Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“Askep Lansia Dengan Gangguan Sistem Hematologi Anemia”

Dosen Pembimbing: Ns.Lince Amelia, M. Kep

Disusun Oleh
Kelompok 1 :

ALPONSUS INDRA
ERWIN DISHANTOSO
GABRIELE OLGA

PRODI NERS REGULER B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2020/2021
Kata pengantar

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman materi
tentang nilai-nilai keluarga, dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Keperawatan Gerontik”
Dalam proses pedalaman materi tentang Askep Lansia Dengan Gangguan Sistem
Hematologi ini tentunya kami mendapat bimbingan, arahan, koreksi, dan saran,
untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Kedua Orangtua kami, yang telah mendoakan serta mendukung sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah ini.
2. Ns.Lince Amelia, M.Kep, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik.
3. Teman-teman satu kelompok yang sudah dapat bekerja sama dalam pengerjaan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka
dari pada itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua
pihak yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan kita semua.

Kubu Raya, 20 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
D. Metode Penulisan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keperawatan Gerontik.............................................................3
1. Pengertian Keperawatan Gerontik ………………………………. 3
2. Fokus Keperawatan Gerontik …………………………………… 3
3. Tujuan Keperawatan Gerontik ………………………………….. 4
4. Pengertian Lansia ……………………………………………….. 4
5. Klasifikasi Lansia………………..………………………………. 5
6. Masalah Kesehatan Lansia ……………………………………… 5
7. Proses Menua …………………………………………………… 5
8. Perubahan-perubahan Lansia ……………………………………. 6
B. Konsep penyakit Anemia....................................................................11
1. Pengertian Anemia ………………………….……………………11
2. Patogenesis Anemia efisiensi Besi ……………………………….11
3. Batas Normal Kadar Hb dan Metode Pengukuran Hb……………12
4. Penyebab Anemia ……………………………………………….. 13
5. Gejala Anemia ……………………………………………………16
6. Dampak Anemia ………………………………………………….17
7. Pencegahan Anemia ………………………………………………17
C. Konsep Asuhan Keperawatan ………………………………….. ….17
1. Pengkajian ……………………………………………………… 17
2. Diagnosa kepeawatan yang mungkin muncul ……………………21

iii
3. Intervensi Keperawatan …………………………………………..22
BAB III Penutup
A. Kesimpulan..........................................................................................27
B. Saran....................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana suatu jumlah sel darah merah
atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya
berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5gr% dan pada wanita
sebagai hemoglobin kurang dari 12,0gr%. Definisi ini mungkin sedikit
berbeda tergantung pada sumber dan referensi laboratorium yang digunakan
[ CITATION Pro11 \l 1033 ]
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu masa anak, masa
dewasa dan masa tua. Dimana pada masa tua itu mengalami kemunduran fisik
dan psikis. Salah satu penyakit yang paling sering diderita lansia adalah
anemia yang merupakan kelainan hematologi. Prevalensinya meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
menurunnya hemoglobin pada lansia merupakan konsekuensi normal dari
pertambahan usia.
Prevalensinya anemia pada lansia meningkat secara signifikan sekitar 8-
44% setelah usia 85 tahun dan insidennya pada pria yaitu 27-40% dan wanita
16-22% sebelum usia 55 tahun, tetapi setelah usia 55 tahun anemia lebih
sering dijumpai pada pria. Penyebab anemia yang paling sering pada lansia
adalah penyakit kronik dan defisiensi besi. Dengan pertambahan usia, fungsi
fisiologis tubuh mengalami kemunduran, apalagi jika gaya hidup dan
kebiasaan makan dimasa muda kurang baik. Meskipun anemia dapat
disebabkan berbagai sebab berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
namun diketahui bahwa sebagian besar anemia di Indonesia terjadi karena
kekurangan zat besi yang merupakan mineral pembentuk hemoglobin
[ CITATION Fat10 \l 1033 ]

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “Bagaimana
Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Sistem Hematologi, Anemia”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Askep keperawatan Lansia dengan
gangguan sistem hematologi Anemia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Konsep Keperawatan Geriatrik
b. Untuk mengetahui Konsep Penyakit Anemia
c. Untuk mengetahui Konsep Dasar Askep Lansia Dengan Anemia

D. Metode Penulisan
Penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan dengan mempelajari
buku-buku referensi yang terkait Asuhan Keperwatan Lansia dengan
Gangguan Sistem Hematologi Anemia serta melalui diskusi anggota
kelompok.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keperawatan Gerontik


1. Pengertian Keperawatan Gerontik
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat
konprehensif terdiri dari bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik,
ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014).
Pengertian lain dari keperawatan gerontik adalah praktek keperawatan yang
berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987). Sedangkan
menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
keperawatan gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional
yang ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat
komprehensif terdiri dari bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan
proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Fokus Keperawatan Gerontik
a. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Upaya yang dilakukan adalah memelihara kesehatan dan
mengoptimalkan kondisi lansia dengan menjaga perilaku yang sehat.
Contohnya adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi
seimbang pada lansia, perilaku hidup bersih dan sehat serta manfaat olah
raga.
b. Pencegahan penyakit (preventif)
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena proses penuaan
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi sedini

3
mungkin terjadinya penyakit, contohnya adalah pemeriksaan tekanan
darah, gula darah, kolesterol secara berkala, menjaga pola makan,
contohnya makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsi makanan
tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan
mengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur selama 6-8 jam/24 jam.
c. Mengoptimalkan fungsi mental.
Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani, diberikan ceramah
agama, sholat berjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak) (GLO) dan
melakukan terapi aktivitas kelompok, misalnya mendengarkan musik
bersama lansia lain dan menebak judul lagunya.
d. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk pengobatan pada
penyakit yang diderita lansia, terutama lansia yang memiliki resiko tinggi
terhadap penyakit, misalnya pada saat kegiatan Posyandu Lansia
3. Tujuan Keperawatan Gerontik
a. Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dan
produktif.
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal
mungkin.
c. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia
(Life Support).
d. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit
(kronis atau akut).
e. Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin.
4. Pengertian Lansia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia BAB I pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas [ CITATION Azi11 \l
1033 ]. Penuaan merupakan proses normal yang berhubungan dengan waktu
dimulai sejak lahir hingga berlanjut sepanjang hidupnya, sedangkan usia tua
yakni fase akhir dari rentang kehidupan [ CITATION Fat10 \l 1033 ]

4
Penurunan kemampuan akal, fisik yang dimulai dengan beberapa
perubahan dalam hidup merupakan tahap akhir siklus kehidupan yang
dialami oleh lansia. Usia lanjut sebagai tahap akhir perkembangan normal
yang akan terjadi dan dialami oleh setiap individu serta tidak dapat
dihindari. Usia lanjut yakni kelompok orang yang mengalami suatu proses
perubahan secara bertahap. Lansia merupakan suatu masa transisi kehidupan
terakhir yang sebetulnya masa sangat istimewa karena tidak semua manusia
mendapatkan kesempatan berada dalam tahap ini [CITATION Sut16 \l 1033 ]
Menua bukanlah suatu penyakit, tapi proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian [ CITATION Pad13 \l 1033 ]
5. Klasifikasi Lansia
Menurut World Health Organization (WHO, 2013).
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
6. Masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada lansia Masalah-masalah
kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat perubahan sistem, antara
lain [ CITATION Azi11 \l 1033 ] :
a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain
penyakit paru obstruksi kronik, tuberkulosis, influenza dan pneumonia.
b. Lansia dengan masalah kesehatan pada system kardiovaskuler, antara
lain hipertensi dan penyakit jantung koroner.
c. Lansia dengan masalah kesehatan pada system neurologi, seperti
cerebro vaskuler accident.
d. Lansia dengan masalah kesehatan pada system musculoskeletal, antara
lain: faktur, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, gout artritis,
osteporosis.
e. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM.

5
f. Lansia dengan masalah kesehatan pada system sensori, antara lain:
katarak, glaukoma, presbikusis.
g. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain:
gastritis, hemoroid, konstipasi.
h. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan
perkemihan, antara lain: menoupause, inkontinensia.
i. Lansia dengan masalah kesehatan pada system integument, antara lain:
dermatitis seborik, pruitis, candidiasis, herpes zoster, ulkus ekstremitas
bawah, pressure ulcers.
j. Lansia dengan masalah kesehatan jiwa, seperti demensia.
7. Proses Menua
Menua atau proses menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan postur tubuh yang tidak
proporsional [ CITATION Nug121 \l 1033 ]
8. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Berikut ini merupakan beberapa perubahan yang terjadi pada lansia
menurut [ CITATION Asp141 \l 1033 ].
a. Perubahan fisiologi pada lansia :
1) Perubahan sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meningkat.

6
2) Perubahan sistem pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas silia, paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli
ukurannya melebar dan jumlahnya berkurang, kemampuan batuk
berkurang.
3) Perubahan sistem persyarafan
Berat otak menurun 10-20%, lambat dalam merespon dan waktu,
mengecilnya saraf panca indera, kurang sensitif terhadap sentuhan.
4) Perubahan sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esophagus melebar,
lambung: rasa lapar menurun, peristaltik lemah, fungsi absorbsi
melemah dan liver makin mengecil dan menurun.
5) Perubahan system urinaria
Fungsi ginjal menurun, otot-otot vesika urinaria lemah,
kapasitasnya menurun.
6) Perubahan sistem endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid
dan sekresinya tidak berubah, menurunnya aktivitas tiroid,
menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate).
7) Perubahan system indera
a) Sistem Pendengaran
Presbiakuisis (gangguan pendengaran), membran timpani
menjadi atropi, terjadinya pengumpulan serumen, pendengaran
menurun.
b) Sistem Penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar, lensa keruh, daya adaptasi
terhadap kegelapan. Lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang.
c) Sistem Perabaan
Indera peraba mengalami penurunan.

7
d) Sistem pengecap dan penghidu
Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan terhadap makanan
yang asin dan banyak berbumbu, penciuman menurun.
8) Perubahan sistem integumen
Kulit mengkerut atau keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik,
menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi pudar, kurang
bercahaya.
9) Perubahan sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) makin rapuh dan osteoporosis,
kifosis, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis.
10) Perubahan sistem reproduksi
Pada perempuan frekuensi sexual intercourse cenderung menurun
secara bertahap, menciutnya ovary dan uterus, atropi payudara,
selaput lendir vagina menurun, produksi estrogen dan progesterone
oleh ovarium menurun saat menopause. Pada laki-laki penurunan
produksi spermatozoa, dorongan seksual menetap sampai usia di
atas 70 tahun. Dorongan dan aktivitas seksual berkurang tetapi
tidak hilang sama sekali.
b. Perubahan psikososial pada lansia
1) Pensiun
Nilai seseorang diukur oleh produktivitas dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaannya. Jika seseorang pensiun, maka
akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain :
a) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).
b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan semua fasilitas).
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

8
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan
2) Merasakan atau sadar terhadap kematian.
3) Perubahan cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih
sempit).
4) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya
hidup meningkat dan penghasilan yang sulit, biaya pengobatan
bertambah.
5) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
7) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman-teman dan keluarga.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
c. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin berintegrasi dalam kehidupan. Lansia
semakin teratur dalam kegiatan beribadah. Lansia cenderung tidak
terlalu takut terhadap konsep dan realitas kehidupan Azizah dalam
Zulmi (2016).
d. Perubahan pola tidur dan istirahat
Penurunan aliran darah dan perubahan dalam mekanisme
neurotransmitter dan sinapsis memainkan peran penting dalam
perubahan tidur dan terjaga yang dikaitkan dengan faktor pertambahan
usia. Faktor ekstrinsik seperti pensiun juga dapat menyebabkan
perubahan yang tiba-tiba pada kebutuhan untuk beraktivitas dan
kebutuhan energi sehari-hari serta mengarah perubahan pola tidur.
Keadaan sosial dan psikologis yang terkait dengan faktor predisposisi
terjadinya depresi pada lansia, kemudian mempengaruhi pola tidur
lansia. Pola tidur dapat dipengaruhi oleh lingkungan, dan bukan
sepenuhnya dipengaruhi oleh penuaan (Maas, 2011).

9
6. Fungsi Perawat Gerontik
Menurut Eliopoulus (2005), fungsi perawat gerontik adalah:
a. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing
orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
b. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua).
c. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang
lain melakukan hal yang sama).
d. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan
mendorong kualitas pelayanan).
e. Notice and reduce risks to health and well being (memperhatikan serta
mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
f. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan).
g. Open channels for continued growth (membuka kesempatan lansia
supaya mampu berkembang sesuai kapasitasnya).
h. Listern and support (mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi
dukungan).
i. Offer optimism, encourgement and hope (memberikan semangat,
dukungan dan harapan pada lansia).
j. Generate, support, use and participate in research (menerapkan hasil
penelitian, dan mengembangkan layanan keperawatan melalui kegiatan
penelitian).
k. Implement restorative and rehabilititative measures (melakukan upaya
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan).
l. Coordinate and managed care (melakukan koordinasi dan manajemen
keperawatan).
m. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic
maner (melakukan pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh).

10
n. Link services with needs (memmberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan).
o. Nurture future gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli
dibidangnya).
p. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each
other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan
spritual).
q. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat
bekerja).
r. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan
dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian).
s. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan
untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).
B. Konsep Penyakit Anemia
1. Pengertian Anemia
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang
rendah dalam darah. (WHO,2015). National Institute of Health(NIH)
Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak
memiliki jumlah sel darah merah yang cukup (Fikawati, Syafiq, &
Veretamala, 2017).
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah
yang lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan
pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan
kadar hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia
yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah
merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani & Wijatmadi, 2012).
2. Patogenesa Anemia Defisiensi Besi
Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari terjadinya anemia sampai
dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik, melalui beberapa tahap :

11
a. Tahap I
Terdapat kekurangan zat besi di tempat-tempat cadangan besi (depot
ion), tanpa disertai dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan
konsentrasi besi dalam serum (SI). Pada pemeriksaan didapat kadar
ferritin berkurang.
b. Tahap II
Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang
diikuti dengan penurunan besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi)
transferrin. Pada tahap ini mungkin anemia sudah timbul, tetapi masih
ringan sekali dan bersifat normokrom normositik.Dalam tahap ini
terjadi eritropoesis yang kekurangan zat besi (iron deficient
erythropoiesis).
c. Tahap III
Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah
nyata dengan gambaran tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.
d. Tahap IV
Hemoglobin (Hb) rendah sekali. Sumsum tulang tidak mengandung lagi
cadangan besi, kadar besi plasma (SI) berkurang. Jenuh transferin turun
dan eritrosit jelas bentuknya hipokrom mikrositik.Pada stadium ini
kekurangan besi telah mencapai jaringan-jaringan.Gejala klinisnya
sudah nyata (Yuni, 2015).
3. Batas Normal Kadar Hb dan Metode Pengukuran Hb
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung
besi dalam darah.Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah
yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh.Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai
globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta
adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta
(Yuni, 2015).
Kadar hemoglobin pada setiap golongan berbeda, kadar hemoglobin
bervariasi tergantung umur dan jenis kelamin.

12
Batas Normal Kadar Hemoglobin

No Kelompok Hemoglobin (gr/dl)


1. Bayi Baru Lahir 17-22
2. Bayi 1 Minggu 15-20
3. Bayi 1 Bulan 11-15
4. Anak-anak 11-13
5. Remaja Laki-laki 14-18
6. Remaja Putri 12-16
7. Laki-laki Dewasa 14-18
8. Wanita Dewasa 12-16
9. Laki-laki Paruh Baya 12,4-14,9
10. Wanita Paruh Baya 11,7-13,8

Sumber : [ CITATION Yun15 \l 1033 ]


Beberapa metode pengukuran Hb yang dapat digunakan yaitu:
a. Pemeriksaan Hb dengan metode Sahli, dalam peggunaan metode ini Hb
dihidrolisis dengan HCL (asam klorida) menjadi globin ferrp-hem.
b. Pemeriksaan Hb dengan metode Cyanmethemoglobin, yaitu cara
pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan larutan Drabskin dan
diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu.
c. Pemeriksaan Hb dengan metode hemocue, metode ini dilakukan dengan
pengukuran optical density pada kuvet yang mempunyai kapasitas
volume sebesar 10 mikroliter oleh sinar yang berasal dari lampu
berjarak 0.133 milimeter sampai pada dinding parallel celah optis
tempat kuvet berada.
Prinsip sistem hemocue terdiri dari pembaca hemoglobin kecil portable, dan
memakai mikrocuvettes sekali pakai.
4. Penyebab Anemia
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi,
infeksi atau ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang
disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup
banyak, seperti saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan
jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang mengalami
menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan darah secara

13
perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon
juga dapat menyebabkan anemia.[ CITATION Bri14 \l 1033 ]
Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul
pada anak-anak dan remaja. Aplastic anemia terjadi bila sel yang
memproduksi butiran darah merah tidak dapat menjalankan tugasnya.Hal ini
dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat
tertentu.Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi
karena sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan
tubuh untuk memperbaharuinya. Penyebab anemia jenis ini bermacam-
macam, bisa bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia [ CITATION
Adr12 \l 1033 ]
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala
(2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab
anemia antara lain:
a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi
Peningkatan kebutuhan zat besi pada masa remaja memuncak pada usia
antara14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun
kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan
kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang untuk memperbaiki
kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada
remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak
pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi
sampai usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat besi yang
terjadi saat menstruasi.Itulah sebabnya kelompok remaja putri lebih
rentan mengalami anemia dibanding remaja putra.

b. Kurangnya Asupan Zat Besi

14
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan
buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang
berlawanan dengan tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
c. Kehamilan pada Usia Remaja
Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di
Asia Tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi.
Pernikahan dini umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana
kehamilan meningkatkan kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap
semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang
dialami remaja perempuan.
d. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara
berkembang juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan
memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi
besi.
e. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia,
remaja yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan
dalam menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih luas di
bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga
menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak
mengalami anemia di bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di
perkotaan (20,6%) .
f. Status Gizi
Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.
Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia
1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut
juga di dukung oleh studi yang di lakukan oleh [ CITATION Bri14 \l 1033 ]
bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor protektif anemia.
g. Pengetahuan

15
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan
tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada
beberpa penelitian terkait anemia ditemukan pula pada mereka yang
memiliki pengetahuan yang rendah terkait anemia.
5. Gejala Anemia
Menurut [ CITATION Yun15 \l 1033 ] menyebutkan gejala anemia sebagai
berikut:
a. Kulit pucat
b. Detak jantung meningkat
c. Sulit bernafas
d. Kurang tenaga atau cepat lelah
e. Pusing terutama saat berdiri
f. Sakit kepala
g. Siklus menstruasi tidak menentu
h. Lidah yang bengkak dan nyeri
i. Kulit mata dan mulut berwarna kuning
j. Limpa atau hati membesar
k. Penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu
6. Dampak Anemia
Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya,
terutama pada golongan rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah, remaja,
ibu hamil dan menyusui dan juga pekerja.
Menurut [ CITATION Fik17 \l 1033 ] dampak anemia sebagai berikut:
a. Menurunkan Daya tahan terhadap infeksi
Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap
penyakit infeksi dan meningkatnya kerentanan mengalami keracunan.
Pada populasi yang mengalami kekurangan zat besi, kematian akibat

16
penyakit infeksi meningkat karena kurangnya zat besi berdampak pada
system imun.
b. Mengganggu Produktivitas kerja
Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga
menyebabkan kelelahan .
c. Berdampak saat kehamilan
Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan kejadian
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan risiko kematian ibu
dan bayi perinatal. Selama kehamilan, anemia diasosiasikan dengan
peningkatan kesakitan dan kematian.Anemia tingkat berat diketahui
merupakan faktor risiko kematian ibu.Untuk janinnya sendiri, anemia
selama kehamilan dapat meningkatkan risiko BBLR, kelahiran
prematur, dan defisiensi zat besi serta anemia pada bayi nantinya.
7. Pencegahan Anemia
Anemia dapat dicegah dengan cara:
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan
nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
c. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin c (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan
nenas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dalam usus.
d. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau
memperberat anemia seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia dengan Anemia [ CITATION Kho16 \l 1033 ]
1. Pengkajian
a. Perubahan Fisik
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lansia ( Status Fungsional )

17
Menunjukkan derajat kemandirian lanjut usia yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup lanjut usia. Penilaian status fungsional
dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian:
a) Instrumen aktivitas hidup sehari – hari /activity daily living
(ADL) dengan Instrumen Indeks Barthel Modifikasi
b) Instrumental Activities of Daily Living (IADL) Lawton
c) Instrumen Penilaian Risiko Jatuh pada Pasien Lanjut Usia untuk
menilai instabilitas pada lansia.
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK
Kegiatan penapisan nutrisi menggunakan formulir ;
Instrumen Mini Nutritional Assessment(MNA)
Instrumen ini bermanfaat untuk mendeteksi adanya risiko malnutrisi
atau adanya malnutrisi pada pasien lanjut usia.
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik :
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat
kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan
mempunyai daya ingatan menurun atau melemah. Data
pendukung : Kepala terasa pusing dan nyeri.
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak.
Pupil: kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena
proses pemenuaan. Data pendukung : konjungtiva anemis.

18
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar,
tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di
bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan),
auskultasi denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena
jugularis, apakah ada keluhan pusing, edema.
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual,
muntah, kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang
dan rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah perut
kembung ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi (sembelit),
diare, dan inkontinensia alvi. Data pendukung : Nafsu makan
menurun, makan tidak pernah habis.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung
kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil),
frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasa sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan
hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas
seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban),
keutuhan luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya
jaringan parut, keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada
gangguan-gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya
tendon, gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau
tanpa bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot,
kemampuan melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
Data pendukung : Badan terasa lemah, berjalan tertatih dan
banyak istirahat.
b. Perubahan psikologis, data yang dikaji:

1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan,


2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak,

19
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan,
4) Bagaimana mengatasi stress/ depresi yang di alami (Status Afektif)
Instrumen Penilaian : Geriatric Depression Scale (GDS)
Seluruh instrumen ini bertujuan sebagai penyaring dan deteksi dini dari
adanya gangguan pada status mental dan kognitif pasien lanjut usia.
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri,
6) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
7) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah.
Instrumen penilaian :
a) Minic Cog dan clock drawing test,
b) Abbreviatedmental test (AMT) atau
c) Yang lebih rinci dengan Mini Mental State Examination
(MMSE)
c. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia,
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
3) Dengan siapa dia tinggal,
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya,
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah,
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi,
8) Seberapa besar ketergantungannya,

9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang


ada.

d. Perubahan spiritual, data yang dikaji :


1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya,

20
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau
fakir miskin.
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa,
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya pemasukan dan proses penyakit: anemia, yang
ditandai dengan:
Data Subyektif:
 Klien mengatakan akhir-akhir ini nafsu makannya
menurun dan makan tidak pernah habis banyak.
 Klien mengatakan badannya terasa lemas dan
kepalanya pusing.
Data Obyektif:
 Konjugtiva: anemis
 TB: …. cm dan BB: ….. kg
 Tekanan darah: ........ mmHg, Nadi: ......x/menit, Pernafasan:
......x/menit, Temperatur: .......º C
b. Nyeri akut berhubungan dengan kurangnya dan ketidakseimbangan
suplay osksigen pada jaringan cerebral, yang ditandai dengan:
Data Subyektif:
 Klien mengatakan kepalanya terasa pusing dan
badannya terasa lemas.
 Klien mengatakan kepalanya pusing ngliyer dan
pandangannya kadang menjadi kabur.
Data Obyektif:
 Secara verbal klien mengungkapkan nyeri dengan
skala nyeri………
 Klien kadang menunjukkan lokasi nyeri kepalanya

21
 Klien banyak melakukan istrirahat.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal


informasi, yang ditandai dengan:
Data Subyektif:
 Klien mengatakan tidak tahu mengapa klien sering
sakit - sakitan, batuk-batuk dan berdahak
 Klien mengatakan sering merasa badanya lemas dan
tidak nafsu makan
Data Obyektif:
 Klien mengungkapkan secara verbal tertarik
terhadap penjelasan tentang kondisi kesehatannya sekarang dan
menginginkan penjelasan yang lebih lanjut.
d. Risiko jatuh berhubungan dengan proses degenaritif dan intoleransi
aktivitas, yang ditandai dengan:
Data Subyektif:
 Klien mengatakan badannya terasa lemas
 Klien mengatakan kepalanya pusing dan kadang-
kadang pandangannya terasa kabur.
Data Obyektif:
 Klien mempunyai riwayat anemia
 Klien jika berjalan tertatih dan banyak istirahat
 Usia klien sudah lanjut usia.

3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA RENCANA KEPERAWTAN


NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

1 Ketidakseimbang Umum: 1. Kaji pola makan klien


. an nutrisi kurang Setelah dilakukan sebelumnya
dari kebutuhan perawatan selama 2. Monitor pemasukan dan
tubuh 1 minggu, pengeluaran makanan dan

22
berhubungan kebutuhan nutrisi minuman klien secara bertahap
dengan kurangnya Tn. S terpenuhi. 3. Monitor berat badan ban lingkar
pemasukkan dan lengan klien secara bertahap
proses penyakit: Khusus: tiap minggunya
anemia Setelah dilakukan 4. Lakukan pemeriksanaan fisik
4x pertemuan klien yang terkait dengan
selama 30 menit, masalah nutrisi.
Tn..... diharapkan 5. Anjurkan klien untuk makan
mampu: sedikit tapi sering
 Klien secara 6. Kaji makanan kesukaan klien
verbal 7. Hidangkan makanan dalam
mengungkap keadaan hangat dan sesuai
kan bahwa dengan selera klien
nafsu 8. Jelaskan pada klien pentingnya
makannya nutrisi bagi kesehatan
bertambah. 9. Kaji keadaan anemia klien
 Klien makan secara laboratories dengan
menghabiska bertahap
n porsi 10. Berikan suplemen zat besi jikan
makannya diindikasikan
dan makan 11. Konsultasikan dengan ahli gizi
minimal 3x tentang nutrisi yang baik bagi
sehari klien
 Klien mampu
beraktivitas
secara
optimal dan
tidak merasa
badannya
lemas-lemas
lagi.
 Konjugtiva
tidak anemis
dan berat
badan klien
bertambah
secara
bertahap
minimal 0,5
kg per

23
bulannya

2 Nyeri akut Umum: 1. Kaji tingkat nyeri klien


. behubungan Setelah dilakukan 2. Jelaskan pada klien tentang
dengan kurangnya perawatan selama penyakitnya, hubungan dengan
dan 1 minggu, nyeri nyeri yang dirasakan
ketidakseimbanga Tn........berkurang 3. Ajarkan pada klien untuk
n suplay oksigen Khusus: melakukan teknik distraksi dan
pada jaringan Setelah dilakukan relaksai: nafas dalam
cerebral tindakan 4. Anjurkan klien untuk istirahat
perawatan selama dan membatasi aktivitas bial
2x pertemuan nyeri dirasakan
selama 30 menit, 5. Anjurkan klien secara rutin
Tn. S diharapkan untuk memeriksana diri ke
mampu: pelayanan kesehatan terdekat.
 Mengungkap 6. Berikan analgetik sesuai dengan
kan nyeri indikasi.
berkungan
secara verbal
 Melakukan
tindakan
perawatan
untuk
mengurangi
nyeri

3 Kurang Umum: 1. Kaji pengetahuan klien tentang


. pengetahuan Setelah dilakukan anemia dan perawatannya
berhubungan perawatan selama 2. Kaji tindakan perawatan yang
dengan kurangnya 1 minggu, telah dilakukan oleh klien.
mengenal pengetahuan Tn. 3. Jelskan pengertian, penyebab,
informasi S mengenai gejala dari anemia.
anemia bertambah 4. Diskusikan dengan klien tentang
perawatan penyakit anemia
Khusus: 5. Berikan informasi tentang
Setelah dilakukan proses menua, dan perubahan
2x pertemuan yang terjadi pada lansia.
selama 30 menit, 6. Dorong klien untuk melakukan
Tn. S diharapkan tindakan perawetan seperti yang
mampu:

24
 Memahami telah dijelaskan.
tentang 7. Berikan pujian atas tindakan
anemia yang sudah dilakukan oleh klien
dengan 8. Anjurkan untuk kontrol kondisi
kriteria hasil klien secara teratur ke tempat
dapat pelayanan kesehatan terutama
menyebutkan jika merasakan gejala anemia.
pengertian,
gejala,
penyebab,
komplikasi
dan
perawatan
anemia.
 Memahami
tentang
perubahan
yang terjadi
pada lansia
 Melakukan
perawatan
anemia
dengan
kriteria hasil
dapat
menjelaskan
cara
perawatan
secara
mandiri.

4 Resiko Jatuh Umum: 1. Kaji tingkat kemampuan fungsi


. berhubungan Setelah dilakukan klien
dengan Proses perawatan selama 2. Kaji tingkat kekuatan oto dan
degenaritif dan 1 minggu rentang gerak klien
intoleransi kemungkian jatuh 3. Jelaskan hubungan kejadian
aktivitas pada Tn…… jatuh dengan penyakit
tidak terjadi lagi. anemianya
4. Jelaskan faktor-faktor penyebab

25
Khusus: jatuh dan cara pencegahannya
Setelah dilakukan 5. Anjurkan klien untuk aktivitas
2x pertemuan secara bertahap dari posisi tidur,
selama 30 menit, duduk, berdiri dan berjalan
Tn. S diharapkan 6. Anjurkan klien untuk tidak
mampu: melakukan aktivitas jika
 Mengenali mengalami sakit kepala dan
faktor-faktor badan terasa lemah.
yang 7. Anjurkan klien untuk
mengakibatk menggunkan alat bantu
an klien (tongkat) dalam berjalan jika
jatuh. memungkinkan.
 Melakukan
tindakan
antisipasi
atau
pencegahan
untuk
mengurangi
kejadian
jatuh

26
BAB III

A.Kesimpulan
Proses menua merupakan kombinasi dari berbagai macam faktor yang saling
berkaitan. Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secar
kualitatif dan kuantitatif dan ini sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Telah
diuraikan berbagai penyakit yang mungkin timbul pada lansia dengan
pencegahan dan penatalaksanaan nya seperti Anemia. Bagaimana menjaga
kebugaran pada lansia dengan olahraga dan pedoman gizi seimbang khususnya
kebutuhan makanan yang mengandung zat besi untuk mencegah terjadinya
anemia.
B.Saran
Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis
dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karenaitu perawat sebaiknya
meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik sehingga
akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik dalam
memberikan asuhan keperawatan gerontik

27
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, & Wirjatmadi. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Kencana Pustaka.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Briawan. (2014). Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta: EGC.

Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Fikawati, Syafiq, & Veretamala. (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali
Pers.

Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Nugroho. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Proverawati, A. (2011). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.


Yogyakarta: Penerbit Numed.

Sutarti, E. (2014, Januari 27). Dipetik Maret 20, 2021, dari


www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikellD=23.

Yuni, N. E. (2015). Kelainan Darah. Yogyakarta: Nuha Medika.

28

Anda mungkin juga menyukai