Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Khusus untuk Glaukoma (Sidarta ilyas, 2002) 1. Tonometri Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata.

Dikenal empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intraokular yaitu: - Palpasi atau digital dengan jari telunjuk Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tiddak cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan kedua jari telunjuk diletakkan diatas bola mata sambil penderita disuruh melihat ke bawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata mengakinatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi: dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut: N: normal; N +1: agak tinggi; N +2: untuk tekanan yang lebih tinggi; N -1: lebih rendah dari normal; N -2; lebih rendah lagi, dan seterusnya. - Indentasi dengan tonometer Schiotz Teknik: penderita diminta berbaring dan matanya ditetesi pantokain 0,5% 1 kali. Penderita diminta melihat lurus ke satu titik di langit-langit, atau penderita diminta melihat ke salah satu jarinya, yang diacungkan di depan hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita. Dengan ibu jari tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan bola mata; jari kelingking tangan kanan yang memegang tonometer, menyuai kelopak inferior. Dengan demikian celah mata terbuka lebar. Perlahan-lahan tonometer diletakkan di atas kornea. Jarum tonometer akan menunjuk pada suatu angka di atas skala. Tiap angka pada skala disediakan pada tiap tonometer. Apabila dengan beban 5,5 gram (beban standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau 10 gram. Untuk tiap beban, table menyediakan kolom tersendiri. Angka skala 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 Tabel untuk tonometer Schiotz Bobot beban 5,5 gram 7,5 gram 24,4 35,8 22,4 33,0 20,6 30,4 18,9 28,0 17,3 25,8 15,9 23,8 14,6 21,9 13,4 20,1 12,2 18,5 11,2 17,0 10,2 15,6

10 gram 50,6 46,9 43,4 40,2 37,2 34,4 31,8 29,4 27,2 25,1 23,1

8,5 9,0 9,5 10,0

9,4 8,5 7,8 7,1

14,3 13,1 12,0 10,9

21,3 19,6 18,0 16,5

- Aplanasi dengan tonometer aplanasi Goldmann - Non kontak pneumotonometri 2. Gonioskopi Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma, gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Gonioskopi dapat membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup. Begitu pula dapat diperiksa apakah ada perlengketan iris di bagian perifer dan kelainan lainnya. Dengan cara yang sederhana sekali, seorang dokter dapat mengira-ngira tentang lebar sempitnya suatu sudut bilik mata depan, yaitu dengan menyinari bilik mata depan dari samping dengan sentolop. Iris yang datar akan disinari secara merata. Ini berarti sudut bilik mata depan terbuka. Apabila iris disinari sebagian, yaitu terang di bagian lampu senter tetapi membentuk bayangan di bagian lain, kemungkinan sudut bilik mata depan sempit atau tertutup. 3. Oftalmoskopi Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk memperhatikan keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. 4. Pemeriksaan Lapang Pandangan Dua cara pemeriksaan lapang pandangan yang umumnya dikenal adalah: - pemeriksaan lapang pandangan perifer lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandangan akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah. - pemeriksaan lapang sentral menggunakan tabir Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30 derajat. Justru skotoma-skotoma parasentral dalam tahap dini ditemukan dengan cara ini. Kerusakan-kerusakan dini lapang pandangan ditemukan parasentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.

Anda mungkin juga menyukai