Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT OSTEOMIELITES DENGAN

GANGGUAN MOBILITAS FISIK


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

DISUSUN OLEH :

ADILA HIDAYATI PO7220120 1631


ELIS TRIANA PO7220120 1639
NUR ANNISA PO7220120 1651
PRISKA SETIANI PO7220120 1653

KELAS 2A KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING :
MUTHIA DELIANA, S.Kep.Ners.,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG
PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya serta nikmat yang tidak terhingga seperti nikmat iman dan islam,
nikmat sehat wal’afiat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada pasien Kolelitiasis”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Tujuan makalah ini dibuat agar kita tahu apa itu
penyakit cholelithiasis dan bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Kolelitiasis.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama Ibu Muthia
Deliana,S.Kep,Ners.,M.Kep, selaku pembimbing dalam penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
Untuk penyempurnaan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Kami juga berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami
selaku penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Tanjung Pinang, 22 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Makalah .......................................................................................................... 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.......................................................................................................................... 4
2.2 Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal............................................................................... 5
2.3 Klasifikasi ..................................................................................................................... 6
2.4 Etiologi ......................................................................................................................... 6
2.5 Manifestasi Klinis ......................................................................................................... 7
2.6 Patofisiologi .................................................................................................................. 7
2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................ 8
2.8 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................. 9
2.9 Komplikasi .................................................................................................................... 10
2.11 WOC / Pathway........................................................................................................... 11
BAB III : EVIDENCE BASE NURSING (EBN)............................................................. 21
BAB IV : ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Identitas Klien ............................................................................................................... 12
4.2 Diagnosa Medis ............................................................................................................ 12
4.3 Keluhan Utama ............................................................................................................. 12
4.4 Riwayat Kesehatan ....................................................................................................... 12
4.5 Riwayat Pola Pemeliharaan Kesehatan Klien ............................................................... 13
4.6 Riwayat Psikologi ......................................................................................................... 13
4.7 Riwayat Sosial .............................................................................................................. 13
4.8 Riwayat Spiritual .......................................................................................................... 14
4.9 Pemeriksaan Fisik ......................................................................................................... 14
4.10 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................... 17
4.11 Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 18
4.12 Implementasi Keperawatan ........................................................................................ 33
4.13 Evaluasi Keperawatan ................................................................................................ 33
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 34
5.2 Saran ............................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satu
penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya
disebabkan oleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa menjadi penyebabnya.
Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra,tulang pelvic, tulang tengkorak
dan mandibula.
Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakini bahwa infeksi
akan berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh, padahal hal yang
sebenarnya adalah osteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh karena jaringan lain
tersebut punya aliran darah yang baik dan terproteksi oleh sistem imun tubuh. Kecuali apabila
terdapat sendi buatan dibagian tubuh yang lain. Dalam keadaan ini, benda asing tersebut
menjadi patogen. Secara umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh
memiliki mekanisme pertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap terlokalisasi di
daerah yang terinfeksi.
Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-anak dan
orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang serius. Diagnosa
osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga gambaran
radiologik.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,
lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis
rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka
panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami
sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pasca operasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu osteomielitis?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal?
3. Apa saja klasifikasi Osteomielitis?
4. Apa etiologi osteomielitis?
5. Apa saja manifestasi klinis atau tanda dan gejala osteomielitis?
6. Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit osteomielitis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada osteomielitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis osteomielitis?
9. Apa saja komplikasi osteomielitis?
10. Bagaimana prognosis osteomielitis?
11. Bagaimana web of caution (WOC) osteomielitis?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien osteomielitis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi osteomielitis.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal.
3. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis.
4. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab osteomyelitis.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis atau tanda dan gejala osteomielitis.
6. Untuk mengetahui patofisiologi atau perjalanan penyakit osteomielitis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteomielitis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis terhadap penyakit osteomielitis.
9. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit osteomielitis.
10. Untuk mengetahui peognosisosteomielitis.
11. Untuk mengetahui web of caution (WOC) osteomielitis.
12. Untuk mengetahui dan menetukan rencana asuhan keperawatan terhadap pasien
osteomielitis.
13. Untuk memenuhi tugas KeperawatanMedikal Bedah.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan dengan Osteomielitis.
2. Manfaat Praktis
a. Tenaga keperawatan : 
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan
Osteomielitis.
b. Mahasiswa :
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik karena infeksi
piogenik atau non piogenik misalnya mikobakterium tuberkolosa (Chairuddin). Infeksi ini
dapat bersifat akut maupun kronis. Pada anak-anak infeksi tulang sering kali timbul sebagai
komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga
otitis media), dan kulit (impetigo). (Sylvia)
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencangkup sumsum dan atau korteks tulang,
yang terjadi secara eksogen dan hematogen, akut atau kronis, dan biasanya menyerang
metafis tulang panjang(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Brunner,
suddarth. 2002).

