Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Patofisiologi, WOC Dan ASKEP Diare

Dosen Pembimbing :
Ns. Rahmi Ramadhan M.Kep

Oleh kelompok 5 :
1. Elnita sari
2. C. hendrawan zalukhu
3. Melda juliani
4. Nanda ardila
5. Silvy trifepri yenti

Program studi ilmu keperawatan


Fakultas ilmu kesehatan
Universitas sumatera barat
Tahun 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima

kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa

bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuk Alung, 22 mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
Definisi.........................................................................................................................................4
Penyebab Diare :..........................................................................................................................5
1. Diare Akut.........................................................................................................................5
Diare Kronis.................................................................................................................................7
Patofisiologi.................................................................................................................................8
1. Beban osmotik...................................................................................................................9
2. Peningkatan sekresi dan penurunan penyerapan...............................................................9
3. Berkurangnya waktu kontak dengan area permukaan....................................................10
Tanda dan Gejala.......................................................................................................................10
Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................10
Komplikasi.................................................................................................................................11
Penatalaksanaan Medik..............................................................................................................12
WOC..........................................................................................................................................13
Asuhan Keperawatan (Askep)...................................................................................................14
Diare Pendekatan SDKI, SLKI, SIKI........................................................................................14
Pengkajian..................................................................................................................................14
Diagnosa Keperawatan..............................................................................................................15
Intervensi keperawatan..............................................................................................................15
Implementasi Keperawatan........................................................................................................18
Evaluasi Keperawatan................................................................................................................18
BAB III..........................................................................................................................................19
PENUTUP.....................................................................................................................................19
Kesimpulan................................................................................................................................19
Saran...........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar Belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan


konsistensi tinja (menjadi cair) disertai peningkatan frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali/ hari) disertai perubahan, dengan atau tanpa darah dan atau lendir.
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti Indonesia, karena masih sering timbul dalam bentuk Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan disertai dengan kematian yang tinggi.1,2 Meskipun sebagian besar
episode diare pada masa kanak-kanak ringan, namun pada kasus akut dapat menyebabkan
kehilangan cairan dan dehidrasi signifikan yang dapat menyebabkan kematian atau
konsekuensi berat lainnya jika cairan tidak diganti pada tanda pertama diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih ) dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan
dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit,
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI,
2011).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pemetaan kejadian
diare di lingkungan.
C. Tujuan makalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum Untuk memperoleh gambaran pemetaan kejadian diare.


2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagi berikut :
a. Untuk mengetahui usia dari pasien yang mengalami penyakit diare.
b. Untuk mengetahui jenis kelamin dari pasien yang mengalami penyakit diare.
c. Untuk mengetahui tempat tinggal dari pasien yang mengalami penyakit diare
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Diare didefinisikan sebagai awitan tiba-tiba 3 kali atau lebih buang air besar per hari.
Diare akut pada masa kanak-kanak biasanya disebabkan oleh infeksi pada usus halus atau
usus besar. Namun, banyak gangguan lain yang juga dapat menyebabkan diare seperti
sindrom malabsorpsi dan berbagai enteropati. Diare dengan onset akut biasanya sembuh
sendiri, namun dapat juga berlangsung lama.
Berdasarkan durasinya, episode diare secara klasik dibedakan menjadi akut (kurang
dar 14 Hari) dan kronis atau persisten (lebih dari 14 Hari).
Penyebab Diare :
1. Diare Akut
Penyebab diare akut yang paling umum adalah infeksi virus, bakteri, dan parasit.
Bakteri juga dapat menyebabkan keracunan makanan akut. Penyebab lainnya adalah
penggunaan beberapa jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan diare.
2. Diare wisatawan atau Traveler’s Diarrhea
Diare wisatawan biasanya disebabkan oleh strain ETEC  (enterotoksigenik E. coli )
yang menghasilkan racun penyebab diare, yang didapatkan saat mengunjungi wilayah atau
negara tertentu.
Racun yang dihasilkan oleh ETEC menyebabkan diare tiba-tiba, kram perut, mual,
dan terkadang muntah. Gejala ini biasanya terjadi 3-7 hari setelah tiba di luar negeri dan
umumnya mereda dalam waktu 3 hari. Kadang-kadang, bakteri atau parasit lain dapat
menyebabkan diare pada wisatawan seperti Shigella, Giardia, dan Campylobacter.
3. Gastroenteritis virus
Gastroenteritis virus atau infeksi virus pada lambung dan dudenum adalah penyebab
paling umum dari diare akut di seluruh dunia. Gejala gastroenteritis virus biasanya hanya
berlangsung 48-72 jam dan meliputi Mual Muntah, Kram perut, dan Diare. Tidak seperti
enterokolitis,pada  pasien dengan gastroenteritis virus biasanya tidak terdapat darah atau
nanah dalam tinja mereka dan hanya mengalami sedikit demam.
Gastroenteritis virus dapat terjadi dalam bentuk sporadis pada satu individu atau
dalam bentuk epidemi pada kelompok individu. Diare sporadis mungkin disebabkan oleh
beberapa strain virus yang berbeda  sedangkan Penyebab paling umum dari diare epidemik
adalah infeksi virus yang dikenal sebagai calicivirus dengan genus norovirus.
4. Enterokolitis bakterial
Bakteri  biasanya menyerang usus kecil dan usus besar dan menyebabkan
enterokolitis  atau radang usus kecil dan usus besar. Enterokolitis bakteri ditandai dengan
tanda-tanda peradangan seperti darah atau nanah dalam tinja, demam, nyeri perut, dan diare.
Campylobacter jejuni adalah bakteri paling umum yang menyebabkan enterokolitis akut.
Bakteri lain yang menyebabkan enterokolitis antara lain Shigella, Salmonella, dan EPEC.
Bakteri ini biasanya masuk karena minum air yang terkontaminasi atau makan makanan yang
terkontaminasi seperti sayuran, unggas, dan produk susu.
Clostridium difficile juga merupakan infeksi nosokomial  yang paling sering
menyebabkan diare. Sayangnya, infeksi juga meningkat di antara orang-orang yang tidak
pernah minum antibiotik atau dirawat di rumah sakit. strain yang menghasilkan toksin yang
menyebabkan enterokolitis hemoragik. Wabah enterokolitis hemoragik yang terkenal di AS
yang ditelusuri dari daging giling yang terkontaminasi dalam hamburger sehingga sering
disebut kolitis hamburger.
Sebagian kecil pasien yang terinfeksi E. coli, terutama anak-anak dapat mengalami
hemolytic uremic syndrome (HUS), suatu sindrom yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa penggunaan agen anti-diare yang berkepanjangan atau
penggunaan antibiotik dapat meningkatkan kemungkinan perkembangan HUS.
5. Keracunan Makanan
Keracunan makanan biasanya disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
Toksin menyebabkan sakit perut, kram dan muntah, dan menyebabkan usus mengeluarkan
air dalam jumlah besar yang menyebabkan diare. Pada beberapa bakteri, toksin diproduksi di
dalam makanan sebelum dimakan, sedangkan pada bakteri lain, toksin diproduksi di usus
setelah makanan dimakan.
Staphylococcus aureus adalah contoh bakteri yang menghasilkan racun dalam
makanan. Biasanya, makanan yang terkontaminasi Staphylococcus seperti salad, daging, atau
sandwich dengan mayones dibiarkan tidak didinginkan pada suhu kamar semalaman.
Clostridium perfringens adalah contoh bakteri yang berkembang biak dalam makanan seperti
makanan kaleng, dan menghasilkan toksin di usus setelah makanan yang terkontaminasi
dimakan.
6. Parasit
Infeksi Giardia lamblia terjadi pada individu yang mendaki gunung atau bepergian ke
luar negeri dan ditularkan melalui air minum yang terkontaminasi. Infeksi amuba
atau amoebiasis biasanya terjadi selama perjalanan ke luar negeri ke negara-negara
berkembang dan dikaitkan dengan tanda-tanda peradangan, darah atau nanah dalam tinja dan
demam.
Cryptosporidium adalah parasit penyebab diare yang disebarkan oleh air yang
terkontaminasi karena dapat bertahan dari klorinasi. Cyclospora adalah parasit penyebab
diare yang dikaitkan dengan raspberry yang terkontaminasi dari Guatemala.
7. Obat obatan
Beberapa jenis obat seperti antasida dan suplemen magnesium dapat menyebabkan
diare. Diare akibat obat obatan biasanya muncul segera setelah pengobatan dengan obat
tertentu dimulai.

