kanan (Radiasi Optik)


Gangguan total di serabut saraf optik yang dekat dengan korteks otak dapat menyebabkan
gangguan yang serupa dengan lesi yang berada di traktus optik.

Cara Pemeriksaan :

 Pemeriksa memberikan instruksi pemeriksaan kepada pasien dengan jelas.


 Penderita menutup mata kiri dengan telapak tangan kiri, telapak tangan tidak boleh menekan
bola mata.
 Pemeriksa duduk tepat di depan pasien dalam jarak antara 60 cm, berhadapan, sama tinggi.
Pemeriksa menutup mata kanan dengan telapak tangan kanan. Lapang pandang pemeriksa
sebagai referensi (lapang pandang pemeriksa harus normal). Mata pasien melihat mata
pemeriksa.
 Objek atau ujung jari pemeriksa digerakkan perlahan-lahan dari perifer ke sentral (sejauh
rentangan tangan pemeriksa kemudian digerakan ke central)dari delapan arah pada bidang di
tengah-tengah penderita dan pemeriksa.
 Lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa.
 Kemudian diperiksa mata sebelahnya.
 Menyebutkan hasilnya:
- Lapang pandang penderita luasnya sama dengan lapang pandang pemeriksa.
- Lapang pandang penderita lebih sempit dari lapang pandang pemeriksa (sebutkan di daerah
mana yang mengalami penyempitan)

Kisi– kisi Amsler merupakan gambar kotak – kotak kecil atau kisi pada selembarkertas yang
dipakai untuk menguji lapangan pandang sentral 20°. Amsler grid diamati oleh masing– masing
mata secara terpisah pada jarak baca 30 cm dan dengan memakai kacamatabaca jika pasien memang
memakainya. Pasien melihat ke bagian tengah gambar tersebut danmelaporkan bila melihat
garis – garis yang mengalami distorsi bergelombang atau daerahyang tidak terlihat. Mata yang
satu dibandingkan dengan mata sebelahnya.Alat ini paling sering dipakai untuk menguji fungsi
makula. Sebuah skotoma ataudaerah yang tak terlihat sentral maupun parasentral dapat
menunjukkan penyakit makulaatau nervus optikus. Garis – garis yang mengalami distorsi
bergelombang ( metamorfopsia )dapat menunjukkan eema makula atau cairan submakula

Pemeriksaan Fluoresein

Pemeriksaan fluoresein dilakukan untuk menilai adanya defek pada kornea, caranya adalah

 Mata ditetes pantocain 0.5% 1 tetes pada mata yang ingin diperiksa
 Zat warna fluoresein diteteskan pada mata yang ingin diperiksa (1 tetes)
 Zat warna yang diirigasi dengan menggunakan aqua bides atau larutan garam fisiologik sampai
airmata tidak berwarna hijau lagi
 Kornea dilihat dengan seksama dengan memakai lampu biru apakah ada yang berwarna hijau
atau tidak.

Intepretasi

 Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat defek pada epitel kornea
 Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat yang mengakibatkan kerusakan pada
epitel kornea.

Tonometri aplanasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan tekanan intra ocular dengan menghilangkan
pengaruh kekakuan sclera dengan mendatarkan permukaan kornea.
. Pada tonometer Aplanasi Goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali 10 dikonversi
dalam mmHg tekanan bola mata. Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan sclera
karena pada tonometer ini pengembangan dalam mata 0.5 mm 3 sehingga tidak terjadi
pengembangan sclera yang berarti. Pada tonometer schiotz , pergerakan cairan bola mata
sebanyak 7-14 mm3 sehingga kekakuan sclera memegang peranan dalam penghitungan tekanan
bola mata
Alat :

 Slit lamp dengan sinar biru

 Tonometer Aplanasi

 Flouresein strip

 Obat anastesi local


Teknik :

 Mata yang akan diperiksa diberi anastesi topical pantocain 0.5%

 Pada mata tersebut ditempelkan kertas flouresein yaitu pada daerah limbus inferior. Sinar
oblik warna biru disinarkan dari slit lamp kedasar telapak prisma tonometer Aplanasi
Goldmann

 Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada slitlamp dan dahinya tepat
dipenyangganya.

 Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10mmHg

 Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan lahan

 Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran pada kornea yang telah
diberi flouresein terlihat bagian luar berhimpit dengan bagian dalam

 Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang member gambaran
setengah lingkaran yang berhimpit. Tekanan tersebut merupakan TIO dalam mmHg.

Nilai : dengan tonometer Aplanasi, jika TIO > 20 mmHg sudah dianggap menderita glaucoma.

Anda mungkin juga menyukai