2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


Sistem Muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa. Masalah
yang berhubungan dengan stuktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok
usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasanya tidak mengancam jiwa, namun mempunyai
dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktivitas penderita.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur pergerakan.
Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk
memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Anatomi :
Ada sekitar 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori :
1. Tulang Panjang
2. Tulang Pendek
3. Tulang Pipih
4. Tulang Tak Teratur
Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan daya yang bekerja
padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (Trabekular atau Spongius) atau koltikal
(kompak). Tulang panjang berbentuk seperti tangkai atau batang panjang dengan ujung yang
membulat, misalnya femur. Batang atau diafisis terutama tersusun atas tulang kortikal. Ujung
tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh tulang kanselus. Tulang
panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan. Tulang pendek terdiri dari tulang
kanselus ditutupi selapis tulang kompak. Tulang pipih merupakan tempat penting untuk
hematopoiesis dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun
dari tulang konselus diantara kedua tulang kompak. Tulang tak teratur mempunyai bentuk
yang unik sesuai dengan fungsinya.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga
jenis dasar osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang.Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%
substansi dasar glukosaminoglikosan (asam polosakarida) dan proteoglikan}.Matriks
merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.Osteosit adalah sel
dewasa yang berfungsi dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit
matriks tulang).Osteoklast adalah sel multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorbsi dan remodelling tulang.
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan periosteum.
Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat
pelekatan tendon dan ligamen.
Sum – sum tulang merupakan jaringan vaskular dalam rongga sum – sum (batang)
tulang panjang dan tulang pipih.Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat
baik.Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh darah
metafisis dan epifisis.Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui
kanal volkman yang sangat kecil.Selain itu ada arteri nutrien yang menembus periosteum dan
memasuki rongga medular melalui foramina (lubang-lubang kecil).Arteri nutrien memasok
darah ke sumsum dan tulang.Sistem vena ada yang mengikuti arteri dan ada yang keluar
sendiri.
Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran.Osifikasi adalah proses dimana matriks
tulang (disini serabut kolagen dan substansi dasar) terbentuk dan pergeseran mineral (disini
garam kalsium) ditimbun diserabut kolagen dalam suatu lingkungan elektro negatif. Serabut
kolagen memberi kekuatan terhadap tekanan kepada tulang.

2.3 Klasifikasi Osteomielitis


Klasifikasi osteomielitis dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogendimana mikroorganisme berasal
dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis sekunder (osteomielitispercontiniutatum), terjadi akibat penyebaran kuman
dan sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya
(Lukman & NurmaNingsih, 2009).

2.4 Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi
di tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat
trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis.
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misal
ulkusdekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
(misalfraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Staphylocuccus merupakan penyebab 70%-80% infeksi tulang. Organisme lain
meliputi proteus, pseudomonas, dan Escherichia coli. Pada anak-anak infeksi tulang sering
kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring
(faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (staphylocuccusaureus,
Streptococcus, haemophylusinfluenzae) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis
tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid. (Lukman
&NurmaNingsih. 2009).

