“Balanitis”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
PROGRAM S1 GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA KELUARGA
BEKASI TIMUR
2019
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Gambaran Umum Penyakit.......................................................................1
1.2 Data Dasar Pasien atau Soal Kasus...........................................................2
BAB II......................................................................................................................2
PROSES ASUHAN GIZI........................................................................................2
2.1 Pengkajian Gizi..............................................................................................2
2.1.1 Anamnesis 2
2.1.2 Antropometri 5
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Data Dasar Pasien atau Soal Kasus
Nama : Ibu A No RM : -
Umur : 29 tahun Ruang : -
Sex : Perempuan Tgl masuk : -
Pekerjaan : - Tgl kasus : -
Pendidikan : - Alamat : -
Agama : Islam Diagnosis medis : Anemia
Tabel 1. Data Dasar Pasien
Keluhan utama Mengalami pusing dan lemas serta sering kelelahan bekerja.
Riwayat penyakit
Anemia.
sekarang
Riwayat penyakit
-
dahulu
Riwayat penyakit
-
keluarga
Tabel 2. Kasus pada Pasien
2
3
BAB II
2.1.1 Anamnesis
4
Keluhan utama Mengalami pusing dan lemas serta sering kelelahan bekerja
Riwayat penyakit
Anemia.
sekarang
Riwayat penyakit
-
dahulu
Riwayat penyakit
-
keluarga
Tabel 4. Riwayat Penyakit Pasien
Pembahasan (dengan referensi ilmiah):
Anamnesis atau wawancara adalah langkah pertama dalam tata cara kerja
yang harus ditempuh untuk membuat diagnosis. Seorang dokter akan dapat
mengarahkan kemungkinan diagnostik pada seorang pasien melalui anamnesis
yang baik. (Pisklakov,S.2014). Dalam anamnesis ditanyakan bagaimana pola
makan pasien termasuk jenis – jenis kelompok pangan yang dikonsumsinya.Untuk
memudahkan menjawab pertanyaan ini, pasien bisa menyusun catatan makannya
selama 24 jam yang pelaksanaannya dapat dibantu oleh ahli gizi. Tabel diatas
merupakan tabel pertanyaan (anamnesis) bagi pengkajian diet yang terarah dan
ringkas untuk membantu mengevaluasi riwayat diet pada pasien dengan berbagai
penyakit. Dalam total Nutrition Therapy, anamnesis gizi termasuk ke dalam
Subjective Global Assessment (SGA) dan terdiri atas pertanyaan tentang
perubahan berat badan, perubahan asupan makanan, keadaan saluran cerna,
kapasitas fungsional serta penyakit yang memengaruhi kebutuhan gizi.
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel anamnesis, Ibu A usia 29 tahun diagnosa medis anemia.
Pasien tidak memiliki alergi dan pantangan makanan. Pasien mengalami pusing
dan lemas serta kelelahan bekerja.
2.1.2 Antropometri
Kesimpulan:
5
IMT = BB/(TB)2
= 48/(1,67)2
= 17,26 kg/m2 (Underweight)
Kesimpulan:
Status gizi pasien tergolong overweight yaitu 17,26 kg/m 2. Yang menandakan
bahwa pasien mengalami kekurangan berat badan.
6
darah
HB 10 gr/dL 12 – 14 Rendah
7
menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan; mengkonfirmasi an
mengidentifikasi diagnosa. Pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaannya tercatat dalam rekam medis dan akan membantu dalam
menegakkan diagnosa dan perencanaan perawatan pasien.
Kesimpulan:
Berdasarkan pemeriksaan fisik, pasien mengalami pusing dan lemas karena
mengalami anemia yang ditandai nilai hemoglobin rendah.
N.C. – 1.4 Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan anemia yang ditandai
dengan rendahnya kadar hemoglobin 10 gr/dL
1. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan energy dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
b. Menurunkan berat badan pasien agar memiliki status gizi yang normal.
c. Untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal
pada saat pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi
stres dan penyembuhan luka.
