Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

DIETETIK PENYAKIT INFEKSI DAN DEFISIENSI


Kasus HIV/AIDS

Oleh :

Tiara Puspita (201702009)


Nindy Claudia Shinta Dewi (201702019)
Dinda Yustikharini (201702030)
Farah Dhilah Irfani (201702040)
Juliana Sri Rezeki Sinaga (201702050)

PROGRAM S1 GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA
BEKASI
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atau anugrahnya pada saat ini kita
diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat melaksanakaan tugas dengan baik.
Laporan dietetik dengan kasus TB dan Gizi Buruk ini guna untuk melengkapi tugas laporan
praktikum dietetik Di STIKES MITRA KELUARGA.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekuranganya dan masih jauh dari
sempurna. Pendapat dan saran- saran dari pembaca, para ahlu dan sejawat sangat
diharapkan.

Bekasi, 13 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................2
BAB 1........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
1.1. Gambaran Umum Penyakit.............................................................................................5
1.2. Data Dasar Pasien / Soal Kasus........................................Error! Bookmark not defined.
BAB 2..........................................................................................Error! Bookmark not defined.
PROSES ASUHAN GIZI...........................................................Error! Bookmark not defined.
2.1. Bagian 1. Pengkajian Gizi................................................Error! Bookmark not defined.
A. ANAMNESIS.................................................................Error! Bookmark not defined.
B. ANTROPOMETRI..............................................................Error! Bookmark not defined.
C. BIOKIMIA.........................................................................Error! Bookmark not defined.
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIS.............................................Error! Bookmark not defined.
E. ASUPAN MAKAN..............................................................Error! Bookmark not defined.
2.2. BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI.......................................Error! Bookmark not defined.
2.3. BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI.....................................Error! Bookmark not defined.
PLANNING...........................................................................Error! Bookmark not defined.
2.5. BAGIAN 5. TINJAUAN PUSTAKA..............................Error! Bookmark not defined.
2.6. BAGIAN 6. KESIMPULAN DAN SARAN...................Error! Bookmark not defined.
a. Kesimpulan......................................................................Error! Bookmark not defined.
b. Saran................................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Pemeriksaan Biokimia...............................................Error! Bookmark not defined.


Tabel 1. 2 Tabel Klinis................................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 1. 3 Makanan Penukar.......................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 1. 4 Perencanaan Menu Makan Sehari..............................Error! Bookmark not defined.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Gambaran Umum Penyakit


AIDS (The Acquiered Immuno Deficiency Syndrome) merupakan tahap akhir
penyakit infeksi yang disebabkan oleh HIV (Human Immuno Deficiency Virus) yang dapat
menimbulkan infeksi pada sistem organ tubuh termasuk otak sehingga menyebabkan
rusaknya sistem kekebalan tubuh.
Memburuknya status gizi merupakan risiko tertinggi penyakit ini. Gangguan gizi pada
pasien AIDS umumnya terlihat pada penurunan berat badan. Ada dua tipe penurunan berat
badan pada AIDS , yaitu penurunan berat badan yang lambat dan yang cepat. Penurunan
berat badan yang cepat sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik. Penurunan berat
badan lebih dari 20% BB sulit diperbaiki dan sering mempunyai prognosa yang buruk.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya
asupan makanan, gangguan absorpsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, serta
kurangnya aktivitas fisik. Kurangnya asupan makanan disebabkan oleh anoreksia, depresi,
rasa lelah, mual, muntah, sesak napas, diare, infeksi dan infeksi saraf yang menyertai
penyakit HIV/AIDS. Karena gangguan gizi memegang peranan penting dalam patogenesis
penyakit HIV/AIDS, terapi diet dan konsultasi gizi memegang peranan penting dalam upaya
penyembuhan.

