Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


KOLELITIASIS (BATU KANDUNG EMPEDU) “

Disusun Oleh

1. Adila Hidayati (PO7220120 1631)


2. Nur Ainun (PO7220120 1650)
3. Priska Setiani Sinaga (PO7220120 1653)

Kelas
2A Keperawatan

DOSEN PEMBIMBING:
MUTHIA DELIANA, S.Kep.Ners.,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya serta nikmat yang tidak terhingga seperti nikmat iman dan islam,
nikmat sehat wal’afiat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada pasien Cholelithiasis”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Tujuan makalah ini dibuat agar kita tahu apa itu
penyakit cholelithiasis dan bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien
cholelithiasis.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,diantaranya:
1. Ibu Muthia Deliana,S.Kep,Ners.,M.Kep, selaku pembimbing dalam penyelesaian makalah
ini.
2. Ibu Romalina,S.Kep.Ners.,M.Kep, Ibu Dewi Puspa Rianda,SST.,MPH , ibu Ns. Meisa
Daniati, S.Kep., M.Kep, dan Ibu Indah Dwi Astuti, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen
pengajar mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
Untuk penyempurnaan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Kami juga berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami selaku penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Tanjungpinang, 08 Setember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Definisi Kolelitiasis ............................................................................................. 3
2.2 Sistem Anatomi dan Fisiologi pada Kolelitiasis ................................................. 4
2.3 Etiologi dari Kolelitiasis ..................................................................................... 5
2.4 Manifestasi Klinis dari Kolelitiasis ..................................................................... 7
2.5 Patofisiologi dari Kolelitiasis ............................................................................... 7
2.6 WOC Kolelitiasis ................................................................................................. 9
2.7 Penatalaksaan pada Kolelitiasis ........................................................................... 10
2.8 Pemeriksaan pada Kolelitiasis ............................................................................. 10
2.9 Pencegahan Kolelitiasis ....................................................................................... 10
2.10 Komplikasi dari Kolelitiasis .............................................................................. 11
2.11 Asuhan Keperawatan penyakit Kolelitiasis ....................................................... 11
2.12 Menerapkan EBN pada Kolelitiasis.................................................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolelitiasis atau batu empedu merupakan suatu pembentukan batu yang berada di
dalam kandung empedu yang terbentuk dari satu atau lebih endapan berbagai jenis material
seperti kolesterol, bilirubin, protein, garam empedu dan asam lemak. (Hasanah, 2015).
Respon penderita batu empedu berbeda pada tiap individu saat merasakan gejala
awalnya, sekitar 50% penderita penyakit batu empedu tidak merasakan dan memiliki
keluhan, dan sekitar 30% penderita penyakit batu empedu merasakan gejala nyeri,
sedangkan 20% baru merasakan keluhan saat sudah berkembang menjadi komplikasi
penyakit. Ketika penderita penyakit batu empedu mengalami nyeri yang spesifik maka
dapat menimbulkan masalah dan penyakit yang lebih serius. (Purwanti, 2016).
Secara umum, penyakit batu empedu terjadi karena gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh adanya perubahan susunan empedu, stasis empedu, dan infeksi pada
kandung empedu. Penyakit batu empedu sering kali di tandai dengan rasa nyeri yang terjadi
pada perut bagian kanan atas dan dirasakan menjalar ke punggung sampai bahu kanan atas
kadang juga disertai dengan rasa mual dan muntah. Penyakit batu empedu sendiri
dapat dingaruhi oleh banyak faktor diantaranya seperti usia, jenis kelamin, aktivitas
fisik, keturunan, jenis makanan, pola makan dan lain sebagainya. (Hasanah, 2015)
Kolelitiasis umumnya berada di kandung empedu, tetapi cholelithiasis dapat juga berada
di saluran empedu ketika batu di kandung empedu bermigrasi, dan disebut batu saluran
empedu sekunder. Sekitar 10%-15% pasien dengan batu di kandung empedu juga memiliki
batu di saluran empedu. Batu di saluran empedu juga dapat terbentuk tanpa melibatkan
kandung empedu, disebut sebagai batu saluran empedu primer (Lesmana, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi cholelithiasis?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi cholelitiasis?
3. Bagaimana etiologi penyakit cholelithiasis?
4. Apa saja manifestasi klinis dari cholelithiasis?
5. Bagaimana patofisiologi dari cholelithiasis?
6. Bagaimana penatalaksana dari cholelithiasis?
7. Bagaimana pemeriksaaan diagnostik dari cholelithiassis?
8. Bagaimana komplikasi dari cholelithiasis?
9. Bagaimana bentuk WOC dari cholelithiasis?
10. Bagaimana masalah keperawatan yang ditimbulkan dari cholelithiasis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari pasien cholelothiasis?
12. Bagaimana EBN dari Kolelitiasis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien kolelitiasis dengan menerapkan
EBN dan menyesuaikan dengan teori Nanda Nic Noc
2. Tujuan Khusus
Mampu menjelaskan definisi,anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari penyakit
batu empedu.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Institusi
Adanya Makalah ini diharapkan dapat menambah informasi, bahan bacaan atau pun
referensi untuk pembelajaran tentang asuhan keperawatan pada pasien cholelithiasis.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Dapat memberikan inovasi pemberian asuhan keperawatan pada pasien cholelithiasis
dan dapat memberikan pengembangan cara dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien cholelithiasis.
3. Bagi Masyarakat
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bisa bermanfaat khususnya bagi pasien dan
keluarga untuk mengetahui cara perawatan pasien cholelithiasis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kolelitiasis(Batu Kandung Empedu)