Osteomielitis akut/kronik :
1. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
lokal yang berjalan dengan cepat.
2. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani
dengan baik dan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
2.5 Manifestasi Klinis
1. Osteomyelitis kronik
a. Infeksi dibawa oleh darah
- Biasanya awitannya mendadak.
- Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise,, pembesaran kelenjar limfe regional).
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang Bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung
- Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
- Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka.
- Lab = anemia, leukositosis
2. Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus, Lab LED meningkat.
(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
2.6 Patofisiologi
Staphylococcusaureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi
penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
AwitanOsteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan  penumpukan hematoma atau
infeksi superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitasmedularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestruminfeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik (Brunner, suddarth.
2002).
2.7 Pemeriksaan penunjang
1. Osteomielitis akut
- Pemeriksaan sinar-X awalnya menunjukan pembengkakan jaringan lunak, dan
setelah dua minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang,
pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru.
- Pemeriksaan MRI
- Pemeriksaan darah: leukosit meningkat dan peningkatan laju endap darah. Kultur
darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
2. Osteomielitis kronik
- Pemeriksaan sinar-X, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra,
atau pembentukan tulang padat.
- Anemia biasnya dikaitkan dengan infeksi kronik. Pemeriksaan laju sedimentasi
dan jumlah sel darah putih (biasanya normal).
3. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan
uji sensitivitas
4. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella
5. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
6. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
7. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.
Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan
kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru (Brunner, suddarth. 2002).
2.8 Penatalaksanaan
Osteomyelitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi pemberian antibiotik
dan debridemen. Tergantung tipe osteomyelitis kronik, pasien mungkin diterapi dengan
antibiotik parenteral selama 2 sampai 6 minggu. Meskipun, tanpa debridemen yang
adekuat, osteomyelitis kronik tidak berespon terhadap kebanyakan regimen antibiotik,
berapa lama pun terapi dilakukan.
Pada osteomyelitis kronik dilakukan sekuestrasi dan debridemen serta pemberian
antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan tes resistensi. Debridemen berupa
pengeluaran jaringan nekrotik di dinding ruang sekuester dan penyaliran. Debridemen
pada pasien dengan osteomyelitis kronik membutuhkan teknik. Kualitas debridemen
merupakan faktor penting dalam kesuksesan penanganan. Sesudah debridemen dengan
eksisi tulang, perlu menutup dead-space yang dibentuk oleh jaringan yang diangkat.
Managemen dead-space meliputi mioplasti lokal, transfer jaringan bebas dan penggunaan
antibiotik yang dapat meresap.
Pada fase pascaakut, subakut, atau kronik dini biasanya involukrum belum cukup kuat
untuk menggantikan tulang asli yang menjadi sekuester. Karena itu ekstremitas yang
terkena harus dilindungi dengan gips untuk mencegah patah tulang patologik, dan
debridemen serta sekuestrektomi ditunda sampai involukrum menjadi kuat. Selama
menunggu pembedahan dilakukan penyaliran nanah dan pembilasan.
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.  Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita.
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong yang ditinggalkan
dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K (Brunner, suddarth. 2002).
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut.
Infeksi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan berat
badan,kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya
implantprosthetic, selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di
daerah cranium, dan Kematian.
a. Komplikasi tahap Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi).
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh.
3) Atritisseptik.
b. Komplikasi tahap Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi
tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
2.10 Woc Faktor predisposisi : usia, virulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi

Invasi mikroorganisme dari tempat lain yang beredar melalaui sirkulasi darah Fraktur terbuka

Masuk ke juksta epifisis tulang panjang Kerusakan pembuluh darah dan adanya port de entree

Invasi kuman ke tulang dan sendi

Osteomielitis

Fagositosis

Proses inflamasi : hiperemia, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus, dan kerusakan
itegritas jaringan

Proses inflamasi secara umum Keterbatasan pergerakan Peningkatan tekanan jaringan tulang dan medula

Demam, malaise, penurunan nafsu makan, Penurunan kemampuan


Iskemia dan nekrosis tulang
penurunan kemampuan tonus otot pergerakan

MK : Ketidak seimbangan nutrisi MK : Resiko tinggi trauma Pembentukan abses


Kelemahan fisik
kurang dari kebutuhan tubuh tulang

MK : Hambatan mobilitas fisik


Tirah baring lama, MK : Nyeri
MK : Gangguan thermoregulasi
penekanan lokal
MK : Defisit perawatan diri

MK : Kerusakan integritas kulit


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Identitas Klien


Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan dan
identitas keluarga penanggung jawab.

3.2 Diagnosa Medis


Berisi tanggal masuk, no. MR, ruang rawat, diagnosa medik dan yang
mengirim/merujuk.

3.3 Keluhan Utama


Pada  umumnya, keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat.

3.4 Riwayat Kesehatan


1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka atau infeksi lainnya
(bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih)
pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan. (misalnya
diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi atau bedah ortopedi
sebelumnya).
4. Riwayat Psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
3.5 Riwayat Pola Pemeliharaan Kesehatan Klien
1. Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien biasanya  tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit
yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit
yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
2. Nutrisi – Metabolik
Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena demam yang ia
diderita.
3. Eliminasi
Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien mengalami
penurunan nafsu makan akibat demam.
4. Aktivitas – Latihan
Biasaya pada pasien Osteomielitis mengalami penurunan aktivitas karena rasa
nyeri yang ia rasakan
5. Istirahat – Tidur
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri yang ia
rasakan pada tulangnya.
6. Seksual – Reproduksi
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.

3.6 Riwayat Psikologi


1. Kognitif – Persepsi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya.
2. Koping – Toleransi Stress
Biasanya pasien mengalami stressysng berat karena kondisinya saat itu.

