DISUSUN OLEH :
KELAS 2A KEPERAWATAN
DOSEN PEMBIMBING :
MUTHIA DELIANA, S.Kep.Ners.,M.Kep
Penulis
DAFTAR ISI
2.4 Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi
di tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat
trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis.
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misal
ulkusdekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
(misalfraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Staphylocuccus merupakan penyebab 70%-80% infeksi tulang. Organisme lain
meliputi proteus, pseudomonas, dan Escherichia coli. Pada anak-anak infeksi tulang sering
kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring
(faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (staphylocuccusaureus,
Streptococcus, haemophylusinfluenzae) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis
tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid. (Lukman
&NurmaNingsih. 2009).
Osteomielitis akut/kronik :
1. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
lokal yang berjalan dengan cepat.
2. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani
dengan baik dan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
2.5 Manifestasi Klinis
1. Osteomyelitis kronik
a. Infeksi dibawa oleh darah
- Biasanya awitannya mendadak.
- Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise,, pembesaran kelenjar limfe regional).
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang Bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung
- Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
- Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka.
- Lab = anemia, leukositosis
2. Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus, Lab LED meningkat.
(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
2.6 Patofisiologi
Staphylococcusaureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi
penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
AwitanOsteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitasmedularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestruminfeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik (Brunner, suddarth.
2002).
2.7 Pemeriksaan penunjang
1. Osteomielitis akut
- Pemeriksaan sinar-X awalnya menunjukan pembengkakan jaringan lunak, dan
setelah dua minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang,
pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru.
- Pemeriksaan MRI
- Pemeriksaan darah: leukosit meningkat dan peningkatan laju endap darah. Kultur
darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
2. Osteomielitis kronik
- Pemeriksaan sinar-X, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra,
atau pembentukan tulang padat.
- Anemia biasnya dikaitkan dengan infeksi kronik. Pemeriksaan laju sedimentasi
dan jumlah sel darah putih (biasanya normal).
3. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan
uji sensitivitas
4. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella
5. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
6. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
7. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.
Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan
kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru (Brunner, suddarth. 2002).
2.8 Penatalaksanaan
Osteomyelitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi pemberian antibiotik
dan debridemen. Tergantung tipe osteomyelitis kronik, pasien mungkin diterapi dengan
antibiotik parenteral selama 2 sampai 6 minggu. Meskipun, tanpa debridemen yang
adekuat, osteomyelitis kronik tidak berespon terhadap kebanyakan regimen antibiotik,
berapa lama pun terapi dilakukan.
Pada osteomyelitis kronik dilakukan sekuestrasi dan debridemen serta pemberian
antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan tes resistensi. Debridemen berupa
pengeluaran jaringan nekrotik di dinding ruang sekuester dan penyaliran. Debridemen
pada pasien dengan osteomyelitis kronik membutuhkan teknik. Kualitas debridemen
merupakan faktor penting dalam kesuksesan penanganan. Sesudah debridemen dengan
eksisi tulang, perlu menutup dead-space yang dibentuk oleh jaringan yang diangkat.
Managemen dead-space meliputi mioplasti lokal, transfer jaringan bebas dan penggunaan
antibiotik yang dapat meresap.
Pada fase pascaakut, subakut, atau kronik dini biasanya involukrum belum cukup kuat
untuk menggantikan tulang asli yang menjadi sekuester. Karena itu ekstremitas yang
terkena harus dilindungi dengan gips untuk mencegah patah tulang patologik, dan
debridemen serta sekuestrektomi ditunda sampai involukrum menjadi kuat. Selama
menunggu pembedahan dilakukan penyaliran nanah dan pembilasan.
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita.
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong yang ditinggalkan
dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K (Brunner, suddarth. 2002).
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut.
Infeksi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan berat
badan,kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya
implantprosthetic, selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di
daerah cranium, dan Kematian.
a. Komplikasi tahap Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi).
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh.
3) Atritisseptik.
b. Komplikasi tahap Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi
tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
2.10 Woc Faktor predisposisi : usia, virulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi
Invasi mikroorganisme dari tempat lain yang beredar melalaui sirkulasi darah Fraktur terbuka
Masuk ke juksta epifisis tulang panjang Kerusakan pembuluh darah dan adanya port de entree
Osteomielitis
Fagositosis
Proses inflamasi : hiperemia, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus, dan kerusakan
itegritas jaringan
Proses inflamasi secara umum Keterbatasan pergerakan Peningkatan tekanan jaringan tulang dan medula
B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal,
tidak ada mundur.
B3 (Brain)
Kepala : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan tidak ada sakit kepala).
Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
reflex menelan ada).
Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang desrtai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtivaanemis.
Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf cranial :
Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak
mata, pupil isokor.
Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah
dan reflex kornea tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
Pemeriksaan reflex : Biasanya tidak terdapat reflex patologis.
4.1 Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai
bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi
dari darah (osteomielitishematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur
terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh jamur.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan
teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang di
rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan
yang baik bagi klien.
DAFTAR ISI
Brunner dan Suddarth. 2002. KeperawatanMedikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC;
Jakarta
Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta. Media Hardy
Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Salemba Medika; Jakarta