1. Definisi Kolelitiasis
Kolelitiasis atau koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau
pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol
(Williams, 2003).
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di
golongkankan atas 3 (tiga) golongan:
a. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.
b. Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.
c. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bu-buk dan kaya akan
sisa zat hitam yang tak terekstraksi (Williams, 2003)
Kolelitiasis adalah keadaan adanya atau sedang terbentuknya batu empedu yang
merupakan timbunan kristal yang mungkin dapat terbentuk di dalam kandung empedu
(disebut kolesistolitiasis / cholecystolithiasis) ataupun dalam ductus choledochus(disebut
koledokolitiasis / choledocholithiasis) yang diantaranya disebabkan oleh gangguan
metabolisme kolesterol pada hepar.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan topik ini:
- Batu saluran empedu (koledokolitiasis) : adalah adanya batu yang terdapat pada
saluran empedu (Duktus Koledokus).
- Batu Empedu (kolelitiasis) : adalah adanya batu yang terdapat pada kandung empedu
(vesica fellea/biliaris).
- Radang empedu (Kolesistitis) : adalah adanya radang pada kandung empedu.
- Radang saluran empedu (Kolangitis): adalah adanya radang pada saluran empedu.
- Kolesistektomi : adalah tindakan pembedahan untuk mengobati penyakit batu empedu
dengan pengambilan kandung empedu.
2. Anatomi Fisiologi Cholelithiasis

Empedu merupakan sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran


berotot, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir
depannya, panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm Lapisan empedu terdiri dari lapisan luar
serosa (parietal), lapisan otot bergaris, lapisan dalam mukosa (visceral/membrane mukosa).
Fungsi Empedu :
 Empedu membantu dalam emulsi dan saponifikasi lemak di dalam usus halus oleh
sifat alakalinya. Dengan cara ini area permukaan dan kerja enzim di tingkatkan
 Empedu merangsang peristaltis usus, sehingga empedu bekerja sebagai laktasif
alamiah
 Empedu adalah saluran untuk ekskresi pigmen dan substansi toksik dari aliran darah,
seperti alkhohol dan obat lain
 Empedu berfungsi sebagai deodorant untuk feses, mengurangi bau yang menyengant.
Hal ini semata-mata dihubungkan dengan kenyataan bahwa kekurangan empedu
berarti pencernaan lemak buruk, sehingga lemak di dalam usus tetap berlebihan,
melapisi makanan lain dan mencegah penceranaan dan absorpsi. Akibatnya protein
yang tidak dicerna diserang oleh bakteri dan mengalami dekomposisi yang
menghasilkan kelebihan hydrogen yang disulfultrasi, yaitu gas yang menyebabkan
bau feses abnormal, drainase yang menyegat, dan berbau telur busuk. (Watson.2002:
351)
Bagian-bagian dari kandung empedu:
a. Fundus vesika felea, merupakan bagian kandung empedu yang paling akhir setelah
korpus vesika felea
b. Korpus velea, bagian dari kandung empedu yang di dalamnya berisi getah empedu
c. Leher kandung kemih, merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran pertama
masuknya getah empedu ke kandung empedu
d. Duktus sistikus, panjananya ± 3½ cm berjalan dari leher kandung empedu dan
bersambung dengan duktus hepatikus, membentuk saluran empedu ke duodenum.
e. Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher
f. Duktus koledoktus saluran yang membawa empedu ke duodenum (Syariffudin,2006:
95).
3. Etiologi Kolelitiasis
Etiologi batu empedu dan saluran empedu masih belum diketahui dengan sempurna,
akan tetapi faktor predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan metabolisme
yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung
empedu. (Price and Wilson, 2006).
a. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam
pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol, mengekresi
empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini
mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya)
untuk membentuk batu empedu. (Price and Wilson, 2006). Sedangkan perubahan
komposisi lainnya yaitu yang menyebabkan batu pigmen adalah terjadi pada penderita
dengan high heme turnover. Penyakit hemolisis yang berkaitan dengan batu pigmen
adalah sickle cell anemia, hereditary spherocytosis, dan beta-thalasemia .
(Sjamsuhidayat, 2011). Selain itu terdapat juga batu campuran, batu ini merupakan
campuran dari kolesterol dan kalsium bilirubinat. Batu ini sering ditemukan hampir
sekitar 90% pada penderita kolelitiasis. (Townsend, Beauchamp, 2004).
b. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,
perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-unsur tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu atau spasme spingter Oddi, atau keduanya dapat
menyebabkan stasis. Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat
dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu. (Price and Wilson,
2006).
c. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu.
Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan
sebagai pusat presipitasi/pengendapan. Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya
batu dibanding penyebab terbentuknya batu. (Price and Wilson, 2006).