3.7 Riwayat Sosial


1. Persepsi Diri – Konsep Diri
Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi,
ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata
kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
2. Peran – Hubungan
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya.
Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat
melakukan perannya dengan baik.

3.8 Riwayat Spiritual


1. Nilai Kepercayaan
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual
klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada
pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya mengalami
gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

3.9 Pemeriksaan Fisik


1)      Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2)      Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3)      Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4)      Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5)       Identisikasi peningkatan suhu tubuh
6)      Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
(Lukman &NurmaNingsih, 2009).

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk


mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
o Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung
pada keadaan klien).
o Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus
osteomielitis biasanya akut).

o Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi


septikimia.

 B1 (Breathing). Pada inspeksi, didapat bahwa klien osteomielitis tidak mengalami


kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapat suara napas tambahan.

 B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal,
tidak ada mundur.
 B3 (Brain)
 Kepala     : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan tidak ada sakit kepala).
 Leher       : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
reflex menelan ada).
 Wajah         : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
 Mata        : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang desrtai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtivaanemis.
 Telinga    : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
 Hidung     : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
 Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
 Status mental  : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
 Pemeriksaan saraf cranial :
 Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
 Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
 Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak
mata, pupil isokor.
 Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah
dan reflex kornea tidak ada kelainan.
 Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
 Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
 Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
 Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
 Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
 Pemeriksaan reflex      : Biasanya tidak terdapat reflex patologis.

 B4 (Bladder). Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik dan


berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada system
ini.
 B5 (Bowel). Inspeksi abdomen; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi:
Turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: Suara timpani, ada pantulan gelombang
cairan. Auskultasi: Peristaltik usus normal (20 kali/menit). Inguinal-genitalia-
anus: Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe,tidak ada kesulitan
defekasi.Pola nutrisi dan metabolisme.:Klien osteomielitis harus mengonsumsi
nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari,seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin
C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi
terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat,
terauma kalsium atau protein. Masalah nyeri pada osteomielitismenebabkan klien
kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi:
Tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi,
kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
 B6 (Bone). Adanya oteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.
Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

3.10 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri yang b.d abses tulang, pertumbuhan tulang baru dan pengeluaran pus
2. Kerusakan integritas jaringan kulit b.d proses pembentukan tulang baru,
pengeluaran pus tirah baring lama dan penekanan lokal.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan, penurunan
kemampuan tonus otot, demam dan malaise.
4. Resiko tinggi trauma b.d penurunan kemampuan pergerakan.
5. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kemampuan pergerakan.
6. Defisit perawatan diri b.d penurunan kemampuan pergerakan.

3.11 Intervensi Keperawatan


NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

1. Nyeri b/d Tujuan : 1. Kaji nyeri dengan 1. Nyeri


abses tulang, Nyeri berkurang, skala 0-4 merupakan
pertumbuhan hilang, atau 2. Atur posisi respons
tulang baru teratasi : imobillisasi pada subjektif yang
dan Nyeri berkurang, daerah nyeri sendi dapat dikaji
pengeluaran hilang , atau atau nyeri ditulang dengan
pus. teratasi. yang mengalami menggunakan
Kriteria Hasil : infeksi skala nyeri.
Secara subjektif, 3. Bantu klien dalam Klien
klien melaporkan mengidentifikasi melaporkan
nyeri berkurang factor pencetus. nyeri biasanya
: Secara subjektif, 4. Jelaskan dan Bantu di atas tingkat
klien melaporkan klien terkait dengan cidera.
nyeri berkuran tindakan pada nyeri 2. Mobilisasi yang
nonfarmakologi dan adekuat dapat
noninvasif. mengurangi
5. Ajarkan relaksasi : nyeri pada
teknik mengurangi daerah nyeri
ketegangan otot sendi atau nyeri
rangka yang dapat ditulang yang
mengurangi intensitas mengalami
nyeri dan infeksi.
meningkatkan 3. Nyeri
ralaksasi masase. dipengaruhi
6. Ajarkan metode oleh
distraksi selama nyeri kecemasan,
akut. pergerakan
7. Beri kesempatan waktu sendi.
istirahat bila terasa 4. Pendekatan
nyeri dan beri posisi dengan
yang nyaman ( mis; menggunakan
ketika tidur, punggung relaksasi dan
klien diberi bantal kecil tingkatan
). nonfarmakologi
8. Tingkatkan lain
pengetahuan tentang menunjukkan
penyebab nyeri keefektifan
hubungkan dengan dalam
beberapa lama nyeri mengurangi
akan berlangsung. nyeri.
9. Kolaborasi pemberian 5. Teknik ini
analgetik melancarkan
peredaran darah
sehingga
kebutuhan 02
pada jaringan
terpenuhi dan
nyeri
berkurang.
6. Mengalihkan
perhatian klien
terhadap nyeri
ke hal-hal yang
menyenangkan.
7. Istirahat
merelaksasikan
semua jaringan
sehingga
meningkatkan
kenyamanan.
8. Pengetahuan
tersebut
membantu
mengurangi
dan dapat
membantu
meningkatkan
kepatuhan klien
terhadap
rencana
terapeutik
9. Analgesic
memblok
lintasan nyeri
sehingga nyeri
akan
berkurang.

