Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

INDAH SUWANDEWI(201801109)

PUTRI AMALIA M DAHLAN( 201801125)

IBRAHIM KADIR(201801107)

SINTA(201801135)

PROGRAM STUDI ILMU NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “DIABETES MELITUS”

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masi jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Palu, 05 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 3

A. Latar Belakang………………………………………………..... 3
B. Rumusan Masalah…………………………………………….... 3
C. Tujuan.......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 5

A. Pengertian …………………………………………................... 5
B. Anatomi Dan Fisiologi…………………………………............. 5
C. Etiologi........................................................................................ 7
D. Patofisiologi................................................................................. 8
E. Klasifikasi.................................................................................... 9
F. Manifestasi Klinis........................................................................ 10
G. Komplikasi................................................................................... 11
H. Patwey......................................................................................... 12
I. Pemeriksaan Diagnostik............................................................... 13
J. Penatalaksanaan........................................................................... 14
K. Pencegahan.................................................................................. 14
L. Pengkajian................................................................................... 19

BAB III PENUTUP................................................................................. 24

A. Kesimpulan…………………………………………………….. 24
B. Saran……………………………………………………………. 24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit degeneratif dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan tingginya
kadar glukosa darah dan urine. Saat ini, diabetes melitus menjadi penyakit
dengan angka kejadian yang cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan
salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah kasus diabetes melitus di
Indonesia yang berada di urutan ke- 4 setelah negara India, China dan Amerika
dengan jumlah Diabetesi sebesar 8,4 juta orang dan diperkirakan akan terus
meningkat sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 2. Dilihat dari semakin
meningkatnya jumlah pendeita diabetes, maka perlu adanya kesadaran dari
masyarakat terhadap pentingnya peran dari masyarakat untuk peduli terhadap
masalah ini. Maka dari itu, tujuan penulisan makalah ini akan memberikan
pengetahuan tentang diabetes serta cara untuk mengendalikannya, dengan
harapan agar tingkat kematian penderita diabetes dapat berkurang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi diabetes mellitus ?
2. Bagaiamana etiologi diabetes mellitus ?
3. Bagaimana anatomi fisiologi pankreas pada diabetes melitus?
4. Bagaimana klasifikasi diabetes mellitus ?
5. Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus ?
6. Bagaimana manifestasi klinis diabetes mellitus ?
7. Bagaimana komplikasi diabetes mellitus ?
8. Bagaimana penatalaksanaan diabetes mellitus ?
9. Bagaimana pencegahan diabetes mellitus ?
10. Bagaimana diagnosa keperawatan diabetes melitus ?

iv
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi diabetes mellitus
2. Untuk mengetahui etiologi diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi pankreas pada diabetes melitus
4. Untuk mengetahui klasifikasi diabetes melitus
5. Untuk mengetahui patofisiologi diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus
9. Untuk mengetahui pencegahan diabetes mellitus
10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan diabetes melitus

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi & Fisiologi

Pankreas
adalah suatu organ
yang terdiri dari
jaringan
eksokrin dan
endokrin.
Bagian
eksokrin
mengeluarkan larutan encer alkalis serta enzim pencernaan melalui duktus
pankreatikus ke dalam lumen saluran cerna. Di antara sel-sel eksokrin di seluruh
pankreas terbesar kelompok-kelompok atau “pulau” sel endokrin yang di kenal
sebagai pulau (islets).
Langerhans. Sel endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel β (beta),
tempat sintesis dan sekresi insulin, dan sel α (alpa) yang menghasilkan glukagon.
Sel D (delta) yang lebih jarang adalah tempat sintesis somatostatin (Sherwood L,
2009)
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak dan asam amino
darah serta mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul
nutrien ini masuk ke darah selama keadaan absorptif, insulin mendorong
penyerapan bahan-bahan ini oleh sel dan pengubahannya masing-masing menjadi
glikogen, trigliserida dan protein. Insulin melaksanakan banyak fungsinya dengan
mempengaruhi transpor nutrien darah spesifik masuk ke dalam sel atau mengubah
aktifitas enzim-enzim yang berperan dalam jalur-jalur metabolik tertentu
(Sherwood L, 2009).

1
Pancreas terdiri dari jaringan utama, yaitu :

1. Asini sekresi getah pencernaan kedalam duodenum


2. Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glucagon langsung ke darah. Pulau-pulau Langerhans
yang menjadi system endokrinologis dari pancreas tersebar diseluruh pancreas
dengan berat hanya 1-3% dari berat total pancreas. Pulau langerhan berbentuk
ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau Langerhans
yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah
yang besarnya 100-225 m. jumlah semua pulau Langerhans dipankreas
diperkirakan antara 1-2 juta. Pulau Langerhans manusia, mengandung tiga
jenis sel utama, yaitu :
a. Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % memproduksi glikagon yang
menjadi factor hiperglikemik, suatu hormone yang mempunyai “ anti insulin
like activity “
b. Sel-sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60-80% membentuk insulin
c. Sel-sel D ( delta ) jumlahnya sekitar 5-15% membuat somatostatin

Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan


sifat pewarnaan. Dibawah mikroskop pulau-pulau Langerhans ini Nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Insulin
merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia.

Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu
rantai A dan B. kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ),
yang terdiri dari disulfide. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B 30
asam amino. Insulin dapat larut dalam PH 4/7 dengan titik isoelectric pada
5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berkaitan dengan protein
reseptor yang besar didalam membrane sel.

Insulin di sintesis sel beta pancreas dari prionsulin dan disimpan dalam
butiran berselaput yang berasal dari kompleks golgi. Peraturan sekresi

2
dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pancreas. Bila kadar
glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100 ml darah, sekresi insulin
meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin
akan menurun.

Selain kadar glukosa darah, factor lain dari asam amino, asam lemak, dan
hormone gastrointestinal merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-
beda fungsi metabolism utama insulin untuk meningkatkan kecepatan
transport glukosa melalui membrane sel kejaringan terutama sel-sel otot,
fibroblast dan sel lemak.

1. Efek pada karbohidrat


Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadar glukosa darah dan
mendorong penyimpanan karbohidrat:
a. Insulin mempermudah trasnpor glukosa ke dalam sebagian besar sel.
b. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa di otot
rangka dan hati.
c. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa.
Dengan menghambat penguraian glikogen menjadi glukosa maka insulin
cenderung menyebabkan penyimpanan karbohidrat dan mengurangi
pengeluaran glukosa oleh hati.
d. Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin
2. Efek insulin pada lemak
Insulin memiliki banyak efek untuk mendorong penyimpanan trigliserida
a. Insulin meningkatkan pemasukajaringan lemak.
b. Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak melalui
rekriutmen GLUT-4. Glukosa berfungsi sebagai prekursor untuk
pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk
membentuk trigliserida.

3
c. mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan turunan asam
lemak dan glukosa untuk sintesis trigliserida.
d. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), mengurangi pembebasan
asam lemak dari jaringan lemak ke dalam darah.

Secara kolektif, efek-efek ini cenderung mengeluarkan asam lemak dan glukosa
dari darah dan mendorong penyimpanan keduanya sebagai trigliserida.

3. Efek insulin pada protein


Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein
melalui beberapa efek:
a. Insulin mendorong transpor aktif asam amino dari darah ke dalam otot dan
jaringan lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan
menyediakan bahan-bahan untuk membentuk protein di dalam sel.
b. Insulin meningkatkan laju inkorporasi asam amino menjadi protein oleh
perangkat pembentuk protein yang ada di sel.
c. Insulin menghambat penguraian protein.

Hasil keseluruhan dari efek-efek ini adalah efek anabolik protein. Karena itu,
insulin esensial bagi pertumbuhan normal (Sherwood L., 2009).

B. Konsep Medis
1. Definisi
DM atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu
penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi
cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin),
dan di diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin
merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan
dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi (IDF, 2015).
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena gangguan sekresi insulin,

4
penurunan efektivitas insulin, atau keduanya. Hiperglikemia didefinisikan
sebagai kadar glukosa dalam darah yang tinggi pada rentang non puasa
sekitar 140-160 mg/100ml darah (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang dan disfungsi beberapa organ tubuh seperti mata, ginjal, saraf,
jantung, maupun pembuluh darah (Purnamasari, 2009).
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada
dewasa yang membutuhkan supervisi medis berkelanjutan dan edukasi
perawatan mandiri pada pasien. Namun, bergantung pada tipe DM dan usia
pasien, kebutuhan dan usuhan keperawatan pasien sangat berbeda. (Lemone
dkk, 2015)

2. Aspek Epidemiologi
Secara epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor
genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit
diabetes. Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Disamping
itu juga ditemukan perbedaan kekerapan dan komplikasi diantara ras, negara
dan kebudayaan.
Dari segi epidemiologi, ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang
disebut diabetes pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau
“maturity-onset diabetes”. Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang
pertama disebut DM tipe 1 dan yang kedua disebut DM tipe 2. Ada pula jenis
lain, yaitu diabetes melitus gestasional yang timbul hanya pada saat hamil,
dan diabetes yang disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang
gizi disebut MRDM (Malnutrition Related DM) atau Diabetes Melitus Terkait
Malnutrisi (DMTM).
Kekerapan DM tipe 1 di negara Barat ± 10% dari DM tipe 2. Bahkan
di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul
pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Tetapi ada juga
yang timbul pada masa dewasa.

5
DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari
90%). Timbul makin sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ke 7
kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata
orang dewasa.
Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak terlalu tinggi atau
belum ada komplikasi, biasanya pasien tidak berobat  ke rumah sakit atau ke
dokter. Ada juga yang sudah di diagnosis sebagai diabetes tetapi karena
kekurangan biaya biasanya pasien tidak berobat lagi. Hal ini menyebabkan
jumlah pasien yang tidak terdiagnosis lebih banyak daripada yang
terdiagnosis. Menurut penelitian keadaan ini pada negara maju sudah lebih
dari 50% yang tidak terdiagnosis dan dapat dibayangkan berapa besar angka
itu di negara berkembang termasuk Indonesia (Slamet Suyono Dalam Pusat
Diabetes dan Lipid, 2007).
Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi
DM tipe 2 akan meningkat menjadi 5 – 10 kali lipat karena terjadi perubahan
perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara
epidemiologis adalah bertambahnya usia, jumlah dan lamanya obesitas,
distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia.
Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang
berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Soegondo, 1999).
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat
disebabkan oleh berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup,
berkurangnya kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang
disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti kegemukan, kurang
gerak/ aktivitas dan pola makan tidak sehat dan tidak teratur (Slamet Suyono
Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).