3.a Etiologi cholelithiasis kolestrol


Penyebab pasti dari Kolelitiasis atau Koledokolitiasis atau batu empedu belum diketahui.
Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di
kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi
menjadi mengkristal dan memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu
pigmen. Batu pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas
berkombinasi dengan kalsium. (Williams, 2003)Sesuai namanya terjadinya batu ini berkaitan
erat dengan konsumsi kolesterol maupun metabolisme terhadap kolesterol yang terjadi di
dalam tubuh.
Batu empedu kolesterol lebih meningkat kemungkinan terjadinya pada jenis kelamin
perempuan, ras kaukasia atau keturunan asli Amerika, dan bertambahnya usia. Faktor risiko
lain diantaranya:
- Kegemukan
- Kehamilan
- Kandung empedu stasis
- Obat
- Keturunan
Beberapa etiologi cholelithiasis:
a. Obesitas, diet tinggi lemak, dan hipertrigliseridemia berkaitan erat dengan
pembentukan batu empedu. Kacang kaya kandungan Diosgenin, khususnya yang
berkaitan dengan diet di Amerika Selatan, meningkatkan sekresi kolesterol dan
pembentukan batu empedu.
b. Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau untuk pengobatan kanker prostat
meningkatkan risiko batu empedu kolesterol. Clofibrate dan obat hipolipidemik
fibrate meningkatkan eliminasi kolesterol hati melalui sekresi empedu dan tampaknya
meningkatkan risiko batu empedu kolesterol.
c. Sekitar 25% dari kecenderungan untuk terbentuknya batu empedu kolesterol
tampaknya adalah faktor keturunan, sebagaimana dinilai dari penelitian terhadap
kembar identik dan fraternal. Setidaknya terdapat selusin gen dapat menyebabkan
risiko ini. Sebuah sindrom langka kolelitiasis yaitu terkait dengan fosfolipid rendah
terjadi pada individu dengan defisiensi genetik dari protein transportasi empedu yang
diperlukan untuk sekresi lesitin.

3.b Etiologi cholelithiasis:


Batu empedu pigmen hitam terbentuk ketika terjadi kondisi tidak proporsional pada
individu dengan turnover (omset) heme yang tinggi. Dalam kebanyakan kasus, identifikasi
faktor risiko dengan tepat cukup sulit.
Gangguan hemolisis yang berhubungan dengan batu empedu pigmen diantaranya
anemia sel sabit, spherocytosis genetik, dan beta-thalassemia. Pada sirosis, hipertensi portal
menyebabkan splenomegali. Ini yang mana pada gilirannya, menyebabkan penyerapan sel
darah merah, mengakibatkan sedikit peningkatan pada turnover hemoglobin. Sekitar
setengah dari semua pasien sirosis memiliki batu empedu pigmen.
a. Diabetes mellitus berhubungan dengan peningkatan risiko batu empedu, meskipun
mekanismenya tidak jelas, biasanya adalah salah satu gejala, pasien dengan diabetes
rawan komplikasi lebih parah.
b. Penyakit Crohn, reseksi ileum, atau penyakit lain dari penurunan reabsorpsi garam
empedu ileum dan meningkatkan risiko pembentukan batu empedu.
c. Bakteri atau infeksi parasit dari organisme yang mengandung Bglucuronidase, enzim
yang mengkonjugasi glukuronat bilirubin, meningkatkan risiko untuk batu pigmen
d. Sirosis membawa risiko multifaktorial utama untuk pembentukan batu empedu dan
penyakit kandung empedu. Mengurangi sintesis hati dan transportasi garam empedu,
hyperestrogenemia, gangguan kontraksi kandung empedu, dan meningkatkan stasis
bilier, diantara faktor-faktor lainnya, berkontribusi terhadap pembentukan batu
empedu (biasanya batu pigmen) pada sirosis.
e. Penyakit lain atau menyatakan bahwa predisposisi pembentukan batu empedu
termasuk luka bakar, penggunaan nutrisi parenteral total, kelumpuhan, perawatan
ICU, dan trauma besar. Hal ini disebabkan, pada umumnya, karena penurunan
stimulasi enteral kantong empedu dengan stasis resultan empedu sampai pembentukan
batu.