2. Kerusakan Tujuan : 1. Kaji kerusakan 1. Menjadi data


integritas Integritas jaringan lunak dasar untuk
jaringan jaringan 2. Lakukan perawatan memberi
b/d proses membaik luka : informasi tentag
pembentuk secara Lakukan perawatan intervensi
an tulang optimal. luka dengan teknik perawatan luka,
baru, Kriteria steril. alat, dan jenis
pengeluara Hasil : 3. Kaji keadaan luka larutan apa yang
n pus tirah Pertumbuha dengan teknik akan digunakan.
baring n jaringan membuka balutan 2. Perawat luka
lama dan meningkat, dan mengurangi dengan teknik
penekanan keadaan stimulus nyeri, bila steril dapat
lokal. luka perban melekat kuat, mengurangi
membaik, peran diguyur kontaminasi
pengeluaran dengan NaCl. kuman langsung
pus pada 4. Lakukan pembilasan kearel luka.
luka tidak luka dari arah dalam 3. Menejemen
ada lagi, keluar dengan caira membuka luka
luka NaCl. dengan
menutup. 5. Tutup luka dengan mengguyur
kasa steril atau larutan NaCl
kompres dengan keperban dapat
NaCl yang dicampur mengurangi
dengan antibiotic. stimulus nyeri
6. Lakukan nekrotomi dan dapat
pada jaringan yang menghindari
sudah mati. terjadinya
7. Rawat luka setiap pendarahan pada
hari atau setiap kali luka
bila pembalut basah osteomielitis
atau kotor. konis akibat
8. Hindari pemakaian perban yang
peralatan perawatan kering oleh pus.
luka yang sudah 4. Teknik
kontak dengan klien menbuang
osteomielitis, jangan jaringan dan
digunakan lagi kuman diareal
untuk melakukan luka sehingga
perawatan luka pada keluar dari areal
klien lain. luka.
9. Gunakan perban 5. NaCl merupakan
elastis dan gips pada larutan fisiologis
luka yang disertai yang lebih
kerusakan tulang mudah
atau pembengkakan diabsorpsi oleh
sendi jaringan daripada
10. Evaluasi perban larutan
elastis terhadap antiseptic. NaCl
resolusi edema yang dicampur
11. Evaluasi kerusakan dengan antibiotic
jaringan dan dapat
perkembangan mempercepat
pertumbuhan penyembuhan
jaringan dan luka akibat
lakukan perubahan infeksi
intervensi bila pada osteomielitis.
waktu yang 6. Jaringan nekrotik
ditetapkan tidak ada dapat
perkembangan menghambat
pertumbuhan menyembuhan
jaringan yang luka.
optimal. 7. Memberi rasa
12. Kolaborasi dengan nyaman pada
tim bedah untuk klien dan dapat
bedah perbaikan membantu
pada kerusakan meningkatkan
jaringan agar tingkat pertumbuhan
kesembuhan dapat jaringan luka.
dipercepat. 8. Pengendalian
13. Pemeriksaan kulur infeksi
cairan ( pus ) yang nosokomial
keluar dari luka dengan
14. Pemberian menghindari
antibiotik/antimikro kontaminasi
ba langsung dari
perawatan luka
yang tidak steril.
9. Pada klien
osteomielitis
dengan
kerusakan
tulang, stabilitas
formasi tulang
sangat stabil.
Gips dan perban
elastis dapat
membantu
memfiksasi dan
mengimobilisasi
sehingga dapat
mengurangi
nyeri.
10. Pemasangan
perban elastis
yang terlalu kuat
dapat
menyebabkan
edema pada
daerah distal dan
juga menambah
nyeri pada klien.
11. Adanya batasan
waktu selama
7X24 jam dalam
melakukan
perawatan luka
klien
osteomielitis
menjadi tolak
ukur
keberhasilan
intervensi yang
diberikan.
Apabila masih
belum mencapai
criteria hasil,
sebaikya
mengkaji ulang
factor-faktor
yang menghmbat
pertumbuhan
jaringan luka.
12. Bedah perbaikan
terutama pada
klien fraktur
terbuka luas
sehingga
menjadi pintu
masuk kuman
yang ideal.
Bedah perbaikan
biasanya
dilakukan setelah
masalah infeksi
osteomielitis
teratasi.
13. Manajemen
untuk
menentukan
antimikroba
yang sesuai
dengan kuman
yang sensitive
atau resisten
terhadap
beberapa jenis
antibiotic.
14. Antimikroba
yang sesuai
dengan hasil
kultur ( reaksi
sensitive ) dapat
membunuh atau
mematikan
kuman yang
menginvasi
jaringan tulang.
3. Nutrisi Tujuan : 1. Pantau persentase 1. Mengidentifikasi
kurang dari Keseimbangan jumlah makanan yang kemajuan atau
kebutuhan nutrisi terpenuhi dikonsumsi setiap kali penyimpangan
tubuh b/d Kriteria Hasil : makan, timbang BB dari sasaran yang
penurunan Klien tiap hari, catat hasil diharapkan
nafsu mendemonstrasika pemerikasaan protein 2. Bau yang tidak
makan, n asupan makanan total, albumin, menyenangkan
penurunan yang adekuat untuk osmomalitas. dapat
kemampua memenuhi 2. Berikan perawatan mempengaruhi
n tonus kebutuhan dan mulut setiap 6 jam. nafsu makan.