8
= (174 – 100) – 10% (174 – 100)
= 74 – 0,74
= 73 kg
Energi = 40 x BBI
= 45 x 73 = 2920 kkal
9
KH 8 1400 32 0 320
LH 11 675 77 32 0
LN 5 400 30 15 40
Sayur 7 175 7 0 35
Buah 3 150 0 0 30
Gula 1 40 0 0 10
Minyak 0,5 22,5 0 2,5 0
Infus - - - - -
Jumlah 2.862,5 146 49,5 435
Kebutuhan 2.920 182 49 361
%pemenuhan 98% 80% 101% 120%
10
E = 679 kkal daging - Paprika - 1p - 100 gr LH=Dagin
(23%/hari) sapi egg - Daging sapi - 1p - 35 gr g sapi
P = 23,4 gr tofu - Egg tofu - 1p - 100 gr LN=Egg
(13%/hari) - T. Maizena - 1p - 50 gr tofu
K = 119,5 gr - M. Wijen - ½p - 15 gr Sayur=Pap
(33%/hari) - Kecap - 1p - 5 gr rika,
L = 12,2 gr - Buah Pepaya - 1p - 100 gr Buncis
(25%/hari) Buah=
Pepaya
Gula=-
Minyak=
Minyak
wijen
Selingan Bola bola - udang - 1p - 35 gr KH=Tepun
Sore udang - Tepung Sagu - 1p - 50 gr g sagu
TOTAL : kukus - Sirup - 1p - 15gr LH=Udang
E = 262 kkal LN= -
(9%/hari) Sayur= -
P = 11 gr Buah=
(6%/hari) Gula=Siru
K = 49 gr p
(14%/hari) Minyak= -
L = 2 gr
(4%/hari)
11
Pembahasan :
Menu yang dibuat disesuaikan dengan diet yang telah diberikan kepada pasien
yaitu, diet tinggi kalori dan tinggi protein. Diet ini diberikan untuk memenuhi
kebutuhan energy dan protein, mencegah penurunan berat badan karena stress
akibat pembedahan, dan mempercepat penyembuhkan luka serta infeksi pasien.
12
Tabel 14. Monitoring dan Evaluasi Gizi
13
absropsi besi yang dipengaruhi asupan besi dan hilangnya zat besi/iron loss.
Kurangnya asupan zat besi/iron intake, penurunan absropsi, dan peningkatan
hilangnya zat besi dapat menyebabkan ketidakseimbangan zat besi dalam tubuh
sehingga menimbulkan anemia karena defisiensi besi.
Zat besi yang diserap di bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan dalam
darah bersama hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau disimpan dalam
bentuk ferritin dan transferin. Terdapat 3 jalur yang berperan dalam absropsi besi,
yaitu: (1) jalur heme, (2) jalur fero (Fe2+), dan (3) jalur feri (Fe3+).
Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri akan
memasuki sel melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan ion fero
memasuki sel dengan bantuan transporter metal divalent/divalent metal
transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk ke dalam enterosit akan
berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan digunakan dalam
proses eritropioesis. Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah untuk
reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin maupun berikatan dengan
transferin. Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar sistem
pencernaan atau berada di dalam darah. Transport transferrin dalam tubuh masih
belum diketahui dengan pasti. Kapisitas dan afinitias transferin terhadap zat besi
dipengaruhi oleh homeostasis dan kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat
besi lainnya kemudian dikeluarkan melalui keringat ataupun dihancurkan bersama
sel darah.
Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah penyebab utama hilangnya
zat besi. Sering kali perdarahan yang bersifat mikro atau okulta tidak disadari dan
berlangsung kronis, sehingga menyebabkan zat besi ikut terbuang dalam darah
dan lama-kelamaan menyebabkan cadangan zat besi dalam tubuh ikut terbuang.
Keadan-keadaan seperti penyakit Celiac, post-operasi gastrointestinal yang
mengganggu mukosa dan vili pada usus, sehingga penyerapan besi terganggu dan
menyebabkan homeostasis zat besi juga terganggu.
14
BAB III
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan (BELOM)
Pada kasus ini pasien bernama Tn. A berusia 49 tahun dengan berat badan
70 kg dan berat badan 165 cm memiliki status gizi overweight dan menderita sakit
batu ginjal dari 10 tahun yang namun tidak di operasi karena batu ginjal masih
kecil. Os mengeluh Perut nyeri sebelah kanan bawah dan kencing berdarah atau
hematuria, mual, dan tidak nafsu makan karena nyeri perut. Os diberi diet rendah
garam, rendah lemak, dan protein untuk menyembuhkan penyakit, memulihkan
keadaanya dan menormalkan status gizinya. Os diberi diet tersebut karena untuk
mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal, menormalkan
kadar kolesterol yang tinggi, dan mengurangi kadar ureum dan kreatinin hingga
batas normal.
Saran (BELOM)
Os dianjurkan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, energi cukup
untuk memperoleh berat badan dalam batas normal dan
mempertahankannya.
Os dianjurkan untuk merubah pola makannya agar lebih baik supaya status
gizinya menjadi normal.
15
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv
Lapius FKUI.
16