3.c Etiologi batu saluran empedu


a. Batu saluran empedu primer disebabkan oleh kondisi yang menyebabkan stasis
empedu dan bactibilia (bakteri dalam empedu) kronis. Sampai dengan 90% dari
pasien dengan batu pigmen coklat di duktus koledokus memiliki hasil kultur empedu
positif untuk bakteri.
b. Epitel saluran dan/atau bakteri (misalnya Escherichia coli) menghasilkan beta
glucuronidase dalam jumlah yang cukup untuk terjadinya dekonjugasi diglukuronida
bilirubin. Kehadiran asam lemak bebas, deconjugated bilirubin, dan asam empedu
mengarah pada pembentukan partikel bilirubinate kalsium yang larut. Dengan
hilangnya asam empedu, kolesterol menjadi tidak larut, sehingga membentuk “lumpur
empedu” atau biliary sludge . Lumpur ini juga mengandung glikoprotein musin,
kalsium dan bakteri, yang membantu lebih lanjut dalam pembentukan batu.

4. Manifestasi Klinis Kolelitiasis


1. Sebagian bersifat asimtomatik
2. Nyeri tekan kuadran kanan atas atau midepigastrik samar yang menjalar ke punggung
atau region bahu kanan
3. Sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten 4. Mual dan muntah
serta Demam
4. Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan
gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan
diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa
berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit
5. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat
urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnal oleh pigmen empedu akan
tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut "Clay colored
6. Regurgitasi gas: flatus dan sendawa
7. Defisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A,
D, E, K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi
vitamin- vitamin ini jika obstruksi/sumbatan bilier berlangsung lama. Penurunan jumlah
vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.

5. Patofisiologi Kolelitiassis
Empedu adalah satu-satunya jalur yang signifikan untuk mengeluarkan kelebihan
kolesterol dari tubuh, baik sebagai kolesterol bebas maupun sebagai garam empedu. Hati
berperan sebagai metabolisme lemak. Kira-kira 80 persen kolesterol yang disintesis dalam
hati diubah menjadi garam empedu, yang sebaliknya kemudian disekresikan kembali ke
dalam empedu sisanya diangkut dalam lipoprotein, dibawa oleh darah ke semua sel jaringan
tubuh.
Kolesterol bersifat tidak larut air dan dibuat menjadi larut air melalui agregasi garam
empedu dan lesitin yang dikeluarkan bersama-sama ke dalam empedu. Jika konsentrasi
kolesterol melebihi kapasitas solubilisasi empedu (supersaturasi), kolesterol tidak lagi mampu
berada dalam keadaan terdispersi sehingga menggumpal menjadi kristal-kristal kolesterol
monohidrat yang padat.
Etiologi batu empedu masih belum diketahui sempurna. Sejumlah penyelidikan
menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh
dengan kolesterol. Batu empedu kolesterol dapat terjadi karena tingginya kalori dan
pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan di
dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras untuk menghasilkan cairan empedu.
Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan cara yang belum
dimengerti sepenuhnya.
Patogenesis batu berpigmen didasarkan pada adanya bilirubin tak terkonjugasi di
saluran empedu (yang sukar larut dalam air), dan pengendapan garam bilirubin kalsium.
Bilirubin adalah suatu produk penguraian sel darah merah. Batu empedu yang ditemukan
pada kandung empedu di klasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu
kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol
(batu yang mengandung >50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung 20-
50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung
<20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah keadaan
statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan konsentrasi
kaslium dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di
dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid
membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi
(supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan
berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang terbentuk dalam
kandung empedu, kemudian lama-kelamaan kristal tersebut bertambah ukuran, beragregasi,
melebur dan membentuk batu. Faktor motilitas kandung 16 empedu, billiary statis, dan
kandungan empedu merupakan predisposisi pembentukan batu kandung empedu.
6. WOC Cholelithiasis