B. Diare Kronis

1. Sindrom iritasi usus


Sindrom iritasi usus atau Irritable bowel syndrome (IBS) adalah penyebab fungsional
diare atau sembelit. Secara fisik, peradangan biasanya tidak ada di usus yang terkena. Hal ini
mungkin disebabkan oleh beberapa masalah mendasar yang berbeda, tetapi diyakini bahwa
penyebab paling umum adalah sensitifitas dan aliran cepat isi usus melalui usus besar.
2. Penyakit Infeksi
Beberapa penyakit infeksi dapat menyebabkan diare kronis, misalnya Giardia
lamblia. Pasien dengan AIDS sering mengalami infeksi kronis pada usus mereka yang
menyebabkan diare. Pertumbuhan bakteri usus yang berlebihan. Bakteri yang merupakan
flora normal pada kolon dapat menyebar dari usus besar dan masuk ke usus kecil. Ketika ini
terjadi, dapat menjadi pemicu terjadinya diare.
3. Pasca infeksi
Setelah infeksi virus, bakteri, atau parasit akut, beberapa individu dapat mengalami
diare kronis. Hal ini diperkirakan terjadi karena potensi pertumbuhan mikroorganisme usus
yang berlebihan.  Mereka juga ditemukan memiliki kelainan, baik mikroskopis atau
biokimia  yang menunjukkan bahwa mungkin ada peradangan.
4. Penyakit radang usus
Penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD) seperti Penyakit Crohn
dan kolitis ulseratif, yaitu penyakit yang menyebabkan radang usus kecil atau usus besar,
umumnya menyebabkan diare kronis.
5. Kanker usus besar
Kanker usus besar dapat menyebabkan diare atau sembelit. Jika kanker menghalangi
jalannya feses, biasanya akan menyebabkan konstipasi. Diare atau sembelit yang disebabkan
oleh kanker biasanya bersifat progresif, yaitu menjadi semakin parah.
6. Malabsorpsi karbohidrat
Malabsorpsi karbohidrat adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap
gula. Malabsorpsi gula yang paling sering terjadi adalah laktosa atau intoleransi susu, di
mana produk susu yang mengandung gula susu atau laktosa menyebabkan diare. Laktosa
tidak dipecah di usus karena tidak adanya enzim usus yaitu laktase yang biasanya memecah
laktosa menjadi komponen gula galaktosa dan glukosa. Jika tidak dipecah, laktosa tidak
dapat diserap ke dalam tubuh. Laktosa yang tidak tercerna menarik air melalui osmosis ke
dalam usus besar.
Selain itu, laktosa juga dicerna oleh bakteri usus besar menjadi gas hidrogen dan
metana serta bahan kimia yang mendorong retensi atau sekresi cairan di usus besar, dan pada
akhirnya menyebabkan diare.
7. Malabsorpsi lemak
Malabsorbsi lemak bisa disebabkan karena kurangnya sekresi pankreas yang
dibutuhkan untuk metabolisme lemak seperti pada pankreatitis atau kanker pankreas. Bisa
juga di sebabkan oleh penyakit pada lapisan usus kecil yang mencegah penyerapan lemaks
eperti penyakit celiac.
Lemak yang tidak tercerna masuk ke usus besar tempat bakteri mengubahnya menjadi
zat yang menyebabkan peningkatan sekresi air oleh usus halus dan usus besar dan pada
akhirnya menyebabkan diare.
C. Patofisiologi

Pada kondisi normal usus halus dan kolon menyerap 99% cairan yang dihasilkan dari
asupan oral dan sekresi saluran gastrointestinal, jumlah cairan total sekitar 9 dari 10 L setiap
hari. Jadi, pengurangan kecil saja yaitu sekitar 1% penyerapan air usus atau peningkatan
sekresi dapat meningkatkan kadar air yang signifikan untuk menyebabkan diare.
Beberapa mekanisme dasar yang paling umum adalah peningkatan beban osmotik,
peningkatan sekresi/penurunan penyerapan, serta penurunan waktu kontak/luas permukaan.
Pada banyak gangguan, lebih dari satu mekanisme aktif. Misalnya, diare pada penyakit
radang usus disebabkan oleh peradangan mukosa, eksudasi ke dalam lumen, dan dari
berbagai sekretagog dan toksin bakteri yang mempengaruhi fungsi enterosit.
1. Beban osmotik
Diare terjadi ketika zat terlarut yang tidak dapat diserap dan larut dalam air tetap
berada di usus dan menahan air. Zat terlarut tersebut antara lain polietilen glikol, garam
magnesium hidroksida, sulfat, dan natrium fosfat. Diare osmotik terjadi pada intoleransi gula
seperti intoleransi laktosa yang disebabkan oleh defisiensi laktase. Hexitols seperti sorbitol,
manitol, xylitol atau sirup jagung fruktosa tinggi, yang digunakan sebagai pengganti gula
dalam permen, dan jus buah, dapat menyebabkan diare osmotik karena hexitols diserap
dengan buruk.Laktulosa, yang digunakan sebagai pencahar, menyebabkan diare dengan
mekanisme serupa. Mengonsumsi makanan tertentu secara berlebihan  dapat menyebabkan
diare osmotik.
2. Peningkatan sekresi dan penurunan penyerapan
Diare terjadi ketika usus mengeluarkan lebih banyak elektrolit dan air daripada yang
bisa diserap. Penyebab peningkatan sekresi antara lain infeksi, lemak yang tidak diserap,
obat-obatan tertentu, dan berbagai secret intrinsik dan ekstrinsik.
Infeksi adalah penyebab paling umum dari diare sekretori. Infeksi yang
dikombinasikan dengan keracunan makanan adalah penyebab paling umum dari diare akut
dengan durasi <4 hari. Kebanyakan enterotoksin memblokir pertukaran natrium-kalium yang
merupakan kekuatan pendorong penting untuk penyerapan cairan di usus kecil dan usus
besar. Lemak makanan dan asam empedu yang tidak diserap seperti pada sindrom
malabsorpsi dan setelah reseksi ileum dapat merangsang sekresi kolon dan menyebabkan
diare.
Obat-obatan dapat merangsang sekresi usus secara langsung, misalnya quinidine,
kina, colchicine, katartik antrakuinon, minyak jarak, dan prostaglandin. Atau bisa juga secara
tidak langsung dengan mengganggu penyerapan lemak  seperti orlistat. Berbagai tumor
endokrin menghasilkan secretagogues, seperti vipomas (peptida usus vasoaktif), gastrinoma
(gastrin), mastositosis (histamin), karsinoma meduler tiroid (kalsitonin dan prostaglandin),
dan tumor karsinoid (histamin, serotonin, dan polipeptida). Beberapa mediator ini seperti
prostaglandin, serotonin, dan senyawa terkait juga bisa mempercepat transit usus, transit
kolon, atau keduanya.
Gangguan penyerapan garam empedu dapat menyebabkan diare dengan merangsang
sekresi air dan elektrolit. Ciri khasnya adalah kotoran memiliki warna hijau atau oranye.
3. Berkurangnya waktu kontak dengan area permukaan
Transit usus yang cepat dan berkurangnya luas permukaan mengganggu penyerapan
cairan dan menyebabkan diare. Penyebab umum antara lain reseksi atau bypass usus kecil
atau usus besar, reseksi lambung, dan penyakit radang usus.
Penyebab lain seperti kolitis mikroskopis (kolitis kolagen atau limfositik) dan
penyakit seliaka. Hipertiroidisme juga dapat menyebabkan diare karena percepatan transit
pada saluran pencernaan. Stimulasi otot polos usus oleh obat-obatan seperti antasida yang
mengandung magnesium, pencahar, inhibitor kolinesterase, inhibitor reuptake serotonin
selektif atau agen humoral seperti prostaglandin dan serotonin juga dapat mempercepat
transit.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala utama diare adalah buang air besar yang encer dan cair tiga kali atau
lebih dalam sehari.
Tanda dan gejala lain yang bisa muncul yaitu:
 Kram
 Kehilangan kontrol buang air besar
 Mual muntah
 Nyeri perut
 Tinja berdarah
 Demam dan menggigil
 Pusing

E. Pemeriksaan Penunjang

Diare akut biasanya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang, kecuali pada pasien
dengan tanda-tanda dehidrasi, tinja berdarah, demam, sakit parah, hipotensi, atau gejala
toksik. Pemeriksaan yang biasa dilakukan meliputi darah lengkap dan pengukuran elektrolit,
nitrogen urea darah, dan kreatinin. Sampel feses harus dikumpulkan untuk pemeriksaan
mikroskopis, kultur, dan jika antibiotik telah diminum baru-baru ini, perlu dilakukan uji
toksin Clostridium difficile.
Diare kronis memerlukan evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem imun atau
mereka yang tampak sakit parah. Evaluasi diagnostik harus diarahkan oleh riwayat dan
pemeriksaan fisik. Pengujian awal harus mencakup pemeriksaan feses untuk darah samar,
lemak, elektrolit, dan antigen Giardia, hitung darah lengkap dengan diferensial, serologi
celiac (transglutaminase jaringan IgA). Pemeriksaan mikroskopis untuk telur dan parasit
harus dilakukan untuk pasien dengan riwayat perjalanan baru-baru ini dari daerah berisiko
tinggi. Pemeriksaan feses untuk Clostridium  difficile harus dilakukan pada pasien dengan
paparan antibiotik baru-baru ini atau dugaan infeksi C. difficile. Sigmoidoskopi atau
kolonoskopi dengan biopsi harus dilakukan untuk mencari penyebab inflamasi.

F. Komplikasi

Komplikasi diare yang paling umum adalah dehidrasi, yang terjadi ketika


kehilangan cairan dan mineral elektrolit secara berlebihan dari tubuh akibat diare,
dengan atau tanpa muntah.Dehidrasi sering terjadi pada pasien dewasa dengan diare akut
yang memiliki feses encer dalam jumlah besar, terutama ketika asupan cairan berkurang
berhubungan dengan mual dan muntah. Dehidrasi  juga sering terjadi pada bayi dan anak
kecil yang mengalami gastroenteritis virus atau infeksi bakteri. Pasien dengan dehidrasi
ringan mungkin hanya mengalami rasa haus dan mulut kering.
Dehidrasi sedang hingga berat dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, pingsan
atau pusing saat berdiri karena berkurangnya volume darah, yang menyebabkan
penurunan tekanan darah. Output urin berkurang, kelemahan,  syok, gagal ginjal,
kebingungan, asidosis, dan koma.
Elektrolit hilang dengan cairan ketika diare berkepanjangan atau parah, dan
defisiensi mineral atau elektrolit dapat terjadi. Defisiensi  yang paling umum terjadi
dengan natrium dan kalium, klorida dan bikarbonat.

G. Penatalaksanaan Medik

Diare  memerlukan penggantian cairan dan elektrolit baik oral atau parenteral untuk
memperbaiki dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan asidosis. Cairan parenteral yang
mengandung natrium klorida, kalium klorida, dan glukosa umumnya diperlukan. Larutan
glukosa-elektrolit oral dapat diberikan jika diare tidak parah dan mual dan muntah minimal.
Cairan oral dan parenteral kadang-kadang diberikan secara bersamaan ketika air dan
elektrolit harus diganti dalam jumlah besar.
Diare adalah gejala, bila memungkinkan  gangguan yang mendasarinya harus
diobati, tetapi pengobatan simtomatik seringkali diperlukan. Diare dapat dikurangi dengan
loperamide, difenoksilat, kodein fosfat oral, atau cairan oral paregoric (camphorated opium
tingtur). Kaolin, pektin, dan attapulgit teraktivasi dapat  menyerap cairan. Karena antidiare
dapat memperburuk kolitis C. difficile atau meningkatkan kemungkinan sindrom hemolitik-
uremik pada infeksi Escherichia coli penghasil toksin Shiga, obat ini tidak boleh digunakan
pada diare berdarah dengan penyebab yang tidak diketahui. Penggunaannya juga harus
dibatasi pada pasien dengan diare cair dan tidak ada tanda-tanda toksisitas sistemik.
H. WOC
Asuhan Keperawatan (Askep)

Diare Pendekatan SDKI, SLKI, SIKI

A. Pengkajian

Pada askep diare, fokus pengkajian meliputi: 


 Keluhan ketidaknyamanan perut, nyeri, kram, frekuensi, urgensi, feses encer atau cair,
dan sensasi usus hiperaktif.
 Evaluasi pola defekasi, penilaian pola buang air besar akan membantu pengobatan
langsung.
 Kultur feses untuk membedakan organisme etiologi potensial diare.
 Toleransi terhadap susu dan produk susu lainnya. Pasien dengan intoleransi laktosa
memiliki enzim laktase yang tidak mencukupi untuk mencerna laktosa.
 Intoleransi makanan. Makanan tertentu dapat memicu saraf usus dan menyebabkan
peningkatan peristaltik. Makanan pedas, berlemak, atau tinggi karbohidrat, kafein,
makanan bebas gula dengan sorbitol, atau makanan yang terkontaminasi dapat
menyebabkan diare..
 Pola penyiapan makanan. Diare juga dapat disebabkan oleh makanan yang tidak dimasak
dengan benar, makanan yang terkontaminasi bakteri selama persiapan, dan makanan yang
tidak dijaga pada suhu yang sesuai.
 Obat-obatan yang sedang atau telah dikonsumsi pasien. Obat-obatan tertentu seperti
pencahar dan antibiotik biasanya menyebabkan diare. suplemen magnesium dan kalsium
juga dapat menyebabkan diare.
 Perubahan pola makan. Perubahan jadwal makan dapat menyebabkan perubahan fungsi
usus dan dapat menyebabkan diare
 Perubahan pola makan. Perubahan jadwal makan dapat menyebabkan perubahan fungsi
usus dan dapat menyebabkan diare.
 Stresor saat ini. Individu tertentu merespons stres dengan hiperaktivitas saluran
pencernaan.
 Status hidrasi, seperti Masukan dan keluaran
 Kelembaban selaput lendir. Dehidrasi menyebabkan selaput lendir kering.
 Turgor kulit. Penurunan turgor kulit dan pengencangan kulit terjadi pada dehidrasi.
 Riwayat Penyakit gastrointestinal seperti gastroenteritis dan penyakit Crohn dapat
menyebabkan malabsorpsi dan menyebabkan diare kronis.
 Riwayat Perjalanan ke luar negeri, konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi, atau
minum air yang tidak diolah.
 Kaji kondisi kulit perianal. Kotoran diare mungkin sangat korosif sebagai akibat dari
peningkatan kandungan enzim.
 Periksa dampak emosional dari penyakit dan rawat inap. Hilangnya kontrol eliminasi
usus yang terjadi dengan diare dapat menyebabkan perasaan malu dan penurunan harga
diri.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Diare b/d : Inflamasi Gatrointestinal, proses infeksi, atau malabsorpsi (D.0020)


2. Hipovolemia b/d: Kehilangan cairan aktif (D.0023)
3. Risiko ketidakseimbangan Elektrolit b/d Diare (D.0037)
4. Risiko Syok b/d Kekurangan Volume Cairan (D.0039)

C. Intervensi keperawatan

1. Diare b/d : Inflamasi Gatrointestinal, proses infeksi, atau malabsorpsi (D.0020)


Luaran : Eliminasi Fekal Membaik (L.04033)
 Kontrol pengeluaran feses meningkat
 Urgensi menurun
 Nyeri abdomen menurun
 Kram abdomen menurun
 Konsistensi feses membaik
 Frekuensi defekasi membaik
 Peristaltik usus membaik
Intervensi : Manajemen Diare (I.03101)
 Identifikasi penyebab diare
 Identifikasi riwayat pemberian makanan
 Identifikasi gejala invaginasi
 Monitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinja
 Monitor tanda dan gejala hipovolemia
 Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
 Monitor jumlah pengeluaran diare
 Monitor keamanan penyiapan makanan
 Berikan asupan cairan oral, misalnya larutan gula garam, oralit, atau pedialit
 Pasang jalur kanulasi intravena (infus)
 Berikan cairan intravena jika perlu
 Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
 Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu
 Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
 Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosa
 Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
 Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
 Kolaborasi pemberian obat antispasmodik
 Kolaborasi pemberian obat pengeras feses seperti atapulgit
2. Hipovolemia b/d: Kehilangan cairan aktif (D.0023)
Luaran : Status Cairan Membaik (L.03028)
 Kekuatan nadi meningkat
 Turgor kulit meningkat
 Output Urin meningkat
 Perasaan lemah menurun
 Keluhan Haus menurun
 Konsentrasi urin menurun
 Intake cairan membaik
 Frekwensi nadi, tekanan darah, dan tekanan nadi membaik
Intervensi: Manajemen Hipovolemia (I.03116)
 Periksa tanda-tanda hipovolemia
 Monitor intake dan output cairan
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
 Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonik
 Kolaborasi pemberian cairan IV koloid
 Kolaborasi pemberian produk darah
3. Risiko ketidakseimbangan Elektrolit b/d Diare (D.0037)
Luaran: Keseimbangan Elektrolit Meningkat (L03021)
 Kadar serum elektrolit dalam batas normal
 Serum natrium meningkat
 Serum kalium meningkat
 Serum klorida meningkat
Intervensi: Pemantauan Elektrolit (I.03122)
 Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
 Monitor kadar elektrolit serum
 Monitor mual muntah dan diare
 Monitor kehilangan cairan jika perlu
 Monitor tanda dan gejala hipokalemia seperti: kelemahan otot, interval QT
memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, kelelahan,
parestesia, penurunan refleks, dan pusing.
 Monitor tanda dan gejala hiponatremia seperti: diorientasi, otot berkedut, sakit
kepala, membran mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi, dan
penurunan kesadaran.
 Monitor tanda dan gejala hipokalsemia seperti peka rangsang, tanda
chvostek(spasme otot wajah), tanda trousseau (spasme karpal), kram otot, dan
interval QT memanjang.
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan.
4. Risiko Syok b/d Kekurangan Volume Cairan (D.0039)
Luaran: Tingkat Syok Meningkat (L.03032)
 Kekuatan nadi meningkat
 Output urin meningkat
 Akral dingin, pucat, dan haus menurun
 Tekanan darah, tekanan nadi, pengisisan kapiler, dan frekwensi nadi membaik
Intervensi: Pencegahan Syok (I.02068)
 Monitor status kardiopulmonal seperti frekwensi dan kekuatan nadi, frekwensi
nafas, Tekanan darah, dan MAP
 Monitor Status Oksigenasi seperti oksimetri dan AGD
 Monitor Status cairan seperti masukan dan haluaran, turgor kulit, dan CRT
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Pasang jalur IV jika perlu
 Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin jika perlu
 Jelaskan penyebab dan faktor resiko syok
 Jelaskan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Kolaborasi pemberian cairan IV jika perlu
 Kolaborasi pemberian tranfusi darah jika perlu

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai


tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keberhasilan adalah
tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diare didefinisikan sebagai awitan tiba-tiba 3 kali atau lebih buang air besar per
hari. Diare akut pada masa kanak-kanak biasanya disebabkan oleh infeksi pada usus
halus atau usus besar. Namun, banyak gangguan lain yang juga dapat menyebabkan
diare seperti sindrom malabsorpsi dan berbagai enteropati. Diare dengan onset akut
biasanya sembuh sendiri, namun dapat juga berlangsung lama.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing


Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),

Anda mungkin juga menyukai