otot, metabolisme tubuh, Pertahan kan 3. Ahli diet adalah
demam peningkatan kesegaran ruangan. spesialisasi
dan asupan makanan, 3. Rujuk kepada ahli dalam hal nutrisi
malaise. tidak ada diet untuk membantu yang dapat
penurunan BB makanan yang dapat membantu klien
lebih lanjut, memenuhi kebutuhan yang dapat
menyatakan nutrisi selama sakit. memenuhi
perasaan sejahtera. 4. Dorong klien kebutuhan kalori
mengkonsumsi dan kebutuhan
makanan lunak tinggi nutrisi sesuai
kalori tinggi protein dengan keadaan
5. Berikan makanan sakitnya, usia,
lunak dengan porsi tinggi, dan BB-
sedikit tapi sering nya.
yang mudah dicerna 4. Peningkatan suhu
jika ada sesak nafas tubuh
berat. meningkatkan
metabolisme,
asupan protein
yang adekuat,
vitamin, mineral
dan kalori untuk
aktivitas anabolic
dan sintesis
antibody.
5. Makanan lunak
dengan porsi
sedikit tetapi
sering akan
mengurangi
sensasi nyeri
sehingga
mempermudah
proses menelan.
4. Resiko Tujuan: 1. Pertahankan tirah 1. Meningkatkan
tinggi Resiko tinggi baring/ekstremitas. stabilitas,
trauma b/d trauma Berikan sokongan menurunkan
penurunan berhubungan sendi di atas dan di kemungkinan
kemampua dengan penurunan bawah fraktur bila gangguan posisi
n kemampuan bergerak/membaik. atau
pergerakan pergerakan 2. Letakkan papan di penyembuhan.
bawah tempat tidur 2. Tempat tidur
Kriteria Hasil : atau tempatkan lembut atau lentur
Pasien dapat pasien pada tempat dapat membuat
menunjukan tidur ortopedik. deformasi gips
mekanika tubuh yang masih basah,
yang meningkatkan Pasien Dengan mematahkan gips
stabilitas pada sisi Gips/bebat yang sudah kering,
fraktur. 3. Sokong fraktur atau
dengan bantal atau mempengaruhi
gulungan selimut. dengan penarikan
Pertahankan posisi traksi.
netral pada bagian 3. Mencegah gerakan
yang sakit dengan yang tidak perlu
bantal pasir, dan perubahan
pembebat, gulungan posisi. Posisi yang
trokanter, papan tepat dari bantal
kaki. juga dapat
4. Tugaskan petugas mencegah tekanan
yang cukup untuk deformitas pada
membalik pasien.
Hindari gips yang kering.
menggunakan papan 4. Gips
abduksi untuk panggul/tubuh
mebalik pasien atau multipel
dengan gips spika. dapat membuat
5. Evaluasi pembebat berat dan tidak
ekstremitas terhadap praktis secara
resolusi edema. ekstrem.
Kegagalan untuk
Pasien Dengan menyokong
Traksi ekstremitas yang
digips dapat
6. Pertahankan menyebabkan gips
posisi/intregitas patah.
traksi (contoh: 5. Pembebat koaptasi
Buck, Dunlop, (contoh jepitan
Pearson, Russel) Jones-Sugar)
7. Yakinkan bahwa mungkin
semua klem dugunakan untuk
berfungsi. Minyaki memberikan
katrol dan periksa imobilisasi fraktur
tali tehadap dimana
tegangan. Amankan pembengkakan
dan tutup ikatkan jaringan
dengan plester berlebihan.
perekat. Seiring dengan
8. Pertahankan katrol berkurangnya
tidak terhambat edema, penilaian
dengtan beban bebas kembali pembebat
menggantung; atau penggunaan
hindari gips plester
mengangkat/menghi mungkin
langkan berat. diperlukan untuk
9. Bantu meletakkan mempertahankan
beban di bawah roda kesejajaran
tempat tidur bila fraktur.
diindikasikan. 6. Traksi
10. Kaji ulang tahanan memungkinkan
yang mungkin penarikan pada
timbul karena terapi, aksis panjang
contoh pergelangan fraktur tulang dan
tidak mengatasi
menekuk/duduk tegangan
dengan traksi Bruck otot/pemendekan
atau tidak memutar untuk
di bawah memudahkan
pergelangan dengan posisi/penyatuan.
traksi Russel Traksi tulang (pen,
11. Kaji intregritas alat kawat, jepitan)
fiksasi eksternal memungkinkan
12. Kolaborasi untuk penggunaan berat
mengkaji ulang lebih besar untuk
foto/evaluasi. penarikan traksi
daripada
Kolaborasi dalam digunakan untuk
pemberian/ pertahankan jaringan kulit.
stimulasi listrik bila 7. Yakinkan bahwa
digunakan. susunan traksi
berfungsi dengan
tepat untuk
menghindari
interupsi
penyambungan
fraktur.
8. Jumlah beban
traksi optimal
dipertahankan.
Catatan:
Memastikan
gerakan bebas
beban selama
mengganti posisi
pasien
menghindari
penarikan beban
berlebihan tiba-
tiba pada fraktur
yang
menimbulkan
nyeri dan spasme
otot.
9. Membantu posisi
tepat pasien dan
fungsi traksi
dengan
memberikan
keseimbangan
timabal balik.
10. Mempertahankan
intregritas tarikan
traksi.
