Disusun Oleh
Kelas
2A Keperawatan
DOSEN PEMBIMBING:
MUTHIA DELIANA, S.Kep.Ners.,M.Kep
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya serta nikmat yang tidak terhingga seperti nikmat iman dan islam,
nikmat sehat wal’afiat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada pasien Cholelithiasis”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Tujuan makalah ini dibuat agar kita tahu apa itu
penyakit cholelithiasis dan bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien
cholelithiasis.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,diantaranya:
1. Ibu Muthia Deliana,S.Kep,Ners.,M.Kep, selaku pembimbing dalam penyelesaian makalah
ini.
2. Ibu Romalina,S.Kep.Ners.,M.Kep, Ibu Dewi Puspa Rianda,SST.,MPH , ibu Ns. Meisa
Daniati, S.Kep., M.Kep, dan Ibu Indah Dwi Astuti, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen
pengajar mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
Untuk penyempurnaan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Kami juga berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami selaku penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
5. Patofisiologi Kolelitiassis
Empedu adalah satu-satunya jalur yang signifikan untuk mengeluarkan kelebihan
kolesterol dari tubuh, baik sebagai kolesterol bebas maupun sebagai garam empedu. Hati
berperan sebagai metabolisme lemak. Kira-kira 80 persen kolesterol yang disintesis dalam
hati diubah menjadi garam empedu, yang sebaliknya kemudian disekresikan kembali ke
dalam empedu sisanya diangkut dalam lipoprotein, dibawa oleh darah ke semua sel jaringan
tubuh.
Kolesterol bersifat tidak larut air dan dibuat menjadi larut air melalui agregasi garam
empedu dan lesitin yang dikeluarkan bersama-sama ke dalam empedu. Jika konsentrasi
kolesterol melebihi kapasitas solubilisasi empedu (supersaturasi), kolesterol tidak lagi mampu
berada dalam keadaan terdispersi sehingga menggumpal menjadi kristal-kristal kolesterol
monohidrat yang padat.
Etiologi batu empedu masih belum diketahui sempurna. Sejumlah penyelidikan
menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh
dengan kolesterol. Batu empedu kolesterol dapat terjadi karena tingginya kalori dan
pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan di
dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras untuk menghasilkan cairan empedu.
Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan cara yang belum
dimengerti sepenuhnya.
Patogenesis batu berpigmen didasarkan pada adanya bilirubin tak terkonjugasi di
saluran empedu (yang sukar larut dalam air), dan pengendapan garam bilirubin kalsium.
Bilirubin adalah suatu produk penguraian sel darah merah. Batu empedu yang ditemukan
pada kandung empedu di klasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu
kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol
(batu yang mengandung >50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung 20-
50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung
<20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah keadaan
statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan konsentrasi
kaslium dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di
dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid
membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi
(supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan
berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang terbentuk dalam
kandung empedu, kemudian lama-kelamaan kristal tersebut bertambah ukuran, beragregasi,
melebur dan membentuk batu. Faktor motilitas kandung 16 empedu, billiary statis, dan
kandungan empedu merupakan predisposisi pembentukan batu kandung empedu.
6. WOC Cholelithiasis
Menyumbat aliran
getah pankreas
Bag. Fundus
Port de entre pasca
menyentuh bag. Iritasi lumen
bedah
Abdomen kartilago
Interfensi
Merangsang ujung Inflamasi
pembedahan
saraf eferen simpatis
Nyeri
Cairan shif keperitonium Penurunan peristaltik
Ketidakefektifan nutrisi
kurang dari kebutuhan ↑rasa mual→muntah
tubuh
6. Penatalaksanaan Cholelithiasis
Penggunaan non bedah
1. Disolusi medis
Harus memenuhi kriteria terapi non opratif, seperti batu kolestrol diameternya
< 20mm dan batu < 4 batu, fungsi kandungan empedu baik dan duktusistik paten.
2. Endoscropis retrograden cholangia pancreatgraphy (ERCP)
Batu didalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau balon estraksi
melalui muara yang sudah besar menuju lumen duodenum sehingga batu dapat
keluar besama tinja. Untuk batu besar , batu yang terjepit di saluran empedu atau batu
ya ng terletak di atas saluran empedu yang sempit diperlukan produser endoskopik
tambahan sesudah sifingterotmi seperti pemecahan batu dengan litottripis mekanin
dan litrotripis leser.
3. Extracorpareal shock wave lithotripsy (eswl)
Merupakan pemecahan batu dengan gelombang suara
Penanganan bedah
1. Kolesistektomi
Oprasi ini merukapan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitasi
simtomatik indikasi yang paling umum unuk kolistektomi adalah kolik biralis
rekuren ,diikuti oleh kolisistis akut.
2. Kolesistektomi laporoskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut ,atau kandung empedu
dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm . kelebihan yang di peroleh
pasien luka oprasi kecil 2-10 mm sehingga nyeri pasca bedah minimal.
8. Komplikasi Cholelithiasis
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita cholelithiasi:
a. Asimtomatik
b. Obstruksi duktus sistikus
c. Kolik bilier
d. Cholestiasis akut:
Empiema
Perikolestitis
Perforasi
e. Cholelithiasis kronis:
Hidrop kandung empedu
Empiema kandung empedu
Fistel kolesistoenterik
Ileus batu empedu(gallstone ileus)