1.2. Soal Kasus


Tn. S, 33 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada mulut dan
tenggorokan. Os kesulitan menelan makanan dan minuman karena nyeri tersebut. Os juga
merasa lelah sepanjang waktu dan berat badannya sangat menurun. Os melakukan tes HIV 3
tahun lalu dan dinyatakan positif. Os belum pernah mendapat pengobatan anti retroviral
(ARV).
Os sudah diangkat amandelnya (tonsilektomi) pada usia 6 tahun dan pernah dioperasi
usus buntu (apendektomi) pada usia 17 tahun. Saat ini os tidak dapat bekerja, tetapi
sebelumnya bekerja sebagai perawat di klinik cuci darah (hemodialisis). Os memiliki riwayat
berganti-ganti pasangan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik. Suhu tubuh 37oC, tekanan
darah 120/84 mmHg, nadi 92 kali/menit, laju napas 18 kali/menit. Terlihat oral thrush pada
lidah dan mukosa pipi. Pada tenggorokan tampak eritema dan eksudat putih. Jantung normal.
Terdapat rhonkhi pada bagian bawah paru kiri. Abdomen distensi (-), nyeri tekan (-), bising
usus meningkat. Ekstremitas tidak edema.Antropometri: berat badan 68.5 kg, tinggi badan
185 cm, LILA 25 cm, dan lemak tubuh 12.5%.Pemeriksaan laboratorium: leukosit 8500/mm3,
Hb 14.2 g/dL, Ht 42 %, LED 18, Viral load 29000, CD4 153.
Riwayat gizi: Nafsu makan Os turun. Os merupakan picky eater (suka pilih-pilih
makanan), banyak sekali makanan yang tidak disukainya. BB terbesar Os 80 kg, sekitar 10
tahun lalu. Biasanya Os memiliki berat badan 75 kg (6 bulan lalu).Asupan makanan yang
biasa (sebelum nyeri pada mulut)
Sarapan/makan siang: Roti 2 potong dengan selai kacang atau stroberi, ½ gelas susu (Os
biasa bangun menjelang siang)
Makan malam : Nasi atau mie 1 piring, ayam atau ikan 1 potong sedang, teh atau kopi.
Snack : Kue kering atau keripik dengan teh atau soda.
Recall 24 jam SMRS : jus apel 1 gelas, puding 1 potong, bubur 1 mangkok, teh manis 1
gelas.
Diagnosis medis: AIDS kategori klinis C2 dengan oral thrush.
BAGIAN 1. PENGKAJIAN GIZI

A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Perawat
Diagnosis Medisn : AIDS kategori klinis C2 dengan oral thrush

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit


Keluhan utama Kolesistitis
Riwayat penyakit sekarang AIDS kategori klinis C2 dengan oral thrush
Riwayat penyakit dahulu HIV (3 tahun lalu)
Riwayat penyakit keluarga -

3. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi


Masalah Mual (x), muntah (x), anoreksia (x)
gastrointestinal
Riwayat / pola makan Asupan makanan yang biasa (sebelum nyeri pada mulut)
Sarapan/makan siang: Roti 2 potong dengan selai kacang
atau stroberi, ½ gelas susu (Os biasa bangun menjelang
siang)
Makan malam : Nasi atau mie 1 piring, ayam atau ikan 1
potong sedang, teh atau kopi.
Snack : Kue kering atau keripik dengan teh atau
soda.

Pembahasan Anamnesis :
Tn. S mempunyai keluhan nyeri pada mulut dan tenggorokan. Gejala dari HIV adalah
flu, demam, sakit kepala, kelelahan, dan ruam-ruam merah. Karena sistem kekebalan terus
menerus diserang virus, gejala-gejala dari penyakit ini akan berkembang pada seseorang. Ini
termasuk, kelelahan yang terus menerus, pembengkakan kelenjar, penurunan berat badan
yang cepat, berkeringat di malanm hari, hilangnya daya ingat dan diare (Government of
Western Australia Department of Health Public Health and Clinical Services,2013).
HIV adalah infeksi yang menyerang sistem kekebalan dan melemahkan kemampuan
tubuh untuk memerangi infeksi (Government of Western Australia Department of Health
Public Health and Clinical Services,2013).
Kesimpulan:
Pasien laki-laki dengan usia usia 33 tahun memiliki keluhan nyeri pada mulut dan
tenggorokan, kesulitan menelan makanan dan minuman, dan merasa lelah sepanjang waktu
dengan hasil diagnosa AIDS kategori klinis C2 dengan oral trush.

B. ANTROPOMETRI
1. BB : 68,5 kg
2. TB : 185 cm
3. LLA : 25 cm
4. Lemak tubuh : 12,5 %
5. IMT : 68,5 = 68,5 = 20 kg/m2
(1,85 )2 3,42
Pembahasan :
Pada perhitungan IMT Tn. S memiliki status gizi normal yaitu 20 kg/m2

Kesimpulan:
Berdasarkan hasil IMT, dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien adalah normal,
diketahui berat badan 68,5 kg, tinggi badan 185 cm, LILA 25 cm, dan lemkak tubuh 12,5%.

C. BIOKIMIA
Pemeriksaan Nilai Normal Saat kasus Keterangan
Hemoglobin 13-18 g/dl 14,2 g/dl Normal
Hematocrit 40-48 % 42 % Normal
Leukosit 3200-10.000/mm3 8.500/mm3 Normal
LED 4,5-5,5 18 Tinggi
Viral load 29.000 Normal
CD4 500-2000 sel/ μL 153 Rendah

Pembahasan :
LED adalah salah sat pemeriksaan darah rutin yang menggunakan sampel darah yang
diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam, yang bertujuan untuk
mendeteksi suatu proses peradangan, infeksi, sebagai sarana pemantauan keberhasilan
terapi dan perjalan penyakit terutama penyakit kronis misalnya arthritis rheumatoid dan
tuberkolosis. Secara umum saat penyakit radang atau infeksi tersebut makin bertambah
parah maka nilai LED semakin meningkat, sebaliknya pada saat penyakit radang atau
infeksi mulai membaik perlahan-lahan LED akan menurun (Depker RI,1989).
Pada pasien immunocompromise seperti pada pasien HIV/AIDS, terjadi suatu
keadaan adanya defisiensi imun yang disebabkan oleh defisiensi kuantitatif dan kualitatif
yang progresif dari limfosit T (T helper). Subset sel T ini digambarkan secara fenotip oleh
ekspresi pada permukaan sel molekul CD4 yang bekerja sebagai reseptor primer terhadap
HIV. Pada pasien HIV terjadi penurunan CD4 di bawah level kritis (CD4<200/ul)
sehingga pasien menjadi sangat rentan terhadap infeksi oportunistik (Basavaraju, 2016).
Pemeriksaan CD4 ini adalah indikator yang cukup dapat diandalkan untuk
mengetahui risiko terkena infeksi oportunistik. Jumlah normal CD4 berkisar antara 500-
2000 sel/μL. Setelah serokonversi, CD4 biasanya berada dalam jumlah rendah (rata-rata
700 sel/μL. (Hull, MW. et al. 2012).
Viral load pada darah perifer biasanya dipakai sebagai penanda alternatif untuk
mengetahui laju replikasi virus Akan tetapi, pemeriksaan VL kuantitatif tidak bisa
digunakan sebagai alat diagnosis, karena kemungkinan adanya positif palsu. Sehingga
biasanya, VL berkaitan dengan laju progresi menjadi AIDS, walaupun kemampuan
prediktabilitasnya masih lebih inferior dari CD4. Dengan terapi ART (anti-retroviral) yang
adekuat, VL dapat ditekan hingga mencapai tingkat tidak terdeteksi (<20-75 kopi/ μL).
Pada tingkatan ini, biasanya jumlah CD4 meningkat, dan resiko infeksi oportunistik
berkurang (Departmen of heakth and Human services, 2011).
Kesimpulan:
Hasil laboratorium menunjukan bahwa nilai Hemoglobin, Hemotokrit dan Leukosit
normal sedangkan LED tinggi, CD4 rendah dan viral load positif.

D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIS


a. Kesan umum :
b. Vital sign:
Pemeriksaan Satuan Hasil Keterangan
nilai/normal
Tekanan darah 120/80 mmHg 120/84 mmHg Normal
Nadi 60-100 x/mnt 92x/menit Normal
Respirasi 12-20x/menit 18x/menit Normal
Suhu 36,5-37,5o C 37o C Normal

Pembahasan :
Pemeriksaan fisik klinis

Pemeriksaan Nilai Rujukan Interpretasi


Nadi 60 – 100 x/menit Normal
Respirasi Dewasa 14-20 x/menit Normal
Respirasi Bayi 14-44x/menit Normal
Suhu 36-37 C Normal

Sumber : Buku panduan Praktek FK Unsoed

Kesimpulan:
E. ASUPAN MAKAN
Hasil recall 24 jam diet : SMRS
Jenis diet (RS) :
Implementasi Energi Protein (g) Lemak (g) KH (g)
(kkal)
Asupan oral 361,5 6 0 83
Kebutuhan 3.620 136 80 588
%Asupan/kebutuhan 10 % 4,41 % 0% 14,11 %