6
3. Etiologi
Etiologi atau faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat
heterogen, akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai
peran utama dalam mayoritas Diabetes (Riyaldi, 2011).
Adapun faktor-faktor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit
Diabetes melitus antara lain:
1. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan
terjadinya kegagalan pada sel B melepas insulin.
2. Faktor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel B, antara lain
agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat serta gula yang di proses secara berlebih, obesitas dan
kehamilan.
3. Adanya ganguan system imunitas pada penderita / gangguan system
imunologi
4. Adanya kelainan insulin
5. Pola hidup yang tidak sehat

4. Patofisiologi
DM adalah kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, Kinerja insulin, atau
keduanya. Ada empat tipe utama DM. DM tipe 1 (5%-10% kasus
terdiagnosis). DM tipe 2 (90%-95%), DM gestasional (2%-5% dari semua
kehamilan), dan DM tipe spesifik lain (1%-2% kasus terdiagnosis).
Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja
secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau
keduanya. Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu
pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari
luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah

7
penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena
kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer (Fatimah, 2015).
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur
kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan
menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresi insulin (Hanum, 2013). Sel
beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat pada
kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi.
Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh
penyakit autoimun dan idiopatik (NIDDK, 2014).
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses
filtrasi yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan
glukosa dalam darah masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi
diuresis osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan
(poliuria). Banyaknya cairan yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus
(polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin dan resistensi insulin
menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi sehingga
menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi
terhadap kebutuhan energi.
Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada
kompensasi terhadap kebutuhan energi tersebut (Hanum, 2013).

8
5. Patway
Pathway
-faktor genetik kerusakan sel beta keseimbangan insulin gula darah tidak
dibawa masuk di sel
-infeksi virus hiperglikemia anabolisme
protein menurun
-Peruskan imunologik
Glikosuria batas melebihi ambang ginjal syok hipergilemik kerusakan
pada antibody

Diuresis osmotik vakositas darah koma diabetik kekebalan tubuh


menurun
Retensi urine
Poliuri

Resiko infeksi

Resiko syok
Kehilangan elektrolit alirah darah lambat neuropati
sensori perifer
Dalam sel isemik jaringan

Ketidakefektifan
Dehidrasi jaringang perifer luka
Kehilangan kalori
Sel kekurangan bahan BB menurun keletihan ganggren
menurun
Untuk metabolisme protein dan lemak di bakar
Kerusakan
integritas jaringan

Merangsang hipotalamus pusat lapar dan haus Ketidakseimbangan


nutrisi – dari keb tubuh
6. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM
diantaranya :
a. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya
melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada
malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa
(PERKENI, 2011)
b. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan
asupan cairan (Subekti, 2009).
c. Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut
disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar
glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).
d. Peyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi
(Subekti, 2009).
7. Klasifikasi
Organisasi profesi yang berhubungan dengan DM seperti American
Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis DM berdasarkan
penyebabnya. PERKENI dan IDAI sebagai organisasi yang sama di Indonesia
menggunakan klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang
dibuat oleh organisasi yang lainnya (Perkeni, 2015).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015) adalah
sebagai berikut :
a. Diabetes melitus (DM) tipe 1
DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas.
kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara
absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan
idiopatik.
b. Diabetes melitus (DM) tipe 2
Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin.
Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal
sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi
insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat
mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.
c. Diabetes melitus (DM ) tipe lain
Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat
disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia,
infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan DM. Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai gejala-gejala pada
penderita. Gejala-gejala yang muncul pada penderita DM sangat bervariasi
antara satu penderita dengan penderita lainnya bahkan, ada penderita DM
yang tidak menunjukkan gejala yang khas penyakit DM sampai saat
tertentu. Gejala-gejala DM tersebut telah dikategorikan menjadi gejala akut
dan gejala kronis (Fitriyani, 2015).
d. Diabetes melitus gastrointestinal
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang
didiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan
hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO,
2014). Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
Dikenali pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari
semua kehamilan. Faktor resiko terjadinya adalah usia tua, etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.

8. Pencegahan
a. Pengelolaan makan
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak, rendah
lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada setiap
orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk
mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks merupakan
pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak
menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan
(Goldenberg dkk, 2013).
Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu jumlah,
jadwal, dan jenis diet (Tjokroprawiro, 2006).
1) Jumlah yaitu jumlah kalori setiap hari yang diperlukan oleh seseorang
untuk memenuhi kebutuhan energi. Jumlah kalori ditentukan sesuai
dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan ditentukan dengan satuan kilo
kalori (kkal).
2
IMT = BB (kg)/TB (m )

Setelah itu kalori dapat ditentukan dengan melihat indikator berat badan ideal yaitu:
Tabel 1. Kisaran kalori tubuh

Indikator Berat Badan Ideal Kalori


Kurus <18,5 2.300 - 2.500 kkal
Normal 18,5-22,9 1.700 - 2.100 kkal
Gemuk >23 1.300 - 1.500 kkal
2
Contohnya : IMT = BB (kg)/TB (m )
2
= 50/(1,6)
= 19,5 (kategori berat badan normal)