11. Traksi Hoffman
memberikan
stabilisasi dan
sokongan kaku
untuk tulang
fraktur tanpa
menggunakan
katrol, tali, atau
beban,
memungkinkan
mobilitas/kenyam
anan pasien lebih
besar dan
memudahkan
perawatan luka.
Kurang atau
berlebihannya
keketatan
klem/ikatan dapat
mengubah tekanan
kerangka,
menyebabkan
kesalahan posisi.
12. Memberikan bukti
visual mulainya
pembentukan
kalus/proses
penyembuhan
untuk menentukan
tingkat aktivitas
dan kebutuhan
perubahan/tambah
an terapi.
13. Mungkin
diindikasikan
untuk
meninngkatkan
pertumbuhan
tulang pada
keterlambatan
penyembuhan/tida
k menyatu.
5. Hambatan Tujuan : 1. Kaji kemampuan dan 1. Membantu dalam
mobilitas Klien dapat tingkat penurunan mengantisipasi
fisik b/d menunjukkan cara dalam melakukan dan merencanakan
penurunan melakukan mobilisasi. pertemuan untuk
kemampua mobilisasi secara 2. Hindari apa yang kebutuhan
n optimal. tidak dapat dilakukan individual.
pergerakan klien dan bantu bila 2. Klien dalam
. Kriteria Hasil : perlu. keadaan cemas
Klien mampu Atur posisi fisiologis dan tergantung
melakukan meliputi: sehingga hal ini
aktivitas perawatan 3. Kaji kesejajaran dan dilakukan untuk
diri sesuai dengan tingkat kenyamanan mencegah frustasi
tingkat selama klien dan menjaga harga
kemampuan, berbaring sesuai diri klien.
mengidentifikasi dengan daerah 3. Memberikan data
individu/masyaraka spondilitis. dasar tentang
t yang dapat 4. Atur posisi terlentang kesejajaran tubuh
membantu, klien dan letakkan dan kenyamanan
terhindar dari gulungan klien untuk
cedera. handuk/bantal di area perencanaan
bagian bawah selanjutnya.
punggung yang sakit 4. Mengurangi
dengan menjaga kemungkinan
kondisi curvature stimulus nyeri,
tulang belakan g kontraktur sendi
dalam kondisi dan
optimal. memungkinkan
5. Sokong kaki bawah untuk pergerakan
yang mengalami optimal pada
paraplegia dengan ekstremitas atas.
bantal dengan posisi
jari-jari menghadap 5. Posisi optimal
langit. untuk mencegah
6. Lakukan latihan footdrop yang
ROM sering terjadi
akibat kondisi
7. Ajak klien untuk kaki yang jatuh.
berfikir positif (posisi ekstensi)
terhadap kelemahan terlalu lama di
yang dimilikinya. tempat tidur.
Berikan klien Adanya bantala
motivasi dan izinkan kan mencegah
klien melakukan terjadinya rotasi
tugas, memberi luar kaki dan
umpan balik positif mengurangi
atas usahanya. tekanan pada jari-
jari kaki.
6. Latihan yang
efektif dan
berkesinambungan
akan mencegah
terjadinya
kontraktur sendi
dan atropi otot.
7. Klien memerlukan
empati. Tetapi
perlu juga
mengetahui bahwa
dirinya harus
menjalani
perawatan yang
konsisten. Hal
tersebut dapat
meningkatkan
harga diri,
memandirikan
klien, dan
menganjurkan
klien untuk terus.
6. Defisit Tujuan : 1. Kaji kemampuan dan 1. Mebantu
perawatan Perawatan diri tingkat penurunan mengantisipasi
diri b/d klien dapat dalam skala 0-4 untuk dan merencanakan
penurunan terpenuhi melakukan aktivitas pertemuan untuk
kemampua hidup sehari-hari. kebutuhan
n Kriteria Hasil : 2. Hindari apa yang individual.
pergerakan Klien dapat tidak dapat dilakukan 2. Klien dalam
menunjukkan klien dan bantu bila keadaan cemas
perubahan gaya perlu. dan tergantung. Ini
hidup untuk 3. Ajak klien untuk dilakukan untuk
kebutuhan merawat berpikir positif mencegah frustasi
diri, klien mampu tentang kelemahan dan menjaga harga
melakukan yang dimilikinya. diri klien.
aktivitas perawatan Berikan klien 3. Klien memerlukan
diri, klien mampu motivasi dan izinkan empati. Tetapi
melakukan klien melakukan perlu juga
aktivitas perawatan tugas, beri umpan mengetahui bahwa
diri sesuai dengan balik positif. dirinya harus
tingkat 4. Rencanakan tindakan menjalani
kemampuan, untuk penurunan perawatan yang
mengidentifikasi gerakan pada sisi konsisten. Hal
individu yang sakit, seperti tersebut dapat
masyarakat yang tempatkan makanan meningkatkan
dapat membantu dan alat di dekat harga diri,
klien. memandirikan
5. Identifikasi kebiasaan klien, dan
defekasi. Anjurkan menganjurkan
klien untuk minum klien untuk terus
dan meningkatkan mencoba.
latihan. 4. Klien akan lebih
mudah mengambil
peralatan yang
diperlukan karena
levih ekat dengan
sisi yang sakit.
5. Meningkatkan
latihan dapat
membantu
mencegah
konstipasi.