Pembahasan :
Asupan makan pasien diukur dengan metode recall 24 jam, pasien ditanyakan
tentang makanan yang dikonsumsinya selama 24 jam terakhir. Setelah itu didapatkan
hasil kandungan zat gizi secara total dari makanan yang dikonsumsi pasien. Yaitu
energi 361,5 kkal, protein 6 gram, lemak 0 gram dan karbohidrat 83 gram. Jika
dibandingkan dengan perhitungan kebutuhannya, pasien hanya memenuhi energi
sebesar 10%, protein 4,41%, lemak 0% dan karbohidrat 14,11% dari kebutuhan.
Perhitungan perbandingan ini akan menilai apakah pasien sudah mengkonsumsi zat gizi
sesuai dengan kebutuhannya atau belum. Ternyata hasil perhitungan perbandingan
menunjukkan asupan pasien mengalami kekurangan gizi dari asupan makanan.
Menurut Maretha 2009 dalam Anjani 2013 asupan makanan adalah informasi
tentang jumlah dan jenis makanan yang dimakan atau dikonsumsi oleh seseorang atau
kelompok orang pada waktu tertentu. Dari asupan makanan diperoleh zat gizi esensial
yang dibutuhkan tubuh untuk memelihara pertumbuhan dan kesehatan yang baik
(Budianto, 2009). Dalam pemeriksaan asupan makan sebelum masuk rumah sakit
metode yang digunakan adalah recall 24 jam. Prinsip dari metode recall 24 jam adalah
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam lalu.
Hal penting yang perlu diketahui pada recall 24 jam adalah data yang diperoleh
cenderung lebih kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif maka
jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat
ukuran rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang
biasa digunakan sehari-hari (Supariasa, 2002). Wawancara dilakukan sedalam mungkin
agar responden dapat mengungkapkan bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa
hari yang lalu. Agar wawancara berlangsung sistematika yang baik, maka terlebih
dahulu perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner tersebut mengarahkan
wawancara menurut urutan waktu makan dan pengeompokkan bahan makanan (Riyadi,
2001). Menurut Depkes RI (1990) bahwa klasifikasi tingkat konsumsi makanan dibagi
menjadi empatdengan cut of points sebagai berikut:
 Baik : ≥100% AKG
 Sedang :80-99% AKG
 Kurang :70-80% AKG
 Deficit : <70% AKG
Kesimpulan :
Dari perhitungan data recal 24 jam yang telah diperoleh, dihasilkan asupan zat gizi
yang rata-rata rendah. Pada tabel didapatkan hasil hasil perhitungan energi yaitu
memenuhi energy 10%, protein 4,41%, lemak 0% dan karbohidrat 14,11% dari
kebutuhan. Sehingga dapat disimpulkan makanan yang dimakan pasien dalam
kebiasaan makan nya kurang memenuhi kebutuhan gizi dalam tubuhnya sehingga
terjadi kekurangan zat gizi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diketahui

G. TERAPI MEDIS
Tidak diketahui
Pembahasan :

BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

N.I.2.1 Asupan oral tidak adekuat yang berkaitan dengan penyait HIVyang
ditandai dengan hasil recall 24 jam (energy : 10% ; protein : 4,41% ;
lemak : 0% ; karbohidrat : 14,11%)
N.C.1.4 Perubahan nilai lab terkait gizi yang berkaitan dengan penyakit HIV
yang ditandai dengan LED 18 (tinngi), viral load 29000 (terinfeksi HIV
jika >10000) dan CD4 153 (rendah)
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI
PLANNING
1. Tujuan Diet :

1) Meningkatkan asupan oral


2) Meningkatakan CD4, menurunkan LED dan viral load
3) Mempertahankan status gizi normal

2. Prinsip dan syarat :

1) Energi tinggi.Pada perhitungan kebutuhan energy,diperhatikan factor


stress,aktivitas fisik,dan kenaikan suhu tubuh
2) Protein tinggi, yaitu 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel
tubuh yang rusak.
3) Lemak cukup yaitu 20% dari kebutuhan energy total.Jenis lemak disesuaikan
dengan toleransi pasien.Apabila ada malabsorpsi lemak,digunakan lemak
dengan ikatan rantai lemak sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT).
4) Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien
5) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering
6) Hindari bahan makanan yangmerangsang pencernaan baik secara
mekanik,termik, maupun kimia