Oleh karena itu jumlah kalori yang dibutuhkan yaitu 1700-2100


kalori. Contoh menu makanan 1700 kalori.
Tabel 2. Menu makanan 1700 kalori

Pagi Siang Malam


Singkong 1 Nasi 3/2 gelas (200 Nasi 3/2 gelas (200
potong (120 gr) gr) gr)
Ikan mujair 1 Udang segar 5 Ikan kembung 1
potong (60 gr) ekor (35 gr) potong (40 gr)
Susu kedelai ½ Tahu 1 biji besar Tahu 2 biji (110 gr)
gelas (110 gr)
Sayur kangkung Daun katuk (100 gr) Daun singkong (150
(100 gr) gr)
Jeruk manis (110 gr)
Minyak 1 sdm (5 Minyak 2 sdm (10 gr) Minyak 1 sdm (5 gr)
gr)
Selingan 1: Pepaya 1 potong (110 gr)
Selingan 2: Jus jambu biji ½ buah (100 gr)
Selingan 3: Melon 1 potong (190 gr)
2) Jadwal makan diatur untuk mencapai berat badan ideal.
Sebaiknya jadwal makannya diatur dengan interval 3 jam sekali
dengan 3x makan besar dan 3x makan selingan dan tidak menunda
jadwal makan sehari-hari.
Tabel 3. Jadwal makan pencegahan DM
No Jadwal Waktu

1 Makan besar 1 Pukul 07.00

2 Selingan 1 Pukul 10.00

3 Makan besar II Pukul 13.00

4 Makan besar II Pukul 16.00

5 Makan besar III Pukul 19.00

6 Makan besar III Pukul 22.00

3) Jenis adalah jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi.


Beberapa contoh jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi untuk
pencegahan DM,antara lain:
Tabel 4. Jenis makan pencegahan DM

Jenis Anjuran

Karbohidrat 1. Memilih karbohidrat kompleks (nasi, oats,


(45% atau kentang, jagung, ubi jalar, dan lainnya) bukan
1/4 piring) yang sederhana (gula pasir, gula merah, sirup
jagung, madu, sirup maple, molasses, selai,
jelly, soft drink, permen, kue, yogurt, susu,
cokelat, buah, jus buah, biskuit, dan lainnya).
2. Memilih roti gandum bukan roti putih, beras
merah bukan beras putih, pasta gandum
bukanpasta halus.

Lemak 1. Memilih jenis lemak yang baik akan


(36-40%) menurunkan risiko penyakit yang berhubungan
dengan kolesterol.
2. Memilih lemak tak jenuh (minyak zaitun,
minyak canola, minyak jagung, atau
minyakbunga matahari) bukan lemak jenuh
(mentega, lemak hewan, minyak kelapa
atau minyaksawit).

Protein 1. Memilih kacang, sepotong buah segar atau


bebas gula yoghurt untuk camilan.
(16-18%
2. Memilih potongan daging putih, daging unggas
atau ¼
dan makanan laut bukannya daging olahan
piring)
atau daging merah.

Sayuran 1. beberapa sayuran yang kaya akan kandungan pati,


(1/2 piring) seperti kentang dan labu, juga harus dibatasi
dengan hati-hati.
2. makan setidaknya tiga porsi sayuran setiap hari,
termasuk sayuran berdaun hijau seperti bayam,
selada.

Buah 1. makan sampai tiga porsi buah segar setiap hari.


2. Menghindari jenis buah-buahan yang
mengandung kadar glukosa dan sukrosa yang
tinggi. Buah seperti, mangga dan stowberi
menyebabkan lonjakan kadar gulah darah pada
penyandang diabetes melitus.
3. Sebagai alternatif, buah yang kaya gula dengan
buah dengan kandungan serat tinggi sangat
dianjurkan seperti apel, pir

Gula 1. Membatasi asupan alkohol Anda untuk maksimal


dua minuman standar per hari
2. Pemilihan selai kacang lebih baik dari pada selai
coklat pada roti
3. Memilih air atau kopi tanpa gula atau teh bukan
jus buah, soda, dan gula manis minuman lainnya
4. Menghindari konsumsi gula lebih dari 4 sendok
makan setiap hari

Ketika ingin mengonsumsi makanan, tips yang dapat dilakukan


yaitu melihat label makanan. Pada serving size, lihat kemasan pada
bagian belakang yaitu misalnya 5, dan kandungannya tertulis 250 kkal,
jadi jika seseorang menghabiskan 1 produk tersebut, maka orang
tersebut menghabiskan sebanyak 1250 kkal. Oleh karena itu, dengan
memperhatikan label makanan, maka seseorang akan lebih waspada
terkait jumlah kebutuhan kalori hariannya.
b. Aktivitas fisik
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur
(3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan
±15 menit dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah satu cara untuk
mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel,
berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap
dilakukan dan menghindari aktivitas sedenter misalnya menonton televisi,
main game komputer, dan lainnya.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak atau bermalas- malasan (PERKENI, 2011).
c. Kontrol Kesehatan
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar diketahui
nilai kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus supaya
ada penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa diabetes
melitus (Sugiarto & Suprihatin, 2012). Seseorang dapat mencari sumber
informasi sebanyak mungkin untuk mengetahui tanda dan gejala dari
diabetes melitus yang mungkin timbul, sehingga mereka mampu
mengubah tingkah laku sehari-hari supaya terhindar dari penyakit diabetes
melitus.
9. Penatalaksanaan
Insulin pada DM diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
(HONK)
d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
e. Dengan kombinasi OHO dosis optimal
f. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
g. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
h. gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat Kontraindikasi dan atau alergi
10. Komplikasi
Penyandang DM, apapun tipenya, beresiko tinggi mengalami
komplikasi yang melibatkan banyak sistem tubuh yang berbeda. Perubahan
kadar glukosa darah, perubahan sistem kardiovaskular, neuropatik,
peningkatan kerentanan terhadap infeksi, dan penyakit periodontal umum
terjadi. Selain itu, interaksi dari beberapa komplikasi dapat menyebabkan
masalah kaki. Ilustrasi efek multisistem pada diabetes melitus menunjukan
perkembangan dari tanda-tanda kardinal menjadi komplikasi akut dan lanjut
pada sistem DM.
a. komplikasi akut perubahan kadar glukosa darah
Pembahasan berikut memberikan informasi tambahan tentang
hiperglikemia dan hipoglikemia.
1) Hiperglikemia
Masalah utama akibat hiperglikemia pada penyandang DM
adalah DKA dan HAS. Dua masalah lain adalah fenomena fajar dan
fenomena somogyi.
Fenomena fajar adalah kenaikan glukosa darah antara jam 4 pagi
dan jam 8 pagi yang bukan merupakan respon terhadap hipoglikemia.
Kondisi ini terjadi pada penyandang DM baik tipe 1 maupun tipe 2.
Penyebab pastinya tidak di ketahui tetapi di percayai terkait dengan
peningkatan hormon pertumbuhan pada malam hari, yang menurunkan
ambilan periver glukosa. Fenomena somogyi adalah kombinasi
hipoglikemia selama malam hari dengan pantulan kenaikan glukosa
darah di pagi hari terhadap kadar hiperglikemia.
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) umum terjadi pada
penyandang DM tipe 1 dan terkadang terjadi pada penyandang DM tipe
2 yang diobati dengan agen hipoglikemik oral tertentu. Hipoglikemia
terutama di sebabkan oleh ketidaksesuaian antara asupan insulin
(misalnya kesalahan dosis insulin), aktivitas fisik, dan kurang
tersedianya karbohidrat (misalnya melewatkan makan).
b. Komplikasi Kronik perubahan pada sistem kardiovaskuler
Makrosirkulasi (pembuluh darah besar) pada penyandang DM
mengalami perubahan akibat aterosklerosis, trombosit, sel darah merah,
faktor pembekuan yang tidak normal dan perubahan dinding arteri. Tadi
telah di tetapkan bahwa aterosklerosis mengalami peningkatan insiden dan
usia awetan penyandang DM menjadi lebih dini (meski alasan tidak di
ketahui). Faktor resiko lain yang menimbulkan perkembangan penyakit
makrovaskular pada DM adalah hipertensi, hiperlipidemia, merokok, dan
kegemukan.perubahan sistem vaskular meningkatkan resiko komplikasi
jangka panjang penyakit arteri koroner, penyakit vaskular serebral, dan
penyakit vaskular periver.
Perubahan mikrosirkulasi pada penyandang DM melibatkan
kelainan struktur di membran basalis pembuluh darah kecil dan kapilar.
(membran basalis adalah struktur yang menyanggah dan bertindak sebagai
pembatas disekitar ruang yang ditempati oleh sel epitel). Kelainan ini
mnyebabkan membran basalis kapiler menebal, akhirnya mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Efek perubahan pada mikrosirkulasi
memengaruhi semua jaringan tubuh tetapi paling utama dijumpai pada
mata dan ginjal.

C. Terapi Komplementer
Terapi komplomenter adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pegobatan medis konfensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional
Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam,baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun
berupa fitofarmaka.Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji
preklinik pada call line atau hewan coba,baik terhadap keamanan maupun
efektivitasnya . terapi dengan menggunakan herbal ini akan di atur lebih lanjut
oleh departemen kesehatan republik indonesia.ada beberapa persyaratan yang
harus di penuhu yaitu:
1. sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi.
2. bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk
ketersediaan farmasi
3. rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan peneliyian harus telah
mendapatkan izin dari depertemen kesehatan republik indonesia dan akan
dilakukan pemantauan terus menerus.
Diabetes merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia dan dikenal
dengan kencing manis . nama lengkapnya adalah diabetes melitus,berasal dari
kata yunani diabetes berarti
pancuran, melitus berarti
madu atau gula.

Jadi istilah diabetes


melitus menggambarkan
gejala diabetes yang tidak
terkontrol,yakni banyak keluar air seni yang manis karena mengandung
gula.itulah sebabnya penyakit ini disebut “kencing manis”.Menurut
WHO,definisi diabetes melitus didasarkan pada pengukuran kadar glukosa
dalam darah.