3.12 Implementasi Keperawatan


Sasaran pasien meliputi peredaan nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-
batas terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi, dan pemahaman mengenai program
pengobatan.
(Brunner, suddarth. 2001)

3.13 Evaluasi Keperawatan


Hasil yang diharapkan
1. Mengalamiperedaan nyeri
a. Melaporkan berkurangnya nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
c. Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
a. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan-diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstrimitas yang sehat
c. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tiadanya infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
f. Biakan darah negatif
4. Mematuhi rencana terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Melindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d. Melaporkan bila ada masalah segera
e. Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
f. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
g. Melaporkan peningkatan kekuatan
h. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri,
pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut
(Brunner, suddarth. 2001)
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai
bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi
dari darah (osteomielitishematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur
terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh jamur.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan
teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang di
rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan
yang baik bagi klien.

DAFTAR ISI
Brunner dan Suddarth. 2002. KeperawatanMedikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC;
Jakarta

Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta. Media Hardy

Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Salemba Medika; Jakarta

Andayani, Nitti. “Laporan Pendahuluan pada Pasien Osteomielitis”. 23 September 2011


adnyani.blogspot.com/2011/09/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan_4945.html

Paramita, Dian. “Asuhan KeperawatanOsteomielitis”. 19 September 2013


http://iamdian.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-osteomielitis.html

Wibawa, Raras. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan KeperawatanOsteomielitis”. 17 Maret


2014
http://raraswibawanta.blogspot.com/
Smeltzer, Suzanna C,2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart edisi
8 volume 1,2,3. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai