NYERI PERUT
1
DAFTAR ISI
BAB ...................................................................................................................... 4
SKENARIO 1 : ...................................................................................................... 4
BAB .................................................................................................................... 5
KATA KUNCI ....................................................................................................... 5
BAB ................................................................................................................... 6
PROBLEM DAN TUJUAN .................................................................................. 6
3.1 Latar Belakang ............................................................................................ 6
3.2 Tujuan .......................................................................................................... 6
BAB V ................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
4.1 PENEGAKAN DIAGNOSIS ...................................................................... 7
4.1.1 DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI ................................................ 7
4.2 PILIHAN TERAPI ............................................................................... 11
4.2.1 DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI .............................................. 11
BAB V................................................................................................................... 14
HIPOTESIS AWAL ............................................................................................ 14
5.1. Hipotesis Awal .......................................................................................... 14
BAB VI ................................................................................................................. 15
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS .......................................... 15
BAB VII ............................................................................................................... 16
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS) ................................................................ 16
BAB VIII .............................................................................................................. 17
MEKANISME DIAGNOSIS .............................................................................. 17
BAB IX ................................................................................................................. 18
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH ................................................ 18
9.1 Penatalaksanaan........................................................................................ 18
9.1.1 Medika Mentosa ................................................................................. 19
9.1.2 Non- Medika Mentosa (tidak di perlukan) ...................................... 20
9.2 Prinsip Tindakan Medis ........................................................................... 20
BAB X................................................................................................................... 21
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI .................................................................. 21
10.1 Prognosis .................................................................................................. 21
10.2 Komplikasi ............................................................................................... 21
2
10.3 Tanda Untuk Merujuk Pasien ............................................................... 21
10.4 Peran Pasien / Keluarga Untuk Penyembuhan .................................... 21
10.5 Pencegahan Penyakit .............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
3
BAB
SKENARIO 1 :
NYERI PERUT
Ibu Komang, 45 tahun mengeluh nyeri perut yang hilang timbul seperti
melilit terutama saat akan BAB sejak 1 hari yang lalu.
4
BAB
KATA KUNCI
Setelah membaca dan memahami skenario 1 yang berjudul “nyeri perut” dapat di
temukan beberapa kata kunci sebagai berikut :
1. Nyeri perut
2. Melilit saat BAB (hilang timbul)
3. 1 hari yang lalu
5
BAB
6
BAB V
PEMBAHASAN
4.1 PENEGAKAN DIAGNOSIS
4.1.1 DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI
4.1.1.1 Anamnesa manifestasi klinis atau Gejala
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar
kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika
Serikat, insidens kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per
tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Di
seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun. Di
Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari
tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada kasus diatas ditemukan beberapa gejala yang mengarah pada diare
yaitu frekwensi diare yang lebih dari biasanya yaitu tiga kali dalam sehari
kemarin dan 2 kali hari ini. Selain itu juga ditemukan perubahan konsistensi
feses yaitu feses menjadi encer. Sesuai dengan literatur bahwa diare adalah
suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari.
Diare secara umum, berdasarkan lama onset penyakit, dibagi menjadi
dua macam yaitu diare akut dan diare kronis. Diare akut adalah diare yang
terjadinya mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Gejalanya
antara lain: tinja cair, biasanya mendadak, disertai lemah dan kadang-kadang
demam atau muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam beberapa jam
sampai beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus, infeksi
bakteri, akibat makanan. Sedangkan diare kronis adalah Diare kronis adalah
diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare. Pada kasus diatas,
7
onset diare yang timbul adalah selama 2 hari sehingga kasus diatas
merupakan diare akut.
Diagnosa penyebab diare dapat dilihat salah satunya melalui
karakteristik feses. Pada kasus diatas feses cair, berwarna kekuningan,
terdapat ampas, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Dengan tidak adanya
lendir dan darah pada feses maka salah satu diagnosa banding pada hipotesa
yaitu disentri dapat digugurkan. Pada diare akibat disentri akan ditemukan
lendir dan darah pada feses.
Gejala lain yang ditemukan adalah demam, perut melilit, mual, muntah.
Demam dirasakan tidak terlau tinggi atau meriang selama 2 hari. Pada
demam tifoid, kenaikan suhu akan dirasakan lebih tinggi pada sore
menjelang malam hari dan pada pagi hari demam akan cenderung turun. Hal
ini tidak terjadi pada kasus diatas, maka diagnosis banding berupa demam
tifoid mungkin dapat digugurkan. Selain itu juga terdapat gejala perut melilit
saat BAB, hal ini biasanya ditemukan pada diare infeksi. Pasien juga
mengeluh muntah 1x sebanyak ¼ gelas, selain itu pasien juga merasakan
mual pada perutnya. Dengan adanya dua gejala ini terdapat kecurigaan
adanya gastroenteritis.