1. Jenis jenis obat herbal


a. Pare (Momordica Charantia)

Pare banyak digunakan sebagai obat di berbagai negara


berkembang seperti Brazil, Cina, Kolombia, Kuba, Ghana, Haiti, India,
Panama dan Peru. Penggunaan pare yang paling umum pada negara-
negara tersebut adalah sebagai obat penyakit diebetes, jantung, dan sakit
perut. Buah Pare ini dapat tumbuh subur di negara beriklim tropis seperti
Indonesia sehingga mudah di temukan dan dibudidayakan. Di daerah
tropis, pare di gunakan sebagai pengobatan luka, di gunakan sebagai obat
luar atau diminum untuk menghindari infeksi dari cacing ataupun parasit.
Pare juga digunakan sebagai emenog, antiviral untuk campak dan
hepatitis.

Kandungan pare yang telah diketahui adalah momordisin,


momordin, karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, polifenol,
saponin, flavonoid, vitamin A dan C, serta minyak lemak terdiri dari asam
oleat, asam linoleat, asam stearat dan L-olestearat (Soeryoko, 2011).
Kandungan utama yang diduga dapat untuk menurunkan glukosa darah
adalah momordisi, flavonoid, alkaloid, saponin, karantin, polifenol
(Subahar, 2004).
Bagian tanaman
pare yang biasa
digunakan
sebagai obat
adalah daun,
buah, biji, bunga,
dan akar.

Cara penggunaan buah pare untuk obat diabetes :

1) Cara pertama : Bersihkan 1 buah pare ukuran sedang, lumatkan lalu


tambahkan setengah gelas air bersih. Aduk dan peras. Minum sekali
2 hari sebanyak 1 ramuan. Diulang selama minimal 2 minggu
2) Cara kedua : Sediakan 200 gram biji pare, kemudian biji pare di
sangrai sampai kering dan ditumbuk halus. Setelah dingin disimpan
dalam toples. Cara pemakainnya seduh 10 gram bubuk biji pare
dengan air matang untuk diminum 2 kali sehari.
b. Bawang Putih (Allium Sativum)
Bawang putih adalah salah satu dari tanaman obat yang banyak
manfaatnya, sehingga dijuluki “umbi seribu khasiat”. Hingga di India,
bawang putih seringkali disebut sebagai umbi dewa. Sedangkan di dalam
resep makanan Libanon, bawang putih sejak dulu digunakan sebagai
resep untuk diet.

Bawang putih mengandung minyak atsiri, flavonoids, peptides,


phenols, terpenoids, dan steroids. Bawang putih diperkirakan memiliki
sifat antioksidan, antimikroba, antibiotik, antifungal,
antikolesterol, antiviral aktivis, dan efek sirkulasi mikro. Dan  beberapa
studi telah dilakukan terkait bawang putih dengan tingkat insulin dan
glukosa darah, hasilnya adalah positif. Bawang putih dapat menyebabkan
penurunan glukosa darah, meningkatkan sekresi dan memperlambat
degradasi insulin.

Ketika bawang putih dimemarkan/dihaluskan, zat aliin yang


sebenarnya tidak berbau akan terurai. Dengan dorongan enzim alinase,
aliin terpecah menjadi alisin, amonia, dan asam piruvat. Bau tajam alisin
disebabkan karena kandungan zat belerang. Aroma khas ini bertambah
menyengat ketika zat belerang (sulfur) dalam alisin diterbangkan
ammonia ke udara, sebab ammonia mudah menguap. Senyawa alisin
berkhasiat menghancurkan pembentukan pembekuan darah dalam arteri,
mengurangi gejala diabetes dan mengurangi tekanan darah.
Selain alisin, bawang putih juga memiliki senyawa lain yang
berkhasiat obat, yaitu alil. Senyawa alil paling banyak terdapat dalam
bentuk dialil-trisulfida yang berkhasiat memerangi penyakit-penyakit
degeneratif dan mengaktifkan pertumbuhan sel-sel baru.

Contoh pemakaian :

Sebagai obat diabetes, bawang putih bisa dikonsumsi setiap hari


sesudah makan. Pagi, siang, dan malam masing-masing dua atau tiga
siung sekali makan. Dari pengalaman, mereka yang bobot badannya di
bawah 60 kg dianjurkan menggunakan dosis dua suing bawang atau
setara dengan tujuh gram sekali makan. Sedang bagi mereka yang
berbobot lebih dari 60 kg dengan dosis tiga suing bawang atau setara
dengan sepuluh gram.

Cara penggunaannya bisa dibuat sambal kecap dengan diiris-iris


bersama bawang merah dan cabe untuk teman makan nasi. Bisa juga
dimemarkan kemudian diseduh dengan air panas sebanyak setengah gelas
dan selanjutnya diblender atau dijus.

Cara lain lagi adalah bawang diparut, kemudian diseduh air panas


lalu diminum setelah hangat berikut ampas-ampasnya.

Bagi penderita diabetes, sebaiknya periksa laboratorium dulu


sebelum menggunakan resep ini. Setelah menggunakan resep ini selama
seminggu sebaiknya cek lagi di laboratorium. Apabila terjadi penurunan
kadar gula darah cukup banyak, dosis sebaiknya diturunkan. Apabila
kadar gula dalam darah mendekati normal, kurangi lagi konsumsi bawang
putihnya.

c. Bungur (Lagerstroemia Speciosa Pers)
Bungur adalah salah satu tanaman obat yang tumbuh di Indonesia.
Tanaman ini banyak di jumpai sebagai peneduh jalan, akan tetapi
tanaman ini bisa digunakan untuk obat diabetes melitus. Dalam
pengobatan
tradisional sebagai
obat diabetes,
tanaman bungur
biasanya
digunakan dalam
bentuk rebusan.
Daun bungur memiliki kandungan kimia seperti saponin, flavonoid dan
tanin sedangkan pada kulit batang bungur mengandung flavonoid dan
tanin.

Pengujian ini telah di lakukan pada kelinci mampu menurunkan


kadar gula darah sebesar 85,97 % dan 96,27%. Hayashi (2001), telah
meniliti tentang elagitanin pada fraksi aseton daun bungur yang dapat
menurunkan kadar gula darah.

Cara membuatnya adalah 30 gram daun bungur tua yang masih


segar dari bungur bunga ungu di rebus dengan 150 ml air selama kurang
lesebih satu jam. Hasil rebusan dibagi menjadi tiga bagian yang sama dan
diminum tiga kali sehari. Ramuan ini diminum satu jam sebelum makan
dan diminum sampai diabetes melitus sembuh.
d. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

Sambiloto
merupakan
tanaman terna semusim yang masuk ke dalam familia  Achanthaceae.
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat diabetes adalah daun. Hasil
penelitian yang di lakukan Suryadhana (UNIKA Widya Mandala
Surabaya), dengan menggunakan binatang percobaan tikus dinyatakan,
bahwa ekstrak daun sambiloto dengan dosis 0,5 g/kg bb, 1 g/kg bb dan
1,5 g/kg bb dapat menghambat kanaikan kadar glukosa darah tikus
normal.

Caranya : ambil sambiloto sebanyak kira-kira 5 gram daun segar,


seduh dengan 1 gelas air panas (matang), setelah dingin lalu disaring.
Hasil saringan kemudian diminum 2 kali sehari sama banyak, pagi dan
sore setelah makan.

e. Lidah Buaya (Aloe Barbadensis Milleer)


Berdasarkan dokumen Mesir, tertulis berbagai kegunaan lidah
buaya sebagai bahan obat dan pengobatan. Demikian pula hampir semua
dokumen sejarah obat alami di berbagai negara mengungkapkan
mengenai keunggulan lidah buaya atau yang dikenal dengan bahasa latin
aloe vera tersebut. Tanaman lidah buaya di ketahui mempunyai banyak
kegunaan seperti antiinflamasi, antijamur, antibakteri, dan regenerasi sel
juga dapat berfungsi untuk menurunkan kadar gula dalam darah pada
penderita diabetes. Bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan
DM adalah daunnya.

Cara meracik : 1 pelapah lidah buaya ukuran besar (kira-kira


seukuran telapak tangan) kupas kulit dan durinya, kemudian cuci.
Rendam kurang lebihnya 30 menit dalam air garam. Remas sebentar lalu
bilas di bawah air yang mengalir. Rebus dengan air hingga mendidih.
Dinginkan. Minum per 1/2 gelas, 2 sampai 3 kali sehari.

D. Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier


Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Pencegahan Primer
Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada
orang atau populasi yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan sebelum
timbul tanda-tanda klinis dengan cara :
Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbang
disesuiakan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh, dengan menghindari
makanan yang mengandung tinggi lemak karena bisa menyebabkan
penyusutan konsumsi energi. Mengkonsusmsi makanan dengan kandungan
karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.
Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas
insulin dan menjaga berat badan agar tetap ideal.
Kerjasama dan tanggung jawab antara instansi kesehatan, masyarakat,
swasta dan pemerintah, untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat
2. Pencegahan Sekunder
Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan
efektif, sehingga komplikasi dapat dicegah. Hal ini dapat dilakukan dengan
skrining, untuk menemukan penderita sedini mungkin  terutama
individu/populasi.Kalaupun ada komplikasi masih reversible / kembali
seperti semula. Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan
materi penyuluhan seperti : apakah itu DM, bagaimana penatalaksanaan DM,
obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah, perencanaan makan, dan olah
raga.
3. Pencegahan Tersier
Upaya dilakukan untuk semua penderita DM untuk mencegah
komplikasi.Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi
kegagalan organ.Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan.
Strategi yang bisa dilakukan untuk pencegahan DM adalah :
a. Population/Community Approach (Pendekatan Komunitas) :
Mendidik masyarakat menjalankan gaya hidup sehat dengan cara:
Mengendalikan berat badan, glukosa darah, lipid, tekanan darah, asam
urat.
b. Individual High Risk Approach (Pendekatan Individu) :
· Umur > 40th
· Obesitas  
· Hipertensi
· Riwayat keluarga / keturunan
· Dislipidemia / timbunan lemak dalam darah yang berlebihan
· Riwayat melahirkan > 4 kg
· Riwayat DM pada saat kehamilan

E. Proses Keperawatan Secara Teori


1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas
pasien mungkin berbau aseton, pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi,
penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik,
KAD/ HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik,
KAD/ HONK) serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obatobatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak
lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus
Poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus
vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya
komplikasi aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien
Tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan
perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotic ditandai dengan
peningkatan haluaran urine, kelemahan, haus, penurunan berat badan
secara tiba-tiba, kulit membran mukosa kering.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakcukapan
insulin ditandai dengan penurunan berat badan, kelemahan, kelelahan
c. Resiko ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan peningkatan gula darah, lemas, rasa haus dan lapar
berlebihan

3. Intervensi & Rasional

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawata
n

1 Kekurangan Setelah dilakukan Manajemen Cairan


volume tindakan a. Monitor status hidrasi
cairan b.d keperawatan
b. Pertahankan cairan intake dan
diuresis selama 2x24 jam
output yang akurat
osmotic diharapkan
c. Timbang berat badan setiap
ditandai volume cairan
hari dan pantau
dengan terpenuhi dengan
kecendrungannya d. Monitor
peningkatan kriteria hasil :
TTV
haluaran masalah kurang
e. Berikan terapi IV, sesuai
urine, cairan dapat
program f. Dorong masukan
kelemahan, teratasi
oral
haus,
penurunan g. Tawarkan snack
berat badan
( jus buah,buah segar)
secara tiba-
tiba, kulit h. Berikan cairan sesuai
membran dengan kebutuhan
mukosa
kering.

2 Perubahan setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


nutrisi tindakan
a. Kaji status nutrisi dan
kurang dari keperawatan
kebiasaan makan
kebutuhan selama 2 x 24 jam
tubuh b.d diharapkan b. Anjurkan pasien untuk
ketidakcuka kebutuhan nutrisi mematuhi diet yang telah
pan insulin klien terpenuhi, diprogramkan
ditandai dengan kriteria c. Timbang berat badan setiap
dengan hasil : kebutuhan seminggu sekali.
penurunan nutrisi terpenuhi, d. Kerja sama dengan tim
berat badan, insulin adekuat, kesehatan lain untuk
kelemahan, gula darah dalam pemberian insulin dan diet
kelelahan batas normal. diabetik.

e. Identifikasi perubahan pola


makan.

3 Resiko setelah dilakukan a. Pantau kadar glukosa darah


ketidakstabil tindakan
b. Pantau tanda-tanda dan
an gula keperawatan
gejala hiperglikemia : Poliuria,
darah selama 2 x 24 jam
polydipsia, polifagia, lemah,
berhubungan diharapkan gula
lesu
dengan darah stabil,
hiperglikemi dengan kriteria c. Memantau tanda-tanda vital
a ditandai hasil : tidak ada
d. Mengelola insulin, seperti
dengan peningkatan gula
yang ditentukan
peningkatan darah, tidak ada
gula darah, rasa lapar dan e. Dorong pemantauan diri
lemas, rasa haus berlebihan kadar glukosa darah
haus dan f. Bantu pasien untuk
lapar menafsirkan kadar glukosa
berlebihan darah
g. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan
DM dirumah

F. EBP/Hasil penelitian terkait intervensi keperawatan


Berdasarkan jurnal-jurnal yang telah di analisis didapatkan hasil
beberapa intervensi yang dapat dilakukan pada penderita diabetes diabetes.
Beberapa hasil intervensi yangdapat dilakukan pada penderita diabetes
diantaranya :
1. Meningkatkan self-management Diabetes pada pasien dengan level
pendidikan yangrendah diukur dengan proporsi tingkat HbA1c, dislidemia,
tekanan darah, indeksmassa tubuh, dan lingkar pinggang.
2. Pendidikan perawatan diri dalam mempromosikan kualitas hidup pasien
diabetes.
3. CBIA untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku penderita
diabetes tipe 2dalam perawatan diri.
4. Pemberian edukasi yang berorientasi pada keluarga untuk meningkatkan
self-efficacy, self-management, control glukosa dan quality of life pada
penderita diabetes.
5. Diabetic self-management : Gaya hidup
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah yang dibuat, dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus
adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormone yang mengakibatkan
sel-sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah.penyakit ini
timbul ketika di dalam darah tidak terdapat cukup insulin atau ketika sel-sel
tubuh kita dapat bereaksi normal terhadapinsulin dalam darah. Paling sedikit
terdapat tuga bentuk diabetes mellitus tioe 1, tipe II, dan diabetes gestastional.
Gejala awal dari diabetes adalah merasa lemas, tidak bertenaga, ingin
sering makan, dan sering buang air kecil. Untuk pengobatan dapat dilakukan
dengan penyuntikan insulin, pendidikan, dan kepatuhan terhadap diet, dan
programolahraga. Diabetes mellitus dapat terjadi komplikasi akut. Macam-
macam komplikasi akut, yaitu ketoasidosis diabetes, efek somogyi, dan
fenomena fajar.

B. Saran
Sebaiknya mahasiswa, mahasiswi harus lebihmemahami mengenai penyakit
diabetes mellitus, beserta dengan gejala dan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). (2008). Pancreas transplantation.


Retrieved from http://www.diabetes.org/

American Diabetes Association (ADA). (2009). Standars of medical care


indiabetes-2009. Diabetes Care, 32 (supplement 1), S13-S41.

American Diabetes Association (ADA). (2010). Standars of medical care


indiabetes-2010. Diabetes Care, 33 (supplement 1), S11-S61

Anda mungkin juga menyukai