3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

BMR = (10xBB)+(6,25xTB)-(5xU)+5
= (10+68,5)+(6,25x185)-(5x33)+5
= 685 + 1.156 – 165 +5
= 2.011 kkal

a. Kebutuhan Energi = BMR x FA x FS


= 2.011 x 1,2 x 1,5
=3.620 Kkal
b. Kebutuhan Protein = 15 % x 3.620
4
= 136 gram
c. Kebutuhan Lemak = 20 % x 3.620
9
= 80 gram
d. Kebutuhan Karbohidrat = 60 % x 3.620
4
= 588 gram

4. Terapi Diet

Jenis Diet : Diet AIDS I


Bentuk Makanan : Cair
Cara Pemberian : NGT

Pembahasan preskripsi diet :


Menurut perhitungan menggunakan rumus Mifflin didapatkan hasil BMR
2.011 Kkal, Energi 3.620 Kkal, Protein 136 gram, dan Karbohidrat 588 gram.
Jeni diet yang diberikan yaitu Diet AIDS I. Diet AIDS 1 diberikan kepada
pasien infeksi HIV akut, dengan gejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan,
sesak napas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat
diberi makan. makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari
sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan
menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi
Makanan Cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau
menggunakan makanan enteral komersialenergi dan protein tinggi. Makanan ini
cukup energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C. Bila dibutuhkan lebih banyak energi
dapat ditambahkan gluksa polimer (misalnya polyjoule) (Buku Penuntun Diet,2004)

5. Rekomendasi Diet

Jenis Porsi(URT) Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)


KH 7 1225 28 0 280
LH 10 725 63 49 -
LN 5 400 30 15 40
Sayur 10 350 18 70
Buah 6 300 - 60
Gula 5 200 - 50
Minyak 6 270 - 30 -
Infus - - - - -
Jumlah 3470 139 94 500
Kebutuhan 3620 136 80 588
%pemenuhan 95,8 % 102,2 % 117,5 % 85 %

Waktu Makan Menu Bahan Makanan Porsi Jumlah (g) Kandungan

1. Maizena 1.1p 1.50 gr E : 517 kkal


2. Telur 2.1p 2.55 gr P : 26 gr
3. Tahu 3.1p 3. 100 gr L: 12 gr
4. Susu skim 4.1/2 p 4. 10 gr KH: 77 gr
06.00
5. Wortel 5. 1p 5. 100 gr
6. Bayam 6. 1p 6. 100 gr
7. Jeruk 7. 1p 7. 100 gr
8. Gula 8. 1p 8. 10 gr
9. Minyak 9. 1p 9. 5 gr

1.Maizena 1. 1p 1. 50 gr E : 439,5
2.Susu skim 2. 1p 2.20 gr kkal
3.Sari kacang 3. ½ p 3. 92,5 gr P : 22,5 gr
09.00 hijau 4. 1 ½ p 4. 150 gr L: 10,5 gr
4.Wortel 5. 1p 5. 215 gr KH: 70,5 gr
5. Strawberry 6. ½ p 6. 10 gr
6. Gula 7. 1p 7. 5 gr
7. Minyak
1. Tepung Beras 1. 2p 1. 50 gr E : 717 kkal
2. Telur 2. 2p 2. 110 gr P : 30 gr
3. Tahu 3. 1p 3. 100 gr L: 12 gr
4. Wortel 4.1p 4. 100 gr KH: 112 gr
12.00
5. Buncis 5. 1p 5. 100 gr
6. Pisang 6. 1p 6. 50 gr
7. Gula 7. 1p 7. 10 gr
8. Minyak 8. 5 gr