Diare karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa pengulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan pada tubuh yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan kimiawi berupa
asidosis metabolik yang lanjut. Kehilangan cairan dapat menyebakan haus,
berat badan menurun, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Pada pasien ini tidak
didapatkan rasa haus dan masih mau makan dan minum. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa diare akut yang dialami pasien tanpa disertai dehidrasi
atau kekurangan cairan. Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami
8
dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada
tanda-tanda dehidrasi.
Pada anamnesa riwayat pribadi didapatkan adanya faktor resiko
terjadinya diare yaitu kurangnya hygenitas/kebersihan diri dan pola hidup.
Faktor resiko yang berhubungan dengan kebersihan diri dan pola hidup pada
pasien ini meliputi jarang mencuci tangan saat makan dan bahan makanan
yang dimasak tidak dicuci dahulu. Hal ini meningkatkan resiko masuknya
bakteri penyebab diare kedalam tubuh.
4.1.1.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penting pada kasus diare meliputi pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan lokalis pada region abdomen dan pemeriksaan
adanya tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi
tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas dan suhu axilla. Pemeriksaan
tekanan darah dan frekuensi nadi cukup penting untuk mengetahui ada
tidaknya dehidrasi yang mengarah pada syok. Syok yang dapat terjadi pada
diare akut adalah syok hipovolemik yaitu berkurangnya volume darah di
dalam tubuh yang dapat berujung pada kematian, dimana syok hipovolemik
menjadi penyebab kematian terbesar akibat diare akut. Tanda-tanda syok
adalah menurunnya tekanan darah dibawah normal dengan diikuti
meningkatnya frekuensi nadi. Pada kasus diatas tekanan darah pasien adalah
100/60 mmHg atau hipotensi (dibawah 120/80 mmHg). Namun adanya
tekanan darah yang rendah pada pasien tidak diikuti dengan kenaikan
frekuensi nadi, dimana frekuensi nadi pada pasien masih di ambang normal
yaitu 80x/menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa diare pada pasien tidak
disertai dehidrasi maupun syok hipovolemik.
Pada pegukuran suhu axilla pasien, didapatkan demam subfebris
yaitu sebesar 37.5 C. Demam yang timbul dapat dikarenakan reaksi infeksi
maupun dehidrasi ringan, namun karena dari hasil anamnesa manifestasi
klinis dan pemeriksaan tidak didapatkan dehidrasi maka kenaikan suhu dapat
disebabkan karena reaksi infeksi (inflamasi). Pemeriksaan TTV berupa
9
frekuensi pernafasan juga penting dalam mendiagnosa adanya komplikasi
diare seperti terjadinya ketidakseimbangan asam basa (asidosis).
Pemeriksaan region abdomen meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Pada inspeksi tidak tampak adanya distensi abdomen, pada
palpasi tidak didapatnya nyeri tekan atau massa. Pada perkusi normal
tympani. Pada auskultasi didapatkan bising usus yang meningkat. Hal ini
adalah temuan yang abnormal, dimana adanya bising usus yang meningkat
menandakan peningkatan motilitas usus yang mengarah pada diagnosa diare.
Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi pada pasien dewasa meliputi
suhu akral, penampakan luar kantong sekitar mata dan turgor kulit. Pada
dehidrasi berat maka akan didapatkan akral dingin dan kering, turgor kulit
kembali lambat > 2 detik, serta kantong mata cekung. Pada pasien ini tidak
ditemukan kelainan-kelainan diatas. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat dehidrasi pada kasus diatas.
4.1.1.3 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang pada yang dilakukan pada pasien ini meliputi
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan feses dan urinalisa. Dalam
penegakan diagnosis diare, pemeriksaan yang penting adalah darah lengkap
dan feses. Pada pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan feses tidak
ditemukan adanya kelainan atau hasil yang abnormal. Kadar leukosit pada
pasien ini masih termasuk normal yaitu 4000, dapat dimungkinkan tidak
adanya infeksi bakterial. Pemeriksaan mikroskopik feses diperlukan untuk
mencari ada tidaknya organisme penyebab diare misal adanya organisme
shigella atau amoeba. Pada literature pemeriksaan laboratorium pada
penyakit diare meliputi: pemeriksaan tinja, makroskopis dan mikroskopis,
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas laksmus dan tablet clinlinitest
bila diduga intoleransi gula, bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi, pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah
dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat dengan
pemeriksaan analisa gas darah, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
10
untuk mengetahui faal ginjal, pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium,
kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare
yang disertai kejang. Evaluasi laboratorium pasien diare infeksi dimulai dari
pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran/tinja biasanya tidak
mengandung leukosit, jika ada, dianggap sebagai inflamasi kolon baik
infeksi maupun non infeksi . Sampel harus diperiksa sesegera mungkin
karena neutrofil cepat berubah. Sensitivitas leukosit feses (Salmonella,
Shigella, dan Campylocbacter) yang dideteksi dengan kultur feses bervariasi
dari 45%-95% tergantung jenis patogenya. Pasien dengan diare berdarah
harus dilakukan kultur feses untuk EHEC 0157:H7. Pasien dengan diare
berat, deman, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia
darah, natrium kalium, klorida ureum, kreatin, analisa gas darah, dan
pemeriksaan darah lengkap
4.2 PILIHAN TERAPI
4.2.1 DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI
4.2.1.1 Medikamentosa
Penalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi simptomatik,
seperti rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat diteruskan
selama beberapa hari sebelum dilakukan evaluasi lanjutan pada pasien tanpa
penyakit yang berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan
leukosit pada fesesnya. Penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa antara
lain meliputi:
Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, empat hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit, cairan
Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonic ditambah
satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml.
b. Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai dengan cairan
yang dikeluarkan.
11
c. Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang dewasa dapat dipilih oral
atau i.v.
d. Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada
akhir jam ke-3 setelah awal pemberian.
Terapi simptomatik, obat antidiare bersifat simptomatik dan diberikan
sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Beberapa golongan
antidiare: Antimotilitas dan sekresi usus, turunan opiat, Difenoksilat,
Loperamid, Kodein HCl, Antiemetik: Metoklopramid, Domperidon.
Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam upaya pencegahan,
higienitas, sanitasi lingkungan
Pasien ini terdiagnosa sebagai diare akut tanpa dehidrasi, maka
pemberian rehidrasi cairannya dapat dilakukan secara oral yaitu dengan
minum air putih yang dicampur dengan oralit terutama setiap kali sehabis
diare. Oralit disini diperlukan untuk mengganti elektrolit tubuh yang hilang.
Pemberian asupan oral air putih yang cukup dianggap penting untuk
menghindari terjadinya dehidrasi lebih lanjut. Hal ini juga dipilih
dikarenakan pasien masih bisa minum dengan baik.
Terapi simtomatik pada pasien ini meliputi pemberian norit,
neodiatabs dan attapulgit. Pemberian obat-obatan ini dimaksudkan untuk
mengatasi keracunan yang menyebabkan diare, mengurangi sekresi usus dan
mengurangi motilitas usus dengan harapan frekuensi diare semakin rendah,
konsistensi diare dapat semakin padat dan mengurangi keluhan melilit di
perut saat buang air besar. Selain itu, diberikan pula analgetik dan antipiretik
golongan OAINS yaitu paracetamol untuk menurunkan demam dan meriang
sekaligus untuk mengurangi rasa sakit akibat perut yang melilit. Pasien juga
diberikan vitamin c guna meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan
penyakit dan meningkatkan stamina guna memperbaiki keadaan umum
pasien.
12
4.2.1.2 Non Medikamentosa
Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum
dan khusus/imunisasi. Termaksut cara umum antara lain adalah peningkatan
hygiene dan sanitasi karena peningkatan higiene dan sanitasi dapat
menurunkan insiden diare, jangan makan sembarangan terlebih makanan
mentah, mengonsumsi air yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu,
mencuci tangan setelah BAB dan atau setelah bekerja.
Terapi non medikamentosa pada pasien ini meliputi edukasi cuci
tangan, cuci bahan makanan dan cuci alat makanan secara bersih. Hal ini
penting guna mempercepat penyembuhan dan mengurangi terjadinya diare
ulang serta mencegah penularan penyakit.
13
BAB V
HIPOTESIS AWAL
5.1. Hipotesis Awal
Berdasarkan skenario 1”nyeri perut” dapat diketahi beberapa kemungkinan
yang dapat terjadi, yaitu :
1. Diare / Giardia
2. Disentri
3. Typus
14
BAB VI
15
BAB VII
16
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
1. Nyeri perut
2. Mual Diffential Diagnosis
3. Muntah 1. Apendisitis
4. Demam 2. Tifus
5. Feses cair 3. Disentri
6. Feses berampas
7. Feses kekuningan
Diagnosis Akhir:
Diare Non
Dehidrasi
17
BAB IX
18
Selain itu, cairan yang bersifat stimulan, diuretik, atau memiliki efek purgatif juga
tidak cocok untuk rehidrasi, misalnya kopi, teh herbal, minuman herbal lainnya.
9.1.1 Medika Mentosa
a. Oralit
Oralit adalah larutan untuk merawat diare. Larutan ini sering disebut
rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai komposisi campuran Natrium klorida,
kalium klorida, glukosa anhidrat dan natrium bikarbonat. Larutan rehidrasi oral
ini mempunyai nama generik oralit dan larutan ini sekarang dijual dengan
berbagai merek dagang seperti Alphatrolit®, Aqualyte®, Bioralit® dan
Corsalit®.
Tujuannya adalah untuk mencegah dehidrasi. Terdapat dua jenis oralit,
yaitu oralit dengan basa sitrat (LGOS) dan oralit basa bikarbonat (LGOB).
b. Norit
Norit adalah obat yang sering digunakan untuk mengobati diare, selain
oralit. Diare menyebabkan seseorang buang air lebih banyak dari biasanya,
tekstur feses jadi lebih cair, disertai gejala sakit perut, tubuh lemah, perut kram
dan kembung bahkan mual dan muntah.
Norit ini terbuat dari karbo aktif atau carbo activus yang bersumber dari
tumbuh-tumbuhan yang diaktifkan secara kimia sehingga menghasilkan arang
aktif. Bahan ini memiliki kekuatan absorpsi (penyerapan) yang kuat sehingga
bisa menyerap berbagai zat dengan mudah.
Obat ini tidak bekerja dengan membunuh, menghalangi, atau
menetralisasi bakteri atau penyebab diare lainnya. Melainkan menyerap zat
berbahaya atau zat asing yang ada di saluran pencernaan.
c. Paracetamol (jika perlu)
Untuk obat pereda rasa sakit, meski tidak dapat mengobati diare, dokter akan
meresepkannya jika diare disertai demam dan nyeri. Contohnya adalah
paracetamol atau ibuprofen.
19
d. Vit C (250/500 mg)
Untuk memulihkan kadar vitamin di dalam tubuh sama dengan halnya lebih
banyak mengkonsumsi air mineral didalam tubuh jika kekurangan akan
menimbulkan rasa lelah dan dehidrasi .
9.1.2 Non- Medika Mentosa (tidak di perlukan)
20
BAB X
21
a. Ikut menjaga kebersihan dirumah, mulai dari mencuci makanan sblum
dimakan, membersihkan toilet, dan membersihkan pekarangan rumah.
b. Membantu mengingatkan hal hal yang akan menimbulkan terjadinya
penyakit tersebut dan membantu agar rutin minum obat obatan yang sudah
ada dari resep dokter.
c. Mengurangi kebisingan di rumah.
10.5 Pencegahan Penyakit
a. Monitoring dan edukasi
Periksa keadaan secara berkala selama terapi rehidrasi, untuk
memastikan larutan oralit ditoleransi secara baik, dan tanda dehidrasi tidak
memburuk. Setelah 4 jam, lakukan penilaian kembali tingkat dehidrasi,
untuk memutuskan tindakan apa yang selanjutnya mesti dilakukan.
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral,
penularannya dapat dicegah dengan menjaga kebersihan pribadi yang
baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan
khususnya selama mengolah makanan untuk mencuci bahan makanan ,dan
mencuci perlatan masak terlebih dahulu.Karena makanan dan air
merupakan penularan yang utama, ini harus diberikanperhatian khusus.
Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atauair
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi.
Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan
yang diambil daridanau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit
sebelum dikonsumsi.Semua buah dan sayuran harus dibersihkan
menyeluruh dengan air yangbersih (air rebusan, saringan, atau olahan)
sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atauhewan yang tidak diolah tidak
dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua
daging dan makanan laut harus dimasak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius,
tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini,
vaksin yang tersediaadalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin
kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan
untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi
22
imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70
% efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru
juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan
memberikan efeksamping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah
tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan
memberikan efikasi yang mirip dengan duavaksin lainnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Faure, C. (2013). Role of Antidiarrhoeal Drugs as Adjunctive Therapies for
Acute Diarrhoea in Children. International Journal of Pediatrics, 2013, 1–
14. Di akses di ( https://doi.org/10.1155/2013/612403 )
2. Kemenkes RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
3. Rohmaningtyas, poncorini, eti, dkk. 2018. Komunikasi dokter-pasien.
Online. http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2018/08/KOMUNIKASI-DOKTER-PASIEN-2018-smt-
7.pdf. Diakses (23 september 2019)
4. Wedayanti Kunti Putu Desak.2017.Pbl Gastoenteritis Akut.Jurnal
Kepanitraan Klinik Madya Bagian / SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.1(1):14-15.
5. World Health Organization (WHO). Pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit. Tim Adaptasi Indonesia, Diare Akut. Jakarta: WHO Indonesia; 2009.
24