Proses Degenerasi Penurunan fungsi hati Gangguan


penyakit hati metabolisme

Pengendapan kolestrol Peradangan dalam, ↑ ↑ sintesis kolestrol


sekresi kolestrol kantong
empedu
Batu empedu

Menyumbat aliran
getah pankreas

Aliran balik getah


Distensi kandung Resiko infeksi
empedu(duktus
empedu
kolekditus ke pankreas)

Bag. Fundus
Port de entre pasca
menyentuh bag. Iritasi lumen
bedah
Abdomen kartilago

Interfensi
Merangsang ujung Inflamasi
pembedahan
saraf eferen simpatis

Termostrat ↑enzim SGOT dan


Hasilkan substansi P dihipotalamus SGPT

Bersifat iriatif disaluran


Serabut saraf eferen Peningkatan suhu
cerna
hipotalamus

Nyeri hebat pada Hipertermi Merangsang nervus


kuadran atas dan nyeri vagal
tekan daerah
epigastrium Permeabilitas kapiler Menekan s.
parasimpatis

Nyeri
Cairan shif keperitonium Penurunan peristaltik

Resiko Resiko Kekurangan Makanan tertahan


syok(hopovolemik) volume cairan dilambung

Ketidakefektifan nutrisi
kurang dari kebutuhan ↑rasa mual→muntah
tubuh

6. Penatalaksanaan Cholelithiasis
Penggunaan non bedah
1. Disolusi medis
Harus memenuhi kriteria terapi non opratif, seperti batu kolestrol diameternya
< 20mm dan batu < 4 batu, fungsi kandungan empedu baik dan duktusistik paten.
2. Endoscropis retrograden cholangia pancreatgraphy (ERCP)
Batu didalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau balon estraksi
melalui muara yang sudah besar menuju lumen duodenum sehingga batu dapat
keluar besama tinja. Untuk batu besar , batu yang terjepit di saluran empedu atau batu
ya ng terletak di atas saluran empedu yang sempit diperlukan produser endoskopik
tambahan sesudah sifingterotmi seperti pemecahan batu dengan litottripis mekanin
dan litrotripis leser.
3. Extracorpareal shock wave lithotripsy (eswl)
Merupakan pemecahan batu dengan gelombang suara
Penanganan bedah
1. Kolesistektomi
Oprasi ini merukapan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitasi
simtomatik indikasi yang paling umum unuk kolistektomi adalah kolik biralis
rekuren ,diikuti oleh kolisistis akut.
2. Kolesistektomi laporoskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut ,atau kandung empedu
dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm . kelebihan yang di peroleh
pasien luka oprasi kecil 2-10 mm sehingga nyeri pasca bedah minimal.

7.Pemeriksaan diagnostik cholelitiasis


1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan USG
3. Pemeriksaan radiologi
4. USG, Kolesistografi oral,ERC
5. Foto polos abdomen

8. Komplikasi Cholelithiasis
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita cholelithiasi:
a. Asimtomatik
b. Obstruksi duktus sistikus
c. Kolik bilier
d. Cholestiasis akut:
 Empiema
 Perikolestitis
 Perforasi
e. Cholelithiasis kronis:
 Hidrop kandung empedu
 Empiema kandung empedu
 Fistel kolesistoenterik
 Ileus batu empedu(gallstone ileus)

10. Masalah Keperawatan Cholelithiasis


1. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme peroses penyakit ( inflamasi)
2. nyeri akud b.d agen cedera biologis : obstroksi atau spasme duktus,proses
inflamasi,iskemia jaringan atau nekrosis ( kemataan jaringan)
3. resiko kekurangan volume cairan b.d kehilanga melalui pengisapan
gestar berlebihan muntah, distensi ,dan hipermotilitas gester
4. resiko syok
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kubutuhan tubuh b.d tidak
adekuatnya intake nutrisi ( tonus otot/ peristalitic menurun)
6. Resiko infeksi b.d prosedur invasive ( pasca tindakan pembedahan)
Discharge planning
f. menghindari makanan yang mengandung lemak tinggi dan lakukan diet
rendah lemak tinggi karbohidrat dan protein ( kolaborasi dengan ahli gizi)
g. hindari alchol dan menghindari makanan yang menimbulkan diare.
h. Konsultasi dengan dokter tentang alternative tindakan pembedahan
kolessistektomoi ( khususnya pada pasien yang mengalami pendarahan
sekunder dari perforasi ulkus peptikum)
i. Berolahraga secara teratur dan memiliki berat badan yang ideal
j. Pelajari cara melakukan perawatan luka post op kolesistektomi,tiap pagi agar
tidak terjadi infeksi.
k. Mengurangi aktifitas berat sesuai anjuran 4-6 bulan post operasi\

Anda mungkin juga menyukai