1. Maizena 1. 1p 1. 50 gr E : 448 kkal


2. Susu Skim 2. 1p 2. 20 gr P : 1.2 gr
3. Sari Kedelai 3. ½ p 3. 92,5 gr L: 10 gr
15.00 4. Jagung Muda 4. 1 ½ p 4. 100 gr KH: 68,4 gr
5. Alpukat 5. 1p 5. 50 gr
6. Gula 6. 1p 6. 10 gr
7. Minyak 7. 1p 7. 5 gr
1. Makaroni 1. 1p 1. 50 gr E : 492 kkal
2. Telur 2. 1 ½ p 2. 55 gr P : 18 gr
3. Tempe 3. 1p 3. 50 gr L: 13 gr
18.00 4. Wortel 4. 1p 4. 100 gr KH: 72 gr
5. Jeruk 5. 1p 5. 100 gr
6. Gula 6. ½ p 6. 5 gr
7. Minyak 7. 1p 7. 5 gr
1. Tepung Beras 1. 1p 1. 50 gr E : 523 kkal
2. Kuning Telur 2. 1p 2. 45 gr P : 21,2 gr
3. Susu Skim 3. 1p 3. 20 gr L : 12 gr
4. Tempe 4. 1p 4. 50 gr Kh : 73,4 gr
21.00 5. Wortel 5. 1p 5. 100 gr
6. Jagung Muda 6. 1p 6. 100 gr
7. Jeruk 7. 1p 7. 100 gr
8. Gula 8. 1p 8. 10 gr
9. Minyak 9. 1p 9. 5 gr
Persentase Energi = 87%
Pemenuhan Protein = 99 %
Lemak = 87 %
Karbohidrat = 80,4 %

Pembahasan pemilihan menu


Rencana Konseling/ Konsultasi Gizi
Masalah gizi Tujuan Materi konseling/konsultasi Keterangan
Asupan oral tidak Adanya peningkatan Memberikan edukasi
Menggunakan food
adekuat asupan makanan menjadi mengenai memilih
model atau leaflet
>80 % modifikasi menu

BAGIAN 4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI GIZI


Rencana Monitoring dan Evaluasi Gizi
Evaluasi/ target
Yang diukur Pengukuran
CD4, LED dan viral load Meningkatkan kadar CD4 dan
Data
Biokimia menurunkan kadar LED dan
laboratorium
viral load
Asupan makanan Menggunakan Meningkatkan asupan makanan
Diet
Recall

BAGIAN 4. TINJAUAN PUSTAKA

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome.Acquired


berarti anda dapat terinfeksi olehnya. Immune Deficiency artinya suatu kelemahan dalam
sistem tubuh yang berfungsi melawan penyakit. Syndrome artinya sekumpulan masalah
kesehatan yang menyebabkan penyakit. AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV,
Human Immunodeficiency Virus. Apabila anda terinfeksi HIV, maka tubuh anda akan
mencoba untuk melawan infeksi tersebut. Tubuh akan membentuk "antibodi", yaitu molekul-
molekul khusus untuk melawan HIV(Komisi Penanggulangan AIDS, 2011). Terdapat
beberapa klasifikasi HIV/AIDS. Adapun sistem klasifikasi yang biasa digunakan untuk
dewasa dan remaja dengan infeksi HIV adalah menurut WHO dan CDC (Center For Disease
Control and Prevention) CDC mengklasifikasikan HIV/AIDS pada remaja (>13 tahun dan
dewasa) berdasarkan dua sistem, yaitu dengan melihat jumlah supresi kekebalan tubuh yang
dialami pasien serta stadium klinis. Jumlah supresi kekebalan tubuh ditunjukkan oleh limfosit
CD4(Shriffif, 2000). Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat
pengobatan, akan berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi HIV bergantung pada
karakteristik virus dan hospes. Usia kurang dari lima tahun atau lebih dari 40 tahun, infeksi
yang menyertai, dan faktor genetik merupakan faktor penyebab peningkatan progresivitas.
Beberapa penderita mengalami gejala konstitusional, seperti demam dan penurunan berat
badan, yang tidak jelas penyebabnya. Beberapa penderita lain mengalami diare kronis dengan
penurunan berat badan. Penderita yang mengalami infeksi oportunistik dan tidak mendapat
pengobatan anti retrovirus biasanya akan meninggal kurang dari dua tahun kemudian
(Murtiastutik,2008).
Etiologi HIV-AIDS adalah Human Immunodefisiensi virus (HIV) yang meruakan virus
sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili retroviridae, subfamili lentiviridae, genus
lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk famili retrovirus yang merupakan
kelompok virus RNA yang mempunyai berat molekul 0,7 kb (kilobase). Virus ini terdiri dari 2
grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai berbagai subtipe. Diantara
kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh
dunia adalah grup HIV-1 (United States Preventive Services Task Force, 2011).
Infeksi HIV dapat menyebabkan penurunan fungsi sistem imun secara bertahap,
dimana hal itu terjadi karena Deplesi sel T pada infeksi HIV. Deplesi sel T CD4+ disebabkan
oleh beberapa hal yaitu :
 Aktivasi kronik dari sel yang tidak terinfeksi.
 Non-cytopathic (abortif) infeksi HIV mampu mengaktifkan inflammasome pathways dan
memicu bentuk kematian sel yang disebut pyroptosis.
 HIV mampu menginfeksi sel di organ limfoid (limfa, limfonodi, tonsil) dan dapat
menyebabkan destruksi progresif di jaringan limfoid.
 Terjadinya kehilangan immatur precusor sel T CD4+ karena infeksi langsung pada thymic
progenitor cells atau karena infeksi sel asesori yang mensekresikan sitokin yang penting
untuk maturasi sel T CD4+ .
 Fusi antara sel terinfeksi HIV dan tidak terinfeksi dengan pembentukan syncytia (giants
cells). Sel ini akan mati dalam waktu beberapa jam.
 Defek kualitatif sel T CD4+pada individu terinfeksi HIV asimptomatik. (Maartens, et al.
2014, Kummar, et al. 2015).
Manifestasi klinis pada orang yang terinfeksi dapat timbul paling cepat 1 sampai 4
minggu setelah pajanan. Gejala yang timbul dapat berupa malaise, demam, diare,
limfadenopati, dan ruam makulopapular. Beberapa orang mengalami gejala yang lebih akut,
seperti meningitis dan pneumonitis. Selama periode ini, kadar limfosit T CD4 yang tinggi
dapat terdeteksi di darah perifer (Sterling dan Chaisson 2010).
CDC mengklasifikasikan infeksi HIV menjadi kategori sebagai berikut (CDC 2009) :
1) Kategori A adalah infeksi HIV asimtomatik, tanpa adanya riwayat gejala maupun keadaan
AIDS.
2) Kategori B adalah terdapatnya gejala-gejala yang terkait HIV; termasuk: diare,
angiomatosis basiler, kandidiasis orofaring, kandidiasis vulvovaginal, pelvic inflammatory
disease (PID) termasuk klamidia, GO, atau gardnerella, neoplasma servikal, leukoplakia oral
(EBV), purpura trombosito-penik, neuropati perifer, dan herpes zoster.
3) Kategori C adalah infeksi HIV dengan AIDS.
4) Kategori A1, B1, dan C1 yaitu CD4 >500/ μL
5) Kategori A2, B2, dan C2 yaitu CD4 200-400/ μL.
6) Kategori A3, B3, dan C3 yaitu CD4
Secara umum, HIV dapat ditularkan melalui 3 cara yakni:27, 28 a. Melalui hubungan
seksual. Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum ditemukan. Virus
dapat ditularkan dari seseorang yang sudah terkena HIV kepada mitra seksualnya (pria ke
wanita, wanita ke pria, pria ke pria) melalui hubungan seksual tanpa pengaman (kondom).
b. Parenteral (produk darah) Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau produk
darah, atau penggunaan alat – alat yang sudah dikotori darah seperti jarum suntik, jarum
tato, tindik, dan sebagainya. c. Perinatal Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari
ibunya, penularan melalui ibu kepada anaknya. Transmisi vertikal dapat terjadi secara
transplasental, antepartum, maupun postpartum. Mekanisme transmisi intauterin
diperkirakan melalui plasenta. Hal ini dimungkinkan karena adanya limfosit yang terinfeksi
masuk kedalam plasenta. Transmisi intrapartum terjadi akibat adanya lesi pada kulit atau
mukosa bayi atau tertelannya darah ibu selama proses kelahiran. Beberapa faktor resiko
infeksi antepartum adalah ketuban pecah dini, lahir per vaginam. Transmisi postpartum
dapat juga melalui ASI yakni pada usia bayi menyusui, pola pemberian ASI, kesehatan
payudara ibu, dan adanya lesi pada mulut bayi. Seorang bayi yang baru lahir akan 21
membawa antibodi ibunya, begitupun kemungkinan positif dan negatifnya bayi tertular HIV
adalah tergantung dari seberapa parah tahapan perkembangan AIDS pada diri sang ibu.
BAGIAN 5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai